Disusun oleh :
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh ketika makan memerlukan waktu yang lebih
lama dari biasanya, kadang-kadang melepeh makanannya. Kemudian sejak 2 minggu
yang lalu pasien mengeluh sulit menelan, dan merasa makanannya tersumbat di
kerongkongan. Pasien mencoba makan makanan saring berupa bubur sumsum, bubur
saring, havermut, susu dan teh manis. Hasil pemeriksaan FEES/THT (tesmenelan)
diketahui :bubur sumsum (ada residu), bubur nasi (ada residu), havermut (tidak ada
residu), susu (ada aspirasi), air teh manis (ada aspirasi). Meskipun demikian, pasien
masih ingin makan makanan yang seharusnya dihindari (kacang dan keripik)
Data-data pasien sbb. : TB = 145,5 cm, BB = 45 kg, hasil lab : Hb =12 mg/dl, Albumin =
3 g/dl (N 3,4-4,8 g/dl), kolesterol HDL = 30 mg/dl, kolesterol LDL = 50 mg/dl, Na darah =
133 mEq/L, K = 5 mEq/L. Isterinya kemudian berusaha membuatkan makanan yang
lebih mudah ditelan yaitu makanan blenderized yang terdiri dari nasi tim 1½ p, tim ikan
kakap/tuna 2 p, wortel/brokoli rebus 2 p, dengan pemberian 3 x 300 cc, ditambah
makanan cair 250 cc (2x sehari) yang terdiri dari : susu full cream 3 sdm, bubur kacang
hijau ½ gelas, dan telur 2 butir. Hasil anamnesa gizi (recall 24 jam) : E = 800 kkal, P =
51 g, L = 27 g, KH = 85 g.
Isteri pasien belum mengetahui variasi bahan makanan yang digunakan untuk makanan
blenderized, variasi makanan cair selain blenderized, dan komposisi zat gizi yang
memenuhi kebutuhan gizi pasien. Selanjutnya pasien mendapat terapi dari dietisien
yang merawatnya.
Pada hari ketiga intervensi, pasien dapat menghabiskan semua makanan yang
disediakan rumah sakit berdasarkan rekomendasi dietisien. Lemah berkurang. Isteri
pasien ikut membantu perawat memberikan makanan kepada pasien, dan menyatakan
akan mengikuti anjuran dietisien dalam penyediaan makanan setelah pasien pulang
kerumah.
ASESSMENT GIZI
Riwayat Personal
1. Sosial Ekonomi :
Pasien seorang pedagang yang cukup sukses, mempunyai seorang istri dan seorang anak
yang belum berkeluarga dan tinggal serumah dengan orang tuanya. Tapi semenjak sakit,
pasien tidak dapat bekerja lagi, sehingga usahanya diteruskan oleh anaknya. Saat ini pasien
lebih banyak tinggal di tempat tidur atau duduk di atas kursi rodanya karena kedua tungkainya
lemah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medic Disfagia neurogenik, Parapareseec
suspect Myelitis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh ketika makan memerlukan waktu yang lebih lama
dari biasanya, kadang-kadang melepeh makanannya. Kemudian sejak 2 minggu yang lalu
pasien mengeluh sulit menelan, dan merasa makanannya tersumbat di kerongkongan.
DIAGNOSIS GIZI
Disusun Oleh :
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
PRODI DIII GIZI TAHUN AKADEMIK 2020
KASUS 1
Tn. B usia 50 tahun, suku Palembang, agama Islam, pendidikan SMA, tampak lemah,
dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medic Disfagia neurogenik, Parapareseec
suspect Myelitis. Pasien seorang pedagang yang cukup sukses, mempunyai seorang
istri dan seorang anak yang belum berkeluarga dan tinggal serumah dengan orang
tuanya. Tapi semenjak sakit, pasien tidak dapat bekerja lagi, sehingga usahanya
diteruskan oleh anaknya. Saat ini pasien lebih banyak tinggal di tempat tidur atau duduk
di atas kursi rodanya karena kedua tungkainya lemah.
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh ketika makan memerlukan waktu yang lebih
lama dari biasanya, kadang-kadang melepeh makanannya. Kemudian sejak 2 minggu
yang lalu pasien mengeluh sulit menelan, dan merasa makanannya tersumbat di
kerongkongan. Pasien mencoba makan makanan saring berupa bubur sumsum, bubur
saring, havermut, susu dan teh manis. Hasil pemeriksaan FEES/THT (tesmenelan)
diketahui :bubur sumsum (ada residu), bubur nasi (ada residu), havermut (tidak ada
residu), susu (ada aspirasi), air teh manis (ada aspirasi). Meskipun demikian, pasien
masih ingin makan makanan yang seharusnya dihindari (kacang dan keripik)
Data-data pasien sbb. : TB = 145,5 cm, BB = 45 kg, hasil lab : Hb =12 mg/dl, Albumin =
3 g/dl (N 3,4-4,8 g/dl), kolesterol HDL = 30 mg/dl, kolesterol LDL = 50 mg/dl, Na darah =
133 mEq/L, K = 5 mEq/L. Isterinya kemudian berusaha membuatkan makanan yang
lebih mudah ditelan yaitu makanan blenderized yang terdiri dari nasi tim 1½ p, tim ikan
kakap/tuna 2 p, wortel/brokoli rebus 2 p, dengan pemberian 3 x 300 cc, ditambah
makanan cair 250 cc (2x sehari) yang terdiri dari : susu full cream 3 sdm, bubur kacang
hijau ½ gelas, dan telur 2 butir. Hasil anamnesa gizi (recall 24 jam) : E = 800 kkal, P =
51 g, L = 27 g, KH = 85 g.
Isteri pasien belum mengetahui variasi bahan makanan yang digunakan untuk makanan
blenderized, variasi makanan cair selain blenderized, dan komposisi zat gizi yang
memenuhi kebutuhan gizi pasien. Selanjutnya pasien mendapat terapi dari dietisien
yang merawatnya.
Pada hari ketiga intervensi, pasien dapat menghabiskan semua makanan yang
disediakan rumah sakit berdasarkan rekomendasi dietisien. Lemah berkurang. Isteri
pasien ikut membantu perawat memberikan makanan kepada pasien, dan menyatakan
akan mengikuti anjuran dietisien dalam penyediaan makanan setelah pasien pulang
kerumah.
ASESSMENT GIZI
DIAGNOSIS GIZI