Anda di halaman 1dari 10

Steam Sterilisasi

A. Definisi Sterilisasi Uap


Sterilisasi Uap pada peralatan medis menggunakan metode sterilisasi dengan uap jenuh
dengan adanya tekanan, Sterilisasi uap pada saat ini merupakan metode yang paling tepat
yang dapat digunakan untuk sterilisasi peralatan medis yang dapat digunakan kembali.

B. Jenis uap, Kualitas Uap, Hubungan Tekanan-Suhu


Ketika metode sterilisasi uap digunakan sebagai sterilisasi yang efektif dalam proses
sterilisasi dan jenis-jenis metode sterilisasi uap mempunyai peran penting dalam menentukan
efektivitas proses sterilisasi. Jenis metode sterilisasi uap adalah sebagai berikut:
1. Steam Jenuh
Jika air dimasukan ke dalam wadah tertutup dan kemudian adanya pembuangan udara,
keseimbangan akan terjadi antara air dan uap. Tekanan yang terjadi di dalam wadah akan
sesuai dengan tekanan uap air pada suhu yang ada. Istilah "uap jenuh" digunakan untuk
menunjukkan sifat dari uap yang ada dalam kondisi tersebut. Jika suhu dinaikkan, air akan
terus menguap dan dengan demikian tekanan akan meningkat sampai kesetimbangan tercapai
lagi. Uap dalam wadah terus jenuh.
Hal ini menyebabkan keseimbangan dinamis antara penguapan dan kondensasi.
Karenanya ada korelasi tetap antara tekanan uap dan suhu:

Hubungan antara tekanan uap dan suhu

Hubungan antara suhu dan tekanan yang akan menghasilkan uap jenuh.
Jika tekanan uap pada suhu tertentu tercapai, maka akan terjadi tekanan uap yang
jenuh (maka istilah "kurva uap jenuh"). Mekanisme kerja jadi sterilisasi uap adalah
membuat protein sel-sel bakteri didenaturasi (dihancurkan) oleh energi yang dilepaskan
melalui kondensasi uap jenuh, dan bakteri akan terbunuh. Oleh karena itu sterilisasi
dengan uap tergantung pada adanya uap jenuh.

2. Uap Super Panas


Karakteristik dari uap super panas ini adalah tidak adanya hubungan antara tekanan
dan suhu. Jika uap super panas dilakukan pada media yang lebih dingin (sediaan yang
ingin disterilkan) ia akan melepaskan sebagian energinya, sehingga terjadi proses
pemanasan namun tidak terjadi uap jenuh. hanya uap jenuh yang cocok untuk sterilisasi
uap karena terjadi proses kondensasi. Temperatur saja tidak akan cukup untuk sterilisasi
(lihat sterilisasi udara panas).

3. Steam Basah atau Uap Super Jenuh


Tidak seperti uap super panas, dimana suhunya lebih tinggi dari tekanan, dalam uap
super jenuh suhu dan tekanannya sama. Salah satu karakteristik uap basah adalah uapnya
mengembun secara spontan (mis. tanpa harus bersentuhan dengan permukaan). uap basah
memiliki kemampuan mikrobisida. Pada kondisi kemasan yang basah kurang mampu
melindungi terhadap penetrasi mikroorganisme dikarenakan beberapa hal yaitu:
a. katup reduksi tekanan yang terletak terlalu jauh dari ruang
b. Pengeluaran uap terlalu kecil: mendidih terus menerus, maka akan ada juga air
dalam uap-uapnya mengembun dan akan menimbulkan tetesan air ketika uap
masuk ke bilik.
c. Konfigurasi saluran uap (pipa) yang tidak sesuai
Masalah pengeringan terjadi bukan hanya karena "uap basah" tetapi juga karena
faktor-faktor berikut:
a. Instrumen diposisikan terlalu dekat satu sama lain
b. Tumpukan antar instrumen terlalu berat
c. Kondensasi berlebihan selama fase fraksinasi
d. Instrumen yang telah di sterilisasi segera ditumpuk di permukaan yang dingin
Jika proses tindakan pengangkatan terlalu cepat selama pengeringan, alat
kesehatan yang telah disterilkan akan mendingin terlalu cepat sehingga menimbulkan
kondensasi. Untuk mengatasi masalah ini maka akan menggunakan "pengeringan
fraksinasi”.

4. Feed Water
Proses sterilisasi uap merupakan metode dalam melakukan sterilisasi pada alat kesehatan
yang akan disterilkan oleh karena itu, feed water (air untuk menghasilkan uap) harus bebas
dari kotoran yang dapat mempengaruhi hasil sterilisasi atau menyebabkan kerusakan pada
hasil sterilisasi
Tingkat jumlah kotoran yang di izinkan dalam Feed Water dan kondensat.

Kualitas dari Feed Water harus selalu diperiksa (sebaiknya pengukuran konduktivitas
harian) dan didokumentasikan. Untuk mencapai efek sterilisasi, uap harus dapat membunuh
mikroorganisme yang ada di permukaan perangkat medis, barang-barang harus bersih dan
setidaknya uap harus bebas dari gas yang tidak terkondensasi (udara, CO2, gas). Jumlah gas
yang tidak terkondensasi tidak boleh lebih dari 3,5% (persen volume).

C. Kelebihan Sterilisasi Uap


a. Cepat
b. Efektif
c. Ekonomis
d. Tidak meninggalkan residu beracun
e. Membunuh spora bakteri yang resisten
f. Volume besar.

D. Kekurangan Sterilisasi Uap


a. Tidak dapat digunakan untuk preparat yang berminyak.
b. Tidak dapat digunakan untuk peralatan medis yang tidak tahan dengan suhu atau
kelembaban yang tinggi.

E. Jenis Sterilisasi Uap


Sterilisasi uap terdapat dalam berbagai ukuran dan dirancang untuk aplikasi yang
beragam. Pada prinsipnya ada perbedaan antara sterilisasi batch dan proses sterilisasi
kontinyu. Sterilisasi uap kontinyu digunakan terutama di industri bahan makanan dan
untuk sterilisasi larutan infus dalam industri farmasi. Proses sterilisasi kontinyu
umumnya didasarkan pada 3 sistem fase yaitu: Prewarming-Sterilisasi-Pendinginan
dilakukan pada ruang yang saling terhubung. Dalam pelayanan kesehatan hanya
sterilisasi batch yang digunakan. Sterilisasi batch merupakan sterilisasi tertutup.
Berdasarkan ukuran sterilisasi, dibedakan menjadi:
a. Sterilisasi Uap Kecil
Sterlisasi uap kecil adalah alat sterilisasi yang kapasitasnya kurang dari satu unit
sterilisasi. Sterilisasi uap kecil yang saat ini digunakan umumnya beroperasi dengan
generator uap internal dan beroperasi sesuai dengan proses aliran kontinyu. Sterilisasi
uap kecil biasanya digunakan, pada meja dalam praktik medis dan peralatan gigi
serta alat di laboratorium. Salah satu contoh sterilisasi uap kecil adalah "flash
sterilizer" yang biasa digunakan di unit sterilisasi desentralisasi atau di ruang operasi
untuk memastikan penggunaan kembali instrumen bedah yang terkontaminasi. Untuk
sterilisasi uap kecil tergantung pada tujuan penggunaannya.
b. Sterilisasi Uap Besar
Sterilisasi uap besar adalah sterilisasi dengan kapasitas lebih besar atau sama dengan
satu unit sterilisasi. Secara umum, uap yang terbentuk dalam sterilisasi uap besar
didasarkan pada generator uap listrik (sterilisasi dengan generator uap internal).

F. Faktor Yang Mempengaruhi Sterilisasi Uap


1. Waktu
Waktu paparan (sterilisasi) merupakan faktor penting, karena semua organisme
tidak mati pada waktu yang sama. Diperlukan waktu minimum pada suhu saat
sterilisasi untuk membunuh semua organisme. Spora Geobacillus stearothermophilus
(Bst) merupakan organisme non patogen umumnya digunakan untuk menguji siklus
sterilisasi uap karena sangat tahan terhadap sterilisasi panas lembab. Jumlah
organisme yang mati biasanya diplot pada skala logaritmik.
Nilai D (waktu untuk mengurangi populasi mikroba hingga 90%) untuk Bst harus
1,5 hingga 3 menit pada 121,1 ° C (250 ° F). Siklus sterilisasi yang khusus akan
mencakup fase pemaparan setidaknya 20 menit pada 121 ° C (250 ° F) untuk Tingkat
Jaminan Sterilitas / Sterility Assurance Level (SAL), dengan asumsi populasi awal
satu juta organisme, dimana ada satu dari sepuluh ribu peluang dari spora Bst yang
dapat bertahan hidup selama proses. Untuk setiap tambahan dua menit paparan pada
121 ° C (250 ° F), SAL berkurang sepuluh kali lipat. Perhatian harus diberikan untuk
memastikan bahwa SAL yang ditargetkan akan tetap sebelum pengembangan siklus.
Kurva Ketahanan Populasi Mikrobiologi Berdasarkan Log

2. Temperatur
Faktor penting kedua dalam sterilisasi uap adalah suhu uap jenuh yang dikontrol
dalam ruang sterilisasi. Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa dengan
meningkatkan suhu akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai
sterilisasi. Gambar tersebut mengilustrasikan kira-kira berapa banyak waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh mikroba yang setara pada suhu paparan yang
berbeda. . Suhu uap jenuh berhubungan langsung dengan tekanan. Suhu pada 121
° C (250 ° F) akan membutuhkan 15 hingga 17 lbs pengukur tekanan (103 hingga
117 kPa) di ruang sterilisasi. Tekanan maksimum dalam autoklaf dibatasi oleh
spesifikasi (peringkat tekanan ASME) bejana tekan (ruang dan jaket).
Waktu Sterilisasi vs Waktu

3. Kelembaban
Kelembaban dalam uap memiliki dampak besar pada kemampuannya
untuk denaturasi, atau koagulasi protein oleh karena itu perlu diketahui dalam
menggunakan uap jenuh untuk sterilisasi. Uap jenuh terjadi ketika terdapat
kesetimbangan antara air panas pada tekanan yang sama, yang membuat
terjadinya kelembaban maksimum tanpa ada kondensat cair. Uap jenuh
direkomendasikan untuk sterilisasi uap. Tidak semua uap dapat diterima untuk
digunakan dalam sterilisasi.
Uap yang super panas, uap yang mengandung air yang berlebihan, dan uap
yang mengandung aditif atau kontaminasi boiler yang berlebihan (seperti karat)
harus dihindari. Uap super panas didefinisikan sebagai uap yang berada di atas
suhu saturasinya. Semakin besar penurunan tekanan, semakin banyak panas yang
dihasilkan. Uap super panas tidak mengandung uap air yang diperlukan untuk
proses sterilisasi. Energi berlebih dalam uap super panas bersifat sementara dan
akhirnya hilang oleh benda-benda yang akan di sterilisasi. Sistem uap bersih yang
ideal untuk sterilisasi uap diatur pada 30 hingga 35 psig (207 hingga 241 kPa).
tekanan uap tidak boleh lebih dari dua kali tekanan ruang pada suhu yang
diinginkan.
Uap super jenuh juga diciptakan ketika uap jenuh melewati permukaan
pada suhu yang lebih tinggi. Suhu jaket sterilisasi harus selalu diatur sedikit di
bawah suhu sterilisasi bilik untuk menghindari panas berlebih dari uap saat
memasuki bilik.

4. Kontak Uap Langsung


Kontak uap langsung dengan permukaan objek yang akan disterilkan diperlukan
agar uap mentransfer panas/energi yang akan berpindah ke objek. Tanpa kontak
uap langsung ke semua permukaan, alat-alat tidak dapat disterilkan seluruhnya.
Jumlah energi yang terdapat dalam uap jauh lebih tinggi daripada udara kering
atau air pada suhu yang sama. Dibutuhkan 419 kJ / kg (180 Btu / lb) untuk
memanaskan air dari 0 ° C hingga 100 ° C (32 ° F hingga 212 ° F) dan dibutuhkan
tambahan 2.257 kJ / kg (970 Btu / lb) untuk menghasilkan uap pada tekanan
atmosfer (100 ° C atau 212 ° F). Energi tambahan yang disimpan dalam uap ini
adalah entalpi penguapan (he), dan merupakan kunci untuk sterilisasi uap. Agar
uap dapat mentransfer energi yang tersimpan, uap harus mengembun di
permukaan benda yang disterilkan.

5. Air Removal
Udara adalah faktor yang harus dihindari untuk sterilisasi uap. Udara
harus dikeluarkan dari ruang sebelum kontak uap langsung dan sterilisasi dapat
dilakukan. Pada saat ingin melakukan sterilisasi uap dilakukan serangkaian
vakum (fase pra-pengkondisian). Sejumlah kecil udara akan selalu ada di ruang
autoklaf, tetapi harus diminimalkan. Pelepasan udara yang tidak memadai,
kebocoran ruang vakum sterilisasi, dan kualitas uap yang buruk (kelebihan gas
yang tidak dapat dikondensasi) adalah penyebab paling umum dari kegagalan
sterilisasi.
Untuk proses menghilangkan semua udara dari ruang sterilisasi dan alat
alat steril maka ruang tersebut dilakukan evakuasi berulang kali diikuti oleh
adanya uap (= proses vakum fraksinasi). Jika ada sisa udara (mis. Pada bahan
berpori), maka proses sterilisasi tidak sepenuhnya dapat dilakukan Pencapaian
suhu pada alat yang akan disterilkan disebut waktu ekuilibrasi (dalam proses
vakum terfraksinasi ini umumnya dalam kisaran beberapa detik)

6. Pengeringan
Barang yang dibungkus harus kering sebelum diangkat dari alat sterilisasi
secara aseptik. Kondensasi adalah pengembunan dari kontak uap dengan
permukaan alat yang lebih dingin selama fase pemanasan dan paparan. Kehadiran
kondensasi dapat menyebabkan kontaminasi ulang alat ketika dikeluarkan dari
sterilisasi. Sterilisasi uap dengan mengeringkan alat setelah sterilisasi disebut
dengan fase pasca-pengkondisian. tingkatan vakum 1,0 hingga 2,0 psia (6,9
hingga 13,8 kPa) direkomendasikan untuk pengeringan yang efisien. Pada
tekanan ruang 1,0 psia (6,9 kPa), air mendidih pada 38,7 ° C (101,7 ° F). Oleh
karena itu, kondensat akan mendidih dan dikeluarkan sebagai uap melalui sistem
vakum sterilisasi.
Waktu pengeringan alat yang optimal tergantung terutama pada kepadatan
dan pengemasan. Karena kepadatannya yang rendah, barang-barang plastik dan
karet mungkin memerlukan pengeringan tambahan, karena barang-barang tersebut
mendingin dengan cepat. Biasanya, verifikasi dilakukan dengan melihat tidak
adanya tetesan air yang terlihat. Pengeringan setelah sterilisasi juga merupakan
langkah proses yang penting. Sekali lagi, pengeringan dilakukan melalui evakuasi
ruangan (karena titik didih air lebih rendah pada tekanan negatif, kondensat yang
dihasilkan akan menguap lebih cepat) Kadar air dari persediaan steril setelah
sterilisasi tidak boleh melebihi batas toleransi tertentu

G. PROSES STERILISASI UAP


1. Langkah Awal (Start) : Segel pintu dibuka, menghangatkan ruang untuk sterilisasi
2. Pembersihan : uap memasuki ruang, sementara udara dibersihkan melalui saluran
ruang
3. Pra-Pengkondisian : selama fase ini, udara dikeluarkan dari ruang dan alat
dilembabkan dengan cara vakum dan tekanan bolak-balik.
4. Pengkondisian : tekanan positif dan pulsa vakum negatif terus memanaskan beban
dan membersihkan udara.
5. Heat up : tekanan uap diatur untuk suhu dan tekanan yang dipilih
6. Eksposur : selama fase ini, suhu ruang dinaikkan ke dan ditahan pada suhu sterilisasi
yang telah diatur untuk waktu paparan direncanakan (keduanya dapat dipilih
pengguna). Eksposur juga dapat dikendalikan
7. Pembuangan : saluran pembuangan terbuka dan air ejektor membuat ruang hampa
udara untuk mengeluarkan uap
8. Udara di dalam : ruang kembali ke tekanan atmosfer
Siklus lengkap : pintu dapat dibuka

Anda mungkin juga menyukai