Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN SISTEM IMUN “HERNIA”

DI RUANGAN AR-RAUDAH II

RUMAH SAKIT HAJI MAKSSAR

NAMA : ELAN SEFTIANA SAMAI

NIM : 2119034

CI LAHAN CI INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI SAEJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022
A. PENDAHULUAN

Hernia adalah penonjolan sebagian isi organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal.1 Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling umum yang
memerlukan penanganan bedah untuk pengobatannya. Namun, yang mengalami
perbaikan penjepitan hernia kadang-kadang terjadi dan ini telah dilaporkan sebanyak
0,29-2,9% dari semua hernia inguinalis.2 Hernia inguinalis adalah masalah umum yang
dapat diderita oleh lebih dari 25% pria selama masa hidup mereka dan sebanyak 2%
wanita mengalami hernia inguinalis.3,4Setiap tahun lebih dari 20 juta perbaikan hernia
inguinalis dilakukan di seluruh dunia.5Di Amerika Serikat perbaikan hernia inguinalis
mencapai 990.000 setiap tahunnya.6 Di negara maju, orang yang berusia lebih dari 85
tahun yang terdiri dari 2% populasi umum pada tahun 2050 diperkirakan akan
meningkat dua kali lipat mengalami penyakit hernia inguinalis. Ini berarti bahwa tingkat
presentasi ke rumah sakit pada penderita hernia inguinalis juga akan meningkat.7
Tindakan bedah dalam penyembuhan hernia inguinalis adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan dan kekambuhan hernia inguinalis jarang terjadi. Risiko
kekambuhan hernia bisa mencapai hingga 15% tergantung pada berbagai faktor
termasuk keahlian dokter bedah.8 Risiko pertambahan hernia inguinalis yang sebanyak
1.7% dari populasi umum dapat meningkat sekitar 4% setelah usia 45 tahun. Insiden
hernia inguinalis pada populasi yang berusia antara 16 sampai 24 tahun adalah 11 /
10.000 orang tiap tahun. Jumlah ini akan meningkat sampai di atas 200 / 10.000 orang
tiap tahun pada populasi yang berusia di atas 75 1 2 tahun. Elektif hernia inguinalis
umumnya dikaitkan dengan tingkat kematian yang diperkirakan di bawah 0,01%.9
Hernia inguinalis dapat terjadi disebelah kanan 60%, sebelah kiri 20-25%, dan bilateral
15%. Sekitar 75% dari semua hernia yang berada di dinding perut terlihat di
selangkangan.10 Bank Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa
berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab
sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145
kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051 kasus diantaranya
terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita.11 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Indri MS dan Asri AE di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun
2012 didapati jumlah kasus hernia inguinalis sebanyak 80 pasien.11 Berdasarkan uraian
yang telah dipaparkan,maka penulis merasa tertarik dan penting untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran karakteriktik penderita hernia inguinalis di RSUD
Pirngadi Medan.
A. ANATOMI FISIOLOGI

Secara letak anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar
yang terdiri dari aponeurosis, facia, lemak, dan kulit. Aponeurosis merupakan otot-
otot yang memiliki tendon. Terdapat tiga lapisan otot pada bagian lateral dengan fosa
oblik yang saling berhubungan.
Untuk mencegah terjadinya hernia inguinalis terdapat otot transversus abdominalis
merupakan otot internal lateral yang terdiri dari otot-otot dinding perut dan lapisan
dinding perut. Pada bagian kauda otot yang membentuk lengkungan aponeurotik
transversus abdominalis yang merupakan bagian tepi atas cincin inguinal internal
dan diatas dasar medial kanalis inguinalis. Yang menghubungkan tuberkulum
pubikum dan spina iliaka anterior superior adalah ligamentum inguinal. Pada bagian
medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus kanalis
ingunalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.
Pada bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus

eksternus dan bagian bawah terdapat ligamentum inguinalis. Segitiga


Hasselbach bagian medial dibatasi oleh lateral rektus abdominis, bagian lateral
dibatasi oleh pembuluh darah vena dan arteri

epigastrika inferior, pada bagian basis dibatasi oleh ligamentum inguinal.


Kanalis inguinalis adalah saluran yang melalui dinding perut bagian bawah
berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya testis ke dalam skrotum. Kanalis
inguinalis dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominalis.
Pada laki-laki, funikulus spermatikus (s.c) melewati kanal inguinalis yang
merupakan tempat testis di dalam kantong skrotum.

Funikulus spermatikus memiliki banyak pembuluh darah arteri, saraf, dan duktus
deferen yang menghubungkan testis dengan vesikula seminalis.

Pada masa mudigah,testis berkembang dari gonadal yang terletak dibelakang


rongga abdomen. Dalam bulan-bulan terakhir kehidupan janin memicu turunnya testis
secara perlahan menelusuri rongga abdomen melalui kanalis inguinalis kedalam
skrotum. Testosteron dari testis janin memicu turunnya testis ke dalam skrotum.

Setelah testis turun ke dalam skrotum, lubang di dinding abdomen tempat


kanalis inguinalis lewat menutup erat di sekitar duktus deferen dan pembuluh darah
yang berjalan dari masing-masing testis ke dalam rongga abdomen.Penutupan tak
sempurna atau ruptur lubang ini memungkinkan visera abdomen keluar sehingga
menimbulkan hernia inguinalis.

Meskipun waktunya agak bervariasi namun penurunan testis biasanya selesai pada
bulan ketujuh gestasi. Karena itu, penurunan sudah selesai pada 98% bayi laki-laki
aterm.
B. PENGERTIAN
Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu
organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam
parietes muskuloaponeurotik dinding abdomen yang normalnya tak dapat dilewati.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis).
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding abdomen
di trigonum Hasselbach yang menyebabkan hernia langsung menonjol.
Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang bersifat kongenital dan disebabkan oleh
kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunnya testis ke dalam skrotum
atau keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis terletak didalam
funikulus spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus kremaster yang terbentuk dari
pleksus.
venosus pampiniformis, duktus spermatikus, dan arteri spermatika.
Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah suatu
keadaan yang abnormal dari menonjolnya isi suatu rongga ke dalam suatu lubang.
Sedangkan pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal dari
penonjolan isi perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi
atas dua, yaitu hernia inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach)
dan hernia
inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis).

C. KLASIFIKASI
1. Pembagian menurut isi:
a) Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
b) Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.
c) Sliding hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.
2. Hernia menurut tempat :
a) Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
b) Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
c) Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
d) Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada.
e) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada sumsum
tulang belakang. Hernia ini terjadi karena nukleus pulposus yang berada
diantara dua tulang belakang menonjol keluar. Benjolan ini dapat menekan
sumsum tulang belakang atau sarafnya. Biasanya hernia ini terjadi pada
tulang punggung, akibatnya penderita merasa sakit pada kedua tungkai
bawah dan bila lebih hebat dapat menyebabkan kelumpuhan kedua kaki.
3. Sifat hernia :
a) Hernia reponibel
Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b) Hernia ireponibel
Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut.
 Hernia akreta
 Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
 Hernia inkarserata Hernia yang terjadi bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase.
 Hernia strangulate
Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit oleh cincin
hernia yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan
gangren usus yang mengharuskan tindakan operasi segera.
D. ETIOLOGI
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis.Penyebab lain terjadinya hernia inguinalis adalah adanya lokus.
minoris resisten atau tempat dinding disekitarnya mengalami pelemahan.
Berbagai jenis profesi dapat menimbulkan hernia inguinalis sebagai akibat dari
peningkatan tekanan intra abdomen seperti atlet angkat besi dan balap sepeda.
Beberapa jenis pekerjaan juga bisa menimbulkan hernia seperti buruh pekerja yang
mengangkat beban berat.

E. PATOFISIOLOGI

Salah satu penyebab munculnya hernia yang sering terjadi adalah adanya peningkatan
intra abdomen, seperti: batuk kronis, hipertrofi prostat, ascites, peningkatan cairan
peritoneum dari atresia bilier,organomegali, dan konstipasi.
Selama perkembangan organ kemih dan saluran reproduksi pada pria, hernia indirek
memiliki jalur yang sama ketika testis turun dari perut ke skrotum. Oleh sebab itu,
alasan mengapa pria lebih sering terkena hernia inguinalis daripada perempuan
dikarenakan ukuran pada kanalis inguinalis dan cincin kanalis pria lebih besar. Pada
saat testis janin turun ke dalam skrotum dari retroperitoneum seharusnya prosesus
vaginalis tertutup. Jika prosesus vaginalis tidak tertutup komponen seperti usus dan
lemak akan masuk ke dalam yang akan menyebabkan hernia indirek.
Kehamilan, batuk kronis, Kelemahan otot abodmen

Tekanan intra
abdomen

Peregangan rongga
dinding

Herniasi

Cincin hernia

Hernia inguinalis

Penekanan pembuluh Gangguan penyaluran isi (usus)


darah

Strangulasi Makan tidak dapat di

Penekanan Pembedahan Lama tersimpan simpul

terputusnya kontinuitas
Gangguan rasa jaringan lunak Perubahan nutrisi
nyaman dan yneri kurang dari kebutuhan

proses terputusnya destruksi keterbatasan


penyembuhan simpul pertahanan gerak

Peningkatan gangguan porte de hipoperistaltik


metabolisme rasa usus
nyaman:
kebutuhan nutrisi nyeri masuknya
mikroorganisme ganggunan eliminasi
BAB konstipasi

Perubahan
nutrisi Resiko tinggi
Kurang dari infeksi

Kurang
Gangguan
perawatan
mobilitas
diri
fisik
F. TANDA DAN GEJALA

 Yeri ulu hati (heartburn)


 Penyakit asam lambung (gerd)
 Kesulitan menelan (disfagia)
 Sesak napas.
 Muntah darah.
 Dada nyeri.
 Sakit perut.
 Tinja berwarna kehitaman.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Sering benjolan muncul
dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas.12 Pada inspeksi diperhatikan keadaan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia,
diraba.
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah
benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang
cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
Jika jari tangan tak dapat melewati anulus inguinalis profundus karena adanya massa,
maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Gambaran yang menyokong adanya
hernia indirek mencakup turunnya ke dalam skrotum yang sering ditemukan dalam
hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia indirek. Hernia direk lebih
cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada anulus inguinalis superfisialis dan
massa ini biasanya dapat direposisi ke dalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien
dalam posisi terbaring. Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam
kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada
samping jari tangan sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah
khas dari hernia direk.
H. KOMPLIKASI
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan
jepitan pada hernia semakin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat berupa
cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus
dan memiliki gambaran obstruksi usus akan menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Apabila sudah terjadi strangulasi yang
dikarenakan adanya gangguan vaskularisasi akan menyebabkan suatu keadaan toksik
akibat gangren dan menjadi suatu gambaran klinis yang komplek dan sangat serius.
Pada kasus ini penderita mengeluhkan rasa nyeri lebih hebat di tempat hernia. Apabila
terjadi rangsangan peritoneal nyeri tersebut akan menetap. Pada pemeriksaan lokal
akan ditemukan suatu benjolan yang tidak dapat masuk kembali dan disertai nyeri
tekan, tergantung keadaan isi hernia. Hal ini menyebabkan terjadinya tanda peritonitis
dan abses lokal.

I. PENATALAKSANAAN

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang yang berfungsi untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dapat dilakukan pada hernia inguinal strangulata,
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Cara mereposisi adalah
dengan tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorong ke arah cincin hernia dan memberi sedikit tekanan sampai terjadi
reposisi. Bila usaha reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan
tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Cara ini lebih baik dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Ada banyak metode hernioplastik, seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup, dan
memperkuat fasia transversal dan menjahitkan pertemuan m. transversus internus
abdominis dan m. oblikus internus abdominalis ke ligamentum inguinal. Inguinal
Poupart (metode Bassini) atau ligamentum.
Cooper (metode Mc Vay). Herniorafi adalah membuang kantong hernia

disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah
dibelakang kanalis inguinalis.

Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis :

1. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan risiko hernia

inkarserata atau hernia strangulata.

2. Nyeri hebat, yang merupakan respon masuknya penonjolan memenuhi

kanal. Pada hernia inkarserata dan hernia strangulata pembedahan mungkin


diperlukan untuk menghilangkan bagian dari usus atau apabila kondisi hernia
dengan intervensi reseksi usus. Reseksi usus dapat dilakukan secara laparaskopi.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Identitas Klien :

Penyakit Hernia sering terjadi pada anak2 dan pada dewasa yang mengerjakan
kegiatan berlebihan, melakukan pengangkatan benda berat.
 Keluhan utama
Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri.

 Riwayat penyakit sekarang :

Klien mengeluh nyeri, ada benjolan,mual muntah.

 Riwayat penyakit sebelumnya :

Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di

derita klien.

 Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :

Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya,


suka bekerja menolong orang tua, klien masih dapat berkomunikasi dengan
orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar
membantu dalam proses penyembuhan.
 Aktivitas/istirahat

Gejala :

a. Sebelum MRS:

Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, berkebun,


mengangkat2 sawit dan menimbang karet.
b. Sesudah MRS:

1) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.

2) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian


tubuh.
3) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya

dilakukan.

4) Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.

5) Gangguan dalam berjalan.

 Eliminasi

Gejala :

a. Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.

b. Adanya retensi urine.


 Istirahat tidur.

Penurunan kualitas tidur.

 Personal Higiane.

Penurunan kebersihan diri, ketergantungan.

 Integritas Ego

a. Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah


pekerjaan finansial keluarga
b. Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari

keluarga/orang terdekat

 Kenyamanan

a. Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk


dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya,
nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321).

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kurang control situasional
 Resiko tinggi perdarahan b.d pembedahan
 Resiko tinggi infeksi b.d luka operasi
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan lunak terhadap tindakan


pembedahan (Doeagoes, 2000: 500)
Tujuan : Gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi

Intervensi:

a. Kaji keadaan luka, adanya inflamasi

b. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dangan kebutahan

c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi.

d. Berikan posisi pasien senyaman mungkin.

e. Kolaberasi pemberian obat analgesik

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidak kuatan pertahanan.

primer dan kerusakan jaringan kulit (Doeagoes, 2000: 202).

Tujuan: resiko tinggi infeksi dapat teratasi.

Intervensi :

a. Kaji keadaan luka, adanya inflamasi

b. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu tubuh

c. Lakukan tindakan perawatan luka secara aseptik dan antiseptik

d. Pertahankan perawatan luka dengan balutan kering

e. Kolaberasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

3. Gangguan eliminasi BAB: konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus


sekunder terhadap imobilitas (Doeagoes, 2000: 505).
Intervensi: .

a. Kaji pola eliminasi pasien.

b. Anjurkan banyak minum + 2000 ml setiap hari.

c. Anjurkan untuk pergerakan / ambulasi sesuai kemampuan.

d. Gunakan bedpan sampai pasien mampu untuk defekasi turun dari

tempat tidur.

e. Kolaberasi dengan tim ahli gizi dalam penmberian makanan tinggi

serat.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang


kurang terhadap metabolisme tubuh yang meningkat (Doeagoes, 2000: 426).
Tujuan: mempertahankan berat badan pasien yang tepat.

Intervensi:

a. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pasien untuk mencerna makanan.


b. Timbang berar badan sesuai indikasi masukan dan keluaran

c. Auskultasi bising usus : palpasi abdomen

d. Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet dari pasien

e. Observasi terhadap terjadinya diare

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan


neuromuskuler (Doengoes, 1999: 324):
Tujuan : mempertahankan fungsi secara normal.
Intervensi:

a. Berikan informasi mengenai mobilisasi.

b. Berikan lingkungan yang nyaman

c. Dorong pasien untuk melakukan mobilisasi

d. Ikuti aktivitas dengan periode istirahat

e. Bantu melakukan rentang gerak pasif dan aktif

6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan immobilitas (Carpenito, 2000:

821).

Tujuan: pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan pasien.

b. Bantu dan ajarkan pada pasien untuk melakukan perawatan diri sesuai kemampuan
c. Usahakan untuk melakukan satu bagian kegiatan setiap waktu.

d. Kaji hal-hal, yang dapat mengganggu pasien dalam memenuhi

kebutuhannya sehari-hari

e. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien.


FORMAT PENGKAJIAN

KMB

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan : Tn.”M”

2. Tempat tgl lahir/usia : 21/oktober/1996

3. Jenis kelamin : laki-laki


4. A g a m a : islam
5. Pendidikan : S1

6. Alamat : jl tinumbu

7. Tgl masuk : 27/07/2022

8. Tgl pengkajian : 29/07/2022


9. Diagnosa medik : hernia
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit : Bengkak di bagian perut kiri bawah

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengatakan bengkak di perut kiri bawah.


Pasien pernah melakukan operasi pertama pada tahun 2021 dan sekarang
melakukan operasi kedua pada tanggal 25/07/2022

B. Riwayat Kesehatan Lalu.

1. Kecelakaan yang pernah dialami : tidak ada

2. Pernah dioperasi : pernah

3. Pernah dirawat dirumah sakit : pernah

4. Konsumsi obat-obatan bebas: tidak

5. Perkembangan anak disbanding saudara lainnya : lambat

6. Informasi relevan : tidak ada informasi relevan

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Genogram
Keterangan:

:Laki-laki

:Meninggal

: klien

:Tinggal serumah

? :Umur tidak di ketahui


2. Penyakit anggota keluarga

VIII. Riwayat Spiritual

1. Support sistem dalam keluarga

2. Keyakinan keagamaan yang terkait dengan kesehatan :

Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Saat Sakit

Sakit
1. Selera makan Nasi,daging,sayur-sayuran Bubur, dan sayur-

2. Menu makan 2xsehari sayuran

3. Frekuensi makan

4. Makanan yang disukai


5. Makanan pantangan

6. Pembatasan pola makan


7. Cara makan

8. Ritual saat makan

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis minuman Air putih 6x Air 3x sehari

2. Frekuensi minum sehari enam gelas

3. Kebutuhan cairan

4. Car pemenuhan

i. Eliminasi (BAB & BAK)


Kondisi Sebelum Saat Sakit

Sakit
1. Tempat 3x sehari 1x sehari
pembuangan sebanyak 3x sebanyak 1x
2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi

4. Kesulitan

5. Obat pencahar
ii. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Saat Sakit

Sakit
1. Jam tidur

a. Siang 3jam A. jam


8 jam 5 jam
b. Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan
sebelum tidur
4. Kesulitan tidur

E. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Saat Sakit

Sakit
1. Mandi

a. Cara

b. Frekuensi

c. Alat mandi

2. Cuci rambut

a. Frekuensi

b. Cara

3. Gunting kuku a.
Frekuensi
b. Cara

4. Gosok gigi

a. Frekuensi

b. Cara

F. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Saat Sakit

Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Guru ngaji

2. Pengaturan jadwal harian

3. Penggunaan alat Bantu

Aktifitas

4. Kesulitan pergerakan
tubuh
G. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang

3. Perasaan setelah
bermain
4. Waktu senggang klg
5. Kegiatan hari

libur

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien

Baik √ lemah sakit berat cukup

2. Tanda-tanda vital

Suhu : 36,5°C

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Tekanan darah :154/101 mmHg


3. System pernapasan : Normal

1. Hidung : -

pernapasan cuping hidung : -

secret : -

polip : -

epistaksis : -

2. Leher

Pembesaran kilenjar :

Tumor :

3.Dada :

Bentuk dada normal :√

Barrel :

Pigeon chest :

Perbandingan ukuran anterferior posterior dengan transeversal :

Gerakan dada : simetris √

Terdapat retaksi :-

Otot bantu pernapasan : -

Suara napas : vocal fremitus

Normal :√

Rochi :-

Wheezing :-

Stridor :-
Rales :-

Clubbir :-

Finger :-

2. System cardio vaskuler

 Conjustiva :-

Anemia :-

Bibir pucat, arteri carotis kuat/lemah : -

Tekanan vena jagularis : meninggi/tidak :

 Ukuran jantung : normal √ membesar : - crus cardis/apex : -

 Suara jantung : S1, S2, Bising aorta :

Murmur :

Gallop :

 Capiilar refilling time……. Detik

 Informasi relavan :

3. System pencernaan

Sklera : icterus/tidak :

- Bibir lembab :

- Kering : √

- Pecah-pecah :

- Labio skizis :

 Mulut : stomatis : palate skizis : jumlah gigi : kemampuan

 Menelan : baik/sulit

 Gaster : kembung : nyeri : Gerakan peristalsis :

 Abdomen : hati : teraba lien : ginjal : esses

 Anus : lecet hemoroid :

 Informasi relavan :

4. System muskulo skeletal :

Kepala : bentuk Gerakan

Vertebrae : scoliosis :

Lordosis :
Kiposis :

Gerakan ROM

Kekuatan otot ke 4 ekstremitas :

Informasi relavan :

5. System integument :

Rambut : warna : beruban

Mudah tercabut :

Kulit : warna : temperatur kelembaban erupsi tahi lalat

Kuku : warna : permukaan kuku : bersih mudah patah kebersihan :

Informasi relavan :

6. System endokrin

Kilenjar tiroid :

Eskresi urine berlebihan :

Polidipsi :

Poliphagian :

Suhu tubuh…. Keringat berlebihan

Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :

Informasu relavan :

7. System perkemihan

Edema palebra :

Moon face :

Edema anasarkan :

Nocturia :

Dysuria :

Kencing batu :

Haematuria :

Informasi relavan :
8. System reproduksi

 Wanita

Labia mayora dan minora

Payudara : putting , aerrolla mammae

 Laki-laki

 Keadaan gland penis : urethra, kebersihan

 testis : sudah turun/belum

 Pertumbuhan rambut : kumis, janggut, rambut ketiak

a. Pertumbuhan jakun,perubahan suara

Informasi relevan

D. Sistem Imun

1. Alergi (cuaca,debu, bulu binatang, zat kimia)

2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca

9. Test Diagnostik

1. Laboratorium

2. Foto Rotgen

3. CT Scan

4. MRI, USG, EEG, ECG dll

10. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci) :

1. Obat-obatan

Hernia atau turun berok ternyata terdiri dari berbagai jenis yag dilihat berdasrkan
tempat terjadinya hernia hiatal tidak menyebabkan tonjolan

2. Antasida

Salah satu cara mengatasi asam lambung yang naik ke korongkongan akibat
hernia hiatal yaitu memanfaatkan antasida

3. Penghambat pompa proton (proton pump inhibitors)


4. Mengubah pola makan

Tidak hanya obat, ad acara lain yang bisa anda lakukan untuk meredakan gejala
hernia selain operasi, yaitu mengubah pola makan

5. Rutin berolahraga

Beberapa orang mungkin merasa nyeri pada daerah organ mereka menonjol,
terutama bila harus berolahraga. Faktanya, rutin berolahraga justru bisa
menringankan rasa sakit yang dialami oleh beberapa penderita hernia

6. Latihan pernafasan diafragma

Salah satu jenis olahraga yang bisa menjadi obat untuk meringankan gejala hernia
adalah laithan pernafasan diafragma.

7. Tidak mengangkat beban berat

8. Gaya hidup sehat


KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Pasien mengatakan nyeri dibagian 1. Pasien terlihat meringis
perut yang pernah dilakukan 2. Terlihat pembengkakan di perut
operasi ysng pernah dilakukan operasi
2. Pasien mengatakan bengkak di 3. P : perut yang pernah dilakukan
perut sebelah kiri bawah operasi

Q : tertusuk-tusuk

R :perut bawah sebelah kiri

S:8

T : terus:menerus

1. Pasien mengatakan kesulitan 1. Pasien tampak pucat


makan karena merasa cemas 2. Pasien tampak cemas
dengan pembengkakan di perut 3. Pasien tampak lemah
ANALISA DATA

Nama inisial/umur : Tn. M


Ruang/kamar : Ar-rauda

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data subjektif : Herniasi Gangguang rasa


1. Pasien mengatakan nyeri nyaman
dibagian perut yang pernah
dilakukan operasi cincin hermia

2. Pasien mengatakan bengkak


diperut sebelah kiri bawah Penekanan pembuluh
Data objektif : darah
1. Pasien terlihat meringis
2. Terlihat pembengkakan
diperut yang pernah di operasi Strangulasi
P : bengkak diperut yang
pernah di operasi
Q: tersuk-tusuk Penekanan

R: perut bawah sebelah kiri


S: 8
Nyeri akut
T: terus-menerus

2. Data subjektif : Pembedahan Factor psikologis


1. Pasien m,engatakan kesulitan
makan karena merasa cemas dengan
pembengkakan terputusnya
kontuinitas jaringan

Data objektif : lunak

1. Pasien tampak pucat


2. Pasien tampak cemas
proses penyembuhan
3. Pasienj tampak lemah

peningkatan
metabolisme
kebutuhan nutrisi

defisit nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Inisial/Umur : Tn.


M Ruang/Kamar :
Ar-raudah II kamar 2
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan rasa nyaman

2. Deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis


RENCANA KEPERAWATAN

Nama inisial/umur : Tn. M


Ruangan/kamar : Ar-raudaII kamar 2

Hasil Yang
Tgl Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan diharapkan

1. Nyeri akut 1. Setelah Observasi Observasi


berhubungan dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
dengan gangguan Tindakan skala nyeri tingkat nyeri
rasa nyaman keperawatan Terapeutik Terapeutik
selama 2x24 2. Fasilitasi 2. Memberikan
jam istirahat dan terapi tanpa obat
diharapkan tidur untk kenyamanan
tingkat nyeri Edukasi Pasien
Pasien 3. Anjurkan Edukasi
menurun memonitor 3. Untuk
dengan nyeri secara meningkatkan
kriteria hasil: mandiri pengetahuan
1.keluhan Pasien tentang
nyeri Pasien memonitor nyeri
dari skala 1 secara mandiri
meningkat
menjadi skala
5 menurun.
2.meringis
dari skala 1
meningkat
menjadi skala
5 menurun

2. Defisit nutrisi 1. Setelah Observasi Observai


berhubungan dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
dengan factor Tindakan status nutrisi mengettahui status
pisikologis keperawatan Terapeutik nutrisi Pasien
selama 2x24 2. Berikan Terapeutik
jam suplemen 2. Terapi tanpa obat
digarapkan makanan, jika Edukasi
status nutrisi perlu 3. Untuk
Pasien Edukasi meningkatkan
membaik 3. Anjurkan posisi pengetahuan
dengan duduk Pasien tentang
kriteria hasil : anjuran posisi
1.porsi makan duduk
yang
dihabiskan
dari skala 1
menurun
menjadi skala
5 meningkat
2.meningkatk
an nutrisi dari
skala 1
menurun
menjadi skala
5 meningkat
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (PER DIAGNOSA

Nama/inisial : Tn. M
Ruangan/kamar : Ar-RaudahII

NAMA
Tgl DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI
PERAWAT
29/07/2 Nyeri akut Observasi
2 berhubungan 1. Mengidentifikasi skala
dengan factor nyeri
pisikologis Hasil:
P : bengkak diperut yang
pernah di operasi
10:00
Q: tersuk-tusuk
R: perut bawah sebelah kiri
S: 8
T: terus-menerus
Terapeutik
2. Mengfasilitasi istirahat dan
tidur
Hasil :
Dengan diberikan fasilitas
istirahat tidur Pasien
merasa nyaman meskipun
tidak terlalu lama
Edukasi
3. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Hasil : ajarkan memonitor
nyeri untuk menghilangkan
rasa nyeri
29/08/2 Deficit nutrisi 12:00 Observasi
022 berhubungan 1. Mengidentifikasi status
dengan factor nutrisi
pisikologis Hasil :
TD : 100/80

Terapeutik
2. Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
Hasil :
Pasien diberikan suplemen
makanan
Edukasi
Mengajurkan posisi duduk
Hasil :
Pasien mulai paham
dengan anjuran posisi
duduk

30/07/2 Nyeri akut Observasi


022 berhubungan 1. Medentifikasi skala nyeri
dengan Hasil :
P : bengkak diperut yang

2:30 pernah di operasi


Q: tersuk-tusuk
R: perut bawah sebelah kiri
S: 1
T: Hilang timbul

Terapeutik

2. Mengfasilitasi istirahat dan


tidur
Hasil :
Dengan diberikan fasilitas
istirahat tidur Pasien sudah
mulai merasa nyaman.
Edukasi
3. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Hasil :
Ajarkan memonitor nyeri
untuk menghilangkan rasa
nyeri.

31/0720 Deficit nutrisi Observasi


22 berhubungan 1. Mengidentifikasi status
dengan gangguan nutrisi
rasa nyaman Hasil :

1:00 TD : 120/80
P :25
S : 36’5

Terapeutik
2. Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
Hasil :
Pasien diberikan suplemen
makanan
Edukasi
Mengajurkan posisi duduk
Hasil :
Pasien sudah mulai merasa
nyaman dengan anjuran posisi
duduk
EVALUASI KEPERAWATAN (PERDIAGNOSA)

NAMA/INISIAL : Tn. M
RUANGAN/KAMAR : AR-Raudah II

Tanggal NO. DX Evaluasi SOAP Nama

Perawat
29/07/2022 Nyeri akut berhubungan Subjektif :
dengan factor pisikologis 1. Pasien mengatakan nyeri
dibagian perut yang pernah
dilakukan operasi
2. Pasien mengatakan bengkak
di perut sebelah kiri bawah

Objektif :
1. Pasien terlihat meringis
2. Terlihat pembengkakan di
perut ysng pernah dilakukan
operasi
3. P : perut yang pernah
dilakukan operasi

Q : tertusuk-tusuk

R :perut bawah sebelah kiri

S:8

T : terus:menerus
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
29/07/2022 Deficit nutrisi berhubungan Subjektif :
dengan factor pisikologis 1. Pasien mengatakan
kesulitan makan karena
merasa cemas dengan
pembengkakan di perut

Objektif :
1. Pasien tampak pucat
2. Pasien tampak cemas
3. Pasien tampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

30/07/2022 Nyeri akut berhubungan Subjektif :


dengan gangguan rasa nyaman 1. Pasien sudah tidak
mengeluh nyeri
2. Pasien mengatakan sudah
tidak ada pembengkakan
Objektif :
1. Pasien sudah tidak meringis
2. Sudah tidak ada
pembengkakan
3. P : perut yang pernah
dilakukan operasi

Q : tertusuk-tusuk

R :perut bawah sebelah kiri

S:1

T: hilang timbul

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

30/07/2022 Deficit nutrisi berhubungan Subjektif :


dengan factor pisikologis 1. Pasien mengatakan nafsu
makan sudah mulai membaik
Objektif :
1. Pasien sudah tidak pucat
2. Pasien sudah tidak cemas
3. Pasien sudah tidak lemah
A.Masalah teratasi
P. Hentikan intervensi
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA
PASIEN

No Nama obat Golongan Dosis Cara Fungsi obat 1

1. Amlodipine Calcium channel 1 amp Oral Menurunkan tekanan d


blockers ( CCBS) tinggi, membantu menc
stroke,serangan jantung,
masalah ginjal.

2. Ceftriaxone Sefalosporin 1gr Iv Media dan Ceftriaxone u


mengatasi penyakit ak
infeksi bakteri, se
gonore, meningitis,
media dan sifilis

3. Santagesik Obat keras 1 amp Iv Untuk mengatasi nyeri


atau kronik berat.

4. Ranitidine Antagonis reseptor 1 amp Iv Untuk mengobati gejala


histamin H2 penyakit yang berk
dengan produksi a
lambung berlebih.

5. Ketolorak Antiinflamasi 1 amp Iv Meredakan nyeri hingga b


nonsteroid ( OAINS)

6. Ranitidine Antagonis reseptor 1 tab oral Untuk gejala penyakit a


histamin H2 lambung

Anda mungkin juga menyukai