2021.3407 RAJ
Amtai Alaslan, S.IP.,M.Si..
METODE PENELITIAN KUALITATIF
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16456
Telepon : (021) 84311162
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-16456 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243,
Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819.
Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294,
Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka
Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-
3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya
Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
KATA SAMBUTAN
Kepala LLDIKTI Wilayah XII Ambon
v
Tahun 2020 sebanyak 50 judul buku ajar dari 49 dosen yang
berhasil lolos seleksi dan diterbitkan. Pada tahun 2021 LLDIKTI
Wilayah XII berhasil menerbitkan 60 judul buku ajar dari 58 dosen
pada 22 PTS.
Ucapan terima kasih patut dihaturkan bagi Tim Seleksi Buku Ajar
yang telah memberikan penilaian serta pendampingan sesuai dengan
persyaratan dalam penulisan buku ajar perguruan tinggi.
Melalui penerbitan buku ajar ini diharapkan dapat meningkatkan
minat dosen dalam penulisan buku ajar, yang berdampak pada
peningkatan publikasi ilmiah, peningkatan akreditasi program studi
dan/atau institusi demi memperkaya wawasan ilmiah bagi dosen
dalam proses belajar mengajar sekaligus sebagai sumber belajar bagi
mahasiswa.
Semoga bermanfaat.
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih dan
pertolongan-Nya, Buku Ajar Metode Penelitian Kualitatif (MPK) dapat
terealisasikan dengan baik. Mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif
merupakan salah satu mata kuliah penting bagi mahasiswa dalam
pembuatan skripsinya. Hadirnya buku yang ringkas dan padat ini, dapat
dapat dijadikan sebagai rujukan sekaligus untuk memenuhi dahaga
akan informasi tentang penelitian kualitatif bagi kalangan mahasiswa
maupun para praktisi penelitian.
Penelitian kualitatif dalam praktiknya sangat dinamis dan beragam
sehingga tidaklah mudah untuk memahaminya. Para pakar selalu
memiliki pandangan yang berbeda dalam menafsirkan penelitian
kualitatif. Untuk itu setiap peneliti harus mempunyai komitmen yang
tinggi untuk mengembangkan kemampuan analitisnya dalam melakukan
penelitian kualitatif. Dengan kemampuan yang dimiliki itulah, seorang
peneliti kualitatif akan mampu membangun narasi-narasi hasil
penelitian secara mendalam dan komprehensif.
Dengan tuntutan akademik yang semakin kompetitif sekarang
ini membuat setiap orang bebas untuk memberikan pandangan serta
kemampuannya dalam menjelaskan temuan penelitiannya untuk
dapat meng-upgrade ilmu pengetahuan. Pengalaman lapangan dalam
melaksanakan penelitian, akan memperkaya cakrawala pengetahuan
vii
tentang penelitian dalam menjelaskan berbagai jenis penelitian kualitatif
yang pernah dilakukannya.
Dengan hadirnya buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
rujukan, setidaknya menambah pengetahuan bagi mahasiswa,
akademisi, aktivis dan para praktisi penelitian serta masyarakat pada
umumnya untuk memahami dan memperluas wawasannya tentang
penelitian kualitatif. Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin
dalam membeberkan konsep-konsep dasar penelitian kualitatif. Namun
penulis menyadari adanya keterbatasan yang menyebabkan buku ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perkenankanlah penulis
untuk menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Penulis
Amtai Alaslan
KATA SAMBUTAN
Kepala LLDIKTI Wilayah XII Ambon v
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
ix
1. Pengertian Paradigma 14
2. Paradigma Penelitian Kualitatif 14
3. Manfaat Paradigma dalam Penelitian 18
4. Memilih Paradigma dalam Penelitian 19
B. Rangkuman 20
C. Soal-Soal Latihan 21
Daftar Isi xi
2. Berbagai Teknik Analisis Data 87
B. Rangkuman 94
C. Soal-soal Latihan 95
LAMPIRAN 123
DAFTAR PUSTAKA 157
GLOSARIUM 161
INDEKS 173
BIODATA PENULIS 183
xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR GAMBAR
xv
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 1
PENCARIAN KEBENARAN
Deskripsi Singkat
Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa manusia mempunyai tabiat yang
sangat tinggi sebagai rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru. Manusia
sebagai makhluk berpikir “homo sapiens” yang memiliki pengetahuan dan dapat
menciptakan pengetahuan baru. Dorongan rasa ingin tahu tersebut kemudian
memunculkan berbagai upaya yang dilakukan dalam proses pencarian kebenaran
dengan cara-cara yang non-ilmiah yang lebih praktis dan juga melalui cara ilmiah
(penelitian ilmiah) yang kemudian disebut sebagai metode penelitian. Bab ini
akan membahas upaya pencarian kebenaran dengan pendekatan non-ilmiah
dan ilmiah sehingga mahasiswa diharapakan mempunyai pemahaman yang lebih
mendalam dalam proses pencarian kebenaran melalui penelitian ilmiah. Untuk
itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
1
A. Uraian Materi
1. Rasa Ingin Tahu Manusia
Rasa ingin tahu manusia merupakan salah satu jalan yang paling ampuh,
untuk mencari kebenaran dan mengetahuinya secara lebih sempurna
meskipun waktu yang dibutuhkan sangat panjang dan berliku-liku.
Dengan berbagai upaya yang terus dilakukan tersebut maka secara
perlahan-lahan dan terus-menerus, tabir yang tadinya masih gelap
selama berabad-abad itu dapat diungkapkan oleh manusia. Keinginan
yang kuat inilah, merupakan kodrat manusia yang selalu berusaha untuk
mencari dan mengetahui segala peristiwa yang terjadi di alam semesta
untuk mendapatkan kebenarannya.
Keinginan untuk mengetahui berbagai gejala dan peristiwa yang
terjadi di bumi dan bagaimana penyebabnya seperti berbagai peristiwa
gempa bumi, adanya tsunami, bagaimana cara mendamaikan Israel dan
Palestina, adanya krisis ekonomi, kejahatan yang terus meningkat, serta
masih banyak lagi peristiwa alam yang menakjubkan lainnya dalam
masyarakat belum terpecahkan, baik yang lama, maupun yang baru
muncul, bahkan yang tadinya belum pernah ada sama sekali seperti
pandemi Covid 19. Semua itu merupakan tantangan bagi manusia untuk
dapat mengetahuinya melalui penelitian.
Penelitian selalu disempurnakan untuk mengatasi masalah dan
cara berpikir yang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman
karena sikap hidup dan cara berpikir yang bersifat spekulatif-aksiomatis
sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita untuk mempelajari dan mengenal taraf berpikir dalam mencari
kebenaran, agar dapat membedakan mana yang dapat dikatakan berpikir
spekulatif-aksiomatis dan mana yang ilmiah.
1
Scientific truth adalah cara-cara yang dilakukan untuk menjawab rasa ingin
tahu melalui penelitian ilmiah (scientific research).
2
Unscientifc merupakan cara-cara yang digunakan untuk mencari kebenaran
tanpa melalui penelitian ilmiah.
a. Secara Kebetulan
Tekadang banyak peristiwa penting yang ditemukan secara kebetulan
namun tidak terlintas dalam pikirannya sebelumnya, sehingga tanpa
disadari, penemuannya dapat dirumuskan yang kemudian menjadi
penelitian secara ilmiah. Proses yang dilalui seperti ini tidak dapat
digolongkan pada proses berpikir secara ilmiah. Sebagai contoh dalam
sejarah ialah ditemukannya obat malaria secara kebetulan oleh seorang
suku Indian yang dapat menyelamatkan umat manusia dari bahaya
penyakit tersebut.
Alkisah ada seorang anak dari suku Indian mengalami sakit
demam yang sudah cukup lama di mana suhu badanya sangat panas
dan tinggi. Karena keadaan tersebut membuatnya putus asa dan berniat
untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke tepi jurang yang di
bawahnya ada aliran air sungai yang berwarna hitam. Setelah kejadian
itu, berangsur-angsur orang Indian tersebut telah sembuh dari penyakit
malarianya. Setelah diselidiki ternyata penyakit malarianya sembuh
karena tanpa sengaja ia meminum air sungai yang airnya berwarna hitam
tersebut. Air sungai itu merupakan obat malaria karena airnya sudah
dicemari oleh kulit sebatang pohon kina yang tumbang di bagian hulu
sungai tersebut sehingga airnya berwarna hitam. Kejadian inilah, yang
kemudian menjadi titik awal di mana orang mulai mengetahui bahwa
kulit pohon kina merupakan salah satu obat dari penyakit malaria
hingga saat ini. Walaupun cerita ini sulit dibuktikan, namun kejadian
dan kisah ini menunjukkan bahwa kebenaran juga diperoleh dengan
penemuan secara kebetulan.
Robert Kock adalah orang yang pertama kali membentuk lensa yang kemudian
3
a. Berpikir Kritis-Rasional
Cara-cara berpikir kritis rasional merupakan cara awal yang dilakukan untuk
mendapatkan kebenaran melalui pendekatan-pendekatan ilmiah sebelum
proses ilmiah dilakukan. Cara ini didasari pada konsep manusia sebagai
makhluk rasional yang mempunyai pikiran dan akal budi untuk memahami
dan menafsirkan segala sesuatu, dapat membuat tesa dan mengkajinya
dengan antitesa kemudian barulah menghasilkan sebuah tesis. Kemampuan
berpikir semacam ini telah banyak menghasilkan kebenaran, walaupun
belum banyak yang diakui sebagai kebenaran ilmiah. Ada dua jalan yang
dapat dilakukan dalam mendapatkan cara berpikir rasional yaitu:
1) Berpikir Analitis
Proses berpikir analitis ini dilandasi oleh pemikiran deduktif dengan
membangun pola pikir dari hal-hal yang bersifat umum. Artinya mula-
mula menempatkan pangkal kebenaran umum dari suatu proposisi4
5
Silogisme adalah suatu argumen yang terdiri dari tiga buah proposisi. Dua
proposisi awal disebut premis mayor dan premis minor, sedangkan proposisi akhir
disebut sebagai konklusi atau simpulan.
6
Sopi adalah minuman keras beralkohol khas daerah Tanimbar.
Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey, yang mengambil
7
8
Kelley dalam Hadi (2007) melengkapi lima taraf berpikir Dewey dengan satu
lagi yaitu General value of the conclusion
B. Rangkuman
1. Manusia sebagai makhluk yang sempurna mempunyai hasrat
dan rasa ingin tahu yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran dengan jalan melakukan penelitian. Penelitian selalu
disempurnakan untuk mengatasi masalah dan cara berpikir yang
tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman karena sikap
hidup dan cara berpikir yang bersifat spekulatif-aksiomatis sudah
tidak dapat dipertahankan lagi.
2. Penelitian dan ilmu pengetahuan sesungguhnya telah menyatu
dalam satu sistem namun terkadang orang awam biasanya selalu
sulit untuk memberikan pengertian antara penyelidikan dan
penelitian. Kata penyelidikan akan lebih tepat digunakan dalam
bidang intelijen sedangkan kata penelitian kebanyakan digunakan
untuk istilah keilmuan. Dari kata penelitian inilah, orang mulai
mencari kepastian dari berbagai informasi dan peristiwa berusaha
untuk diungkapkan baik melalui prosel yang ilmiah maupun tidak
ilmiah, sehingga dapat dipastikan bahwa semua orang pernah
melakukan penelitian.
C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara singkat bagaimana cara memperoleh kebenaran
dengan cara unscientific?
2. Jelaskanlah bagaimana memperoleh kebenaran dengan cara berpikir
yang analitis dan apakah cara berpikir analitis ini dapat disebut
sebagai cara ilmiah?
3. Rumuskanlah bagaimana tahapan pencarian kebenaran dengan cara
berpikir yang reflektif menurut John Dewey?
Deskripsi Singkat
Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti untuk
menentukan cara pandangnya (world views) dalam memotret realitas yang
dipelajari tentang bagaimana cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan
bagaimana cara menginterpretasikan temuannya. Pemilihan paradigma dalam
penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan menggambarkan secara
menyeluruh tentang desain penelitian yang akan dilakukan dan menjadi pedoman
dalam proses penelitian. Bab ini akan membahas paradigma penelitian sebagai
upaya untuk menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti dalam memahami
penelitian yang dilakukan. Secara lebih rinci akan dibahas paradigma dan
definisinya, paradigma penelitian kualitatif (positivisme dan postpositivisme),
fungsi paradigma dalam penelitian dan memilih paradigma dalam penelitian.
Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan dalam menyusun penelitian kualitatif
secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Paradigma.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif.
3. Fungsi Paradigma dalam Penelitian.
4. Memilih Paradigma dalam Penelitian.
13
A. Uraian Materi
1. Pengertian Paradigma
Kata paradigma secara etimologis terdiri dua kata “para” yang artinya
di sebelah atau di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan,
ideal dan model yang dalam bahasa Yunani yaitu paradeigma. Dalam
terminologi lainnya istilah paradigma diartikan sebagai sebuah
pandangan ataupun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia
dan alam sekitarnya. Paradigma kemudian dikenal dalam disiplin
intelektual sebagai cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya
yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),
dan bertingkah laku (konotatif). Paradigma dapat juga diartikan sebagai
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama (Vardiansyah,
2008:27).
Thomas Kuhn (1962) adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan istilah paradigma dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution. Pada waktu itu, paradigma hanya dijadikan
sebagai terminologi kunci yang digunakan untuk menjelaskan pola dan
model perkembangan ilmu pengetahuan saja yang berhubungan dengan
dimensi waktu perkembangan ilmu pengetahuan. Robert Fridrichs
(1970) merupakan orang yang berjasa dalam memperkenalkan istilah
paradigma untuk dijadikan sebagai salah satu pandangan mendasar
dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang semestinya menjadi pokok
persoalan dari disiplin ilmu tersebut untuk dapat dipelajari. Dari sinilah
kemudian istlilah paradigma terdefenisi dengan jelas hingga saat ini
(Moleong, 2014:49).
1
Bandingkan dengan Moleong (2014:50) yang lebih cocok menggunakan
pendekatan kuantitatif (posititivistik) sebagai paradigma ilmiah dan pendekatan
post-positivistik sebagai paradigma alamiah.
a. Paradigma Positivisme
Saint Simon (1825)2 merupakan orang yang pertama kali menggunakan
istilah positivisme yang dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris
Francis Bacon (sekitar 1600) yang berakar pada pendekatan empirisme
yang menjadikan logika simbolik sebagai dasar dan mempunyai
keterkaitan erat dengan behaviorisme yang cenderung mempunyai
objek kajiannya pada pembentukan hukum. Kaum positivisme selalu
beranggapan bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid
yang objek pengetahuannya dibangun berdasarkan pada fakta-fakta atau
realitas yang terjadi (Romlah SN dkk, 2020).
Istilah positivisme mulai dipopulerkan secara luas oleh August
Comte dalam sebuah karyanya “Cours de Philosophic Positive” sebanyak
enam jilid. Semboyan Comte yang terkenal adalah savior pour prvoir
(mengetahui supaya siap untuk bertindak), artinya manusia harus
menyelidiki gejala-gejala dan hubungan-hubungan antara gejala-gejala
2
Ryan P. Positivism: paradigm or culture? Policy Studi. 2015.
b. Paradigma Postpositivisme
Postpositivisme merupakan perbaikan dari positivisme yang dianggap
memiliki kelemahan-kelemahan yang cenderung hanya mengandalkan
fakta-fakta dengan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti.
Paradigma Postpositivisme masih mempunyai kemiripan dengan
paradigma Positivisme yang memandang bahwa realitas bersifat
nyata, ada sesuai hukum alam dan dapat dilihat oleh indra manusia.
Tetapi perbedaannya adalah, Postpositivisme lebih menekankan
pada persoalan makna yang tidak tampak di balik realitas yang
terjadi tersebut. Artinya kebenaran yang hakiki tidak mungkin
akan ditemukan apabila ada jarak antara peneliti dengan realitas
itu sehingga keterlibatan secara langsung perlu dilakukan untuk
membuktikan kebenaran dari realitas tersebut.
Secara ontologis aliran postpositivisme bersifat critical realism dan
menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan
dan hukum alam tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara
benar oleh peneliti. Secara epistemologis, hubungan peneliti dengan
realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan
B. Rangkuman
1. Sebelum istilah paradigma dipopulerkan oleh Robert Friedrichs
(1970) hingga dikenal sampai saat ini, Thomas Kuhn (1962)
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah paradigma
tersebut. Kuhn berpendapat bahwa paradigma merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan mengetahui realitas sosial yang
dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang
kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Hal ini
kemudian dipertegas Friedrichs (1980), sebagai pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari.
2. Paradigma penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
yaitu paradigma positivisme yang dibangun berdasarkan pendekatan
kuantitatif August Comte (1798-1857) yang melihat realitas dapat
dilihat dan diukur secara metafisik berdasarkan faktanya dan
paradigma postpositivisme yang dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926) yang melihat
realitas sebagai sesuatu yang bersifat holistik sehingga setiap
perilaku yang ditimbulkan mempunyai makna simbolik yang perlu
ditelusuri lebih dalam lagi untuk memahaminya.
3. Paradigma penelitian yang akan digunakan sebaiknya didasarkan
atas keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti sendiri
serta sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis, karena penelitian
kualitatif itu sangat subjektif dan multitafsir sehingga dibutuhkan
kelihaian dan kerja keras dalam memilih dan memilah informasi
yang disampaikan oleh informan untuk mendapatkan kesimpulan
secara objektif.
Deskripsi Singkat
Penelitian pada digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang ilmiah dan
mempunyai peran penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta
melindunginya dari kepunahan. Bab ini akan membahas secara lebih ringkas dalam
memahami konsep penelitian kualitatif sebagai dasar untuk membedakannya
dengan penelitian nonkualitatif. Secara lebih rinci akan dibahas terlebih dahulu
lahirnya penelitian kualitatif, pengertian Penelitian Kualitatif, Perbedaan
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Lingkup Penelitian Kualitatif dan Kompetensi
Penelitian Kualitatif. Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi
pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan untuk menyusun penelitian kualitatif
secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Lahirnya Penelitian Kualitatif.
2. Pengertian Penelitian Kualitatif.
3. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
4. Lingkup Penelitian Kualitatif.
5. Kompetensi Penelitian Kualitatif.
23
A. Uraian Materi
1. Lahirnya Penelitian Kualitatif
Pada dasarnya pengetahuan diproduksi dari perilaku dan tindakan
manusia melalui proses pengindraannya dengan cara melihat,
mendengar, merasa dan berpikir tentang segala sesuatu. Dengan adanya
pengetahuan akan membantu pemahaman kita mengenai struktur
berpikir yang menjadi landasan penelitian. Penelitian merupakan
operasionalisasi dari suatu metode yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang ilmiah (ilmu)1. Penelitian sebagai sistem ilmu
pengetahuan mempunyai peran yang penting untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan melindunginya dari kepunahan. Penelitian
memiliki kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan sehingga
ilmu penegtahuan itu menjadi lebih up-to-date, canggih aplicated, serta
setiap saat aksiologis bagi masyarakat (Bugin, 2007:6).
Penelitian kualitatif2 pada mulanya bersumber dari pengamatan
secara mendalam yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif
yang hanya melihat sesuatu itu secara kasat mata untuk mengetahui
suatu ciri tertentu yang ada padanya. Dalam prosesnya, pengamatan
dilakukan untuk mengidentifikasi secara rinci, mencatat dan
menghitung berdasarkan pertimbangan yang dangkal yang kemudian
menyimpulkan dengan membuat perhitungan persentase, rata-rata
serta perhitungan statistik lainnya yang dikuantitaskan dengan angka
(penelitian kuantitatif). Sementara di pihak lain pengamatan harus
dilakukan secara alamiah untuk menunjuk pada kualitasnya yang
kemudian dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut.
Atas dasar pertimbangan inilah yang kemudian penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai penelitian yang secara fundamental bergantung
dari pengamatan yang dilakukan oleh manusia yang tidak mengadakan
perhitungan secara angka atau kuantitas.
1
Pengetahuan yang ilmiah artinya pengetahuan yang telah memenuhi unsur-
unsur keilmuan (metode ilmiah) seperti telah melakukan penyelidikan yang
sistematis; menggunakan metode yang ilmiah; mempunyai bukti yang representatif;
menggunakan penalaran yang logis untuk menarik kesimpulan.
2
Istilah Penelitian Kualitatif dikemukakan oleh Kirk dan Miller (1986:9)
bandingkan dengan Moleong (2014).
3
Gagasan-gagasan Plato ini kemudian memengaruhi Edmund Husser, Martin
Heidegger Marleau Ponty yang mempelopori aliran fenomenologi sebagai sebuah
aliran filsafat.
4
Manusia sebagai makhluk yang humanistis dan idealistik berangkat dari
tradisi pemikiran Jerman yang mengilhami Kant maupun Hegel tentang dunia Ide
yang kemudian melahirkan (menjadi akar tradisi) paradigma fenomenologi (dalam
penelitian sosial dikenal dengan paradigma penelitian kualitatif).
5
Penelitian yang alamiah ini juga dikemukakan oleh Denzin dan Linkolin
(1987) dengan memanfaatkan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen.
a. Perbedaan Aksioma
Aksioma7 merupakan pandangan dasar digunakan untuk melihat
tiga (3) hal tentang perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitan
kuantitatif yaitu:
1) Sifat Realitas
Penelitian kuantitatif memandang realitas itu sesuatu yang bersifat
konkret, dapat diamati dengan pancaindra, dapat dikategorikan dengan
6
Perspektif emik merupakan upaya untuk membangun pandangan terhadap
subjek penelitian secara lebih rinci yang dibentuk dengan kata-kata, gambaran
secara holistik dan rumit terhadap sikap dan tindakannya.
7
Aksioma dikemukakan oleh Lincolin dan Guba untuk menjelaskan perbedaan
yang mendasar antara paradigma positivisme dengan paradigma alamiah
(bandingkan dengan Moleong, 2014).
8
Peneliti sebagai instrumen utama sehingga teknik pengumpulan datanya
harus dilakukan dengan partisipant observation (observasi berperan serta) dan in
dept interview (wawancara mendalam).
dan Biklen tidak dijeslakan secara rinci karena semuanya ada pada kriteria yang
dikemukakan oleh Lincoln dan Guba.
Kriteria pemeriksaan keabsahan data ini akan dibahas lebih rinci pada Bab
10
11
Situasi sosial itu terdiri orang-orang(aktor), yang melakukan aktivitas
(activity) pada tempat/lokasi (space) tertentu.
B. Rangkuman
1. Penelitian merupakan sistem ilmu pengetahuan mempunyai
kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan sehingga ilmu
pengetahuan itu menjadi lebih, canggih, aplicated, serta setiap saat
aksiologis bagi masyarakat.
2. Penelitian kualitatif itu berakar pada latar yang alamiah dengan
mengandalkan peneliti sebagai instrumen kunci sehingga fenomena
C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara singkat sejarah lahirnya penelitian kualitatif!
2. Jelaskanlah metode penelitian kualitatif juga sebagai metode
penelitian etnografi!
3. Rumuskanlah definisi penelitian kualitatif dengan menggunakan
kata-kata anda sendiri!
4. Uraikanlah secara singakat, tidak lebih dari dua halaman minimal
lima ciri dari penelitian kualitatif!
5. Sebutkanlah beberapa kompetensi sebagai seorang peneliti
kualitatif yang telah anda miliki!
Deskripsi Singkat
Pendekatan penelitian sangat penting untuk ditentukan sebelum kita melangkah
lebih jauh dalam melakukan penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu pendekatan penelitian harus selaras dengan
keperluan dalam menentukan dan menjawab permasalahan penelitian. Bab
ini akan membahas secara lebih mendalam tentang pendekatan dan jenis-jenis
penelitian kualitatif. Secara lebih rinci akan dibahas terlebih dahulu pengertian
Pendekatan Penelitian kemudian Jenis-jenis Penelitian Kualitatif. Untuk itu
diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Pendekatan Penelitian.
2. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif.
35
A. Uraian Materi
1. Pengertian Pendekatan Penelitian
Sudah banyak pakar yang menjelaskan tentang berbagai jenis penelitian
kualitatif, namun masing-masing menjabarkannya berdasarkan pada
perspektif dan paradigma penelitian yang dianutnya. Pada umumnya
penelitian kualitatif bertolak dari penelitian sosial yang dapat dilakukan
sepanjang peneliti tetap dalam paradigma penelitian kualitatif deskriptif
(Muktar (2013).
Pendekatan penelitian adalah cara berpikir yang dipakai oleh peneliti
tentang bagaimana desain penelitian dibuat dan dilakukan. Tentunya
yang menjadi masalah adalah bagaimana cara menentukan pendekatan
penelitian yang dipakai dalam penelitian. Ada beberapa parameter yang
dapat dicapai dalam menentukan pendekatan penelitian, yaitu:
1. Harus mengetahui karakter penelitian yang akan dilaksanakan serta
pertanyaan penelitian yang akan dijawab.
2. Mengetahui dan memperjelas tujuan penelitian.
3. Mempunyai keahlian, keinginan dan pengalaman pribadi dari
peneliti.
4. Kepekaan masalah yang sedang ditangani.
1
Penelitian naturalistik ini juga dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln (1987)
bisa juga dikatakan sebagai penelitian fenomenologis, penelitian etnografi dan
penelitain kualitatif lainnya.
2
Konsep Epoche merupakan suatu proses di mana peneliti meminimalisir
pengalaman yang teleh dimiliki sebelumnya dan lebih banyak untuk mendengarkan
pengalaman dari subjek penelitian.
C. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskanlah minimal lima jenis penelitian yang anda ketahui dengan
menggunakan kata-katamu sendiri!
2. Buatlah data perbandingan-perbandingan yang menunjukkan ciri
dan identitas dari masing-masing jenis penelitian yang diuraikan
di atas untuk menunjukkan kelebihan dan kelemahannya masing-
masing!
Deskripsi Singkat
Penelitian jenis apa pun selalu berangkat dari masalah, tanpa masalah maka
penelitian tidak dapat dilaksanakan sama sekali. Oleh sebab itu masalah penelitian
sudah harus mulai dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas.
Terkadang perumusan masalah itu dianggap sepele oleh peneliti atau mahasiswa
yang akan mempersiapkan tugas akhirnya. Hal ini tentunya akan terlihat dari
usulan proposal penelitiannya yang diajukan di mana perumusan masalahnya
belum terlihat dengan baik sama sekali. Oleh karena itu, uraian dalam Bab ini
akan membahas secara lebih lengkap dan ringkas seputar masalah penelitian
sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengikuti pembahasannya dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian kualitatif
dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan:
1. Pengertian Masalah.
2. Masalah dalam Penelitian Kualitatif.
3. Sumber-sumber Masalah Penelitian.
4. Pertimbangan Memilih Masalah Penelitian.
5. Fokus Penelitian.
6. Bentuk Rumusan Masalah.
7. Kriteria dalam Perumusan Masalah.
8. Langkah-langkah Merumuskan Masalah Penelitian.
9. Tema dan Judul Penelitian.
43
A. Uraian Materi
1. Pengertian Masalah
Penelitian kualitatif yang baik tidak dimulai dari sesuatu yang serba
kosong, tetapi harus berangkat dari suatu masalah yang sifatnya masih
sementara. Ada perbedaan yang cukup mendasar antara masalah
penelitian kuantitatif dengan masalah penelitian kualitatif. Masalah
penelitian kuantitatif lebih umum dan memiliki wilayah yang luas
dengan tingkat variasinya yang kompleks, fokusnya berada di permukaan
sehingga masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus
jelas, spesifik dan dianggap tidak berubah. Berbeda dengan penelitian
kualitatif wilayah cakupannya cenderung sempit dan terbatas namun
memiliki pembahasan yang tingkat kedalamannya luas dan tidak
terbatas meskipun masalahnya masih bersifat sementara dan akan
berkembang atau bahkan berganti ketika peneliti sudah melakukan
penelitian.
Menurut Sugiyono (2016:29), masalah adalah penyimpangan
antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan
atau penyimpangan antara masa lampau dengan yang terjadi sekarang.
Atau ada juga yang mengatakan masalah adalah kesenjangan (discrepancy)
apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang terjadi (kenyataan).
Kesenjangan tersebut dapat terjadi pada ilmu pengetahuan dan
teknologi, ekonomi, sosial politik, budaya, dan lain sebagainya.
Penelitian itu dilakukan untuk mencari kebenaran dengan
menggunakan metode ilmiah untuk menjawab permasalahan.
Oleh sebab itu permasalahan yang diteliti harus memiliki relevansi
dengan keilmiahan peneliti dan diharapkan mampu untuk menjawab
kesenjangan-kesenjangan itu.
a. Menemukan Masalah
Menelusuri dan menemukan serta mengidentifikasi masalah adalah
kegiatan awal dalam menulis karya ilmiah. Menemukan suatu masalah
biasanya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Secara Kebetulan
Terkadang suatu masalah dapat ditemukan secara kebetulan, dan
tanpa disadari. Seseorang ingin menulis Budaya Kerja Aparat Sipil
Negara (ASN), secara kebetulan Ia telah menemukan “Budaya Kerja
di Kalangan Aparat Sipil Negara”, artinya judul tersebut terlintas
dalam pikiran seseorang tanpa Ia menyadarinya.
b. Berdiskusi dengan Teman/Dosen/Orang lain
Berdiskusi dengan orang lain akan menginspirasi dan membuka
cakrawala berpikir kita untuk menemukan masalah yang cocok
dan dikehendaki dalam menemukan sebuah judul penelitian yang
diinginkan. Jadi semakin terbuka terhadap orang lain maka akan
b. Mengidentifikasi Masalah
Setelah masalah penelitian yang layak sudah ditemukan, maka menurut
Bugin (2010), ada beberapa cara yang diperlukan saat melakukan
identifikasi terhadap masalah tersebut yaitu:
a. Mengurai berbagai pertanyaan tentang tema/topik tertentu.
Mengurai berbagai pertanyaan dimaksudkan agar dapat membuka
wawasan seseorang untuk mendapatkan gambaran secara utuh
terhadap masalah yang sedang diteliti.
b. Indikasi terjadinya masalah harus ditampilkan
Mengurai indikasi tentang suatu masalah akan membantu untuk
mendapatkan dan menemukan parameter dari masalah yang ingin
kita teliti.
c. Menginventarisir berbagai masalah
Menginventarisir masalah akan membantu penulis menemukan
masalah-masalah yang penting untuk dapat dijadikan sebagai
fokus dalam melakukan penelitian. Inventarisir harus dilakukan
berdasarkan karakteristik dari fenomena tersebut.
d. Menampilkan data statistik terjadinya masalah
Menampilkan data statistik juga sangat membantu seseorang dalam
mengidentifikasi dan menganalisis suatu masalah. Kebanyakan
orang lebih percaya urgensi masalah apabila ada data statistiknya
untuk memperkuat penjelasan.
1
Bandingkan dengan Bugin, Burhan. (2006). Penelitian Kualitatif. Kencana
Prenada Media: Jakarta, hlm. 52.
5. Fokus Penelitian
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala/fenomena itu bersifat
holistik sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya
hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi berdasarkan keseluruhan
situasi sosial yang diteliti (place), pelaku (aktor), dan aktivitas (activity)
yang saling berinteraksi secara sinergis. Oleh sebab itu perlu ditentukan
fokus penelitian (dalam kuantitatif disebut batasan masalah) yang berisi
pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015:32).
B. Rangkuman
1. Penelitian apa pun selalu berangkat dari masalah karena masalah
penelitian memuat suatu fenomena yang menunjukkan adanya
kesenjangan (gap) antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das
sein).
2. Peneliti dapat memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk
mendapatkan masalah-masalah penelitian yang dimulai dari
pengalaman pribadi, observasi lapangan, pertemuan ilmiah,
membaca buku bacaan, jurnal penelitian artikel, dan lewat
pemegang otoritas.
3. Penelitian kualitatif berpandangan bahwa gejala/fenomena itu
bersifat holistik sehingga peneliti dituntut untuk harus lebih
mendalaminya dengan menggunakan perspektif emik terhadap
keseluruhan situasi sosial yang diteliti baik lokasinya (place), pelaku
(aktor), dan aktvitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
4. Masalah harus dirumuskan secara jelas, konkret, tidak berbelit-
belit dan tidak membingungkan sehingga dapat dijadikan acuan
bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
C. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimasud dengan masalah penelitian?
2. Jelaskanlah pertimbangan apa saja yang diperlukan dalam memilih
masalah penelitian yang akan diteliti?
3. Jelaskanlah sumber informasi apa saja yang dapat digunakan untuk
mendapatkan masalah penelitian?
4. Jelaskanlah bagaimana kriteria dan langkah-langkah dalam
merumuskan masalah penelitian?
Deskripsi Singkat
Landasan teori biasanya memuat tentang berbagai konsep, teori dan pandangan
para ahli yang telah terpublikasikan dalam berbagai literatur dan mempunyai
relevansi dengan topik penelitian yang akan diteliti. Landasan teori ini dapat
disusun dengan kata-kata penulis secara bebas tanpa mengurangi makna dari
teori tersebut atau dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Landasan teori
sangat diperlukan dalam penelitian karena dapat dijadikan sebagai dasar acuan
untuk melakukan penelitian ilmiah dan membantu peneliti untuk memahami
realitas sosial yang akan diteliti. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan
ringkas hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori dalam penelitian yang
diawali dengan membahas Pengertian Teori, Macam-macam Teori, dan Ragam
Teori dalam Penelitian.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Teori.
2. Macam-macam Teori.
3. Fungsi Teori dalam Penelitian.
4. Ragam Teori dalam Penelitian.
57
A. Uraian Materi
1. Pengertian Teori
Landasan teori merupakan seperangkat konsep yang tersusun secara
abstrak dan dapat dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti dalam
memahami fenomena atau realitas sosial yang diteliti. Selain itu juga
landasan teori mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat
membantu peneliti untuk melukiskan, menerangkan dan meramalkan
sebuah gejala akan terjadi di kemudian hari serta dapat membantu
peneliti mencari hubungan sebab akibat, pola-pola yang terbentuk
sistematis dari berbagai konsep tersebut serta keterkaitannya.
Hal ini kemudian dipertegas oleh Cooper and Schindler (2003)
mengemukakan bahwa, A theory is a set of systematically interrelated
concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict
phenomena (fact). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa teori itu
dapat menjelaskan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat dengan
berdasarkan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang telah
tersusun secara sistematis.
2. Macam-macam Teori
Mark 1963, dalam (Sugiyono, 2016: 42), mengklasifikasikan teori
menjadi tiga macam yang mempunyai hubungan data empiris di
lapangan:
1. Teori deduktif
Pendekatan dalam teori dilakukan dengan berangkat dari
narasi sebuah konsep yang bersifat umum dan spekulatif untuk
menjelaskan data empiris di lapangan.
2. Teori induktif
Teori ini bertolak belakang dengan teori deduktif data empiris di
lapangan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu gejala
atau fenomena ke arah teori.
3. Teori fungsional
Penganut teori ini menjelaskan teori dan data mempunyai
hubungan yang saling interaktif di mana data digunakan untuk
memengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori dapat
juga kembali digunakan untuk memengaruhi data.
C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah pengertian teori dengan menggunakan pemikiran
anda sendiri dan kapan teori itu dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif!
2. Jelaskanlah fungsi teori dalam penelitian yang anda ketahui!
3. Sebutkan dan jelaskanlah macam-macam teori yang anda ketahui!
Deskripsi Singkat
Populasi penelitian diperlukan untuk memungkinkan terwakilinya sekelompok
orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu dan
dapat dijadikan sebagai sampel sebelum melakukan penelitian. Idealnya proses
penarikan sampel dalam penelitian kualitatif itu harus dilakukan sedemikian rupa
yang memungkinkan terjaringnya informasi yang lebih lengkap dari berbagai
macam sumber secara representatif. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan
ringkas mengenai Populasi Penelitian, Sampel Penelitian, Teknik Sampling. Untuk
itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Populasi Penelitian.
2. Pengertian Sampel Penelitian.
3. Teknik Sampling.
63
A. Uraian Materi
1. Pengertian Populasi Penelitian
Ada perbedaan yang mendasar dari pengertian populasi antara
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Populasi dalam
penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek dengan berbagai karakteristik yang
dimilikinya yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
disimpulkan. Dengan demikian populasi bukan hanya merupakan
kumpulan orang-orang, bisa juga termasuk organisasi, hasil
karya manusia, hewan dan lainnya serta dapat mencakup seluruh
karakteristik atau sifat pada subjek tersebut.
Sementara, istilah populasi tidak digunakan oleh penelitian
kualitatif tetapi menggunakan istilah “social situasi” yang dikemukakan
oleh Spradley (dalam Sugiyono 2016: 49), terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang saling
berinteraksi secara sinergis antara satu dengan yang lainnya.
Situasi sosial tersebut merupakan suatu objek penelitian yang
akan diteliti aktivitas-aktivitas dan pola relasi yang terjadi di dalamnya
sehingga perlu dilakukan pengamatan secara mendalam. Sementara
Sugiyono memberikan alasan bahwa istilah populasi tidak digunakan
karena penelitian kualitatif selalu berangkat suatu fenomena pada
situasi tertentu karena hasil kajiannya tidak dapat generalisasikan
(diberlakukan) ke populasi yang lain tetapi dapat ditransferkan ke
tempat lain yang mempunyai kemiripan situasi sosialnya dengan yang
telah dipelajari (Sugiyono, 2016:50).
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan sebuah teknik yang dilakuan untuk
menentukan sampel. Teknik ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Pengambilan sampel secara probabilitas (probability sampling),
di mana masing-masing anggota populasi mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari: simple random sampling, proportionate stratified
random sampling, disproportionate, cluster sampling (area sampling).
2. Pengambilan sampel secara nonprobabilitas (nonprobability
sampling), di mana ada kriteria yang harus ditetapkan dalam
pengambilan sampel sehingga masing-masing anggota populasi
tidak diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik ini terdiri dari: sampling sistematis, quota sampling, sampilng
aksidental, purposive sampilng, sampling jenuh dan snowball sampling.
67
Sumber: Diadaptasi dari Sugiyono (2016: 53)
Penentuan sampel penelitian kualitatif mempunyai perbedaan
dengan penelitian kuantitatif yang sampelnya sudah harus ditentukan
sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, sampel itu
dapat ditentukan pada saat memasuki lapangan penelitian dan selama
penelitian itu sedang berlangsung sehingga sampelnya akan berakhir
apabila data yang ditemukan sudah berada pada titik kejenuhan.
Sementara itu, teknik sampling yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik porposive sampling dan snowball sampling,
hal ini dikarenakan adanya berbagai pertimbangan yang harus digunakan
untuk menentukan sampel. Gambar yang tertera di bawah ini dapat
menunjukkan bagaimana proses penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif.
C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara jelas mengapa penelitian kualitatif tidak
mengenal istilah populasi penelitian!
2. Jelaskanlah kriteria apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan informan penelitian!
3. Jelaskanlah alur proses pengambilan sampel dari gambar 7.2
tersebut di atas!
Deskripsi Singkat
Penelitian kualitatif dilakukan dengan maksud untuk mengungkapkan makna
(meaning) di balik realitas sosial yang terjadi secara alamiah (natural setting)
di mana peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument). Untuk itu, sebagai
instrumen kunci maka peneliti harus mendalami realitas sosial yang diteliti untuk
mengumpulkan data melalui interaksi dengan subjek penelitian. Bab ini akan
membahas tentang berbagai teknik pengumpulan data seperti teknik observasi,
teknik wawancara, teknik dokumentasi, teknik triangulasi dan teknik FGD (Focus
Group Discussion). Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada
bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Instrumen Penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data.
3. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data.
71
A. Uraian Materi
1. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif bukan merupakan alat ukur
sebagaimana yang digunakan dalam penelititian kuantitatif untuk
mengukur variabel-variabel penelitian yang telah operasionalisasikan.
Karena pada dasarnya penelitian kualitatif selalu menggunakan logika
induktif yang dibangun berdasarkan data empiris di lapangan sehingga
“penelitinya” sendiri langsung bertindak sebagai instrumen penelitian.
Ketika peneliti itu bertindak sebagai alat atau instrumen penelitian maka
jiwa raganya akan secara langsung digunakan mengamati, bertanya,
melacak, dan mengabstraksi semuanya secara luas dan mendalam
fenomena sosial yang ditelitinya. Jadi peneliti merupakan instrumen
kunci dalam penelitian kualitatif.
Nasution (1988) menegaskan bahwa tidak ada pilihan lain yang
harus digunakan selain menjadikan manusia itu sebagai instrumen
penelitian utama karena pada dasarnya segala sesuatu itu belum
mempunyai bentuk yang pasti seperti masalah, fokus penelitian,
posedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan sehingga hanya peneliti itu sendiri yang merupakan alat
satu-satunya untuk dapat memastikan semuanya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu merupakan instrumen
utama dalam penelitian kualitatif karena sifat dan karakter yang melekat
pada penelitian itu sendiri, di mana:
1. Peneliti itu sebagai alat, maka ia akan dengan mudah untuk bereaksi
dan merespons segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan
tersebut untuk mengungkapkan maknanya (mempunyai kepekaan
yang tinggi).
2. Peneliti sebagai alat juga, dapat dengan mudah melakukan
penyesuaian terhadap semua aspek dan situasi yang terjadi pada
saat melakukan penelitian.
3. Tidak ada instrumen lain seperti tes atau angket yang dapat
menangkap keseluruhan situasi yang terjadi di masyarakat kecuali
manusia.
4. Interaksi yang terjadi dalam situasi keseluruhan di masyarakat
tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata sehingga sangat
c. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi dapat digunakan sebagai pelengkap dari teknik
observasi dan teknik wawancara. Teknik ini memuat tentang berbagai
catatan peristiwa yang sudah terjadi sebelumnya dalam bentuk tulisan
maupun dokumen lainnya seperti catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan yang mempunyai
relevansi dengan permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian dengan
menggunakan teknik ini akan mempunyai kepercayaan yang tinggi
apabila ada riwayat atau sejarah autobiografi dan dokumen pendukung
lainnya (Sugiyono, 2016).
d. Triangulasi/Gabungan
Teknik triangulasi ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data
sekaligus dapat digunakan untuk menguji keabsahan dari data yang
telah ditemukan. Teknik ini digunakan dengan menggabungkan
berbagai teknik yang telah ada untuk mengumpukan data dengan
memanfaatkan sumber data yang sudah ada dengan berbagai cara dan
2. Triangulasi sumber
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan salah satu
teknik yang sama pada informan yang berbeda-beda (lihat gambar
8.4).
B. Rangkuman
1. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data di
lapangan dengan menggunakan langkah-langkah yang berdasarkan
pada metode-metode yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pada dasarnya penelitian kualitatif selalu menggunakan logika
induktif yang dibangun berdasarkan data empiris di lapangan
sehingga “peneliti-nya” merupakan instrumen utama dalam
melakukan penelitian.
3. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasanya selalu
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observationi
(pengamatan), interview (wawancara), documentation dan triangulasi
serta FGD (Focus Group Discussion).
Deskripsi Singkat
Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah proses yang
cukup sulit dan rumit karena banyaknya data yang diperoleh pada saat melakukan
penelitian dengan observasi, wawancara mendalam, teknik dokumentasi dan
juga FGD, sementara pola hubungan antara data tersebut belum terbentuk
sama sekali. Untuk itu, sangat dibutuhkan perhatian, keseriusan dan kecermatan
yang tinggi dari peneliti dalam melakukan penelaahan data, melakukan reduksi,
dan mengonstruksikan ke dalam bentuk koding kemudian barulah ditarik
kesimpulannya. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan ringkas mengenai
berbagai teknik yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif. Untuk itu
diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada Bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Konsep Analisis Data.
2. Berbagai Teknik Analisis Data.
85
A. Uraian Materi
1. Konsep Analisis Data
Pekerjaan yang paling sulit dalam penelitian kualitatif adalah analisis
data yang telah diperoleh. Oleh karena itu diperlukan konsentrasi dan
kecermatan, kerja keras serta daya kreasi yang tinggi karena terkadang
banyak peneliti mengalami kesulitan pada tahap ini. Banyaknya kesulitan
yang dihadapi karena dalam penelitian kualitatif tidak ditemukan secara
jelas ada pola dan bentuk analisisnya sementara sudah banyaknya variasi
data yang telah diperoleh di lapangan dengan menggunakan berbagai
teknik pengumpulan.
Analisis data kualitatif1 menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah
upaya yang dilakukan untuk menyusun data secara sistematis terhadap
data yang diperoleh melalui hasil wawancara, catatan lapangan dan
teknik lainnya sehingga mudah untuk dipahami. Proses analisisnya
dilakukan dengan cara mengategorisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusunnya dan menemukan
pola, memilah mana yang penting untuk dipelajari, barulah kemudian
dibuat kesimpulan untuk diceritakan ke orang lain (Sugiyono, 2016:88).
Di pihak lain, Seiddel (1998) dalam Moleong (2014:248) yang
mengatakan bahwa Analisis dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mencatat hal-hal yang diperoleh lewat catatan lapangan, kemudian
diberi kode sehingga mudah ditelusuri sumber datanya.
2. Data dikumpulkan, dipilah-pilah, diklasifikasikan, disintesiskan,
dibuat ikhtisarnya dan kemudian dibuat indeksnya.
3. Membuat kategorisasi tersebut agar mempunyai makna, kemudian
mencari dan menemukan pola-polanya serta barulah disimpulkan
temuan-temuan umumnya.
dikemukakan.
Berbagai teknik analisis data tersebut juga termasuk yang dikemukakan oleh
2
a. Reduksi Data
Reduksi Data dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir yang
sensitif dan memerlukan kecerdasan, keleluasaan dan pemahaman yang
tinggi karena prosesnya dilakukan dengan cara merangkum, memilih
hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting saja
kemudian dicari tema dan polanya sehingga peneliti dapat dengan
B. Rangkuman
1. Teknik analisis data merupakan pekerjaan yang cukup sulit sehingga
membutuhkan konsentrasi, kerja keras serta daya kreasi yang tinggi
karena banyaknya variasi data yang diperoleh dengan berbagai
teknik pengumpulan di lapangan. Oleh karena itu, banyak peneliti
yang sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis datanya.
C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan menurut pendapat anda, apa yang mendasari sehingga
dalam analisis kualitatif itu cukup sulit!
2. Jelaskanlah secara singkat dengan menggunakan pemahaman
sendiri tentang analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman!
3. Buatlah salah satu contoh analisis pola hubungan semantik
dan analisis domainnya dengan menggunakan sembilan kriteria
domain!
Deskripsi Singkat
Uji Keabsahan Data dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kepercayaan
terhadap data yang telah diperoleh di lapangan sehingga dapat dipercaya
dan dipertanggungjawabkan. Selain itu juga pemeriksaan keabsahan data
digunakan untuk menyanggah balik tuduhan kepada mereka yang mengatakan
penelitian kualitatif tidak ilmiah. Dengan kata lain apabila peneliti melaksanakan
pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik yang
diuraikan pada Bab ini, maka hasil penelitian yang dilakukan benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan itu, maka bab ini
membahas secara lebih lengkap dan ringkas mengenai Dasar Penelitian Kualitatif
dan berbagai Teknik Pengujian Keabsahan Data Penelitian.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Acuan Dasar Penelitian.
2. Teknik Pengujian Keabsahan Data.
97
A. Uraian Materi
1. Acuan Dasar
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif mempunyai kemiripan
dengan konsep uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif
(positivisme) di mana untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
tersebut maka harus dilakukan pengujian terhadap instrumen
penelitiannya, sementara dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah
datanya. Cara ini dilakukan untuk memastikan kembali kebenaran
informasi yang disampaikan oleh informan kepada peneliti.
Menurut Moleong (2014:320) keabsahan data itu adalah setiap
keadaan yang harus memenuhi kriteria:
1. Ada nilai kebenaran yang ditampilkan.
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.
3. Memberikan kesempatan kepada pihak lain menguji kembali
tentang konsistensi dari prosedur kenetralan temuan dan keputusan
keputusannya.
a. Uji Kredibilitas
Ada beberapa macam uji kredibilitas seperti yang terlihat pada gambar
10.1 di atas yakni perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif dan member check serta menggunakan bahan referensi, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Perpanjang Pengamatan
Perpanjang pengamatan merupakan salah satu cara yang digunakan
melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah diperoleh
sebelumnya sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan atau
kredibilitas data tersebut. Cara ini cukup mudah untuk dilakukan
karena peneliti hanya perlu kembali lapangan untuk melakukan
pengamatan dan wawancara terhadap informan yang pernah
b. Uji Transferabilitas
Uji transferabilitas ini merupakan uji validitas ekternal yang
menunjukkan derajat ketepatan di mana hasil penelitiannya dapat
diterapkan atau digeneralisasikan pada populasi terwakili sampelnya
(lihat tabel 10.1 di atas).
Uji transferabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
setiap orang agar dapat memahami jelas fokus dan isi penelitian yang
dilakukan karena laporannya harus dibuat secara rinci, jelas, sistematis
dan dapat dipercaya. Jika laporan dapat dengan mudah dipahami
oleh pembaca maka ada kemungkinan hasil penelitian tersebut dapat
ditransferkan pada kondisi dan situasi yang lain yang mempunyai
kemiripan karakteristik (Sugiyono, 2016).
3. Uji Dependabilitas
Uji dependabilitas sangat penting untuk dilakukan karena dapat
meyakinkan pembaca tentang temuan penelitian yang dilakukan itu
konsisten atau hasil penelitian itu tidak akan mengalami perubahan
meskipun telah dilakukan penelitian secara berulang-ulang pada
konteks dan subjek yang sama. Dengan proses inilah yang menunjukkan
bahwa penelitian itu mempunyai dependabilitas yang tinggi. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan ketepatan peneliti dalam menilai dan
mengonseptualisasikan datanya secara ajeg1. Jika peneliti tidak dapat
menunjukkan rekam jejak lapangannya dalam proses penelitian maka
dependabilitas penelitiannya patut untuk diragukan (Fatchan, 2013).
Lebih lanjut Sugiyono (2009: 469) mengatakan bahwa perlu dilakukan
pengujian dependabilitas karena sering kali terjadi banyak peneliti yang
tidak melakukan proses penelitian lapangan tetapi data penelitiannya
dapat diberikan. Untuk itu perlu dilakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian dengan melibatkan auditor yang independen.
4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas mempunyai kemiripan dengan pengujian objektivitas
karena dapat digunakan secara bersama-sama untuk menguji proses
1
Kata Keajegan sering dijumpai dalam terminologi sosiologis yang
menggambarakan suatu kondisi keteraturan sosial masyarakat yang berlangsung
secara terus menerus dalam periode waktu tertentu (kondisi sosial yang stabil
dan terlembaga).
B. Rangkuman
Pemeriksaan keabsahan data (trustworthiness) dalam penelitian kualitatif
selain dimaksudkan untuk menguji keilmiahan dari penelitian kualitatif
sendiri dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan derajat
kepercayaan terhadap data yang telah diperoleh pada saat melakukan
penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa teknik atau
kriteria yang diperlukan dalam pemeriksaan keabsahan data yaitu Uji
kredibilitas, Uji transferabilitas, Uji konfirmabilitas, dan Uji dependabilitas.
Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaannya
sendiri-sendiri.
C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan dan uraikanlah secara singkat masing-masing teknik yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data, tidak
lebih dari satu halaman!
Deskripsi Singkat
Penyusunan proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi tentang
petunjuk dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, rancangan proposal
penelitian itu harus dibuat secara baik, sistematis dan logis sehingga dapat
dijadikan sebagai pedoman penelitian. Terlepas dari apa pun bentuk
penelitiannya, proposal penelitian itu selalu berisi empat komponen utama yaitu
Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah (pertanyaan penelitian), Landasan
Teori, dan Metode Penelitian. Bab ini berisi uraian tentang komponen dan
sistematika penyusunan proposal penelitian kualitatif yang secara garis besarnya
akan dibahas mulai dari bab pendahuluan, tinjauan pustaka dan metodologi
penelitian yang digunakan.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Komponen Sistematika Proposal.
2. Komponen Sistematika Laporan Penelitian.
3. Paparan Sistematika Proposal dan Laporan Penelitian.
109
A. Uraian Materi
1. Komponen Sistematika Proposal
Setiap rancangan penelitian perlu direncanakan dengan baik, sistematis
dan terencana dalam bentuk proposal penelitian. Proposal penelitian
merupakan suatu rancangan atau rencana penelitian yang telah disusun
dengan mengikuti langkah-langkah sistematis dan rasional sesuai
dengan standar dan pedoman penelitian yang ditetapkan.
Penelitian itu selalu berangkat dari suatu permasalahan yang
merupakan penyimpangan antara teori dengan praktik atau antara
yang seharusnya dengan yang terjadi atau antara perencanaan
dengan pelaksanaan. Namun dalam penelitian kualitatif terkadang
permasalahan itu masih bersifat sementara dan akan berkembang
berada pada situasi sosial yang dihadapi. Hal ini dikarenakan penelitian
kualitatif selalu berpandangan bahwa realitas sosial itu selalu bersifat
holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dengan pola pikir yang
induktif sehingga tujuan penelitian itu akan dengan mudah dicapai
bila peneliti dapat melakukan manajemen penelitian secara profesional,
efektif dan efisien dengan mengoptimalisasikan penggunaan sumber
daya yang dimilikinya.
Untuk menyusun proposal penelitian kualitatif yang baik
maka perlu dijelaskan secara garis besar komponen dan sistematika
proposalnya agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian.
Komponen proposal tersebut dapat disusun dalam bentuk sistematika
proposal seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: PANDUAN WAWANCARA MENDALAM
B. Bagian Isi
Pada umumnya bagian isi ini merupakan substansi dari laporan
penelitian yang menguraikan secara jelas dan rinci informasi mengenai
sistematika penulisan laporan yang pembahasannya biasanya diawali
dengan menguraikan masalah yang diteliti. Pada hakikatnya sistematika
penulisannya dapat digambarkan pada contoh di bawah ini:
BAB I. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab pertama yang memuat uraian umum tentang
arah penelitian yang dilakukan agar dapat mengantarkan pembaca untuk
dapat mengetahui konteks atau latar belakang penelitian, rumusan
masalah, fokus penelitian serta tujuan dan kegunaan penelitian.
BAB V Penutup
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan memuat temuan pokok atau simpulan, implikasi dan
tindak lanjut penelitian serta saran atau rekomendasi yang diajukan.
Kesimpulan ini juga berisi tetantang jawaban ataus rumusan masalah
yang dikemukakan atau merupakan kristalisasi hasil analisis dan
interpretasi terhadap capaian dati tujuan penelitian. Kesimpulan ini
harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara ketat dan padat,
sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Hendak dipahami
bahwa dalam penelitian kualitatif temuan pokok atau simpulan harus
menunjukkan “makna” temuan tersebut.
4.2. Saran
Saran yang diberikan harus berangkat dari kesimpulan dan harus
berdasarkan pada temuan penelitian. Saran hendaknya bersifat konkret,
realistis, bernilai praktis dan terarah yang berupa anjuran, yang dapat
menyangkut aspek operasional, kebijaksanaan, maupun konseptual.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi tentang semua daftar rujukan yang digunakan
sebagai referensi yang disebutkan atau ditulis dalam teks, maksudnya
semua sumber referensi yang digunakan oleh peneliti sebagai acuannya
dalam penulisan laporan penelitian harus dituliskan dalam daftar
pustaka sesuai dengan kaidah penulisannya. Perlu diingat bahwa semua
sumber rujukan itu harus dicantumkan dalam daftar pustaka baik berupa
buku, majalah, artikel, koran dan sumber kepustakaan lainnya termasuk
juga alamat web, blog, dan situs internet yang digunakan.
Lampiran-lampiran
Lampiran ini berisi tentang segala dokumen penting berkaitan dengan
laporan hasil penelitian yang diletakan pada bagian akhir laporan hasil
penelitian sebagai dokumen pembuktian. Lampiran ini biasanya dapat
berupa instrumen penelitian, data mentah hasil penelitian, panduan
wawancara, panduan observasi, surat izin, panduan telaah dokumen
serta dokumen fisik lainnya yang berkaitan dengan laporan hasil
penelitian.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup ini berisi tentang deskripsi singkat yang menggambarkan
rekam jejak peneliti yang disajikan secara naratif dengan menggunakan
sudut pandang orang ketiga (bukan menggunakan kata saya atau
kami). Biasanya yang harus diuraikan adalah identitas penulis, riwayat
pendidikan, pengalaman dalam berorganisasi prestasi dan penghargaan
yang pernah diraih.
Lampiran 125
BAB I
PENDAHULUAN
Lampiran 127
Berdasarkan kriteria tersebut Pasar Saumlaki (pasar sementara) yang
berada pada jantung Kota Saumlaki dikatakan tidak layak karena terdapat
tempat kios, sampah, becek di saat musim hujan serta tidak didukung dengan
dengan aspek keamanan dan ketertiban. Maka perlu Pemerintah Daerah
melakukan penataan terhadap Pasar Saumlaki (pasar sementara) dengan cara
merelokasi.
Pijakan penataan Kota Saumlaki dengan merelokasi Pasar Saumlaki ke
Pasar Omele Sifnana berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Bupati Maluku Tenggara Barat 2012-2017, Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM
19 Tahun 2000 tentang batas - batas daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan Saumlaki.
Kebijakan Pemerintah Daerah melakukan relokasi pasar Saumlaki
berlangsung sudah sejak lama dengan dicanangkan pada tahun 2012 kemudian
diterbitkan Surat Keputusan Bupati Maluku Tenggara Barat Nomor 641-827 –
Tahun 2013 tertanggal 22 Juli 2013 tentang pembentukan tim terpadu relokasi
pasar Saumlaki yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, unsur Legislatif,
unsur TNI, unsur POLRI dan unsur Kejaksaan Negeri Saumlaki. Dengan
demikian berdasarkan surat keputusan tersebut Tim Terpadu Relokasi Pasar
Saumlaki melakukan kegiatan yaitu mengadakan serangkaian pertemuan dan
sosialisasi kepada ketua Pasar, para pedagang, dan masyarakat Desa Olilit
Raya namun pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil dengan penolakan
terhadap relokasi Pasar Saumlaki tersebut.
Penolakan relokasi pasar Saumlaki dari ketua Pasar, para pedagang, dan
masyarakat Desa Olilit Raya pun beragam dari status kepemilikan tanah, sosial
budaya sampai dengan pendapatan yang menjanjikan bagi para pedagang,
sehingga pedagang tidak mau pindah karena pendapatan per hari Rp500.000
maka dalam 1 (satu) bulan bisa terjadi perubahan kesejahteraan ekonomi
keluarga untuk membantu pendidikan anak – anak sekolah, membeli fasilitas
dan bangun rumah. Tuntutan pembangunan sektor ekonomi masyarakat oleh
Pemerintah Daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh
warga masyarakat. Atas dasar itulah para pedagang tidak ingin pindah
atau direlokasi ke Pasar Omele Sifnana yang representatif disediakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Relokasi pasar Saumlaki bagian dari kebijakan yang telah direncanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah diubah namanya
Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk menata kembali konsep pengembangan
Tata Ruang Kota Saumlaki di mana lokasi Pasar Saumlaki akan dikembangkan
dan didesain sebagai Pasar Modern dan ruang hijau. Dari berbagai pertemuan
yang dilakukan oleh Tim Terpadu Relokasi Pasar yang tidak membuahkan hasil
tersebut maka pada tanggal 12 Februari 2014 Tim Terpadu membongkar aset
Pemerintah yang berada pada Pasar Saumlaki.
Pasar Omele Sifnana juga merupakan bagian dari tahapan Pembangunan
yang telah direncanakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar agar
Lampiran 129
Menurut Ebert dan Grifin (2000:150) mengatakan bahwa bisnis kecil
merupakan suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara bebas, tidak
mendominasi Pasar. Sehingga yang menjalankan bisnis kecil ini adalah
pemilik sendiri, bekerja bebas sesuai dengan kesanggupannya. Namun
pemerintah terus mendorong upaya pembangunan Pasar yang lebih teratur
guna meningkatkan daya saing Pasar sehingga peningkatan pengunjung
maupun pendapatan pedagang dapat tercapai. Oleh karena itu kebijakan ini
menjadi penting untuk dapat dibahas bagaimana kebijakan publik tersebut
berperan dengan melakukan studi kasus. Studi Kasus yang akan digunakan
dalam tulisan ini adalah implementasi kebijakan publik untuk menelusuri
kebijakan relokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana secara lebih
mendalam terutama kendala dalam relokasinya yang menimbulkan pro dan
kontra terhadap kebijakan tersebut.
Lampiran 131
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
1. Penyusunan Agenda
Tahap awal dalam setiap kebijakan publik adalah penyusunan agenda yang
merupakan proses untuk membuat masalah publik itu menjadi masalah
kebijakan, sehingga sangat perlu kecermatan dalam menilai dan mengkaji
masalah yang muncul tersebut. Proses ini sanagat penting karena segala
permasalahan publik akan dirumuskan kemudian dijejaki dan diidentifikasi
sehingga dapat dijadikan sebagai agenda publik yang nantinya berkembang
menjadi masalah dan isu publik untuk mendapat tanggapan dari masyarakat.
Jika sebuah isu telah menjadi masalah publik maka akan segera diprioritaskan
untuk mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
2. Formulasi Kebijakan
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya di mana masalah
publik tersebut harus segera dirumuskan oleh para pembuat kebijakan untuk
mendapatkan salah satu pilihan alternatif dari berbagai pilihan altenatif yang
ada untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Proses dalam tahapan
ini akan menyita konsentrasi yang lebih besar karena banyaknya kepentingan
yang harus disatukan untuk mendapatkan kompromi bersama.
Adapun tujuan yang hendak dicapai ketika tahapan ini dilaksanakan yaitu:
1. Menginformasikan dan memperkenalkan kebijakan yang akan dibuat
tersebut untuk mendapatkan masukan terkait dengan konsekuensi yang
akan ditimbulkan.
2. Melakukan kontrol dan intervensi kebijakan guna memengaruhi kebijakan
sehingga akan mengurangi risiko yang lebih besar.
3. Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah direkomendasikan sebagai pilihan alternatif oleh policy
makers kemudian dapat diimplementasikan. Implementasi dari kebijakan ini
tentunya melibatkan semua komponen termasuk upaya-upaya dari policy makers
birokrat sebagai pelaksananya agar sasaran kebijakan tersebut dapat tercapai.
Namun konsekuensi implementasi kebijakan memfokuskan dengan cara yang
efisien, sehingga memaksa policy makers membuat diskresi, untuk memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Pada tahap ini berbagai kepentingan akan saling bersaing sehingga dalam
pelaksanaannya ada yang mendukung maupun kadang pula mendapatkan
penolakan dari berbagai pihak yang terkait.
Lampiran 133
4. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan tahapan akhir untuk melihat sejauh mana
kebijakan tersebut mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Evaluasi kebijakan juga dilakukan untuk mengatahui out come, dari kebijakan
tersebut sehingga dapat dilihat capaian kinerjanya agar sesuai dengan tujuan
dan sasaran kebijakan secara tepat. Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan
tersebut akan menjadi salah satu ukuran dalam proses penilaian dan evaluasi
sehingga ada ukuran-ukuran tertentu yang menjadi dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap kebijakan tersebut
Dari berbagai penjelasan tentang tahapan pembuatan kebijakan publik
tersebut, dapat dikatakan bahwa pembuatan kebijakan publik tidaklah mudah
karena banyaknya faktor dan permasalahan yang ada di dalam masyarakat
sehingga sehingga sangat dibutuhkan implementasi dari kebijakan yang dibuat
tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Lampiran 135
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Sumber Data
Sumber data merupakan satu unit, benda atau orang yang dijadikan sebagai
objek kajian untuk mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan
permasalahan dan fokus penelitian. Sumber data ini dapat berupa kata-kata,
tindakan yang diperoleh pada saat melakukan observasi, wawancara maupun
melalui dokumen pendukung lainnya yang mempunyai relevansi (Moleong,
2005:157). Oleh sebab itu yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah: Pimpinan Dinas-dinas teknis terkait, Ketua Tim Relokasi Pasar
Saumlaki, Pemerintah Desa Olilit Raya, Tua – Tua Adat Desa Olilit Raya,
Ketua Pasar Saumlaki, Pedagang Pasar Saumlaki dan Pasar Omele Sifnana
dan Konsumen/Masyarakat sekitar serta juga digunakan dokumen-dokumen
pendukung lainnya yang relevan.
Lampiran 137
memanfaatkan berbagai teknik yang digunakan pada berbagai sumber data
yang menjadi sasaran penelitian. Adapun berbagai teknik pengumpulan data
tersebut dapat dijelaskan ditunjukan pada gambar antara lain:
1. Observasi Langsung
Observasi langsung merupakan salah satu teknik pengumpulan data di
mana peneliti yang bertindak secara langsung dalam melakukan observasi
untuk mengetahui secara sistematis makna dan perilaku serta atribut
lainnya yang melekat pada objek kajian (Marshall 1995). Dalam kaitannya
dengan penelitian ini maka pengamatan dilakukan pada objek penelitian
seperti dengan cara mengamati keadaan di Pasar Saumlaki dan Pasar
Omele Sifnana.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan mengajukan
pertanyaan pada informan baik secara berhadapan langsung maupun
melalui media median perantara (Esterberg, 2002). Proses percakapan ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami perilaku orang, kegiatan,
organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya. Data dari informan
tersebut akan dicatat atau direkam secara cermat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
semiterstruktur agar bebas dan leluasa dalam menyampaikan informasi
sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya..
3. Dokumentasi
Bogdan mengatakan bahwa dokumen adalah sebagain data yang digunakan
untuk mendukung hasil wawancara dan observasi dalam tradisi penelitian
kualitatif yang berupa data-data yang mempunyai relevansi dengan objek
penelitian. Oleh karena itu peneliti dapat menggunakan semua dokumen
yang mempunyai relevansi dengan masalah penelitian seperti dokumen
yang berbentuk hardcopy maupun elektronik (softcopy) yang berupa
Lampiran 139
dan Huberman (1984) mengatakan bahwa dalam analisis data merupakan
sebuah kesulitan sehingga membutukan konsentrasi dan keseriusan yang
tinggi dari peneliti karena metode analisis tidak dirumuskan dengan baik.
Setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat
penelitiannya sehingga dalam analisis datanya dapat dengan mudah dipahami.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Lampiran 141
daerah lain yang baru tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamikanya
seiring dengan pertumbuhan penduduk sebagai konsekuensinya.
Tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
mengharuskan pemerintah daerah untuk selalu berupaya menyusun strategi
yang sistematis dan terencana dalam menggerakkan dan memaksimalkan
semua potensi dan sumber dayanya untuk kepentingan dan menyejahterakan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mempunyai
perencanaan yang strategis dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Perencanaan tersebut harus berorientasi pada skala prioritas
sehingga kebutuhan-kebutuahn dasar dan mendesak harus menjadi pilihan
utama untuk segera dibuat tindak lanjutnya dalam bentuk kebijakan dan
rencana kerja daerah.
Tentunya dalam semua program yang menjadi prioritas harus dibuat
target dan rencana kerjanya secara sistematis dan proporsional dengan selalu
berpedoman pada regulasi yang ada. Dengan semangat otonomi daerah,
maka perencanaan pembangunan daerah harus diselaraskan dengan regulasi
ada agar secara integral dapat mengakomodir kepentingan nasional maupun
kepentingan daerah secara bersamaan. Dengan model perencanaan yang
demikian, akan sangat memungkinkan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
maju dan berkembang agar setara dengan daerah yang lain pada umumnya.
Optimisme yang tinggi terhadap kemajuan dan perkembangan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang mempunyai
peran strategis. Pertama, letak kotanya yang strategis di mana adanya bentangan
Samudra Pasifik yang memungkinkan kemudahan akses dan mobilitas
masyarakat ke dalam maupun ke luar Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Kedua, faktor keterbukaan masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat
terhadap keragaman, suku bangsa, agama, adat istiadat dan bahasa sehingga
sangat memungkinkan adanya interaksi perdagangan internasional. Hal ini
terlihat dengan adanya kegiatan yang dilakukan beberapa tahun yang lalu di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat melalui pertukaran budaya “Sail Darwin
Saumlaki”. Ketiga, adanya budaya kemaritiman, di mana sebagian besar
teritorial Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari lautan sehingga
sangat memungkinkan dan memudahkan terbangunnya lalu lintas laut
serta perdagangan pesisir. Keempat, adanya daerah penyangga yang selalu
memberikan dukungan dan mensuplai berbagai kebutuhan pokok masyarakat
serta berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan.
a. Kabupaten yang telah berganti namanya menjadi Kabupaten Kepulauan
Tanimabar ini secara geografis terbentang antara 60 34’ 24’’ – 80 24’ 36”
Lintang Selatan dan 1300 37’47” – 1330 4’12” Bujur Timur serta berbatasan
dengan:
Sebelah Utara : Laut Banda
Sebelah Selatan : Laut Timor dan Samudra Pasifik
Sebelah Barat : Gugus Pulau Babar Sermatang
Sebelah Timur : Laut Arafura
Dari rincian tabel di atas menunjukkan bahwa secara geografis ini cukup
strategis dalam pengembangan sektor ekonomi maupun sosial politiknya.
Dari sisi ekonominya menunjukkan bahwa adanya simpul jasa distribusi yang
terbangun di kabupaten ini sebagai arus distribusi perdagangan yang cukup
efisien dibandingkan dengan daerah lain karena langsung didistribusikan ke
Kota Surabaya sebagai home base pengelolaan produk - produk Kawasan Timur
Indonesia. Sementara dari sisi sosial politiknya akan lebih memacu pemerintah
dan masyarakat untuk saling bersinergi dalam proses pembangunan karena
Lampiran 143
letak geografinya yang berada dalam satu gugusan kepulauan sehingga
interaksinya yang terjalin sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur
Indonesia.
Pembahasan
Pada Bab ini penulis menggambarkan bahwa dalam teori kebijakan publik
adalah suatu komponen awal dari penerapan atau implementasi. Dari penyajian
data yang telah disampaikan, dapat kita pahami bahwa tahap kebijakan
publik yang di dalamnya melibatkan Pemerintah Daerah dan Legislatif.
Di mana kebijakan publik yang dibuat oleh policy makers bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat baik di bidang pendidikan, ekonomi, pertanian,
perdagangan dan sebagainya.
Pasar merupakan salah satu sentra ekonomi masyarakat yang harus
menjadi perhatian pemerintah karena keberadaanya sangat dibutuhkan
sebagai salah satu kutub pengaman ekonomi masyarakat. Oleh maka itu,
harus membuat kebijakan sesuai dengan perencanaan tata ruangnya demi
peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, salah satunya dengan
melakukan kebijakan pada berbagai sektor yang dikuasai pemerintah termasuk
seperti kebijakan relokasi pasar. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat kondisi pasar Saumlaki sudah tidak lagi memenuhi
standar layak pasar. Pada awalnya, rencana relokasi Pasar Saumlaki mendapat
penolakan dari masyarakat sekitar pasar, para pedagang karena merasa dengan
dipindahnya Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana hanya akan merugikan
pedagang.
Dalam kasus relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana, merupakan
sebuah proses perumusan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat untuk melakukan relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele
Sifnana. Kebijakan ini tentunya mempunyai tujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat khususnya para pedagang. Akan tetapi adanya
berbagai faktor keterbatasan yang membuat sehingga memungkinkan sehingga
prosesnya pelaksanaannya masih menimbulkan masalah. Dalam hal ini peran
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dominan
sementara para pedagang tidak berperan sama sekali, mereka hanya dijadikan
sebagai objek yang hanya diberi pengarahan atau sosialisasi untuk meredam
resistensi terhadap kebijakan relokasi pasar.
Lampiran 145
kebijakan relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana belum matang
direncanakan tetapi sudah dilaksanakan sehingga menyebabkan masyarakat
menolak untuk direlokasi.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan sebagai penyebab kebijakan
ini tidak direspons dengan baik, selain koordinasi, komunikasi dan juga
permasalahan yang ketinggalan adalah pengaruh dari konsumen atau pembeli.
Sementara itu masyarakat masih menolak untuk direlokasi dari pasar saumlaki
karena keberadaan pasar Saumlaki yang dibangun pada tahun 2002 dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pekerjaan masyarakat
yang menjadi pedagang bertambah banyak. Tetapi seiring dengan terus
bertambahnya jumlah pedagang maka sebagian masyarakat mulai resah karena
keberadaan pasar Saumlaki. Alasan yang paling mendasar adalah ketidak
nyamanan dengan banyaknya tempat jualan yang dibuat pedagang dipinggir-
pinggir jalan, dan tempat tergenang air hujan bila musim penghujan.
Atas dasar itulah Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
merumuskan kebijakan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Bupati Maluku Tenggara Barat 2012-2017 yang tertuang
pada peraturan daerah nomor 14 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
dan Rencana Detail Tata Ruang wilayah (RTRW) 2012-2032 untuk merelokasi
pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana demi merangsang perekonomian
masyarakat agar semakin tumbuh dapat meningkatkan kesejateraan ekonomi
keluarganya masing-masing.
Selain adanya penolakan dari berbagai elemen masyarakat terhadap
kebijkan ini, ada juga masyarakat yang mengapresiasinya. Hal ini terlihat ketika
dilakukan wawancara terhadap salah satu tokoh masyarakat, yang mengatakan:
“kebijakan ini sudah tepat menurut saya karena pemerintah sudah memperhatikan kita
dengan memberi tempat baru bagi kami para pedagang. Namun masih banyak pedagang
yang tidak mau pindah sehingga masih berjualan dilokasi pasar lama dan banyak masalah
seperti genangan air akibat musim hujan dan tempat menjadi kumuh”.
Proses pergolakan yang cukup panjang itu, secara terus meneru dilakukan
sosialisasi, komunikasi dan koordinasi dengan semua elemen masyarakat
sehingga pada akhirnya kebijakan ini tetap dilaksanakan dengan memberikan
pilihan kepada para pedagang. Kebanyakan para pedagang yang memilih untuk
bertahan di Pasar Saumlaki demi mensejahterakan keluarga. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh ibu Makaria Bwarlely (49)
seorang pedagang pada pasar saumlaki, mengatakan bahwa “Iya memang beta
tau Pasar ini sudah lama direncanakan untuk pindahkan ke Pasar Omele Sifnana. Karna
Pasar ini sudah seng layak lagi ada didepan pintu masuk pelabuhan, apalagi memang
katong bajual dipinggir jalan model begini. Memang beta sudah lama jualan disini,
pelanggan sudah banyak dan dong tau beta bajual disini, kalau pindah nanti belum tentu
orang tau beta pung tampat yang baru, beta pung pelanggan orang-orang disekitar Olilit
Barat, Kampong Kolam, BTN dan seng mungkin dong datang cari beta pung tampat baru
nanti”. (Makaria Bwarlely, Hasil Wawancara Pribadi, Pedagang Pasar Saumlaki,
(Saumlaki 16 maret 2014).”
Lampiran 147
tidak jadi di bongkar”. (Ketua Pasar Saumlaki, Hasil Wawancara Pribadi, Ketua
Pasar Saumlaki, (Saumlaki, 18 maret 2014). Pedagang Lain juga mengatakan
bahwa alasan mereka bertahan adalah “karena lokasi Pasar Omele Sifnana jaraknya
agak jauh dari pusat Kota sehingga membuat pembeli atau konsumen tidak pergi ke
Pasar Omele Sifnana, maka mereka tetap bertahan dan tidak mau meninggalkan Pasar
Saumlaki karena Pasar Saumlaki itu lebih ramai daripada Pasar Omele Sifnana.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa para pedagang
belum menyadari terhadap kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat terkait dengan relokasi Pasar sehingga para pedagang tetap
bersikukuh untuk tetap menentang kebijakan pemerintah untuk merelokasi
Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana dan alasan lain juga para pedagang
menolak direkolasi karena lokasinya tidak sesuai dengan keinginan mereka
yaitu lokasi sebelah utara Pasar Saumlaki.
Para pedagang yang enggan untuk direlokasi mengatakan bahwa lokasi
Pasar yang tepat untuk berjualan adalah Pasar Saumlaki karena berhubungan
langsung dengan akses pelabuhan Saumlaki karna Pasar Saumlaki merupakan
pusat transaksi perdagangan lokal masyarakat desa di Wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Seperti pernyataan dari Mas Aldo, Hasil Wawancara
Pribadi, Pedagang siap saji, (Saumlaki, 19 maret 2019). “Kalau ada relokasi pasar
seperti ini, menurut beta lebih baik kami dipindahkan di sebelah selatan Pasar Saumlaki
(pengeringan koko Kiat) itu karena ramai orang berlalu lalang dan dekat dengan akses
masuk pelabuhan Saumlaki”. Sementara menurut Bapak Yohanes Batmomolin:
“Jika Pasar lama Saumlaki tetap direlokasi maka kami akan pindah ketempat lain, dalam
arti bahwa kami pedagang bisa pindah ke kelokasi pasar lain dan tetap meminta hak
kami dari Pemerintah Daerah untuk tetap berdagang di Pasar”.
Harus disadari bahwa setiap kebijakan yang dikelaurkan oleh pemerintah
pastinya selalu menimbulkan polemik dimasyarakat sehingga adanya reaksi
yang bertentangan itu merupakan sebuah kewajaran. Seharusnya pemerintah
dapat mensosialisasikan kebijakan yang dibuat itu secara intens agar
masyarakat dapat memahami maksud daripada kebijakan tersebut.
Lampiran 149
2. Kondisi Lingkungan Ekonomi
Berkenan dengan perubahan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat
akan di anggap layak apabila lingkungan ekonomi tersebut dapat memungkinkan
masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
masyarakat itu semakin tinggi seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada lingkungan tersebut. Oleh sebab itu pasar yang ada harus
mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah karena merupakan salah satu
pusat pertumbuhan ekonomi yang ada di perkotaan dan wadah bagi masyarakat
untuk memenuhi standar kebutuhan hidupnya.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Sumodiningrat (2011: 7)
bahwa untuk membangun kekuatan ekonomi dan kemandirian masyarakat
sangat dibutuhkan dukungan dan perhatian pemerintah dengan memperkuat
posisi kemitraan usaha ekonomi masyarakat sehingga terbukanya akses
ekonomi bagi masyarakat itu sendiri.
Adapun kondisi lingkungan ekonomi yang dapat dirasakan oleh para
pedagang ialah:
a. Pendapatan para pedagang yang cenderung mengalami kerugian
b. Pelanggan tetap semakin berkurang karena kebijakan relokasi .
c. Lokasi pasar yang masih baru sehingga masih sepi dari pengunjung.
Hasil wawancara dengan Wa Ode Aba (35), salah satu pedagang yang
setiap hari berjualan ikan di Pasar lama Saumlaki, mengaku pendapatannya
selalu berkurang karena jualan ikannya tidak dapat terjul habis saat berjualan
di pasar omele sifnana. Hal ini sangat berkebalikan dengan keberadaanya di
pasar samlaki yang jualan ikanya selalu habis terjual. Setiap hari ikan daggangan
mereka yang tidak habis terjual tersebut disimpan. Sementara biaya yang
dikeluarkan untuk membeli es cukup besar yaitu sekita Rp. 50.000/ hari
(wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 12 april 2014).
Kondisi yang dialami ini sangat berbeda ketika mereka masih berjualan
di pasar saumlaki yang dagangannya selalu habis terjual. Hal inilah yang
membuat para pedagang tersebut merasa keberatan karena pendapatanya
tidak sama seperti dulunya. Semetara dilihat sisi yang lainnya para pedagang
mendapatkan tepat dan loksi yang layak, bersih dan nyaman untuk berjualan
ikan dengan lantainya yang sudah berkeramik, jika dibandingkan dengan lokasi
dan tempat berjulan mereka pada pasar saumlaki. Dari berbagai data yang telah
dijelaskan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah masih
mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada melindungi para pedagang
sehinga perlu diperhatikan keseimbangan ekonomi masyarakat terutama dari
sisi pendpatan para pedaganggnya.
Lampiran 151
dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam
hal ini Bupati untuk membangun Pasar Olilit sendiri agar masyarakat juga
berdagang di tanah mereka karna itu merupakan hak petuanan Desa Olilit
Raya. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa struktur perilaku dan
tatanan budaya sangat berpengaruh di Wilayah Bumi Duan Lolat sehingga
keyakinan dan kesadaran kelompok masyarakat juga sangat berpengaruh pada
kebijakan yang diambil oleh Pemerintah.
Pemerintah menghendaki untuk tetap merelokasi Pasar Saumlaki agar
menjadikan wajah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menjadi sebuah rumah
yang nyaman bagi semua orang, maka akan berpengaruh pada kesadaran
masyarakat dan pedagang. Hal lain disampaikan oleh Ketua Tim Relokasi
bahwa “ kita perlu menata wajah Ibu Kota kita tercinta ini karena Pasar Saumlaki ini
merupakan pintu masuk pelabuhan sehingga perlu penataan ketika wisatawan lokal
maupun manca Negara yang berkunjung di Kabupaten kita ini agar terkesan tidak
tertata dengan baik’. Kemudian Beliau melanjutkan bahwa dengan adanya relokasi
ini juga sangat dapat membantu pemerintah dengan retribusinya untuk menambah
inkam daerah”.
Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pemukiman
dan Prasarana Wilayah, yang mengatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat mendorong percepatan pembangunan di segala aspek untuk
menyesuaikan permasalahan yang dihadapi, kebutuhan dan aspirasi yang tumbuh
berkembang di tengah masyarakat. Ditambahnya program pembangunan untuk
membangun kesejahteraan masyarakat secara luas.
Kutipan wawancara terebut dapat disimpulkan bahwa relokasi ini
merupakan reaksi terhadap berbagai persoalan dan permasalahan yang
ditemukan pada pasar saumlaki sehingga pemerintah perlu mencari solusi
yang terbaik dengan cara membuat kebijakan relokasi agar para pedagang
mempunyai tempat yang layak serta wajah kota juga dapat terlihat indah dan
rapih.
Lampiran 153
implementasi dan tahapan evaluasi. Dalam implementasi kebijakan haruslah
sesuai dengan tujuan dan sasaran dari kebijkan yang telah dilakukan.
Pada tahap implementasi ini kenapa mereka yang diberi kewenagan untuk
melaksanakan kebijakan tersebut akan berhadapan langsung dengan realitas
dan fenomena yang terjadi di lapangan sehingga berbagai strategi dan resikonya
sudah harus dipersiapkan sejakn dini untuk menghadapi akibat langusng
maupun tidak langsung dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Oleh karena itu
perlunya pemahaman mendalam dari semua pihak terhadap kebijkan relokasi
yang dilakukan baik oleh pemerintah Daerah maupun masyarakat terutama
stakeholder pasar sehingga dapat meminimalisir resistensi di masyarakat dan
para pedagang. Ada baiknya sebelum relokasi dilaksanakan sudah dilakukan
sosialisasi yang intensi dan pengarahan dari Pemerintah.
Kesadaran masyarakat merupakan perilaku yang mencakup pengakuan
terhadap kebijakan yang dirumuskan oleh policy makers. Kesadaran yang
tinggi sangat diperlukan dalam upaya untuk mewujudkan keberhasilan dari
implementasi kebijakan relokasi pasar sehingga tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para pedagang terutama dari sisi pendapatannya dapat
diwujudkan.
5.1. Kesimpulan
1. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan suatu bentuk
tindakan yang dilakukan untuk menyelaraskan pandangan dan
pemahaman terhadap konsep kebijakan tersebut sehingga tidak
menimbulkan gejolak di masyarakat. Tentunya kebijakan tersebut harus
melalui sebuah mekanisme yang melibatkan kompromi antara semua
stakeholders yang berkepentingan. Pemerintah tidak dapat bertindak
seenaknya, tanpa memedulikan kelangsungan hidup warganya bagi para
pedagang. Kesadaran masyarakat juga tak kalah pentingnya agar kebijakan
relokasi pasar yang dilakukan dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan untuk menyejahterakan masyarakat.
2. Kebijakan relokasi pasar ini dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menunjukkan keterpihakannya kepada para pedagang karena kondisi Pasar
Saumlaki yang tidak layak lagi untuk ditempati dan juga keberadaannya
yang terletak pada jantung Kota Saumlaki dapat menimbulkan berbagai
permasalahan terutama kebersihan lingkungan. Untuk itu, diperlukan
evaluasi secara berkelanjutan agar kebijakan yang dimuat tersebut tidak
menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.
3. Pendapatan/penghasilan para pedagang yang direlokasi haruslah menjadi
prioritas dalam kebijakan tersebut karena akan sangat berpengaruh
terhadap jumlah permintaan terhadap suatu barang ketika pasar yang
menjadi tujuan relokasi kondisinya tidak sama seperti sebelumnya.
Bagaimanapun letak lokasi suatu pasar sangat berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang tersebut. Ada juga pedagang yang merasa tidak
kerugian berjualan di Pasar Omele Sifnana, tetapi ada juga yang justru
sebaliknya
4. Kebijakan relokasi ini dilakukan dengan berdasar pada Peraturan Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat tentang Rencana Tata Ruang dan Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang berhubungan dengan
a. Kawasan pemukiman kumuh dijadikan kawasan wajah Kota.
b. Menata wajah Kota sesuai dengan kondisi tata ruang.
c. Masyarakat harus mendukung Peraturan Daerah tentang Tata Ruang
Kota. Oleh sebab itu masyarakat yang tidak mau direlokasi karena
berhubungan dengan pendapatan ekonomi dan lapangan pekerjaan.
5. Untuk menjawab tantangan pembangunan di sektor ekonomi dan
perdagangan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
terus memacu diri melaksanakan pembangunan di berbagai aspek untuk
meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat serta kemandirian.
Pembangunan dilaksanakan sejalan dengan pembangunan Nasional
Lampiran 155
yang disesuaikan dengan kondisi Wilayah, permasalahan yang dihadapi,
kebutuhan dan aspirasi yang tumbuh di tengah masyarakat. Dengan
demikian Pemerintah Daerah tetap mengakselerasikan pembangunan
dalam rangka menumbuhkembangkan kapasitas perekonomian
masyarakat.
5.2. Saran
1. Bagi pemerintah
a. Perlu adanya perencaaan yang sistematis dan komprehensif
mulai dari strategi apa yang akan dilakukan agar bisa melakukan
pendekatan ke setiap pedagang atau melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sebelum mengambil keputusan, terlebih pedagang yang
ada di Pasar Saumlaki serta merencanakan lokasi yang strategis
sebagai Pasar Tradisional serta penunjang sarana prasarana, dan
terlebih memperhatikan antara lain:
1) Pendapatan ekonomi masyarakat.
2) Tempat yang disediakan harus sesuai dengan peruntukannya
3) Semua pedagang harus terakomodir sesuai dengan
peruntukannya.
b. Perlu mempersiapkan secara matang keputusan atau kebijakan
seperti merelokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana, sebaiknya
pemerintah daerah lebih pro aktif untuk mensosialisasikan terlebih
dahulu sebelum melaksanakan kebijakan langsung yang bersentuhan
dengan masyarakat.
2. Bagi masyarakat
a. Perlu adanya kerja sama dari semua stakeholders, baik dari Pemerintah,
Masyarakat di sekitar pasar dan para pedagang untuk mewujudkan
keberhasilan kebijakan ini sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Perlu adanya dukungan dari masyarakat pada pembangunan
infrastruktur Wilayah yang berimbas pada kesejahteraan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih. Oleh karena itu masyarakat
perlu mendukung program-program pemerintah serta kebijakan
pemerintah dalam pembangunan.
157
Dunn N. William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa.
Fatchan, H.A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: Beserta Contoh Proposal
Skripsi, Tesis dan Disertasi. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.
. 2013. Metode Penelitian Kualitaif: 10 Langkah Penelitian
Kualitatif, Pendekatan Konstruksi dan Fenomenologi. Malang: Universitas
Negeri Malang Press.
Frankel, J.R & Wallen, N.E. 2003. How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill Inc.
Gilarso. 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kansius.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
. 2007. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Hamdani, Ikhwan. 2003. Sistem Pasar dan Pengawasan Ekonomi (Hisbah)
dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: Nur Insani.
Indriantoro N, dan B Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Kahija, Y.F.L.A. 2016. Pengenalan dan Penyusunan Proposal/Skripsi Penelitian
Fenomenologi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 19 Tahun 2000 tentang
Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan Saumlaki.
Kirk, J & Miller, M.L. 1986. Reliability and Validity in Qualitatif Research.
Beverly Hills: Sage Production.
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Lincoln, Yovana dan Guba, Egon. 1985. Naturalistik Inquiry. London,
Beverly Hils: Sage Publications.
Mackenzie, N. & Knipe, S. 2006. “Research dilemmas: Paradigms, methods
and methodology.” Issues In Educational Research, 16(2), 193-205.
161
Catatan Akhir. Catatan yang diletakan pada bagian akhir dari suatu bab
pembahasan (endnotes).
Catatan Kaki. Catatan yang diletakan pada bagian bawah tulisan, gambar
dan ilustrasi atau tabel (footnotes).
Cluster Analysis. Metode yang digunakan untuk mengelompokan subjek
atau objek penelitian dalam jumlah yang banyak menjadi kelompok-
kelompok dalam jumlah yang kecil.
Conclusion. Bagian dari laporan penelitian yang memuat informasi
mengenai kesimpulan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil
pembahasan analisis data.
Construct. Abstraksi dari fenomena yang dioperasionalisasikan secara
sederhana dalam bentuk variabel sehingga mudah diukur dengan
berbagai macam nilai.
Construct Validity. Kumpulan dari suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur konsep-konsep terkait dengan hipotesis penelitian yang
dikembangkan dari teori.
Content Analysis. Metode pengumpulan dan analisis data terhadap suatu
dokumen untuk mendapatkan kandungan informasi atau isi dari
dokumen secara objektif dan sistematis.
Daftar Isi. Bagian dari buku atau laporan penelitian daftar bagian-bagian,
bab dan sub-bab pembahasan yang dilengkapi dengan referensi
nomor halaman.
Data. Sekumpulan fakta atau fenomena yang dapat dicatat melalui hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data Dokumenter. Data penelitian yang memuat informasi mengenai
suatu subjek, objek atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan,
dicatat atau disusun dalam arsip.
Data Eksternal. Tipe data sekunder yang dikumpulkan dan disusun oleh
pihak lain selain peneliti dan organisasi yang diteliti.
Data Fisik. Data penelitian yang berupa objek atau benda-benda fisik
yang menjadi bukti suatu kebenaran atau kejadian pada masa lalu.
Seperti bangunan, pakaian, buku dan lain-lain.
Data Internal. Tipe data sekunder berupa dokumen-dokumen yang
dicatat dan dilaporkan oleh organisasi yang diteliti.
Glosarium 163
Halaman Judul. Bagian dari laporan penelitian yang memuat informasi
mengenai judul penelitian, nama laporan, identitas penyusun,
kepada siapa laporan ditujukan dan periode penyusunan laporan.
Hipotesis. Pernyataan sementara atau belum teruji yang menjelaskan
suatu fakta atau fenomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan
telaah konsep-konsep teoretis yang perlu diuji secara empiris.
Ilmu. Bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan tentang
fakta atau fenomena alam secara rasional dan teruji.
Indeks. Kata atau istilah penting yang terdapat pada bagian akhir buku
dan tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai
halaman tempat kata atau istilah yang ditemukan.
Informasi. Sekumpulan fakta dalam format yang bermanfaat dan sesuai
dengan keperluan untuk pembuatan keputusan.
Informan. Orang atau subjek yang memberikan informasi tetang
permasalahan yang diteliti.
Informan Kunci. Orang yang memiliki informasi secara menyeluruh
dan lengkap tentang masalah yang diteliti.
Instrumen. Alat pengumpulan data seperti kuesioner atau alat
pengukuran yang lain.
Instrumen Kunci. Peneliti sebagai alat atau instrumen utama dalam
penelitian kualitatif.
Instrumen Penelitian. Alat-alat bantu yang diperlukan oleh peneliti
mengumpulkan data di lapangan.
Intuisi. Pengetahuan yang tidak didukung oleh inferensi atau pemikiran
yang rasional.
Kerangka Teoretis. Bagian dari laporan penelitian yang memuat konsep-
konsep teoretis yang menjadi dasar untuk memperoleh perspektif
ilmiah dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian
yang sedang dilaporkan.
Konsep. Abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan
fenomena-fenomena yang memiliki kesamaan karakteristik.
Kuesioner. Salah satu alat pengumpulan data yang berisi pertanyaan
kepada subjek penelitian secara tertulis dan yang digunakan untuk
melakukan survei pada penelitian kuantitatif.
Glosarium 165
Metode-metode Penelitian. Cara-cara atau prosedur-prosedur tertentu
yang digunakan secara sistematis untuk menyelidiki suatu masalah
yang memerlukan jawaban.
Metodologi Penelitian. Pengetahuan yang mengkaji ketentuan dan
aturan mengenai metode-metode penelitian.
Model. Gambaran mengenai suatu sistem atau proses.
Nonpartisipant observation. Teknik observasi di mana peneliti bertindak
sebagai pengumpul data tanpa melibatkan diri atau menjadi bagian
dari lingkungan yang diamati.
Nonresponden. Subjek yang tidak dihubungi atau menolak untuk
memberikan tanggapan terhadap pertanyaan penelitian.
Observasi Langsung. Teknik observasi yang dilakukan secara langsung
oleh peneliti dan melibatkan peralatan mekanik.
Paradigma Kualitatif. Sudut pandang dalam penelitian yang melihat
hubungan antara fakta yang diteliti dengan peneliti bersifat
dependen sehingga fakta yang diteliti dalam berbagai dimensi
bersifat subjektif dan tidak bebas nilai.
Paradigma Kuantitatif. Sudut pandang dalam penelitian yang melihat
hubungan antara peneliti dengan fakta yang diteliti bersifat
independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara
objektif pada dimensi yang terbatas, bebas nilai dan tidak bias.
Partisipant Observation. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan
sosial yang diamati.
Pemberian Kode. Proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian
sehingga mudah untuk dipahami.
Pemilihan Data. Proses penentuan jenis dan jumlah data yang diteliti.
Penalaran Deduktif. Proses untuk membuat suatu kesimpulan
logis berdasarkan pada teori atau sebagai sesuatu yang diakui
kebenarannya.
Penalaran Induktif. Proses untuk membuat suatu proposisi umum
berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta secara khusus.
Penelitian. Penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan atau suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk mendapatkan jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti.
Glosarium 167
Pengetahuan Rasional. Pengetahuan yang disusun dengan pola pikir
dan pertimbangan yang logis.
Pengetahuan Teruji. Pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta-fakta
atau fenomena.
Pengujian Data. Proses untuk memilih, mengumpulkan, dan
menganalisis data yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
untuk membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Pengumpulan Data. Proses untuk memperoleh data penelitian.
Perspektif Emic. Proses di mana peneliti mengumpulkan data bukan
berdasarkan apa yang seharusnya dipikirkan olehnya tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang
dirasakan, dialami dan dipikirkan oleh informan atau sumber data.
Perumusan Masalah. Proses untuk membuat pertanyaan penelitian
dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi.
Populasi. Sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu.
Proposal Penelitian. Pernyataan tertulis mengenai desain penelitian
yang meliputi rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian
yang digunakan.
Proposisi. Ungkapan atau pernyataan mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan suatu fenomena yang dapat diuji kebenarannya.
Proyek Penelitian. Pekerjaan yang meliputi tahapan dalam proses
penelitian yang akan, sedang atau telah dilaksanakan.
Rasionalisme. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
berdasarkan logika.
Realistis. Pemahaman terhadap suatu fenomena yang bersifat empiris
dan nyata.
Recommendation. Bagian dari laporan penelitian yang memberikan
masukan untuk pembuatan kebijakan atau penentuan tindakan
yang akan dilakukan atau untuk pelaksanaan penelitian-penelitian
berikutnya.
Reliabilitas. Tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mendapatkan
data yang konsisten dan bebas dari kesalahan.
Responden. Orang yang menjawab pertanyaan lisan atau tertulis dalam
penelitian dengan menggunakan metode survei.
Glosarium 169
banyaknya literatur hasil penelitian yang membahas masalah
tersebut.
Studi Kasus. Penelitian terhadap latar belakang dan kondisi individu,
kelompok atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek atau kejadian
yang diteliti.
Subjek. Anggota sampel.
Sumber Internal. Sumber data sekunder yang diperoleh dari dalam
organisasi.
Tabel. gambar yang umumnya menyajikan informasi numerik,
khususnya beberapa bagian dari informasi yang dapat disusun
tersistem ke dalam kolom dan baris.
Teori. Kumpulan konstruk, konsep, definisi, dan proposisi yang
menggambarkan fenomena secara sistematis yang kebenarannya
telah teruji.
Tujuan Penelitian. Sasaran penelitian yang akan dicapai dalam bentuk
yang dapat diukur; Pernyataan mengenai apa yang akan dicapai
dalam suatu penelitian.
Unit Analisis. Tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian.
Validitas. Tingkat kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Variabel. Segala sesuatu yang dapat berbentuk apa saja yang dapat dinilai
atau mempunyai variasi nilai.
Variabel Dependen. Tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen (bebas) atau variabel yang diduga sebagai akibat dari
variabel independen.
Variabel Independen. Tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi
variabel lain atau variabel yang diduga sebagai sebab dari variabel
dependen.
Wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pertanyaan kepada subjek penelitian dalam bentuk
tanya jawab.
Wawancara Mendalam. Suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
peneliti dengan memberikan pertanyaan kepada informan untuk
Glosarium 171
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
INDEKS
173
B data sekunder, 50, 73, 137, 161-
bebas nilai, 17-18, 29, 166, 173 163, 170, 174
behaviorisme, 15, 173 David dan Wiliam, 26, 174
berpikir analitis, 7-9, 12, 173 David Hume, 16, 174
berpikir kritis, 3, 7, 174 Deduktif, 8-9, 58-60, 116, 166-
167, 174
berpikir secara ilmiah, 5, 174
Demokratis, 134, 174
Berpikir sintesis, 9, 174
Denzin & Lincoln, 17, 174
bersifat ilmiah, 18, 174
Dependabilitas, xii, 99, 105-106,
bobot ilmiah, 174
174
Bogdan dan Biklen, 26, 29, 86,
desain penelitian, 13, 17, 31, 36,
174
163, 168, 174
Bogdan dan Taylor, 136, 174
deskriptif, 26, 30, 36, 38, 41,
bottom approach, 134, 174
51-52, 76, 87, 115, 120-121,
Budaya Duan Lolat’, 54, 174 125, 136, 161, 167, 169,
Bugin, 2-3, 24-25, 46, 48-49, 174, 180
157, 174 dinamis, 174
discrepancy, 44, 174
C dogmatis, 6, 174
Coding, 40, 174 doktrin, 6, 174
Collection of data as evidence, 10, dokumentasi, 31-32, 71, 73, 79,
174 85, 88, 102, 114, 119, 138,
Concluding belief, 10, 174 162, 174
Conclution, 94, 174 domain, xiii, 51-52, 76, 87-92,
Cooper and Schindler, 58, 174 95, 174
Covid 19, 2, 8, 55, 174, 178 Duan Lolat, 52, 54-55, 152, 174,
184
Creswell, 19, 174
E
D
Edmund Husserl, 15, 20, 174
das sein, 56, 165, 174
Ekternalisasi, 40, 174
das sollen, 56, 174
Emik, 27, 32, 38, 56, 174
Data Primer, 50, 73, 137, 163,
174
F
G
face to face, 77, 175
gejala-gejala, 15, 39, 87, 90, 175
fakta, 3, 9, 16-17, 25, 40, 73, 114,
generalisasi, 26, 28-29, 64, 69,
162-164, 166-167, 175
164, 175
Falibilitas, 17, 175
General value of the conlusion, 10,
Fatchan , 36-37, 77, 90, 101, 175
105, 158, 175
graund tour question, 31, 175
Fenomena, 3, 19, 25-26, 31, 33-
grounded theory, 30, 37, 40-41,
34, 38-40, 45, 48, 50, 53,
117, 121, 175
55-56, 58-59, 61, 64, 72, 74,
94, 114, 136-137, 139, 154,
162-164, 167-170, 175 H
Fenomenologi, 25, 37-39, 41, Hadi, 10, 50, 158, 175
158, 165, 173, 175 Hahija, 39, 175
fenomenologis, 15, 20, 26, 38, Hasrat, 11-12, 175
175 Hipotesis, 8, 10, 32, 72, 116, 162,
Feyerabend, Richard Rotry, 15, 164, 175
175 Holistik, 18, 20, 27-28, 30, 34,
Filsafat, 15, 25, 38, 117, 160, 38, 50, 56, 91, 110, 175
163, 175 homo sapiens, 1, 11-12, 25, 175
filsafat positivisme, 15, 175 humanis, 18, 175
humanitis, 25, 175
Indeks 175
I interaksi sosial, 176
idealistis, 25, 175 interaktif, 16, 28, 52, 58, 92,
ilmiah, v, vi, ix, 1-7, 9-12, 14, 94, 176
18, 21, 23-24, 44, 46-47, Interested Topik, 50, 176
50, 56-57, 83, 97, 111, 115, Internalisasi, 40, 176
117, 136, 164-165, 174-175,
interpretasi 25, 121, 163, 176
177-178
ilmu, vii, 2-3, 10-11, 14-15, 17-
J
18, 20, 23-24, 33, 38, 44,
50-51, 59, 111, 115-117, Janie McDrury, 86, 176
131, 157-158, 160, 164-165, John Dewey, 9, 12, 176
167, 175, 183-184 John Locke, 16, 176
ilmu pengetahuan, vii, 2-3, 10-
11, 14-15, 23-24, 33, 44,
K
50-51, 111, 115-116, 175
Kahija, 26, 37, 40, 99, 101, 105,
ilustrasi, xv, 3-4, 93, 162, 165,
158, 176
175
Karl R. Popper, 15, 176
implementasi kebijakan, 129-
kategorisasi, 18, 86, 93, 176
130, 133, 148, 153-154, 175
kaum ilmuwan, 4, 12, 176
independen, 28, 105, 166, 170,
175 keabsahan data, xii, xv, 30, 33,
97-99, 101, 106-107, 120,
Indriantoro dan Supomo, 65, 175
139-140, 176
Induktif, 3, 9, 26, 30, 33, 58-60,
kebenaran, ix, 1-12, 16, 18, 32,
72, 82, 94, 110, 116, 166-
44, 50, 98, 162, 176
167, 175
kebijakan, 55, 79, 125, 127-137,
Informan, 19-20, 28, 33, 51,
141-142, 145-150, 152-158,
65-66, 68-69, 75, 78, 80-81,
160, 167-168, 174-177, 183-
98-105, 118-119, 121, 136,
184
138, 147, 164, 168-171, 175
kebijakan publik, 55, 129-130,
Inspirasi, 46, 60-61, 117, 175
132-134, 141, 145, 148, 152-
Instrumen, xi, 26, 28, 30, 33, 71-
153, 157-158, 160, 176, 184
73, 75, 82-83, 98, 100, 119,
ketekunan, 99-101, 176
122, 129, 136, 162, 164, 168,
170, 176 key instrument, 71, 176
Intelijen, 176 Kirk dan Milner, 26, 176
Indeks 177
Metodologi Penelitian, 4, 12, 109, 122, 137-138, 162, 165-167,
136, 157-159, 166, 177, 184 177, 180
Miles dan Haberman, 93, 177 observasi partisipan, 33, 87, 119,
mini tour observation, 76, 177 177
misterius, 177 Obtainabel Data, 50, 177
modified, 17, 177 Ontologi, 177
Moleong, 14, 24, 27, 51, 53, 65, Orang awam, 3, 11, 177
79, 86-87, 91, 98, 100-101, Organisasi, 6, 38, 64, 137-138,
137, 159, 177 162, 170, 177
Mudjia Rahardjo, 139, 177 Originalitas, 49, 177
Muktar, 36, 177 Otoritas, 6-7, 47, 56, 119, 132,
Mukthar, 37, 177 178
Otoriter, 134, 178
N out come, 134, 178
Naratif, 36, 40-41, 93, 122, 177
naturalistic inquiry, 38, 177 P
natural setting, 71, 73, 177 pandemi Covid 19, 2, 55, 178
Natzir, 49, 159, 177 paradigma, ix, x, xiii, 13-21, 25,
27, 36, 44, 91, 117, 166, 178
Nawawi , 6, 9, 137, 159, 177
paradigma penelitian, ix, x, 13-
non-ilmiah, ix, 1, 4, 177-178
14, 18-21, 25, 36, 117, 178
non-probabilitas, 177
paradigma tradisional, 15, 178
partisipan, 27, 33, 38-39, 65, 87,
O
118-119, 177-178
objek penelitian, 17-18, 31, 64,
Pasar, 55, 125, 127-131, 136-
87-88, 115-116, 137-138,
138, 141, 145-160, 178-179,
140, 162, 177
183-184
objektif, 6, 20, 37, 49, 106, 132,
Pasar Omele Sifnana, 125, 128-
137, 162, 166-167, 177
131, 137-138, 141, 145-153,
objektivitas, 17, 105, 177 155-156, 178
observasi, xv, 17, 28, 31, 33, 40, Pasar Saumlaki, 125, 127-131,
56, 71, 73-77, 79, 85, 87-88, 137-138, 141, 145-153, 155-
91, 98, 102-103, 106, 119, 156, 178-179
Indeks 179
rasional, 7, 88, 106, 110, 164- S
165, 168, 176, 179 Sampel, xi, xv, 28-29, 63-66, 68-
realitas, 13-18, 20, 27-28, 31, 38- 69, 119, 167, 169-170, 180
40, 57-58, 71, 83, 91, 100, sampel bertujuan, 65, 180
110, 114, 136, 154, 166, 179
sample statistics, 64, 180
reason, 15, 179
Sanafiah Faisal, 68, 74, 78, 119,
reciprocal, 28, 52, 179 180
Reduksi Data, xv, 92-93, 179 Sanapiah, 51, 91, 159, 180
referensi teoretis, 49, 179 sarjana ekonomi, 3-4, 180
refleksi, 9-10, 179 savior pour prvoir, 15, 180
reliabel, 98, 179 science, 15, 180
relokasi Pasar, 55, 125, 128-131, Scientific, ix, 1, 4, 7, 12, 14, 180
136-137, 145-146, 148-149,
Sensus, 64, 169, 180
151-155, 179, 183-184
signifikansi Topik, 180
relokasi Pasar Saumlaki, 128-
Silogisme, 8, 180
131, 137, 145-146, 149,
151-152, 179 Simbolik, 15, 20, 37, 180
Research, 3-4, 25, 32, 157-160, Simetris, 52, 180
179 sintesis, 180
Responden, 28-29, 168-169, Sistematika Laporan Penelitian,
171, 179 xii, xiii, 109, 111-113, 180
Restoring, 40, 179 sistem monarki, 6, 180
Revolution, 14, 179 situasi sosial, 31-33, 45, 50-52,
Robert Fridrichs, 14, 179 55-56, 64, 76, 87-88, 91,
100, 110, 114-117, 119, 180
Robert Kock, 6, 179
snowball sampling, 66, 68-69, 169,
Rokhmah, 40, 81, 159, 179
180
Romlah SN dkk 15, 179
softcopy, 138, 180
rumusan masalah, x, 35, 43, 51-
spekulatif-aksiomatis, 2, 11, 180
54, 94, 109, 113, 115, 121,
130, 168, 174, 179 Spradley, 51, 64, 76, 87, 180
Rumusan masalah komparatif, Stakeholder, 154, 180
51-52, 115, 179 Standar, 110, 145, 148, 150, 180
Studi Kasus Deskriptif, 38, 180
Indeks 181
V W
Vardiansyah, 14, 160, 181 wawancara mendalam, 28, 31-33,
Variable, 28, 50, 59, 116, 162-163, 39-40, 78, 85, 119, 170, 181
170, 181 world views, 13, 181
variabel bebas, 28, 181
varibel terikat, 181
183
Dalam aktivitasnya sebagai dosen tetap STIAS, Ia pernah
dipercayakan untuk menduduki Jabatan Struktural sebagai Wakil Ketua
III Bidang Kemahasiswaan tahun 2012; tahun 2013 menduduki Jabatan
Wakil Ketua I Bidang Akademik; pada tahun 2015-2020 menjabat
sebagai Ketua STIAS. Saat ini Ia dipercayakan sebagai Kepala Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat hingga tahun 2024.
Selain tugas struktural yang pernah diembannya, Ia banyak
melakukan penelitian, baik dalam skala lokal maupun skala nasional.
Tulisan-tulisannya telah dipulikasikan dalam jurnal OTONOMI (STIA
Trinitas Ambon) dan AdBisPower (STIA Saumlaki). Pada tahun 2017,
Penulis berhasil mendapatkan Hibah Penelitian Kompetitif Nasional
melalui skema Penelitian Dosen Pemula dengan Judul “Analisis Nilai-
Nilai Duan Lolat Berbasis Kearifan Lokal Pada Masyarakat Tanimbar
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat”. Pada awal tahun 2021, Penulis
menerbitkan buku dengan judul “Formulasi Kebijakan Publik: Studi Relokasi
Pasar”. Penulis juga telah memperoleh jabatan fungsional akademik
Lektor dalam kajian “Ilmu Politik dan Metodologi Penelitian Sosial
Kualitatif”.
Penulis dapat dihubungi melalui Alamat e-mail: bung_allan@
yahoo.com atau alaslanamtai@gmail.com.