MANAJEMEN KEUANGAN
DAN AKUNTANSI DALAM
EKONOMI KESEHATAN
BUKU VI
MANAJEMEN
MANAJEMEN
KEUANGAN
KEUANGAN DAN
DAN
AKUNTANSI
AKUNTANSI
DALAM
DALAM EKONOMI
EKONOMI
KESEHATAN
KESEHATAN
SERI
SERI EKONOMI
EKONOMI KESEHATAN
KESEHATAN
BUKU
BUKU VI
VI
Penulis
Anedya Niedar
Anedya Niedar
Chriswardani Suryawati
Chriswardani Suryawati
Donny Hardiawan
Donny Hardiawan
Jorghi Vadra
NurJorghi Vadra
Afni Panjaitan
Nur Afni Panjaitan
Puguh Widodo
Puguh Widodo
Puji Harto
Puji Harto
Rabiah al Adawiyah
Rabiah al Adawiyah
Seri Ekonomi Kesehatan VI
Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi Kesehatan
Penulisan buku ini dimungkinkan atas dukungan rakyat Amerika melalui United States Agency for International
Development (USAID) yang diproduksi melalui kontrak Health Financing Activity USAID No. 72049719C00002.
Materi yang disampaikan, baik berupa informasi narasi dan visualisasi infografik sepenuhnya menjadi tanggung
jawab ThinkWell, dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.
Buku ini dapat diakses dari https://thinkwell.global/ dan http://ppjk.kemkes.go.id/ dan dapat disebarluaskan secara
cuma-cuma kepada siapa saja yang membutuhkannya. PPJK Kementerian Kesehatan RI, United States Agency
for International Development (USAID) (2021). Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Penulis : Anedya Niedar, Donny Hardiawan, Jorghi Vadra, Nur Afni Panjaitan, Puguh Widodo,
Puji Harto, Rabiah al Adawiyah
Diterbitkan oleh:
PPJK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Februari 2022
Cetakan I, September 2021
368.42
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
m Jenderal
Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi
Kesehatan : Seri ekonomi kesehatan VI.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021
ISBN 978-623-301-250-8
iii
iv M A N A J E M EN KEUANGAN DAN AKUNTANS I DA L A M EKON OMI KESEHATA N
Kata Pengantar
P
usat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan
telah berkomitmen untuk membangun ekosistem pembiayaan dan jaminan
kesehatan yang kuat dan berkelanjutan. Komitmen ini diwujudkan dalam
bentuk inisiatif PPJK untuk secara ekstensif meningkatkan kapasitas akademisi
dan praktisi kesehatan dalam bidang pembiayaan kesehatan.
Beberapa upaya peningkatan kapasitas yang telah dilakukan, antara lain bimbingan
rekapituliasi biaya program Kesehatan Masyarakat dengan menggunakan aplikasi
SISCOBIKES, peningkatan kapasitas Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK), dan tata kelola
Casemix Based Groups (CBGs) kepada rumah sakit di seluruh Indonesia.
PPJK menyadari bahwa upaya peningkatan kapasitas dalam bidang pembiayaan dan
jaminan kesehatan tersebut membutuhkan dukungan referensi dan sumber daya
pengetahuan yang kuat, baik yang bersumber dari disiplin ilmu maupun praktik kebijakan
ekonomi kesehatan. Pengetahuan ini berguna baik sebagai sumber inspirasi panduan
dalam pengambilan kebijakan jaminan dan pembiayaan kesehatan.
Karena itulah PPJK menyambut baik dan memberikan apresiasi tinggi terhadap USAID-
ThinkWell LLC yang telah memprakarsai Health Financing Activity (HFA). Melalui
program Young Health Economists (YHE), HFA telah menghimpun tenaga-tenaga ahli
muda dalam bidang ekonomi kesehatan dan mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi keilmuan dan pemikiran bagi peningkatan kualitas pembiayaan dan jaminan
kesehatan. Saya berharap YHE dapat menjadi sebuah komunitas praktisi (community of
practice) ekonomi kesehatan yang di masa depan dapat menjadi motor penggerak sistem
kesehatan, serta hub bagi para ahli dalam mengembangkan tatanan sistem pembiayaan
kesehatan.
Seri Ekonomi Kesehatan ini adalah salah satu produk penting YHE. Saya mengucapkan
terima kasih atas kesediaan para tenaga ahli muda mencurahkan ilmu dan pengalaman
mereka dalam buku ini; juga para koordinator penulisan yang telah membantu
memastikan kualitas dan kesesuaian buku dengan konteks perkembangan sistem
kesehatan Indonesia. Melalui berbagai telaah, analisis kasus, dan refleksi terhadap praktik-
praktik pembiayaan kesehatan yang mereka bahas tuntas dalam buku ini, saya berharap
buku dapat menjadi katalisator untuk mempercepat proses perbaikan jaminan dan
pembiayaan kesehatan di Indonesia.
D
i Indonesia dan negara-negara mitra lainnya di seluruh dunia, United States
Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat bekerja untuk memobilisasi pendekatan seluruh
masyarakat dalam mengoptimalkan sistem kesehatan untuk mencapai potensi
penuhnya. Kami menyadari perlunya visi bersama untuk memastikan kolaborasi yang
efektif dalam lingkungan yang terus berkembang dan berubah. Dengan bekerja sama,
kita dapat mempercepat kemajuan menuju sistem kesehatan yang lebih tangguh dan
lebih mampu memajukan perawatan preventif, promotif, dan kuratif. Untuk mencapai
tujuan yang ambisius tetapi realistis ini, USAID tetap berkomitmen untuk membantu
Pemerintah Indonesia membangun dan memperkuat sistem kesehatan yang kuat dan
berkelanjutan—khususnya dalam program prioritas seperti HIV, TB, dan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
Elemen kunci dari kemitraan penting ini adalah program fellowship HFA USAID, yang
dirancang untuk memperdalam kemampuan Young Health Economists (YHE) atau
ekonom kesehatan muda generasi berikutnya di Indonesia melalui aktivitas akademis yang
ketat. Program YHE membekali akademisi, praktisi, dan ekonom kesehatan yang sedang
berkembang agar dapat menerapkan prinsip-prinsip kebijakan berbasis bukti dalam
merencanakan, menganalisis, dan merancang kebijakan pembiayaan kesehatan dalam
sistem kesehatan yang kompleks. Sejauh ini, 30 orang ekonom kesehatan muda yang
luar biasa telah lulus dari program ini dan telah diterima di Indonesian Health Economics
Association (InaHEA) atau Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia yang bergengsi.
Sebagai penutup, izinkan saya mewakili USAID untuk mengucapkan terima kasih kepada
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
para ekonom kesehatan muda, Bappenas, Kementerian Keuangan, BPJS Kesehatan, dan
tim HFA USAID. Terima kasih atas kontribusi Anda dalam penerbitan buku-buku yang
informatif dan inspiratif ini. Kami berharap kolaborasi dan publikasi ini dapat membawa
perubahan nyata: kesehatan yang lebih baik untuk lebih banyak orang Indonesia.
Pamela Foster
Director, Office of Health
USAID/Indonesia
K
emajuan teknologi kesehatan, kompleksitas layanan kesehatan, serta
tuntutan untuk menyediakan layanan kesehatan untuk seluruh penduduk
mengharuskan adanya sinergi antara teknologi kedokteran dan kesehatan
serta ketersediaan sumber daya di berbagai negara. Kondisi ini mendorong
berkembangnya ilmu ekonomi kesehatan dalam 3 dekade terakhir dan telah
mendapat tempat yang luas di berbagai negara. Namun di Indonesia, ilmu ekonomi
kesehatan berjalan relatif stagnan dalam 30 tahun terakhir.
USAID melalui Health Financing Activity (HFA) bekerja sama dengan Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan (PPJK) membantu Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
proses sustainable health financing melalui projek-projek pembiayaan kesehatan di
tahun 2019-2024. Projek USAID mengidentifikasi kendala dalam sistem pembiayaan
kesehatan di Indonesia yaitu terbatasnya kapasitas dan jumlah orang yang memahami
tentang ekonomi kesehatan.
Didorong oleh alasan tersebut, projek HFA dengan senang hati berterima kasih para
penulis Young Health Economists (YHE), yaitu anak-anak muda yang disupervisi oleh
health economists senior, yang telah menyelesaikan 6 buku ekonomi kesehatan. Buku
ini diharapkan menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mengembangkan dan
memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia melalui disiplin ilmu ekonomi kesehatan.
Buku ini membahas akuntansi manajemen layanan kesehatan. Buku membahas secara
mendalam konsep manajemen keuangan dengan studi kasus rumah sakit, instrumen
pengukuran serta evaluasi kinerja untuk menggambarkan akuntansi manajemen layanan
kesehatan. Akuntansi manajemen layanan kesehatan perlu ditata untuk meningkatkan
efisiensi layanan kesehatan, serta ketepatgunaan dan akuntabilitas pemberian layanan.
Pemberi layanan mengaplikasikan instrumen tatakelola/manajerial dan kendali biaya
sesuai dengan siklus perencanaan sehingga dapat memberikan layanan optimal yang
berorientasi pada kualitas dan kepuasan pasien. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas
keuangan dan keberlanjutan organisasi pemberi layanan kesehatan.
Kami berharap bahwa buku ini bermanfaat bagi perguruan tinggi, pemangku kebijakan
dalam bidang kesehatan, dan berbagai pihak lain yang mempunyai interest dan kemauan
mendalami ilmu ekonomi kesehatan.
Salam,
Hasbullah Thabrany
Chief of Party for the Indonesia Health Financing Activity
Glosarium 89
Tentang Penulis 93
Kapasitas kunci yang diperlukan antara lain melakukan advokasi pembiayaan, mendorong
pemerintah daerah untuk mengaplikasikan sistem perencanaan dan penganggaran
kesehatan yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kualitas program kesehatan
masyarakat. Akademisi kesehatan yang ada di setiap perguruan tinggi sudah semestinya
terlibat dalam proses advokasi perubahan ini dengan menjadikan dirinya sebagai pusat
rujukan dalam teori serta praktik ekonomi kesehatan bagi pemerintah daerah.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan itulah Program Health
Finance Activity dirancang. Program ini merupakan kolaborasi United States Agency for
International Development (USAID) dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program ini akan berlangsung selama lima
tahun dengan tujuan spesifik mengembangkan analisis atas evidence data dan fakta
kesehatan untuk menyokong pembiayaan kesehatan yang tepat guna dan berkelanjutan.
Implementasi program ini digarap oleh ThinkWell sebagai lembaga pelaksana kegiatan,
bekerja sama dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Universitas
Gadjah Mada, Results for Development (R4D), serta mitra pemerintah lainnya seperti
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
Berbagai upaya peningkatan kapasitas yang sudah dilakukan USAID HFA dan PPJK
Kementerian Kesehatan antara lain serial seminar, diskusi pertukaran pengalaman, dan
pelatihan tentang berbagai topik ekonomi kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan
Seri Ekonomi Kesehatan terdiri dari enam buku, yaitu (1) Pengantar Ekonomi Kesehatan;
(2) Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (3) Belanja Strategis
Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (4) Evaluasi Ekonomi dan Penilaian
Teknologi Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (5) Akun Kesehatan
Nasional; dan (6) Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi Kesehatan.
Buku seri ini ditulis dengan niat besar mendorong dan memperkenalkan ilmu ekonomi
kesehatan sebagai insight dan jalan keluar bagi pengembangan sistem kesehatan di
Indonesia. Ekonomi kesehatan, yang pertama kali digaungkan oleh ekonom Kenneth Arrow
pada 1963, pada akarnya mengobservasi interaksi antar-faktor determinan kesehatan dan
fungsi sistem layanan kesehatan demi menghasilkan derajat kesehatan terbaik.
Buku seri ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar dan referensi bagi akademisi
dan praktisi kesehatan, serta para perencana kebijakan kesehatan baik di tingkat pusat
maupun daerah, terutama mereka yang ingin melakukan penelitian atau mendesain
program-program pelayanan kesehatan secara efisien dan tepat sasaran.
Seri EKonomi Kesehatan ditulis secara kolaboratif oleh para ekonom muda yang menjadi
peserta kegiatan peningkatan kapasitas dengan latar belakang profesi yang beragam. Di
dalam modul yang ditulisnya kita akan melihat bagaimana mereka memandang ekonomi
kesehatan dari perspektif dan kepakarannya masing-masing.
Para penulis mengembangkan buku ini dengan bimbingan seorang penyelia pada setiap
topik. Dalam waktu yang cukup lama, penulis dan penyelia ini bersama-sama mendalami
dan mengembangkan setiap topik sehingga menghasilkan buku yang komplet seperti
sekarang. Materi buku juga telah melewati proses review yang melibatkan beragam
pemangku kebijakan di sektor kesehatan. Merekalah yang memberikan masukan terhadap
konten buku dari sisi praktikal terhadap setiap topik pembahasan. Melalui proses ini,
HFA USAID dan PPJK Kemenkes RI berharap buku ini memiliki kedalaman konten yang
memadai, baik dari sisi teoretis maupun praktik pengelolaan pembiayaan kesehatan.
Buku Seri VI yang tengah Anda baca ini berjudul Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam
Ekonomi Kesehatan. Buku ini akan mengantarkan Anda untuk mendalami Pengertian dan
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan, Prinsip Akuntansi dalam Manajemen Keuangan,
Evaluasi Kinerja Keuangan, Akuntansi Biaya (Costing & Pricing), dan Pengendalian Biaya (Cost
Containment) Layanan Kesehatan.
1.1. Pengantar
Bab ini membahas tentang pengertian dan ruang lingkup Pihak pemerintah
manajemen keuangan yang terdiri dari enam subbab. Subbab 1 berisi dan swasta secara
Pengantar juga tujuan dari pembelajaran. Subbab 2 membahas bersama-sama
Bentuk dan Jenis Layanan Kesehatan. Subbab 3 mengulas menyelenggara-
Konsep Manajemen Keuangan, dari definisi, elemen utama, hingga kan upaya
identifikasi pihak yang terlibat dalam manajemen keuangan. kesehatan untuk
Subbab 4 membahas Aspek Akuntansi dalam Manajemen mewujudkan
Keuangan. Subbab 5 membahas Manajemen Keuangan Rumah derajat kesehatan
Sakit di Indonesia dan Subbab 6 berisi Simpulan. Diharapkan masyarakat
pembaca diharapkan dapat memahami hal tersebut dengan baik. yang setinggi-
tingginya.
1.2. Bentuk dan Jenis Layanan Kesehatan
Setyawan, J. (2020).
Urgent Principle Shift of
Healthcare (Hospital)
Accounting (Materi
Webinar)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah Rumah sakit
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dapat dibagi
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan menjadi dua
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit berdasarkan
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pengelolaannya, yaitu rumah pengelolaannya,
sakit publik dan rumah sakit privat (swasta). Rumah sakit publik merujuk yaitu rumah sakit
pada rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, publik dan rumah
dan badan hukum yang bersifat nirlaba. sakit privat.
Sementara itu, belanja BLU terdiri dari tiga jenis, yaitu belanja
pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Belanja pegawai
berasal dari APBN (Rupiah Murni), sedangkan belanja barang
terdiri dari belanja gaji dan tunjangan, belanja barang, belanja jasa,
belanja pemeliharaan, belanja perjalanan, dan belanja penyediaan
barang dan jasa BLU lainnya, termasuk belanja pengembangan
SDM. Sementara itu, belanja modal digunakan untuk belanja modal
Tanggung jawab tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal jalan,
penyusunan dan irigasi dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya.
penyajian laporan
keuangan BLU Pelaporan keuangan BLU/D menggunakan standar akuntansi
berada pada pemerintahan. Laporan keuangan tersebut merupakan bentuk
pimpinan BLU pertanggungjawaban BLU/D. Tujuannya adalah untuk menyajikan
atau pejabat yang informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
ditunjuk. anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas
Kinerja BLU/D dinilai melalui tiga indikator, yaitu (1) kinerja keuangan,
(2) kinerja operasional, dan (3) kinerja mutu pelayanan dan manfaat
bagi masyarakat (Kemenkeu RI, 2016). Penilaian kinerja dilakukan
oleh auditor eksternal. Pengukuran pencapaian kinerja tahun
berjalan dilakukan dengan cara membandingkan target dengan
perkiraan realisasi sampai dengan akhir tahun (Kemenkes RI, 2013).
Hasil penilaian kinerja BLU dikelompokkan ke dalam tiga kriteria, Hasil penilaian
yaitu kriteria Baik, Sedang, dan Buruk. Jika skor mendekati 100, kinerja BLU
disebut kriteria baik, dan jika mendekati 0, disebut kriteria buruk. dikelompokkan ke
Penilaian BLU juga dilakukan untuk aspek pelayanan yang terdiri dalam tiga kriteria,
dari dua indikator, yaitu kualitas layanan dan mutu dan manfaat. yaitu kriteria Baik,
Indikator pertama mengukur segala bentuk aktivitas pelayanan Sedang, dan
umum guna memenuhi harapan pengguna barang dan jasa, Buruk.
sedangkan indikator kedua mengukur upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan kesesuaian terhadap persyaratan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
1.6. Simpulan
Daftar Pustaka
2.1. Pengantar
J. J. Weygandt, Kimmel,
P. D., Kieso D.E., (2015).
Financial Accounting: IFRS
Edition, 3rdEdition. New
Jersey: John Wiley & Sons
Berikut ini adalah contoh dari format jurnal umum dengan transaksi
pendapatan masuk dari perawatan pasien sebesar Rp112.700.000.
Namun, karena pihak pasien menggunakan jasa asuransi kesehatan
dalam perawatannya, piutang pendapatan bertambah dengan
jumlah yang sama.
Buku besar berisi informasi dari total seluruh grup akun yang ada
di dalam organisasi, yaitu ringkasan dari akun aset, kewajiban, dan
modal. Setiap akun yang ada di dalamnya akan diberikan penomoran
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.
Contohnya adalah akun kas yang akan menujukkan informasi dari
total kas di organisasi. Tabel 2.3 adalah contoh dari format buku besar
dengan tiga kolom untuk akun kas dengan kode referensi akun 101.
AKTIVA
ASET LANCAR
ASET TETAP
Tanah 59.127.500.000,00 59.127.500.000,00
ASET LAINNYA
KEWAJIBAN
EKUITAS
Jurnal penutup berisi posisi akhir dari nilai setiap akun dalam
organisasi. Pada periode berikutnya akan menjadi akun dan nilai
pembuka pada jurnal umum. Akun yang akan ditutup bersifat
sementara atau hanya berlaku dalam satu periode akuntansi,
seperti pendapatan, beban, dan penarikan kas. Akun yang akan
menjadi pembuka dalam pencatatan periode berikutnya adalah
aset, kewajiban, dan modal. Format jurnal penutup masih sama
dengan jurnal umum.
SAK adalah SAK adalah format dalam penyusunan laporan keuangan dan
format dalam menjadi standar baku dalam penyajian informasi keuangan.
penyusunan SAK berisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
laporan keuangan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan
dan menjadi oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
standar baku (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia
dalam penyajian (DSAS IAI) (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).
informasi
keuangan. Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada standar akuntansi
global, yaitu International Financial Reporting Standards (IFRS).
SAK ini berlaku efektif pada 2014. Ada lima standar akuntansi
yang berkembang di Indonesia, yaitu: 1. PSAK-IFRS; 2. SAK-ETAP
(Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik); 3. PSAK Syariah; 4. SAK EMKM
(Entitas Mikro Kecil dan Menengah) dan SAP (Standar Akuntansi
Pemerintah). SAK yang umum digunakan saat ini adalah PSAK 1
hingga PSAK 73, lalu untuk SAK syariah digunakan PSAK 100 sampai
dengan PSAK 106.
Biaya satuan atau unit cost merupakan biaya yang telah dibagi
dengan satuan produk yang dihasilkan dalam hal ini untuk pelayanan
Secara umum Akuntansi biaya mengukur biaya yang dikenakan atau objek biaya.
semakin spesifik Objek biaya sendiri dapat berupa produk, pelanggan, departemen,
objek biaya, akan program, dan sebagainya. Secara umum semakin spesifik objek
semakin rumit biaya, akan semakin rumit metode yang harus digunakan.
metode yang Contohnya sebagai berikut, suatu rumah sakit menetapkan
harus digunakan. objek biayanya, yaitu biaya per hari untuk semua layanan yang
ada, termasuk prosedur operasi, tes laboratorium, uji radiologi,
kefarmasian, dan sebagainya. Untuk rumah sakit, menghitung
biaya ini cukup mudah, yaitu membagi total biaya dengan total hari
yang ada. Namun, saat ini yang terjadi adalah kita perlu mengetahui
berapa biaya pada masa perawatan sehingga kita perlu mengetahui
sumber daya apa saja yang digunakan dan dalam jangka waktu
berapa lama pasien tersebut mendapatkan perawatan. Contohnya
pada program Antiretroviral Treatment (ART), untuk menghitung
total biaya dari objek biaya, kita perlu menambahkan objek biaya
seperti tes laboratorium, obat, dan pemeriksaan.
Total pendapatan = px
Total biaya merupakan jumlah dari biaya tetap (a) dan biaya variabel.
Biaya variabel bergantung dengan jumlah volume luaran yang
dihasilkan sehingga dapat dituliskan dengan (bx). Persamaan biaya
dapat dituliskan sebagai berikut.
Total biaya = a + bx
Laba = px – (a + bx)
Gambar 2.3.
Indikator dalam
Evaluasi Kinerja
Keuangan
Diolah dari:
Nowicki, M. (2011).
Introduction to
the Financial
Management
of Healthcare
Organizations.
Chicago,
Illinois: Health
Administration
Press.
2.9.1. Neraca
Hasil akhir dari laporan aktivitas, baik laba maupun rugi, akan
dibalik pada akhir periode menjadi aset bersih tidak dibatasi pada
neraca untuk periode berikutnya. Berikut ini merupakan contoh
dari laporan aktivitas dari Rumah Sakit A sebagai berikut.
Sebagai rumah sakit BLU, rumah sakit A akan mengeluarkan laporan Laporan
aktivitas yang menunjukkan besaran pendapatan dan biaya yang aktivitas dapat
dikeluarkan oleh lembaga non-profit atau BLU. Laporan aktivitas menunjukkan
dapat menunjukkan performa rumah sakit dengan melakukan performa rumah
perbandingan langsung antara pendapatan dan biaya operasional. sakit dengan
Dari hasil laporan aktivitas rumah sakit A pada 2016, terjadi defisit melakukan
operasional sebesar 57,8 Miliar Rupiah. Namun, kinerja terlihat lebih perbandingan
baik dari 2015 dengan adanya penurunan defisit sebesar 6,7 Miliar langsung antara
Rupiah. pendapatan dan
biaya operasional.
Seperti yang tercatat pada laporan arus kas rumah sakit A pada
Tabel 2.7, terdapat empat arus kas yang terjadi, yaitu arus kas dari
aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan,
arus kas dari aktivitas pendanaan, dan arus kas dari aktivitas
nonanggaran. Secara umum, terjadi kenaikan kas pada periode
pelaporan pada 2016 sebesar 6,4 Miliar Rupiah. Dengan demikian,
pada akhir periode 2016 terdapat kas sebesar 13,6 Miliar Rupiah yang
juga dapat digunakan pada awal periode 2017.
Tabel 2.7.
Ilustrasi Laporan
Perubahan Modal
Rumah Sakit A
pada 2015 dan 2016
Daftar Pustaka
3.1. Pengantar
Evaluasi kinerja keuangan memiliki pengertian dan kegunaan yang Evaluasi kinerja
sangat luas. Bagi manajer dan pemangku kepentingan di bidang keuangan
layanan kesehatan, evaluasi kinerja keuangan sering kali diterapkan juga dapat
dengan menggunakan data historis yang mencerminkan hasil digunakan untuk
keputusan manajerial pada masa lalu. Evaluasi kinerja keuangan memprediksi
juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi perusahaan kondisi
di masa depan. Prediksi tersebut sering kali berupa peta jalan perusahaan di
(roadmap) dari suatu bisnis layanan kesehatan (Gapenski, 2004). masa depan.
Setelah membaca bab ini diharapkan pembaca dapat memahami
tujuan pembelajaran, yaitu dari evaluasi kinerja keuangan, indikator
evaluasi kinerja keuangan, hingga teknik evaluasi kinerja keuangan
31 Desember 2019
dan 2020
ROA dari Rumah Sakit XYZ adalah sebesar 5,7%. Hal ini berarti aset RS
XYZ akan menghasilkan laba sebesar 5,7%. Contohnya adalah ROA
dari industri yang sama pada periode yang sama adalah sebesar
4,8%. ROA RS XYZ bernilai lebih tinggi daripada rata-rata industri.
ROA dapat digunakan oleh pada manajer untuk dapat mengetahui
seberapa produktif aset digunakan.
Salah satu Salah satu perhatian pertama dari sebagian besar manajer dan
perhatian perhatian utama kreditor perusahaan adalah likuiditas bisnis.
pertama dari Akankah bisnis dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
sebagian besar tempo? Bisakah perusahaan melakukan pembayaran? Analisis rasio
manajer dan memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan
perhatian dengan menghubungkan jumlah kas dan aset lancar lainnya dengan
utama kreditor kewajiban lancar. Terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan
perusahaan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
adalah likuiditas kewajibannya, di antaranya adalah Rasio Lancar dan DCH.
bisnis.
3.3.2.1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Pada bagian sebelumnya kita menggunakan Rasio Lancar untuk Likuiditas lebih
mengukur likuiditas berdasarkan akun neraca dan karenanya terkait dengan
merupakan ukuran likuiditas statis. Namun, ukuran sebenarnya arus kas daripada
dari likuiditas bisnis adalah pada saat perusahaan dapat memenuhi aset dan liabilitas.
atau tidaknya pembayaran saat jatuh tempo. Dengan demikian,
likuiditas lebih terkait dengan arus kas daripada aset dan liabilitas.
DCH mendekati faktor yang benar-benar menentukan likuiditas.
Berikut ini perhitungan dari DCH:
Rasio utang Rasio total utang terhadap total aset (total kewajiban dan ekuitas),
menilai seberapa yang umumnya disebut rasio utang, mengukur persentase total
besar perusahaan modal yang diberikan oleh kreditor. Rasio utang menilai seberapa
berpatokan pada besar perusahaan berpatokan pada utang untuk membiayai
utang untuk asetnya. Rasio ini membandingkan total utang (total debt) dengan
membiayai total aset yang dimiliki.
asetnya.
Rasio ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan kapasitas
perusahaan dalam memperoleh pinjaman baru yang berjaminan
aktiva tetap untuk menambah modal. Jika tingkat rasio ini semakin
tinggi, jaminan berupa aset yang ada dan uang yang diberikan oleh
kreditor dalam jangka panjang semakin terjamin. Perhitungan dari
rasio utang adalah sebagai berikut:
Rasio utang Rumah Sakit XYZ adalah 29%. Hal ini berarti bahwa
kreditornya telah memasok kurang dari sepertiga dari total
pembiayaan bisnis. Dengan kata lain, aset RS XYZ dibiayai dengan
29% dari utang dan 71% dari ekuitas (Rasio Ekuitas adalah 1).
Contoh rata-rata rasio utang untuk industri rumah sakit adalah
40% maka Rumah Sakit XYZ menggunakan utang yang jauh lebih
sedikit daripada rata-rata rumah sakit. Rasio utang yang rendah
menunjukkan bahwa rumah sakit relatif mudah untuk meminjam
dana tambahan.
Rasio utang dan DER meningkat karena bisnis dengan ukuran Pemberi
tertentu menggunakan proporsi pembiayaan utang yang lebih pinjaman atau
besar. Namun, rasio utang meningkat secara linier dan mendekati kreditor lebih
batas 100%, sedangkan rasio utang terhadap ekuitas meningkat memilih DER
secara eksponensial dan mendekati tak terbatas. Pemberi pinjaman daripada Ratio
atau kreditor lebih memilih DER daripada Ratio utang. Semakin utang.
tinggi rasio ini berarti semakin berisiko posisi kreditor.
Rasio Perputaran Aset Tetap Rumah Sakit XYZ adalah sebesar 0,98
kali. Jika rata- rata Rasio Perputaran Aset Tetap industri rumah sakit
Perlu diingat bahwa sebagian besar aset mencerminkan biaya historis Inflasi dan
dari nilai saat ini. Inflasi dan depresiasi telah menyebabkan nilai aset depresiasi telah
yang dibeli di masa lalu dinilai lebih rendah. Misalkan, jika rumah menyebabkan
sakit yang berumur lebih lama (mempunyai aset tetap dan peralatan nilai aset yang
yang lebih berumur) dibandingkan dengan rumah sakit baru dibeli di masa
beroperasi dengan kapasitas fisik yang sama, rumah sakit yang lebih lalu dinilai lebih
lama akan melaporkan perputaran aset tetap yang jauh lebih tinggi. rendah.
Perbedaan dalam perputaran sset tetap ini lebih mencerminkan
ketidakmampuan laporan keuangan untuk menangani inflasi
daripada inefisiensi di pihak rumah sakit yang baru.
Rasio Perputaran Aset Total Rumah Sakit XYZ adalah sebesar 0,78
kali. Jika rata-rata industri rumah sakit lain adalah sebesar 0,97,
Rumah Sakit XYZ berada di bawah rata-rata industri sejenis tetapi
tidak sejauh rasio perputaran aset tetapnya. Dengan demikian,
Rumah Sakit XYZ menggunakan aset lancarnya lebih baik daripada
aset tetapnya, relatif terhadap industri.
Alat analisis rasio lain yang berguna adalah analisis tren dengan
tren rasio tunggal yang dianalisis dari waktu ke waktu. Analisis
tren memberikan petunjuk tentang apakah situasi keuangan
bisnis meningkat, bertahan konstan, atau memburuk. Gambar 3.4.
menunjukkan contoh analisis perbandingan dan analisis tren yang
dapat menentukan ROE Rumah Sakit XYZ.
Gambar 3.1. ROE
Rumah Sakit XYZ
Periode 2000-2004
3.5. Simpulan
Daftar Pustaka
4.1. Pengantar
Akuntansi biaya Pengertian dari akuntansi biaya secara global adalah proses
mempunyai tiga pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya
tujuan utama, pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu,
yaitu penentuan serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya
biaya produk, adalah biaya (cost). Biaya dapat didefinisikan sebagai kas atau nilai
pengendalian setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa
biaya, dan yang memberikan manfaat masa kini atau masa mendatang bagi
pengambilan organisasi. Apabila telah habis digunakan untuk mendapatkan
keputusan. pendapatan (revenue), biaya tersebut akan berubah menjadi
beban (expense) yang akan dikurangkan dari pendapatan untuk
menentukan keuntungan (profit) yang didapatkan. Namun jika
tidak habis digunakan dalam suatu periode akuntansi, biaya ini
disebut sebagai aset dan akan muncul dalam neraca keuangan.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu penentuan
biaya produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Pusat biaya Dalam paparannya mengenai analisis biaya rumah sakit, Ascobat
adalah unit Gani pada 1996 menekankan bahwa dalam melakukan pemetaan
kerja yang biaya perlu diperhatikan unsur biaya yang dibutuhkan oleh setiap
memerlukan pusat biaya. Pusat biaya adalah unit kerja yang memerlukan biaya
biaya untuk untuk menjalankan misi yang diembannya. Sebuah organisasi atau
menjalankan fasilitas kesehatan pada dasarnya adalah pusat biaya baik yang
misi yang menghasilkan pendapatan (revenue center) maupun yang tidak
diembannya. menghasilkan pendapatan (cost center). Unit yang menghasilkan
pendapatan disebut pusat biaya produksi dan yang tidak
menghasilkan pendapatan disebut pusat biaya penunjang. Untuk
menghitung biaya satuan (unit cost) pelayanan tertentu, maka
semua biaya terkait pelayanan tersebut yang terpakai di pusat biaya
penunjang perlu didistribusikan ke pusat biaya produksi .
4.2.4.1. Costing
Tarif adalah Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan
nilai suatu jasa ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan
pelayanan yang nilai uang tersebut suatu rumah sakit bersedia memberikan jasa
ditetapkan kepada pasien (Trisnantoro L., 2009). Penetapan tarif ini sering kali
dengan ukuran disebut sebagai proses pricing. Tujuan penetapannya bermacam-
sejumlah uang macam, antara lain untuk pemulihan biaya, subsidi silang,
berdasarkan peningkatan akses pelayanan, peningkatan mutu pelayanan,
pertimbangan pengurangan pesaing, pemaksimalan pendapatan, peminimalan
bahwa dengan penggunaan, dan penciptaan citra perusahaan.
nilai uang
tersebut Teknik penetapan tarif pada perusahaan sebagian besar
suatu rumah berlandaskan informasi biaya produksi dan keadaan pasar, baik
sakit bersedia monopoli, oligopoli, maupun persaingan sempurna. Teknik tersebut
memberikan jasa antara lain adalah sebagai berikut.
kepada pasien. 1. Full-cost pricing adalah tarif yang ditetapkan sesuai dengan
biaya satuan ditambahkan dengan keuntungan.
2. Kontrak dan cost-plus adalah tarif rumah sakit yang dapat
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya kepada perusahaan
asuransi ataupun konsumen yang tergabung dalam suatu
organisasi.
3. Target rate of return pricing merupakan modifikasi dari metode
full cost di atas, misalnya, tarif ditentukan oleh direksi harus
mempunyai keuntungan sebesar 10%.
4. Acceptance pricing adalah teknik yang digunakan apabila di
pasar terdapat satu rumah sakit yang dianggap sebagai patokan
harga. Rumah sakit lain akan mengikuti pola penetapan tarif
yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.
Informasi total cost dari suatu unit produksi dan biaya satuan dari
setiap produk fasilitas kesehatan sangat penting untuk alokasi dan
perencanaan dan anggaran. Hasil analisis biaya tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memantau dan mengendalikan kegiatan
operasional.
x 100%
x 100%
x 100%
Identifikasi atau penghitungan biaya pada setiap unit kerja dapat Identifikasi atau
dilakukan dengan metode top-down atau metode bottom-up. penghitungan
Metode top-down merupakan proses penghitungan biaya per biaya pada setiap
unit kerja yang dilakukan dengan mengalokasikan nilai total biaya unit kerja dapat
setiap sumber daya berdasarkan cost drivers setiap pos aktivitas. dilakukan dengan
Salah satu contoh pendekatan top-down adalah Diagnostic metode top-down
Related Group (DRG) yang dipakai oleh JKN atau biasa disebut Ina- atau metode
CBG (Indonesia-Case Based Group); biaya perawatan individual bottom-up.
dikategorikan dalam grouping diagnosis dan diambil nilai rerata
dari seluruh data costing yang dikumpulkan dalam grouping
(Muchtar & Sulistiadi, 2019).
Hidhayanto, W. (2018).
Perhitungan Unit Cost,
Paket Cost of Care,
Analisis Utilisasi dan
BEP, Penyusunan Tarif,
Selisih Pembayaran Riil
Casemix VS Cost of Care,
Pengendalian Biaya
(Cost Containment)
Rumah Sakit. Pelatihan
Teknis Hospital Cost
Management, Semarang.
Metode ini terdiri dari dua tahapan distribusi. Tahap pertama adalah Metode Double
distribusi biaya yang dikeluarkan oleh unit penunjang kepada unit Distribution ini
penunjang lain dan unit produksi atau pelayanan. Pada tahap mensyaratkan
kedua, biaya tersebut selanjutnya didistribusikan ke unit produksi kebutuhan
sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. kompleksitas
Keterbatasan metode ini adalah cukup banyaknya asumsi dasar kebutuhan
distribusi biaya yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan, data yang tidak
misalnya biaya gedung didistribusikan dengan luas lantai (m2), serumit metode
biaya insentif (jasa medik, jasa pelayanan) didistribusikan dengan ABC.
mempertimbangkan jumlah pegawai, padahal kenyataannya
besar kecilnya biaya insentif dipengaruhi oleh jumlah layanan
yang dikerjakan oleh setiap pegawai. Namun demikian, metode ini
mensyaratkan kebutuhan kompleksitas kebutuhan data yang tidak
serumit metode ABC.
Tabel 4.2.
Perbandingan
Analisis Biaya
Fasilitas Kesehatan
dan Program
Kesehatan
Di era JKN seperti saat ini, implementasi analisis biaya di fasilitas Di era JKN
kesehatan memiliki peranan yang teramat penting dalam menjaga seperti saat ini,
keberlangsungan pelayanan kesehatan. Beberapa contoh hasil studi implementasi
mengenai aplikasi dari metode analisis biaya terkait JKN antara lain: analisis biaya di
1. Hasil Perhitungan Unit Cost dengan Metode Step Down untuk fasilitas kesehatan
Pelayanan Rawat Inap, dan Rawat Jalan di 84 RS Umum BLU/ memiliki
BLUD yang Tersebar di 80 Kabupaten/Kota di Indonesia Lebih peranan yang
Rendah dari Tarif INA-CBGs (Handayani, et.al., 2019). teramat penting
2. Hasil Perhitungan Unit Cost Prosedur Sectio Caesaria Tanpa dalam menjaga
Penyulit pada Semua Kelas Perawatan dan Prosedur Sectio keberlangsungan
Caesaria dengan Penyulit pada Kelas I dan Kelas II Di RSIA Bunda pelayanan
Liwa, Kabupaten Lampung Barat Masih Berada di Bawah dari kesehatan.
Tarif INA-CBGs. Hanya Prosedur Sectio Caesaria dengan Penyulit
Kelas III yang Memiliki CRR yang Rendah, yaitu Sebesar 92,82 %
(Sulistiadi & Sangadji, 2019).
3. CRR Layanan Hemodialisis Pasien BJPS di RS RK Charitas
Palembang Tahun 2016 74% dan CRR Pasien Umum 93%. Hal Ini
Menunjukkan Adanya Defisit Terhadap Layanan Hemodialisis
sehingga harus Dilakukan Subsidi Silang. Setelah Dilakukan
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Inefisiensi dengan Perhitungan
Value Stream Mapping (VSM) Didapatkan Komposisi Value
Added (VA) Dibanding Non-Value Added (NVA) adalah 17,73%:
82,27%. Hal Ini Menunjukkan Bahwa Ada Ruang untuk Perbaikan
Efisiensi sehingga dapat Menghemat Biaya (Rusli, 2018).
NO AKTIVITAS
Tabel 4.4.
Identifikasi
1 Pelayanan administrasi pendaftaran Aktivitas Unit
2 Pelayanan pemeriksaan radiodiagnostik Radiodiagnostik
3 Pengolahan fim rontgen RSUD Linggajati
4 Reject analysis dan quality assurance
Heriana, C., Kosasih, A., &
5 Pembacaan hasil Anjasmara, D. K. (2015).
Analisis Biaya dengan
6 Pemeliharaan alat radiologi Metode Activity Based
Costing (ABC) pada
Pemeriksaan Radio
Langkah berikutnya dilakukan pembebanan biaya yang Diagnostik di Instalasi
disetahunkan untuk setiap aktivitas, kemudian menentukan Radiognostik RSUD
pemicu biaya untuk setiap aktivitas sehingga dapat ditemukan tarif Linggajati Kuningan
…. Jurnal Kebijakan
per unit cost driver, yang dijabarkan dalam Tabel 4.5. Kesehatan Indonesia:
JKKI. https://journal.
ugm.ac.id/jkki/article/
download/36107/21118.
Tabel 4.5.
Pembebanan
Biaya dan Tarif
Unit Cost Driver
Radiodiagnostik
RSUD Linggajati
4.9. Simpulan
Chapko, M. K., Liu, C.-F., Perkins, M., Li, Y.-F., Fortney, J. C., &
Maciejewski, M. L. (2009). Equivalence of Two Healthcare
Costing Methods: Bottom-Up And Top-Down. Health
Economics, 18(10), 1188–1201. https://doi.org/10.1002/hec.1422
Handayani, L., Suharmiati, S., & Pratiwi, N. L. (2019). Unit Cost Rumah
Sakit dan Tarif INA-CBGS: Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 21(4). https://doi.org/10.22435/hsr.v21i4.45
Sulistiadi, W., & Sangadji, I. (2019). Strategi Atasi Perbedaan Unit Cost
Sectio Caesaria dengan Klaim Berdasarkan Tarif INA-CBG’s
pada Pasien BPJS di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Bunda Liwa. Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah
Sakit Indonesia (MARSI). http://ejournal.urindo.ac.id/index.
php/MARSI/article/view/533
5.1. Pengantar
Gambar 5.1.
Berbagai Strategi
atau Kebijakan
Pengendalian
Biaya
5.3.1. Anggaran
Hal yang perlu juga dipahami adalah bahwa penetapan harga sangat
tergantung pada informasi biaya (cost information) sebagai estimasi
akurat dari biaya spesifik layanan kesehatan yang harus dikeluarkan.
Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) atau Health Technology Dalam era JKN
Assessment (HTA) adalah proses penilaian sistematik terhadap sebagian besar
teknologi kesehatan dengan mengevaluasi efek langsung dan tidak pendapatan
langsung dari penggunaan teknologi kesehatan tersebut. Teknologi sudah ditentukan
kesehatan dapat berupa semua jenis intervensi yang digunakan di depan
dalam bidang kedokteran/kesehatan guna tujuan promosi, prevensi, dengan sistem
skrining, penegakan diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan reimbursement
perawatan jangka panjang. Teknologi kesehatan juga mencakup obat, oleh BPJS-
bahan biologis, prosedur medis dan bedah, sistem penunjang, serta Kesehatan
sistem organisasi dan manajerial. Kajian yang dilakukan terhadap (perspektif rumah
teknologi kesehatan meliputi aspek karakteristik, keamanan, efikasi, sakit).
efektivitas, aspek ekonomi dan aspek sosial, etika, legal, politis, dan
agama (Permenkes no.51 tahun 2017).
Gambar
5.2. Sumber
Pemborosan di
Sektor Kesehatan
2 NEJM Catalyst. (2018). What is Lean Healthcare? Catalyst Carryover. Retrieved from
https://catalyst.nejm.org/doi/full/10.1056/CAT.18.0193
Penggunaan dana APBD didasarkan pada aturan di daerah masing- Penerimaan dari
masing, tetapi umumnya dana disalurkan untuk belanja pegawai JKN (asuransi
(honor PNS dan non-PNS), belanja barang atau jasa (utility, seperti kesehatan)
listrik, air, telepon, dan internet), ATK, bahan bakar, dan pemeliharaan adalah dengan
alat atau gedung, dan belanja modal (capital expenditure) metode kapitasi
diperuntukkan untuk pembelian alat kesehatan atau non-alkes. seperti yang
Sementara itu, penerimaan dari JKN (asuransi kesehatan) adalah telah dijabarkan
dengan metode kapitasi seperti yang telah dijabarkan sebelumnya; sebelumnya.
3 Widiastuti, I., Wati, R., Puspito, H., Winarsa, N., & Agustin, W. E. (2018). Manajemen
Keuangan dan Anggara Kesehatan Penganggaran di Puskesmas.
Barber, S. L., Lorenzoni, L., & Ong, P. (2019). Price Setting and Price
Regulation In Health Care Lessons for Advancing Universal
Health Coverage. UK: WHO.
Barer, M. L., Lomas, J., & Sanmartin, C. (1996). Re-minding Our Ps and
Qs: Medical Cost Controls in Canada. Health Affairs, 15(2).
https://doi.org/10.1377/hlthaff.15.2.216
Garrido, M. V., Zentner, A., & Busse, R. (2011). The Effects of
Gatekeeping: A Systematic Review of The Literature.
Scandinavian Journal of Primary Health Care, 29(1), 28–38.
https://doi.org/10.3109/02813432.2010.537015
Garrido, M. V., Zentner, A., & Busse, R. (2011). The Effects of
Gatekeeping: A Systematic Review of The Literature.
Scandinavian Journal of Primary Health Care, 29(1), 28–38.
https://doi.org/10.3109/02813432.2010.537015
Hernu, R., Cour, M., de la Salle, S., Robert, D., & Argaud, L. (2015).
Cost Awareness of Physicians in Intensive Care Units: A
Multicentric National Study. Intensive Care Medicine, 41(8),
1402–1410. https://doi.org/10.1007/s00134-015-3859-1
Istianisa, N., & Oktamianti, P. (2017). Analisis Penerapan Cost Containment
pada Kasus Sectio Caesarea dengan Jaminan BPJS di RS
Pemerintah XY di Kota Bogor Tahun 2016. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 1(4). https://doi.org/10.7454/eki.v1i4.1800
Kementerian Kesehatan Republik Indoneis (2017). Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 51 tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian
Teknologi Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional.
Langenbrunner, J. (2015). Case-Based Payment Systems for Hospital
Funding in Asia: An Investigation of Current Status and Future
Directions. Comparative Country Studies (Vol. 1). Retrieved
from http://origin.wpro.who.int/entity/asia_pacific_observatory/
country_comparative_studies/who_apo_drg.pdf#page=110
MacKinnon, N., & Kumar, R. (2001). Prior Authorization Programs:
A Critical Review of the Literature. Journal of Managed
Care Pharmacy, 7(4), 297–303. https://doi.org/10.18553/
jmcp.2001.7.4.297
McGuire, A., Henderson, J., & Mooney, G. (2005). The Economics of
Health Care: An Introductory Text. Economics of Health Care.
https://doi.org/10.4324/9780203980293
NEJM Catalyst. (2018). What is Lean Healthcare? Catalyst Carryover.
Retrieved from https://catalyst.nejm.org/doi/full/10.1056/
CAT.18.0193
Ossebaard, H. C., & Van Gemert-Pijnen, L. (2016). eHealth and Quality in
Health Care: Implementation Time. International Journal for
Quality in Health Care, 28(3), 415–419. https://doi.org/10.1093/
intqhc/mzw032
Acceptance pricing : teknik yang digunakan apabila di pasar terdapat satu rumah sakit yang
dianggap sebagai patokan harga
Akuntansi : sistem untuk menghasilkan informasi keuangan
Akuntansi biaya : proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu,
serta penafsirannya
Akuntansi keuangan : aktivitas yang melibatkan pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan komunikasi transaksi ekonomi yang terjadi pada
organisasi layanan kesehatan. Informasi yang dihasilkan pada aktivitas
tersebut kemudian diringkas dan disajikan dalam satu set laporan
keuangan
Analisis biaya : analisis break even point yang dapat digunakan untuk menentukan
volume yang diperlukan untuk mencapai laba, harga yang perlu
ditetapkan di layanan, dan biaya yang harus dikeluarkan
Beban : pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan pada suatu
periode tertentu
Biaya : seluruh pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
berupa pelayanan kesehatan atau kegiatan program untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan yang diukur dalam nilai moneter
Biaya investasi : biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang modal yang
pemanfaatannya dapat berlangsung selama lebih dari satu tahun
Biaya operasional : biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan produksi
pelayanan di fasilitas kesehatan yang memiliki sifat habis pakai dalam
kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun atau kurang)
Biaya overhead : pengeluaran tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan proses
bisnis atau produksi yang dilakukan
Biaya pemeliharaan : biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi dari barang
modal sesuai dengan umur atau usia keekonomiannya
Concurrent review : program manajemen penggunaan layanan yang berbarengan dengan
pemberian layanan.
Cost-Based Pricing : penetapan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan ditambah
dengan markup
Cost-sharing (copayment) : metode penting yang memengaruhi penggunaan layanan kesehatan
dan juga beban finansial dari peseta tertanggung
DUR : proses peninjauan secara terstruktur terhadap proses peresepan,
pemberian, dan penggunaan obat
Ekuitas : modal dari usaha rumah sakit
Fair value : nilai aset sebagai nilai saat ini
Full-cost pricing : tarif yang ditetapkan sesuai dengan biaya satuan ditambahkan
dengan keuntungan
Nur Afni Panjaitan, S.E., M.E. Alumnus Universitas Padjadjaran Bandung ini adalah adalah
peneliti di PT Rumah Riset Presisi Indonesia. Nur telah terlibat dalam berbagai topik riset
ekonomi kesehatan, perdagangan internasional sektor jasa, dan pengembangan usaha
mikro, kecil, dan menengah.
Puji Harto, SE, Akt, M.Si, Ph.D. Dosen tetap pada Departemen Akuntansi, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang sejak tahun 2001. Fokus riset Puji
adalah Akuntansi Keuangan, Reporting dan Disclosure serta Tata kelola Perusahaan. Saat
ini menjabat sebagai Ketua Badan Pengelola Satuan Usaha (BPSU) UNDIP. Sebelumnya
pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UNDIP. Selain aktif di kampus, Puji juga pernah terlibat dalam
beberapa proyek konsultansi di instansi pemerintah dan beberapa NGOs, baik di dalam
maupun di luar negeri.
Donny Hardiawan S.E., M.E. Lulus dari Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas
Padjadjaran pada tahun 2012 dan Magister Ekonomi Terapan Universitas Padjadjaran
pada tahun 2017. Saat ini Donny bekerja sebagai peneliti di Center for Economics and
Development Studies dan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Puguh Priyo Widodo, Amd., R.M.I.K., S.Si., S.K.M., M.M.R.S., A.A.A.K. Dosen dan praktisi
manajemen rumah sakit. Saat ini bekerja di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Lulus dari Fakultas MIPA UM, dengan gelar sarjana sains, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan dari STIA Malang, Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Brawijaya,
dan Kesehatan Masyarkat IIK Strada Indonesia.
Jorghi Vadra, S.E. Alumnus Fakultas Ekjonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Saat
ini bekerja sebagai asisten peneliti di Pusat Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran. Jorghi banyak terlibat dalam studi
ekonomi kesehatan, seperti analisis biaya penanggulangan HIV di Kota Bandung, survival
analysis pasien HIV di RSHS Bandung dan pemantauan kondisi psikososial masyarakat
pada masa pandemi COVID-19.
Anedya Niedar, dr., AAK. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Anedya
adalah dokter dan ahli asuransi kesehatan. Anedya telah bekerja selama lebih dari 7 tahun
sebagai dokter umum fungsional dan struktural di berbagai rumah sakit swasta dan
rumah sakit milik BUMN.
Buku I Buku II
PENGANTAR EKONOMI KESEHATAN PEMBIAYAAN KESEHATAN:
Abdillah Ahsan, dkk. KONSEP DAN BEST PRACTICES
DI INDONESIA
Adiatma YM Siregar, dkk.
SERI EKONOMI KESEHATAN
BUKU II
BUKU I
EVALUASI EKONOMI
BELANJA KESEHATAN DAN PENILAIAN
STRATEGIS TEKNOLOGI KESEHATAN
KONSEP DAN BEST PRACTICES KONSEP DAN BEST PRACTICES
DI INDONESIA TERBAIK DI INDONESIA
BUKU III
SERI IV
Buku V Buku VI
AKUN KESEHATAN NASIONAL MANAJEMEN KEUANGAN DAN
Prastuti Soewondo, dkk. AKUNTANSI DALAM EKONOMI
KESEHATAN
SERIAL MODUL EKONOMI KESEHATAN
ISBN 978-623-301-250-8