Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )

Disusun Oleh :

Nama :

Anisa Qadriana (04.16.4414)

Elva Rahmawati (04.16.4400)

Karmila (04.16.4405)

Wiwik Widia Astuti (04.16.4431)

Wulandari Putri (04.16.4432)

Kelas : C/KP/VI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
mana atas karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga tuhan
senantisa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaiki
dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Yogyakarta, 21 Maret 2019

Penulis
BAB I
ISI

1. DEFINISI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung
faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka
bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel
(Yepta, 2003).

Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung,
juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api
atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)

Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal.
Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit
maupun hanya merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan
konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber
pertumbuhan kembali epitel kulit dan bisa membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas
(pierce A. grace & neil R.borley 2006)

Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor,
yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau
bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008)

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia,
dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa
diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan
medis yang intensif (PRECISE, 2011)

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

Berdasarkan kedalaman luka bakar:


a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung
yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan
dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam
5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa
nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.

Gambar 1. Luka bakar derajat I

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak
lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi.
Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam
waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih
lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 2. Luka bakar derajat II

c. Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit
berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Gambar 3. Luka bakar derajat III

Berdasarkan tingkat keseriusan luka


a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
3. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2002), luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh melalui hantaran atau radiasu elektromagnetik. Berikur ini adalah
beberapa penyebab luka bakar, antar lain :
1) Panas (missal Api, Air Panas, Uap panas)
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa
cedera kontak.
2) Radiasi
3) Listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
4) Petir
5) Bahan Kimia (sifat Asam dan basa kuat)
6) Ledakan Kompor, Udara Panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
7) Ledakan Ban, Bom
8) Sinar Matahari
9) Suhu yang sangat rendah

4. MANIFESTASI KLINIS

Kedalaman Dan Bagian Kulit


Gejala Penampilan Luka
Penyebab Luka Bakar Yang Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, hiperestesia Memerah, menjadi
(Superfisial): tersengat (supersensivitas), rasa nyeri putih ketika ditekan
matahari, terkena api mereda jika didinginkan minimal atau tanpa
dengan intensitas rendah edema

Derajat Dua (Partial- Epidermis dan Nyeri, hiperestesia, sensitif Melepuh, dasar luka
Thickness): tersiram air bagian dermis terhadap udara yang dingin berbintik-bintik merah,
mendidih, terbakar oleh epidermis retak,
nyala api permukaan luka basah,
terdapat edema

Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, syok, Kering, luka bakar
Thickness): terbakar keseluruhan hematuria (adanya darah berwarna putih seperti
nyala api, terkena cairan dermis dan dalam urin) dan bahan kulit atau
mendidih dalam waktu kadang-kadang kemungkinan pula gosong, kulit retak
yang lama, tersengat arus jaringan subkutan hemolisis (destruksi sel dengan bagian lemak
listrik darah merah), kemungkinan yang tampak, terdapat
terdapat luka masuk dan edema
keluar (pada luka bakar
listrik)

5. PATOFISIOLOGI
Luka bakar di sebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koogulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas
atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera,
dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 o C
dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi
cedera derajat-tiga (full-thickhess injury). Panjanan selama 15 menit dengan air panas yang
suhunya sebesar 56,6o C mengakibatkan cedera full-thickhess yang serupa. Suhu yang
kurang dari 44o C dapat ditoleransikan dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan
luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar;
kemudian perawatannya dilakukan dalam 3 fase luka bakar, yaitu : fase darurat/resusitasi ,
fase akut atau intermediate dan fase rehabilitasi (Brunner & Suddarth 2001 )
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang
abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-
jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha,
2010)
Respon sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan luka bakar yang berat selama awal periode syok
luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder
akibat penurunan curah jantung dengan di ikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang
interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme
kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan elektrolit, volume darah, mekanisme
pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.
Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respons,
system saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer
(vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Resusitasi cairan yang segera dilakukan
memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah
sehingga curah jantung membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi
24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dengan mencapai puncaknya dalam tempo
6 hingga 8 jam. (Brunner & Suddarth)

6. LUAS LUKA BAKAR


Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma
inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya
kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar
menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak,
permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma
meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat
menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon
terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi
metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen
terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu:
a. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
b. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai
dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada
orang dewasa.

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule
of nine atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-
15-20 untuk anak.

Gambar 5. Luas luka bakar

3. Metode Lund dan Browder


Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada
anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila
tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
7. PATHWAY
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Ureum dan elektrolit
b. EKG/enzim jantung dengan luka bakar listrik
c. Golongan darah dan cross match
d. Jika curiga trauma inhalasi : rontgen toraks, gas darah arteri, perkiraan CO

9. PENATALAKSANAAN
Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah
mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi
sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau
kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak
dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan resusitasi yang
terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih
daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang tidak dapat
dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar
menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh karena itu, setelah
mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas
lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka
bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi
riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan radiologik
pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya
kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari luasnya
area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer pasien adalah
mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang
mengkonstriksi.

Penatalaksanaan Medis :
1. Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
2. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
a. Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah
dari jumlah pemberian hari pertama.
b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
d. Kebutuhan faal :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
4. Monitor urine dan JVP
5. Topikal dan tutup luka :
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfat diazin tebal
d. Tutup kasa tebal
e. Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor
6. Obat-obatan :
a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak
kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidin)
d. Antasida : kalo perlu

10. PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR


Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat dibagi
dalam 3 fase:
a. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Dalam
fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka mengalami
agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka
dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka
yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya
diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.
c. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan aktivitas
seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir
jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan
parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

11. KOMPLIKASI
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok
luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas
sudah mengancam jiwa pasien.
d. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik
akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam
lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau
vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
e. Syok sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder
akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental
berubah, perubahan status respirasi, penurunan pengeluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah jantung, tekanan vena sentral dan peningkatan frekuensi denyut
nadi.
f. Gagal ginjal akut
Pengeluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak
adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syoklistrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantungsehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam
dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
10. Pemeriksaan diagnostik:
1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.

2. Dignosa Keperawatan
Menurut Brunner & suddart 2001 diagnosa keperawatan Luka Bakar sebagai berikut :
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek
inhalasi asap
b) Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar
c) Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barrier kulit dan
terganggunya respon imun
d) Nyeri yang berhubungan dengan serabut saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka
e) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka
f) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema serta rasa nyeri pada
luka bakar dan kontraktur persendian
g) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan luka bakar
h) Kurang pengetahuan mengenai proses luka bakar

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil :
Ketidakefektifan Pemeliharaan saluran - Pertahankan kepatenan - Jalan napas yang
bersihan jalan napas yang paten dan jalan napas melalui paten sangat
nafas yang bersihan saluran napas pemberian posisi pasien krusial untuk
berhubungan adekuat yang tepat, pembuangan fungsi respirasi
dengan edema KH : - jalan napas sekresi, dan jalan napas
dan efek inhalasi paten artifikasi bila di
asap - Frekuensi perlukan
respirasi, pola dan - Berikan oksigen yang
bunyi napas telah dilembabkan
- Kelembaban akan
normal
mengencerkan
- Dorong pasien agar mau secret dan
membalikan tubuh dan mempermudah
batuk napas dalam. ekspektorasi
- Aktivitas ini
meningkatkan
mobilitas dan
pembungan sekresi
Kurang volume Pemulihan - Amati tanda-tanda vital - hipovolemia
cairan yang keseimbangan cairan dan waspada terhadap merupakan risiko
berhubungan dan elektrolit yang hipovelemia atau utama yang segera
dengan kelebihan beban cairan
peningkatan optimal dan perfusi terdapat sesudah
permeabilitas organ-organ vital - Pantau haluaran urin luka bakar.
kapiler dan KH : - kadar elektrolit sedikitnya dan - Haluaran urin dan
kehilangan lewat serum berada dalam menimbang berat badan berat badan
evaporasi dari batas normal pasien setiap hari memberikan
luka bakar - Frekuensi jantung informasi tentang
kurang dari 120 perfusi renal,
denyut/menit kecukupan
- Memperlihatkan penggantian cairan,
sensorium yang dan kebutuhan
- Pertahankan pemberian
jernih status cairan
cairan infus dan
- Mengeluarkan urin - Pemberian cairan
mengatur tetesannya
yang jernih dan yang adekuat
pada kecepatan yan
berwarnah kuning diperlukan untuk
tepat sesuai dengan
dengan berat jenis mempertahankan
program medik
dalam batas keseimbangan
normal cairan dan
elektrolit serta
perfusi organ-
organ vital adekuat
- Amati gejala defisiensi - Perubahan yang
atau kelebihan kadar cepat pada status
natrium, kalium, cairan dan
kalsium, fosfor dan elektrolit mungin
bikarbonat terjadi dalam
- Naikan bagian kepala periode luka bakar
tempat tidur pasien dan
tinggikan ektermitas - Peninggian akan
yang terbakar meningkatkan
aliran balik darah
vena
Risiko terhadap Tak adanya infeksi - Gunakan tindakan - Teknik aseptik
infeksi yang yang lokasi atau asepsis dalam semua akan
berhubungan sistemik aspek perawatan pasien meminimalkan
dengan KH : - kultur luka risiko kontaminasi-
hilangnya barrier memperlihatkan silang dan
kulit dan jumlah bakteri yang penyebarluasan
terganggunya minimal - Singkirkan tanaman dan kontaminasi
respon imun - Hasil kultur darah, bunga dalam air dari bakteri
urin dan sputum kamar pasien - Air yang
normal menggenang
- Tidak adanya merupakan sumber
tanda-tanda dan potensial bagi
gejala yang - Inspeksi luka untuk pertumbuhan
menunjukan mendekteksi tanda- - Tanda-tanda
infeksi dan sepsis tanda infeksi tersebut
- Berikan antibiotic menunjukan
sesuai dengan yang di infeksi local
berikan dokter
- Lakukan penggantian - Antibiotik akan
linen dan membantu mengurangi jumlah
pasien dalam bakteri
memelihara hygiene - Tindakan ini
perorangan mengurangi
- Laporkan kepada dokter potensial
jika terjadi penurunan kolonisasi bakteri
bising usus, pada luka bakar
- Berikan cairan preparat - Tanda-tanda ini
vasoaktif sesuai dengan dapat menunjukan
ketentuan medik, kaji sepsis
respon - Preparat digunakan
untuk
mempertahankan
perfusi jaringan
dalam keadaan
sepsis
Nyeri yang Penguranagan atau - Kaji tingkat nyeri - Data-data hasil
berhubungan pengendalian rasa dengan skala nyeri. pengkajian nyeri
dengan serabut nyeri akan memberiksn
saraf yang KH : - menyatakan informasi dasar
terbuka, rasa nyeri yang untuk mengkaji
kesembuhan luka minimal - Jelaskan pada pasien respons terhadap
dan penanganan - Tidak memberikan mengenai perjalanan intervensi
luka petunjuk fisiologik nyeri yang lazim terjadi - Pengetahuan akan
atau nonverbal pada kesembuhan luka mengurangi rasa
bahwa rasa dan berbagai pilihan takut terhadap hal-
nyerinya sedang untuk mengendalikan hal yang tidak di
atau berat nyeri ketahui dan
- Dapat tidur tanpa menyampaikan
terganggunya rasa berbagai cara
nyeri pengendalian nyeri
- Melaporkan bahwa - Berikan preparat pada pasien
kulit terasa nyaman analgetik sebelum rasa - Rasa nyeri lebih
tanpa rasa gatal nyeri bertambah parah mudah
atau kencang dikendalikan jika
- Berikan intruksi dan diatasi sebelum
membantu pasien dalam nyeri bertambah
melaksanakan teknik parah
relaksasi, imajinasi dan - Tidakan
distraksi nonfarmakologik
- Kaji dan catat respons untuk mengatasi
pasien terhadap nyeri akan
intervensi memberikan
berbagai cara
intervensi yang
dapat mengurangi
sensasi nyeri
- Respon pasien
akan membantu
kita untuk
memastikan teknik
pengendalian nyeri
yang terbaik bagi
pasien
Kerusakan Integritas kulit tampak - Bersihkan luka, tubuh - Pembersihan setiap
integritas kulit membaik dan rambut setiap hari hari akan
yang KH : - kulit secara mengurangi
berhubungan umum tampak utuh - Laksanakan perawatan potensi kolonisasi
dengan luka dan bebas dari tanda- luka sesuai dengan bakteri
bakar terbuka tanda infeksi, tekanan preskripsi medic - Perawatan akan
dan trauma mempercepat
- Luka yang terbuka kesembuhan luka
- Cegah penekanan,
berwarna merah - Tindakan ini akan
infeksi dan mobilitas
muda, mempercepat
pada autograft
memperlihatkan pelekatan graft dan
bebas dari infeksi kesembuhan
- Luka yang baru - Laksanakan perawatan - Perawatan akan
sembuh teraba lokasi donor mempercepat
lunak dan licin kesembuhan pada
- Kulit terlumasi dan lokasi donor
- Berikan dukungan
elatis - Nutrisi yang
nutrisi yang memadai
memadai sangat
penting untuk
pembentukan
granulasi yang
normal dan
kesembuhan
- Kaji luka. Laporkan - Intervensi dini
tanda-tanda untuk mengatasi
kesembuhan yang kesembuhan luka.
buruk. Luka bakar yang
menjalani
pencengkokan
kulit atau yang baru
sembuh sangat
rentan terhadap
trauma
Kerusakan Pencapaian mobilitas - Atur posisi pasien - Pengaturan posisi
mobilitas fisik fisik yang optimal dengan seksama untuk yang benar akan
yang KH : - bertambah berat mencegah posisi yang mengurangi risiko
berhubungan setiap hari setelah terfiksasi pada daerah terjadinya
dengan edema sebelumnya tubuh yang terbakar kontraktur fleksi
serta rasa nyeri mengalami penurunan - Laksanakan latihan - Latihan rentang
pada luka bakar berat badan rentang gerak beberapa gerak akan
dan kontraktur - Turut kali sehari meminimalkan otot
persendian berpartisipasi - Batu pasien untuk - Mobilitas dini
dalam aktivitas duduk dan ambulansi mendorong
sehari-hari dini peningkatan
- Memenuhi seluruh pemakaian otot-
kebutuhan nutrisi - Gunakan bidai dan alat- otot
yang di perlukan alat latihan yang - Alat-alat tersebut
lewat asupan oral dianjurkan mendorong
sehari aktivitas pasien
sementara posisi
sendi yang benar
tetap
dipertahankan
- Dorong perawatan
- Perawatan mandiri
mandiri sampai taraf
akan mampercepat
yang sesuai dengan
kemandirian
kemampuan pasien
maupun
peningkatan
aktivitas
Perubahan proses Pencapaian proses - Kaji persepsi pasien dan - Data-data hasil
keluarga yang pasien/keluarga yang keluarganya terhadap penilaian
berhubungan tepat dampak luka bakar pada memberikan
dengan luka KH : - pasien fungsi keluarga informasi dasar
bakar mengutarakan dengan untuk perencanaan
kata-kata perasaannya - Tujukan keinginan perawatan
yang berkenan dalam untuk mendengarkan,
interaksi keluarga berikan dukungan yang - Sikap yang
- Keluarga realitis empatik
menyatakan bahwa memudahkan
kebutuhan mereka pasien untuk
terpenuhi mengutarakan
- Rujuk keluarga pada keprihatiannya
unit pelayanan social dengan kata-kata
dan sumber-sumber - Kolaborasi
pendukung lainnya jika membantu
diperlukan mengatasi
- Jelaskan strategi koping keprihatianan
yang lazim dalam secara
menghadapi luka bakar konprehensif
kepada keluarga.
Bicarakan cara-cara - Penjelasan
membantu
gunakan untuk mengurangi
mendukung pasien ansietas terhadap
hal-hal yang tidak
diketahui dan
mempermudah
intervensi yang
tepat oleh keluarga
terhadap pasien
Kurang Pasien dan keluarga - Kaji kesiapan pasien - Terbatasnya
pengetahuan mengungkapkan dan keluarganya untuk pendidikan
mengenai proses pemahaman belajar mengurangi
luka bakar penanganan luka bakar kemampuan pasien
KH : - menyatakan dan kelurganya
dasar pemikiran untuk untuk menerima
berbagai aspek - Pantau pengalaman informasi
penanganan yang pasien dan keluarga - Informasi ini
berbeda yang berhubungan memberikan data-
- Pasien dan dengan perawatan di data dasar untuk
keluarga turut rumah sakit dan penjelasan dan
berpartisipasi penyakitnya indiaksi yang
dalam menyusun - Tinjau proses menunjukan
rencana penanganan luka bakar harapan pasien
penatalaksanaan bersama pasien dan serta keluarganya
jika di perlukan. keluarganya - Mengetahui apa
yang akan terjadi
mempersiapkan
pasien dan
- Jelaskan pentingnya keluarganya dalam
partisipasi pasien dalam menghadapi
perawatan untuk kejadian
mendatang
memperoleh hasil-hasil - Informasi ini
yang optimal memberikan arah
- Jelaskan lama waktu yang spesifik
yang diperlukan untuk kepada pasien
sembuh dari luka bakar
- Kejujuran
meningkatkan
harapan realitis
BAB III
PENUTUP

Luka bakar di sebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koogulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas
atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera,
dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.

Luka bakar bisa saja terjadi karena antara lain :

- Panas (missal Api, Air Panas, Uap panas)


- Radiasi
- Listrik
- Petir
- Bahan Kimia (sifat Asam dan basa kuat)
- Ledakan Kompor, Udara Panas
- Ledakan Ban, Bom
- Sinar Matahari
- Suhu yang sangat rendah
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C. Buku Ajaran Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarrth


editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; akih bahasa, agung waluyo, dkk; editor
edisi bahasa Indonesia, Monica Ester , Ed.8. Jakarta: EGC, 2001

Grace A. Pierce dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance ILMU BEDAH. Penerbit Erlangga

Moenadjat Y.2003. Luka Bakar. Edisi 2. Jakarta Balai penerbit FKUI 2003
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 3. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai