Anda di halaman 1dari 23

HERNIA

DISUSUN OLEH :
NAMA : INDAH KAMAL
NIM : 2014061
PLETON : 1

PEMBIMBING
P.1 P.2

(IIS APRILIANI) (MOH ILHAM GEOLISTY LAHAY)

DIPLOMA III

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG MAKASSAR

T.A 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah
yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga makalah teknik
instrumentasi hernia inguinalis ini dapat diselesaikan dan disusun
dengan baik.
Makalah ini kami susun untuk memahami bagaimana penerapan
teknik insrumentasi hernia inguinalis di kamar operasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharap masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun, demi kelengkapan makalah kami.
Kami berharap, dengan makalah ini dapat menjadikan
peningkatan dalam proses belajar kami dalam mata kuliah
keperawatan perioperatif. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

MAKASSAR, 11, SEPTEMBER,2021

PENULIS
Daftar Isi

Kata pengantar...........................................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................
A. PENGERTIAN..................................................................................................................
B. REGIO............................................................................................................................
C. KLASIFIKASI......................................................................................................................
D. ETIOLOGI.........................................................................................................................
E. DIAGNOSIS.....................................................................................................................
F. GAMBARAN KLINIK.....................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN.....................................................................................................
H. KOMPLIKASI....................................................................................................................
I. TEHNIK INSTRUMENTASI................................................................................................
BAB III DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari
cincin, kantong dan isi hernia.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita.

Hernia diberi nama berdasarkan letaknya, misalnya Inguinal, Umbilikal,Femoral, dll.


Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel dan hernia ireponibel. Hernia
reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika posisi pasien berdiri dan masuk
lagi jika posisi pasien berbaring atau bila isi hernia didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus. Dikatakan hernia ireponibel bila isi kantong hernia tidak bisa
dikembalikan kedalam rongga peritoneum. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia.

Hernia ini disebut akreta (perlekatan karena fibrosis) bila tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia
inkarserata (terperangkap), atau hernia strangulata (tercekik). Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai adalah hernia strangulata
walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulasi.

Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
setelah operasi darurat untuk appendisitis. Selain itu hernia inkarserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Gambaran klinik hernia

Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Sakit Toksik


Reponibel / bebas + - - - -
Ireponibel / akreta - - - - -
Inkarserasi - + + + -
Strangulasi - ++ + ++ ++

Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut Hernia Richter
(Ahli Bedah Jerman). Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus
terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang
atau peritoneum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lobang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek
dapatan pada mesenterium, misalnya setelah anastomosis usus.

Hernia insipiens (memulai, ancaman akan terjadi) merupakan hernia indirek yang
berada di kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Kalau kantong
suatu hernia menonjol kedalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia
interparietalis atau hernia interstisialis.
Hernia indirek

Hernia interstisialis

Sebagian besar hernia terjadi di kanalis inguinalis : 50% bersifat tidak langsung, dan
25% langsung. Hernia ventralis membentuk 10% dari semua hernia; 5% ialah femoral dan
3% adalah umbilikalis. Sisanya adalah jenis hernia yang jarang terjadi ( Kortz & Sabiston,
1987).
BAB II

PEMBAHASAN

HERNIA INGUINALIS

A. PENGERTIAN
Hernia inguinalis merupakan suatu kondisi keluarnya suatu organ atau struktur organ
dari tempatnya yang normal melalui suatu defek pada area inguinal.

B. REGIO HERNIA INGUINALIS


Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan apponeurosis muskulus
transversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian trerbuka dari apponeurosis
muskulus oblikus eksternus. Atapnya adalah apponeurosis muskulus oblikus
eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma
pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.
C. KLASIFIKASI
1. Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga Hernia Inguinalis Lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.

2. Hernia Inguinalis Direk


Disebut juga Hernia Inguinalis Medialis, menonjol langsung kedepan melalui
segitiga Hesselbach (Ahli Ilmu Anatomi, Jerman), daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian
lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk
oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat apponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini
potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin cincin hernia longgar.

Nervus ilioinguinal dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis,


sekitar kanalis inguinalis,dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis,
skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
D. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada semua usia. Lebih banyak pada pria
daripada pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan juga faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanismne yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis,. Pada neonatus kurang lebih
90% prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur 1 tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten
menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus
vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insidens hernia tidak
melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten
bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insidens hernia meningkat denagn bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus
iliofemoralis setelah appendiktomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
skrotalis.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi
saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada didalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis,
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi
hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya
terdiri dari ovarium.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan pada hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak,
hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia
geser dapat terjadi disebelah kana atau kiri. Sebelah kanan isi hernia biasanya terdiri
dari sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan sebelah kirinya terdiri dari
sebagian kolon desendens.
F. GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengengkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang
hilang timbul dilipat paha biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia mengganggu
dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut
kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum
atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk
sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dapat
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan
jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba
berupa anulus inguinalis yang melebar.
Hernia insipien berupa hernia membakat apabila tonjolan hanya dapat dirasakan
menyentuh ujung jari didalam kanalis inguinalis tetapi tidak keluar. Pada bayi dan
anak-anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk atau
mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan
membandingkan yang kiri dan yang kanan, kadang didapatkan tanda sarung tangan
sutera.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko
tinggi untuk terjadi inkarserasi. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya
pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
herniorrafi / hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik
dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dengan herniotomi. Dikenal sebagai metode hernioplastik seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fascia transversa, dan menjahitkan pertemuan muskulus transversus
internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart menurut metode Bassini (ahli bedah,Italia), atau menjahitkan fascia
transversa, muskulus transversus abdominis, muskulus oblikus internus abdominis ke
ligamentum Cooper pada metode Mc Vay(ahli ilmu anatomi dan ilmu bedah,Amerika
Serikat). Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintetisseperti mersilene, prolene mesh, atau marleks untuk menutup defek.
Metode Bassini merupakan tehnik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun
1887, dan sampai sekarang masih merupakan operasi baku. Namun ahli bedah harus
memilih dan memodifikasi tehnik mana yang akan dipakai sesuai dengan temuan
pada operasi dan patogenesis hernia menurut usia dan keadaan penderita.
Pada bayi dan anak-anak dengan hernia kongenital lateral yang faktor
penyebabnya adalah adanya prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat, hanya
dilakukan herniotomi tanpa hernioplastik.
Kadang ditemuakan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan
hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini diperlukan
hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satupun tehnik yang
dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residi. Yang penting diperhatikan adalah
mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya
dibutuhkan plastik dengan bahan sintetis prolene mesh misalnya.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh tehnik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling
sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya
karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau
kantong hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif
umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain
dalam tehnik. Angka residif operasi hernia umumnya mendekati 10%.
Langkah-langkah penting yang harus dipertimbangkan dalam perbaikan hernia
adalah (1). Manajemen kantong peritoneum dan isinya, dan (2). Perbaikan defek
fasia. Apabila perbaikan defeknya terlalu besar atau hernianya rekuren, maka
mungkin perlu disertakan polipropilen, Dacron, atau tandur jala lainnya dalam
perbaikan tersebut. Tandur jala kemungkinan besar akan ditolak karena jaringan
disekitarnya akan tumbuh kedalam tandur (Morton,1989).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal (hernia
geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat
terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih
sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrogard yaitu dua segmen usus
terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritoneum seperti huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi keadaan
toksik akibat gangren, gambaran klinik menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita
mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneum.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali, disertai nyeri tekan, dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat,
karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

I. TEHNIK INSTRUMENTASI HERNIOTOMI DAN HERNIORRAFI


1. Pengertian
Adalah suatu cara yang dilakukan perawat kamar operasi dalam menyiapkan dan
membantu tindakan operasi Herniotomy (suatu tindakan membuka dan
memotong kantong hernia serta mengembalikannya isi kantong hernia ke dalam
cavum abdominalis) sedangkan, Hernioraphy dan Hernioplasti (mengikat leher
hernia dan menggantungkannya ke conjoint tendon.)

2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah perawat instrumentator untuk :
a. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrumen
b. Memperlancar handling instrumen pada operasi herniotomi dan herniorrafi /
hernioplasti
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi

3. Persiapan
 Persiapan pasien dan lingkungan
1) Persetujuan operasi
2) Alat-alat dan obat-obatan
3) Puasa
4) Lavement
5) Skiren
6) Setelah penderita dilakukan anesthesi mengatur posisi terlentang
7) Memasang plat diatermi di bawah betis pasien

 Persiapan alat
1). Alat On Steril
 Meja operasi
 Lampu operasi.
 Mesin suction dan mesin coutter.
 Tempat sampah medis dan non medis
2). Alat Steril
 Di Meja Linen
 Duk lubang besar :1
 Duk tulang/duk buntu besar :2
 Duk kotak/duk kecil :4
 Gaun steril :3
 Handuk steril :3
 Underped steril :1
 Di Baskom Steril
 Baskom besar :2
 Kabel couter :1

 Di meja mayo
 Washing & dressing forcep ( desinfeksi klem) :1
 Towel clamps (duk klem) :5
 Dissecting forceps (pinset chirurgis) :2
 Tissue forceps (pinset anatomis) :2
 Scalpel blade & handle :1
 Delicate hemostatic forceps pean (mosquito klem pean
bengkok) :2
 Haemostatic forceps pean (klem pean bengkok tanggung) : 6
 Retractor Us Army (Langeenbeck) :2
 Haemostatik Forceps kocher curved straight (kocher sedang
lurus) :5
 Haemostatik Forceps kocher curved curved(kocher sedang
bengkok) :5
 Delicate metzenboum scissors (gunting jaringan kasar bengkok)
:1
 Surgical scissors (gunting benang lurus) :1
 Needle holder :2
 Nierbekken (bengkok) :1

 Di Meja Instrumen
 Staples kulit :1
 Surgical needle : round body, taper, cutting
 Guiding probes kocher ( krops sonde ) :1
 Mangkok : 2

3. Bahan Habis Pakai


a) Handscone steril No 6,5 / 7 / 7,5 : 2/1/1
b) Mess no 10 :1
c) Kassa :10 lembar
d) Deepers :5
e) Deepers ”kacang” :1
f) Rol pita : 1 Roll
g) Povidon Iodine 10% : 100 cc
h) Normal Saline 0,9 % : 500 cc
i) Polyglactin 2.0 :1
j) Plain 2.0 :1
k) Mesch :1
l) Klip kulit/monofilamen 3.0/polipropilene 3.0 : 1/1/1
4. Prosedur
1. Setelah pasien diberikan anestesi SAB dan diposisikan supinasi, kemudian
pasanglah, underped onsteril dibawah badan pasien, dan pasang anastetic
screen di atas dada pasien, lalu pasang arde dibetis pasien.
2. Perawat sirkuler meminta ijin kepada pasien untuk membersihkan lapang
operasi dengan sabun desinfektan, sesuai dengan lokasi / sisi yang akan
dioperasi.
3. Instrumentator melakukan surgical scrubbing, gowning, dan gloving.
4. Perawat instrumen membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun
steril dan handscone steril.
5. Berikan Washing & dressing forcep ( desinfeksi klem), deepers dan iodine
10% dalam cucing pada asisten operator untuk melakukan desinfeksi pada
lapangan operasi.
6. Lakukanlah drapping dengan memberikan:
a.Underped steril 1 untuk sisi bawah/bagian simpisis
b.Duk tulang/besar buntu 1 diatas underped steril
c.Duk besar buntu 1 untuk bagian atas
d.Duk kotak/kecil 2 untuk bagian kanan/kiri
e.Fiksasi dengan towel clamps / duk klem 4
f. Duk lobang besar 1 pada sisi yang akan dioperasi
7. Pasang handpiece / kabel couter dan fiksasi dengan towel clamps/duk klem 1.
8. Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lapangan
operasi dari iodine.
9. Berikan pada operator Dissecting forceps (pinset chirurgis) untuk menandai
area insisi.
10. Berikan scalpel blade and handle, kassa dan dissecting forceps pada operator
untuk insisi pada kulit
11. Berikan delicate hemostatic forceps pean (mosquito klem pean bengkok) dan
kassa kering pada asisten dan rawat perdarahan dengan coutter.
12. Incisi diperdalam sampai fascia dengan menggunakan scalpel blade and
handle dan dissecting forceps
13. Fascia yang terbuka dijepit dengan haemostatic forceps kocher straight 2
14. Incisi diperpanjang dengan surgical scissors mayo dan diperlebar dengan US
Army retractors
15. Funikulus spermatikus dipreparasi dengan dengan steel deppers kecil basah
dijepit haemostatic forceps kocher lurus dan ditegel dengan pita tampon
basah diklem dengan haemostatic forceps kocher lurus
16. Kantong hernia dicari dengan 2 tissue foeceps dan kantong dibuka dengan
metzenboum scissors
17. Kantong dijepit 4 tampat dengan haemostatic forceps kocher curved
18. Kantol distal dan proksimal dipisahkan dengan metzenboum scissors dan
kassa basah
19. Kantong proximal dijahit dengan catgut plain nomer 1 atau benang
absorbable yang lain sesuai permintaan operator
20. Kantong proximal dipotong diatas simpul jahitan dan digantung ke conjoint
tendon dengan memberikan loss nald, tissue forceps dan guiding probes
kocher juga juga surgical scissors mayo untuk menggunting jahitan.
21. Kantong distal dipisahkan dari jaringan yang melekat dengan tissue forceps,
metzenboum Scissors dan kassa basah
22. Kantong distal yang tidak diambil dijahit marsupialisasi dengan needle
holder+ catgut plain no 2.0 jarum usus
23. Herniorafi dengan memasang mesch pada abdominal wall difiksasi ke
tuberkulum pubikum, ligamentum inguinale dan conjoint tendon dengan
needle holder dan polipropilene no 2.0, surgical scissors mayo
24. Rawat perdarahan dengan haemostatic forceps dan kassa
25. Luka operasi ditutup lapis demi lapis:
a. Fascia : absorbable (mis:vicril/safil) 2.0
b. Fat : catgut plain no 2.0
c. Kulit : klip,monofilament 3.0, polipropilene 3.0
26. Luka operasi dibersihkan dengan kassa basah dan ditutup dengan tulle +
kassa + hipavix

.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Gruendemann, BJ dan Fernsebner, B. 2006. Buku ajar Keperawatan Perioperatif


Volume 2:Praktik. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif, Banjarmasin


Sjamsuhidayat, R. Dan W. de J. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai