DISUSUN OLEH :
SRI ASRIANI
NIM.P.12052
DISUSUN OLEH :
SRI ASRIANI
NIM.P.12052
: Sri Asriani
NIM
: P.12052
Program Studi
: DIII Keperawatan
KONSTIPASI
PADA
ASUHAN
II
RSUD
Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA
Mengatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
SRI ASRIANI
NIM.P.12052
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
: Sri Asriani
NIM
: P.12052
Program Studi
: DIII Keperawatan
KONSTIPASI
KEPERAWATAN
NY.T
PADA
ASUHAN
DENGAN
STROKE
II
RSUD
Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama
: Sri Asriani
NIM
: P.12052
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: PEMBERIAN
TINDAKAN
MENGATASI
ROM
KONSTIPASI
PASIF
PADA
DALAM
ASUHAN
RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: Surakarta
Hari/Tanggal
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
( )
Penguji I
( )
Penguji II
( )
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Tindakan Rom Pasif dalam Mengatasi
Konstipasi Pada Asuhan Keperawatan Pada Ny.T dengan Stroke Hemoragik di
High Care Unit (HCU) Anggrek II Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.
Adapun penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ahli Madya (Amd) pada program Studi Diploma III
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1.
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
3.
4.
Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., M.Kep, selaku dosen penguji yang
telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya stadi kasus ini.
5.
Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya stadi kasus ini.
6.
Semua Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang
bermanfaat.
7.
Kepala High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi dan para staf yang
telah memberikan ijin pada penulis dan membantu melakukan studi kasus untuk
penyusunan karya tulis ini.
8.
Kedua orang tuaku, Adik kandungku, serta pacarku, yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
9.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
ii
iii
iv
vii
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................
1. Stroke...............................................................................
2. Konstipasi ........................................................................
25
28
37
38
39
39
39
39
40
B. Pengkajian ..............................................................................
40
48
vii
BAB V
BAB V
49
E. Implementasi ..........................................................................
52
55
PEMBAHASAN
A. Pengkajian ..............................................................................
60
67
72
75
78
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
80
B. Saran ......................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
31
31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
ilmiah
Unit (HCU) didapatkan data pasien hemiparase anggota gerak bagian kiri tidak
dapat digerakkan sehingga mengalami konstipasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Tindakan Rom Pasif dalam
Mengatasi Konstipasi pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan Stroke
Hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas ROM pasif dalam mengatasii konstipasi
pada Asuhan Keperawatan Ny.T dengan Stroke Hemoragik di High Care
Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Memberikan informasi pada Ny.T cara untuk melakukan ROM pasif dalam
mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik.
2. Rumah sakit
Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi metode dalam
melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke
Hemoragik.
3. Bagi Institusi
Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi baru bagi
mahasiswa tentang melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada
pasien Stroke Hemoragik.
4. Bagi Peneliti
Hasil pengaplikasian ini memberikan pengalaman serta pengetahuan baru
bagi peneliti dalam bidang keperawatan khususnya dalam melakukan ROM
pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Hemoragik.
5. Bagi Perawat
Hasil pengaplikasian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi perawat lain
dalam melakukan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien
Stroke Hemoragik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
1.
Stroke Hemoragik
a. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau
seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik lokal atau global)
yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih 24 jam atau
menyebabkan kematian, yang semata mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(Stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan
(Stroke pendarahan) (Budiman, 2013).
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa
jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai dengan daerah yang
terganggu (Irfan, Muhamad, 2012).
Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang
cairan cerebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut otak melalui
penekanan
struktur
otak
dan
juga
oleh
hematom
yang
d) Kolesterol
e) Gangguan jantung
2) Faktor resiko perilaku antara lain :
a) Kurang Olahraga
b) Merokok
c) Makanan tidak sehat
d) Kontrasepsi oral
e) Mendengkur
f) Narkoba
g) Obesitas
h) Stres
i) Cara hidup
c. Faktor resiko dan pencegahan stroke hemoragik
Faktor resiko penyebab stroke hemoragik digolongkan menjadi 2
yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor resiko
yang dapat dikendalikan (Suiroka, 2012) :
1) Faktor resiko stroke hemoragik yang tidak dapat dikendalikan
antara lain :
a)
Umur
b) Jenis kelamin
c)
Garis keturunan
Diabetes
10
f)
Artesklerosis
g) Penyakit jantung
2) Faktor Resiko Stroke hemoragik yang dapat dikendalikan
antara lain:
a)
Obesitas
Merokok
f)
11
arteri dan
keluarnya
ke
ruang subaracnoid
12
13
14
: > 220/120
: diltiazem,
nitroprusid,
nitrogliserin,
15
d) Bladder :
(1) Perhatikan baik-baik kemungkinan adanya retensio maupun
inkontinensia urin
(2) Bila perlu pasang kateter
e) Bowel :
(1) Jaga jumlah kalori dan berikan cairan yang cukup
(2) Hindari obstipasi
i. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doengoes dkk, 2000 pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada pasien stroke hemoragik adalah :
1) CT-scan : mengetahui adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
2) MRI (Magnetic resonance imaging) : untuk menunjukkan
daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi
arteriovena.
3) Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas.
4) Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, oklusi /
ruptur.
5) Elektro encefalography : mengidentifikas masalah didasarkan
pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
16
17
kualitas
pembuluh
darah
otak
menjadi
menurun.
e) Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota
keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat
genetik maupun tidak.
f)
Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan Umum
(2) Pola fungsi kesehatan
(a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pada klien hipertensi terdapat juga kebiasaan
untuk merokok, minum alkohol, dan penggunaan
obat-obatan.
(b) Pola aktivitas dan latihan
Pada klien hipertensi terkadang mengalami atau
merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot
dan kesadaran menurun.
18
19
20
mampu
melakukan
mobilitas
secara
mandiri
(3) Intervensi :
(a) Observasi Tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui tanda-tanda vital
(b) Ajarkan ROM pasif
Rasional : untuk melatih kekuatan otot
(c) Anjurkan keluarga untuk alih baring
Rasional : untuk mencegah resiko dekubitus
(d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : untuk memberikan program khusus
melatih kekuatan otot
21
22
23
untuk
membantu
klien
dalam
kebutuhannya
(c) Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat
mandiri
Rasional : agar membantu agar bisa cepat
melakukan secara mandiri
(d) Dukung klien menunjukkan aktivitas normal
sesuai kemampuan
Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien
secara normal
(e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
perawatan diri klien
Rasional : agar keluarga dapat membantu aktivitas
klien
24
25
2. KONSTIPASI
a. Definisi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang
diikuti oleh pengeluaran proses yang lama atau keras dan kering
(Potter & Perry, 2006). Konstipasi merupakan suatu keluhan,
bukan penyakit. Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya
frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per
minggu dengan feses kecil-kecil dan keras, serta kadang kala
disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar (BAB).
b. Penyebab
Menurut Potter & Perry, 2006 berikut penyebab konstipasi antara
lain :
1)
2)
Kelemahan otot
3)
4)
5)
6)
7)
c. Penatalaksanaan konstipasi
Menurut Potter & Perry, 2006 dibawah ini adalah beberapa
penatalaksanaan dari konstipasi yaitu :
26
2)
3)
Olahraga teratur
4)
27
e. Klasifikasi
Klasifikasi konstipasi menurut Potter & Perry, 2006 dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1) Konstipasi
Konstipasi adalah defekasi yang tidak teratur yang abnormal,
dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat sulit dan
kadang menimbulkan nyeri.
2) Obstipasi
Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan
oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus). Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses
yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai
adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas
dalam perut.
f. Patofisiologi
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali
sehari sampai 3 hari sekali. Dalam konstipasi dikatakan konstipasi
bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3
hari tidak buang air besar harus mengejan secara berlebihan.
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum,
kemudian mencampur, melakuakan fermentasi, dan memilah
karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi
tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme yang
28
29
kontraksi
dan
pergerakan
otot,
dimana
klien
otot
abdomen
untuk
meningkatkan
defekasi.
30
2013).
Perawat
memberikan
motivasi,
dan
31
2)
Kelemahan otot
3)
4)
32
33
lengan
bawah
pasien
sehingga
telapaknya
menjauhinya.
d) Kembalikan ke posisi semula.
e) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya
menghadap ke arahnya.
f) Kembalikan ke posisi semula.
4) Pronasi fleksi bahu
Cara :
a) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
b) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
c) Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5) Abduksi dan adduksi bahu
Cara :
a) Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
b) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
c) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
d) Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
e) Kembalikan ke posisi semula.
34
6) Rotasi bahu
Cara :
a) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku
menekuk.
b) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat
siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
c) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.
d) Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
d) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh
e) Tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas.
f) Kembalikan lengan ke posisi semula.
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
Cara :
a) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara
tangan lain memegang kaki.
b) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
c) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
d) Kembalikan ke posisi semula.
8) Infersi dan efersi kaki
Cara :
a) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan
pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
35
36
37
KERANGKA TEORI
Stroke Hemoragik
Perdarahan Subaracnoid
Imobilisasi
(Hemiparase)
Konstipasi
ROM Pasif
(Peningkatan tonus otot abdomen mendorong isi kolon)
38
B. KERANGKA KONSEP
ROM Pasif
Mencegah Konstipasi
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
39
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Pengkajian dimulai pada tanggal 11 Maret 2015, jam 09.00 WIB. Data
pengkajian pada kasus ini diperoleh dengan cara autoanamnase, pengamatan
dan observasi langsung, menelaah catatan medis, catatan perawat dan
pengkajian fisik pasien. Hasil pengkajian pada Ny.T, alamat rumah di
Jagalan, Jebres,
pendidikan SD, bekerja sebagai buruh, status menikah dan beragama Islam,
pasien masuk Rumah Sakit tanggal 8 Maret 2015, diagnosis medis stroke
hemoragik, dirawat di ruang IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Penanggung jawab pasien bernama Ny.T umur 38 tahun yang hubungan
dengan pasien adalah sebagai anak.
B. PENGKAJIAN
Keluhan utama pasien adalah penurunan kesadaran. Riwayat kesehatan
pasien keluarga mengatakan pasien tiba tiba terjatuh. Anggota gerak
mengalami kelemahan. Pasien tampak memegangi kepala karena kesakitan,
tetapi tidak ada benturan. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sekitar pukul 16.30 WIB. Di IGD pasien terlihat
mengantuk selama 2 jam masuk rumah sakit. Di IGD pasien dipriksa dan
didapatkan data tekanan darah: 210/ 120 mmHg, nadi: 90 x/ menit,
40
41
Keterangan
: Perempuan
: Laki - Laki
: Pasien Ny. T
: Tinggal satu rumah
X
: Meninggal Dunia
42
Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, ayah dan ibunya sudah
meninggal, pasien mempunyai 3 anak, pasien tinggal serumah dengan suami
dan anak keduanya, karena anaknya yang pertama dan ketiga sudah menikah.
Pada riwayat kesehatan lingkungan keluarga pasien mengatakan
lingkungan sekitar rumah bersih dan sampah dibuang ditempat sampah yang
tersedia.
Pola pengkajian primer pada pasien didapatkan data airway: jalan nafas
paten, tidak adanya lidah jatuh, tidak ada benda asing pada jalan nafas
(sputum / bekas muntah), breathing: respirasi: 22 x/ menit, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak ada retraksi dada, bernafas menggunakan O2 3 liter/
menit, circulation: nadi: 88 x/ menit, nadi kuat, tekanan darah: 190/ 110
mmHg, kulit lembab, capilary refile < 2 detik, disability: pupil isokor,
kesadaran somnolent nilai GCS eye 3, motorik 5 dan verbal 3 , Exposure:
pasien sudah memakai kaos kaki dan selimut, Suhu 380 C, akral teraba
hangat.
Pengkajian pola fungsional menurut Gordon, pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien bilang sehat itu penting. Untuk menjaga
kesehatan tiap pagi untuk berolahraga teratur. Jika ada keluarga yang sakit
harus segara dibawa kerumah sakit, jika belum parah bisa diberi obat.
Pola nutrisi dan metabolik sebelum sakit pasien makan 3x sehari nasi,
lauk, sayur-sayuran, satu porsi habis dan tidak ada keluhan. Pasien minum 8x
sehari jenis air teh, kurang lebih 8 gelas/hari @ 240 ml dan tidak ada keluhan.
43
44
45
perempuan yang merupakan ibu rumah tangga saat ini Ny. T dirawat di
rumah sakit karena penyakit stroke.
Pola hubungan peran, sebelum sakit keluarga pasien mengatakan bahwa
hubungan pasien dengan anggota cukup harmonis dan hubungan dengan
masyarakat cukup baik. Selama sakit keluarga pasien mengatakan bahwa
selama pasien sakit dirawat sakit hubungan keluarga dan masyarakat sekitar
baik ditandai dengan banyak tetangga yang menjenguk.
Pola seksual reproduksi, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
sudah menikah dan memiliki 3 orang anak perempuan dan 1 orang suami.
Pola mekanisme koping, sebelum sakit keluarga pasien mengatakan
bahwa ketika ada masalah dalam keluarga pasien selalu bercerita kepada
seluruh
keluarganya
dan
pengambilan
keputusan
dilakukan
secara
46
kulit kepala tidak ada ketombe, rambut bersih, berombak, beruban. Palpebra
tidak ada oedem, konjungtiva
diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik (positif), tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak ada sekret, tidak
ada nafas cuping hidung, terpasang NGT, terpasang O2 nasal kanul, warna
bibir pucat, simetris, mukosa bibir kering, mulut bersih, tidak ada perdarahan,
gigi sedikit caries, tidak ada gigi palsu, telinga bersih, simetris, sedikit ada
serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada, inspeksi : tidak ada jejas, dada
simetris, palpasi: tidak terkaji, perkusi: bunyi paru sonor, auskultasi: suara
nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung, inspeksi: bentuk dada datar, tidak ada
jejas, ictus cordis tidak tampak, palpasi: ictus cordis pada ICS 5, perkusi:
pekak, auskultasi: reguler. Pemeriksaan abdomen, inspeksi:tidak ada jejas,
bentuk simetris, auskultasi: bising usus 3 x/ menit, perkusi: suara lambung
tympani kuadran II, III, IV dan redup kuadran I, palpasi:tidak ada masa, perut
teraba keras dikuadran III. Genetalia : bersih, terpasang kateter. Rektum:
bersih, tidak ada luka, tidak ada hemoroid.
Hasil pemeriksaan ekstremitas bagian atas tangan kiri terpasang infus
Nacl 20 tpm, kekuatan otot tangan kanan 5, kiri 1, ROM kanan aktif, kiri
pasif, capilary refilIe < 2 detik, normal, tidak ada perubahan bentuk tulang,
perabaan akral hangat. Bagian bawah kekuatan otot kanan 5, kiri 1, Rom
kanan aktif, kiri pasif, capilary refille < 2 detik, normal, tidak ada perubahan
bentuk tulang, perubahan akral hangat. Hasil pemeriksaan yang dilakukan
47
antara lain kekuatan otot sebelah kiri hanya dapat kontraksi otot 10 sangat
buruk (kelemahan berat).
Pemeriksaan penunjang darah rutin pada pasien selama perawatan di
High Care Unit (HCU) dilakukan pada
48
49
D. PERENCANAAN
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. T untuk diagnosa
keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berkurang dengan kriteria hasil : kesadaran composmentis,
50
GCS dalam batas normal E4M5V3, Tanda-tanda vital dalam batas normal
dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100x/menit, pernapasan 1624x/menit, suhu 36-370C. Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu kaji
kesadaran dan GCS pasien dengan rasional unuk mengetahui kesadaran
umum pasien, beri O2 3 lpm dengan rasional untuk menambah suplai oksigen,
anjurkan keluarga untuk memposisikan kepala hand up 300 dengan rasional
untuk memberikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian
obat (inj. ketorolac 30mg/12jam, inj. Manitol 100cc/6jam, parasetamol
3x500mg, Vit B 12 100mg/12jam) dengan rasional untuk mengurangi
peningkatan intrakranial (TIK).
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. T dengan diagnosa
keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x 24 jam, diharapkan hambatan mobilitas fisik optimal dengan kriteria hasil:
kekuatan otot dari 1 menjadi 2, pasien dapat menggerakkan ekstermitasnya
yang sebelah kiri, pasien mampu melakukan mobilitas secara bertahap.
Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital
dengan rasional untuk mengetahui tanda-tanda vital, ajarkan ROM pasif
dengan rasional untuk melatih kekuatan otot, ajarkan keluarga untuk alih
baring dengan rasional untuk mencegah resiko dekubitus, kolaborasi dengan
ahli fisioterapi dengan rasional program khusus melatih kekuatan otot.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. T dengan diagnosa
keperawatan konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
51
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
52
E. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. T dengan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringam serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial yaitu pada hari rabu, 11 Maret 2015 pada
jam 10.00 mengkaji kesadaran dan GCS pasien dengan respon obyektif
kesadaran pasien somnolent, GCS E3M5V3, jam 10.05 memberi terapi O2 3
lpm respon obyektif pasien diberi terapi oksigen 3 lpm dan pasien tampak
lebih nyaman, jam 10.10 menganjurkan keluarga untuk memposisikan kepala
hand up 30o respon subyektif keluarga mengatakan bersedia memposisikan
kepala hand up 30o, respon obyektif keluarga tampak memposisikan kepala
hand up 30o. Pada hari kamis, 12 Maret 2015 pada jam 08.00 mengkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat (inj. ketorolac 30mg/12jam, inj. Manitol
100cc/6jam, parasetamol 3x500mg, Vit B 12 100mg/12jam) respon obyektif
pasien tampak nyaman setelah diberi obat lewat intravena, jam 8.20
mengobservasi kesadaran dan GCS pasien respon obyektif kesadaran pasien
apatis GCS E4M5V3. Pada hari jumat, 13 Maret 2015 pada jam 8.00
mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (inj. ketorolac
30mg/12jam, inj. Manitol 100cc/6jam, parasetamol 3x500mg, Vit B 12
100mg/12jam) respon obyektif pasien tampak nyaman setelah diberi obat
lewat intravena, jam 8.30 mengobservasi kesadaran dan GCS pasien respon
obyektif kesadaran pasien apatis GCS E4M5V3.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. T dengan diagnosa
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yaitu
53
pada hari rabu,11 Maret 2015 yaitu jam 10.15 mengobservasi TTV respon
obyektif tekanan darah 190/110 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
22x/menit, suhu 38oC, jam 10.20 mengajarkan ROM pasif respon obyektif
kaki dan tangan sebelah kiri teraba kaku dan kekuatan otot tangan dan kaki
kanan 5, tangan dan kaki kiri 1, jam 11.10 menganjurkan keluarga untuk alih
baring respon subyektif keluarga mengatakan bersedia, respon obyektif
keluarga tampak memiringkan pasien, jam 11.30 mengkolaborasi dengan ahli
fisioterapi respon obyektif pasien tampak dilatih ekstermitasnya oleh petugas.
Pada hari kamis, 12 Maret 2015 yaitu jam 8.25 mengobservasi TTV respon
obyektif tekanan darah 182/120mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
22x/menit, suhu 37oC, jam 8.30 mengajarkan ROM pasif respon obyektif
kaki dan tangan sebelah kiri sedikit lemas dan kekuatan otot tangan dan kaki
kanan 5, tangan dan kaki kiri 2. Pada hari jumat, 13 Maret 2015 jam 8.20
mengobservasi TTV respon obyektif tekanan darah 140/100mmHg, nadi
80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,6oC, jam 8.35 mengajarkan ROM
pasif respon obyektif kaki dan tangan sebelah kiri sedikit lemas dan kekuatan
otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 2.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. T dengan diagnosa
keperawatan konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen yaitu
pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 11.00 mengauskultasi bising usus respon
obyektif bising usus 3 x/menit dan perut teraba keras dikuadran III, jam
10.45 mengkolaborasi dengan ahli gizi respon obyektif pasien diberi bubur
kacang hijau dan susu, jam 11.55 menganjurkan keluarga untuk memberikan
54
55
makanan dalam porsi kecil tapi sering respon obyektif keluarga tampak
melihat ketika perawat memberi makan pada pasien. Pada hari kamis,12
Maret 2015 jam 9.10 mengkaji penyebab mual muntah respon obyektif pasien
tampak tidak muntah jika diberi makan lewat sonde, jam 10.30 membantu
perawatan diri makan respon obyektif pasien diberi susu lewat sonde 150cc.
Pada hari jumat, 13 Maret 2015 jam 9.15 mengkaji penyebab mual muntah
respon obyektif pasien tidak muntah jika diberi makan, jam 12.00
mengajarkan keluarga memberi makan dalam porsi kecil tapi sering respon
obyektif keluarga tampak memberi susu lewat sonde 200cc.
F. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada
hari rabu, 11 Maret 2015 jam 13.30 wib dengan menggunakan metode SOAP
(Subyektif, Obyektif, Assessment, Plainning), untuk diagnosa ketidakefektifan
perfusi
jaringan serebral
56
Evaluasi dilakukan pada hari rabu, 11 Maret 2015 jam 13.35 wib untuk
diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot, data subyektif keluarga pasien mengatakan ekstermitas pasien sebelah
kiri tidak bisa digerakkan, data obyektif kaki dan tangan sebelah kiri kaku,
kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 1, data assesment
masalah belum teratasi, data plainning intervensi dilanjutkan, observasi TTV,
ajarkan ROM pasif, ajarkan keluarga untuk alih baring, kolaborasi dengan
ahli fisioterapi.
Evaluasi dilakukan hari rabu, 11 Maret 2015 jam 13.40 wib untuk
diagnosa konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen, data
subyektif keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit belum buang air
besar selama 5 hari dan selama dirumah sakit sudah 2 hari pasien belum
buang air besar, data obyektif bising usus 3x/menit dan perut teraba keras
dikuadran III, data assesment masalah belum teratasi, data plainning
lanjutkan intervensi, kaji keadaan umum pasien, auskultasi bising usus,
anjurkan keluarga untuk memberikan makanan tinggi serat, kolaborasi
dengan ahli gizi.
Evaluasi dilakukan hari rabu, 11 Maret 2015 jam 13.45 wib untuk
diagnosa
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
57
58
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
apatis
GCS
E4M5V3,
tanda-tanda
tekanan
darah
59
ada sedikit perubahan, data obyektif kaki dan tangan sebelah kiri mulai lemas,
kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 2, data assesment
masalah teratasi , data plainning intervensi dihentikan.
Evaluasi dilakukan hari jumat, 13 Maret 2015 jam 13.15 wib untuk
diagnosa konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen, data
subyektif keluarga mengatakan pasien belum buang air besar, data obyektif
bising usus 5x/menit dan perut tidak teraba keras dikuadran III, data
assesment masalah teratasi sebagian, data plainning lanjutkan intervensi, kaji
keadaan umum pasien, auskultasi bising usus.
Evaluasi dilakukan hari jumat, 13 Maret 2015 jam 13.20 wib untuk
diagnosa
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang pemberian tindakan ROM pasif
dalam mengatasi konstipasi pada asuhan keperawatan Ny. T dengan stroke
hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Disamping
60
61
pukul 16.30 wib. Di IGD pasien terlihat mengantuk selama 2 jam masuk
rumah sakit. Di IGD pasien dipriksa dan didapatkan data tekanan darah: 210/
120 mmHg, nadi: 90 x/ menit, pernafasan: 24 x/ menit. Kesadaran pasien
somnolent, GCS E3M5V3. Kesadaran somnolent adalah mata cenderung
tertutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat
menjawab pertanyaan walau sedikit, bingung, tampak gelisah, dan orientasi
terhadap sekitarnya menurun. Skor 11.Terapi yang didapatkan pasien di ruang
IGD adalah infus NaCl 0,9 % 20 tpm, O2 3 Lpm. Diagnosa medis pada pasien
Ny. T adalah stroke hemoragik. Kemudian pasien dipindah di High Care Unit
(HCU) Anggrek II tanggal 9 Maret 2015 jam 7.00 wib. Didapatkan tekanan
darah 190/110 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 380C.
Sesuai dengan teori yang ada, bahwa stroke hemoragik adalah stroke
hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya
darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan cerebrospinalis disekitar otak
atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan
serabut otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematum yang
menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan
menekan pada batang otak (Budiman, 2013).
Pengkajian primer pasien didapatkan airway: jalan nafas paten, tidak
adanya lidah jatuh, tidak ada benda asing pada jalan nafas (sputum, bekas
muntah). Breathing: respirasi 22x/menit, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
ada retraksi dada, terpasang O2, Circulation: nadi 88x/menit, nadi kuat,
62
karena
hipertensi
dapat
mengakibatkan
pecahnya
maupun
63
64
65
kuadran II, III, IV dan redup kuadran I. Palpasi : tidak ada masa diperut,
perut teraba keras dikuadran III.
Hasil pengkajian fisik bagian ekstremitas, Ekstremitas kiri atas
terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tetes per menit, kekuatan otot kanan atas dan
bawah dengan nilai 5, kekuatan otot kiri atas dan bawah dengan nilai 1.
Kekuatan otot ekstremitas kiri atas dan bawah Ny. T menunjukkan nilai 1,
dalam teori, pengukuran kekuatan otot dilakukan ROM (Range of Motion)
merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau besarnya gerakan sendi
yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun
untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. Adapun penilaianya
yaitu Derajat 0: paralisis total atau tidak ditemukan kontraksi otot, 1:
kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan tonus otot yang dapat
diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi, 2: otot hanya
mampu menggerakan persendian, tetapi kekuatanya tidak dapat melawan
pengaruh gravitasi, 3: Di samping dapat menggerakan sendi, otot juga dapat
melawan pengaruh gravitasi, tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang
diberikan oleh pemeriksaan, 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai
dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan, 5: kekuatan otot
normal (Muttaqin, 2008).
Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan kesimpulan bahwa ICH
(intra cerebelum hemoragik) dicorona radiata dan lobus temporoparientalis
kanan. Dalam teori, CT-Scan berfungsi untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak (Muttaqin, 2008). Hasil
66
Fungsi
cerebellum
yaitu
mengatur
otot-otot
postural,
67
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
individu, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Tujuannya adalah mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk
membantu klien dan keluarga terhadap penyakit dan menghilangkan masalah
keperawatan (Dermawan, 2012).
Diagnosa
keperawatan
yang
diambil
oleh
penulis
adalah
68
terjadinya
penebalan
pembuluh
darah
yang
akan
69
pergerakan fisik tubuh baik satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri
dan terarah (Wilkinson, 2011). Batasan karakteristik menurut teori yang ada
yaitu kesulitan membolak-balik posisi, keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik dasar, pergerakan lambat, pergerakan tidak
terkoordinasi, keterbatasan rentang pergerakan sendi (Herdman, 2012). Bagi
klien
yang
mengalami
keterbatasan
mobilisasi
karena
penyakit,
aktivitasnya karena kaki sebelah kiri dan tangan kiri tidak bisa bergerak. Data
obyektif pasien susah bergerak, kekuatan otot kaki dan tangan kanan 5,
kekuatan otot kanan dan kaki kiri 1, pasien tampak lemas. Selama sakit
makan/minum (terpasang NGT), toileting (terpasang kateter), berpindah
dibantu orang lain dan alat, sedangkan ambulasi/ ROM pasien tergantung
total, tanda dan gejala yang dialami Ny. T sesuai dengan batasan karakteristik
menurut teori. Hambatan mobilitas fisik ini diambil karena terjadi adanya
keterbatasan gerak, paralisis, adanya kehilangan kekuatan otot, penyakit
sistematik, adanya alat pengimobilisasi atau keterbatasan yang ditentukan
untuk meningkatkan penyembuhan. Bagi klien yang mengalami keterbatasan
mobilisasi karena penyakit, ketidakmampuan atau trauma membutuhkan
latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi (Potter & Perry, 2006).
70
belum buang air besar selama 5 hari dan selama dirumah sakit 2 hari belum
buang air besar. Data obyektif bising usus 3x/menit, perut teraba keras
dikuadran III. Pemeriksaan abdomen inspeksi : tidak ada jejas, bentuk
simetris, auskultasi : bising usus 3x/menit, perkusi : suara tympani kuadran II,
III, IV dan redup kuadran I, palpasi : tidak ada masa, perut teraba keras
dikuadran III.
Konstipasi ini dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3
kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar harus mengejan
secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari
ileum, kemudian mencampur, melakuakan, fermentasi, dan memilah
karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi
ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme yang sangat kompleks.pada
pendeita ganggua mobilitas fisik, sepeti fraktur, stroke maupun penyakit lain
yang mengharuskan pasien bedrest dalam jangka waktu yang lama, hal ini
71
diagnosa
yang
keempat
yang
diambil
penulis
adalah
72
C. Intervensi
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu yang akan dilakukan,bagaimana
dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapa yang akan melakukan semua
tindakan keperawatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi fokus
keperawatan kepada kelompok atau klien, untuk membedakan tanggun jawab
perawat dengan profesi kesehatan lain, untuk menyediakan suatu kriteria
guna pengulangan dan evaluasi keperawatan, untuk menyediakan kriteria dan
klasifikasi klien (Dermawan, 2012).
Dalam kasus ini penulis melakukan intervensi sesuai dengan rumusan
masalah diatas selama 3 kali 24 jam dengan tujuan untuk mengetahui
keefektifan tindakan secara maksimal. Tujuan dari intervensi adalah suatu
sasaran yang menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi
atau perilaku klien dengan kriteria hasil yang diharapkan perawat. Pedoman
penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable,
Achieveble, Reasonable, dan Time). Spesifik adalah berfokus pada klien.
Measurable dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan, dan dibau. Achieveble
adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable merupakan tujuan yang harus
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan pecapaian dalam
rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya (Dermawan, 2012).
73
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
74
gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
(Suratun, dkk, 2008). ROM pasif adalah pergerakan yang dilakukan dengan
bantuan orang lain, perawat aau alat bantu (lukman, Nurma Ningsih ; 2013).
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif) kekuatan otot 50%. Indikasi latihan ROM pasif
adalah tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total. Intervensi yang ketiga ajarkan keluarga untuk alih baring
rasional untuk mencegah resiko dekubitus. Intervensi keempat kolaborasi
dengan ahli fisioterapi rasionalnya untuk memberikan program khusus
melatih kekuatan otot (Wilkinson, 2011).
Tujuan dari diagnosa konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot
abdomen adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan konstipasi tidak terjadi, dengan kriteria hasil pasien bisa buang air
besar, perut tidak teraba keras dikuadran III, bising usus dalam batas normal
5-35x/menit. Intervensinya yang pertama yaitu kaji keadaan umum pasien
rasionalnya untuk mengetahui keadaan umum pasien. Intervensi yang kedua
auskultasi bising usus rasionalnya untuk mengetahui bising usus pasien.
Intervensi yang ke tiga yaitu ajarkan ROM pasif untuk mengatasi konstipasi,
berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi, salah satunya
inkontinensia
alvi
atau
konstipasi.
Umumnya
penyebabnya
adalah
75
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
D. Implementasi
Tindakan
keperawatan
atau
implementasi
adalah
serangkaian
76
Tindakan
keperawatan
yang
dilakukan
pada
Ny.
dengan
selanjutnya
Ny.
dengan
diagnosa
konstipasi
77
selanjutnya
pada
Ny.
dengan
diagnosa
78
E. Evaluasi
Evaluasi adalah keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar-dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan
perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan
keperawatan, mendapatkan umpan balik dari klien, dan sebagai tanggung
jawab dalam pelaksanaaan pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012).
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pada hari
terakhir untuk diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah
keluarga mengatakan kesadaran pasien
lemah, kesadaran apatis GCS E4M5V3, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,60 C. Masalah tersebut teratasi
sebagian. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi dengan observasi kesadaran dan GCS pasien,
kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik. Tindakan keperawatan yang
telah
dilakukan
penulis
belum
sepenuhnya
mengatasi
masalah
79
BAB VI
PENUTUP
80
81
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemui pada pasien stroke hemoragik
adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot, konstipasi berhubungan dengan
kelemahan otot abdomen, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual muntah).
3. Intervensi keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada pasien stroke terhadap asuhan
keperawatan Ny. T antara lain :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial yaitu: kaji kesadaran dan GCS
pasien, beri O2 3 lpm, anjurkan keluarga untuk memposisikan kepala
hand up 300, kolaborasi dengan dokter pemberian obat injeksi
ketorolac 30 mg/12 jam, injeksi manitol 100cc/6 jam, parasetamol
3x500mg, vit B12 100mg/12 jam.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot yaitu : observasi tanda-tanda vital, ajarkan ROM pasif, ajarkan
keluarga untuk alih baring, kolaborasi dengan ahli fisioterapi
c. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen yaitu : kaji
keadaan umum pasien, auskultasi bising usus, ajarkan ROM pasif,
anjurkan keluarga untuk memberikan makanan tinggi serat,
kolaborasi dengan ahli gizi.
82
83
d. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
mual
muntah,
membantu
perawatan
diri
makan,
berhubungan
dengan
peningkatan
TIK
dan
konstipasi
84
B. SARAN
Masukan dan usulan yang positif yang sifatnya untuk membangun
dibidang kesehatan dan keperawatan khususnya baik yang terjadi dirumah
sakit, yang terjadi pada perawat maupun yang terjadi pada klien. Adapun
usulan atau masukan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Rumah Sakit
Khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan peneitian pada Ny. T
dengan stroke hemoragik di High Care Unit (HCU) Anggrek II
diharapkan dapat lebih bisa melatih ROM pasif kepada pasien yang
membutuhkan.
2. Institusi Pendidikan
Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
baik, berkualitas, dan profesional, sehingga dapat tercipta lulusan
perawat yang berkompeten dan terampil yang mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif serta dapat menigkatkan sarana
dan prasarana sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
khususnya disunia kesehatan.
3. Keluarga Penderita Stroke
Diharapkan keluarga dapat menerima segala resiko dan hasil yang
telah dilakukan oleh tim medis dalam tindakan asuhan keperawatan
selama di Rumah Sakit terhadap pasien.
85
4. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus pemberian
tindakan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke
untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih
dan untuk rajin melakukan latihan range of motion (ROM) agar tidak
terjadinya konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimity, 2009, Sembelit Konstipasi, Tekan Susah Buang Air Besar, http : //
medicastore. com, Diakses tanggal 16 maret 2015..
Anonimity, 2010, ROM Pasif, Tekan Rom Pasif pada pasien Stroke, http : //www.
Google.co.id, Diakses tangal 15 maret 2015.
Anonimity, 2009, Stroke, Tekan Asuhan Keperawatan pada Klien Stroke, http :
//andaners. Wordpress. com, Diakses tanggal 17 maret 2015.
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka
Kerja. Gosyen Publising.Yogyakarta.
Irfan, Muhammad, 2010, fisioterapi bagi insan stroke, Graha ilmu Yogyakarta .
Iso Indonesia. 2010. Informasi spesialite obat. PT ISFI. Jakarta.
Jabbar, 2012. Kekuatan Otot. http: // jabbarbtj. com. Diakses tanggal 29 Maret
2015.
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Media Aesculapius
FKUI. Jakarta.
Mubarak, I.W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi
dalam Praktek. EGC. Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba. Jakarta.
NANDA. 2010. Diagnose Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011.
Buku kedokteran. EGC. Jakarta
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Nuha Medika. Yogyakarta.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit EGC. Jakarta.