Anda di halaman 1dari 10

NAMA : CLARA ELITHA

NIM : 03012060
TUGAS UJIAN DR. I NYOMAN ADAYANA.SP.AN

1. INDIKASI TRANSFUSI DARAH :

Transfusi sel darah merah dapat digunakan untuk::


kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien
asimptomatik dan atau penyakitnya memiliki terapi spesik lain, maka batas kadar Hb yang lebih
rendah dapat diterima.
kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis
dan laboratorium.
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya
penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru
obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak
ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi prematur). Jika
terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen
batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.

Transfusi trombosit dapat digunakan untuk:


Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL,
bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF
dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.
Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/ uL pada pasien yang akan menjalani operasi,
prosedur invasif lainnya atau sesudah transfusi masif.
Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.

Transfusi FFP digunakan untuk:


Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau
bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesik atau kombinasi.
Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam
nyawa.
Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi masif atau
operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit hati.

Kriopresipitat digunakan untuk:


Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani prosedur invasif dan
terapi pada pasien yang mengalami perdarahan.
Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Willebrand yang mengalami perdarahan atau yang
tidak responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau akan menjalani operasi.

2. RUMUS TRANSFUSI DARAH


Whole Blood : 6 x (Hb yang diinginkan-Hb terukur) x BB
PRC : 3 x (Hb yang diinginkan-Hb terukur) x BB
FFP : 10 x (Hb yang diinginkan-Hb terukur) x BB
Cryopresipitat : 0,5 x (Hb yang diinginkan-Hb terukur) x BB

3. PRC (PACKED RED CELL) SEL DARAH MERAH


kandungan : Sel darah merah (sedikit plasma)
Indikasi :
kadar Hb < 7 gr/dl  dapat ditunda jika asimptomatik
Kadar Hb 7-10 gr/dl bila disertaihipoksemia berat
Bila Hb > 10 gr/dl  tidak diberikan tranfusi,
kecuali bila ada indikasi tertentu
Pada neonatus  kadar Hb < 11 gr/dl
Anemia
Dosis :
Untuk naikkan Hb 1 gr/dl  perlu PRC 4 ml/kgBB
1 unit naikkan hematokrit 3-5%
Mengandung hematokrit 70-80%
(Hb yang diinginkan – Hb sekarang) X BB X 3
Keterangan :
Volume 200-250 ml/unit
Pemberian 2-4 jam
Dihangatkan

4. FUNGSI NACL DALAM TRANSFUSI DARAH


Natrium Clorida (Nacl) 0,9% digunakan untuk menggantikan garam (cairan isotonik) yang hilang ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan
cairan segera, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok
hemodinamik.

5. ANESTESI INTRAVENA
Merupakan teknik anastesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anastesi yang
dimasukkan lewat jalur intravena.
Jenis-jenis Anastesi Intravena

1.GOLONGAN BARBITURAT
Pentothal/ Thiopenthal Sodium/ Penthio Barbital/ Thiopenton
Obat ini tersedia dalam bentuk serbuk higroskopis, bersifat basa, berbau belerang,larut dalam air
dan alcohol.Penggunaannya sebagai obat induksi, suplementasi dari anastesi regional,
antikonvulsan, pengurangan dari peningkatan TIK, proteksi serebral.Metabolismenya di hepar
dan di ekskresi lewat ginjal.
Onset : 20-30 detik
Durasi : 20-30 menit
Dosis:
Induksi iv : 305 mg/Kg BB, anak 5-6 mg/Kg BB, bayi 7-8 mg/kg BB
Suplementasi anastesi : iv 0,5-1 mg/kg BB
Induksi rectal : 25 mg/ kg BB
Antikonvulsan : iv 1-4 mg/kg BB
Efek samping obat :
Sistem kardiovaskuler : Depresi otot jantung,Vasodilatasi perifer, Turunnya curah jantung
Sistem pernapasan : menyebabkan depresi saluran pernapasan-> konsentrasi otak
mencapai puncak-> apnea
Dapat menembus barier plasenta dan sedikit terdapat dalam ASI
Sedikit mengurangi aliran darah ke hepar
Meningkatkan sekresi ADH (efek hilang setelah pemberian dihentikan)
Pemulihan kesadaran pada orang tua lebih lama dibandingkan pada dewasa muda
Menyebabkan mual, muntah, dan salivasi
Menyebabkan trombophlebitis, nekrosis, dan gangren

Kontraindikasi :
Alergi barbiturat
Status ashmatikus
Porphyria
Pericarditis constriktiva
Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik
Syok
Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan)

2.GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Obat ini dapat dipakai sebagai trasqualiser, hipnotik, maupun sedative.Selain itu obat ini
mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia.

a.Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic (propilenglikol dan sodium
benzoate).Karena itu obat ini bersifat asam dan menimbulkan rasa sakit ketika disuntikan,
trombhosis, phlebitis apabila disuntikan pada vena
kecil.Obat ini dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal. Obat ini dapat menurunkan
tekanan darah arteri.Karena itu, obat ini digunakan untuk induksi dan supplement pada pasien
dengan gangguan jantung berat.

Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia, sedative, obat


induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan, pengobatan penarikan alcohol akut
dan serangan panic.
Awitan aksi : iv< 2 menit, rectal < 10 menit, oral 15 menit-1 jam
Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam
Dosis:
Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg
Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB
Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg
Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal 30 mg, PO/rectal 2-
10 mg 2-4 kali sehari
Efek samping obat:
Menyebabkan bradikardi dan hipotensi
Depresi pernapasan
Mengantuk, ataksia, kebingungan, depresi,
Inkontinensia
Ruam kulit
DVT, phlebitis pada tempat suntikan

b. Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad amnesia. Durasi
kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.Obat ini menembus plasenta, akan tetapi
tidak didapatkan nilai APGAR kurang dari 7 pada neonatus.
Dosis :
Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
Sedasi : iv 0,5-5 mg
Induksi : iv 50-350 μg/kg
Efek samping obat :
Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi
Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi
Euphoria, agitasi, hiperaktivitas
Salvasi, muntah, rasa asam
Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan

3.PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini terdiri dari gliserol, phospatid
dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat ini sangat larut dalam lemak sehingga
dapat dengan mudah menembus blood brain barier dan didistribusikan di otak. Propofol
dimetabolisme di hepar dan ekskresikan lewat ginjal. Penggunaanya untuk obat induksi,
pemeliharaan anastesi, pengobatan mual muntah dari kemoterapi
Dosis :
Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg
Induksi : iv 2-2,5 mg/kg
Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 μg/kg/menit, antiemetic iv 10 mg
Pada ibu hamil, propofol dapat menembus plasenta dan menyebabakan depresi janin. Pada
sistem kardiovaskuler, obat ini dapat menurunkan tekanan darah dan sedikit menurunkan nadi.
Obat ini tidak memiliki efek vagolitik, sehingga pemberiannya bisa menyebabkan asystole. Oleh
karena itu, sebelum diberikan propofol seharusnya pasien diberikan obat-obatan antikolinergik.
Pada pasien epilepsi, obat ini dapat menyebabkan kejang.

4.KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya menyebabkan pasien mengalami
katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan tetapi efek sedasinya ringan.Pemberian ketamin
dapat menyebakan mimpi buruk.
Dosis
Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg BB, Po 5-6 mg/kg BB
Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB
Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, kerana itu pemberian ketamin berbahaya bagi orang-
orang dengan tekanan intracranial yang tinggi. Pada kardiovaskuler, ketamin meningkatkan
tekanan darah, laju jantung dan curah jantung.Dosis tinggi menyebabkan depresi napas.
Kontraindikasi :
Hipertensi tak terkontrol
Hipertroid
Eklampsia/ pre eklampsia
Gagal jantung
Unstable angina
Infark miokard
Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen
TIK tinggi
Perdarahan intraserebral
TIO tinggi
Trauma mata terbuka

5. OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dalam dosis tinggi.Opioid tidak
mengganggu kardiovaskulet, sehingga banyak digunakan untuk induks pada pasien jantung.

a.Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang berjaitan dengan
iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru.
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg setiap 4 jam
Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv< 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam

Efek samping obat :


Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia
Bronkospasme, laringospasme
Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia
Retensi urin, spasme ureter
Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah, penundaan pengosongan
lambung
Miosis

b.Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum
pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk
menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary edema dan acute
left ventricular failure.
Dosis
Oral/ IM,/SK :
Dewasa :Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK : 1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu.
Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK

Petidin dimetabolisme terutama di hati

Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya
(menyebabkan koma, depresi pernapasan yang parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas,
hipertensi, sakit kepala, kejang)
Hipersensitivitas.
Pasien dengan gagal ginjal lanjut

Efek samping obat


Depresi pernapasan,
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma,
eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,
Reproduksi, ekskresi &endokrin : retensi urin, oliguria.
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan
yang tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi.
Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit

c.Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesik : iv/im 25-100 μg
Induksi : iv 5-40 μg/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 μg/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 μg/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi: iv 30-60 menit, im 1-2 jam
Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea
Pusing, penglihatan kabur, kejang
Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat
Miosis

6. OBAT PELUMPUH OTOT

1.Non depolarisasi
A. Tubocurarin
B. Galamin
C. Pancuronium bromida
D Norcuron
E. Tracrium
F. Rocuronium bromida

2.Depolarisasi
A. Succinylcholin
B. Decamethonium
Mekanisme transmisi neuromuscular:
1. Acetylcholin
2. Acetylcholin esterase
Mekanisme hambatan neuromuscular
1. Menghambat sintesa/ transmisi acetylcholin / Menurunkan pelepasan acetylcholin pada impuls
syaraf
2.Non depolarisasi ( hambatan kompetitif )
* Obat ini terikat kuat pada reseptor cholinergic) dan
* tidak punya reaksi dengan acetylcholin tapi mencegah ikatan asetylcholin dengan reseptor
sehingga depolarisasi tidak terjadi
3.Hambatan Depolarisasi
Kerja obat = acetylcholin tapi untuk periode yang lama,Obat ini mengikat R/ dan bekerja seperti
acetylcholin pada depolarisasi : succynilcholin/ decamethonium,Secara IV obat ini dapat diamati
dengan pengamatan fasciculasi
4.Hambatan ganda
Mula mula terjadi depolarisasi kemudian masuk ke dalam serabut syaraf dan bereaksi seperti zat
depolarisasi
Non depolarisasi Depolarisasi

Fasciculasi : ada tidak ada

Efek bertambah dengan: + -

Dietilether

Enflurane

Isoflurane

efek berkurang dengan : - +

Anticholin esterase

Penurunan suhu tubuh

MR depolarisasi

Epinerin

Acetylcholin

Antidotum / antagonis ada tidak ada

Non depolarisasi
A. Tubocurarin
Ekstrak chondrodendron tomentosum
Kerja : Mencegah acetylcholin di area neuromusc junction
Dosis : Awal (dws) 15-20 mg IV
Dapat diulang
Tergantung pada : Olah raga, pembentukan otot
Kedalaman anestesi umum
Onset : +/- 3 menit
Durasi : 30 –40 menit

Indikasi kontraindikasi

relaksasi otot myastenia gravis


memudahkan mekanisme ventilasi penyakit ginjal
kontrol konvulsi asma bronkiale

Antagonis oleh anticholin esterase seperti :


Neostigmin 2,5 mg dgn atropin 1 mg
Edrophonium 10 mg
Piridostigmib 10 mg dgn atropin 1 mg
Biotransformasi : Diekskresi melalui ginjal

B. Galamin
Sifat: Non depolarisasi
Potensi 1/6X tucbocurarin
Dapat menekan vagal—> takikardi
Fasciculasi tdk ada
Dosis : 20-120 mg
Durasi : 20-40 menit
Antagonis : Anticholin esterase
Biotransformasi: ekskresi seluruhnya melalui ginjal —> Kontra indikasi Gagal ginjal

C. Pancuronium bromida
Sifat : Non depolarisasi
Potensi 5X tubocurarin
Histamin release dan bronchospasme tidak ada
Berlawanan dgn: Acetylcholin
Anticholin esterase
Potasium
Meningkat dgn : Anestesi inhalasi
Hipo K / Mg
Antibiotika tertentu : Strepto/ Kanamisin,Basitrasin
Dosis : 0,1 mg/Kg BB
Onset :+/- 3 menit
Durasi :30-40 menit
Penggunaan:
Pelengkap anestesi umum
Intubasi endotracheal
Perawatan mesin dengan mesin ventilasi
Hati hati pd myastenia gravis

Antagonis: Neostigmin/ Piridostigmin


Pemberian dapat diikuti dengan SA dengan tujuan mencegah bradikardi / henti jantung
atau diberikan bersamaan ok aksi vagolitik SA mendahului efek muscarinic neostigmin
pada jantung
Efeknya dapat bertahan sampai 1-2 jam
Metabolisme: Belum jelas
Ekskresi: terutama melalui bilier
Monitoring: dengan alat stimulator syaraf

Depolarisasi
A. Suksinilkholin
Sifat
: Onset < 1 menit, Durasi 5-15 menit
Mencegah asetikholin mencapai R/ pada endplate.
Dilarutkan dalam alkalin
Kemampuan menurun atau hilang bila di campur dengan tiopental, tiamilal atau metoheksital
Stabil dalam lemari es,menurun pada temperatur ruang
Dosis : 1-2 mg ( intubasi ), ulangan 1/3- ¼ dosis
1-2 mg/ kg BB/Jam ( drip )
Indikasi : Relaksasi intubasi
Perawatan elektro convulsif
Terapi laringospasme darurat
FASCICULASI
Terjadi akibat pemberian sucycnilcholin-> nyeri otot pasca pemberian dalam beberapa hari
Dapat dikurangi dengan pemberian : Tubokurarin 3-6 mg, Pankuronium bromida 0,5–1 mg,
Galamin 20 mg.

HIPERTERMI MALIGNA
Berperan pada timbulnya MH
Temperatur naik tiba tiba pada tingkat bahaya-> harus dianggap keadaan/ mengancam
keselamatan jiwa dan memerlukan tindakan yang cepat dan tepat.
Drug of choice: Dantrolene

TEKANAN INTRAOKULER
Meningkat setelah pemberian, berjangka pendek
Timbul selama fase fasikulasi
Tidak diberikan pada op intraokuler

TEKANAN INTRAGASTRIK
Meningkat sehingga dapat menimbulkan regurgitasi
Dapat dicegah seperti diatas

KARIOVASKULER
Aritmia, bradikardi dan hipertensi sering terjadi terutama selama intubasi dan laringoskopi
Aritmi dan bradikardi lebih umum terjadi pada pengulangan dosis
Aritmi jarang terjadi pada pemberian kontinyu/ drip

HIPERKALEMI
Kolaps/ henti jantung ok hiperkalemi dpt terjadi pada:
Luka bakar/ trauma berat
Tetanus
Cedera otak atau syaraf tl belakang
Uremi dengan peningkatan serum K
Lika lower atau upper mototr neuron
APNOE BERKEPANJANGAN
penurunan aktifitas pesudoasetil esterase atau perubahan respons motor end plate
Pseudoasetilkholin esterase perlu dipertimbangkan bila nafas spontan tidak tercapai dalam waktu
15 menit

Gangguan hambatan neuromuskuler terapinya :


Hambatan depolarisasi
nafas kendali sampai timbul
nafas spontan
berikan FFP/ Darah untuk mengendalikan pseudokholinesterase
Hambatan ganda
Teruskan kontrol ventilasi + antikholin esterase IV (edophonium 10 mg/ neostigmin 2,5 mg atropin
1 mg )

METABOLISME
sekskresi melalui ginjal dalam bentuk suksinil acid

B. DEKAMETONIUM
Sifat: Sintetik MR
Tidak berefek pada jantung,
tulang punggung otak atau saraf otonom
Fasikulasi dapat terjadi tapi tdk spt suksinilkholin
Dosis : 3 mg IV
Durasi : +/- 20 mnt
Tidak ada antagonis/ antidotum, Neostigmin/edrophonium malah memperpanjang kerja
obat
Metabolisme: Diekskresi melalui ginjal tapi tidak dihidrolisa

Obat obat pelemas otot lain ( Relatif baru )


Efek samping pelemas otot seperti:
Suksinilkholin : mialgia, bradikardi, hiper K, peninggian TIO dan intragastrik
Tubokurarin : hipotensi
Galamin dan pankuronium bromida: hipertensi, takikardi
Muscle relaxant nondepolarisasi durasinya panjang tapi obat obat baru cenderung tanpa efek
samping dan relatif pendek durasinya sehingga diperlukan Muscle Relaxant yang ideal yaitu :
Non depolarisasi
Onsetnya cepat
Pemulihan cepat
Nonkumulatif
Kardiovaskuler efek tidak ada
Histamin release tdk ada
Reversible dgn kolinesterase
Metabolit inaktif

1. ATRACURIUM
Sifat : Dekomposisi spontan pada pH dan suhu tubuh
Hidrolisa oleh kolinesterase, eksr mel ginjal
Dosis : 0,5mg/Kg BB ( Intubasi )
Dosis tinggi dapat menyebabkan histamin release—> reaksi kulit, hipotensi, bronkhospasme
Onset : +/-n 2 menit
Durasi : 20-25 menit

2. VECURONIUM BROMIDA ( Norcuron )


Sifat : Poten neuromuskuler blocking agent ( NMBA)
Tidak stabil dalam bentuk larutan
Atrakurium & vecuronium tidak ada kumulatif efek pada pengulangan do/ maupun
kontinyu,juga mudah direverse dengan edrophonium, Neostigmin atau piridostigmin
Dosis : 0,08- 0,1 mg/ kg bb ( intubasi)
0,025 mg/kg bb ( Maintenance )
0,03/kg bb efek kardiovaskuler tidak ada
Onset dan durasi lebih pendek dari atrakurium—> Baik dipakai pada pasien kritis atau outpatien

3.Rokuronium bromida ( Esmeron)


Sifat : Nondepo NMBA
Merupakan antagonis asetilkolin pd R/ —> kompoetitif
Tidak memblokir syaraf otonom
Potensi : 15-20% Vecuronium
Onset : Cepat
Durasi : intermediate
Pemulihan : Cepat
Kumulatif : ada tapi sedikit Enflurane, isoflurane potensiasi dgn esmeron, halotan sedikit

7. FENTANYL
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesik : iv/im 25-100 μg
Induksi : iv 5-40 μg/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 μg/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 μg/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi: iv 30-60 menit, im 1-2 jam

Efek samping obat :


Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea
Pusing, penglihatan kabur, kejang
Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat
Miosis

Anda mungkin juga menyukai