Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS AKUT

RUANG POLI INTERNA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

Oleh :
Risky Wulanda Agsela M
(NIM :1814201021)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul :

…………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………..

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………………………..) (…………………………………..)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(…………………………………..)

A. Anatomi Fisiologi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang
dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan
mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus
quadratus.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :


a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien
seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Cabang-
cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan
darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari
darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien
akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke
peredaran darah tubuh.
Fungsi utama hati yaitu :
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan
tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang
tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi
toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau
rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi
dan absorbsi lemak.
B. Definisi
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini
ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan oleh
adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Istilah Hepatitis dipakai untuk semua
jenis peradangan pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri,
parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang
berlebih dan penyakit autoimune. Pada umumnya penyakit hepatitis ini dibagi
menjadi 2 macam yakni hepatitis akut dan hepatitis kronis. Hepatitis akut merupakan
perangan hati yang terjadi selama 6 bulan saja, sedangkan hepatitis kronis merupakan
peradangan hati yang terjadi selama 6 bulan lebih. Penyakit Hepatitis merupakan
masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia, yang terdiri dari
Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering muncul sebagai kejadian Luar
Biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya berhubungan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis
B, C dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan
menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati.
C. Epidemiologi
Penyakit hepatitis adalah penyakit kronis yang menahun, dimana pada saat
orang tersebut telah terinfeksi, kondisi masih sehat dan belum menunjukkan gejala
dan tanda yang khas tetapi penularan terus berjalan. Menurut hasil Riskesdas tahun
2013 bahwa jumlah orang yang di diagnosis hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat
dibandingkan dari data tahun 2007 dan 2013, hal ini dapat memberikan petunjuk awal
tentang upaya pengendalian di masa lalu, peningkatan kasus, potensial masalah di
masa yang akan datang apabila tidak segera dilakukan upaya-upaya yang serius.
Pada tahun 2013 secara Nasional diperkirakan terdapat 1,2 % penduduk di
Indonesia mengidap penyakit Hepatitis, dan kondisi ini meningkat 2 kali lipat
dibandingkan tahun 2007, yaitu sekitar 0,6 %. Apabila dikonversikan ke dalam
jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956 jiwa, maka bisa
dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis. Dari grafik
di atas juga dapat dilihat pada tahun 2007, lima provinsi dengan prevalensi Hepatitis
tertingggi adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, NAD, Gorontalo dan
Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 ada 13 provinsi yang memiliki angka
prevalensi di atas rata-rata Nasional yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NAD, Nusa
Tengara Barat, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan
Selatan.
D. Etiologi
Pada prinsipnya, penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis
yang sering terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
1. Infeksi virus
 Hepatitis A Hepatitis
A merupakan tipe hepatitis yang paling rigan. Hal ini disebabkan infeksi
virus hepatitis A (HVA) umumnya tidak sampai menyebabkan kerusakan
jaringan hati.
 Hepatitis B
Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yag berbahaya. Penyakit ini lebih
sering menular dibandingkan hepatitis jenis lainnya. Hepatitis B menular
melalui ontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B
(HVB).
 Hepatitis C
Hepatitis C menyebabkan peradangan hati yang cukup berat, diperkirakan
80% menjadi hepatitis kronis (menahun) dan dapat berkembang menjadi
sirosis. Hepatitis C menular melalui darah, biasanya karena transfusi atau
jarum suntik yang terkontaminasi virus hepatitis C.
 Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Penyebabnya
adalah virus hepatitis delta. Penularan hepatitis D menyerupai penularan
pada hepatitis B yakni melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
mengandung VHD.
 Hepatitis E
Hepatitis E mempunyai sifat menyerupai hepatitis A, demikian juga untuk
model penularannya tetapi dengan tingkat keparahan yang lebih ringan.
Penyebabnya adalah virus hepatitis E. Hepatitis E menyebar melalui
makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung HVE.
Hepatitis E bisa didapati di tempat dengan sumber air yang bercampur
kegiatan mandi cuci kakus (MCK).
2. Penyakit lain yang mungkin timbul Diabetes Mellitus, hiperlipidemia (kadar
lemak,termasuk kolesterol dan trigliserida, dalam darah menjadi tinggi atau
berlebihan), dan obesitas sering terkait dengan penyakit hati. Ketiga kelainan ini
membebani kerjahati dalam metabolisme lemak. Akibatnya, akan terjadi
kebocoran sel-sel yang berlanjut dengan kerusakan sel dan peradangan hati yang
disebut steatohepatitis.
3. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Hepatitis terjadi
akibat konsumsi alkohol yang berlebihan atau dalam jangka waktu lama. Di dalam
tubuh, alkohol dipecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat tersebut bersifat
racun sehingga menyebabkan kerusakan sel hati. Minuman keras menurut
departemen kesehatan RI adalah “semua jenis minuman yang beralkohol tetapi
bukan obat yang meliputi minuman keras gol. A, minuman keras gol. B, dan
minuman keras Gol. C”. Golongan A memiliki kadar ethanol 1-5%, golongan B
memiliki kadar ethanol 5-20% dan golongan C kadar ethanolnya 20-55%. Banyak
minuman keras beredar di pasaran. Contoh produk minuman keras golongan A
diantaranya: bintang biru, green sand, san Miguel, anker bir. Minuman keras
golongan B diantaranya: anggur, whisky, Mc. Donald, orang tua anggur.
Minuman keras golongan C diantaranya: mansion house, schotch brandy, Mc.
Donald, orang tua anak. Data di Amerika Serikat menunjukkan 50% kecelakaan
lalu lintas yang fatal disebabkan oleh pengemudi mabuk. Alkohol juga bisa
digunakan sebagai antiseptik dan pengawet. Karena itu, alkohol bisa memabukkan
dan bisa membersihkan luka. Tetapi tidak berarti alkohol untuk pembersih luka itu
sama dengan alkohol yang terkandung dalam minuman atau tape.
Alkohol swab adalah sejenis antiseptic atau pembersih kuman atau bakteri
yang digunakan untuk jari tangan atau permukaan kulit lainnya yang berbahan
dari kertas tissu basah yang mengandung alcohol, alcohol swabs biasa digunakan
pada saat akan mengambil sample darah pada jari tangan, agar jari tangan tersebut
bersih dan higienis dari kotoran kuman dan bakteri. Alcohol swabs ini hanya
digunakan sekali pakai tidak dianjurkan untuk penggunaan lebih dari 1 kali karna
jika alcohol swabs telah terbuka kemasannya maka alcohol swabs akan cepat
mengering terkena angin dan tidak akan berfungsi dengan baik saat digunakan
kembali. Penggunaan alcohol swabs ini hanya untuk penggunaan permukaan kulit
luar tidak dapat digunakan untuk penggunaan kulit dalam yang terbuka. Alcohol
swabs terdiri dari 70% Ethyl Alcohol yang aman untuk digunakan sebagai
pembersih permukaan kulit luar.
4. Obat-obatan atau zat kimia Sejumlah obat atau zat kimia dapat menyebabkan
hepatitis. Sesuai dengan fungsi hati yang berperan dalam metabolisme,
penetralisir, atau dalam detoksifikasi zat kimia, termasuk obat. Oleh karena itu,
zat kimia dapat menmbulkan rekasi yang sama seperti reaksi karena infeksi virus
hepatitis. Gejala dapat terjadi dalam waktu 2 minggu- 6 bulan setelah obat
diberikan. Obat-obat yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati, antara lain
halotan (sering digunakan obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa
(obat antihipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat antiepilepsi), serta
parasetamol (pereda demam). Jika dosis parasetamol berlebihan, terlebih jika
dikonsumsi bersama alkohol dapat menyebabkan kerusakan hati yang cukup parah
bahkan kematian.
5. Penyakit autoimun Autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem
kekebalan (imunisasi) yang merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh
nustru menyerang sel atau jaringan tubuh itu sendiri (hati). Gangguan ini terjadi
karena ada faktor pencetus, yakni kemungkinan suatu virus atau zat kimia
tertentu. Sekitar 30% kasus hepatitis autoimun mempunyai gangguan autoimun
pada organ tubuh lain.
E. Patogenesis
HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus
gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di transport
menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan virus menuju
empedu terjadi yang disusul dengan transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia
singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan hepar. Pada individu
yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di ekskresi kedalam feses terjadi
pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan menurun setelah ikterus jelas terlihat.
Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset
dari gejala klinis. Berikut ini merupakan ilustrasi dari patogenesis hepatitis A.

Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic dari HAV; Secara umum
HAV tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada periode inkubasi, HAV
melakukan replikasi didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon imun, kerusakan sel
hepar dan gejala klinis tidak terjadi.22 Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler
merupakan hal yang paling berperan dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan yang
terjadi pada sel hepar terutama disebabkan oleh mekanisme sistem imun dari Limfosit-T
antigen-specific. Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin, seperti
gamma-interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis
factor (TNF) juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi replikasi virus.
Meningkatnya kadar interferon didalam serum pasien yang terinfeksi HAV, mungkin
bertanggung jawab atas penurunan jumlah virus yang terlihat pada pasien mengikuti
timbulnya onset gejala klinis. Pemulihan dari hepatitis A berhubungan dengan
peningkatan relatif dari sel CD4+ virus-specific dibandingkan dengan sel CD8+.
Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari penyakit.
Korelasi terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan dengan
perkembangan sistem imun yang masih belum matur pada individu yang lebih muda,
menyebabkan respon imun yang lebih ringan dan berlanjut kepada manifestasi penyakit
yang lebih ringan.
Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG antiHAV dapat
terdeteksi.35 Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu setelah
paparan, titer IgM anti-HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu akan terus
turun sampai level yang tidak terdeteksi dalam waktu 6 bulan infeksi. IgA dan IgG anti-
HAV dapat dideteksi dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan
bertahan selama bertahun-tahun setelah infeksi dan memberikan imunitas seumur hidup.
Pada masa penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi. Jaringan hepatosit yang rusak
biasanya pulih dalam 8-12 minggu.
F. Klasifikasi
a. Hepatitis A (HAV)
Virus Hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm. Ditularkan melalui jalur fekal-oral, snitasi yang jelek, kontak
antara manusia, dibawah oleh air dan makanan.masa inkubasinya 15-49 hari
dengan rata-rata 30 hari. Infeksi ini mudah terjadi di dalam lingkungan dengan
hygiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
b. Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 nm yang ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau
penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu
kepada bayinya. Masa inkubasi 26-160 hari dengan rata-rata 70-80 hari. Faktor
resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan
terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi. Laki-
laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para
pemakai obat-obat IV.
c. Hepatitis C (HCV) Virus hepatitis C (HCV) meruakan virus RNA kecil
terbungkus lemak yang diamternya 30-60 nm. Ditlularkan melalui jalur parenteral
dan kemungkinan juga disebabkan oleh kontak seksual.masa inkubasi virus 15-60
hari dengan rata-rata 50 hari. Faktor resiko hampir sama dengan hepatitis B.
d. Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm. Penualrannya
teruatam melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai
obat terlarang dan penderita henovilia. Masa inkubasi dari virus ini 21-140 hari
dengan rata-rata 35 hari. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis
B.
e. Hepatitis E (HEV)
Virus Hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya 32-36
nm. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia meskipun
resikonya rendah. Masa inkubasi 15-65 hari dengan rata-rata 42 hari. Faktor
resiko perjalanan ke negara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan-
makanan, minum –minuman yang terkontaminasi.
G. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan ilfiltrat
pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degenrasi dan
nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam
memblokir system dranage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini
menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekskresikan ke dalam
kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbulirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbulnya sakit
dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3
bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan
sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati.
Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang
biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
H. Manifestasi Klinis
Menurut mansjoer dkk (2018) manifestasi klinik dari hepatitis adalah:
1. Stadium praikterik berlangsung elama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri dari perut kanan
atas, urine menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terikat
pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tapi
pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuningmuda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi mengeani
pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum atau ada idaknya sumbatan
saluran empedu. USG dapat membuktikan ada tidaknya embesaran hati yakni dari
pengamatan tepi hati terlihat tumpul atau tidak, tepi hati yang tumpul
menunjukkan adanya pembesaran hati. USG dapat membuktikan ada tidaknya
pembesran ahti. USG juga dapat melihat banyak tidaknya jaringan ikat (fibrosis).
Selain itu, karena hepatitis merupakan proses peradangan maka pada USG
densitas (kepadatan) hati terlihat lebih gelap jika dibandingkan dengan densitas
ginjal yang terletak dibawahnya.
2. Tes darah
Hitung darah lengkap. LED-anemia, trombositosis dan kenaikan penanda
menunjukkan adanya proses penyakit kronis. Biokimiawi hasil tes fungsi hati
yang abnormal menunjukkan kemungkinan keganasan.
3. CT scan
Sangat bermanfaat untuk menentukan sifat massa retroperitoneal dan mungkin
lebih sensitif dalam mengidenfitikasi pembesaran KGB intra abdomen.
4. MRI
Banyak digunakan, khususnya bagi massa adrenal atau massa yang berasal dari
tulang.
5.Biopsi
Jika ada keraguan mengenai sifat suatu massa intra abdomen, biasanya bisa
dilakukan aspirasi sel untuk pemeriksaan sitologi atau biopsi perkuatan dengan
bantuan USG atau CT scan.
J. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmokologi
Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara lain
dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan antara lain
adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria, antivirus, diuretik, kolagogum,
koletitolitik dan hepatik protektor dan multivitamin dengan mineral.
 Aminoglikosida
Antibiotika digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Diberikan 3 kali sehari secara teratur selama tujuh hari atau sesuai
petunjuk dokter. Antibiotika kombinasi biasanya digunakan untuk
mencegah ketidakaktifan obat yang disebabkan oleh enzim yang
dihasilkan bakteri.
 Antiamuba
Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide
furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan,
tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk amubiasis.
Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena amuba dapat
diminimalkan.
 Antimalaria
Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati
amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan
oleh amuba.
 Antivirus
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita hepatitis B.
Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA. Obat ini
mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus
hepatitis B berproliferasi. Lamivudine merupakan analog nukleosida
deoxycytidine dan bekerja dengan menghambat pembentukan DNA virus
hepatitis B. Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV DNA
yang menjadi negatif pada hampir semua pasien yang diobati selama 1
bulan. Lamivudin akan meningkatkan angka serokonversi HBeAg,
mempertahankan fungsi hati yang optimal,dan menekan terjadinya proses
nekrosis-inflamasi. Lamivudine juga mengurangi kemungkinan terjadinya
fibrosis dan sirosis serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker
hati. Profil keamanan lamivudine sangat memuaskan, dimana profil
keamanannya sebanding dengan plasebo. Lamivudine diberikan peroral
sekali sehari, sehingga memudahkan pasien dalam penggunaannya dan
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat. Oleh karenanya penggunaan
lamivudine adalah rasional untuk terapi pada pasien dengan hepatitis B
kronis aktif. Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi
hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia
gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah
yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum untuk
penderita yang sedang mendapat pengobatan interferon dan Ribavirin,
karena beratnya efek samping terhadap gangguan faal hati. Zidovudine,
termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau bila digunakan
bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), karena masing-masing
dapat menimbulkan anemia. Anemia dapat diantisipasi dengan pemberian
eritropoietin atau tranfusi darah. Neviraldapat mengganggu faal hati. Jadi,
kadar hemoglobin dan leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin,
dan lain-lain) harus dipantau ketat.
Menurut tim ahli Amerika (DHHS, April 2005), Nevirapin walaupun dapat
menimbulkan gangguan faal hati, boleh digunakan pada penderita dengan
koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan yang seksama. Konsensus Paris
2005 menganjurkan pemberian Pegylated Interferon-Ribavirin selama 48
minggu. Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang
lebih khusus dan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga perlu dipantau
lebih ketat terhadap gangguan faal hati, anemia dan leukopenia.
Peginterferon dan Ribavirin dalam kombinasi dengan Interferon selain
bermanfaat mengatasi hepatitis C juga untuk hepatitis D. Ada juga obat-
obatan yang merupakan kombinasi imunologi dan antivirus yang
tampaknya dapat menekan kadar virus hepatitis C dalam darah secara lebih
efektif dari pada terapi ulang dengan interferon saja. Thymosin alpha 1
adalah suatu imunomodulator yang dapat digunakan pada terapi hepatitis
B kronik sebagai monoterapi atau terapi kombinasi dengan interferon.
 Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu mengatasi
edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan elektrolit
atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat
diuretik lain yang digunakan dalam penyakit hati selain spironolakton
adalah furosemid yang efektif untuk pasien yang gagal memberikan
tanggapan terhadap Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau
Metolazone dapat bermanfaat pada keadaan tertentu. Kolagogum,
kolelitolitik dan hepatic protector. Golongan ini digunakan untuk
melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan
kondisi lain. Kolagogum misalnya: calcium penthothenat, phosphatidyl
choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid dapat digunakan pada
kelainan yang disebabkan karena kongesti atau insufisiensi empedu,
misalnya konstipasi biliari yang keras, ikterus dan hepatitis ringan, dengan
menstimulasi aliran empedu dari hati. Namun demikian, jangan gunakan
obat ini pada kasus hepatitis akut atau kelainan hati yang sangat toksis
Multivitamin dengan mineral Golongan ini digunakan sebagai terapi
penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya
penyakit hati menimbulkan gejala-gejala seperti lemah, malaise, dan lain-
lain, sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral.
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan kepada penderita adalah
dengan cara diet seimbang. Diet seimbang dapat dilakukan dengan cara
mengonsumsi kalori secara normal menurut tinggi badan, berat badan dan
aktivitas sehari-hari. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein,
memperbanyak sayur dan buah yang mencegah sembelit, mengatur pola hidup
sehat dan berkonsultasi ke petugas kesehatan setempat. Terapi non farmakologis
penyakit hepatitis ini dilakukan agar:
 Untuk menghindari kerusakan pada hati secara permanen;
 Agar mampu meningkatkan kemampuan regenerasi sel hati dengan
menggunakan protein yang memadai;
 Supaya lebih lebih memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh;
 Mengurangi gejala ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini;
 Dan untuk penyakit sirosis hati, dapat mencegah komplikasi asites, varises
esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat

K. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS AKUT
PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Suku / Bangsa :
6. Agama :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
B. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lelah, sakit kepala, batuk, sakit
perut kanan atas, demam dan kuning.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan Sekarang biasanya timbul gejala awal
biasanya sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri perut kanan atas.
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu Riwayat Kesehatan Terdahulu berkaitan dengan penyakit
yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudarasaudaranya.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
F. Data Dasar Pengkajian Pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a. Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b. Sirkulasi
1) Bradikardi ( Hiperbilirubin Berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa, mata
c. Eliminasi
1) Urine Gelap
2) Diare feces warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e. Neurosensori
1) Peka terhadap rangsangan
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit Kepala
6) Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi Makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas Pola hidup/perilaku meningkat resiko terpajan
G. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik/Sedang/Lemah
b. Kesadaran : Composmentis/apatis/somonolen/sopor/soporcoma/coma
c. tanda-tanda vital : Pada umumnya nadi pasien meningkat
d. Beratbadan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
e. Tinggi badan
f. Pemeriksaan Head to toe ( kepala sampai kaki )

Diagnosa Keperawatan
Berapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolik ditandai dengan mual, muntah dan
anoreksia
b. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar ditandai dengan nyeri tekan kuadran
kanan atas
c. Hypertermi berhubungan dengan system imun ditandai dengan suhu tubuh diatas normal
Nama Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Defisit nutrisi Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 Observasi 1) Identifikasi
gangguan metabolik ditandai jam maka status nutrisi status nutrisi
dengan mual, muntah dan membaik dengan kriteria 2) Identifikasi alergi
anoreksia. hasil : makanan 3) Monitor asupan
1) Mual berkurang makanan Therapetik :
2) Nafsu makan membaik 1) Berikan makanan tinggi
3) Frekuensi makan kalori rendah lemak
membaik 4) Porsi makan Edukasi :
habis 1) Ajarkan diet yang
5) Mual berkurang dprogramkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Observasi :
Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1x24 1) Identifikasi lokasi,
dengan pembengkakan jam maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
hepar ditandai dengan nyeri menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
tekan kuadran kanan atas. hasil : nyeri
1) Nyeri berkurang 2) Identifikasi skala nyeri
2) Tidak meringis kesakitan 3) Identifikasi nyeri non
3) Tidak kesulitan tidur verbal
4) Tanda-tanda vital dalam 4) Identifikasi faktor yang
rentang normal. memperberat dan
memperingan nyeri.
Therapetik :
1) Berikan therapy non
farmakologi
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan
tidur Edukasi :
1) Ajarkan terapi non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
analgetik
Hypertermi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hypertermi
dengan system imun keperawatan selama 1x24 Observasi :
ditandai dengan suhu tubuh jam maka termoregulasi 1) Identifikasi penyebab
diatas normal. membaik dengan kriteria hypertermi
hasil : 2) Monitor suhu tubuh
1) Menggigil menurun Suhu Therapetik :
tubuh membaik. 1) Berikan cairan oral
Edukasi :
1) Anjurkan kompres air
hangat
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2015). 29 Juta Penduduk Lebih Penduduk Indonesia Mengidap


Hepatitis. Diakses dari
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15073000001/w-a-s-p-a-da-2-9-
juta-lebih-penduduk-indonesia-mengidap-hepatitis.html pada tanggal 06 Januari
2018.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Dan Analisis Hepatitis. Jakarta:
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhepatiti
s.pdf pada tanggal 06 Januari 2018.
Kuli Bitcoin. (2015). Terapi non farmakologi penyakit hepatitis. Diakses dari
http://www.terapinonfarmakologi.com/2015/01/terapi-non-
farmakologipenyakit_12.html pada tanggal 07 Januari 2018.
Sari, W., L. Indrawati, dan O. G. Djing . (2008). Care Your Self, Hepatitis. Jakarta: Penerbit
Plus. Diakses dari https://books.google.co.id/books?isbn=979392745.

Anda mungkin juga menyukai