Anda di halaman 1dari 35

FDODGDK

DP]KDE OMXMRDQDZDE XDJD XDPLME JMEADE


ADEAA]DE PLPZMF LEZMA]FME JMRFLP

Dibuat oleh :
Heavenly Suoth
Kristin H. Malendes (19142010061)
Liren Kuada

IDO]GZDP OMXMRDQDZDE ]ELYMRPLZDP XMFNDEA]EDE LEJCEMPLD


FDEDJC
>8>4

İ
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasen Dengan Gangguan Sistem Integumen : Dermatitis ” dapat terselesaikan pada
waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II. Dalam penyusunannya makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk bersifat
moril, spiritual maupun Materi yang sangat berharga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurna nya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnnya bagi pembaca.

Manado, 7 Oktober

Penulis

İ
DAFTAR ISI

halaman
KATA PMNGANTAR...................................................................................................i
DAITAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PMNDAH]L]AN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.0. Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II TINBA]AN TMORITIS
2.1. Anatomi Iisiologi Sistem Integumen...............................................................0
2.2. Pengertian sistem integumen............................................................................11
2.3. Mtiologi dermis...............................................................................12
2.4. Tanda dan gejala sistem integumen..................................................................10
2.5. Pemeriksaan penunjang sistem integumen........................................................14
2.6. Asuhan Keperawatan Pada Penderita sistem integumen..............................15
BAB III PMN]T]P
1.1 Kesimpulan......................................................................................................... 24
1.2 Saran..................................................................................................................... 25
DAITAR P]STAKA.....................................................................................................26
GLOSARI]M................................................................................................................. 27

İİ
NAN I

PENDAK]G]AN

1.1. Gatar Nmlaoana


Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan/manusia terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri
atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous)
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “ integumentum“, yang berarti
“penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi
menutup organ atau jaringan dalam manusia dari kontak luar. Sistem Integumen pada
manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar
susu.
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat mencakup pada
satu tempat saja dan dapat pula menyebar. Pada stadium akut terjadi kelainan kulit
berup ertema, edema, vesikel atau bula, erosi dam ekudasi sehingga tampak basah.
Stadium subakut, ertem dan edema sudah mulai berkurang dan eksudat sudah
mongering menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis, lesi tampak mengering,
hiperpigmentasi dan likenifikasi mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena
garukan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk lebih memahami mengenai gangguan sstem
integumen ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan sistem
integumen” agar masyarakat luas dan umumnya mahasiswa keperawatan dapat lebih
mengetahui konsep lebih dalamnya.

1.2. Rumusan Fasalah


Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang
akan dikaji. Antara lain :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem integumen?

4
2. Apa yang dimaksud dengan sistem integumen?
3. Apa saja yang termasuk klasifikasi dermis ?

4
>

4. Bagaimana etiologi sistem integumens?


5. Apa saja tanda dan gejala pada dermis?
6. Bagaimana pathogenesis dan patofisiologi dermis ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dalam dermis?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dermis?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien dermis?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem integument.
2. Untuk mengetahui pengertian dari dermis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dermis.
4. Untuk mengetahui etiologi sistem integumen.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dermis.
6. Utuk mengatahui pemeriksaan penunjang dermis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dermis.
8. Untuk mengetahui bagamana asuhan keperawatan pada klien dengan dermis.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis, dapat menambah keterampilan dalam pembuatan makalah dan karya
tulis ilmiah untuk bekal di masa yang akan datang.
2. Bagi Pembaca, dapat menambah ilmu pengetahuan dan berfikir secara kritis.
3. Bagi lembaga, dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran dan referensi di masa
yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Fisiologi Sistem Integumen


Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,
dan menginformasikan hewan/manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem integumen
adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya,
termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous) dan reseptor saraf khusus (untuk
stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata yang
berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan
fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan
dalam manusia dari kontak luar. Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku,
rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan
bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

gambar Anatomi kulit

0
4

1. Epidermis

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia
dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan :
a. Melanosit
Yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis. Melanosit (sel
pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon
perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-
sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian
besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang
yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih
banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda
yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai
contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini
dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek
pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.

b. Sel Langerhans
yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang sel
Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T.
Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun
yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali
partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu
serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan
sel-sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan
saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi
fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
c. Sel Merkel
yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi
dengan sistem neuroendokrin difus.

d. Keratinosit

lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan ini akan
berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar
hingga paling dalam sebagai berikut:

• Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin
berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan
retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.Lebih tebal pada area-area
yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama pada
tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar yang tersusun atas

beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.


• Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini
banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.

• Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif
terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3

lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta
mukosa tidak punya lapisan inti.

• Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop
tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan
terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai
intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini
memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan
melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di
daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
• Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam
sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di
sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial dan
terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari
fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada
permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki,
kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas,
latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
➢ Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

• Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 ‐ 97 persen air dan mengandung beberapa mineral,
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan
sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang
dewasa.Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

• Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,
daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang
agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan
yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau

dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar
keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan
getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan
lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea,
folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi
lapisan dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada

daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua
lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a. Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada
stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh
(ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun
terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu
suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe,
serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,

asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis
dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.

b. Stratum retikulare
yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak
teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan
kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast

yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe,
akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
;

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu,
melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus dari
dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan
fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis meliputi:

• Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan

mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit
tubuh.

• Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel
darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan
mikroba.

• Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke


permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.

• Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi
terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.

• Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut
dan memberikan nutrisi pada rambut.

• Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
intensitas panas ke otak.

• Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat dan
memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
• Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit merenggang.
Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

3. Subkutan atau Hipodermis


Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap
trauma. Tempat penumpukan energi.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-
pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi
<

sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam,
membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling
tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang

sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur
serta makin kehilangan kontur.

➢ Fungsi kulit:
1. Proteksi (melindungi) : Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya
radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur.
Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan

penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut


berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan
tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2. Absorbsi (menyerap) : Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga
yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan
metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus

sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-
sel epidermis.

3. Regulasi (Pengatur Panas) : Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan
oleh pusat pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu
viseral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan
vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar,
kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga
terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh
darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan
panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
10

4. Ekskresi (Pengeluaran) : Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak


berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit
karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan

keringat menyebabkan keasaman pada kulit.


5. Persepsi / Reseptor (Peraba) : Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis
dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh
papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis.
6. Pembentukan Pigmen : Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan
basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim
melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2
terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis

melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh


melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan
juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
7. Keratinisasi : Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum.
Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum.
Semakin lama intinya menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui
proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira

14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-
fisiologik.
2.2. Pengertian dermatitis
Pengertian Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005) Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan
sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (812 Resep U/

Mkuelintg(oebpaidtier2m36is PdeanydakeritmOisl)ehseHba. gAairirefspHoanriatenrah:aHdmapl

p1e3n6g).arDuehrmfaktiotirs emkseorugpenakdanpaetraudafankgtaonr endogen, menimbulkan


kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skauma, likenifikasi)
dan keluhan gatal (Sularsito, 2010). Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan
penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada
kulit (Widhya, 2011).

gambar 2.2 : Dermatitis


6 Dermatitis
Eksfoliatif
Perkembangan lesi kulit
(Inflamasi kulit 15
yang sebelumnya ada
kronik dan berat
menjadi tahap
2.3. Etyioalnoggi
Dermadtiittainsdai eksfoliatif, seperti pada
Pedneynegbanb d ekremaetri taihs ank a daenrgm-kataidtiasng tidakondtai kk, etahui.
Sebagian besar merupakan
respon kulitdatnerhaedraitpemagen y- agnegn, rme aiksasil nyoa baz ta, t klimfioa,map,rotein, bakteri dan fungus.
Respon
meluas dan bersisik) alau leukimia.
tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di
dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami
selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena
peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas
saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus.

2.4. Tanda Dan Gejala Dermatis


Gejala tersebut dapat muncul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam setelah
kontak terjadi. Gejala umumdermatitis kontak pada kulit penderita adalah:
- Ruam kulit kemerahan.
- Gatal yang dapat terasa parah.
- Kering.
- Pembengkakan.
- Kulit kering atau bersisik.
- Kulit lecet atau melepuh.
- Menebal.
- Pecah-pecah.
- Terasa sakit saat disentuh atau muncul rasa nyeri.

2.5. Pathogenesis dan Patofisiologi Dermatitis


1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat
terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap
dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi
limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui
saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar
getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor
yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke
dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.

Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel
efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel
radang sehingga terjadi gejala klinis.

2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi
reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan
produksi
16

sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa.
Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan
akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan

diturunkan secara genetic.

gambar 2.3 : Dermatitis Atopik

3. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan
diameter bervariasi 5 ‐ 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila
kering membentuk krusta. bagian tubuh.

4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke
jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura.
Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan
menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
5. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering,
basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit
kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak,
umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama
kering
dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan
rambut.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan
histopatologi

2.7. Penatalaksanaan Dermatitis


a) Penatalaksanaan non Medis
Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada daerah
dermatitis yang kecil. Remukan halus es pada air kompres sering kali memberikan
efek antipruritus.
• Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang
mengeluarkan sekret.
• Kompres dingin untuk mengurangi peradangan.
• Mengatasi kerusakan integritas kulit.
• Mengatasi hipotermia
• Meningkatkan konsep diri klien
• Emolient untuk mengurangi kulit yang kaki

b) Penatalaksanaan Medis
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumnya
lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak-bercak
eritema (inflamasi trout) yang kecil.
4;

• Preparat krim atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid
dioleskan tipis-tipis.
• Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan untuk
dermatitis dengan daerah-daerah lesi yang lebih luas.
• Pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat

diprogramkan.
• Terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalkan steroid dapat digunakan
untuk menghentikan peradangan.

2.8. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Dermatitis


A. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan a1ergen penyebab dermatitis kontak a1ergik
diper1ukan anamnesis yang te1iti, riwayat penyakit yang 1engkap,
pemeriksaan iisik dan uji tempe1. Anamnesis ditujukan se1ain untuk
menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena ha1 ini penting
da1am menentukan terapi dan tindak 1anjutnya, yaitu mencegah kekambuhan.
Diper1ukan kesabaran, kete1itian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan
pasien. Pada anamnesis per1u juga ditanyakan riwayat atopi, perja1anan
penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan o1eh dokter maupun di1akukan sendiri, obyek persona1 me1iputi
pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu 1ama,kosmetika, kaca mata, dan jam
tangan serta kondisi 1ain yaitu riwayat medis umum dan mungkin iaktor
psiko1ogik. Pemeriksaan iisik didapatkan adanya eritema, edema dan papu1a
disusu1 denga pembentukan vesike1 yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbu1 pada tempat kontak,
tidak berbatas tegas dan dapat me1uas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa
bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang
1ain maka predi1eksi regiona1 diagnosis regiona1 akan sangat membantu
penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak a1ergik ada1ah :
1. Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu ka1i tetapi 1ama,
beberapa ka1i atau satu ka1i tetapi sebe1umnya pernah atau sering kontak
dengan bahan serupa.
>. Zerdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
19

3. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan 1ain


tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi 1ebih ringan serta
timbu1nya 1ebih 1ambat, yang tumbuhnya sete1ah pada tempat kontak.
4. Rasa gata1
5. Uji tempe1 dengan bahan yang dicurigai hasi1nya positii.

Berbagai jenis ke1ainan ku1it yang harus dipertimbangkan da1am diagnosis


banding ada1ah :
1. Dermatitis atopik : erupsi ku1it yang bersiiat kronik residii, pada
tempat-tempat tertentu seperti 1ipat siku, 1ipat 1utut dise rtai riwayat
atopi pada penderita atau ke1uarganya. Penderita dermatitis atopik
menga1ami eiek pada sisitem imunitas se1u1er dimana se1 TH2 akan
memsekresi IL-4 yang akan merangsang se1 B untuk memproduksi
IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinoii1. Seba1iknya

jum1ah se1 T da1am sirku1asi menurun dan kepekaan terhadap


a1ergen kontak menurun
2. Dermatitis numu1aris : merupakan dermatitis yang bersiiat kronik
residii dengan 1esi berukuran sebesar uang 1ogam dan umumnya
ber1okasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
3. Dermatitis dishidrotik : erupsi bersiiat kronik residii, sering
dijumpai pada te1apak tangan dan te1apak kaki, dengan ei1oresensi
berupa vesike1 yang ter1etak di da1am.
4. Dermatomikosis : inieksi ku1it yang disebabkan o1eh jamur dengan

ei1oresensi ku1it bersiiat po1imori, berbatas tegas dengan tepi yang


1ebih aktii.
5. Dermatitis seboroik : bi1a dijumpai pada muka dan aksi1a akan su1it
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar a1ae nasi, a1is mata dan di
be1akang
6. Te1inga.
7. Liken simp1ek kronikus : bersiiat kronis dan redisii, sering
menga1ami iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan
dermatitis kontak a1ergik bentuk kronik.
>8

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncu1 pada k1ien penderita
ke1ainan ku1it seperti dermatitis ada1ah sebagai berikut :
1. Gangguan integritas ku1it berhubungan dengan kekeringan pada ku1it
2. Resiko kerusakan ku1it berhubungan dengan terpapar a11ergen

3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus


4. Gangguan po1a tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan ku1it yang
tidak bagus.

C. Intervensi Keperawatan
1 Diagnosa : Gangguan integritas ku1it berhubungan dengan kekeringan pada ku1it

• Tujuan : Ku1it k1ien dapat kemba1i norma1.

• Kriteria hasi1 : K1ien akan mempertahankan ku1it agar mempunyai hidrasi

yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan


peningkatan kenyamanan ku1it, berkurangnya derajat penge1upasan ku1it,
berkurangnya kemerahan, berkurangnya 1ecet karena garukan,
penyembuhan area ku1it yang te1ah rusak
• Intervensi:
1. Mandi pa1ing tidak seka1i sehari se1ama 15 ‐ 20 menit. Segera o1eskan
sa1ep atau krim yang te1ah diresepkan sete1ah mandi. Mandi 1ebih
sering jika tanda dan geja1a meningkat.
Rasiona1 : dengan mandi air akan meresap da1am saturasi ku1it.

2. Pengo1esan krim pe1embab se1ama 2 ‐ 4 menit sete1ah mandi untuk


mencegah penguapan air dari ku1it. Gunakan air hangat jangan panas.
Rasiona1 : air panas menyebabkan vasodi1atasi yang akan meningkatkan
pruritus.
3. Gunakan sabun yang mengandung pe1embab atau sabun untuk ku1it
sensitive. Hindari mandi busa.
Rasiona1 : sabun yang mengandung pe1embab 1ebih sedikit kandungan
a1ka1in dan tidak membuat ku1it kering, sabun kering dapat
meningkatkan ke1uhan.

4. O1eskan/berikan sa1ep atau krim yang te1ah diresepkan 2 atau tiga ka1i
per hari. Rasiona1 : sa1ep atau krim akan me1embabkan ku1it.
21

2. Diagnosa : Resiko kerusakan ku1it berhubungan dengan terpapar a11ergen


• Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada ku1it k1ien

• Kriteria hasi1 K1ien akan mempertahankan integritas ku1it, ditandai dengan


menghindari a11ergen.

• Intervensi

1.Ajari k1ien menghindari atau menurunkan paparan terhadap a1ergen


yang te1ah diketahui. Rasiona1 : menghindari a1ergen akan menurunkan
respon a1ergi
2. Baca 1abe1 makanan ka1eng agar terhindar dari bahan makan yang
mengandung a11ergen Hindari binatang pe1iharaan. Rasiona1 : jika a1ergi
terhadap bu1u binatang sebaiknya hindari meme1ihara binatang atau
batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
3.Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bi1a
memungkinkan. Rasiona1 : AC membantu menurunkan paparan

terhadap beberapa a1ergen yang ada di 1ingkungan

3. Diagnosa : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus


• Tujuan : Rasa nyaman k1ien terpenuhi

• Kriteria hasi1 :K1ien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan


berkurangnya 1ecet akibat garukan, k1ien tidur nyenyak tanpa terganggu
rasa gata1, k1ien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
• Intervensi:

1. Je1askan geja1a gata1 berhubungan dengan penyebabnya (misa1 keringnya


ku1it) dan prinsip terapinya (misa1 hidrasi) dan sik1us gata1-garuk-gata1-
garuk. Rasiona1 : dengan mengetahui proses iisio1ogis dan psiko1ogis dan
prinsip gata1 serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatii.
2. Cuci semua pakaian sebe1um digunakan untuk menghi1angkan
iorma1dehid dan bahan kimia 1ain serta hindari menggunakan pe1embut
pakaian buatan pabrik. Rasiona1 : pruritus sering disebabkan o1eh dampak
iritan atau a11ergen dari bahan kimia atau komponen pe1embut pakaian.
3. Gunakan deterjen ringan dan bi1as pakaian untuk memastikan sudah
tidak ada sabun yang tertingga1. Rasiona1 : bahan yang tertingga1 (deterjen)
pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi.
>>

4. Diagnosa : Gangguan po1a tidur berhubungan dengan pruritus


• Tujuan : K1ien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.

• Kriteria Hasi1 :
1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Me1aporkan gata1 mereda.

3. Mempertahankan kondisi 1ingkungan yang tepat.


4. Menghindari konsumsi kaiein.
5. Mengena1i tindakan untuk meningkatkan tidur
6. Mengena1i po1a istirahat/tidur yang memuaskan.
• Intervensi :

1. Nasihati k1ien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memi1iki venti1asi
dan ke1embaban yang baik. Rasiona1: Udara yang kering membuat ku1it
terasa gata1, 1ingkungan yang nyaman meningkatkan re1aksasi.
2. Menjaga agar ku1it se1a1u 1embab. Rasiona1: Tindakan ini mencegah
kehi1angan air, ku1it yang kering dan gata1 biasanya tidak dapat
disembuhkan tetapi bisa dikenda1ikan.
3. Menghindari minuman yang mengandung kaiein menje1ang tidur.
Rasiona1: kaiein memi1iki eiek puncak 2-4 jam sete1ah dikonsumsi.
4. Me1aksanakan gerak badan secara teratur. Rasiona1: memberikan eiek
menguntungkan bi1a di1aksanakan di sore hari.
5. Mengerjakan ha1 ritua1 menje1ang tidur. Rasiona1: Memudahkan
pera1ihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

5. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan ku1it yang


tidak bagus.
• Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada k1ien tercapai

• Kriteria Hasi1 :

1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan


diri
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi da1am tindakan perawatan diri
3. Me1aporkan perasaan da1am pengenda1ian situasi.
4. Menguatkan kemba1i dukungan positii dari diri sendiri.
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang 1ebih sehat.
>0

6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.


7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekanka
teknik untuk meningkatkan penampi1an

• Intervensi:

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan


merendahkan diri sendiri). Rasiona1: Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi k1ien, kesan orang
terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2. Identiiikasi stadium psikososia1 terhadap perkembangan. Rasiona1:
Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman k1ien terhadap kondisi ku1itnya.
3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan. Rasiona1: k1ien
membutuhkan penga1aman didengarkan dan dipahami.

4. Ni1ai rasa keprihatinan dan ketakutan k1ien, bantu k1ien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk meni1ai diri dan mengena1i masa1ahnya
Rasiona1: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetra1kan
kecemasan yang tidak per1u terjadi dan memu1ihkan rea1itas situasi,
ketakutan merusak adaptasi k1ien .
5. Dukung upaya k1ien untuk memperbaiki citra diri , spt merias,
merapikan. Rasiona1: membantu meningkatkan penerimaan diri dan
sosia1isasi.
6. Mendorong sosia1isasi dengan orang 1ain. Rasiona1: membantu

meningkatkan penerimaan diri dan sosia1isasi

D. Eva1uasi:
Eva1uasi yang akan di1akukan yaitu mencakup tentang :
1. Memi1iki pemahaman terhadap perawatan ku1it.
2. Mengikuti terapi dan dpat menje1askan a1asan terapi.
3. Me1aksanakan mandi, pembersihan dan ba1utan basah sesua
program.
4. Menggunakan obat topica1 dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan ku1it.
NAN LLL

PMN]Z]P

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan-pemaparan dari bab sebelumnya, maka penulis
menarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
a. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan/manusia terhadap
lingkungan sekitarnya. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling
luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut,
kelenjar (keringat dan sebaseous) dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal). Integumen merupakan kata yang
berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan
fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau
jaringan dalam manusia dari kontak luar. Sistem Integumen pada manusia terdiri
dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu.
b. Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005).
c. Ada beberapa aca tipe dermatitis, diantaranya : dermatitis seborea, dermatitis
statis, neuroermatitis, dermatitis nummular, dermatitis kronik, dermatitis kontak,
dermatitis eksfoliatif, dan dermatitis atopic.
d. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005).
e. Gejala umum dermatitis kontak pada kulit penderita adalah: ruam kulit
kemerahan, gatal yang dapat terasa parah, kering, pembengkakan,kulit kering
atau bersisik, kulit lecet atau melepuh, menebal, pecah-pecah,terasa sakit saat
disentuh atau muncul rasa nyeri.
f. Patofisiologi dermatitis tergantung kepada jenis atau tipe dermatitis tersendiriny.
25

g. Pemeriksaan penunjang dermatitis adalah dengan melakukan pemeriksaan


laboratorium darah, seperti : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit,
protein total, albumin, globulin dan Pemeriksaan histopatologi.
h. Penatalaksanaan dermatitis dilakukan dengan Pemberian kompres yang sejuk dan
kasar juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis yang kecil. Remukan halus es

pada air kompres sering kali memberikan efek antipruritus.


i. Diagnosa keperawatan yang umumnya muncu1 pada k1ien penderita
ke1ainan ku1it seperti dermatitis kontak ada1ah sebagai berikut :
1. Gangguan integritas ku1it berhubungan dengan kekeringan pada ku1it
2. Resiko kerusakan ku1it berhubungan dengan terpapar a11ergen
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan po1a tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan ku1it yang
tidak bagus.

3.2. Saran
Untuk itu diharapkan bagi mahasiswa untuk lebih mendalami materi serta konsep
penyakit agar terciptanya wawasan yang luas. Bagi penderita gangguan sistem integumen
khususnya fraktur harus lebih berhati-hati menjaga kebershan tubuhnya supaya dapat
melangsungkan kehidupannya. Cek kesehatan akan membantu dalam meningkatkan
kualitas hidup serta meminimalkan faktor risiko yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Marry dkk.2007.Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:Rapha publishing

Harahap,Marawi.2000.Ilmu penyakit kulit.Jakarta: Hipokrates

Kapita selekta kedokteran II. 2001. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

29
GLOSARIUM

• Ruam : kondisi kulit yang ditandai dengan iritasi, bengkak atau gembung kulit
yang diketahui dengan adanya warna merah, rasa gatal, bersisik, kulit yang
mengeras atau benjolan melepuh pada kulit .
• Lfuecsuprmsde 2 acgceade cndt ydea jiauedode uetuo fmemode dtdu fmeurueode
sistmf omomndgde tunuk.
• Xruritus 2 dsd adtdg ydea nisd fmgiputi smguruk dtdu smndaide tunuk smsmcrdea.
Adtdg jdpdt jismrtdi jmeade rudf

21

Anda mungkin juga menyukai