Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHUAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASKEP PASIEN DENGAN HEPATITIS”

Disusun oleh:

Nama : Dwi Kuswono


NIM : 225070209111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Alfrina Hany,
MNg, selaku dosen pengampu mata kuliah KMB 2 yang telah memberikan saran
dan masukkan terkait penyusunan makalah ini. Juga rasa terimakasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Malang, 27 Maret 2023

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................2


Daftar Isi ................................................................................................................3
LP ASKEP PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS ...........................................4
1. KONSEP HEPATITIS ..................................................................................4
1.1 Definisi...................................................................................................4
1.2 Etiologi...................................................................................................4
1.3 Faktor Resiko .........................................................................................7
1.4 Patofisiologi ...........................................................................................9
1.5 Manifestasi Klinis ................................................................................12
1.6 Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................12
1.7 Komplikasi .................................................................................14
1. Fibrosis.................................................................................................14
2. Sirosis hati............................................................................................14
3. Kanker liver .........................................................................................15
4. Hipertensi portal ..................................................................................15
5. Porphyria cutanea tarda ......................................................................15
6. Glomerulonefritis .................................................................................16
7. Cryoglobulinemia ................................................................................16
Tanda-tanda cryoglobulinemia ...................................................................16
8. Kolestasis .............................................................................................16
9. Gagal liver............................................................................................17
10. Ensefalopati hepatik .............................................................................17
1.8 Penatalaksanaan/Tatalaksana Medis ....................................................17
2. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Hepatitis ..........................................18
2.1 Pengkajian ............................................................................................18
2.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................19
2.3 Pemeriksaan Penunjang........................................................................21
2.4 Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki ...........22
Daftar Pustaka ..................................................................................................28

3
LP ASKEP PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

1. KONSEP HEPATITIS
1.1 Definisi
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan hati
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan serta bahan-bahn kimia (Annisa et al., 2022)
Jenis hepatitis virus yang paling umum adalah Hepatitis A, Hepatitis
B, dan Hepatitis C. Jenis hepatitis virus lainnya yang lebih jarang
ditemui adalah hepatitis D dan E. Berdasarkan etiologi hepatitis, tingkat
keparahannya dapat berkisar dari penyakit ringan dan sembuh sendiri
hingga penyakit parah yang memerlukan transplantasi hati.
Hepatitis juga dapat diklasifikasikan menjadi hepatitis akut dan
hepatitis kronis berdasarkan durasi peradangan atau gangguan pada hati.
Jika peradangan hati berlangsung kurang dari 6 bulan, maka disebut sebagai
hepatitis akut dan jika berlangsung lebih dari 6 bulan disebut sebagai
hepatitis kronis.
Hepatitis akut biasanya sembuh sendiri tetapi dapat menyebabkan
gagal hati fulminan tergantung pada etiologinya. Sebaliknya, hepatitis
kronis dapat menyebabkan kerusakan hati yang meliputi fibrosis hati,
sirosis, karsinoma hepatoseluler, dan gambaran hipertensi portal yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.

1.2 Etiologi
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Penyebab
yang paling sering adalah infeksi virus (Annisa et al., 2022).
1. Infeksi virus
a) Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV)
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
feses penderita hepatitis A yang mengandung virus Hepatitis A.
b) Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oelh infeksi virus hepatitis B (HBV)
ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita

4
hepatitis B seperti darah, cairan vagina dan air mani.
c) Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV)
ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat
berhubungan seksual tanpa kondom atau menggunakan jarum
suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita
hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati jalan
lahir ketika persalinan.
d) Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B.
Penyebabnya adalah virus hepatitis delta. Penularan hepatitis D
menyerupai penularan pada hepatitis B yakni melalui kontak
dengan darah atau cairan tubuh yang mengandung VHD.
e) Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV) mudah
menular pada lingkungan yang memiliki sanitasi buruk.
2. Penyakit lain yang mungkin timbul
Diabetes Mellitus, hiperlipidemia (kadar lemak,termasuk
kolesterol dan trigliserida, dalam darah menjadi tinggi atau
berlebihan), dan obesitas sering terkait dengan penyakit hati. Ketiga
kelainan ini membebani kerjahati dalam metabolisme lemak.
Akibatnya, akan terjadi kebocoran sel-sel yang berlanjut dengan
kerusakan sel dan peradangan hati yangdisebut steatohepatitis.
3. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati.
Hepatitis terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan atau dalam
jangka waktu lama. Di dalam tubuh, alkohol dipecah menjadi zat-zat
kimia lain. Sejumlah zat tersebut bersifat racun sehingga menyebabkan
kerusakan sel hati. Minuman keras menurut departemen kesehatan
RI adalah “semua jenis minuman yang beralkohol tetapi bukan obat
yang meliputi minuman keras gol. A, minuman keras gol. B,
dan minuman keras Gol. C”.

5
Golongan A memiliki kadar ethanol 1-5%, golongan B
memiliki kadar ethanol 5-20% dan golongan C kadar ethanolnya
20-55%. Banyak minuman keras beredar di pasaran. Contoh
produk minuman keras golongan A diantaranya: bintang biru, green
sand, san Miguel, anker bir. Minuman keras golongan B diantaranya:
anggur, whisky, Mc. Donald, orang tua anggur. Minuman keras
golongan C diantaranya: mansion house, schotch brandy, Mc. Donald,
orang tua anak.
Data di Amerika Serikat menunjukkan 50% kecelakaan lalu lintas
yang fatal disebabkan oleh pengemudi mabuk. Alkohol juga bisa
digunakansebagai antiseptik dan pengawet. Karena itu, alkohol bisa
memabukkandan bisa membersihkan luka. Tetapi tidak berarti alkohol
untuk pembersihluka itu sama dengan alkohol yang terkandung dalam
minuman atau tape.
Alkohol pembersih bakteri atau kuman. Alkohol swab adalah
sejenis antiseptic atau pembersih kuman atau bakteri yang digunakan
untuk jari tangan atau permukaan kulit lainnyayang berbahan dari
kertas tissu basah yang mengandung alcohol, alcohol swabs biasa
digunakan pada saat akan mengambil sample darah pada jari tangan, agar
jari tangan tersebut bersih dan higienis dari kotoran kuman dan bakteri.
Alcohol swabs ini hanya digunakan sekali pakai tidak dianjurkan
untuk penggunaan lebih dari 1 kali karna jika alcohol swabs telah
terbuka kemasannya maka alcohol swabs akan cepat mengering
terkena angin dan tidak akan berfungsi dengan baik saat digunakan
kembali. Penggunaan alcohol swabs ini hanya untuk
penggunaan permukaan kulit luar tidak dapat digunakan untuk
penggunaan kulit dalam yang terbuka. Alcohol swabs terdiri dari 70%
Ethyl Alcohol yang aman untuk digunakan sebagai pembersih
permukaan kulit luar.
4. Obat-obatan atau zat kimia
Sejumlah obat atau zat kimia dapat menyebabkan hepatitis. Sesuai
dengan fungsi hati yang berperan dalam metabolisme, penetralisir, atau

6
dalam detoksifikasi zat kimia, termasuk obat. Oleh karena itu, zat
kimia dapat menmbulkan rekasi yang sama seperti reaksi karena infeksi
virus hepatitis. Gejala dapat terjadi dalam waktu 2 minggu- 6 bulan
setelah obatdiberikan. Obat-obat yang cenderung berinteraksi dengan sel-
sel hati, antara lain halotan (sering digunakan obat bius), isoniasid
(antibiotik untukTBC), metildopa (obat antihipertensi), fenitoin dan asam
valproat (obat antiepilepsi), serta parasetamol (pereda demam). Jika
dosis parasetamol berlebihan, terlebih jika dikonsumsi bersama alkohol
dapat menyebabkan kerusakan hati yang cukup parah bahkan kematian.
5. Penyakit autoimun
Autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan
(imunisasi) yang merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh
nustru menyerang sel atau jaringan tubuh itu sendiri (hati). Gangguan ini
terjadi karena ada faktor pencetus, yakni kemungkinan suatu virus atau zat
kimia tertentu. Sekitar 30% kasus hepatitis autoimun mempunyai
gangguan autoimun pada organ tubuh lain.
1.3 Faktor Resiko
Ada 5 faktor resiko timbulnya hepatitis yaitu :
1. Tidak menjaga kebersihan
Salah satu faktor risiko hepatitis yang paling tinggi adalah tidak
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hepatitis A biasanya
ditularkan lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi feses,
orang yang terinfeksi. Selain itu, hepatitis B dan hepatitis C mudah
ditularkan lewat cairan tubuh seperti darah dan air mani.
Untuk mencegah penularan, pastikan Anda menjaga kebersihan diri
dengan beberapa cara berikut.
• Rajin mencuci tangan setelah mengganti popok atau ke toilet.
• Rutin mandi.
• Mencuci bersih peralatan makan dan mengolah makanan
dengan tepat.
• Menjaga kebersihan saluran air.
• Memastikan lingkungan tempat tinggal bersih.
2. Menggunakan barang bersama

7
Sebaiknya hentikan kebiasaan penggunaan alat makan atau mandi
bersama, termasuk dengan anggota keluarga dalam satu rumah.
Pasalnya, hepatitis C dan B dapat menular melalui penggunaan
barang bersama yang memungkinkan menyimpan jejak darah orang
yang terinfeksi.
Beberapa peralatan bersama yang dimaksud, meliputi:
• Sikat gigi,
• Gunting kuku,
• Sendok dan garpu,
• Jarum suntik, dan
• Pisau cukur.
3. Hubungan intim tidak aman
Faktor risiko hepatitis dalam berhubungan intim ini dapat meningkat
bila dilakukan dengan tidak aman, yaitu:
• Seks anal,
• seks tanpa kondom, dan
• Hubungan intim oral,
Untuk menurunkan faktor risiko hepatitis ini, Anda perlu menerapkan
hubungan intim yang sehat dan menggunakan alat kontrasepsi seperti
kondom.
Selain menyebabkan hepatitis, perilaku seks tidak sehat ini juga
dapat meningkatkan risiko terkena HIV.
4. Mengkonsumsi makanan mentah
Faktor risiko hepatitis juga dapat meningkat akibat konsumsi
makanan mentah yang tidak terjaga kebersihannya. Menurut situs
Mayo Clinic, makan kerang mentah dari laut yang tercemar dapat
meningkatkan faktor risiko terkena hepatitis A. Selain kerang, bahan
makanan mentah lainnya juga dapat meningkatkan risiko penularan
infeksi virus hepatitis seperti sayuran, buah, daging dan ikan.
Pasalnya, bahan makanan tersebut mungkin saja sudah
terkontaminasi dan menjadi media penularan. Ini karena cara

8
membersihkan bahan makanan maupun cara mengolah yang kurang
tepat.
5. Mengkonsumsi obat atau alkohol dalam jangka panjang
Obat tertentu, termasuk yang dijual di apotek, bisa menyebabkan
kerusakan hati jika menggunakannya tak sesuai aturan.
Berikut ini daftar obat yang berisiko merusak hati atau menyebabkan
reaksi hepatotoksik:
• Obat antiradang nonsteroid,
• Acetaminophen (paracetamol),
• Antibiotik,
• Amiodaron,
• Methotrexate (obat untuk rheumatoid arthritis),
• Statin,
• Antidepresan,
• Obat antikejang, dan lainnya.
Tak hanya obat-obatan, konsumsi alkohol jangka panjang juga dapat
menyebabkan hepatitis yang disebut dengan hepatitis alkoholik.
Orang yang paling berisiko adalah mereka yang minum sampai 100
gram atau lebih dari 10 minuman beralkohol dalam sehari selama
beberapa tahun.

1.4 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun
dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.

9
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi)
dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine
dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

10
PENYIMPANGAN KDM HEPATITIS

Faktor resiko higiene &


sanitasi buruk

Rentan terhadap infeksi


virus hepatitis

Invasi virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran


vena hepatikus

Virus berkembang biak


dalam sel hati

Kerusakan pada hepar Proses peradangan sel hati

Produksi garam empedu ↓ Kerusakan jaringan hepar Terjadi imflamasi sel


hati

Suasana duadenum menjadi Pelepasan zat proteolitik Pembatasan aktivitas


asam

Merangsang ujung saraf Perubahan aktivitas rutin


Mengiritasi duadenum

Ditransmisikan ke kortex Efek gravitasi pada


Impuls iritatif ke otak serebri melalui talamus gerakan feses

Gejala GI Nyeri Feses menjadi keras

Rangsangan M.Oblongata Konstipasi


Fungsi hepar terganggu

Mual muntah
Gangguan metabolisme
KH, Protein dan Lemak
Anoreksia

KH tidak dapat simpan


Intake kurang

Energi yang dihasilkan berkurang Kelemahan Defisit perawatan diri


Nutrisi kurang

11
1.5 Manifestasi Klinis
1. Masa tunas
• Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
• Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
• Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal
pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan (Pasca ikterik)
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-
15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak
normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim
intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

12
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum
disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk
sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat. BSP dibersihkan dari darah, disimpan dan
dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini
menyebabkan kenaikan retensi BSP.

13
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia
terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia
dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

1.7 Komplikasi
Inilah berbagai komplikasi hepatitis dari setiap penyebab yang ada.
1. Fibrosis
Kondisi ini merupakan komplikasi hepatitis yang muncul akibat adanya
jaringan parut. Saat mengalami peradangan yang terus-menerus atau
kronis, liver memperbaiki bagian yang rusak dengan memproduksi
kolagen dan jenis protein lainnya. Pada proses tersebut, tubuh
sebenarnya sedang bekerja untuk memperbaiki liver dan membangun
jaringan yang baru. Akan tetapi, jaringan ini justru muncul berlebih dan
menumpuk sehingga muncullah fibrosis.
2. Sirosis hati
Sirosis hati merupakan kondisi fibrosis yang semakin parah. Jaringan
parut yang muncul pada kondisi ini membuat liver tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Pasalnya, jaringan parut yang muncul akan
menghalangi aliran darah menuju liver. Hal ini membuat hati tidak
mampu memproses zat gizi, berbagai jenis hormon, obat-obatan, dan
racun. Selain itu, sirosis hati mengurangi kemampuan liver untuk
memproduksi protein atau zat-zat lainnya yang diperlukan tubuh.
Sirosis hati merupakan komplikasi hepatitis B, hepatitis C, serta
hepatitis akibat perlemakan hati yang dipicu oleh minum alkohol atau
masalah metabolisme.

14
3. Kanker liver
Komplikasi serius dari hepatitis C adalah kanker liver. Komplikasi ini
juga ditemui pada hepatitis B dan hepatitis akibat perlemakan hati. Saat
sirosis hati semakin parah, jaringan parut yang tumbuh bisa mengganas
dan menyebabkan kanker hati.
Ada 2 jenis kanker liver yang bisa muncul akibat hepatitis yaitu :
• Karsinoma hepatoselular: kanker ditemukan pada sel liver
bernama hepatosit.
• Kolangiokarsinoma: kanker muncul pada saluran empedu.
4. Hipertensi portal
Perlu diketahui, pasien hepatitis rentan mengalami hipertensi, tepatnya
hipertensi portal. Hipertensi portal adalah meningkatnya tekanan pada
bagian pembuluh vena portal. Penyebab utamanya adalah sirosis hati.
Salah satu fungsi liver adalah menyaring hati. Namun, jika muncul
jaringan parut, aliran darah pada pembuluh vena portal pun tersendat.
Darah pun tidak bisa kembali ke saluran pencernaan. Hal ini
menimbulkan tekanan pada pembuluh darah.
Mengutip buku terbitan StatPearls (2021), komplikasi ini bisa
ditemukan pada hepatitis akibat alkohol, hepatitis autoimun, hepatitis
B, dan hepatitis C.
5. Porphyria cutanea tarda
Porphyria adalah sekumpulan penyakit yang diakibatkan peningkatan
senyawa bernama porphyrin. Porphyria cutanea tarda merupakan
salah satu jenis porphyria yang ditemukan pada komplikasi hepatitis C.
Meski demikian, kondisi ini relatif jarang ditemukan. Porphyria
cutanea tarda ditandai dengan adanya kulit luka dan melepuh akibat
paparan sinar matahari. Saat virus hepatitis C terbawa ke aliran darah,
virus akan menembus sel-sel hati dan memperbanyak diri. Virus inilah
yang akan menyebabkan peradangan liver dan merusak jaringan di
dalamnya. Saat sel-sel hati mulai rusak, aktivitas enzim di dalam sel
liver bernama uroporfirinogen dekarboksilase menurun. Proses tersebut

15
membuat kadar porfirin di liver akan meningkat dan mengumpul di
kulit. Akhirnya, timbullah porphyria cutanea tarda.
6. Glomerulonefritis
Komplikasi hepatitis kerap kali menyerang berbagai organ tubuh
lainnya, tak terkecuali ginjal. Perlu Anda ketahui, glomerulonefritis
adalah peradangan pada saringan ginjal atau glomerulus. Komplikasi
infeksi hepatitis B dan hepatitis C ini biasanya terjadi akibat sistem
kekebalan tubuh justru menyerang jaringan glomerulus yang sehat.
Saat liver terinfeksi virus, kekebalan tubuh akan menghasilkan senyawa
sitokin dan menimbulkan peradangan. Proses ini sebenarnya berguna
untuk melawan virus. Akan tetapi, jika peradangan terjadi terus-
menerus, produksi sitokin pun akan berlebih dan membuat sistem imun
menyerang organ tubuh, seperti glomerulus.
7. Cryoglobulinemia
Cryoglobulinemia adalah penggumpalan pembuluh darah akibat adanya
protein abnormal bernama cryoglobulin. Komplikasi serius ini kerap
terjadi pada pasien hepatitis C. Hingga saat ini, ahli belum menemukan
hubungan yang pasti antara hepatitis C dan cryoglobulinemia.
Ada dugaan bahwa infeksi virus hepatitis C meningkatkan produksi salah
satu jenis sel darah putih, yaitu limfosit. Nah, limfosit inilah yang akan
memicu kenaikan cryoglobulin pada tubuh.
Tanda-tanda cryoglobulinemia
• Ruam merah-keunguan dan bisa menimbulkan borok.
• Nyeri sendi.
• Mati rasa pada ujung jari-jari akibat kerusakan saraf.
8. Kolestasis
Kolestasis adalah kondisi yang menyebabkan cairan empedu sulit
mengalir, bahkan tersendat. Penyakit ini merupakan komplikasi yang
parah pada hepatitis A. Umumnya, kolestasis ditemukan pada pasien yang
sudah lanjut usia. Hati menghasilkan cairan empedu yang berguna untuk
mencerna lemak. Saat alirannya terganggu, hal ini menyebabkan
penumpukan bilirubin atau pewarna alami yang dihasilkan oleh hati dan

16
dikeluarkan melalui cairan empedu. Penumpukan bilirubin menyebabkan
Anda mengalami penyakit kuning, Kolestasis yang ditemukan pada
komplikasi hepatitis A bisa bersifat berkepanjangan dan membuat
pemulihan hepatitis lebih lama.
Kolestasis pada pasien hepatitis A disebabkan oleh proses peradangan.
Dalam hal ini, senyawa sitokin dilepas dari liver dan mengganggu aliran
cairan empedu. Meski demikian, komplikasi ini bisa disembuhkan
sepenuhnya. Selain itu, kolestasis disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati
yang parah pada awal terinfeksi.
9. Gagal liver
Gagal hati adalah komplikasi sebagian besar jenis hepatitis, tak terkecuali
hepatitis akut. Perlu Anda ketahui, hepatitis akut sebenarnya bisa sembuh
dengan sendirinya. Akan tetapi, penyakit ini juga bisa menimbulkan gagal
hati yang tiba-tiba. Hal ini bergantung pada penyebabnya, umumnya
akibat penggunaan obat parasetamol dan infeksi virus.
Selain penyebab di atas, gagal liver biasanya terjadi akibat sirosis hati yang
tidak tertangani dengan baik. Saat sudah rusak akibat jaringan parut dan
tidak terkontrol, liver akan kehilangan seluruh fungsinya. Gagal liver yang
satu ini akan terjadi dalam jangka waktu yang lama atau kronis.
10. Ensefalopati hepatik
Ensefalopati hepatik adalah kelainan pada sistem saraf akibat kerusakan
hati. Komplikasi hepatitis ini umumnya disebabkan oleh sirosis hati dan
gagal liver akut. Saat liver tidak berfungsi normal akibat hepatitis, racun
yang seharusnya dibuang liver justru akan mengumpul di dalam darah.
Racun akan terbawa menuju dan mengganggu fungsi otak. Biasanya,
pasien hepatitis akan mengalami kebingungan. Jika komplikasi hepatitis
ini tidak dikelola dengan baik, kondisi ini menyebabkan gangguan
kognitif. Hingga 50 persen orang dengan sirosis hati mengalami gejala
ensefalopati liver, seperti gangguan konsentrasi, tremor, atau sulit
berbicara.

1.8 Penatalaksanaan/Tatalaksana Medis

17
1. Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama
1-2 bulan.
2. Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
3. Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar
obat akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
4. Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah
sakit.
5. Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk
memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi
maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit
mengarah ke hepatitis kronik.
6. Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya
dianjurkan bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
7. Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Hepatitis


Keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, yang diberikan pun sepanjang rentang
sehat-sakit. Pemberi asuhan keperawatan dilakukan berdasrkan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan, pemberian pelayanan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan. Proses
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi :
pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan bagian dari asuhan
keperawatan pada klien baik individu, keluarga, atau kelompok.
Pengkajian keperawatan digunakan sebagai acuan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (Rahayu & Harnanto, 2016). Berikut ini
adalah pengkajian keperawatan :
A. Identitas Pasien
Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia, Alamat Agama,

18
Pekerjaan, Pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut
kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual
muntah, demam, nyeri perut kanan atas
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit
yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah
dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan
rumah sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan
cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema,
tidak ada pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak
adekuatnya nutrisi (anoreksia)
f. Abdomen :
i. Inspeksi : abdomen ada benjolan
ii. Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan

19
iii. Palpasi : pada hepar teraba keras
iv. Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting,
jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke
pelayanan kesehatan terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis
3 sendok disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya
karena pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah
,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya,
e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada
nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan
puritus.
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus
segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih
untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh

20
homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami
penyakit seperti ini lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi
perutnya dan meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh
menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim –
enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan
skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan
sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum
disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati.
8. Gula Darah

21
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati
atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk
sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat. BSP dibersihkan dari darah, disimpan dan
dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini
menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin
mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin
terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
2.4 Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki
1. Defisit Nutrisi (D.0019)
Luaran: Status Nutrisi membaik (L.03030)
• Porsi makan yang dihabiskan meningkat
• Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
• Pengetahuan tentang pilihan makanan dan minuman yang sehat
meningkat
• Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
• Perasaan cepat kenyang menurun
• Berat badan dan Indeks massa tubuh (IMT) membaik

22
• Frekuensi dan nafsu makan membaik
• Tebal lipatan kulit trisep dan membran mukosa membaik
Intervensi: Manajemen Nutrisi (I.03119)
• Identifikasi status nutrisi
• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
• Identifikasi makanan yang disukai
• Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
• Monitor asupan makanan
• Monitor berat badan
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika perlu
• Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2. Resiko Infeksi (D.0142)


Luaran : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
• Kebersihan dan nafsu makan meningkat
• Demam menurun
• Periode malaise menurun
• Kadar sel darah putih membaik
Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14137)

23
• Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
• Batasi jumlah pengunjung
• Berikan perawatan kulit pada daerah edema
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
• Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Resiko ketidakseimbangan Cairan (D.0036).
Luaran: Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03021)
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Cairan (I.03098)
• Monitor status hidrasi seperti frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah.
• Monitor berat badan harian
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Seperti Hematokrit, Na, K,
Cl, berat jenis urin , BUN.
• Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika
tersedia)
• Catat intake output dan hitung balance cairan dalam 24 jam
• Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
• Berikan cairan intravena bila perlu

b. Pemantauan Cairan (I.03121)


• Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
• Monitor frekuensi nafas
• Monitor tekanan darah
• Monitor berat badan
• Monitor waktu pengisian kapiler
• Monitor elastisitas atau turgor kulit
• Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
• Monitor kadar albumin dan protein total
• Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)

24
• Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
• Identifikasi tanda-tanda hypervolemia seperti Dyspnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat.
• Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
• Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
• Dokumentasi hasil pemantauan
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Keletihan (D.0057)
Luaran: Tingkat Keletihan Membaik
• Verbalisasi kepulihan energi meningkat
• Tenaga meningkat
• Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
• Motivasi meningkat
• Verbalisasi lelah menurun
• Lesu menurun
• Gangguan konsentrasi menurun
• Sianosis menurun
• Selera makan membaik
• Pola napas dan pola istirahat membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Energi (I.05178)
• Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
• Monitor kelelahan fisik dan emosional

25
• Monitor pola dan jam tidur
• Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya,
suara, dan kunjungan
• Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
• Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
b. Edukasi Aktivitas / Istirahat (I.12362)
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
• Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
• Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
• Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
• Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
• Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
• Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat seperti kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas.
• Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
5. Defisit pengetahuan (D.0111)
Luaran : Tingkat Pengetahuan Membaik ( L.12111)
• Perilaku klien sesuai dengan yang di anjuran meningkat
• Minat klien dalam belajar meningkat

26
• Kemampuan klien menjelaskan pengetahuan tentang penyakitnya
meningkat
• Kemampuan klien menggambarkan
• pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan penyakitnya
meningkat
• Perilaku sesuai dengan pengetahuannya meningkat
• Pertanyaan tentang penyakitnya menurun
• Persepsi keliru tentang penyakitnya menurun
• Perilaku klien membaik
Intervensi : Edukasi Kesehatan (l.12383)
• Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
• Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
• Jelaskan klien tentang penyakitnya
• Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

27
Daftar Pustaka
Annisa, R., Mufidah, A., Syokumawena, Nurwidiyati, E., Riskawaty, H. M., &
Idris, B. N. A. (2022). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (A. Munandar
(ed.)). MEDIA SAINS INDONESIA.
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Medikal_Bedah/YzRx
EAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=ASUHAN+KEPERAWATAN+HEPATI
TIS+B&pg=PA579&printsec=frontcover

Metha P, Reddivari AKR. 2021. Hepatitis. Treasure Island (FL). Stat Pearls
Publishing.

WHO. n.d. Hepatitis. https://www.who.int/health-topics/hepatitis.

Sonal Kumar. 2022. Overview of Chronic Hepatitis. MSD Manual Professional


Edition.

Naga Swetha Samji, MD. 2017. Viral Hepatitis. Medscape Emedicine.

Matt Vera BSN, RN. 2022. Hepatitis Nursing Care Plans. Nurses Labs

PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta

PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta

PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai