NIM : 03012060
TUGAS UJIAN DR. I NYOMAN ADAYANA.SP.AN
5. ANESTESI INTRAVENA
Merupakan teknik anastesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anastesi yang
dimasukkan lewat jalur intravena.
Jenis-jenis Anastesi Intravena
1.GOLONGAN BARBITURAT
Pentothal/ Thiopenthal Sodium/ Penthio Barbital/ Thiopenton
Obat ini tersedia dalam bentuk serbuk higroskopis, bersifat basa, berbau belerang,larut dalam air
dan alcohol.Penggunaannya sebagai obat induksi, suplementasi dari anastesi regional,
antikonvulsan, pengurangan dari peningkatan TIK, proteksi serebral.Metabolismenya di hepar
dan di ekskresi lewat ginjal.
Onset : 20-30 detik
Durasi : 20-30 menit
Dosis:
Induksi iv : 305 mg/Kg BB, anak 5-6 mg/Kg BB, bayi 7-8 mg/kg BB
Suplementasi anastesi : iv 0,5-1 mg/kg BB
Induksi rectal : 25 mg/ kg BB
Antikonvulsan : iv 1-4 mg/kg BB
Efek samping obat :
Sistem kardiovaskuler : Depresi otot jantung,Vasodilatasi perifer, Turunnya curah jantung
Sistem pernapasan : menyebabkan depresi saluran pernapasan-> konsentrasi otak
mencapai puncak-> apnea
Dapat menembus barier plasenta dan sedikit terdapat dalam ASI
Sedikit mengurangi aliran darah ke hepar
Meningkatkan sekresi ADH (efek hilang setelah pemberian dihentikan)
Pemulihan kesadaran pada orang tua lebih lama dibandingkan pada dewasa muda
Menyebabkan mual, muntah, dan salivasi
Menyebabkan trombophlebitis, nekrosis, dan gangren
Kontraindikasi :
Alergi barbiturat
Status ashmatikus
Porphyria
Pericarditis constriktiva
Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik
Syok
Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan)
2.GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Obat ini dapat dipakai sebagai trasqualiser, hipnotik, maupun sedative.Selain itu obat ini
mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia.
a.Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic (propilenglikol dan sodium
benzoate).Karena itu obat ini bersifat asam dan menimbulkan rasa sakit ketika disuntikan,
trombhosis, phlebitis apabila disuntikan pada vena
kecil.Obat ini dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal. Obat ini dapat menurunkan
tekanan darah arteri.Karena itu, obat ini digunakan untuk induksi dan supplement pada pasien
dengan gangguan jantung berat.
b. Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad amnesia. Durasi
kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.Obat ini menembus plasenta, akan tetapi
tidak didapatkan nilai APGAR kurang dari 7 pada neonatus.
Dosis :
Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
Sedasi : iv 0,5-5 mg
Induksi : iv 50-350 μg/kg
Efek samping obat :
Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler premature, hipotensi
Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi
Euphoria, agitasi, hiperaktivitas
Salvasi, muntah, rasa asam
Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan
3.PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini terdiri dari gliserol, phospatid
dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat ini sangat larut dalam lemak sehingga
dapat dengan mudah menembus blood brain barier dan didistribusikan di otak. Propofol
dimetabolisme di hepar dan ekskresikan lewat ginjal. Penggunaanya untuk obat induksi,
pemeliharaan anastesi, pengobatan mual muntah dari kemoterapi
Dosis :
Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg
Induksi : iv 2-2,5 mg/kg
Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 μg/kg/menit, antiemetic iv 10 mg
Pada ibu hamil, propofol dapat menembus plasenta dan menyebabakan depresi janin. Pada
sistem kardiovaskuler, obat ini dapat menurunkan tekanan darah dan sedikit menurunkan nadi.
Obat ini tidak memiliki efek vagolitik, sehingga pemberiannya bisa menyebabkan asystole. Oleh
karena itu, sebelum diberikan propofol seharusnya pasien diberikan obat-obatan antikolinergik.
Pada pasien epilepsi, obat ini dapat menyebabkan kejang.
4.KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya menyebabkan pasien mengalami
katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan tetapi efek sedasinya ringan.Pemberian ketamin
dapat menyebakan mimpi buruk.
Dosis
Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg BB, Po 5-6 mg/kg BB
Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB
Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, kerana itu pemberian ketamin berbahaya bagi orang-
orang dengan tekanan intracranial yang tinggi. Pada kardiovaskuler, ketamin meningkatkan
tekanan darah, laju jantung dan curah jantung.Dosis tinggi menyebabkan depresi napas.
Kontraindikasi :
Hipertensi tak terkontrol
Hipertroid
Eklampsia/ pre eklampsia
Gagal jantung
Unstable angina
Infark miokard
Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen
TIK tinggi
Perdarahan intraserebral
TIO tinggi
Trauma mata terbuka
5. OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dalam dosis tinggi.Opioid tidak
mengganggu kardiovaskulet, sehingga banyak digunakan untuk induks pada pasien jantung.
a.Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang berjaitan dengan
iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru.
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg setiap 4 jam
Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv< 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam
b.Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum
pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk
menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary edema dan acute
left ventricular failure.
Dosis
Oral/ IM,/SK :
Dewasa :Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK : 1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika perlu.
Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg IM/SK
Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya
(menyebabkan koma, depresi pernapasan yang parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas,
hipertensi, sakit kepala, kejang)
Hipersensitivitas.
Pasien dengan gagal ginjal lanjut
c.Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesik : iv/im 25-100 μg
Induksi : iv 5-40 μg/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 μg/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 μg/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi: iv 30-60 menit, im 1-2 jam
Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea
Pusing, penglihatan kabur, kejang
Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat
Miosis
1.Non depolarisasi
A. Tubocurarin
B. Galamin
C. Pancuronium bromida
D Norcuron
E. Tracrium
F. Rocuronium bromida
2.Depolarisasi
A. Succinylcholin
B. Decamethonium
Mekanisme transmisi neuromuscular:
1. Acetylcholin
2. Acetylcholin esterase
Mekanisme hambatan neuromuscular
1. Menghambat sintesa/ transmisi acetylcholin / Menurunkan pelepasan acetylcholin pada impuls
syaraf
2.Non depolarisasi ( hambatan kompetitif )
* Obat ini terikat kuat pada reseptor cholinergic) dan
* tidak punya reaksi dengan acetylcholin tapi mencegah ikatan asetylcholin dengan reseptor
sehingga depolarisasi tidak terjadi
3.Hambatan Depolarisasi
Kerja obat = acetylcholin tapi untuk periode yang lama,Obat ini mengikat R/ dan bekerja seperti
acetylcholin pada depolarisasi : succynilcholin/ decamethonium,Secara IV obat ini dapat diamati
dengan pengamatan fasciculasi
4.Hambatan ganda
Mula mula terjadi depolarisasi kemudian masuk ke dalam serabut syaraf dan bereaksi seperti zat
depolarisasi
Non depolarisasi Depolarisasi
Dietilether
Enflurane
Isoflurane
Anticholin esterase
MR depolarisasi
Epinerin
Acetylcholin
Non depolarisasi
A. Tubocurarin
Ekstrak chondrodendron tomentosum
Kerja : Mencegah acetylcholin di area neuromusc junction
Dosis : Awal (dws) 15-20 mg IV
Dapat diulang
Tergantung pada : Olah raga, pembentukan otot
Kedalaman anestesi umum
Onset : +/- 3 menit
Durasi : 30 –40 menit
Indikasi kontraindikasi
B. Galamin
Sifat: Non depolarisasi
Potensi 1/6X tucbocurarin
Dapat menekan vagal—> takikardi
Fasciculasi tdk ada
Dosis : 20-120 mg
Durasi : 20-40 menit
Antagonis : Anticholin esterase
Biotransformasi: ekskresi seluruhnya melalui ginjal —> Kontra indikasi Gagal ginjal
C. Pancuronium bromida
Sifat : Non depolarisasi
Potensi 5X tubocurarin
Histamin release dan bronchospasme tidak ada
Berlawanan dgn: Acetylcholin
Anticholin esterase
Potasium
Meningkat dgn : Anestesi inhalasi
Hipo K / Mg
Antibiotika tertentu : Strepto/ Kanamisin,Basitrasin
Dosis : 0,1 mg/Kg BB
Onset :+/- 3 menit
Durasi :30-40 menit
Penggunaan:
Pelengkap anestesi umum
Intubasi endotracheal
Perawatan mesin dengan mesin ventilasi
Hati hati pd myastenia gravis
Depolarisasi
A. Suksinilkholin
Sifat
: Onset < 1 menit, Durasi 5-15 menit
Mencegah asetikholin mencapai R/ pada endplate.
Dilarutkan dalam alkalin
Kemampuan menurun atau hilang bila di campur dengan tiopental, tiamilal atau metoheksital
Stabil dalam lemari es,menurun pada temperatur ruang
Dosis : 1-2 mg ( intubasi ), ulangan 1/3- ¼ dosis
1-2 mg/ kg BB/Jam ( drip )
Indikasi : Relaksasi intubasi
Perawatan elektro convulsif
Terapi laringospasme darurat
FASCICULASI
Terjadi akibat pemberian sucycnilcholin-> nyeri otot pasca pemberian dalam beberapa hari
Dapat dikurangi dengan pemberian : Tubokurarin 3-6 mg, Pankuronium bromida 0,5–1 mg,
Galamin 20 mg.
HIPERTERMI MALIGNA
Berperan pada timbulnya MH
Temperatur naik tiba tiba pada tingkat bahaya-> harus dianggap keadaan/ mengancam
keselamatan jiwa dan memerlukan tindakan yang cepat dan tepat.
Drug of choice: Dantrolene
TEKANAN INTRAOKULER
Meningkat setelah pemberian, berjangka pendek
Timbul selama fase fasikulasi
Tidak diberikan pada op intraokuler
TEKANAN INTRAGASTRIK
Meningkat sehingga dapat menimbulkan regurgitasi
Dapat dicegah seperti diatas
KARIOVASKULER
Aritmia, bradikardi dan hipertensi sering terjadi terutama selama intubasi dan laringoskopi
Aritmi dan bradikardi lebih umum terjadi pada pengulangan dosis
Aritmi jarang terjadi pada pemberian kontinyu/ drip
HIPERKALEMI
Kolaps/ henti jantung ok hiperkalemi dpt terjadi pada:
Luka bakar/ trauma berat
Tetanus
Cedera otak atau syaraf tl belakang
Uremi dengan peningkatan serum K
Lika lower atau upper mototr neuron
APNOE BERKEPANJANGAN
penurunan aktifitas pesudoasetil esterase atau perubahan respons motor end plate
Pseudoasetilkholin esterase perlu dipertimbangkan bila nafas spontan tidak tercapai dalam waktu
15 menit
METABOLISME
sekskresi melalui ginjal dalam bentuk suksinil acid
B. DEKAMETONIUM
Sifat: Sintetik MR
Tidak berefek pada jantung,
tulang punggung otak atau saraf otonom
Fasikulasi dapat terjadi tapi tdk spt suksinilkholin
Dosis : 3 mg IV
Durasi : +/- 20 mnt
Tidak ada antagonis/ antidotum, Neostigmin/edrophonium malah memperpanjang kerja
obat
Metabolisme: Diekskresi melalui ginjal tapi tidak dihidrolisa
1. ATRACURIUM
Sifat : Dekomposisi spontan pada pH dan suhu tubuh
Hidrolisa oleh kolinesterase, eksr mel ginjal
Dosis : 0,5mg/Kg BB ( Intubasi )
Dosis tinggi dapat menyebabkan histamin release—> reaksi kulit, hipotensi, bronkhospasme
Onset : +/-n 2 menit
Durasi : 20-25 menit
7. FENTANYL
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesik : iv/im 25-100 μg
Induksi : iv 5-40 μg/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 μg/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 μg/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi: iv 30-60 menit, im 1-2 jam