Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

Dosen Pengampu : Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Adam Damiri (1140970120001)
2. Hayatun Nufus (1140970120010)
3. Dian Adi Setiawan (1140970120013)
4. Laili Muthia Ghina (1140970120016)
5. Panji Sugiarto (1140970120030)
6. Siti Dwi Handayani (1140970120037)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA BANJARMASIN


TAHUNAJARAN 2021/2022
1. TINJAUAN TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi


Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus
kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih
besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan
atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.

Gambar 1. Anatomi hati

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :


a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan
mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen,
dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan
dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana
zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.
Fungsi utama Hati
Fungsi utama hati yaitu :
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada
kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan
berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya :
pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan
detoksifikasi toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau
rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam
emulsifikasi dan absorbsi lemak.
1.2 Definisi
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan
ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. Peningkatan ini
disebabkan oleh adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Istilah
Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati, yang bisa
disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat
tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimune.
Pada umumnya penyakit hepatitis ini dibagi menjadi 2 macam yakni hepatitis
akut dan hepatitis kronis. Hepatitis akut merupakan perangan hati yang
terjadi selama 6 bulan saja, sedangkan hepatitis kronis merupakan
peradangan hati yang terjadi selama 6 bulan lebih. Penyakit Hepatitis
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia,
yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering muncul
sebagai kejadian Luar Biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya
berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, bersifat akut dan
dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang)
ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan
cirrhosis dan lalu kanker hati.
1.3 Epidemiologi
Penyakit hepatitis adalah penyakit kronis yang menahun, dimana pada
saat orang tersebut telah terinfeksi, kondisi masih sehat dan belum
menunjukkan gejala dan tanda yang khas tetapi penularan terus berjalan.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang di diagnosis
hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang
ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat dibandingkan dari data tahun
2007 dan 2013, hal ini dapat memberikan petunjuk awal tentang upaya
pengendalian di masa lalu, peningkatan kasus, potensial masalah di masa
yang akan datang apabila tidak segera dilakukan upaya-upaya yang serius.

Gambar 2. Prevalensi hepatitis tahun 2007 dan 2013


Pada tahun 2013 secara Nasional diperkirakan terdapat 1,2 % penduduk
di Indonesia mengidap penyakit Hepatitis, dan kondisi ini meningkat 2 kali
lipat dibandingkan tahun 2007, yaitu sekitar 0,6 %. Apabila dikonversikan ke
dalam jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956
jiwa, maka bisa dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia
terinfeksi Hepatitis. Dari grafik di atas juga dapat dilihat pada tahun 2007,
lima provinsi dengan prevalensi Hepatitis tertingggi adalah Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Tengah, NAD, Gorontalo dan Papua Barat sedangkan pada
tahun 2013 ada 13 provinsi yang memiliki angka prevalensi di atas rata-rata
Nasional yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NAD, Nusa Tengara
Barat, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan
Selatan.

1.4 Etiologi
Pada prinsipnya, penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Hepatitis yang sering terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
1. Infeksi virus
Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling rigan. Hal ini disebabkan
infeksi virus hepatitis A (HVA) umumnya tidak sampai menyebabkan
kerusakan jaringan hati.
Hepatitis B
Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yag berbahaya. Penyakit ini lebih
sering menular dibandingkan hepatitis jenis lainnya. Hepatitis B menular
melalui ontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B
(HVB).
Hepatitis C
Hepatitis C menyebabkan peradangan hati yang cukup berat, diperkirakan
80% menjadi hepatitis kronis (menahun) dan dapat berkembang menjadi
sirosis. Hepatitis C menular melalui darah, biasanya karena transfusi atau
jarum suntik yang terkontaminasi virus hepatitis C.
Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Penyebabnya
adalah virus hepatitis delta. Penularan hepatitis D menyerupai penularan
pada hepatitis B yakni melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
mengandung VHD.
Hepatitis E
Hepatitis E mempunyai sifat menyerupai hepatitis A, demikian juga untuk
model penularannya tetapi dengan tingkat keparahan yang lebih ringan.
Penyebabnya adalah virus hepatitis E. Hepatitis E menyebar melalui
makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung HVE.
Hepatitis E bisa didapati di tempat dengan sumber air yang bercampur
kegiatan mandi cuci kakus (MCK).
2. Penyakit lain yang mungkin timbul
Diabetes Mellitus, hiperlipidemia (kadar lemak,termasuk kolesterol dan
trigliserida, dalam darah menjadi tinggi atau berlebihan), dan obesitas sering
terkait dengan penyakit hati. Ketiga kelainan ini membebani kerjahati dalam
metabolisme lemak. Akibatnya, akan terjadi kebocoran sel-sel yang berlanjut
dengan kerusakan sel dan peradangan hati yang disebut steatohepatitis.
3. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Hepatitis
terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan atau dalam jangka waktu
lama. Di dalam tubuh, alkohol dipecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah
zat tersebut bersifat racun sehingga menyebabkan kerusakan sel hati.
Minuman keras menurut departemen kesehatan RI adalah “semua jenis
minuman yang beralkohol tetapi bukan obat yang meliputi minuman keras
gol. A, minuman keras gol. B, dan minuman keras Gol. C”. Golongan A
memiliki kadar ethanol 1-5%, golongan B memiliki kadar ethanol 5-20% dan
golongan C kadar ethanolnya 20-55%. Banyak minuman keras beredar di
pasaran. Contoh produk minuman keras golongan A diantaranya: bintang
biru, green sand, san Miguel, anker bir. Minuman keras golongan B
diantaranya: anggur, whisky, Mc. Donald, orang tua anggur. Minuman keras
golongan C diantaranya: mansion house, schotch brandy, Mc. Donald,
orang tua anak.
Data di Amerika Serikat menunjukkan 50% kecelakaan lalu lintas yang fatal
disebabkan oleh pengemudi mabuk. Alkohol juga bisa digunakan sebagai
antiseptik dan pengawet. Karena itu, alkohol bisa memabukkan dan bisa
membersihkan luka. Tetapi tidak berarti alkohol untuk pembersih luka itu
sama dengan alkohol yang terkandung dalam minuman atau tape.
Alkohol pembersih bakteri atau kuman
Alkohol swab adalah sejenis antiseptic atau pembersih kuman atau bakteri
yang digunakan untuk jari tangan atau permukaan kulit lainnya yang
berbahan dari kertas tissu basah yang mengandung alcohol, alcohol swabs
biasa digunakan pada saat akan mengambil sample darah pada jari tangan,
agar jari tangan tersebut bersih dan higienis dari kotoran kuman dan bakteri.
Alcohol swabs ini hanya digunakan sekali pakai tidak dianjurkan untuk
penggunaan lebih dari 1 kali karna jika alcohol swabs telah terbuka
kemasannya maka alcohol swabs akan cepat mengering terkena angin dan
tidak akan berfungsi dengan baik saat digunakan kembali. Penggunaan
alcohol swabs ini hanya untuk penggunaan permukaan kulit luar tidak dapat
digunakan untuk penggunaan kulit dalam yang terbuka. Alcohol swabs terdiri
dari 70% Ethyl Alcohol yang aman untuk digunakan sebagai pembersih
permukaan kulit luar.
4. Obat-obatan atau zat kimia
Sejumlah obat atau zat kimia dapat menyebabkan hepatitis. Sesuai dengan
fungsi hati yang berperan dalam metabolisme, penetralisir, atau dalam
detoksifikasi zat kimia, termasuk obat. Oleh karena itu, zat kimia dapat
menmbulkan rekasi yang sama seperti reaksi karena infeksi virus hepatitis.
Gejala dapat terjadi dalam waktu 2 minggu- 6 bulan setelah obat diberikan.
Obat-obat yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati, antara lain
halotan (sering digunakan obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC),
metildopa (obat antihipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat
antiepilepsi), serta parasetamol (pereda demam). Jika dosis parasetamol
berlebihan, terlebih jika dikonsumsi bersama alkohol dapat menyebabkan
kerusakan hati yang cukup parah bahkan kematian.
5. Penyakit autoimun
Autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan
(imunisasi) yang merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh
nustru menyerang sel atau jaringan tubuh itu sendiri (hati). Gangguan ini
terjadi karena ada faktor pencetus, yakni kemungkinan suatu virus atau zat
kimia tertentu. Sekitar 30% kasus hepatitis autoimun mempunyai gangguan
autoimun pada organ tubuh lain.
1.5 Klasifikasi
a. Hepatitis A (HAV)
Virus Hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm. Ditularkan melalui jalur fekal-oral, snitasi yang jelek,
kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan.masa inkubasinya
15-49 hari dengan rata-rata 30 hari. Infeksi ini mudah terjadi di dalam
lingkungan dengan hygiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang
sangat padat.
b. Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm yang ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan
karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan
perinatal dari ibu kepada bayinya. Masa inkubasi 26-160 hari dengan rata-
rata 70-80 hari. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium,
dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit
hemodialisis serta onkologi. Laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif
dalam hubungan seksual dan para pemakai obat-obat IV.
c. Hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis C (HCV) meruakan virus RNA kecil terbungkus lemak yang
diamternya 30-60 nm. Ditlularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan
juga disebabkan oleh kontak seksual.masa inkubasi virus 15-60 hari dengan
rata-rata 50 hari. Faktor resiko hampir sama dengan hepatitis B.

Gambar 3. Virus Hepatitis A, Virus Hepatitis B, dan Virus Hepatiits C.


d. Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
Penualrannya teruatam melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita henovilia. Masa inkubasi
dari virus ini 21-140 hari dengan rata-rata 35 hari. Faktor resiko hepatitis D
hampir sama dengan hepatitis B.
Gambar 4. Virus Hepatitis D
e. Hepatitis E (HEV)
Virus Hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya 32-
36 nm. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
meskipun resikonya rendah. Masa inkubasi 15-65 hari dengan rata-rata 42
hari. Faktor resiko perjalanan ke negara dengan insiden tinggi hepatitis E
dan makan-makanan, minum –minuman yang terkontaminasi.

Gambar 5. Virus Hepatitis E


1.6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan ilfiltrat
pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degenrasi dan nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan
menyebabkan pembekakan dalam memblokir system dranage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu
(biliary) dan empedu tidak dapat diekskresikan ke dalam kantong empedu
bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbulirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbulnya
sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit
dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan
kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan
terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik
hati atau kanker hati.
1.7 Manifestasi Klinis
Menurut mansjoer dkk (2000) manifestasi klinik dari hepatitis adalah:
1. Stadium praikterik berlangsung elama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri
dari perut kanan atas, urine menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula
terikat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
berkurang tapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuningmuda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya
berbeda.
1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi
mengeani pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum atau ada
idaknya sumbatan saluran empedu. USG dapat membuktikan ada tidaknya
embesaran hati yakni dari pengamatan tepi hati terlihat tumpul atau tidak,
tepi hati yang tumpul menunjukkan adanya pembesaran hati. USG dapat
membuktikan ada tidaknya pembesran ahti. USG juga dapat melihat banyak
tidaknya jaringan ikat (fibrosis). Selain itu, karena hepatitis merupakan
proses peradangan maka pada USG densitas (kepadatan) hati terlihat lebih
gelap jika dibandingkan dengan densitas ginjal yang terletak dibawahnya.
2. Tes darah
Hitung darah lengkap. LED-anemia, trombositosis dan kenaikan penanda
menunjukkan adanya proses penyakit kronis. Biokimiawi hasil tes fungsi hati
yang abnormal menunjukkan kemungkinan keganasan.
3. CT scan
Sangat bermanfaat untuk menentukan sifat massa retroperitoneal dan
mungkin lebih sensitif dalam mengidenfitikasi pembesaran KGB intra
abdomen.
4. MRI
Banyak digunakan, khususnya bagi massa adrenal atau massa yang
berasal dari tulang.
5. Biopsi
Jika ada keraguan mengenai sifat suatu massa intra abdomen, biasanya
bisa dilakukan aspirasi sel untuk pemeriksaan sitologi atau biopsi perkuatan
dengan bantuan USG atau CT scan.
1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmokologi
Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara
lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan
antara lain adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria, antivirus, diuretik,
kolagogum, koletitolitik dan hepatik protektor dan multivitamin dengan
mineral.
 Aminoglikosida
Antibiotika digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Diberikan 3 kali sehari secara teratur selama tujuh hari atau sesuai
petunjuk dokter. Antibiotika kombinasi biasanya digunakan untuk mencegah
ketidakaktifan obat yang disebabkan oleh enzim yang dihasilkan bakteri
 Antiamuba
Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide
furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan,
tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk amubiasis.
Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena amuba dapat
diminimalkan.
 Antimalaria
Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati
amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan
oleh amuba.
 Antivirus
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B.
Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA. Obat ini mempengaruhi
proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis B
berproliferasi. Lamivudine merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan
bekerja dengan menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B.
Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi
negatif pada hampir semua pasien yang diobati selama 1 bulan. Lamivudin
akan meningkatkan angka serokonversi HBeAg, mempertahankan fungsi
hati yang optimal,dan menekan terjadinya proses nekrosis-inflamasi.
Lamivudine juga mengurangi kemungkinan terjadinya fibrosis dan sirosis
serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker hati. Profil
keamanan lamivudine sangat memuaskan, dimana profil keamanannya
sebanding dengan plasebo.
Lamivudine diberikan peroral sekali sehari, sehingga memudahkan pasien
dalam penggunaannya dan meningkatkan kepatuhan penggunaan obat.
Oleh karenanya penggunaan lamivudine adalah rasional untuk terapi pada
pasien dengan hepatitis B kronis aktif. Dalam pengobatan Anti Retroviral
(ARV) pada koinfeksi hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia.
ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan
Neviral (Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam
jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum
untuk penderita yang sedang mendapat pengobatan interferon dan
Ribavirin, karena beratnya efek samping terhadap gangguan faal hati.
Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau bila
digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), karena
masing-masing dapat menimbulkan anemia. Anemia dapat diantisipasi
dengan pemberian eritropoietin atau tranfusi darah. Neviraldapat
mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan leukosit serta tes faal hati
(SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain) harus dipantau ketat.
Menurut tim ahli Amerika (DHHS, April 2005), Nevirapin walaupun dapat
menimbulkan gangguan faal hati, boleh digunakan pada penderita dengan
koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan yang seksama. Konsensus Paris
2005 menganjurkan pemberian Pegylated Interferon-Ribavirin selama 48
minggu. Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang
lebih khusus dan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga perlu dipantau
lebih ketat terhadap gangguan faal hati, anemia dan leukopenia.
Peginterferon dan Ribavirin dalam kombinasi dengan Interferon selain
bermanfaat mengatasi hepatitis C juga untuk hepatitis D. Ada juga obat-
obatan yang merupakan kombinasi imunologi dan antivirus yang tampaknya
dapat menekan kadar virus hepatitis C dalam darah secara lebih efektif dari
pada terapi ulang dengan interferon saja.
Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang dapat digunakan
pada terapi hepatitis B kronik sebagai monoterapi atau terapi kombinasi
dengan interferon.
 Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu mengatasi
edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan elektrolit atau
gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat diuretik
lain yang digunakan dalam penyakit hati selain spironolakton adalah
furosemid yang efektif untuk pasien yang gagal memberikan tanggapan
terhadap Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau Metolazone dapat
bermanfaat pada keadaan tertentu.

Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector.


Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih
berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum misalnya: calcium
penthothenat, phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid
dapat digunakan pada kelainan yang disebabkan karena kongesti atau
insufisiensi empedu, misalnya konstipasi biliari yang keras, ikterus dan
hepatitis ringan, dengan menstimulasi aliran empedu dari hati. Namun
demikian, jangan gunakan obat ini pada kasus hepatitis akut atau kelainan
hati yang sangat toksis
Multivitamin dengan mineral
Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis
dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati menimbulkan gejala-gejala
seperti lemah, malaise, dan lain-lain, sehingga pasien memerlukan
suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan penting dalam
beberapa langkah metabolisme vitamin. Vitamin terdiri dari vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak (fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K atau yang
larut dalam air (water-soluble) seperti vitamin C dan B-kompleks.
kompleks.
Penyimpanan vitamin B12 biasanya jauh melebihi kebutuhan tubuh;
defisiensi jarang terjadi karena penyakit hati atau gagal hati. Tetapi, ketika
masukan gizi makanan menurun, biasanya tubuh juga kekurangan tiamin
dan folat. Biasanya suplemen oral cukup untuk mengembalikan tiamin dan
folat ke level normal.
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak tidak hanya membutuhkan asupan
gizi makanan yang cukup tetapi juga pencernaan yang baik serta
penyerapan yang baik oleh tubuh. Oleh sebab itu, produksi bilirubin dalam
saluran cerna atau usus dibutuhkan untuk penyerapan vitamin-vitamin ini
dengan baik. Bilirubin bekerja sebagai deterjen, memecah-mecah dan
melarutkan vitamin-vitamin ini agar mereka dapat diserap tubuh dengan
baik. Jika produksi bilirubin buruk, suplemen oral vitamin-vitamin A, D, E, K
mungkin tidak akan cukup untuk mengembalikan level vitamin ke level
normal. Penggunaan larutan serupa deterjen dari vitamin E cair
meningkatkan penyerapan vitamin E pada pasien dengan penyakit hati
tahap lanjut. Larutan yang sama juga dapat memperbaiki penyerapan
vitamin A, D, dan K jika vitamin K diminum secara bersamaan dengan
vitamin E.
Asupan vitamin A dalam jumlah yang cukup, dapat membantu mencegah
penumpukan jaringan sel yang mengeras, yang merupakan karakteristik
penyakit hati. Tetapi penggunaan vitamin yang larut lemak ini untuk jangka
panjang dan dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan
hati dan penyakit hati. Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan
sirosis, menurut percobaan dengan memberi suplemen vitamin E pada tikus
dalam jumlah yang meningkatkankadar vit. E di hati. Tikus-tikus itu kemudian
diberi karbon tetraklorida yang bersifat hepatotoksis, untuk melihat apakah
suplemen vitamin E yang dilakukan sebelumnya dapat melindungi mereka
baik dari kerusakan hati akut atau kronis dan sirosis. Suplemen vitamin E
meningkatkan kandungan vitamin dalam tiga bagian hati dan mengurangi
kerusakan oksidatif pada sel-sel hati, tetapi tidak memiliki dampak
perlindungan apapun pada infiltrasi lemak hati. Sirosis juga tampak dapat
dicegah dalam kelompok tikus yang diberi suplemen vitamin E. Tampaknya
vitamin E memberi cukup perlindungan terhadap nekrosis akibat karbon
tetraklorida dan sirosis, mungkin dengan mengurangi penyebaran proses
oksidasi lipid dan mengurangi jangkauan kerusakan oksidatif di hati.

Terapi dengan Vaksin


Interferon merupakan sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk
melawan virus. Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D.
Imunoglobulin hepatitis B dapat membantu mencegah berulangnya hepatitis
B setelah transplantasi hati. Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi
oleh sel-sel tertentu dan T-limfosit selama infeksi virus. Ada 3 tipe interferon
manusia, yaitu interferon α, interferon β dan interferon γ; yang sejak tahun
1985 telah diperoleh murni dengan jalan teknik rekombinan DNA. Pada
proses ini, sepotong DNA dari leukosit yang mengandung gen interferon,
dimasukkan ke dalam plasmid E.coli. Dengan demikian kuman ini mampu
memperbanyak DNA tersebut dan mensintesis interferon
Ada juga vaksin HBV orisinil pada tahun 1982 yang berasal dari pembawa
HBV, kini telah digantikan dengan vaksin mutakhir hasil rekayasa genetika
dari ragi rekombinan. Vaksin mengandung partikel-partikel HBsAg yang tidak
menular. Tiga injeksi serial akan menghasilkan antibody terhadap HbSAg
pada 95 % kasus yang divaksinasi, namun tidak memiliki efek terhadap
individu pembawa.
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan kepada penderita adalah
dengan cara diet seimbang. Diet seimbang dapat dilakukan dengan cara
mengonsumsi kalori secara normal menurut tinggi badan, berat badan dan
aktivitas sehari-hari. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein,
memperbanyak sayur dan buah yang mencegah sembelit, mengatur pola
hidup sehat dan berkonsultasi ke petugas kesehatan setempat.
Terapi non farmakologis penyakit hepatitis ini dilakukan agar:
 Untuk menghindari kerusakan pada hati secara permanen;
 Agar mampu meningkatkan kemampuan regenerasi sel hati dengan
menggunakan protein yang memadai;
 Supaya lebih lebih memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh;
 Mengurangi gejala ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit
ini;
 Dan untuk penyakit sirosis hati, dapat mencegah komplikasi asites, varises
esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik
hebat.
2. CLINICAL PATHWAY
3. PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Menurut Tucker (1998) 70%-80% dari sebagian pasien hepatitis adalah
orang dengan mengkonsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus hepatitis A
(HAV) biasanya mengenai pasien dewasa muda, serum virus B (HBV)
mengenai semua kelompok umur, non-A, non-B, Hepatitis C hanya sedikit
yang diketahui mengenai virus hepatitis tetapi manifestai gejalanya
menyerupai HBV.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh adanya ikterus, anoreksia, mual, muntah, kulit gatal, dan
gangguan pola tidur. Pada beberapa pasien juga mengeluh demam ringan,
nyeri otot, nyeri dan merasa ada benjolan pada abdomen kanan atas,
keluhan nyeri kepala, keluahan riwayat mudah mengalami perdarahan, serta
bias didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai
respons dari hepatic ensefalopati, seperti agitasi (gelisah), tremor,
disorientasi, confussion, kesadaran delirium sampai koma.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat menderita hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C,
riwayat penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit kuning yang
penyebabnya belum jelas.
3.1.4 Riwayat penyakit psikososialspiritual
Akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan
informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam
kondisi terminal, pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau
ahli spiritual sesuai dengan keyakinan pasien.
3.1.5 Pola Fungsional
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan
hati
a. Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b. Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e. Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajang
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan menuurt Marilynn E. Doenges.
2000 Rencana Asuhan Keperawatan. page 535-536:
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti:
- AST (SGOT)/ALT (SGPT): awalnya meningkat dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
- Alkali Fospatase: agak meningkat (kecuali ada kolestatis berat)
- Bilirubin serum: diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
b. Darah Lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati)
c. Leukimia : tromobositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
e. Albumin serum menurun
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukan densitas klasifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali
b. Skan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis
3.2 Diagnosa keperawatan
Menurut beberapa ahli terdapat berbagai diagnosa adalah :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi
dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
3.3 Intervensi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.]
Intervensi
1240. Peningkatan berat badan
 Dukung peningkatan asupan kalori
 Lakukan perawatan mulut sebelum makan
 Berikan istirahat yang cukup
 Yakinkan bahwa pasien duduk sebelum makan atau disuapi makan
 Instruksikan cara meningkatkan asupan kalori
1100. Manajemen Nutrisi
 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya buku
harian makanan)
b. Nyeri Akut
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik
onset atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
 Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
 Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
 Berikan informasi mengeani nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan dan antisipasi akibat ketidaknyamanan akibat prosedur.
 Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri.
c. Hypertermi
Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi peningkatan suhu
- Suhu dalam batas normal
Intervensi :
3740. Perawatan Demam
 Pantau suhu dan tanda-tanda vital
 Monitor warna kulit dan suhu
 Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang
tidak dirasakan
 Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
 Fasilitasi istirahat
3900. Pengaturan suhu
 Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
 Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan
d. Keletihan
Definisi : Rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fsik dan jiwa
pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Kriteria Hasil:
- Kualitas tidur yang cukup
- Keletihan menurun
Intervensi:
0180. Manajemen Energi
 Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
 Monitor atau catat waktu dan lama istirahat atau tidur pasien
 Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas yang membangun ketahahan
 Tingkatkan tirah baringatau pembatasan kegiatan
 Anjurkan tidur siang bila diperlukan
e. Resiko kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi
3550. Manajemen Pruritus
 Tentukan penyebab dari terjadinya pruritus
 Berikan kompres dingin untuk meringankan iritasi
 Instruksikan pasien untuk menghindari sabun mandi dan minyak yang
mengandung parfum
 Instruksikan pasien untuk tidak memakai pakaian yang ketat dan berbahan
wol atau sintetis
 Instruksikan pasien untuk mempertahankan potongan kuku dalam keadaan
pendek
 Intruksikan pasien untuk meminimalisir keringat dengan menghindari
lingkungan yang hangat dan panas.
Discharge Planning
1. Hindari minuman beralkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Hepatitis
terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan atau dalam jangka waktu
lama. Di dalam tubuh, alkohol dipecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah
zat tersebut bersifat racun sehingga menyebabkan kerusakan sel hati.
Masalah kulit yang disebabkan oleh alkohol dipicu oleh beberapa alasan.
Fungsi hati akan terganggu akibat konsumsi alkohol berlebih. Hati yang tidak
lagi normal akan mengganggu kemampuannya dalam menghilangkan racun
berbahaya dari dalam tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi kulit. Selain
itu, terlalu banyak alkohol akan mengurangi cadangan vitamin dalam tubuh,
terutama vitamin A dan vitamin C. Kedua vitamin ini sangat penting bagi
kesehatan kulit, sehingga kurangnya persediaan akan memicu berbagai
masalah kulit.
2. Anjurkan pasien banyak minum air putih dan konsumsi makanan sehat
seperti sayur dan buah
3. Tekankan pada pasien untuk kontrol sesuai dengan waktu yang ditentukan
4. Berikan penyuluhan untuk membatasi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2015). 29 Juta Penduduk Lebih Penduduk Indonesia


Mengidap Hepatitis. Diakses dari
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15073000001/w-a-s-p-a-d-a-2-
9-juta-lebih-penduduk-indonesia-mengidap-hepatitis.html pada tanggal 06
Januari 2018
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Dan Analisis Hepatitis. Jakarta:
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hepatitis.pdf pada tanggal 06 Januari 2018
Kuli Bitcoin. (2015). Terapi non farmakologi penyakit hepatitis. Diakses
dari
http://www.terapinonfarmakologi.com/2015/01/terapi-non-farmakologi-
penyakit_12.html pada tanggal 07 Januari 2018
Sari, W., L. Indrawati, dan O. G. Djing . (2008). Care Your Self, Hepatitis.
Jakarta: Penerbit Plus. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?isbn=9793927453
II. TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 29 September 2021


Tempat Pengkajian : Ruang PDP RSUD Ulin Banjarmasin
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. S
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : laki -laki
Agama : Islam
Suku bansa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Jalan Bawang Putih
Tgl masuk : 28 September 2021
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Ny. M
Alamat : Jalan Bawang Putih
Umur : 28 tahun
Hubungan dengan pasien : Istri

B. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh / mengatakan merasa mual
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke poli penyakit dalam RSUD Ulin Banjarmasin dengan
keluhan mual .Hasil pemeriksaan fisik sclera ikterik, kulit ikterik, terdapat
nyeri tekan pada abdomen kanan atas. Hasil pemeriksaan laboratorium
HbsAg (+).Tanda – tanda vital , TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90x/ menit, Suhu
: 37,00 C.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah menderita mual dan nyeri seperti ini.
Hanya demam ,batuk dan flu saja. Rasa nyeri pada epigastrium (maag)
sudah diderita pasien sejak lama & sering minum obat antasida ( promaag ).
4. Riwayat Kesehata Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular atau keturunan.
5. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
6. Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan (Virginia Henderson)
1. Pola Nafas
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
pernafasan
Saat dikaji : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa
2. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi dengan
lauk pauk seadanya dan minum air putih 6-7 gelas
Saat dikaji : Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan yang
disediakan dari rumah sakit dan mual muntah ketika makan
. minum air putih 5 gelas perhari dan minum air teh.
3. Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi padat,warna kuning,BAK 4-5 x/hari dengan
warna kuning jernih
Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lembek , warna kuning kecoklatan,berbau khas fese. BAK 4
– 7 kali sehari dengan warna kuning keruh seperti teh.
4. Pola istirahat tidur
Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan jarang tidur siang
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan
juga siang tidak bisa tidur
5. Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa
bantuan orang lain
Saat dikaji : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena nyeri pada
perut kanan sebelah atas. Aktivitas sehari – hari seperti
mandi, makan, BAB, BAK dibantu perawat dan keluarga.
6. Personal higine
Sebelum sakit : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan sabun
dan selau gosok gigi keramas 2x seminggu
Saat dikaji : Pasien hanya diseka oleh keluarganya pagi dan sore
hari
7. Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien menmilih dan memakai secara mandiri
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai dan memilih baju
dibantu oleh keluarga atau istrinya
8. Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit : Pasien mnegatakan jika dingin memakai jaket dan slimut
jika panas pasien hanya memakai baju yang tipis dan
menyerap kringat
Saat dikaji : Pasien tidak memakai baju dan hanya memakai sarung
dan slimut , suhu 37,0oC
9. Bahaya lingkungan dan kecelakaan
Sebelum sakit : Pasien dapat melindungi dirinya dari bahaya lingkungan
dan kecelakaan
Saat dikaji : Pasien dibantu oleh keluarganya (istrinya)
10. Komunikasi
sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan orang
lain dengan lancer baik bisa menggunakan bahaasa jawa
dan Indonesia
11. Bekerja
Sebelum sakit : Pasien bekerja sebagai petani
Saat dikaji : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan bertanunya seperti
biasa karena keadaannya sedang sakit
12. Ibadah
Sebelun sakit : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa
menjalankan sholat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan
hanya tiduran
13. Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya
passion slalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau
keluarga
Saat dikaji : Pasien hanya tiduran ditempat tidur dan berbincang-
bincang dengan kluarga dan pasien sebelahnya
14. Belajar
Sebelum sakit : Pasien mnratakn tidak mengetahui tantang penyakit
sekarang
Saat dikaji : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit
dari dokter dan perawat

C. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
 Kesadaran : Compos mentis
 TB/ BB : 170 Cm / 59 Kg

b. Vital Sign
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 90x/mnt
 Pernafasan : 20 x/ mnt
 Suhu : 37.0 0C

c. Pemeriksaan fisik head to toe


 Kepala : Bentuk mesochepal, Rambut hitam beruban tampak k
 Mata : Konjungtiva tidak anemis , sclera ikterik , fungsi
penglihatan baik.
 Hidung : Letak hidung simetris , tifak terdapat polip, tidak terdapat
secret fungsi pembau baik.
 Telinga : Liang telinga bersih , tidak ada penumpukan serumen
, fungsi pendengaran baik.
 Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah kotor, tidak
menggunakan gigi palsu.
 Kulit : warna kulit ikterik
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjara thyroid dan vena
jugularis
 Dada
1. Paru –paru : Inspeksi : Bentuk dada simetris , tidak menggunakan
otot bantu nafas.
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi pekak
2. Jantung : Auskultasi : Bunyi irama jantung regular
 Abdomen :Inspeksi : Bentuk perut normal,tidak ada lesi bekas
operasi
Auskultasi : Bising usus 20 x per menit
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada sekitar daerah perut
sebelah kanan atas.
 Genetalia : Tidak terpasang kateter, genetalia bersih.
 Ekstermitas : Atas : Terpasang infuse RL 20 tpm , masih berfungsi
baik .
Bawah : tidak ada varises, masih berfungsi baik .
D. Pemeriksaan Penunjang
Jenis
No Hasil Satuan Harga Normal
Pemeriksaan
1. Hb 16.10 13.50 – 17.50
2. AL 10.84 ribu 4.10 – 10.90
3. Segmen 44 47 – 80
4. Limfosit 46 13 - 40
5. Total bilirubin 5.92 0 – 1.1
6. Direk bilirubin 5.09 0 - 1.3
7. SGOT 848 17 – 59
8. SGPT 1982 21 – 72
9. Alkali 179.000 38 – 126

HbSag : Positif
Program Pengobatan:
1. inject Primperan 1 amp
2. Vometa 3 x 1
3. Sisterol 3 x 1
4. Corliv 3 x 1

E. Analisa Data
waktu Data Masalah Penyebab

29 DS : Klien mengatakan Nyeri akut Agen cedera


September Nyeri pada abdomen Biologi (
2021 bagian kanan atas. Pembengkakan
DO : - Nyeri tekan pada hepar )
abdomen bagian
kua ran atas.
- Klien tampak
gelisah
- Ekspresi wajah
menahan sakit
- Skala nyeri : 4
29 DS : Klien mengatakan Ketidak Mual dan muntah
September apabila makan seimbangan
2021 merasakan mual dan nutrisi : kurang
muntah dari kebutuhan
DO : - Klien kelihatan tubuh
lemas, dan pucat.
- Nafsu makan
berkurang (hbs 1/2 porsi)

29 DS : Klien mengatakan Hipertermia Invasi penyakit


September suhu badan terasa panas ( Inflamasi Hepar )
2021 DO : Suhu badan klien
37,0o C

29 DS : Klien mengatakan Defisit Kelemahan fisik


September badan terasa berat untuk perawatan diri
2021 beraktifitas.
DO : Klien kelihatan
lemas, pucat, ADL dibantu
sebagian oleh perawat
dan keluarganya

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( pembengkakan
hepar )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
3. Hipertermia berhubungan dengan invasi penyakit ( inflamasi hepar )
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
G. Intervensi Keperawatan
Tgl No.Dx Tujuan Intervensi TTD
30 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor nyeri ,lokasi dan
Septembe keperawatan selama 2 x 7 intensitas skala nyeri.
r 2021 jam diharapkan nyeri 2. Berikan posisi dan
berkurang dengan criteria lingkungan yang nyaman.
hasil : 3. Ajarkan tekhnik nafas
- Skala nyeri dari 4 dalam untuk mengurangi
menjadi 1 nyeri
- Pasien dapat 4. Ajarkan tekhnik distraksi
beristirahat relaksasi
- Wajah pasien tampak 5. Monitor TTV
rileks 6. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi

1 Oktober 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pemasukan diet


2021 keperawatan selama 3 x 24 2. Berikan makanan sedikit
jam diharapkan kebutuhan dan tawarkan makanan pagi
nutrisi pasien terpenuhi paling banyak
dengan criteria hasil : 3. Berikan perawatan mulut
- Mual muntah hilang tiap hari.
- Nafsu makan klien 4. Anjurkan makan dengan
bertambah porsi yang tegak.
5. Dorong masukan sari
jeruk dan masukan
karbohidrat.
6. Konsul dengan ahli gizi.

2 Oktober 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda vital : suhu


2021 keperawatan selama 1 x 24 badan
jam diharapkan tidak terjadi 2. Ajarkan klien pentingnya
peningkatan suhu dengan mempertahankan cairan
criteria hasil : yang adekuat (sedikitnya
- suhu normal kembali 2000 l/hari) untuk mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat
pada lipatan ketiak dan
femur
4. Anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang
menyerap keringat
Setelah dilakukan tindakan
3 Oktober 4 keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji kemampuan dan
2021 jam diharapkan pasien dapat derajat ketergantungan
merawar dirinya secara
mandiri dengan criteria hasil 2. Bantu ADL pasien
: 3. Libatkan keluarga dalam
- Melakukan aktivitas sesuai perawatan diri pasien
kemampuan 4 .Libatkan pasien dalam
- ADL perawatan dirinya
(makan,minum,mandi,BAB/
BAK)

H. Implementasi
Waktu No. Implementasi Respon ttd
Dx
Kamis, 30 1 - Mengukur TTV - TD : 110/70 mmHg, RR : 20 / Menit
September , Nadi : 72 X/Menit, Suhu : 36,6o C
2021
08.00 WIB - P : Nyeri bertambah jika bergerak
- Mengkaji kaateristik dan berkurang sat istirahat.
nyeri
- Q : Nyeri dirasaka seperti ditusuk-
tusuk
- R : Nyeri dirasakan diperut bagian
kanan atas.
- S : Skala nyeri 4
- T : Nyeri hilang timbul

- - Mengajarkan - Pasien mengikuti yang diajarkan


distraksi relaksasi dan mengatakan nyeri masih terasa
dan nyeri berkurang dari skala 4
menjadi 2

- Memberikan obat - Obat injeksi masuk ketorolac 1 Mg


analgetik sesuai indikasi

14.00 1 -Memberikan posisi yang


WITA nyaman dengan - Pasien belum merasa nyaman
membatasi pengunjung dengan posisi tidurnya dan masih
merasa tegang dengan banyaknya
pengunjung dan terganggu dengan
pasien disebelahnya.

1 - Monitor TTV - TD : 110/70 mmHg, RR : 20 / Menit


Jumat,1 , Nadi : 72 X/Menit, Suhu : 36,6o C
Oktober
2021 2 - Berikan makanan - Pasien mau makan
08.00 sedikit dan tawarkan
WITA makanan pagi paling
banyak

- Berikan perawatan
mulut tiap hari. - Mulut pasien bersih kembali
- Anjurkan makan
dengan porsi yang tegak. - Pasien mau makan dengan posisi
tegak
- Dorong masukan sari
jeruk dan masukan Mual pasien dapat berkurang
karbohidrat.
13.00 WIB
- Berikan makan sedikit
3 tapi sering - Pasien mau makan tapi masih
- Konsul dengan ahli gizi habis setengah porsi
Sabtu, 2 - Monitor suhu badan
Oktober Suhu badan pasien 36,40 C
2021 . Ajarkan klien
08.00 pentingnya - Pasien minum 5-6 gelas /hari
WITA mempertahankan cairan
yang adekuat (sedikitnya
10.00 2000 l/hari) untuk
WITA mencegah dehidrasi,
misalnya sari buah 2,5-3
liter/hari.

3. Berikan kompres
4 hangat pada lipatan - Suhu tubuh pasien berangsur turun
ketiak dan femur
Minggu 2
Oktober 4. Anjurkan klien untuk
2021 memakai pakaian yang Klien mampu memilih pakaian
08.00 menyerap keringat dengan bahan yang menyerap
WITA keringat

Pasien selalu tergantung pada


- Kaji kemampuan dan pemenuhan kebutuhan BAB,BAK
derajat ketergantungan dan personal hygine
- Pemenuhan kebutuhan pasien
terpenuhi
- Keluarga dapat kooperatif

- Bantu ADL pasien - Pasien sedikit demi sedikit lebih


mandiri dalam memenuhi
- Libatkan keluarga kebutuhyannya
dalam
14.00 perawatan diri pasien
WITA
- .Libatkan pasien dalam Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
perawatan dirinya

- Bantu ADL pasien


I. Evaluasi
Waktu No. Dx Evaluasi Ttd
Kamis, 30 1 S : Pasien masih mengatakan nyeri pada daerah perut bagian
September kana atas,nyeri terasa seperti disusuk-tusuk,skala nyeri
2021 menjadi 2 dirasakan hilang timbul .
08.00 O : Wajah pasien sudah tampak tidak tegang menahan nyeri
WITA dan TD : 110/70 mmHg, RR : 20 / Menit , Nadi : 72 X/Menit,
Suhu : 36,6o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi pengunjuung
,pantau skala nyeri ,kolaborasi pemberian
analgetik,menagnjurkan pasien melakukan tekhnik distraksi
relaksasi .

Jumat,1 2 S : Pasien sudah tidak mual


Oktober O : Pasien makan habis setengah porsi,mulut pasien bersih
2021 kembali.
08.00 A : Masalah teratasi sebagian
WITA P : Tingkatkan pola makan pasien,dan perawatan mulut yang
bersih yang akan meningkatkan nafsu makan pasien.

13.00 WIB S : pasien mau makan


O : porsi makan pasien habis
A : masalah teratasi
P : Lakukan konsultasi engan ahli gizi untuk diit yang
dibutuhkan untuk pasien

Sabtu, 2 3 S : Pasien sudah tidak mengeluh panas


Oktober O : Suhu tubuh pasien turun dari 37,00 C menjadi 36,40 C,
2021 kebutuhan cairan pasien minum 5-6 gelas / hari
08.00 A : Masalah teratasi
WITA P : Tingkatkan monitor TTV terutama suhu tubuh pasien
S : Pasien mampu memlilih pakakian yang berbahan menerap
10.00 keringat
WITA O : Suhu tubuh pasien menurun ke normal
A : Masalah teratasi
P : Monitor Suhu badan pasien

Minggu , 3
Oktober 4 S : Kebutuhuan personal higyne pasien terpenuhi dengan
2021 bantuan keluarga dan perawat
08.00 O : Pasien masih mendapat bantuan oleh keluarga dan
WITA perawat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Mengajak keluarga membantu memenuhi kebutuhan
pasien

Anda mungkin juga menyukai