Anda di halaman 1dari 201

RAJAWALI PERS

Divisi Buku Perguruan Tinggi


PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT)
Amtai Alaslan.
METODE PENELITIAN KUALITATIF/Amtai Alaslan.
—Ed. 1—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2021.
xvi, 184 hlm. 23 cm
Bibliografi: hlm. 157
ISBN 978-623-372-204-9

1. Supervisi (Pendidikan). I Judul. II. Yanita Nur Indah Sari.


371.203

Hak cipta 2021, pada penulis


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2021.3407 RAJ
Amtai Alaslan, S.IP.,M.Si..
METODE PENELITIAN KUALITATIF

Cetakan ke-1, Desember 2021


Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Copy Editor : Shara Nurachma
Setter : Jaenudin
Desain Cover : Tim Kreatif RGP
Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16456
Telepon : (021) 84311162
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:
Jakarta-16456 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243,
Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819.
Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294,
Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka
Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-
3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya
Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
KATA SAMBUTAN
Kepala LLDIKTI Wilayah XII Ambon

Puji dan syukur patut dipersembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penerbitan buku ajar di
Tahun Anggaran 2021 dapat terlaksana.
Dosen merupakan tenaga pendidik yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian,
publikasi serta pengabdian kepada masyarakat.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
terutama pada Pasal 60 menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalisme, dosen berkewajiban melakukan publikasi ilmiah
sebagai salah satu sumber belajar. Hal ini dibuktikan dengan menulis
buku ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Tahun 2021 LLDIKTI Wilayah XII telah mengalokasikan anggaran
untuk Program Penulisan Buku Ajar sebanyak 60 judul.
Penerbitan buku ajar sebanyak 60 judul diperoleh melalui kompetisi
yang didanai oleh DIPA LLDIKTI Wilayah XII Tahun Anggaran 2021.
Program dan kompetisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan
motivasi maupun kualitas dalam menyusun buku ajar serta
meningkatkan budaya menulis yang profesional di kalangan dosen.
Dari 60 judul buku ajar yang lolos seleksi akan diajukan ISBN
(International Standard Book Number) dan ditanggung biaya cetak sebanyak
100 eksemplar.
Buku ajar tidak hanya diperuntukkan kepada mahasiswa, tetapi juga
disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran saat ini, di era disrupsi
teknologi.
Namun demikian, aktivitas dharma penelitian dari dosen menun­
jukkan adanya peningkatan animo dan motivasi dalam menulis melalui
stimulasi yang diberikan LLDIKTI Wilayah XII dengan program buku
ajar.
Data menunjukkan terjadi peningkatan jumlah buku ajar yang
diterbitkan sebelumnya di tahun 2019, yang faktanya lolos seleksi hanya
sebanyak 19 judul buku ajar dari 17 dosen.

v
Tahun 2020 sebanyak 50 judul buku ajar dari 49 dosen yang
berhasil lolos seleksi dan diterbitkan. Pada tahun 2021 LLDIKTI
Wilayah XII berhasil menerbitkan 60 judul buku ajar dari 58 dosen
pada 22 PTS.
Ucapan terima kasih patut dihaturkan bagi Tim Seleksi Buku Ajar
yang telah memberikan penilaian serta pendampingan sesuai dengan
persyaratan dalam penulisan buku ajar perguruan tinggi.
Melalui penerbitan buku ajar ini diharapkan dapat meningkatkan
minat dosen dalam penulisan buku ajar, yang berdampak pada
peningkatan publikasi ilmiah, peningkatan akreditasi program studi
dan/atau institusi demi memperkaya wawasan ilmiah bagi dosen
dalam proses belajar mengajar sekaligus sebagai sumber belajar bagi
mahasiswa.

Semoga bermanfaat.

vi Metode Penelitian Kualitatif


PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih dan
pertolongan-Nya, Buku Ajar Metode Penelitian Kualitatif (MPK) dapat
terealisasikan dengan baik. Mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif
merupakan salah satu mata kuliah penting bagi mahasiswa dalam
pembuatan skripsinya. Hadirnya buku yang ringkas dan padat ini, dapat
dapat dijadikan sebagai rujukan sekaligus untuk memenuhi dahaga
akan informasi tentang penelitian kualitatif bagi kalangan mahasiswa
maupun para praktisi penelitian.
Penelitian kualitatif dalam praktiknya sangat dinamis dan beragam
sehingga tidaklah mudah untuk memahaminya. Para pakar selalu
memiliki pandangan yang berbeda dalam menafsirkan penelitian
kualitatif. Untuk itu setiap peneliti harus mempunyai komitmen yang
tinggi untuk mengembangkan kemampuan analitisnya dalam melakukan
penelitian kualitatif. Dengan kemampuan yang dimiliki itulah, seorang
peneliti kualitatif akan mampu membangun narasi-narasi hasil
penelitian secara mendalam dan komprehensif.
Dengan tuntutan akademik yang semakin kompetitif sekarang
ini membuat setiap orang bebas untuk memberikan pandangan serta
kemampuannya dalam menjelaskan temuan penelitiannya untuk
dapat meng-upgrade ilmu pengetahuan. Pengalaman lapangan dalam
melaksanakan penelitian, akan memperkaya cakrawala pengetahuan

vii
tentang penelitian dalam menjelaskan berbagai jenis penelitian kualitatif
yang pernah dilakukannya.
Dengan hadirnya buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
rujukan, setidaknya menambah pengetahuan bagi mahasiswa,
akademisi, aktivis dan para praktisi penelitian serta masyarakat pada
umumnya untuk memahami dan memperluas wawasannya tentang
penelitian kualitatif. Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin
dalam membeberkan konsep-konsep dasar penelitian kualitatif. Namun
penulis menyadari adanya keterbatasan yang menyebabkan buku ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perkenankanlah penulis
untuk menghaturkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Saumlaki, 15 Mei 2021

Penulis

Amtai Alaslan

viii Metode Penelitian Kualitatif


DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN
Kepala LLDIKTI Wilayah XII Ambon v
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv

BAB 1 PENCARIAN KEBENARAN 1


A. Uraian Materi 2
1. Rasa Ingin Tahu Manusia 2
2. Penelitian dan Pencarian Kebenaran 2
3. Pendekatan Unscientific (Non-Ilmiah) 4
4. Pendekatan Scientific (Ilmiah) 7
5. Ciri dalam Taraf Berpikir Ilmiah 11
B. Rangkuman 11
C. Soal-Soal Latihan 12

BAB 2 PARADIGMA PENELITIAN 13


A. Uraian Materi 14

ix
1. Pengertian Paradigma 14
2. Paradigma Penelitian Kualitatif 14
3. Manfaat Paradigma dalam Penelitian 18
4. Memilih Paradigma dalam Penelitian 19
B. Rangkuman 20
C. Soal-Soal Latihan 21

BAB 3 DASAR PENELITIAN KUALITATIF 23


A. Uraian Materi 24
1. Lahirnya Penelitian Kualitatif 24
2. Pengertian Penelitian Kualitatif 25
3. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif 27
4. Lingkup Penelitian Kualitatif 31
5. Kompetensi Penelitian Kualitatif 33
B. Rangkuman 33
C. Soal-Soal Latihan 34

BAB 4 PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF 35


A. Uraian Materi 36
1. Pengertian Pendekatan Penelitian 36
2. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif 36
B. Rangkuman 41
C. Soal-Soal Latihan 41

BAB 5 SEPUTAR MASALAH PENELITIAN 43


A. Uraian Materi 44
1. Pengertian Masalah 44
2. Masalah dalam Penelitian Kualitatif 44
3. Sumber-sumber Masalah Penelitian 46
4. Pertimbangan Memilih Masalah 48
5. Fokus Penelitian 50
6. Bentuk Rumusan Masalah 51
7. Kriteria dalam Perumusan Masalah 53

x Metode Penelitian Kualitatif


8. Langkah-langkah Perumusan Masalah 53
9. Judul Penelitian Kualitatif 55
B. Rangkuman 56
C. Soal-Soal Latihan 56

BAB 6 LANDASAN TEORI 57


A. Uraian Materi 58
1. Pengertian Teori 58
2. Macam-macam Teori 58
3. Fungsi Teori dalam Penelitian 59
4. Ragam Teori dalam Penelitian 60
B. Rangkuman 61
C. Soal-soal Latihan 61

BAB 7 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 63


A. Uraian Materi 64
1. Pengertian Populasi Penelitian 64
2. Pengertian Sampel Penelitian 64
3. Teknik Sampling 66
B. Rangkuman 69
C. Soal-Soal Latihan 69

BAB 8 INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN


DATA 71
A. Uraian Materi 72
1. Instrumen Penelitian 72
2. Teknik Pengumpulan Data 73
3. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data 74
B. Rangkuman 82
C. Soal-soal Latihan 83

BAB 9 TEKNIK ANALISIS DATA 85


A. Uraian Materi 86
1. Konsep Analisis Data 86

Daftar Isi xi
2. Berbagai Teknik Analisis Data 87
B. Rangkuman 94
C. Soal-soal Latihan 95

BAB 10 UJI KEABSAHAN DATA 97


A. Uraian Materi 98
1. Acuan Dasar 98
2.
Teknik Pengujian Keabsahan Data 99
3. Uji Dependabilitas 105
4. Uji Konfirmabilitas 105
B. Rangkuman 106
C. Soal-soal Latihan 106

BAB 11 PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LAPORAN


PENELITIAN 109
A. Uraian Materi 110
1. Komponen Sistematika Proposal 110
2. Komponen Sistematika Laporan Penelitian 111
3. Paparan Sistematika Proposal dan
Laporan Penelitian 113

LAMPIRAN 123
DAFTAR PUSTAKA 157
GLOSARIUM 161
INDEKS 173
BIODATA PENULIS 183

xii Metode Penelitian Kualitatif


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Alasan Untuk Memilih Paradigma 19


Tabel 3.1. Perbedaan Aksioma Penelitian 29
Tabel 3.2. Lingkup Penelitian Kualitatif 32
Tabel 6.1. Ragam Teori dalam Penelitian 60
Tabel 9.1. Contoh Analisis Hubungan Semantik 88
Tabel 9.2. Contoh Lembaran Analisis Domain 89
Tabel 10.1. Perbedaan Istilah Uji Keabsahan Kuantitatif dan
Kualitatif 98
Tabel 11.1. Sistematika Proposal Penelitian Kualitatif 111
Tabel 11.2. Komponen Sistematika Laporan Penelitian 112
Tabel 11.3. Jadwal Kegiatan Penelitian 120

xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Kemungkinan Terjadi Perubahan Masalah 45


Gambar 7.1. Teknik Sampling 67
Gambar 7.2. Proses Pengambilan Sampel (Purposive dan
Snowball) 68
Gambar 8.1. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data 74
Gambar 8.2. Tahapan Observasi 77
Gambar 8.3. Triangulasi Teknik 80
Gambar 8.4. Triangulasi Sumber 80
Gambar 8.5. Triangulasi Waktu 81
Gambar 9.1 Analisis Data Interactive Model (Milles dan
Huberman) 92
Gambar 9.2. Ilustrasi Reduksi Data, Display dan Conclusion 93
Gambar 10.1. Uji Keabsahan Data 99
Gambar 10.2. Triangulasi Tiga Sumber 102
Gambar 10.3. Triangulasi Tiga Teknik 102
Gambar 10.4. Triangulasi Tiga Waktu 103

xv
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 1
PENCARIAN KEBENARAN

Deskripsi Singkat
Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa manusia mempunyai tabiat yang
sangat tinggi sebagai rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru. Manusia
sebagai makhluk berpikir “homo sapiens” yang memiliki pengetahuan dan dapat
menciptakan pengetahuan baru. Dorongan rasa ingin tahu tersebut kemudian
memunculkan berbagai upaya yang dilakukan dalam proses pencarian kebenaran
dengan cara-cara yang non-ilmiah yang lebih praktis dan juga melalui cara ilmiah
(penelitian ilmiah) yang kemudian disebut sebagai metode penelitian. Bab ini
akan membahas upaya pencarian kebenaran dengan pendekatan non-ilmiah
dan ilmiah sehingga mahasiswa diharapakan mempunyai pemahaman yang lebih
mendalam dalam proses pencarian kebenaran melalui penelitian ilmiah. Untuk
itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan dalam menyusun penelitian kualitatif
secara baik dan benar.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Rasa Ingin Tahu dalam Mencari Kebenaran
2. Penelitian dan Pencarian Kebenaran
3. Pendekatan Unscientific (Non-Ilmiah)
4. Pendekatan Scientific (Ilmiah)
5. Ciri dalam Taraf Berpikir Ilmiah

1
A. Uraian Materi
1. Rasa Ingin Tahu Manusia
Rasa ingin tahu manusia merupakan salah satu jalan yang paling ampuh,
untuk mencari kebenaran dan mengetahuinya secara lebih sempurna
meskipun waktu yang dibutuhkan sangat panjang dan berliku-liku.
Dengan berbagai upaya yang terus dilakukan tersebut maka secara
perlahan-lahan dan terus-menerus, tabir yang tadinya masih gelap
selama berabad-abad itu dapat diungkapkan oleh manusia. Keinginan
yang kuat inilah, merupakan kodrat manusia yang selalu berusaha untuk
mencari dan mengetahui segala peristiwa yang terjadi di alam semesta
untuk mendapatkan kebenarannya.
Keinginan untuk mengetahui berbagai gejala dan peristiwa yang
terjadi di bumi dan bagaimana penyebabnya seperti berbagai peristiwa
gempa bumi, adanya tsunami, bagaimana cara mendamaikan Israel dan
Palestina, adanya krisis ekonomi, kejahatan yang terus meningkat, serta
masih banyak lagi peristiwa alam yang menakjubkan lainnya dalam
masyarakat belum terpecahkan, baik yang lama, maupun yang baru
muncul, bahkan yang tadinya belum pernah ada sama sekali seperti
pandemi Covid 19. Semua itu merupakan tantangan bagi manusia untuk
dapat mengetahuinya melalui penelitian.
Penelitian selalu disempurnakan untuk mengatasi masalah dan
cara berpikir yang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman
karena sikap hidup dan cara berpikir yang bersifat spekulatif-aksiomatis
sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita untuk mempelajari dan mengenal taraf berpikir dalam mencari
kebenaran, agar dapat membedakan mana yang dapat dikatakan berpikir
spekulatif-aksiomatis dan mana yang ilmiah.

2. Penelitian dan Pencarian Kebenaran


Penelitian mempunyai posisi yang paling urgen dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan melindunginya dari kepunahan. Penelitian
juga mempunayai kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan
sehingga ilmu pengetahuan itu menjadi up-to-date, canggih dan aplicated
serta setiap saat aksiologis bagi masyarakat (Bugin, 2010: 6). Dengan
demikian tahapan penelitian kualitatif dapat melampaui tahapan

2 Metode Penelitian Kualitatif


berpikir kritis ilmiah, di mana seorang peneliti akan berpikir secara
induktif untuk mengungkapkan berbagai fakta dan fenomena yang
telah diperoleh melalui penelitian kemudian akan berupaya untuk
menganalisisnya berdasarakan apa yang telah diamati tersebut.
Penelitian dan ilmu pengetahuan, ibarat dua sisi mata uang yang
telah menyatu yang tidak dapat dipisahkan. Orang awam biasanya selalu
sulit untuk memberikan pengertian antara penyelidikan dan penelitian.
Secara harfiah, penelitian dan penyelidikan itu berasal dari kata
research – re (kembali) dan search (mencari). Akan tetapi kata penyelidikan
tidak memenuhi harapan research. Selo Sumardjan (1984) kemudian
mengatakan bahwa kata penyelidikan lebih tepat digunakan dalam
kepolisian untuk istilah intelijen sedangkan kata penelitian kebanyakan
digunakan untuk istilah keilmuan (Bugin, 2010: 8).
Dari kata penelitian, orang mulai berspekulasi dan menafsirkan segala
sesuatu yang tadinya masih gelap, penuh misteri dan belum jelas. Semua
hal yang masih tabu itu harus diungkapkan melalui penelitian, sehingga
dapat dipastikan bahwa semua orang pernah melakukan penelitian.
Sebagai ilustrasi bahwa semua orang pernah melakukan penelitian,
maka dapat dijelaskan beberapa kisah berikut ini.
1. Kisah pembangunan jembatan Surabaya Madura (Suramadu) di mana
di beberapa kelurahan sekitar selalu dihantui dengan isu penculikan
anak untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan tersebut. Banyak
ibu-ibu yang kemudian bertanya tentang kebenaran isu tersebut.
Untuk menghindari risiko maka mereka terpaksa harus menjaga dan
meningkatkan perhatiannya terhadap anak-anak mereka.
2. Seorang gadis lagi jatuh cinta atau kasmaran pada seorang pemuda
akan bertanya-tanya apakah pemuda tersebut juga menyukai
dirinya, atau mungkin pemuda tersebut telah memiliki seorang
pacar, atau perlukah dia mengungkapkan isi hatinya lebih dulu
kepada pemuda tersebut.
3. Pada kasus yang lain, seorang sarjana ekonomi yang selalu gagal
dalam memulai usaha bisnisnya. Setiap kali memulai usahanya
selalu saja ada hambatan, dan modalnya selalu saja habis, akhirnya
berkali-kali ia selalu memindahkan usahanya dari satu tempat ke
tempat lainnya, dari satu usaha ke usaha lainnya selalu saja gagal.
Ia kemudian bertanya-tanya, mungkinkah ia tidak memiliki bakat

Bab 1 | Pencarian Kebenaran 3


berwiraswasta atau ada kekuatan magis yang selalu menghalangi
dalam menjalankan usahanya.

Semua cerita dan ilustrasi di atas, tentunya kita semakin penasaran


untuk mengetahui lebih dalam tentang misteri yang sedang dihadapi
tersebut. Tentunya dorongan rasa ingin tahu tersebut membentuk
perilaku dalam menanggapi cerita dan ilustrasi tersebut. Misalnya
pada ilustrasi pertama, di mana Ibu-ibu yang ingin mengetahui
kebenaran informasi penculikan anak-akak untuk dijadikan tumbal
dalam pembangunan jembatan Suramadu, akan mengambil jalan pintas
dalam pembuktiannya, dengan mendatangi dukun untuk menanyakan
kepastian jawabannya. Sikap pembuktian lain digunakan oleh gadis
pada ilustrasi kedua, dengan menggunakan seorang teman dekatnya
untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari kondisi pemuda tersebut.
Berbeda dengan sarjana ekonomi yang gagal berusaha, karena
seorang sarjana maka ia lebih memilih menggunakan cara yang
masuk akal untuk menjawab persoalannya. Cara yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode evaluasi diri untuk mengukur
kemampuan dirinya, menghimpun berbagai informasi tentang peluang
dan strategi usaha yang belum pernah dilakukan sebelumnya kemudian
dia memutuskan untuk menggunakan metode penelitian ilmiah untuk
membuktikan dan menjawab rasa ingin tahunya tersebut.
Dari ketiga ilustrasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sesungguhnya semua orang telah melakukan penelitian, bukan hanya
dilakukan oleh kaum ilmuwan saja tetapi bisa juga dilakukan oleh
kaum yang awam. Sebelum mengandalkan metodologi penelitian untuk
mendapatkan kebenaran ilmuwan (scientific truth)1, orang lebih dahulu
menempuh cara-cara nonilmiah (unscientific)2 karena lebih praktis dan
lebih cepat untuk mendapatkan jawaban.

3. Pendekatan Unscientific (Non-Ilmiah)


Dorongan untuk menjawab rasa ingin tahu manusia selalu bermula
dari pendekatan ini. Itu artinya bahwa pendekatan unscientific

1
Scientific truth adalah cara-cara yang dilakukan untuk menjawab rasa ingin
tahu melalui penelitian ilmiah (scientific research).
2
Unscientifc merupakan cara-cara yang digunakan untuk mencari kebenaran
tanpa melalui penelitian ilmiah.

4 Metode Penelitian Kualitatif


sudah digunakan sejak lama sebelum adanya usaha manusia untuk
mendapatkan kebenaran melalui penelitian ilmiah. Untuk itu dalam
pendekatan unscientific ini ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mencarai kebenaran yaitu:

a. Secara Kebetulan
Tekadang banyak peristiwa penting yang ditemukan secara kebetulan
namun tidak terlintas dalam pikirannya sebelumnya, sehingga tanpa
disadari, penemuannya dapat dirumuskan yang kemudian menjadi
penelitian secara ilmiah. Proses yang dilalui seperti ini tidak dapat
digolongkan pada proses berpikir secara ilmiah. Sebagai contoh dalam
sejarah ialah ditemukannya obat malaria secara kebetulan oleh seorang
suku Indian yang dapat menyelamatkan umat manusia dari bahaya
penyakit tersebut.
Alkisah ada seorang anak dari suku Indian mengalami sakit
demam yang sudah cukup lama di mana suhu badanya sangat panas
dan tinggi. Karena keadaan tersebut membuatnya putus asa dan berniat
untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke tepi jurang yang di
bawahnya ada aliran air sungai yang berwarna hitam. Setelah kejadian
itu, berangsur-angsur orang Indian tersebut telah sembuh dari penyakit
malarianya. Setelah diselidiki ternyata penyakit malarianya sembuh
karena tanpa sengaja ia meminum air sungai yang airnya berwarna hitam
tersebut. Air sungai itu merupakan obat malaria karena airnya sudah
dicemari oleh kulit sebatang pohon kina yang tumbang di bagian hulu
sungai tersebut sehingga airnya berwarna hitam. Kejadian inilah, yang
kemudian menjadi titik awal di mana orang mulai mengetahui bahwa
kulit pohon kina merupakan salah satu obat dari penyakit malaria
hingga saat ini. Walaupun cerita ini sulit dibuktikan, namun kejadian
dan kisah ini menunjukkan bahwa kebenaran juga diperoleh dengan
penemuan secara kebetulan.

b. Melalui Trial dan Error


Kelemahan penemuan secara kebetulan, membuat banyak orang mulai
mencari altenatif lain untuk mendapatkan perubahan yang lebih cepat
dalam proses pencarian kebenaran. Untuk memotong lingkaran itu,
manusia harus melakukan sesuatu dengan cara mencoba-coba (trial
and error) walaupun tanpa kepastian dan tanpa harapan serta memililki

Bab 1 | Pencarian Kebenaran 5


tujuan yang tak menentu. Dengan cara ini orang sudah mulai semakin
aktif untuk berusaha meskipun hasilnya masih bersifat serampangan
dan tidak menentu jika dibandikan dengan cara kebetulan yang hanya
pasti berpasrah diri untuk menerima nasib. Oleh karena itu, trial dan
error belum bisa dikategorikan sebagai salah satu metode ilmiah karena
proses yang dilaluinya cukup rumit, sangat berbelit-belit, tidak teratur
dan hasilnya tidak pernah pasti.
Contoh taraf trial and error ini pernah dilakukan oleh Robert Kock3
dengan mengasah kaca secara sengaja untuk mengetahui apa yang
akan terjadi dari asahan kaca tersebut. Ternyata tanpa diduga asahan
kaca tersebut berbentuk lensa yang mampu memperbesar benda-benda
yang tidak dapat terlihat oleh mata manuasia. Cerita ini, menunjukkan
bahwa orang akan banyak kehabisan waktu untuk mencapai suatu
pengetahuan atau kebenaran tertentu tanpa jaminan ketidakpastian
(Nawawi, 1983:14).

c. Melalui Otoritas dan Tradisi


Berebeda dengan pendekatan kebetulan atau trial and error, menemukan
kebenaran melalui otoritas orang lain yang dapat dijadikan sebagai
subjek otorisasi. Dengan pendekatan ini maka kebenaran itu bersifat
mutlak dan dijadikan sebagai salah satu doktrin yang harus dipatuhi
tanpa dilakukan pengujian lagi (the master always says the truth).
Kebenaran mutlak tersebut biasanya bersumber dari otoritas yang
dimiliki oleh seseorang yang berwibawa, badan-badan organisasi yang
diberi kewenangan khusus.
Pendekatan ini hanya cocok untuk menemukan kebenaran dogmatis
bagi kepentingan tertentu seperti dalam kehidupan beragama, upaya-
upaya penyembuhan penyakit, dan bentuk-bentuk kepatuhan lainnya
seperti pada sistem monarki. Pada saat sekarangpun masih banyak
kenyataan yang bersumber pada otoritas dan tradisi, sebagai contoh
para pengikut fanatik Aristoteles yang begitu kagum dengan semua
pernyataan Aristoteles yang selalu dianggap benar, sampai-sampai
mereka mempercayai apa yang dikatakan olehnya bahwa gigi wanita itu
lebih banyak dari gigi laki-laki. Padahal secara objektif jumlah gigi itu

Robert Kock adalah orang yang pertama kali membentuk lensa yang kemudian
3

mendasari terciptanya mikroskop.

6 Metode Penelitian Kualitatif


dapat dihitung sendiri. Contoh lain lagi adalah seorang ibu muda yang
mengendong anaknya dan menunggu kehadiran dokter berjam-jam di
puskesmas, karena ia yakin penyakit yang diderita anaknya hanya dapat
disembuhkan oleh dokter. Terlebih lagi informasi tersebut ia peroleh
dari tetangganya yang telah terlebih dahulu diobati anaknya yang sedang
sakit oleh dokter tersebut.
Dari berbagai cerita di atas menunjukkan bahwa kebenaran itu
ditemukan melalui subjek yang mempunyai otoritas sehingga belum
dapat dikategorikan sebagai metode ilmiah dalam mencari kebenaran,
karena prosesnya tidak dilandasi suatu sistem dan metode tertentu.
Namun tidak menutup mata terhadap kebaikannya dalam hal usaha
menuju pembuktian kebenaran secara ilmiah dan rasional.

4. Pendekatan Scientific (Ilmiah)


Dalam pendekatan ini ada dua macam cara atau proses yang ditempu
untuk mendapatkan kebenaran dan pengetahuan yaitu ‘berpikir kritis-
rasional’ dan cara yang kedua adalah ‘penelitian ilmiah’.

a. Berpikir Kritis-Rasional
Cara-cara berpikir kritis rasional merupakan cara awal yang dilakukan untuk
mendapatkan kebenaran melalui pendekatan-pendekatan ilmiah sebelum
proses ilmiah dilakukan. Cara ini didasari pada konsep manusia sebagai
makhluk rasional yang mempunyai pikiran dan akal budi untuk memahami
dan menafsirkan segala sesuatu, dapat membuat tesa dan mengkajinya
dengan antitesa kemudian barulah menghasilkan sebuah tesis. Kemampuan
berpikir semacam ini telah banyak menghasilkan kebenaran, walaupun
belum banyak yang diakui sebagai kebenaran ilmiah. Ada dua jalan yang
dapat dilakukan dalam mendapatkan cara berpikir rasional yaitu:

1) Berpikir Analitis
Proses berpikir analitis ini dilandasi oleh pemikiran deduktif dengan
membangun pola pikir dari hal-hal yang bersifat umum. Artinya mula-
mula menempatkan pangkal kebenaran umum dari suatu proposisi4

Proposisi dalam bahasa Latin disebut statemen atau pernyataan menolak/


4

menerima dan membenarkan sesuatu.

Bab 1 | Pencarian Kebenaran 7


dalam silogisme5 yang terdiri dari premis-premis dalam susunan yang
teratur untuk ditarik suatu simpulan (conclusion). Pada umumnya ada
empat silogisme yang digunakan dalam berpikir analitis yaitu:
1) Silogisme Katagoris
 Semua manusia berkepala plontos memiliki IQ yang tinggi
(premis mayor).
 Andi berkepala plontos (premis minor).
 Jadi, Andi memiliki IQ yang tinggi (konklusi).
2) Silogisme Kondisional/Bersyarat (Hipotesis).
 Peminum sopi6 cenderung mengganggu ketertiban dan anarkis.
 Anton adalah peminum sopi.
 Jadi, Anton cenderung melakukan aktivitas yang mengganggu
ketertiban dan anarkis.
3) Silogisme Pilihan atau Alternatif.
 Saya harus menikah atau meneruskan kuliah.
 Alvons meneruskan kuliah.
 Jadi, Alvons tidak menikah.
4) Silogisme Melerai atau Disfungsi.
 Bupati tidak mungkin menyelewengkan dana bantuan Covid
19 di Kabupatennya.
 Butet seorang Bupati.
 Jadi, tak mungkin Butet menyelewengkan dana bantuan Covid
19 di Kabupatennya.

Cara berpikir deduktif ini mempunyai banyak kelemahan karena


premis-premis umumnya yang pemikiranya masih bersifat otoritatif,
tanpa diadakan penyelidikan akan kebenarannya sehingga kesimpulannya
akan benar apabila premis-premis itu dapat merumuskan kebenaran.
Seandainya premis mayor didominasi oleh kesalahan, maka konklusinya
pasti akan salah dan begitu pula sebaliknya.

5
Silogisme adalah suatu argumen yang terdiri dari tiga buah proposisi. Dua
proposisi awal disebut premis mayor dan premis minor, sedangkan proposisi akhir
disebut sebagai konklusi atau simpulan.
6
Sopi adalah minuman keras beralkohol khas daerah Tanimbar.

8 Metode Penelitian Kualitatif


2) Berpikir Sintesis
Berpikir sintesis bertolak belakang dengan cara berpikir analitis yang
bersifat deduktif. Berpikir sintesis ini selalu menggunakan fakta, data
empiris dan pengetahuan yang bersifat khusus (induktif) sebagai dasar
untuk membuat kesimpulan secara umum (deduktif). Data empiris yang
digunakan juga bukan merupakan jaminan sehingga cara ini akan lebih
efektif digunakan untuk melihat dan memecahkan permasalahan yang
cakupannya lebih kecil dengan jumlah populasi yang terbatas.
Cara berpikir ini masih mempunyai kemiripan juga cara berpikir
analitis yang masih mengandalkan ketangkasan lidah untuk menyatakan
kebenaran tanpa melihat fakta dan data empiris di lapangan sehingga
seolah-olah kebenaran itu hanya dapat dicapai oleh akal dan pikiran
seseorang. Karena itu, proses ini belum masuk dalam kategori taraf
berpikir ilmiah.

b. Berpikir Reflektif Melalui Penelitian Ilmiah


Dari ketidakpuasan manusia terhadap cara-cara berpikir nonilmiah
menyebabkan masyarakat menggunakan cara berpikir deduktif dan
induktif, namun hal itu tidak memuaskan banyak orang sehingga orang
mulai memadukan cara berpikir deduktif dan induktif yang kemudian
melahirkan cara berpikir reflektif (reflektive thinking)7 yaitu berpikir
refleksi. Adapun proses berpikir reflektif ini dapat dilakukan dengan
langkah-langkah (Nawawi, 1983: 20-21) sebagai berikut.
a. The felt need, (adanya suatu kebutuhan)
Pada awalnya orang akan merasakan adanya sesuatu kebutuhan
yang menggoda perasaannya, sehngga ia akan berusaha untuk
mengungkapkan kebutuhan tersebut dengan mengidetifikasi dan
menemukan ciri-ciri sesuatu objek untuk menjelaskannya.
b. The problem, (menetapkan masalah)
Menyadari adanya persoalan atau masalahnya sehingga langkah
selanjutnya adalah permasalahan tersebut dirumuskan untuk
mendapatkan batasan permasalahannya dan bagaimana cara
pemecahannya.

Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey, yang mengambil
7

ruang di antara cara berpikir deduktif dan berpikir induktif.

Bab 1 | Pencarian Kebenaran 9


c. The hypothesis, (menyusun hipotesis)
Tahap ini dilalui dengan membuat pernyataan atau kesimpulan
sementara tentang permasalahan yang dihadapinya. Oleh sebab
itu pengalaman seseorang sangat dibutuhkan untuk dapat
menerangkan dan melakukan pemecahan terhadap masalahnya.
Karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis sehingga
belum dapat menghasilkan kesimpulan yang bersifat akhir.
d. Collection of data as evidence, (merekam data untuk pembuktian)
Tahap ini dilakukan dengan membuat analisis terhadap data-data,
bahan, informasi atau bukti-bukti yang telah dikumpulkan untuk
menemukan keterkaitannnya secara logis kemudian barulah dibuat
kesimpulan yang dapat diuji membuktikan kebenaran dari hipotesis
yang telah dirumuskan tersebut diterima atau ditolak.
e. Concluding belief, (membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya)
Pada tahap ini kesimpulan akhir yang diyakini kebenarannya
dibuat berdasarkan hasil olahan analisis data yang telah
dilakukan sebelumnya terhadap data dan bukti-bukti yang telah
dikumplkan.
f. General value of the conlusion8, (memformulasikan kesimpulan secara
umum).
Konstruksi dan isi kesimpulan pada pengujian hipotesis di atas
tidak hanya berlaku pada kasus tertentu saja tetapi juga kesimpulan
tersebut dapat diberlakukan secara umum pada kasus-kasus lain di
tempat lain juga yang mempunyai kemiripan tertentu dengan kasus yang
telah dibuktikan tersebut untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Tahapan-tahapan yang telah diuraikan di atas merupakan
sebuah proses berpikir “refleksi” yang bertujuan untuk menilai dan
memecahkan permasalahan yang ada untuk kebutuhan yang akan
datang. Dari proses berpikir reflektif inilah yang kemudian menjadi
populer ilmu pengetahuan sebagai proses berpikir yang ilmiah. Bobot
ilmiahnya mengalami reduksi makna apabila ada salah satu langkah
atau tahapan yang sengaja diabaikan, oleh sebab itu tahapannya menjadi
syarat mutlak yang harus dipatuhi.

8
Kelley dalam Hadi (2007) melengkapi lima taraf berpikir Dewey dengan satu
lagi yaitu General value of the conclusion

10 Metode Penelitian Kualitatif


5. Ciri dalam Taraf Berpikir Ilmiah
Penelitian selalu berangkat dari hasrat manusia yang homo sapiens untuk
mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Keyakinan yang sungguh untuk
membuktikan bahwa segala sesuatu yang terjadi bukan terjadi secara
kebetulan saja tetapi selalu ada hubungan kausalnya. Oleh karena itu,
perlunya dilakukan penelitian secara mendalam dan terus-menerus
untuk menjelaskan berbagai peristiwa tersebut secara ilmiah dan bukan
dengan cara-cara nonilmiah.
Penelitian yang dilakukan tersebut akan menarik dan diyakini
kebenarannya apabila didukung dengan data dan bukti-bukti empiris
yang meyakinkan. Penelitian diadakan bukan untuk membuktikan
kesalahan suatu pendapat; tetapi untuk menemukan kebenaran yang
sesungguhnya. Hal inilah yang merupakan ciri dalam taraf berpikir
ilmiah di mana harus adanya objek studi yang jelas, dengan penggunaan
sistem-sistem dan metode-metode tertentu (Koentjaraningrat, 2007).

B. Rangkuman
1. Manusia sebagai makhluk yang sempurna mempunyai hasrat
dan rasa ingin tahu yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran dengan jalan melakukan penelitian. Penelitian selalu
disempurnakan untuk mengatasi masalah dan cara berpikir yang
tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan zaman karena sikap
hidup dan cara berpikir yang bersifat spekulatif-aksiomatis sudah
tidak dapat dipertahankan lagi.
2. Penelitian dan ilmu pengetahuan sesungguhnya telah menyatu
dalam satu sistem namun terkadang orang awam biasanya selalu
sulit untuk memberikan pengertian antara penyelidikan dan
penelitian. Kata penyelidikan akan lebih tepat digunakan dalam
bidang intelijen sedangkan kata penelitian kebanyakan digunakan
untuk istilah keilmuan. Dari kata penelitian inilah, orang mulai
mencari kepastian dari berbagai informasi dan peristiwa berusaha
untuk diungkapkan baik melalui prosel yang ilmiah maupun tidak
ilmiah, sehingga dapat dipastikan bahwa semua orang pernah
melakukan penelitian.

Bab 1 | Pencarian Kebenaran 11


3. Penelitian bukan hanya dilakukan oleh kaum ilmuwan saja tetapi
bisa juga dilakukan oleh kaum yang awam. Sebelum mengandalkan
metodologi penelitian untuk mendapatkan kebenaran ilmiah
(scientific truth), orang lebih dahulu menggunakan cara-cara
nonilmiah (unscientific) untuk menjawab rasa ingin tahu manusia
karena lebih praktis dan lebih cepat untuk mendapatkan jawaban.
4. Penelitian selalu berangkat dari hasrat manusia yang homo sapiens
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Keyakinan yang
sungguh untuk membuktikan bahwa segala sesuatu yang terjadi
bukan terjadi secara kebetulan saja tetapi selalu ada hubungan
kausalnya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan penelitian secara
mendalam dan terus-menerus untuk menjelaskan berbagai peristiwa
tersebut secara ilmiah dan bukan dengan cara-cara nonilmiah. Hal
inilah yang merupakan ciri dalam taraf berpikir ilmiah di mana
harus adanya objek studi yang jelas, dengan penggunaan sistem-
sistem dan metode-metode tertentu serta didukung dengan data
dan bukti-bukti empiris yang meyakinkan.

C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara singkat bagaimana cara memperoleh kebenaran
dengan cara unscientific?
2. Jelaskanlah bagaimana memperoleh kebenaran dengan cara berpikir
yang analitis dan apakah cara berpikir analitis ini dapat disebut
sebagai cara ilmiah?
3. Rumuskanlah bagaimana tahapan pencarian kebenaran dengan cara
berpikir yang reflektif menurut John Dewey?

12 Metode Penelitian Kualitatif


BAB 2
PARADIGMA PENELITIAN

Deskripsi Singkat
Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti untuk
menentukan cara pandangnya (world views) dalam memotret realitas yang
dipelajari tentang bagaimana cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan
bagaimana cara menginterpretasikan temuannya. Pemilihan paradigma dalam
penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan menggambarkan secara
menyeluruh tentang desain penelitian yang akan dilakukan dan menjadi pedoman
dalam proses penelitian. Bab ini akan membahas paradigma penelitian sebagai
upaya untuk menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti dalam memahami
penelitian yang dilakukan. Secara lebih rinci akan dibahas paradigma dan
definisinya, paradigma penelitian kualitatif (positivisme dan postpositivisme),
fungsi paradigma dalam penelitian dan memilih paradigma dalam penelitian.
Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan dalam menyusun penelitian kualitatif
secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Paradigma.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif.
3. Fungsi Paradigma dalam Penelitian.
4. Memilih Paradigma dalam Penelitian.

13
A. Uraian Materi
1. Pengertian Paradigma
Kata paradigma secara etimologis terdiri dua kata “para” yang artinya
di sebelah atau di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan,
ideal dan model yang dalam bahasa Yunani yaitu paradeigma. Dalam
terminologi lainnya istilah paradigma diartikan sebagai sebuah
pandangan ataupun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia
dan alam sekitarnya. Paradigma kemudian dikenal dalam disiplin
intelektual sebagai cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya
yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),
dan bertingkah laku (konotatif). Paradigma dapat juga diartikan sebagai
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama (Vardiansyah,
2008:27).
Thomas Kuhn (1962) adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan istilah paradigma dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution. Pada waktu itu, paradigma hanya dijadikan
sebagai terminologi kunci yang digunakan untuk menjelaskan pola dan
model perkembangan ilmu pengetahuan saja yang berhubungan dengan
dimensi waktu perkembangan ilmu pengetahuan. Robert Fridrichs
(1970) merupakan orang yang berjasa dalam memperkenalkan istilah
paradigma untuk dijadikan sebagai salah satu pandangan mendasar
dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang semestinya menjadi pokok
persoalan dari disiplin ilmu tersebut untuk dapat dipelajari. Dari sinilah
kemudian istlilah paradigma terdefenisi dengan jelas hingga saat ini
(Moleong, 2014:49).

2. Paradigma Penelitian Kualitatif


Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif1.
Pendekatan kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme
dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif

1
Bandingkan dengan Moleong (2014:50) yang lebih cocok menggunakan
pendekatan kuantitatif (posititivistik) sebagai paradigma ilmiah dan pendekatan
post-positivistik sebagai paradigma alamiah.

14 Metode Penelitian Kualitatif


dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund
Husserl(1859-1926). Pendekatan kuantitatif merupakan satu
pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme.
Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik
dan teologik dari realitas sosial. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-
satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan
(science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada
pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindra untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason).
Sementara munculnya gugatan terhadap positivisme dimulai tahun
1970-1980an dengan “postpositivisme”. Tokohnya; Karl R. Popper,
Thomas Kuhn, para filsuf mazhab Frankfurt (Feyerabend, Richard
Rotry, 1994). Paham ini menentang positivisme dengan dasar bahwa
tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan
ilmu alam, karena tindakan manusia tidak bisa diprediksi dengan
satu penjelasan yang mutlak dan pasti, sebab manusia selalu berubah.
Adapun kedua paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Paradigma Positivisme
Saint Simon (1825)2 merupakan orang yang pertama kali menggunakan
istilah positivisme yang dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris
Francis Bacon (sekitar 1600) yang berakar pada pendekatan empirisme
yang menjadikan logika simbolik sebagai dasar dan mempunyai
keterkaitan erat dengan behaviorisme yang cenderung mempunyai
objek kajiannya pada pembentukan hukum. Kaum positivisme selalu
beranggapan bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid
yang objek pengetahuannya dibangun berdasarkan pada fakta-fakta atau
realitas yang terjadi (Romlah SN dkk, 2020).
Istilah positivisme mulai dipopulerkan secara luas oleh August
Comte dalam sebuah karyanya “Cours de Philosophic Positive” sebanyak
enam jilid. Semboyan Comte yang terkenal adalah savior pour prvoir
(mengetahui supaya siap untuk bertindak), artinya manusia harus
menyelidiki gejala-gejala dan hubungan-hubungan antara gejala-gejala

2
Ryan P. Positivism: paradigm or culture? Policy Studi. 2015.

Bab 2 | Paradigma Penelitian 15


ini supaya ia dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Di samping itu
juga, bersama-sama John Locke dan David Hume, kelompok positivis
Prancis, kelompok logikal positivis dan kelompok Wina serta aliran-
aliran fisika analisis dari Inggris sangat concern terhadap tradisi empiris
sehingga istilah positivis secara luas semakin dikenal (Thorpe R, 2015).
Dengan demikian positivisme itu selalu berasumsi segala sesuatu
itu dibangun berdasarkan fakta yang dapat dilihat secara metafisik
sehingga menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang
fakta. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan
metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif
ini mempunyai 4 ciri yaitu:
a. Metode yang digunakan berdasarkan pada fakta-fakta.
b. Metode dapat ditelusuri dan diperbaiki secara berkelanjutan sesuai
dengan persyaratannya.
c. Metode ini selalu berusaha untuk mencari kepastian.
d. Metode dengan kecermatan yang tinggi.

b. Paradigma Postpositivisme
Postpositivisme merupakan perbaikan dari positivisme yang dianggap
memiliki kelemahan-kelemahan yang cenderung hanya mengandalkan
fakta-fakta dengan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti.
Paradigma Postpositivisme masih mempunyai kemiripan dengan
paradigma Positivisme yang memandang bahwa realitas bersifat
nyata, ada sesuai hukum alam dan dapat dilihat oleh indra manusia.
Tetapi perbedaannya adalah, Postpositivisme lebih menekankan
pada persoalan makna yang tidak tampak di balik realitas yang
terjadi tersebut. Artinya kebenaran yang hakiki tidak mungkin
akan ditemukan apabila ada jarak antara peneliti dengan realitas
itu sehingga keterlibatan secara langsung perlu dilakukan untuk
membuktikan kebenaran dari realitas tersebut.
Secara ontologis aliran postpositivisme bersifat critical realism dan
menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan
dan hukum alam tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara
benar oleh peneliti. Secara epistemologis, hubungan peneliti dengan
realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan

16 Metode Penelitian Kualitatif


subjektivitas seminimal mungkin dan secara metodologis adalah modified
eksperimental/manipulatif.
Hal inilah yang kemudian selalu dipertanyakan netralitasnya dari
kaum positivisme selalu menganggap bahwa observasi yang dilakukan
itu bisa saja dipengaruhi oleh persepsi masing-masing orang saat
melakukan penelitian. Tetapi itu kemudian mendapat bantahan oleh
kaum postpositivisme yang mengatakan bahwa suatu ilmu memang
betul mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai
kalangan dengan berbagai cara dengan menggunakan prinsip triangulasi.
Hal inilah yang kemudian menurut Denzin & Lincoln (2005) untuk
menjelaskan secara rinci karakteristik paradigma postpositivisme yaitu:
a. Fakta selalu bermuatan teori dan tidak bebas nilai.
b. Falibilitas Teori, terkadang data dan bukti empiris tidak dapat
dijelaskan teori tetapi dapat menunjukkan fakta anomali.
c. Ada makna dan nilai di balik fakta yang terjadi.
d. Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian selalu
bersifat dinamis sesuai dengan interaksi yang terjadi.
e. Realitas itu bersifat jamak .
f. Hanya orang lain yang dapat menjelaskan realitas dari karakteristik
individu seseorang.
g. Objek kajiannya lebih difokuskan pada tindakan-tindakan (actions)
manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kedua


paradigma tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing sehingga pemilihan paradigma itu sangat tergantung dengan
desain penelitian yang akan dilakukan.
Berikut ini adalah beberapa alasan yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan paradigma yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu:
1. Paradigma kualitatif lebih cocok digunakan untuk penelitian yang
lebih menekankan pada aspek yang lebih rinci, detail dan kritis
seperti studi kasus dan lain-lain. Namun jika penelitian yang
dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian
didasarkan pada pengujian data secara empiris, maka sebaiknya
digunakan paradigma kuantitatif.

Bab 2 | Paradigma Penelitian 17


2. Penelitian kualitatif lebih cocok digunakan untuk menjawab
yang mendetail, mendalam dan lebih khusus dengan satu objek
penelitian saja, jika dibandingkan dengan paradigma penelitian
kuantitatif yang cenderung untuk menjawab pertanyaan yang
penerapannya luas dengan objek penelitian yang banyak.
3. Paradigma postpositivisme cenderung lebih humanis yang
lebih menekankan posisi manusia penentu utama dari perilaku
individu dan gejala sosial, jika dibandingkan dengan paradigma
positivisme.

3. Manfaat Paradigma dalam Penelitian


Pada dasarnya penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk memahami
dan memecahkan masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat
ilmiah. Kebenaran yang ilmiah itu tentu saja sangat dipengaruhi oleh
cara pandang kita terhadap persoalan yang dihadapi tersebut. Paradigma
penelitian mempunyai peran yang penting untuk memotret realitas yang
dihadapi tersebut. Oleh karena itu, peneliti perlu menjadikan paradigma
penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya karena menurut
Dimyati (1992) ada beberapa manfaat yang akan diperoleh pada saat
melakukan penelitian yakni:
1. Peneliti akan diingatkan kembali tentang kedudukan objek
pengetahuannya baik secara formal maupun objek materinya.
2. Peneliti mudah untuk menentukan epistemologi dari cabang ilmu
yang menjadi objek kajiannya, karena realitas yang diteliti itu
bersifat kompleks dan bebas nilai.
3. Peneliti akan lebih mudah menemukan data pada saat di lapangan
yang berguna untuk menarik kesimpulan (teori).
4. Dengan adanya paradigma maka peneliti akan mudah menentukan
arah, proses, pilihan metode dan teknik serta membuat kategorisasi
berdasarkan data yang ditemukan dan kemudian melakukan
analisisnya.
5. Peneliti akan diingatkan kembali tentang realitas yang ditelitinya
itu bersifat rumit dan holistik.
6. Peneliti akan lebih mudah untuk mengembangkan teori berdasarkan
data empiris yang terjadi di lapangan.

18 Metode Penelitian Kualitatif


7. Subjektivitas sebagai hasil dari penelitian kualitatif akan lebih
mudah untuk dihindari.
8. Peneliti akan diarahkan untuk mengembangkan epistemologi,
metodologi, dan logika pengetahuan.

4. Memilih Paradigma dalam Penelitian


Para peneliti selalu menggunakan paradigma dalam melakukan
penelitian tertentu untuk mengungkap permasalahan yang sedang
ditelitinya. Creswell (2007:8), mencoba merincinya dengan beberapa
alasan yang dipertimbangkan peneliti dalam memilih paradigma
penelitian yakni dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Alasan Untuk Memilih Paradigma


Kriteria Paradigma Kuantitatif Paradigma Kualitatif
P a n d a n g a n Peneliti cocok dengan asumsi Peneliti cocok dengan asumsi
Peneliti ontologi, epistemologi, aksiologi ontologi, epistemologi,
retorik dan metotologi paradigma aksiologi retorik dan metotologi
kuantitatif paradigma kuantitatif
L a t i h a n d a n Keahlian penulisan teknis, Keahlian penulisan esai,
p e n g a l a m a n keahlian penguasaan komputer, keahlian penguasaan komputer,
peneliti penguasaan kepustakaan penguasaan kepustakaan
Sisi psikologis Senang dengan aturan-aturan Senang dengan penelitian yang
peneliti dan panduan-panduan khusus tidak mengharuskan prosedur
untuk melakukan penelitian, dan peraturan khusus, toleransi
toleransi yang rendah terhadap kerancuan tinggi, waktu
ketidakpastian yang tersedia penelitian yang tersedia cukup
singkat lama
Sifat masalah Pernah diteliti oleh peneliti Konteks masalah penting dan
lain sehingga banyak acuan membutuhkan pengalaman,
kepustakaan, variabel diketahui, variabel kurang diketahui, teori-
teori-teori tersedia teori cukup tersedia

Paradigma penelitian yang akan digunakan sebaiknya didasarkan


atas keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Oleh
karenanya orang yang senang melihat fenomena secara subjektif dan
mempunyai keinginan untuk membangun hubungan yang dekat dengan
informan, sering membaca buku/jurnal dan mempunyai kemampuan
untuk menggunakan komputer biasanya lebih senang untuk memilih
menggunakan paradigma penelitian kualitatif (Creswell, 2007:8).

Bab 2 | Paradigma Penelitian 19


Dalam penelitian kualitatif juga, penentuan paradigma juga sangat
dipengaruhi oleh faktor psikologis, karena penelitian kualitatif itu sangat
subjektif dan multitafsir sehingga dibutuhkan kelihaian dan kerja keras
dalam memilih dan memilah informasi yang disampaikan oleh informan
dalam menarik kesimpulan secara objektif.

B. Rangkuman
1. Sebelum istilah paradigma dipopulerkan oleh Robert Friedrichs
(1970) hingga dikenal sampai saat ini, Thomas Kuhn (1962)
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah paradigma
tersebut. Kuhn berpendapat bahwa paradigma merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan mengetahui realitas sosial yang
dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang
kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Hal ini
kemudian dipertegas Friedrichs (1980), sebagai pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari.
2. Paradigma penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
yaitu paradigma positivisme yang dibangun berdasarkan pendekatan
kuantitatif August Comte (1798-1857) yang melihat realitas dapat
dilihat dan diukur secara metafisik berdasarkan faktanya dan
paradigma postpositivisme yang dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926) yang melihat
realitas sebagai sesuatu yang bersifat holistik sehingga setiap
perilaku yang ditimbulkan mempunyai makna simbolik yang perlu
ditelusuri lebih dalam lagi untuk memahaminya.
3. Paradigma penelitian yang akan digunakan sebaiknya didasarkan
atas keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti sendiri
serta sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis, karena penelitian
kualitatif itu sangat subjektif dan multitafsir sehingga dibutuhkan
kelihaian dan kerja keras dalam memilih dan memilah informasi
yang disampaikan oleh informan untuk mendapatkan kesimpulan
secara objektif.

20 Metode Penelitian Kualitatif


C. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang diperlukan
dalam memilih sebuah paradigma penelitian?
2. Jelaskanlah apa yang anda ketahui tentang paradigma penelitian
ilmiah dan paradigma alamiah, dan mengapa sampai disebut
sebagai paradigma alamiah?
3. Jelaskanlah perbedaan antara paradigma positivisme dan paradigma
postpositivisme dan bagaimana fungsi paradigma tersebut
melakukan penelitian?

Bab 2 | Paradigma Penelitian 21


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 3
DASAR PENELITIAN KUALITATIF

Deskripsi Singkat
Penelitian pada digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang ilmiah dan
mempunyai peran penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta
melindunginya dari kepunahan. Bab ini akan membahas secara lebih ringkas dalam
memahami konsep penelitian kualitatif sebagai dasar untuk membedakannya
dengan penelitian nonkualitatif. Secara lebih rinci akan dibahas terlebih dahulu
lahirnya penelitian kualitatif, pengertian Penelitian Kualitatif, Perbedaan
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Lingkup Penelitian Kualitatif dan Kompetensi
Penelitian Kualitatif. Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi
pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan untuk menyusun penelitian kualitatif
secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Lahirnya Penelitian Kualitatif.
2. Pengertian Penelitian Kualitatif.
3. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
4. Lingkup Penelitian Kualitatif.
5. Kompetensi Penelitian Kualitatif.

23
A. Uraian Materi
1. Lahirnya Penelitian Kualitatif
Pada dasarnya pengetahuan diproduksi dari perilaku dan tindakan
manusia melalui proses pengindraannya dengan cara melihat,
mendengar, merasa dan berpikir tentang segala sesuatu. Dengan adanya
pengetahuan akan membantu pemahaman kita mengenai struktur
berpikir yang menjadi landasan penelitian. Penelitian merupakan
operasionalisasi dari suatu metode yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang ilmiah (ilmu)1. Penelitian sebagai sistem ilmu
pengetahuan mempunyai peran yang penting untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan melindunginya dari kepunahan. Penelitian
memiliki kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan sehingga
ilmu penegtahuan itu menjadi lebih up-to-date, canggih aplicated, serta
setiap saat aksiologis bagi masyarakat (Bugin, 2007:6).
Penelitian kualitatif2 pada mulanya bersumber dari pengamatan
secara mendalam yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif
yang hanya melihat sesuatu itu secara kasat mata untuk mengetahui
suatu ciri tertentu yang ada padanya. Dalam prosesnya, pengamatan
dilakukan untuk mengidentifikasi secara rinci, mencatat dan
menghitung berdasarkan pertimbangan yang dangkal yang kemudian
menyimpulkan dengan membuat perhitungan persentase, rata-rata
serta perhitungan statistik lainnya yang dikuantitaskan dengan angka
(penelitian kuantitatif). Sementara di pihak lain pengamatan harus
dilakukan secara alamiah untuk menunjuk pada kualitasnya yang
kemudian dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut.
Atas dasar pertimbangan inilah yang kemudian penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai penelitian yang secara fundamental bergantung
dari pengamatan yang dilakukan oleh manusia yang tidak mengadakan
perhitungan secara angka atau kuantitas.

1
Pengetahuan yang ilmiah artinya pengetahuan yang telah memenuhi unsur-
unsur keilmuan (metode ilmiah) seperti telah melakukan penyelidikan yang
sistematis; menggunakan metode yang ilmiah; mempunyai bukti yang representatif;
menggunakan penalaran yang logis untuk menarik kesimpulan.
2
Istilah Penelitian Kualitatif dikemukakan oleh Kirk dan Miller (1986:9)
bandingkan dengan Moleong (2014).

24 Metode Penelitian Kualitatif


Dalam sejarahnya, penelitian kualitatif dibangun berdasarkan tradisi
pemikiran yang lebih banyak mengadopsi pemikiran filsafat Plato3 yang
menempatkan manusia sebagai makhluk humanitis dan idealistis4
daripada manusia sebagai homo sapiens. Ketika manusia ditempatkan
sebagai makhluk yang memiliki idealisme dan rasio untuk mengkaji
berbagai penampakan atau fenomena yang terjadi tanpa disadari
mempunyai hubungan dialektis satu sama lain. Jadi dalam pandangan
fenomenologi sesuatu yang tampak itu pasti bermakna menurut subjek
yang menampakan fenomena itu, karena setiap fenomena berasal dari
kesadaran manusia (Bugin, 2007:6).
Oleh karenanya penelitian kualitatif dapat dikatakan telah
melampaui berbagai tahapan kritis-ilmiah untuk mengungkap berbagai
fakta atau fenomena melalui pengamatan di lapangan kemudian
menganalisisnya untuk menarik kesimpulan.

2. Pengertian Penelitian Kualitatif


Kata penelitian dalam bahasa Inggris disebut dengan research, yang
terdiri dari dua suku kata yaitu ‘re’ yang berarti melakukan kembali
(pengulangan) dan ‘search’ mencari, melihat atau mengamati. Jadi kata
“research” dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman baru yang lebih kompleks, mendetail,
mendalam dan lebih komprehensif (Anggito dan Setiawan, 2018:7).
Metode penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang keberadaannya masih
baru sehingga popularitasnya tidak sebanding metode penelitian
kuantitatif yang bersifat positivistik. Metode ini juga sering disebut
sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni
(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretif karena data
hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2007).

3
Gagasan-gagasan Plato ini kemudian memengaruhi Edmund Husser, Martin
Heidegger Marleau Ponty yang mempelopori aliran fenomenologi sebagai sebuah
aliran filsafat.
4
Manusia sebagai makhluk yang humanistis dan idealistik berangkat dari
tradisi pemikiran Jerman yang mengilhami Kant maupun Hegel tentang dunia Ide
yang kemudian melahirkan (menjadi akar tradisi) paradigma fenomenologi (dalam
penelitian sosial dikenal dengan paradigma penelitian kualitatif).

Bab 3 | Dasar Penelitian Kualitatif 25


Penelitian Kualitatif juga dapat disebut penelitian fenomenologis,
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah; disebut juga sebagai penelitian etnografi karena lebih banyak
digunakan dalam bidang antropologi budaya; dan dapat disebut juga
sebagai penelitian interaksionis simbolis, studi kasus, interpretatif dan
deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1982:3).
Dengan berbagai istilah yang sering digunakan dalam melihat
penelitian kualitatif di atas, banyak sekali definisi dari penelitian
kualitatif yang dikemukakan. Untuk itu, akan dikemukakan beberapa
pengertian penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh para ahli yakni:
1. Menurut David dan Wiliam (1995) menulis bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan latar dan metode
yang alamiah oleh orang yang mempunyai perhatian yang alamiah.
Latar alamiah dimaksudkan untuk memahami dan menafsirkan
fenomena yang terjadi dalam suatu konteks khusus dengan dan
dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada5.
2. Menurut Sugiyono (2016), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang besifat induktif lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi, di mana proses pengumpulan datanya diperoleh dari
kondisi yang alamiah menggunakan teknik triangulasi dan peneliti
itu bertindak sebagai instrumen kunci dalam proses penelitian.
3. Kirk dan Milner (1986: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menggunakan latar alamiah untuk
menafsirkan berbagai fenomena yang terjadi secara fundamental
dengan ketergantungan pada manusia dengan melibatkan berbagai
metode yang ada.
4. Kahija (2006), mengartikan penelitian kualitatif merupakan suatu
proses untuk memahami dan mendeskripsikan pengalaman peneliti
yang berpangkal pada tradisi-tradisi dan rancangan penelitian
kualitatif tertentu. Definisi ini lebih menonjolkan pada pemahaman
subjek terhadap persoalan tertentu.
5. Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk
menyajikan dunia sosial dengan perspektifnya terhadap konsep,

5
Penelitian yang alamiah ini juga dikemukakan oleh Denzin dan Linkolin
(1987) dengan memanfaatkan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen.

26 Metode Penelitian Kualitatif


perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Definisi ini lebih menekankan pada peranan penting dari peneliti
dengan menggunakan perspektif emik6 untuk melihat hal-hal yang
lebih rinci dari permasalahan yang diteliti.
6. Menurut Moleong (2014), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami yang terjadi
secara holistik dan mendalam tentang perilaku dan tindakan dari
subjek penelitian untuk dideskripsikan pada suatu konteks khusus
dangan memanfaatkan metode yang alamiah.

Dari berbagai definisi di atas dapatlah disintesiskan bahwa


penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan
mendeskripsikan secara holistik dan mendalam terhadap subjek/
partisipan dengan konteks khusus pada latar yang alamiah dengan
memanfaatkan metode yang alamiah juga.

3. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


Penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat
dijelaskan lebih mendalam dan mendetail untuk membandingkan dan
menunjukkan perbedaannya dengan penelitian kuantitatif ataupun
penelitian yang lainnya. Perbedaan tersebut (Sugiyono, 2016) meliputi
perbedaan tentang Aksioma dan Karakteristik Penelitian yaitu:

a. Perbedaan Aksioma
Aksioma7 merupakan pandangan dasar digunakan untuk melihat
tiga (3) hal tentang perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitan
kuantitatif yaitu:
1) Sifat Realitas
Penelitian kuantitatif memandang realitas itu sesuatu yang bersifat
konkret, dapat diamati dengan pancaindra, dapat dikategorikan dengan

6
Perspektif emik merupakan upaya untuk membangun pandangan terhadap
subjek penelitian secara lebih rinci yang dibentuk dengan kata-kata, gambaran
secara holistik dan rumit terhadap sikap dan tindakannya.
7
Aksioma dikemukakan oleh Lincolin dan Guba untuk menjelaskan perbedaan
yang mendasar antara paradigma positivisme dengan paradigma alamiah
(bandingkan dengan Moleong, 2014).

Bab 3 | Dasar Penelitian Kualitatif 27


secara rinci, dan dapat diverifikasi sehingga peneliti hanya dapat
menentukan beberapa variabel saja untuk diukur dengan instrumen
yang telah dibuat. Sementara dalam penelitian kualitatif, realitas itu
dapat dilihat sebagai sesuatu yang bersifat utuh (holistik) sebagai satu
kesatuan yang dinamis, tidak hanya yang tampak di permukaan tetapi
sebaliknya juga yang tersembunyi sekalipun perlu untuk dilihat.
2) Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti pada penelitian
kuantitatif itu bersifat independen karena menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data sehingga
peneliti hampir tidak mengenal siapa (responden) yang memberikan
data. Sementara kualitatif, peneliti itu sebagai instrumen utama8
yang selalu berinteraksi informan sehingga peneliti harus mengenal
dengan baik orang yang memberikan data tersebut.
3) Hubungan antar Variabel
Dalam penelitian kuantitatif, hubungan antar variabel itu bersifat
hubungan sebab akibat (kausal), di mana ada variabel bebas (X)
yang memengaruhi variabel terikat (Y). Contoh: pengaruh Upah
(X) terhadap Kinerja Pegawai (Y), artinya semakin besar upah
yang diberikan maka akan semakin tinggi kinerja pegawainya.
Sementara dalam penelitian kualitatif, hubungan antar variabel
bersifat holistik yang lebih menekankan pada proses interaktif yang
saling memengaruhi (reciprocal) sehingga tidak diketahui mana
variabel bebas dan mana variabel terikatnya. Contoh: semakin
besar upah pegawai maka semakin baik kinerjanya, tetapi juga
sebaliknya semakin tinggi kinerja pegawai maka semakin besar
pula pengeluaran yang diberikan untuk pegawai.
4) Kemungkinan Generalisasi
Pada dasarnya penelitian kuantitatif cenderung menekankan pada
keleluasaan informasi (bukan ke dalaman) dan hasil akhir sehingga
lebih cocok digunakan untuk populasi dalam jumlah yang banyak
dengan variabel yang terbatas. Dalam penelitianya diambil sampel
dengan teknik probability sampling (semua punya peluang yang sama)

8
Peneliti sebagai instrumen utama sehingga teknik pengumpulan datanya
harus dilakukan dengan partisipant observation (observasi berperan serta) dan in
dept interview (wawancara mendalam).

28 Metode Penelitian Kualitatif


sehingga dapat digeneralisasi dari sampel tersebut pada populasi
(kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi). Sementara dalam
penelitian kualitatif, lebih menekankan pada pemaknaan dan
ke dalaman informasi di balik sesuatu yang tidak tampak. Hasil
penelitiannnya tidak dapat dilakukan generalisasi (pemberlakukan)
tetapi dapat di-transferability (diterapkan) di tempat lain yang
realitasnya mempunyai kemiripan.
5) Peranan Nilai
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti cenderung bebas nilai karena
hampir tidak bersentuhan dan berhadapan langsung dengan
responden sementara dalam penelitian kualitatif terikat oleh nilai-
nilai yang menjadi dasar dalam proses penelitian meskipun terjadi
interaksi yang intens dengan peneliti.

Untuk lebih jelasnya, secara sederhana perbedaan aksioma antara


penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat ditunjukan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Perbedaan Aksioma Penelitian


Aksioma Dasar Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
Sifat Realitas Tunggal, konkret, parsial, Ganda, holistik, hasil konstruksi,
teramati, tidak berubah-ubah pemahaman dan ke dalaman
dan dapat diverifikasi makna
Hubungan Peneliti ....................................... ...................................
dengan yang diteliti
Hubungan antar .......................................... ...............................
Variabel
Kemungkinan .......................................... ..................................
Generalisasi
Peranan Nilai ............................................ ........................................
Sumber: dimodifikasi dari Sugiyono, 2016
Catatan: Anda dapat mengisi titik-titik di dalam tabel untuk memperkaya pengetahuan kita.

b. Perbedaan Karakteristik Penelitian


Menurut Bogdan dan Biken (1982), karakteristik penelitian kualitatif
memililiki lima ciri9 yang membedakannya dengan penelitian lainnya.

Lima ciri karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan


9

dan Biklen tidak dijeslakan secara rinci karena semuanya ada pada kriteria yang
dikemukakan oleh Lincoln dan Guba.

Bab 3 | Dasar Penelitian Kualitatif 29


Sementara menurut Lincoln dan Guba (1985), mengulas sepuluh ciri
penelitian kualitatif. Ciri karakteristik penelitian kualitatif tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Penelitian yang berlatar alamiah, kenyataan-kenyataan yang
terjadi hanya dapat dipahami secara holistik tanpa dipisahkan dari
konteksnya.
b. Manusia sebagai alat (instrumen), hanya manusialah yang mampu
memahami dan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan.
c. Menggunakan metode pengamatan, wawancara dan dokumen
(kualitatif) sekaligus dalam proses pengumpulan data karena lebih
responsif dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan situasi di
lapangan.
d. Menggunakan teori yang berasal dari dasar (grounded theory),
arah penyusunan teori substantifnya berasal dari data karena
menggunakan analisis secara induktif (data empiris) untuk
menyusun teori.
e. Lebih bersifat deskriptif, data dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan narasi untuk memahami secara lebih mendalam apa,
mengapa dan bagaimana keterkaitan dari peristiwa itu terjadi.
f. Lebih mementingkan proses daripada hasil, proses itu menjadi
penting karena akan lebih jelas untuk menunjukkan bagian-bagian
yang diteliti apabila diamati dalam proses serta dapat mengungkap
makna di balik peristiwa yang tidak teramati secara langsung.
g. Adanya batas yang ditentukan oleh proses, batasan dalam penelitian
harus ditentukan fokusnya untuk mempertajam analisis sehingga
hubungan interaksinya semakin dekat.
h. Adanya pengujian keabsahan data, hal ini merupakan kriteria
khusus yang harus dilakukan untuk pengujian keabsahan data (uji
kredibilitas, keteralihan, kebergantungan dan kepastian)10 sebagai
upaya redefinisi terhadap uji validitas pada penelitian klasik.

Kriteria pemeriksaan keabsahan data ini akan dibahas lebih rinci pada Bab
10

X Teknik Pemeriksaan Keabsahan data.

30 Metode Penelitian Kualitatif


i. Desain penelitian bersifat sementara, desain penelitian itu hanya
sebagai titik start awal saja sehingga pada saat melakukan penelitian
bisa saja berubah desainnya karena tidak dapat diramalkan
kenyataan-kenyataan jamak yang berhubungan dengan sistem nilai
yang terjadi di lapangan.
j. Hasil penelitian dapat dirundingkan bersama, karena kenyataan
di lapangan manusialah yang menjadi sumber data sehingga
memerlukan konfirmasi terhadap data yang telah diperoleh.

4. Lingkup Penelitian Kualitatif


Lingkup penelitian kualitatif berkenan dengan permasalahan yang cocok
serta berkenaan dengan konteks sosial atau situasi sosial11 yang akan
diteliti. Menurut Sugiyono (2016: 135), metode penelitian kualitatif itu
dapat digunakan untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang:
1. Permasalahan yang belum jelas, masih remang-remang atau
mungkin belum kelihatan sama sekali. Situasi seperti ini sangat
cocok untuk diteliti karena peneliti langsung masuk ke objek
penelitian untuk melakukan eksplorasi dengan graund tour question
sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Ibarat kita
akan mencari sesuatu yang tidak kelihatan dan terpendam di perut
bumi.
2. Ingin mengungkapkan makna di balik realitas atau fenomena
yang terjadi. Sering kali tanpa kita sadari apa yang diucapkan dan
dilakukan oleh seseorang itu mengisyaratkan makna tertentu.
3. Bila ingin memahami makna di balik data yang tampak. Setiap
tindakan dan ucapan seseorang sering mempunyai makna
tertentu. Misalkan ada seorang menangis dengan sedihnya pada
saat diwisudakan. Tangisnya itu mengisyaratkan kebahagiaan
dan rasa haru yang mendalam atas jerih payah orang tua yang
menyekolahkannya. Prinsipnya adalah untuk mengetahui makna
dari suatu tindakan kita harus berusaha untuk memahami dunia di
sekitar subjek yang diteliti tersebut dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam, observasi berperan serta, dan dokumentasi.

11
Situasi sosial itu terdiri orang-orang(aktor), yang melakukan aktivitas
(activity) pada tempat/lokasi (space) tertentu.

Bab 3 | Dasar Penelitian Kualitatif 31


4. Untuk memahami kompleksitas dari interaksi yang terjadi sehingga
mudah untuk pola-pola hubungannya secara jelas dan rinci.
5. Memahami apa yang dirasakan orang lain dengan menggunakan
perspektif emik.
6. Untuk mengembangkan teori. Peneliti akan mudah mengembangkan
teori dengan data yang telah diperoleh di lapangan (grounded
research) karena pengumpulan datanya dilakukan secara mendalam
sehingga peneliti akan dengan mudah menemukan hubungan antar
gelaja yang diteliti (hipotesis). Bila hipotesis tersebut terbukti maka
akan menjadi tesis atau teori baru.
7. Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial selalu sulit
untuk dipastikan kebenarannya. Namun dengan menggunakan
metode triangulasi/gabungan maka kepastian data akan lebih
terjamin. Peneliti juga dapat melakukan uji kredibilitas data di
mana penelitian itu akan berakhir ketika data yang telah diperoleh
tersebut sudah jenuh.
8. Melakukan kajian historis dari suatu peradaban masyarakat. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan suatu masyarakat peneliti dapat
menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara mendalam
terhadap subjek yang dianggap sangat mengetahui tentang objek
kajian yang diteliti. Misalnya penelitian untuk mengetahui sejarah
perkembangan kehidupan raja-raja di Jawa dan lain-lain.

Penelitian kualitatif dapat dilakukan pada situasi sosial tertentu


mulai dari situasi sosial yang bersifat tunggal, sampai pada masyarakat
yang kompleks. Hal dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

Tabel 3.2 Lingkup Penelitian Kualitatif

LINGKUP PENELITIAN UNIT KAJIAN SOSIAL


Makro Masyarakat yang kompleks (complex society)
Beberapa kelompok masyarakat (Multiple communities)
Sekelompok masyarakat (A single community study)
Beberapa lembaga sosial (Multiple social institutionas)
Satu lembaga sosial (A single social institution)
Beberapa situasi sosial (multiple social situations)
Mikro Satu Situasi Sosial (Single social situation)
Sumber: Sugiyono (2016)

32 Metode Penelitian Kualitatif


5. Kompetensi Penelitian Kualitatif
Sugiyono (2016: 26) beberapa kemampuan yang merupakan Kompetensi
dari Peneliti Kualitatif  yaitu: 
1. Pengetahuan dan wawasan peneliti akan semakin bertambah untuk
memahami fenomena sosial yang diteliti.
2. Lebih mudah untuk mendapatkan data karena terjalinnya hubungan
dan interaksi yang semakin akrab.
3. Memiliki jiwa responsivitas yang semakin tinggi dalam memahami
setiap gejala yang timbul dari situasi sosial yang diteliti.
4. Dapat dengan mudah menggali informasi yang berkaitan dengan
data dari informan dengan observasi partisipan, wawancara
mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.
5. Mampu menganalisis data kualitatif secara  induktif berdasarkan
data empiris yang ditemukan pada saat melakukan penelitian.
6. Mempunyai kemampuan untuk menguji keabsahan data hasil
penelitiannya.
7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi
fenomena, dan ilmu baru.
8. Laporan penelitian dapat dibuat secara baik dan sistematis karena
setiap saat selalu dilakukan analisis terhadap data yang ditemukan.
9. Mampu menghasilkan sebuah teori dan kesimpulan terhadap hasil
dari abstraksi penelitian.
10. Mampu memberikan rekomendasi terhadap hasil penelitian yang
diperoleh dan mempresentasikannya kepada khalayak umum
sebagai bentuk pertanggungjawaban.

B. Rangkuman
1. Penelitian merupakan sistem ilmu pengetahuan mempunyai
kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan sehingga ilmu
pengetahuan itu menjadi lebih, canggih, aplicated, serta setiap saat
aksiologis bagi masyarakat.
2. Penelitian kualitatif itu berakar pada latar yang alamiah dengan
mengandalkan peneliti sebagai instrumen kunci sehingga fenomena

Bab 3 | Dasar Penelitian Kualitatif 33


yang diteliti dapat dengan mudah untuk dipahami secara lebih
mendalam baik terhadap tindakan dan perilaku yang terjadi secara
holistik dan mendeskripsikannya dengan memanfaatkan metode
yang alamiah dan teknik triangulasi (gabungan) untuk menarik
kesimpulan.
3. Penelitian kualitatif mempunyai perbedaan yang cukup mendasar
dengan penelitian-penelitian kuantitatif ataupun penelitian yang
lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa peneliti kualitatif juga
mempunyai kemampuan dan wawasan yang luas setiap fenomena
yang ditelitinya sehingga dapat suatu pengetahuan baru karena ciri
yang melekat pada penelitian kualitatif itu sendiri.

C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara singkat sejarah lahirnya penelitian kualitatif!
2. Jelaskanlah metode penelitian kualitatif juga sebagai metode
penelitian etnografi!
3. Rumuskanlah definisi penelitian kualitatif dengan menggunakan
kata-kata anda sendiri!
4. Uraikanlah secara singakat, tidak lebih dari dua halaman minimal
lima ciri dari penelitian kualitatif!
5. Sebutkanlah beberapa kompetensi sebagai seorang peneliti
kualitatif yang telah anda miliki!

34 Metode Penelitian Kualitatif


BAB 4
PENDEKATAN PENELITIAN
KUALITATIF

Deskripsi Singkat
Pendekatan penelitian sangat penting untuk ditentukan sebelum kita melangkah
lebih jauh dalam melakukan penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu pendekatan penelitian harus selaras dengan
keperluan dalam menentukan dan menjawab permasalahan penelitian. Bab
ini akan membahas secara lebih mendalam tentang pendekatan dan jenis-jenis
penelitian kualitatif. Secara lebih rinci akan dibahas terlebih dahulu pengertian
Pendekatan Penelitian kemudian Jenis-jenis Penelitian Kualitatif. Untuk itu
diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Pendekatan Penelitian.
2. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif.

35
A. Uraian Materi
1. Pengertian Pendekatan Penelitian
Sudah banyak pakar yang menjelaskan tentang berbagai jenis penelitian
kualitatif, namun masing-masing menjabarkannya berdasarkan pada
perspektif dan paradigma penelitian yang dianutnya. Pada umumnya
penelitian kualitatif bertolak dari penelitian sosial yang dapat dilakukan
sepanjang peneliti tetap dalam paradigma penelitian kualitatif deskriptif
(Muktar (2013).
Pendekatan penelitian adalah cara berpikir yang dipakai oleh peneliti
tentang bagaimana desain penelitian dibuat dan dilakukan. Tentunya
yang menjadi masalah adalah bagaimana cara menentukan pendekatan
penelitian yang dipakai dalam penelitian. Ada beberapa parameter yang
dapat dicapai dalam menentukan pendekatan penelitian, yaitu:
1. Harus mengetahui karakter penelitian yang akan dilaksanakan serta
pertanyaan penelitian yang akan dijawab.
2. Mengetahui dan memperjelas tujuan penelitian.
3. Mempunyai keahlian, keinginan dan pengalaman pribadi dari
peneliti.
4. Kepekaan masalah yang sedang ditangani.

Pendekatan penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni


pendekatan kuantitatif, pendekatan penelitian kualitatif, dan pendekatan
penelitian campuran. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan
pendekatan yang menciptakan kejadian yang diteliti secara deskriptif dan
naratif, dan pendekatan penelitian kuantitatif merupakan pendekatan yang
dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh faktor penelitian yang dipakai
sementara penelitian campuran dilakukan untuk memadukan pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif dalam melakukan penelitian.

2. Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif


Ada banyak ahli mempunyai pemikiran tentang jenis-jenis penelitian
kualitatif seperti ada berbagai jenis penelitian kualitatif ke dalam 6
kelompok yakni Analisis Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi,
Studi Kasus, Penelitian Enografis dan Penelitian Naturalistik (Muktar,
2013). Sementara Fatchan membagi pendekatan kualitatif ke dalam

36 Metode Penelitian Kualitatif


9 jenis penelitian yakni Penelitian Fenomenologi, Konstruksionistik,
Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik,
Historis, dan Inquiri Filosofi. John W. Creswell dalam Kahija (2006)
membagi penelitian kualitatif dalam 5 jenis penelitian yaitu Penelitian
Biografis, Fenomenologi, Studi Kasus, Etnografis dan Grounded Theory.
Dari beberapa pandangan para ahli tersebut, maka akan dijelaskan
beberapa jenis penelitian dimaksud sebagai berikut.
1. Analisis Dokumen/Teks (Document Study)
Analisis ini sering juga dipahami sebagai analisis informasi bahkan
sangat sulit dipisahkan juga dengan analisis isi. Penelitian ini selalu
berkaitan dengan penelitian sejarah padahal keduanya mempunyai
perbedaan yang cukup mendasar. Analisis dokumen cenderung
menggunakan data/informasi yang relatif baru dan belum terlalu
lama sehingga memiliki aktualitas yang cukup tinggi (Mukthar,
2013).
Studi dokumen dilakukan dengan mengalisis bahan tertulis yang
berdasarkan pada konteksnya seperti buku teks, surat kabar,
majalah, surat-surat, artikel, dan dokumen sejenisnya yang
pernah dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami
dan menggali gagasan seseorang yang ada pada dokumen yang
bersifat autentik kemudian dinterpretasikan untuk mendapatkan
pemaknaannya. Para pendidik cenderung menggunakan metode
ini untuk mengevaluasi tingkat ketercapaian dalam mengkaji topik
tertentu dari sebuah teks.
2. Penelitian Historis (Historis Studies)
Penelitian historis cenderung mempunyai kemiripan dengan
analisis karena objek kajiannya adalah dokumen dan sumber-
sumber informasi yang ada pada sebuah teks. Perbedaannya terletak
data yang digunakan jauh lebih lama pada kejadian-kejadian yang
sudah terjadi sebelumnya. Penelitian jenis ini bertujuan untuk
mengonstruksikan kondisi masa lampau secara sistematis, objektif
dan akurat dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk dievaluasi,
dianalisis, dan disintesiskan. (Fatchan, 2011).
3. Studi Kasus (Case Studies)
Penelitian jenis ini dilakukan dengan mengeksplorasi secara
mendalam tentang berbagai peristiwa dan tindakan yang telah

Bab 4 | Pendekatan Penelitian Kualitatif 37


terjadi dalam kurun waktu tertentu baik terhadap individu,
kelompok, organisasi, maupun program kegiatan dalam waktu
tertentu untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam
dari suatu entitas tertentu dalam konteks saat ini. Biasanya
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan  sampling
purposive, kemudian selanjutnya dilakukan analisis holistik terhadap
kasus tersebut untuk mengetahui pola-pola, konteks dan setting dari
yang terjadi tersebut. Penelitian ini selalu bertolak pada pertanyaan
‘How’ atau ‘Why’ untuk melakukan eksplorasi yang mendalam
terhadap peristiwa yang terjadi tersebut.
Ada tiga tipe (jenis) ini yaitu Studi Kasus Eksplanatoris, yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu peristiwa yang sama atau
berbeda dan dapat diaplikasikan pada satu kasus dalam rangkaian
peristiwa yang lain. Kemudian Studi Kasus Eksploratoris yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu kejadian atau peristiwa
yang bersifat kontinue (berkelanjutan) antara satu peristiwa dengan
peristiwa berikutnya. Sementara yang terakhir adalah Studi Kasus
Deskriptif, yang bertujuan untuk melacak hubungan suatu peristiwa
dengan individu tertentu dan juga untuk menemukan fenomena
kunci dari berbagai realitas sosial yang muncul di masyarakat.
4. Penelitian Etnografis
Penelitian ini berangkat dari filsafat fenomenologi dari Max Weber
dengan dasar disiplin ilmu antropologi yang fokus perhatiannya
lebih banyak diarahkan pada manusia dan kebudayaan yang
dianutnya. Prosedur penelitiannya dilakukan secara holistik untuk
menggambarkan peristiwa yang diteliti pada kelompok kebudayaan
tertentu dan menggunakan perspektif emik (pandangan partisipan)
tanpa mengabaikan perspektif etis (pandangan peneliti) sebagai dasar
analisisnya. Tujuannya adalah untuk mengungkap berbagai makna dari
perilaku masyarakat dalam kebudayaan tersebut (Mukhtar, 2013).
5. Penelitian Naturalistik (naturalistic inquiry)
Penelitian naturalistik1 dikembangkan oleh Lincoln dan Guba yang
berusaha untuk mengungkap berbagai realitas sosial yang terjadi

1
Penelitian naturalistik ini juga dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln (1987)
bisa juga dikatakan sebagai penelitian fenomenologis, penelitian etnografi dan
penelitain kualitatif lainnya.

38 Metode Penelitian Kualitatif


secara alamiah, apa adanya dan juga berusaha untuk memahami
dan mengungkapkan makna di balik peristiwa alamiah yang
ditunjukan subjek atau individu tertentu. Penelitian ini umumnya
lebih banyak digunakan dalam penelitian sosial kemasyarakatan
yang lebih mengedepankan pemaknaan terhadap perilaku sosial
yang tersembunyi di baliknya.
6. Studi Fenomenologi
Studi fenomenologi bertujuan untuk memahami dan mengungkap
berbagai fenomena (gejala-gejala) yang ada dalam konteks
kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan pancaindra.
Penelitian ini berusaha mencari “esensi” makna yang dialami oleh
individu dari suatu mendeskripsikannya secara rinci.
Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian naturalistik
karena penelitiannya berlatar pada kondisi yang alamiah sehingga
peneliti dapat dengan mudah untuk mengkaji fenomena yang
ditelitinya secara mendalam. Dalam proses penelitiannya
peneliti harus mengesampingkan seluruh pengalaman telah
dimiliki  (Epoche)2 seolah-olah seperti orang asing yang baru sehingga
ia akan dengan mudah untuk memahami dan mendengarkan
pengalaman dari para partisipan/subjek penelitian. (Hahija, 2006)
Sementara itu, menurut Fachtan (2011), ini dilakukan untuk
melihat makna yang terkonsep/terkonstruksi dalam diri individu
yang kemudian tampakan dalam bentuk fenomena. Dengan asumsi
yang terbangun bahwa individu melakukan interaksi dengan
sesamanya dalam bentuk realitas tindakan yang ditampakan atau
digejalakan sehingga banyak makna yang perlu didalami dalam
interaksi tersebut. itulah sebabnya penelitian ini cenderung
lebih layak menggunakan wawancara mendalam dalam proses
pengumpulan data.
7. Konstruksionalistik
Pendekatan ini mempunyai kemiripan dengan pendekatan
fenomenologi yang fokus kajiannya pada permaslahan yang
berkaitan dengan pengalaman dari tindakan individu yang tampak

2
Konsep Epoche  merupakan suatu proses di mana peneliti meminimalisir
pengalaman yang teleh dimiliki sebelumnya dan lebih banyak untuk mendengarkan
pengalaman dari subjek penelitian.

Bab 4 | Pendekatan Penelitian Kualitatif 39


dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Rokhmah (2014:11)
bahwa berbagai tindakan manusia akan memberikan pengaruh
pada kehidupan masyarakat dan lingkungannya (ekternalisasi)
dan juga sebaliknya berbagai tindakan dari individu sangat
dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang ada di
sekitarnya (Internalisasi).
8. Grounded Theory 
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif
yang dilakukan dengan sejumlah   prosedur sistematis untuk
mengembangkan teorinya dengan memanfaatkan data dan
fakta empiris yang diperoleh di lapangan. Prosedur kerjanya
dilakukan secara cermat untuk mengungkapkan kausalitas,
konsekuensi, dari fenomena yang diteliti dengan membuat coding
terbuka  terhadap data yang diperoleh, dan menyusunnya ke
dalam coding aksial dalam bentuk diagram logika sehingga mudah
untuk mengidentifikasikan  konsekuensinya untuk mendapatkan
sebuah teori. Intinya pendekatan ini lebih berorientasi pada
pengembangan suatu teori pada sauatu fenomena yang dipelajari
dengan memanfaatkan data empirisnya (Kahija, 2016).
9. Studi Naratif
Studi juga merupakan bentuk penelitian kualitatif yang difokuskan
pada narasi, cerita, atau deskripsi tentang suatu serangkaian
peristiwa mempunyai ketekaitan dengan realitas kehidupan
manuasia. Prosesnya juga menggunakan wawancara mendalam
dan observasi yang prosedur penelitianya berupa restoring, di
mana peneliti membuat cerita kembali yang berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian
ini biasanya berkaitan dengan:
a. Cerita biografi dan autobiografi pengalaman hidup seseorang.
b. Sejarah perjalanan kehidupan seseorang.
c. Sejarah tutur dari suatu kebuadayaan diperoleh dari hasil
ingatan peneliti.

40 Metode Penelitian Kualitatif


B. Rangkuman
1. Pendekatan penelitian adalah cara berpikir yang digunakan oleh
peneliti untuk mendesain penelitiannya agar dapat dengan mudah
dilakukan. Pendekatan penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
tiga yakni pendekatan kuantitatif, pendekatan penelitian kualitatif
dan pendekatan penelitian campuran. Pendekatan penelitian
kualitatif merupakan pendekatan yang menciptakan kejadian yang
diteliti secara deskriptif dan naratif, dan pendekatan penelitian
kuantitatif merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
mengidentifikasi seluruh faktor penelitian yang dipakai sementara
penelitian campuran.
2. Ada berbagai macam jenis penelitian kualitatif yang dikemukakan
oleh para ahli seperti Analisis Dokumen, Penelitian Historis,
Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik,
Fenomenologi, Konstruksionistik, Etnografis Studi Kasus,
Etnografis, Studi Naratif dan Grounded Theory.

C. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskanlah minimal lima jenis penelitian yang anda ketahui dengan
menggunakan kata-katamu sendiri!
2. Buatlah data perbandingan-perbandingan yang menunjukkan ciri
dan identitas dari masing-masing jenis penelitian yang diuraikan
di atas untuk menunjukkan kelebihan dan kelemahannya masing-
masing!

Bab 4 | Pendekatan Penelitian Kualitatif 41


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 5
SEPUTAR MASALAH PENELITIAN

Deskripsi Singkat
Penelitian jenis apa pun selalu berangkat dari masalah, tanpa masalah maka
penelitian tidak dapat dilaksanakan sama sekali. Oleh sebab itu masalah penelitian
sudah harus mulai dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas.
Terkadang perumusan masalah itu dianggap sepele oleh peneliti atau mahasiswa
yang akan mempersiapkan tugas akhirnya. Hal ini tentunya akan terlihat dari
usulan proposal penelitiannya yang diajukan di mana perumusan masalahnya
belum terlihat dengan baik sama sekali. Oleh karena itu, uraian dalam Bab ini
akan membahas secara lebih lengkap dan ringkas seputar masalah penelitian
sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengikuti pembahasannya dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian kualitatif
dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan:
1. Pengertian Masalah.
2. Masalah dalam Penelitian Kualitatif.
3. Sumber-sumber Masalah Penelitian.
4. Pertimbangan Memilih Masalah Penelitian.
5. Fokus Penelitian.
6. Bentuk Rumusan Masalah.
7. Kriteria dalam Perumusan Masalah.
8. Langkah-langkah Merumuskan Masalah Penelitian.
9. Tema dan Judul Penelitian.

43
A. Uraian Materi
1. Pengertian Masalah
Penelitian kualitatif yang baik tidak dimulai dari sesuatu yang serba
kosong, tetapi harus berangkat dari suatu masalah yang sifatnya masih
sementara. Ada perbedaan yang cukup mendasar antara masalah
penelitian kuantitatif dengan masalah penelitian kualitatif. Masalah
penelitian kuantitatif lebih umum dan memiliki wilayah yang luas
dengan tingkat variasinya yang kompleks, fokusnya berada di permukaan
sehingga masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus
jelas, spesifik dan dianggap tidak berubah. Berbeda dengan penelitian
kualitatif wilayah cakupannya cenderung sempit dan terbatas namun
memiliki pembahasan yang tingkat kedalamannya luas dan tidak
terbatas meskipun masalahnya masih bersifat sementara dan akan
berkembang atau bahkan berganti ketika peneliti sudah melakukan
penelitian.
Menurut Sugiyono (2016:29), masalah adalah penyimpangan
antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan
atau penyimpangan antara masa lampau dengan yang terjadi sekarang.
Atau ada juga yang mengatakan masalah adalah kesenjangan (discrepancy)
apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang terjadi (kenyataan).
Kesenjangan tersebut dapat terjadi pada ilmu pengetahuan dan
teknologi, ekonomi, sosial politik, budaya, dan lain sebagainya.
Penelitian itu dilakukan untuk mencari kebenaran dengan
menggunakan metode ilmiah untuk menjawab permasalahan.
Oleh sebab itu permasalahan yang diteliti harus memiliki relevansi
dengan keilmiahan peneliti dan diharapkan mampu untuk menjawab
kesenjangan-kesenjangan itu.

2. Masalah dalam Penelitian Kualitatif


Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus,
di mana dalam penentuan masalahnya sangat bergantung pada latar
belakang paradigma dari seorang peneliti dan dari sudut manakah ia
memandang masalah tersebut. Masalah itu bukan merupakan tujuan
dan lebih dari sekadar pertanyaan karena masalah adalah suatu kondisi

44 Metode Penelitian Kualitatif


yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai penyebabnya sehingga
menimbulkan gejala yang harus diselidiki untuk mengetahui apa yang
menyebabkan terjadinya gejala tersebut (Guba, 1974:44).
Ada tiga kemungkinan yang dapat menunjukkan terjadinya
perubahan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti pada saat
melakukan penelitian. Yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti
tidak mengalami perubahan sampai akhir penelitiannya sehingga tetap
sama (judul proposal dan judul penelitian sama). Yang kedua, masalah
yang dibawa peneliti berkembang setelah melakukan penelitian yaitu
memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan sehingga
perubahannya tidak telalu banyak, cukup disempurnakan saja. Yang
ketiga, masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan
berubah secara total sehingga judul penelitian harus berubah dan
diganti.
Esensi dari penelitian kualitatif adalah ketika peneliti mengubah
masalah atau mengganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan.
Hal ini dianggap lebih baik karena peneliti sudah mampu untuk dapat
melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya sehingga ia mampu
melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa
yang terjadi pada situasi sosial yang diteliti. Berbagai kemungkinan
yang menunjukkan terjadinya perubahan masalah sebelum dan sesudah
memasuki lapangan dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini:

Gambar 5.1 Kemungkinan Terjadi Perubahan Masalah


Sumber: Sugiyono, 2016

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 45


3. Sumber-sumber Masalah Penelitian
Sama saja dengan penelitian kuantitatif, masalah penelitian kualitatif
juga bisa didapatkan dari berbagai sumber. Eksplorasi terhadap
sumber-sumber inspirasi akan memungkinkan peneliti untuk
memperoleh gagasan yang lebih segar tentang topik dan masalah
penelitian. Seseorang dapat saja menemukan topik penelitiannya
ketika berada di kamar tidur atau sehabis bangun tidur, saat minum
kopi di pagi hari, atau ide penelitian itu dapat saja ditemukan dari
pengalaman berinteraksi dengan anggota masyarakat di mana saja
dan kapan saja. Semakin banyak orang membaca lingkungannya,
semakin banyak dan mudah pula dia menemukan topik-topik
penelitian karena pada dasarnya lingkungan adalah sumber inspirasi
untuk berkarya.
Selain eksplorasi, menurut Bugin (2010:61) berpikir dan merenung
juga merupakan sumber untuk memperoleh masalah penelitian yang
tidak akan pernah surut. Dengan berpikir orang akan dengan mudah
untuk menemukan gagasan, ide dan motivasi dalam melakukan suatu
penelitian. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa rancangan atau
skenario yang diperlukan untuk memperoleh gagasan penelitian.

a. Menemukan Masalah
Menelusuri dan menemukan serta mengidentifikasi masalah adalah
kegiatan awal dalam menulis karya ilmiah. Menemukan suatu masalah
biasanya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Secara Kebetulan
Terkadang suatu masalah dapat ditemukan secara kebetulan, dan
tanpa disadari. Seseorang ingin menulis Budaya Kerja Aparat Sipil
Negara (ASN), secara kebetulan Ia telah menemukan “Budaya Kerja
di Kalangan Aparat Sipil Negara”, artinya judul tersebut terlintas
dalam pikiran seseorang tanpa Ia menyadarinya.
b. Berdiskusi dengan Teman/Dosen/Orang lain
Berdiskusi dengan orang lain akan menginspirasi dan membuka
cakrawala berpikir kita untuk menemukan masalah yang cocok
dan dikehendaki dalam menemukan sebuah judul penelitian yang
diinginkan. Jadi semakin terbuka terhadap orang lain maka akan

46 Metode Penelitian Kualitatif


semakin mudah pula kita menemukan masalah dan judul penelitian
yang diinginkan.
c. Informasi dari Media Massa
Informasi yang diperoleh melalui media massa terkadang dapat
mengilhami untuk menemukan masalah yang berkualitas. Dengan
sifat media massa yang selalu mengekspos berbagai masalah di
masyarakat sehingga dapat hampir setiap hari masalah selalu
disuguhkan (bank masalah). Seseorang yang sering membaca dan
mengikuti perkembangan media massa akan memungkinkannya
untuk dapat mengakses berbagai masalah secara gratis dan mudah.
d. Pernyataan Pemegang Otoritas
Pendapat dan pandangan dari orang yang mempunyai otoritas/
kekuasaan baik (formal dan nonformal) dapat juga dijadikan sebagai
sumber masalah karena adanya kecenderungan bahwa figur yang
menjadi panutan bagi orang banyak dapat menginspirasi untuk
menemukan masalah.
e. Lewat Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang paling baik, namun tidak semua
pengalaman selalu positif tetapi kadang sebaliknya. Pengalaman
itu biasanya dari diri sendiri maupun dari orang lain yang dapat
dijadikan sebagai sumber masalah penelitian.
f. Bacaan/Buku/Karya Orang lain
Sumber bacaan seperti buku, jurnal dan laporan hasil-hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai sumber masalah karena di
dalamnya tentu mencantumkan rekomendasi untuk penelitian
lebih lanjut terhadap masalah yang diteliti tersebut.
g. Pertemuan Ilmiah
Pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi, lokakarya, konferensi
dan sebagainya dapat juga dijadikan sebagai salah satu sumber
permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
h. Mengamati di Masyarakat
Sering kali masyarakat di sekeliling kita adalah laboraturium sosial
bagi semua aktivitas sosial kita. Apabila kita dapat melakukan
pengamatan terhadap aktivitas masyarakat sekeliling kita maka
berbagai masalah dan judul penelitian dapat kita ciptakan. Oleh

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 47


karena itu kita harus jeli dan peka dalam memahami lingkungan
sosial kita sehari-hari.
i. Intuisi
Dengan pikiran juga dapat memunculkan suatu masalah karena
masalah penelitian kadang muncul dalam pikiran pada saat-saat
yang tidak kita duga dan direncanakan.

b. Mengidentifikasi Masalah
Setelah masalah penelitian yang layak sudah ditemukan, maka menurut
Bugin (2010), ada beberapa cara yang diperlukan saat melakukan
identifikasi terhadap masalah tersebut yaitu:
a. Mengurai berbagai pertanyaan tentang tema/topik tertentu.
Mengurai berbagai pertanyaan dimaksudkan agar dapat membuka
wawasan seseorang untuk mendapatkan gambaran secara utuh
terhadap masalah yang sedang diteliti.
b. Indikasi terjadinya masalah harus ditampilkan
Mengurai indikasi tentang suatu masalah akan membantu untuk
mendapatkan dan menemukan parameter dari masalah yang ingin
kita teliti.
c. Menginventarisir berbagai masalah
Menginventarisir masalah akan membantu penulis menemukan
masalah-masalah yang penting untuk dapat dijadikan sebagai
fokus dalam melakukan penelitian. Inventarisir harus dilakukan
berdasarkan karakteristik dari fenomena tersebut.
d. Menampilkan data statistik terjadinya masalah
Menampilkan data statistik juga sangat membantu seseorang dalam
mengidentifikasi dan menganalisis suatu masalah. Kebanyakan
orang lebih percaya urgensi masalah apabila ada data statistiknya
untuk memperkuat penjelasan.

4. Pertimbangan Memilih Masalah


Untuk mendapatkan masalah penelitian yang layak memang cukup
sulit dan membutuhkan kecermatan dari seorang peneliti. Namun
ketika masalah penelitian yang layak sudah ditemukan maka pekerjaan
penelitian sudah dapat dilakukan.

48 Metode Penelitian Kualitatif


Natzir (2003: 112-116) mengemukakan beberapa hal tentang
karakteristik masalah untuk dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam memilih masalah penelitian yang tepat yaitu:
1. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian
Masalah itu harus mempunyai nilai keaslian (originalitas) yang
kemudian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Masalah itu harus mempunyai nilai fisibilitas (dapat dipecahkan)
Dalam memecahkan masalah tersebut perlu dipertimbangkan
keseimbangan antara metode, biaya, kemampuan, dan waktu yang
tersedia.
3. Masalah itu harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang diteliti harus disukai atau disenangi oleh peneliti
sehingga peneliti tersebut mempunyai kemampuan dan kecakapan
dalam melakukan penelitian dimaksud.

Selain itu, Bugin (2010:55-56) juga mengemukakan setidaknya


ada dua hal1 yang harus dipertimbangkan seseorang dalam memilih
masalah penelitian yaitu:
1. Pertimbangan Objektif
Pertimbangan ini harus didasarkan pada masalah itu sendiri, apakah
layak atau tidak layak untuk diteliti. Masalah tersebut dikatakan
layak apabila berkualitas, mempunyai nilai penemuan yang tinggi,
menjadi permasalahan yang sedang dirasakan oleh masyarakat,
tidak merupakan pengulangan terhadap penelitian orang lain dan
mempunyai referensi teoretis yang jelas.
2. Pertimbangan Subjektif
Pertimbangan ini berkaitan dengan kredibilitas (calon) peneliti
terhadap apa yang akan ditelitinya, sehingga yang perlu diperhatikan
adalah apakah masalah tersebut benar-benar sesuai dengan minat
peneliti atau tidak, adanya kesesuaian masalah dengan kualifikasi
peneliti, kemampuan peneliti secara teoretis dalam memahami
masalah tersebut, adanya waktu dan biaya yang cukup untuk
menyelesaikan penelitian, dan lain sebagainya.

1
Bandingkan dengan Bugin, Burhan. (2006). Penelitian Kualitatif. Kencana
Prenada Media: Jakarta, hlm. 52.

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 49


Secara lebih detail dan rinci (Hadi, 2004:56-60) memberikan
pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk memilih topik penelitian
yang akan dikaji, yaitu:
1. Managable Topik (Topik Mudah Dijangkau)
Peneliti harus mempunyai kemampuan untuk menjangkau topik
yang akan dibahas baik dari sisi kecakapan, waktu dan biaya serta
kerja sama untuk mendapatkan data. Jangan melakukan penelitian
di luar batas kemampuan peneliti.
2. Obtainabel Data (Data Memadai)
Peneliti harus mempunyai ketersediaan sumber-sumber
kepustakaan, baik data primer maupun data sekunder yang
memadai serta mudah untuk dapat diakses.
3. Signifikansi Topik (Sesuai dengan Kebutuhan)
Topik yang dibahas dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat dimanfaatkan untuk
kelangsungan kehidupan manusia.
4. Interested Topik (Topik Menarik)
Topik yang dipilih harus menarik minat peneliti untuk mencari
kebenaran ilmiah yang tersembunyi di baliknya.

Jadi setiap penelitian itu selalu berangkat dari suatu masalah.


Terkadang kita selalu mengalami kesulitan dalam memilih dan
menentukan masalah penelitian namun apabila masalah penelitian
sudah ditemukan dengan baik dan benar, maka dapat dipastikan bahwa
sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% sudah terselesaikan.

5. Fokus Penelitian
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala/fenomena itu bersifat
holistik sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya
hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi berdasarkan keseluruhan
situasi sosial yang diteliti (place), pelaku (aktor), dan aktivitas (activity)
yang saling berinteraksi secara sinergis. Oleh sebab itu perlu ditentukan
fokus penelitian (dalam kuantitatif disebut batasan masalah) yang berisi
pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015:32).

50 Metode Penelitian Kualitatif


Moleong (2007:94) menjelaskan bahwa penetapan fokus penelitian
itu hanya dapat dipastikan pada saat peneliti sudah berada di lapangan
penelitian. Hal ini tentunya sesuai dengan karakteristik penelitian
kualitatif di mana masalah dan fokus penelitian yang sudah dirumuskan
itu masih bersifat tentatif dan akan dipastikan saat penelitian sudah
dilakukan. Namun penting untuk diketahui bahwa ada dua hal yang akan
dicapai ketika fokus penelitian sudah ditetapkan dengan memanfaatkan
rumusan masalah yaitu;
1. Penetapan fokus dilakukan untuk membatasi studi atau bidang
inkuiri (kajian). Hal ini akan membantu peneliti dalam proses
penentuan subjek penelitian karena fokusnya sudah ditentukan.
2. Penetapan fokus berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam
mendapatkan arus keluar-masuk informasi yang diperoleh di
lapangan. Dengan adanya fokus maka seorang peneliti akan
dengan mudah untuk mengetahui data mana yang relevan untuk
dikumpulkan dengan maslah yang diteliti.

Sementara itu, Spradley dalam Sanapiah (1998) mengatakan fokus


merupakan upaya untuk mempertajam penelitian sehingga peneliti
mempunyai pemahaman secara luas dan mendalam tentang situasi
sosial yang diteliti. Penetapan fokus ini dapat dilakuan dengan empat
cara yaitu:
1. Fokus ditetapkan berdasarkan permasalahan yang disarankan oleh
informan.
2. Fokus ditetapkan berdasarkan pada domain tertentu dari domain
yang telah ada sebelumnya (organizing domain).
3. Fokus yang ditetapkan harus memiliki nilai temuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
4. Fokus harus ditetapkan berdasarkan pada teori-teori yang
mempunyai keterkaitan dengan permasalahan penelitian.

6. Bentuk Rumusan Masalah


Secara umum ada tiga bentuk rumusan masalah penelitian berdasarkan
level of explanation terhadap suatu gejala yaitu rumusan masalah
deskriptif, rumusan masalah komparatif, dan rumusan masalah
asiosiatif (Sugiono, 2016: 35).

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 51


1. Rumusan masalah deskriptif merupakan bentuk rumusan masalah
yang dapat digunakan oleh peneliti memotret dan mendeskripsikan
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam. Misalkan sebuah penelitian yang dilakukan dengan
judul “Makna Budaya Duan Lolat bagi Masyarakat Tanimbar”, maka
contoh rumusan masalanya yaitu:
a. Apakah makna Budaya Duan Lolat bagi Masyarakat Tanimbar.
b. Bagaimanakah upaya yang harus dilakukan dapat melestarikan
Budaya Duan Lolat bagi masyarakat Tanimbar.
2. Rumusan masalah komparatif yaitu bentuk rumusan masalah
yang digunakan untuk membandingkan antara konteks sosial yang
satu dengan yang lainnya. Misalkan judul penelitiannya adalah
“Makna Budaya Duan Lolat bagi Masyarakat Tanimbar”, maka
contoh rumusan masalanya yaitu: adakah perbedaan pemaknaan
Budaya Duan Lolat antara masyarakat yang berada pada Kecamatan
Tanimbar Utara dengan masyarakat yang berada pada Kecamatan
Tanimbar selatan.
3. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang
menghubungkan antara situasi sosial atau domain yang satu dengan
yang lainnya. Dalam rumusan masalah ini terbagi menjadi tiga yaitu
hubungan yang bersifat simetris, hubungan yang bersifat kausal
dan hubungan yang bersifat interaktif atau reciprocal.

Hubungan yang bersifat simetris merupakan hubungan antar suatu


gejala yang muncul bersamaan. Contoh adakah hubungan antara ayam
jantan berkokok dengan air pasang di laut, adakah hubungan antara
money politik dengan kekuasaan?. Hubungan kausal adalah hubungan
yang bersifat sebab akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi
dari metode penelitian kuantitatif yang memandang segala sesuatu
itu terjadi karena ada sebabnya. Contoh adakah pengaruh antara
upah pegawai dengan kinerja pegawai?. Selanjutnya hubungan adalah
hubungan yang saling memengaruhi. Contoh bagaimanakah pola
terbentuknya budaya Duan Lolat di masyarakat Tanimbar?.

52 Metode Penelitian Kualitatif


7. Kriteria dalam Perumusan Masalah
Salah satu karakteristik dari perumusan masalah penelitian adalah masalah
tersebut harus dirumuskan secara jelas dan baik (clear) sehingga tidak
membingungkan dan peneliti tidak mengalami kesulitan untuk menentukan
langkah selanjutnya yang akan dilakukan (Fraenkel dan Wallen, 1990).
Untuk memudahkan peneliti dalam merumuskan masalah
penelitian dengan baik dan benar maka perlu untuk diperhatikan
beberapa hal berikut yaitu:
1. Masalah hendaknya dirumuskan dengan singkat, padat, jelas, dan
bermakna.
Pada saat merumuskan masalah perlu dipertimbangkan kalimat dengan
bahasa yang digunakan sehingga maknanya jelas dan mudah dipahami,
tidak membingungkan pembaca dan tidak bersifat multitafsir.
2. Rumusan masalah harus dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
Perumusan masalah harus menggunakan kata tanya (what, when
why, where, who and how) sehingga dapat berbentuk pertanyaan yang
akan dicari jawabannya bukan berbentuk pernyataan.
3. Masalah hendaknya dirumuskan dengan jelas dan konkret.
Dengan bentuk pertanyaan seperti ini akan memungkinkan peneliti
secara mudah dan ekspilisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat opersional ini akan dapat memungkinkan peneliti memahami
dan mendalami fenomena yang sedang diteliti
5. Rumusan masalah hendaknya mampu memberikan petunjuk
tentang tahapan selajutnya dari proses penelitian yang dilakukan.
6. Rumusan masalah harus dibatasi lingkupnya sehingga
memungkinkan penarikan kesimpulan secara tegas yang disertai
dengan penjabaran-penjabaran secara spesifik.

8. Langkah-langkah Perumusan Masalah


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merumuskan
permasalahan penelitian kualitatif menurut Moleong (2014: 119) adalah
sebagai berikut.

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 53


Langkah 1: Tentukan Fokus Penelitian
Sebelum menentukan fokus penelitian, terlebih dahulu
peneliti sudah harus mempunyai topik penelitian.
Misalnya topik penelitiannya adalah “Makna Budaya
Duan Lolat bagi Masyarakat Tanimbar”. Berdasarkan
topik penelitian tersebut maka fokus penelitiannya adalah
‘Makna Budaya Duan Lolat’.
Langkah 2: Carilah berbagai faktor yang ada kaitan dengan fokus
tersebut atau sering dinamakan sub fokus.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna budaya
Duan Lolat bagi masyarakat Tanimbar. Untuk itu faktor-
faktor berupa kearifan lokal, budaya Tanimbar, adat
istiadat dan faktor lainnya. Berbagai sub fokus tersebut
didasarkan pada hasil penelaahan kepustakaan, media
massa dan cerita masyarakat pedesaan, dan lain-lain.
Langkah 3: Dari berbagai sub fokus yang telah teridentifikasi tersebut
maka tentukanlah sub fokus mana yang paling menarik
untuk dikaji, kemudian tetapkan mana yang akan dipilih.
Dari berbagai sub fokus yang telah dikemukakan
semuanya menarik untuk diteliti, namun peneliti
lebih tertarik untuk meneliti kearifan lokal dan budaya
Tanimbar.
Langkah 4: Kaitkanlah secara logis faktor-faktor sub fokus yang dipilih
dengan fokus penelitiannya.

Langkah ini adalah mengaitkan seiap faktor yang dipilih dengan


fokus penelitian sehingga rumusan masalah penelitian tersebut
dapat dilakukan. Dalam membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian
gunakanlah kalimat tanya secara proporsional. Misalnya:
1. Apakah perkembangan teknologi mempunyai pengaruh terhadap
budaya masyarakat Tanimbar?
2. Bagaimanakah perkembangan pendidikan karakter bagi masyarakat
Tanimbar saat ini?
3. Apakah semangat gotong royong sudah tidak sesuai lagi dengan
budaya masyarakat Tanimbar saat ini?

54 Metode Penelitian Kualitatif


4. Bagaimanakah upaya yang harus dilakukan untuk menanamkan
nilai-nilai budaya Duan Lolat pada masyarakat setempat?

9. Judul Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kualitataif judul penelitian itu dipengaruhi oleh
permasalah penelitian. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian
kualitatif yang masalahnya masih bersifat sementara sehingga judul
penelitian yang dirumuskan juga masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan. Menurut Sugiyono
(2016:38), judul penelitian yang baik justru harus mengalami perubahan
atau mungkin diganti karena jika judul penelitian tidak berubah, itu
menunjukkan bahwa peneliti belum mampu menemukan esensi dari
penelitian kualitatif dalam memahami situasi sosial yang diteliti secara
mendalam.
Judul penelitian kualitatif yang baik tidak harus mencerminkan
permasalahan diteliti tetapi yang paling penting adalah bagaimana
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkapkan makna dari
fenomena yang diteliti pada situasi sosial tersebut secara luas dan
mendalam sehingga dapat menghasilkan sebuah teori yang baru. Berikut
ini akan disajikan beberapa contoh judul penelitian kualitatif yaitu:
1. Formulasi Kebijakan Publik: Studi Relokasi Pasar.
2. Membangun Budaya Kerja yang Kondusif dan Efektif.
3. Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal.
4. Bergerak dari dan Menuju Desa.
5. Makna Pemekaran Bagi Masyarakat Desa.
6. Model Kepemimpinan yang Mengerahkan.
7. Makna Sakit Bagi Pasien.
8. Orang Miskin Dilarang Sakit.
9. Makna Aparat Sipil Negara Bagi Masyarakat.
10. Pola Perkembangan Karier Orang Sukses.
11. Model Pembelajaran yang Efektif di Masa Pandemi Covid 19.
12. Budaya Milenial: Tantangan dan Harapan.
13. Model Belajar Anak yang Berprestasi.

Bab 5 | Seputar Masalah Penelitian 55


14. Menelusuri Pola Supply and Demand Narkoba di Lapas.
15. Hukum Dibuat untuk Dilanggar.

B. Rangkuman
1. Penelitian apa pun selalu berangkat dari masalah karena masalah
penelitian memuat suatu fenomena yang menunjukkan adanya
kesenjangan (gap) antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das
sein).
2. Peneliti dapat memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk
mendapatkan masalah-masalah penelitian yang dimulai dari
pengalaman pribadi, observasi lapangan, pertemuan ilmiah,
membaca buku bacaan, jurnal penelitian artikel, dan lewat
pemegang otoritas.
3. Penelitian kualitatif berpandangan bahwa gejala/fenomena itu
bersifat holistik sehingga peneliti dituntut untuk harus lebih
mendalaminya dengan menggunakan perspektif emik terhadap
keseluruhan situasi sosial yang diteliti baik lokasinya (place), pelaku
(aktor), dan aktvitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
4. Masalah harus dirumuskan secara jelas, konkret, tidak berbelit-
belit dan tidak membingungkan sehingga dapat dijadikan acuan
bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

C. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimasud dengan masalah penelitian?
2. Jelaskanlah pertimbangan apa saja yang diperlukan dalam memilih
masalah penelitian yang akan diteliti?
3. Jelaskanlah sumber informasi apa saja yang dapat digunakan untuk
mendapatkan masalah penelitian?
4. Jelaskanlah bagaimana kriteria dan langkah-langkah dalam
merumuskan masalah penelitian?

56 Metode Penelitian Kualitatif


BAB 6
LANDASAN TEORI

Deskripsi Singkat
Landasan teori biasanya memuat tentang berbagai konsep, teori dan pandangan
para ahli yang telah terpublikasikan dalam berbagai literatur dan mempunyai
relevansi dengan topik penelitian yang akan diteliti. Landasan teori ini dapat
disusun dengan kata-kata penulis secara bebas tanpa mengurangi makna dari
teori tersebut atau dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain. Landasan teori
sangat diperlukan dalam penelitian karena dapat dijadikan sebagai dasar acuan
untuk melakukan penelitian ilmiah dan membantu peneliti untuk memahami
realitas sosial yang akan diteliti. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan
ringkas hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori dalam penelitian yang
diawali dengan membahas Pengertian Teori, Macam-macam Teori, dan Ragam
Teori dalam Penelitian.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Teori.
2. Macam-macam Teori.
3. Fungsi Teori dalam Penelitian.
4. Ragam Teori dalam Penelitian.

57
A. Uraian Materi
1. Pengertian Teori
Landasan teori merupakan seperangkat konsep yang tersusun secara
abstrak dan dapat dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti dalam
memahami fenomena atau realitas sosial yang diteliti. Selain itu juga
landasan teori mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat
membantu peneliti untuk melukiskan, menerangkan dan meramalkan
sebuah gejala akan terjadi di kemudian hari serta dapat membantu
peneliti mencari hubungan sebab akibat, pola-pola yang terbentuk
sistematis dari berbagai konsep tersebut serta keterkaitannya.
Hal ini kemudian dipertegas oleh Cooper and Schindler (2003)
mengemukakan bahwa, A theory is a set of systematically interrelated
concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict
phenomena (fact). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa teori itu
dapat menjelaskan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat dengan
berdasarkan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang telah
tersusun secara sistematis.

2. Macam-macam Teori
Mark 1963, dalam (Sugiyono, 2016: 42), mengklasifikasikan teori
menjadi tiga macam yang mempunyai hubungan data empiris di
lapangan:
1. Teori deduktif
Pendekatan dalam teori dilakukan dengan berangkat dari
narasi sebuah konsep yang bersifat umum dan spekulatif untuk
menjelaskan data empiris di lapangan.
2. Teori induktif
Teori ini bertolak belakang dengan teori deduktif data empiris di
lapangan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu gejala
atau fenomena ke arah teori.
3. Teori fungsional
Penganut teori ini menjelaskan teori dan data mempunyai
hubungan yang saling interaktif di mana data digunakan untuk
memengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori dapat
juga kembali digunakan untuk memengaruhi data.

58 Metode Penelitian Kualitatif


Dengan menggunakan tiga pandangan teori di atas, maka dapat
disimpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan teori yaitu:
1. Teori merupakan dalil/hukum yang bersifat logis.
Dalil hukum yang dibangun dalam teori bersifat deduktif dan logis
karena dapat menunjukkan suatu hubungan antar variabel empiris
yang bersifat tetap dan sudah dapat diprediksikan sebelumnya.
2. Teori juga merupakan ringkasan tertulis.
Teori dapat diperoleh dari data empiris di lapangan yang dapat
membentuk konsep teoretis (induktif).
3. Teori juga dapat digeneralisasikan.
Pada dasarnya teori itu dibangun berdasarkan data empiris yang
terjadi di lapangan sehingga dapat membentuk suatu konsep yang
dapat dioperasionalisasikan secara umum telah dilakukan pengujian
secara sistematis.

3. Fungsi Teori dalam Penelitian


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori itu mempunyai peranan
yang sangat penting di mana teori dapat berfungsi untuk membentuk
pengetahuan dalam suatu bidang tertentu yang telah teruji secara
sistematis. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa fungsi teori yang
digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Teori dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena
yang teramati di sekitar kita dan variabel-variabel yang saling
berhubungan satu sama lain.
b. Teori juga dapat menginspirasi untuk perkembangan pengetahuan
baru yang ter up to date dengan perkembangan saat ini.
c. Teori memudahkan kita dalam menginterpretasi data karena adanya
berbagai konsep yang sudah tersedia untuk dapat menganalisis dan
memberikan penafsiran terhadap data yang telah diperoleh atau
temuan yang telah ada sebelumnya.
d. Teori mempunyai hubungan lintas disiplin ilmu.
e. Teori dapat memberikan definisi dan pemaknaan tentang konsep
atau variabel serta dapat menjadi rujukan bagi orang lain melakukan
studi lanjutan.

Bab 6 | Landasan Teori 59


f. Teori merupakan sumber inspirasi utama untuk terus melakukan
suatu penelitian.

4. Ragam Teori dalam Penelitian


Ada banyak asumsi yang mengatakan penelitian kualitatif selalu itu tidak
dapat melepaskan dirinya dari pengaruh penelitian kuantitatif. Padahal,
pada prinsipnya penelitian kualitatif itu menggunakan pendekatan
induktif yang mempunyai perbedaan mendasar dengan penelitian
kuantitatif yang menggunakan pendekatan deduktif. Untuk itu, di bawah
ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang dapat menunjukkan
perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Tabel 6.1 Ragam Teori dalam Penelitian


Ragam Teori Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif
Start awal Teori yang digunakan jelas Teori belum jelas karena
permasalahan masih bersifat
sementara
Banyaknya teori Jumlah teori yang digunakan Jumlah teori lebih banyak dan
sesuai dengan variabel bersifat holistik dan fleksibel
penelitian sesuai dengan kondisi lapangan
Fungsi teori Sebagai dasar untuk Sebagai bekal untuk memahami
memperjelas masalah dalam konteks sosial secara luas dan
merumuskan hipotesis mendalam
Keterkaitan Menguji hipotesis atau teori Menentukan dan menemukan
teori teori
Tingkat Lebih mudah karena datanya Lebih sulit (data masih bersifat
kesukaran bisa langsung kelihatan subjektif)
Kompetensi Cukup dengan teori sesuai Mempunyai wawasan yang luas,
peneliti variabel penelitian, mampu mampu mengorganisir semua
menganalisis data statistik, teori yang telah dibaca
mampu menginterpretasikan Dapat melakukan analisis data
data secara induktif, menggunakan
perspektif emik dan mampu
melakukan grounded teory
Instrumen yang Angket dan kuesioner Peneliti sebagai instrumen utama
digunakan penelitian
Pola komunikasi Tidak langsung, seadanya Langsung, mendalam dan tidak
dengan subjek sesuai kebutuhan dan ada jarak
penelitian terbatas

60 Metode Penelitian Kualitatif


B. Rangkuman
Pada dasarnya landasan teori merupakan sebuah konsep yang bersifat
abstrak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan dijadikan
sebagai dasar untuk dapat memahami suatu fenomena. Landasan
teori juga dapat memuat pendapat atau konsep-konsep utama dari
hasil penelitian dari berbagai literatur yang telah teruji dan dapat
diformulasikan redaksinya secara bebas oleh penulis tanpa mengurangi
esensi makna yang termuat di dalam kutipan tersebut. Landasan teori
mempunyai fungsi untuk memberikan pemaknaan terhadap sebuah
konsep yang diteliti serta dapat juga menjadi sumber inspirasi bagi
peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap teori-teori dan
konsep yang sudah diteliti sebelumnya.

C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah pengertian teori dengan menggunakan pemikiran
anda sendiri dan kapan teori itu dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif!
2. Jelaskanlah fungsi teori dalam penelitian yang anda ketahui!
3. Sebutkan dan jelaskanlah macam-macam teori yang anda ketahui!

Bab 6 | Landasan Teori 61


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 7
POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN

Deskripsi Singkat
Populasi penelitian diperlukan untuk memungkinkan terwakilinya sekelompok
orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu dan
dapat dijadikan sebagai sampel sebelum melakukan penelitian. Idealnya proses
penarikan sampel dalam penelitian kualitatif itu harus dilakukan sedemikian rupa
yang memungkinkan terjaringnya informasi yang lebih lengkap dari berbagai
macam sumber secara representatif. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan
ringkas mengenai Populasi Penelitian, Sampel Penelitian, Teknik Sampling. Untuk
itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Pengertian Populasi Penelitian.
2. Pengertian Sampel Penelitian.
3. Teknik Sampling.

63
A. Uraian Materi
1. Pengertian Populasi Penelitian
Ada perbedaan yang mendasar dari pengertian populasi antara
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Populasi dalam
penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek dengan berbagai karakteristik yang
dimilikinya yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
disimpulkan. Dengan demikian populasi bukan hanya merupakan
kumpulan orang-orang, bisa juga termasuk organisasi, hasil
karya manusia, hewan dan lainnya serta dapat mencakup seluruh
karakteristik atau sifat pada subjek tersebut.
Sementara, istilah populasi tidak digunakan oleh penelitian
kualitatif tetapi menggunakan istilah “social situasi” yang dikemukakan
oleh Spradley (dalam Sugiyono 2016: 49), terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang saling
berinteraksi secara sinergis antara satu dengan yang lainnya.
Situasi sosial tersebut merupakan suatu objek penelitian yang
akan diteliti aktivitas-aktivitas dan pola relasi yang terjadi di dalamnya
sehingga perlu dilakukan pengamatan secara mendalam. Sementara
Sugiyono memberikan alasan bahwa istilah populasi tidak digunakan
karena penelitian kualitatif selalu berangkat suatu fenomena pada
situasi tertentu karena hasil kajiannya tidak dapat generalisasikan
(diberlakukan) ke populasi yang lain tetapi dapat ditransferkan ke
tempat lain yang mempunyai kemiripan situasi sosialnya dengan yang
telah dipelajari (Sugiyono, 2016:50).

2. Pengertian Sampel Penelitian


Dalam penelitian kuantitatif, sampel merupakan keterwakilan dari
populasi disebut sebagai statistik sampel (sample statistics) untuk
melakukan estimasi parameter populasinya (population parameters).
Peneliti dapat melakukan penelitian terhadap keseluruhan anggota
populasi (sensus) dan bisa juga mengambil sebagai dari anggota
populasi (penelitian sampel). Pengambilan sampel itu diperlukan
karena adanya kendala yang dihadapi pada waktu melakukan penelitian
seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Pengambilan sampel juga

64 Metode Penelitian Kualitatif


tidak dilakukan secara sembarang karena ada syarat dan mekanisme
sehingga sampel yang diperoleh tersebut harus betul-betul representatif
(keterwakilan) populasinya agar nantinya dapat digeneralisasi kepada
populasinya (Indriantoro dan Supomo, 2009: 177).
Sampel dalam penelitian kualitatif dinamakan sebagai narasumber
(informan), partisipan, teman atau guru bahkan disebut sebagai sampel
teoretis karena tujuan penelitiannya adalah untuk menghasilkan teori.
Penelitian kualitatif tidak mengenal yang namanya “keterwakilan” dari
sampel karena dikenal adalah keluasan dan pencakupan rentangan
informasi mengenai fokus/masalah penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, hanya sampel awal yang ditentukan saja dan selanjutnya akan
berkembang dan menyebar mengikuti dengan sendirinya mengikuti
karakteristik dari elemen-elemen yang ditemukan di lapangan sehingga
tidak dapat dipastikan sebelumnya. Dengan semakin berkembangnya
informan maka sangat memungkinkan untuk menjaring berbagai macam
sumber untuk dapat dikonstruksikan dalam menarik kesimpulan.
Moleong (2014: 224) mengatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak (random)
tetapi yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample).
Sampel bertujuan ini ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri yang sudah
harus diketahui terlebih dahulu yaitu:
1. Pemilihan sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih
dahulu tetapi akan berkembang ketika peneliti sudah berada di
lokasi penelitian.
2. Pemilihan sampel dilakukan secara berurutan dengan tujuan
untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Hal
ini akan dapat dicapai bila sudah ada satuan sampel yang
telah ditentukan sebelumnya sehingga informasi berikutnya
sudah ada gambarannya tergantung pada apa keperluan
peneliti. Teknik ini disebut juga sebagai teknik snowball
(bola salju) yang awalnya dimulai dari satu orang kemudian
semakin lama semakin banyak orang.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel, awalnya semua sampel
yang ditentukan mempunyai fungsi yang sama. Namun setelah
informasi yang dikumpulkan semakin banyak maka akan dipilih
sampel yang sesuai dengan fokus penelitian.

Bab 7 | Populasi dan Sampel Penelitian 65


4. Sampel/informan akan berakhir jika sudah terjadi pengulangan
informasi (tingkat kejenuhan), jika sudah tidak ditemukan lagi
informasi yang baru tentang masalah yang diteliti, penarikan
sampelpun berakhir.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan sebuah teknik yang dilakuan untuk
menentukan sampel. Teknik ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Pengambilan sampel secara probabilitas (probability sampling),
di mana masing-masing anggota populasi mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari: simple random sampling, proportionate stratified
random sampling, disproportionate, cluster sampling (area sampling).
2. Pengambilan sampel secara nonprobabilitas (nonprobability
sampling), di mana ada kriteria yang harus ditetapkan dalam
pengambilan sampel sehingga masing-masing anggota populasi
tidak diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik ini terdiri dari: sampling sistematis, quota sampling, sampilng
aksidental, purposive sampilng, sampling jenuh dan snowball sampling.

Secara lengkap berbagai teknik pengambilan sampel tersebut dapat


dijelaskan pada bagan yang tertera di bawah ini:

66 Metode Penelitian Kualitatif


1. Singgle random sampling (pengambilan sampel 1. Sampling sistematis ( sampel diambil secara sistematis, misalkan
secara acak sederhana tanpa memperhatikan berdasarkan nomor urut 1, 10, 20, dan seterusnya).
strata). 2. Sampling kuota (sampel diambil dengan memperhatikan kuota yang
2. Proprotionate Stratified Random sampling sudah ditetapkan. Misalkan kuota anggota DPR perempuan 30 %).
(populasi tidak homogen dan berstrata beda di 3. Sampling aksidental (penentuan sampel yang tidak direncanakan
mana sampel diambil berdasarkan persentase sebelumnya namun ketika dipandang cocok saat itu langsung
strata). dijadikan sampel).
3. Disproprortionate stratified random sampling 4. Purposive sampling (sampel diambil dengan menetapkan kriteria-
(sampel diambil dari populasi yang berstrata tapi kriteria berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti).
tidak proporsional di mana sampel dari strata 5. Sampling jenuh ( semua anggota populasi digunakan sebagai sampel).
kecilpun harus tetap ada). 6. Snow boll sampling (sampel diambil ibarat seperti bila salju yang
4. Area (cluster) sampling atau sampling menurut menggulir dari atas dan terus membesar sampai ke bawah).
daerah (untuk suatu wilayah yang luas misal
dari 34 provinsi hanya diambil 10 provinsi dan
seterusnya.

Bab 7 | Populasi dan Sampel Penelitian


Gambar 7.1.Teknik Sampling

67
Sumber: Diadaptasi dari Sugiyono (2016: 53)
Penentuan sampel penelitian kualitatif mempunyai perbedaan
dengan penelitian kuantitatif yang sampelnya sudah harus ditentukan
sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, sampel itu
dapat ditentukan pada saat memasuki lapangan penelitian dan selama
penelitian itu sedang berlangsung sehingga sampelnya akan berakhir
apabila data yang ditemukan sudah berada pada titik kejenuhan.
Sementara itu, teknik sampling yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik porposive sampling dan snowball sampling,
hal ini dikarenakan adanya berbagai pertimbangan yang harus digunakan
untuk menentukan sampel. Gambar yang tertera di bawah ini dapat
menunjukkan bagaimana proses penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif.

Gambar 7.2 Proses Pengambilan Sampel (purposive dan snowball)


Catatan: Jelaskanlah alur proses dari gambar 7.2 tersebut secara baik dan benar

Menurut Sanafiah Faisal (1998) ada beberapa kriteria yang


diperlukan untuk menentukan sampel atau informan yaitu:
1. Penentuan sampel itu hendaknya mempertimbangakan mereka
yang menguasai dan memahami fokus dan masalah penelitian yang
akan diteliti.
2. Biasakan memilih informan yang tergolong masih aktif
berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
3. Informan yang dipilih harus dapat memberikan waktu yang cukup
untuk dimintai informasi.
4. Pertimbangan mereka yang cenderung menyampaikan informasi
berdasarkan hasil perspektifnya sendiri (subjektif).
5. Mereka yang awalnya masih “cukup asing” bagi peneliti harus
dijadikan sebagai narasumber karena cukup menantang.

68 Metode Penelitian Kualitatif


B. Rangkuman
1. Populasi dalam penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek dengan berbagai
karakteristik yang dimilikinya yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan disimpulkan. Populasi dalam penelitian kualitatif
disebut “social situasi” yang terdiri dari tiga kompenen yang saling
berinteraksi secara sinergis antara satu dengan yang lainnya yaitu
tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity).
2. Secara garis besar teknik pengambilan sampel dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu teknik probabilitas dan nonprobabilitas.
Penelitian kualitatif sering teknik purposive sampling dan snowball
sampling.

C. Soal-Soal Latihan
1. Uraikanlah secara jelas mengapa penelitian kualitatif tidak
mengenal istilah populasi penelitian!
2. Jelaskanlah kriteria apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan informan penelitian!
3. Jelaskanlah alur proses pengambilan sampel dari gambar 7.2
tersebut di atas!

Bab 7 | Populasi dan Sampel Penelitian 69


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 8
INSTRUMEN DAN TEKNIK
PENGUMPULAN DATA

Deskripsi Singkat
Penelitian kualitatif dilakukan dengan maksud untuk mengungkapkan makna
(meaning) di balik realitas sosial yang terjadi secara alamiah (natural setting)
di mana peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument). Untuk itu, sebagai
instrumen kunci maka peneliti harus mendalami realitas sosial yang diteliti untuk
mengumpulkan data melalui interaksi dengan subjek penelitian. Bab ini akan
membahas tentang berbagai teknik pengumpulan data seperti teknik observasi,
teknik wawancara, teknik dokumentasi, teknik triangulasi dan teknik FGD (Focus
Group Discussion). Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada
bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Instrumen Penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data.
3. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data.

71
A. Uraian Materi
1. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif bukan merupakan alat ukur
sebagaimana yang digunakan dalam penelititian kuantitatif untuk
mengukur variabel-variabel penelitian yang telah operasionalisasikan.
Karena pada dasarnya penelitian kualitatif selalu menggunakan logika
induktif yang dibangun berdasarkan data empiris di lapangan sehingga
“penelitinya” sendiri langsung bertindak sebagai instrumen penelitian.
Ketika peneliti itu bertindak sebagai alat atau instrumen penelitian maka
jiwa raganya akan secara langsung digunakan mengamati, bertanya,
melacak, dan mengabstraksi semuanya secara luas dan mendalam
fenomena sosial yang ditelitinya. Jadi peneliti merupakan instrumen
kunci dalam penelitian kualitatif.
Nasution (1988) menegaskan bahwa tidak ada pilihan lain yang
harus digunakan selain menjadikan manusia itu sebagai instrumen
penelitian utama karena pada dasarnya segala sesuatu itu belum
mempunyai bentuk yang pasti seperti masalah, fokus penelitian,
posedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan sehingga hanya peneliti itu sendiri yang merupakan alat
satu-satunya untuk dapat memastikan semuanya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu merupakan instrumen
utama dalam penelitian kualitatif karena sifat dan karakter yang melekat
pada penelitian itu sendiri, di mana:
1. Peneliti itu sebagai alat, maka ia akan dengan mudah untuk bereaksi
dan merespons segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan
tersebut untuk mengungkapkan maknanya (mempunyai kepekaan
yang tinggi).
2. Peneliti sebagai alat juga, dapat dengan mudah melakukan
penyesuaian terhadap semua aspek dan situasi yang terjadi pada
saat melakukan penelitian.
3. Tidak ada instrumen lain seperti tes atau angket yang dapat
menangkap keseluruhan situasi yang terjadi di masyarakat kecuali
manusia.
4. Interaksi yang terjadi dalam situasi keseluruhan di masyarakat
tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata sehingga sangat

72 Metode Penelitian Kualitatif


membutuhkan manusia untuk dapat memahami, merasakan,
menyelami dan mendalaminya.
5. Peneliti dapat dengan segera menganalisis data yang diperoleh
dengan menafsirkan dan mendalaminya untuk mendapatkan
kesimpulannya.
6. Manusia sebagai instrumen akan dengan mudah merespons hal
yang aneh atau menyimpang atau bahkan bertentangan sehingga
hal itu perlu mendapat perhatian untuk diteliti.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data betujuan untuk mendapatkan data di
lapangan dengan menggunakan langkah-langkah yang strategis
bedasarkan jenis metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian
kualitatif juga teknik yang digunakan masih bersifat tentatif (sementara)
karena sangat tergantung pada konteks permasalahan akan diteliti. Hal
ini menunjukkan bahwa peneliti kualitatif harus bertindak profesional
sebagai peneliti untuk mengambil keputusan sesuai dengan kontes
permasalahan, fakta sasaran penelitian ingin dicapai, jangan memaksa
perspektifnya sendiri tetapi harus lebih banyak untuk mendengar.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan pada
setting alamiah (natural setting). Sumber datanya juga dapat berupa data
primer yang langsung diperoleh pada saat melakukan penelitian dan juga
dapat data sekunder, yang tidak langsung saat melakukan pengumpulan
data tetapi melalui orang lain atau lewat berbagai dokumen yang tersedia.
Sementara untuk teknik pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan
teknik observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan
gabungan/triangulasi (Sugiyono, 2007: 402).
Adapun berbagai teknik pengumpulan data tersebut secara ringkas
dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 73


Gambar 8.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Sumber:Modifikasi dari Sugiyono (2010)

3. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data


a. Teknik Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial
yang akan diteliti. Observasi juga bertalian dengan upaya-upaya untuk
merumuskan masalah dan membandingkannya dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010),
observasi dapat diklasifikasikan menjadi observasi partisipatif, observasi
secara terang-terangan/tersamar dan observasi yang tidak terstruktur
(gambar 8.1. di atas). Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut.

74 Metode Penelitian Kualitatif


1) Observasi partisipatif
Pada jenis observasi ini peneliti berperan aktif dan terlibat dalam
setiap proses kegiatan yang sedang dilakukan oleh orang yang
teramati sebagai sumber data penelitian. Hal ini memungkinkan
data yang diperoleh akan dengan mudah untuk dimaknai dan
dipahami secara lebih lengkap. Observasi dapat dibagi menjadi:
a) Observasi yang pasif, di mana peneliti hanya mengamati setiap
kegiatan yang dilakukan tetapi tidak ikut mengambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang tersebut.
b) Observasi yang moderat, peneliti memosisikan diri sebagai
orang yang pro aktif tetapi tidak sepenuhnya terlibat dalam
kegiatan yang dilakukan. Peneliti hanya berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan saja sehingga peneliti mempunyai peran
ganda sebagai “orang dalam” dan ”orang luar” dalam proses
penelitian.
c) Observasi yang aktif, pada observasi ini seolah-olah terlibat
dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh informan tetapi
belum sepenuhnya lengkap.
d) Observasi yang lengkap, peneliti kelihatanya tidak melakukan
penelitian karena keterlibatanya yang penuh dalam setiap
kegiatan yang dilakukan oleh informan dan sangat proaktif
sehingga kondisi yang tercipta sangat natural.
2) Observasi terus terang dan tersamar
Dalam observasi ini, peneliti menyampaikan secara terus terang
identitasnya sebagai seorang peneliti sehingga orang yang
diteliti dapat mengetahui setiap aktivitas yang dilakukan oleh
peneliti. Namun pada kondisi tertentu peneliti juga tidak harus
menyatakan identitas dirinya sebagai seorang peneliti (tersamar)
untuk melakukan observasi, hal ini bisa dimungkinkan untuk
mendapatkan data-data yang bersifat rahasia.
3) Observasi tak terstruktur
Observasi tak berstruktur merupakan sebuah bentuk observasi yang
tidak dipersiapkan baik dan sistematis karena fokus penelitiannya
belum diketahui secara pasti sehingga instrumen yang digunakan
hanya sebagai rambu-rambu saja.

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 75


Menurut Spradley dalam Sugiyono (2016), penelitian kualitatif yang
baik tidak hanya objek observasinya diarahkan pada tiga komponen pada
situasi sosial itu saja tetapi juga dapat diperluas pada beberapa aspek
yang perlu diamati secara keseluruhan yaitu:
1) Space : ruang yang mencakup aspek fisiknya.
2) Actor : semua orang yang turut mengambil bagian dan
berinteraksi dalam situasi sosial tersebut.
3) Activity : aktivitas yang dilakukan dalam situasi sosial yang diteliti
tersebut.
4) Object : benda-benda yang berada pada tempat itu.
5) Act : berkaitan dengan tidakan dan perbuatan tertentu yang
dilakukan secara menonjol dan menyita perhatian.
6) Event : rangkaian aktivitas yang dilakukan orang-orang.
7) Time : waktu, suasana dan urutan kegiatan.
8) Goal : harapan dan tujuan yang hendak dicapai orang-orang.
9) Feeling : ekspresi terhadap apa yang dirasakan oleh orang-orang.

Selain beberapa jenis observasi yang telah dijelaskan di atas, maka


ada beberapa tahapan-tahapan diperlukan dalam melakukan observasi
menurut Spradley dalam Sugiyono (2016) meliputi:
a. Observasi deskriptif
Pada tahap ini harus dilakukan secara menyeluruh pada situasi
sosial yang diteliti kemudian dapat dideskripsikan semua situasi
yang terjadi, baik berupa informasi yang didengar, dilihat maupun
yang dialami untuk mendapatkan kesimpulan awal yang belum
terarah.
b. Observasi terfokus
Dalam tahap ini peneliti sudah mulai memfokuskan pengamatannya
karena fokus penelitiannya sudah dipersempit pada beberapa
aspek tertentu (mini tour observation). Dari sinilah peneliti mulai
melakukan analisis taksonomi dari domain tertentu saja untuk
menemukan titik fokus penelitian (lihat gambar 8.2). Namun, hasil
pengamatannya masih belum terstruktur sehingga menghasilkan
kesimpulan kedua.

76 Metode Penelitian Kualitatif


c. Observasi terseleksi
Tahap ini merupakan tahapan akhir bagi peneliti untuk menguraikan
fokus yang telah ditemukan sehingga data yang diperoleh sudah
dapat disimpulkan lebih rinci di mana peneliti melakukan analisis
komponensial terhadap fokus untuk menemukan karakteristik,
perbedaan-perbedaan dan kesamaan-kesamaan antar kategori serta
dapa juga menemukan hubungan-hubungan yang terjadi antara
kategori yang satu dengan yang lainnya secara mendalam.

Gambar 8.2 Tahapan Observasi

b. Teknik Interview (Wawancara)


Wawancara merupakan salah teknik yang dapat digunakan untuk
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada
orang lain baik dengan berhadapan secara langsung (face to face), atau
berbicara langsung melalui teknologi yang telah tersedia. Dalam proses
wawancara baik yang dilakukan secara face-to-face maupun via telepon
dan sarana lainnya, maka peneliti harus dapat memilih waktu dan
kondisi yang tepat dan disesuaikan dengan kesanggupan narasumber.
Karena apabila waktu dan tempat yang dipilih kurang tepat dapat
menyebabkan informasi yang diperoleh juga tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan bahkan cenderung bias.
Esterberg dalam Sugiyono (2007: 410) mendefenisikan wawancara
merupakan pertukaran arus informasi yang terjadi antara dua orang
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan maknanya dalam
suatu topik tertentu. Sementara itu, Fathan mengatakan wawancara
salah satu bentuk komunikasi lisan baik dalam bentuk terstruktur, semi
terstruktur, dan tak struktur untuk mendapatkan data yang diperlukan
dari orang diwawancarai (Fatchan, 2011).
a. Wawancara terstruktur (structured interview)
Sebelum wawancara ini dilakukan, maka peneliti sudah menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawabannya karena peneliti

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 77


sudah dapat membayangkan informasi apa yang akan diperoleh
sehingga peneliti tidak dapat menanyakan permasalahan di luar
apa yang telah direncanakan (pertanyaan dikontrol secara ketat).
Peneliti juga dapat menggunakan beberapa pewawancara yang
telah di training terlebih dahulu sebagai pengumpul data dengan
pertanyaan yang diberikan sama seperti yang ada pada pengumpul
data lainnya.
b. Wawancara semi terstruktur (semistructure interview)
Wawancara jenis ini dapat dikategorikan sebagai jenis wawancara
in-depth interview (wawancara mendalam) yang pelaksanaannya
jauh lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Wawancara
ini bertujuan untuk mendapatkan ide-ide dan pandangan tentang
permasalahan yang diteliti secara terbuka sehingga peneliti hanya
perlu mendengarkannya dengan teliti dan mencatat informasi yang
disampaikan. Dengan tipe wawancara seperti ini, maka peneliti juga
dapat untuk memunculkan pertanyaan baru secara spontanitas yang
sesuai dengan konteks pembicaraan sangat memungkinkan untuk
dilakukannya.
c. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview)
Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap
untuk digunakan dalam proses pengumpulan data secara bebas di
lapangan. Pedoman wawancara tersebut hanya berupa garis-garis
besar permasalahan tanpa dibatasi dengan format yang kaku. Ketika
wawancara ini dilakukan, peneliti lebih banyak mendengarkan apa
yang diceritakan oleh informan agar data yang disampaikan dapat
diketahui dengan pasti. Pada awal prosesnya peneliti bertanya
tentang hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan penelitian, setelah
mendapatkan kesempatan yang tepat barulah pertanyaan diarahkan
pada tujuan penelitian.

Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan


wawancara dalam penelitian kualitatif menurut Lincoln dan Guba dalam
Sanafiah Faisal (1998) adalah sebagai berikut.
a. Informan yang menjadi sasaran wawancara sudah harus ditetapkan.
b. Pedoman wawancara sudah harus dipersiapkan sebelumnya
sehingga pada waktu wawancara pembicaraannya tidak bias.

78 Metode Penelitian Kualitatif


c. Mengawali pembicaraan dengan yang ringan-ringan sebagai alur
pembuka wawancara.
d. Mengusahakan alur wawancara berlangsung secara baik.
e. Sebelum mengakhiri pembicaraan maka perlu dikonfirmasikan
terlebih dahulu.
f. Hasil wawancara harus dituliskan dalam catatan lapangan.
g. Harus mampu mengidentifikasi langkah selanjutnya hasil
wawancara diperoleh.

Sementara itu, Moleong (2014) mengklasifikasikan jenis-jenis


pertanyaan wawancara menjadi 6 pertanyaan yang terdiri atas:
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat.
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
d. Pertanyaan tentang pengetahuan.
e. Pertanyaan yang berkenaan dengan indra.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

c. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi dapat digunakan sebagai pelengkap dari teknik
observasi dan teknik wawancara. Teknik ini memuat tentang berbagai
catatan peristiwa yang sudah terjadi sebelumnya dalam bentuk tulisan
maupun dokumen lainnya seperti catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan yang mempunyai
relevansi dengan permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian dengan
menggunakan teknik ini akan mempunyai kepercayaan yang tinggi
apabila ada riwayat atau sejarah autobiografi dan dokumen pendukung
lainnya (Sugiyono, 2016).

d. Triangulasi/Gabungan
Teknik triangulasi ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data
sekaligus dapat digunakan untuk menguji keabsahan dari data yang
telah ditemukan. Teknik ini digunakan dengan menggabungkan
berbagai teknik yang telah ada untuk mengumpukan data dengan
memanfaatkan sumber data yang sudah ada dengan berbagai cara dan

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 79


waktu yang berbeda-beda. Ketika peneliti menggunakan teknik ini maka
sesungguhnya ia sudah menguji kredibilitas data.
Teknik ini terdiri dari tiga macam teknik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data yaitu:
1. Triangulasi teknik
Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
pada salah satu sumber yang sama dengan menggunakan beberapa
metode yang berbeda-beda sekaligus, seperti telihat pada gambar
8.3 di bawah ini.

Gambar 8.3 Triangulasi Teknik

2. Triangulasi sumber
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan salah satu
teknik yang sama pada informan yang berbeda-beda (lihat gambar
8.4).

Gambar 8.4 Triangulasi Sumber

80 Metode Penelitian Kualitatif


3. Triangulasi waktu
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda-beda dengan memanfaatkan satu informan dalam waktu
atau situasi yang berbeda-beda (lihat gambar 8.5).

Gambar 8.5 Triangulasi Waktu

4. Focus Group Discussion (FGD)


FGD merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh beberapa orang dalam bentuk diskusi kelompok yang dipandu
oleh seorang moderator/fasilitator untuk membicarakan satu topik
permasalahan yang terfokus (Focus Group Discussion). Dalam FGD ini
setiap orang bebas menyatakan pandangan mereka tentang topik
yang dibicarakan sehingga akan menjadi fokus perhatian penelitian
(Murti dalam Rokhmah, Dewi. Dkk. 2014).

Adapun karakteristik dari FGD ini dapat dijelaskan sebagai berikut.


a. Peserta terdiri dari 6-12 orang
Dengan jumlah anggota kelompok yang terdiri dari 6-12 orang
sudah cukup ideal untuk melakukan FGD. Hal ini memungkinkan
setiap peserta mempunyai kesempatan untuk dapat mengeluarkan
pendapat dan pandangannya. Apabila kelompok diskusi jumlahnya
terlalu banyak maka kemungkinan ada beberapa orang tidak kebagian
untuk mengeluarkan pendapatnya. Sementara jika kelompok terlalu
sedikit juga, kesempatan untuk para peserta berdiskusi semakin
banyak namun ide-ide yang diperoleh nantinya akan sangat terbatas.
b. Peserta tidak saling mengenal
Selain jumlah perserta, maka latar belakang peserta FGD peserta
juga harus diperhatikan, sebaiknya peserta tidak saling mengenal

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 81


karena hanya sasarannya adalah tujuan yang ingin dicapai dari FGD.
Apabila peserta saling mengenal maka pendapat dan pandangan
mereka akan cenderung bias karena sudah adanya interaksi yang
sebelumnya dilakukan antar sesama peserta.
c. FGD merupakan suatu proses pengumpulan data
Salah satu tujuan dilakukannya FGD adalah untuk mengumpulkan
data sehingga dalam prosesnya digunakan pertanyaan terbuka yang
memungkinkan setiap peserta dapat memberikan jawaban dan
penjelasan yang mendalam tentang topik yang dibahas tersebut
untuk persetujuan bersama. Fungsi moderator dalam FGD ini
hanyalah sebagai pengarah, pendengar, pengamat yang dapat
menganalisis dengan menggunakan data secara induktif.
d. FGD menggunakan diskusi yang terfokus.
Dalam FGD topik diskusinya sudah ditentukan terlebih dahulu
dan diatur oleh moderator secara berurutan. Lamanya waktu yang
biasanya digunakan untuk melakukan FGD berkisar antara 60-90
menit, dan apabila ada informasi yang perlu untuk dibicarakan
lagi maka akan diagendakan untuk kegiatan FGD selanjutnya.
Sementara untuk tempat pelaksanaan kegiatan FGD sebaiknya
digunakan tempat yang netral agar semua peserta bebas dan tidak
merasa takut dalam mengeluarkan pendapatnya.

B. Rangkuman
1. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data di
lapangan dengan menggunakan langkah-langkah yang berdasarkan
pada metode-metode yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pada dasarnya penelitian kualitatif selalu menggunakan logika
induktif yang dibangun berdasarkan data empiris di lapangan
sehingga “peneliti-nya” merupakan instrumen utama dalam
melakukan penelitian.
3. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasanya selalu
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu observationi
(pengamatan), interview (wawancara), documentation dan triangulasi
serta FGD (Focus Group Discussion).

82 Metode Penelitian Kualitatif


C. Soal-soal Latihan
1. Jekaskanlah menurut pandangan anda sendiri tentang teknik
pengumpulan apa yang layak digunakan untuk mendapatkan data
yang lebih mendalam dan jelaskan argumentasinya!
2. Jelaskanlah beberapa ciri yang menjadi dasar argumen peneliti itu
disebut sebagai instrumen utama dalam penelitian!
3. Cariah suatu topik yang menarik pada jurnal ilmiah yang
menggunakan penelitian kualitatif kemudian buatlah kelompok
FGD untuk mendiskusikan permasalahan tersebut, rumuskanlah
tujuan dan masalahnya!
4. Buatlah panduan wawancara sederhana yang berisi pertanyaan dari
sebuah realitas yang ada pada jurnal/karya ilmiah tersebut!

Bab 8 | Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 83


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 9
TEKNIK ANALISIS DATA

Deskripsi Singkat
Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah proses yang
cukup sulit dan rumit karena banyaknya data yang diperoleh pada saat melakukan
penelitian dengan observasi, wawancara mendalam, teknik dokumentasi dan
juga FGD, sementara pola hubungan antara data tersebut belum terbentuk
sama sekali. Untuk itu, sangat dibutuhkan perhatian, keseriusan dan kecermatan
yang tinggi dari peneliti dalam melakukan penelaahan data, melakukan reduksi,
dan mengonstruksikan ke dalam bentuk koding kemudian barulah ditarik
kesimpulannya. Bab ini membahas secara lebih lengkap dan ringkas mengenai
berbagai teknik yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif. Untuk itu
diharapkan mahasiswa dapat mengikuti materi pada Bab ini dengan baik.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Konsep Analisis Data.
2. Berbagai Teknik Analisis Data.

85
A. Uraian Materi
1. Konsep Analisis Data
Pekerjaan yang paling sulit dalam penelitian kualitatif adalah analisis
data yang telah diperoleh. Oleh karena itu diperlukan konsentrasi dan
kecermatan, kerja keras serta daya kreasi yang tinggi karena terkadang
banyak peneliti mengalami kesulitan pada tahap ini. Banyaknya kesulitan
yang dihadapi karena dalam penelitian kualitatif tidak ditemukan secara
jelas ada pola dan bentuk analisisnya sementara sudah banyaknya variasi
data yang telah diperoleh di lapangan dengan menggunakan berbagai
teknik pengumpulan.
Analisis data kualitatif1 menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah
upaya yang dilakukan untuk menyusun data secara sistematis terhadap
data yang diperoleh melalui hasil wawancara, catatan lapangan dan
teknik lainnya sehingga mudah untuk dipahami. Proses analisisnya
dilakukan dengan cara mengategorisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusunnya dan menemukan
pola, memilah mana yang penting untuk dipelajari, barulah kemudian
dibuat kesimpulan untuk diceritakan ke orang lain (Sugiyono, 2016:88).
Di pihak lain, Seiddel (1998) dalam Moleong (2014:248) yang
mengatakan bahwa Analisis dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mencatat hal-hal yang diperoleh lewat catatan lapangan, kemudian
diberi kode sehingga mudah ditelusuri sumber datanya.
2. Data dikumpulkan, dipilah-pilah, diklasifikasikan, disintesiskan,
dibuat ikhtisarnya dan kemudian dibuat indeksnya.
3. Membuat kategorisasi tersebut agar mempunyai makna, kemudian
mencari dan menemukan pola-polanya serta barulah disimpulkan
temuan-temuan umumnya.

Selanjutnya lebih jauh, dikemukakan oleh Janie McDrury (1999)


dalam Moleong (2014) tentang beberapa tahapan yang harus dilalui
dalam proses analisis data kualitatif yaitu dengan cara membaca/
mempelajari data agar lebih mudah untuk ditandai kata-kata kuncinya

Bandingkan dengan Moleong 2014, tentang konsep analisis data yang


1

dikemukakan.

86 Metode Penelitian Kualitatif


kemudian, kemudian berupaya menemukan tema dan gagasan berasal
dari data tersebut barulah kemudian menuliskan model yang ditemukan
dalam bentuk koding datanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis data kualitatif
merupakan suatu proses menyusun komponen-komponen data secara
sistematis dan terstruktur untuk menemukan polanya sehingga mudah
untuk dipahami oleh orang lain.

2. Berbagai Teknik Analisis Data


Menurut Mukhtar (2013), ada tiga langkah yang harus dipersiapkan
sebelum proses penelitian kualitatif dilakukan yaitu memilih situasi
sosial, melakukan observasi partisipan, dan membuat catatan lapangan.
Ketiga langkah ini harus dilalui oleh peneliti sebelum melakukan
analisis data.
Secara umum ada berbagai macam teknik analisis data2, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.

a. Teknik Analisis Domain (Domain Analysis)


Analisis Domain dikemukan oleh Spradley (1980), merupakan suatu
bentuk teknik analisis data yang tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan
proses penelitian. Menurut Sugiyono (2010) analisis domain merupakan
langkah pertama dalam penelitian kualitatif, sebelum analisis taksonomi,
analisis kompensional dan analisis tema budaya dilakukan.
Dalam analisis domain, sebelum menganalisis data, peneliti sudah
harus menemukan bagian-bagian, unsur-unsur atau domain (kebiasaan-
kebiasaan/gejala-gejala/pola-pola) serta makna yang terkandung di
dalamnya. Jika peneliti sudah dapat mengungkapkan makna yang
terkandung domain tersebut berarti peneliti sudah memasuki objek
penelitian yang berupa situasi sosial (place, actor, dan activity), kemudian
peneliti mulai melakukan observasi partisipatif dan mencatat hasil
observasi, melakukan observasi deskriptif dan barulah analisis domain
dilakukan.

Berbagai teknik analisis data tersebut juga termasuk yang dikemukakan oleh
2

Spradley (1980), lihat Sugiyono (2016) dan Moleong (2014).

Bab 9 | Teknik Analisis Data 87


Teknik analisis domain ini sering digunakan dalam penelitian yang
bersifat eksploratif karena cenderung digunakan untuk menganalisis
gambaran objek penelitian secara umum tentang situasi sosial yang
diteliti. Contoh analisis domainnya adalah Pendidikan Tinggi yang
harus dianalisis yaitu pengurus yayasan, pimpinan lembaga, dosen,
mahasiswa, tenaga kependidikan, sekuriti, OB, dan sejenisnya.
Untuk menemukan domain dari konteks atau situasi sosial yang
diteliti, maka perlu dilakukan analisis hubungan semantik antar kategori
yang relevan dan bersifat universal meliputi sembilan kategori/dimensi,
yakni Jenis, Ruang, Sebab Akibat, Alasan Rasional, Lokasi Kegiatan, Cara ke
Tujuan, Fungsi, Urutan/Tahap, Atribut. Contoh analisis hubungan semantik
untuk jenjang pendidikan tinggi dapat diperlihatkan pada tabel berikut
ini.

Tabel 9.1 Contoh Analisis Hubungan Semantik


No Hubungan Bentuk Contoh
1 Jenis X adalah jenis dari Y Universitas adalah jenis pendidikan
tinggi
2 Ruang X adalah tempat Y Universitas adalah tempat kuliah
mahasiswa
3 Sebab X adalah akibat dari Y Masuk universitas karena ingin
akibat menjadi sarjana
4 Alasan X merupakan alasan Sarjana mudah mendapatkan
rasional melakukan Y pekerjaan
5 Lokasi X adalah tempat Kampus merupakan tempat
kegiatan berlangsungnya Y berlangsungnya perkuliahan
6 Cara ke X merupakan cara Kuliah dengan rajin dan tekun
tujuan mencapai Y merupakan cara untuk cepat
mendapatkan sarjana
7 Fungsi X digunakan untuk Y Proyektor/ Infokus merupakan
media pembelajaran dalam proses
perkuliahan
8 Urutan X merupakan tahap Ujian Skripsi merupakan tahap akhir
setelah Y dalam perkuliahan untuk menjadi
Sarjana
9 Atribut/ X merupakan karakteristik Kampus,Fakultas, Mahasiswa
Karakteristik atau atribut Y merupakan atribut dari Universitas

Untuk memudahkan dalam melakukan analisis domain terhadap


data yang telah dikumpulkan dari observasi, wawancara dan dokumentasi
maka sebaiknya digunakan lembaran kerja analisis domain (domain

88 Metode Penelitian Kualitatif


analisis worksheet). Lembaran kerja ini akan sangat membantu peneliti
mengidentifikasi domain yang ada sehingga dapat dikelompokkan untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam tipe hubungan semantik (sembilan
hubungan). Contoh pendidikan masyarakat maka domainnya terdiri
dari penduduk yang lulusan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Contoh lembaran analisis domain tersebut dapat dilihat pada tabel
9.2 di bawah ini:

Tabel 9.2 Contoh Lembaran Analisis Domain


No Rincian Domain Hubungan Semantik Domain
1 Pendidikan, Penelitian Adalah jenis dari Tugas Perguruan Tinggi
dan Pengabdian
Masyarakat
2 Ruang kantor, Adalah ruang Jenis ruang yang ada pada
Ruang Kelas, Ruang institusi perguruan tinggi
perpustakaan, Ruang
laboratorium
3 Para dosen Adalah sebab akibat Kepemimpinan yang Otoriter
melakukan protes,
Mahasiswa mengeluh
dan Mahasiswa
demonstrasi
4 Dosen memiliki Adalah alasan Pelaksanaan kurikulum
sertifikat kompetensi rasional berbasis kompetensi (KBK)
dan Alat-alat
pembelajaran lengkap
5 Di kelas, Di bank, Di Adalah lokasi Tempat belajar mahasiswa
laboraturium dan Di melakukan pekerjaan Program studi administrasi
kantor
6 Mengikuti kursus, Adalah cara ke tujuan Mencapai prestasi belajar
Belajar tekun dan
Jarang bolos kuliah
7 Komputer, Printer, dan Adalah berfungsi Mengerjakan tugas-tugas
Flash disk kuliah

8 Membayar SPP, Merupakan urutan Administrasi Perkuliahan


Perwalihan/Mentoris, dalam
Pengisian KRS,
melaksanakan kuliah
dan ujian akhir
9 Sarjana Administrasi, Adalah atribut/ Gelar dari lulusan Perguruan
Sarjana Ekonomi dan Karakteristik Tinggi jenjang S-1
Sarjana Pendidikan

Bab 9 | Teknik Analisis Data 89


b. Teknik Analisis Taksonomi (Tacsonomic Analysis)
Seperti yang telah dikemukakan oleh Sugiyono bahwa analisis
taksonomi merupakan kelanjutan dari analisis domain karena analisis
taksonomi merupakan suatu bentuk analisis yang difokuskan hanya
pada salah satu domain atau subdomain tertentu saja. Hal ini membuat
hasil analisisnya sangat terbatas dibandingkan dengan teknik analisis
domain (Fatchan, 2011).
Sementara, Mukhtar (2013) berpendapat bahwa analisis taksonomi
merupakan seperangkat kategori yang disusun berdasarkan hubungan
semantis yang tunggal. Oleh karena itulah analisis taksonomi juga
disebut sebagai kelanjutan dari analisis domain yang datanya telah
dikumpulkan secara keseluruhan. Dari data domain yang telah
dikumpulkan tersebut barulah ditetapkan domain tunggalnya oleh
peneliti agar dapat diurai secara lebih rinci dan mendalam melalui
analisis taksonomi. Perbedaan utama di antara keduanya adalah
taksonomi menunjukkan hubungan yang lebih banyak di antara hal-hal
yang ada di dalam domain budaya sehingga pola hubungannya dapat
ditemukan.
Contoh sederhananya yang dapat menunjukkan analisis taksonomi
ini yaitu kalau domain yang menjadi fokus penelitian adalah jenjang
pendidikan formal, maka dengan analisis taksonomi untuk pendidikan
dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), selanjutnya untuk jenjang menengah terdiri dari sekolah
lanjutan atas (SMA/SMK) dan untuk jejang pendidikan tinggi terdiri
atas Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

c. Teknik Analisis Komponensial (Componential Analysis)


Analisis komponensial dilakukan untuk mencari dan mengetahui
perbedaan yang ditunjukkan secara kontras pada domain-domain
yang diteliti. Hal ini berbeda dengan analisis taksonomi yang lebih
memfokuskan analisisnya pada domain yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2016: 113).
Menrut Bigin (2010: 208) bahwa analisis jenis ini lebih mudah
untuk dilakukan karena menggunakan pendekatan “kontras antar
elemen”, sehingga gejala-gejala sosial ada pada domain tersebut akan
dengan mudah untuk dianalisis.

90 Metode Penelitian Kualitatif


Ketika seseorang peneliti telah menemukan perbedaan di antara
elemen-elemen dalam sebuah domain, maka perbedaan ini sebaiknya
dipikirkan sebagai sifat atau komponen makna domain tersebut.
Langkah-langkah yang perlu diketahui dalam membuat analisis
komponensial ini yaitu:
1. Menetapkan salah satu domain untuk dianalisis.
2. Identifikasi dan inventarisir semua perbedaan yang tampak pada
domain tersebut.
3. Lembaran kerja paradigmanya harus disiapkan.
4. Identifikasi dan klasifikasikan setiap perbedaan yang mempunyai
nilai dan dimensi yang sama.
5. Siapkan petanyaan kontras untuk atribut yang hilang.
6. Lakukan observasi selektif untuk menemukan informasi yang hilang
dan menghubungkannya.
7. Menyiapkan sebuah paradigma secara lengkap.

3. Teknik Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural


Analysis)
Analisis tema budaya dapat juga dikategorikan sebagai analisis
tematik karena merupakan suatu proses analisis yang dilakukan untuk
memahami secara holistik realitas sosial yang sedang diteliti dengan
berbagai pola hubungan yang terbangun di dalamnya secara lebih luas
(Moleong 2014: 307). Bentuk analisis ini seperti sarang laba-laba yang
dapat menghubungkan satu tema dengan tema yang lainnya pada satu
simpul utamanya.
Sanapiah Faisal (1990) mengatakan bahwa analisis discovering
cultural themes sesungguhnya digunakan untuk mencari “benang merah”
lintas domain yang ada sebagai hasil dari analisis domain, taksonomi,
dan komponensial tersebut maka akan terlihat dengan jelas “konstruksi
bangunan” dari situasi sosial yang sedang diteliti (Sugiyono (2016:114).
Ada beberapa strategi yang dikemukakan oleh Mukhtar (2013)
melakukan analisis ini yaitu sebagai berikut.
a. Membandingkan budaya.
b. Carilah domain yang bidang budayanya lebih besar.

Bab 9 | Teknik Analisis Data 91


c. Temukanlah persamaan di antara perbedaan yang muncul.
d. Domain yang ada harus diidentifikasi secara terorganisir.
e. Buatlah diagram skematis pada kawasan budaya yang muncul.
f. Tema yang diteliti harus lebih umum.
g. Lakukan teknik kontrol sosial secara informal.
h. Hubungan sosial yang ada harus terkelola baik, bukan pada individu
tertentu saja.
i. Buatlah ringkasan mengenai kawasan budaya.

Selain teknik-teknik analisis data yang telah disebutkan di atas, ada


juga model lain yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1986)
dalam analisis data yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
atau mengalir terus menerus sampai tuntas (flow model analysis),
sehingga datanya sudah jenuh. Teknik terdiri dari empat aktivitas yang
dilakukan yaitu, pengumpulan data (data collection), reduksi data (data
reduction), penyajian data (display data) dan kesimpulan (conlution)
(Sugiyono, 2016: 91). Model interaktif analisis tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut di bawah ini:

Gambar 9.1 Analisis Data Interactive Model (Milles dan Huberman)

a. Reduksi Data
Reduksi Data dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir yang
sensitif dan memerlukan kecerdasan, keleluasaan dan pemahaman yang
tinggi karena prosesnya dilakukan dengan cara merangkum, memilih
hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting saja
kemudian dicari tema dan polanya sehingga peneliti dapat dengan

92 Metode Penelitian Kualitatif


mudah memperoleh gambaran yang jelas tentang data yang diperlukan
dan data yang tidak diperlukan (data sampah).
Proses reduksi data ini tentunya dilakukan dengan berpedoman
pada, tujuan penelitian yang hendak dicapai. Ketika dalam proses
penelitian, peneliti menemukan sesuatu yang baru dan dipandang masih
asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, maka hendaknya hal itu
yang harus menjadi perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Ibarat melakukan penelitian di hutan, maka pohon-pohon, tumbuhan,
binatang yang selama ini belum dikenal, justru harus dijadikan fokus
untuk pengamatan selanjutnya.

Gambar 9.2. Ilustrasi Reduksi Data, Display dan Conclusion

Pada gambar 9.2. diilustrasikan bagaimana mereduksi hasil catatan


lapangan yang sangat kompleks, rumit dan belum mempunyai makna.
Hasil catatan lapangan menunjukkan ada huruf besar, huruf kecil, ada
angka, dan ada simbol-simbol yang masih sembrawut yang tidak dapat
dipahami. Dengan melakukan reduksi, peneliti dapat merangkum dan
mengambil data yang penting/pokok untuk membuat kategorisasi
berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Sementara data yang tidak
penting, diilustrasikan dalam bentuk simbol-simbol seperti @ # % ^ *
dan sebagainya, akan dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti.

b. Display Data (Penyajian Data)


Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data agar terorganisir, tersusun secara sistematis dan
ada pola hubungannya sehingga mudah untuk dipahami. Penyajian data
ini bisa disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan maupun dalam
bentuk tabel. Menurut Miles dan Haberman dalam Sugiono (2016: 95),
biasanya bentuk penyajian data yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
Pada gambar 9.2 menunjukkan bahwa setelah peneliti mereduksi
data maka langkah selanjutnya dengan mendisplay data atau menyajikan

Bab 9 | Teknik Analisis Data 93


data berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka yang disusun
secara berurutan sehigga strukturnya dapat dengan mudah dipahami.
Selalanjutnya dilakukan analisis secara mendalam tenyata ada hubungan
interaktif yang terjadi di antara ketiga komponen tersebut.
Menurut Sugiyono (2016), dalam praktiknya tidaklah mudah
seperti yang kita bayangkan karena fenomena sosial itu bersifat
kompleks dan dinamis sehingga data yang ditemukan sebelum dan
sesudah melakukan penelitian terus mengalami perkembangan. Untuk
itu, peneliti harus selalu mengkaji data yang telah ditemukan tersebut,
agar nantinya akan berkembang menjadi teori yang gruonded atau
teori yang ditemukan scara induktif dari data-data yang ditemukan
di lapangan.

c. Conclution Data (Kesimpulan/ Verifikasi)


Penarikan kesimpulan ini masih bersifat sementara dan merupakan
tahapan akhir yang harus dilakukan dalam analisis data kualitatif
menurut Miles dan Huberman. Kesimpulan yang dibuat ini akan
terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya bukti-
bukti pendukung yang kuat pada saat dilakukan pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila bukti-bukti yang terkumpul sudah valid dan
konsisten pada saat peneliti melakukan kroscek kembali ke lapangan
maka kesimpulan awal tersebut sudah bersifat kredibel dan dapat
dipercaya.
Hal ini menunjukkan bahwa kesimpulan awal tersebut dapat
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan
apabila telah didukung dengan data dan bukti yang valid namun bisa
juga tidak dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
karena adanya perubahan atau berkembang dari masalah penelitian
ketika peneliti sudah berada di lapangan.

B. Rangkuman
1. Teknik analisis data merupakan pekerjaan yang cukup sulit sehingga
membutuhkan konsentrasi, kerja keras serta daya kreasi yang tinggi
karena banyaknya variasi data yang diperoleh dengan berbagai
teknik pengumpulan di lapangan. Oleh karena itu, banyak peneliti
yang sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis datanya.

94 Metode Penelitian Kualitatif


2. Teknik analisis data dilakukan untuk menyusun dan
menyederhanakan data penelitian yang diperoleh melalui hasil
wawancara, catatan lapangan dan teknik lainnya secara sistematis
agar mudah untuk dipahami sehingga polanya dapat ditemukan
barulah dibuat kesimpulan untuk diceritakan ke orang lain.
3. Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan dalam
melakukan penelitian kualitatif yaitu Analisis Domain, Analisis
Taksonomi, Analisis Komponensial dan Analisis Tema Kultural serta
teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.

C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan menurut pendapat anda, apa yang mendasari sehingga
dalam analisis kualitatif itu cukup sulit!
2. Jelaskanlah secara singkat dengan menggunakan pemahaman
sendiri tentang analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman!
3. Buatlah salah satu contoh analisis pola hubungan semantik
dan analisis domainnya dengan menggunakan sembilan kriteria
domain!

Bab 9 | Teknik Analisis Data 95


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 10
UJI KEABSAHAN DATA

Deskripsi Singkat
Uji Keabsahan Data dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kepercayaan
terhadap data yang telah diperoleh di lapangan sehingga dapat dipercaya
dan dipertanggungjawabkan. Selain itu juga pemeriksaan keabsahan data
digunakan untuk menyanggah balik tuduhan kepada mereka yang mengatakan
penelitian kualitatif tidak ilmiah. Dengan kata lain apabila peneliti melaksanakan
pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik yang
diuraikan pada Bab ini, maka hasil penelitian yang dilakukan benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan itu, maka bab ini
membahas secara lebih lengkap dan ringkas mengenai Dasar Penelitian Kualitatif
dan berbagai Teknik Pengujian Keabsahan Data Penelitian.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Acuan Dasar Penelitian.
2. Teknik Pengujian Keabsahan Data.

97
A. Uraian Materi
1. Acuan Dasar
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif mempunyai kemiripan
dengan konsep uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif
(positivisme) di mana untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
tersebut maka harus dilakukan pengujian terhadap instrumen
penelitiannya, sementara dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah
datanya. Cara ini dilakukan untuk memastikan kembali kebenaran
informasi yang disampaikan oleh informan kepada peneliti.
Menurut Moleong (2014:320) keabsahan data itu adalah setiap
keadaan yang harus memenuhi kriteria:
1. Ada nilai kebenaran yang ditampilkan.
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.
3. Memberikan kesempatan kepada pihak lain menguji kembali
tentang konsistensi dari prosedur kenetralan temuan dan keputusan
keputusannya.

Oleh karena itu uji keabsahan data dimaksudkan untuk


meningkatkan derajat kepercayaan terhadap data (informasi) yang
telah diperoleh melalui observasi atau wawancara yang telah dilakukan
sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pengujian keabsahan atau validitas data antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif menggunakan istilah yang berbeda dilihat
dari peta konstruksinya yang dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 10.1 Perbedaan Istilah Uji Keabsahan Kuantitatif dan Kualitatif


Kuantitatif Kualitatif Aspek/Tujuan
Validitas Internal Kredibilitas Untuk melihat proses penelitian yang telah
(credibility) dilakukan (Nilai Kebenaran)
Validitas Transferabilitas Untuk melihat apakah hasil penelitian bisa
Eksternal (keteralihan) ditransfer/dialihkan dalam situasi sosial lain
(generalisasi) yang mempunya kemiripan (Aplikatif)
Reliabilitas Dependabilitas Untuk melihat apakah penelitian konsisten
(ketergantungan) (konsistensi)
Objektivitas Konfirmabilitas Untuk melihat apakah peneliti bersifat netral
(kepastian) (netralitas)
Sumber: modifikasi dari Moleong (2014)

98 Metode Penelitian Kualitatif


2. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data (trustworthiness), Lincoln dan Guba
dalam Kahija (2006) mengemukakan ada empat macam teknik yang
diperlukan untuk melakukan verifikasi yaitu kredibilitas, transferabilitas,
konfirmabilitas dan dependabilitas. Adapun empat kriteria tersebut dapat
dirincikan seperti pada gambar 10.1 di bawah ini:

Gambar 10.1 Uji Keabsahan Data

a. Uji Kredibilitas
Ada beberapa macam uji kredibilitas seperti yang terlihat pada gambar
10.1 di atas yakni perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif dan member check serta menggunakan bahan referensi, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Perpanjang Pengamatan
Perpanjang pengamatan merupakan salah satu cara yang digunakan
melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah diperoleh
sebelumnya sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan atau
kredibilitas data tersebut. Cara ini cukup mudah untuk dilakukan
karena peneliti hanya perlu kembali lapangan untuk melakukan
pengamatan dan wawancara terhadap informan yang pernah

Bab 10 | Uji Keabsahan Data 99


ditemui atau dengan informan yang baru sehingga hubungan yang
terjalin semakin akrab dan saling mempercayai. Hal inilah yang
memungkinkan peneliti dapat mempelajari kembali situasi sosial
yang diteliti serta adanya meyakinkan pada diri sendiri bahwa
penelitian ini benar-benar bisa dilanjutkan (Sugiyono, 2009:462).
Waktu yang dibutuhkan untuk perpanjangan pengamatan sangat
tergantung pada ke dalaman, keluasan, dan kepastian data dan
akan berakhir jika data yang diperoleh sudah benar. Kedalaman
itu menunjukkan ingin memahami dan menemukan makna di
balik realitas sosial yang tidak tampak. Keluasan itu menunjukkan
banyaknya informasi yang harus diperoleh terhadap fokus
penelitiannya. Sementara kepastian data itu menyangkut validitas
data sesuai dengan realitas yang terjadi.
2) Perpanjang Keikutsertaan
Karena peneliti itu merupakan instrumen utama dalam penelitian
kualitatif, keikutsertaan peneliti dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh informan itu sangat penting dalam proses
pengumpulan data. Waktu yang diperlukan dalam proses ini
cukup panjang sehingga peneliti dapat memastikan data yang telah
dikumpulkan sudah berada pada tingkat kejenuhan data. Jika hal
ini dilakukan, akan peneliti berbagai kekeliruan terhadap data yang
telah dikumpulkan dan peneliti juga dapat mengompensasikan
pengaruh dari kejadian-kejadian yang tak biasa atau tersesat
(Moleong, 2014: 327).
Memperpanjang keikutsertaan ini juga akan membuat peneliti
semakin terbuka dan mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari
faktor ganda yang kontekstual terhadap situasi sosial yang diteliti
sehingga dapat meningkatkan derajat kepercayaan terhadap data
yang diteliti.
3) Meningkatkan Ketekunan
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kredibilitas data adalah dengan meningkatkan ketekunan terhadap
data yang telah ditemukan. Misalnya kesimpulan yang selama
ini kita dengar tentang manfaat dari olahraga adalah untuk
meningkatkan kebugaran fisik, tetapi bagi peneliti kualitatif
kesimpulannya belum tentu demikian karena setelah dicermati

100 Metode Penelitian Kualitatif


lebih mendalam ternayata olahraga itu bagi sebagian orang sebagai
wahana negosiasi dan transaksi bisnis.
Membaca buku referensi, jurnal, artikel dan hasil penelitian lainnya
yang mempunyai relevansi dengan persoalan yang diteliti juga
merupakan salah satu cara meningkatkan ketekunan terhadap
temuan penelitian. Dengan adanya pengamatan yang tekun
maka peneliti akan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang
mempunyai relevansi dengan persoalan atau isu yang sedang
diteliti, sehingga fokus penelitian akan lebih dipusatkan pada hal-
hal tersebut secara rinci (Fatchan, 2011).
4) Triangulasi
Telah dibahas pada Bab sebelumnya bahwa Triangulasi selain
merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dapat juga digunakan untuk memeriksa keabsahan data atau
verifikasi data (Mukhtar, 2013).
Triangulasi merupakan suatu teknik pengecekan data dengan
menggunakan berbagai sumber, dengan berbagai cara dan
dengan waktu yang berbeda-beda. Dalam teknik ini peneliti akan
menemukan berbagai sudut pandang lain yang bisa diperoleh
dari buku-buku, pakar yang bersedia untuk diajak berdiskusi atau
dengan metode lainnya untuk mengecek benar atau tidaknya data
yang sudah ditemukan (Kahija, 2016).
Sementara itu, Moleong (2014:332) mengatakan bahwa triangulasi
juga merupakan cara terbaik yang dapat digunakan untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan dari kenyataan yang ada
dalam pada saat proses mengumpulkan data. Dengan kata lain,
triangulasi merupakan teknik yang dapat digunkan untuk me-
recheck temuannya dengan menggunakan beberapa teknik dan
metode sekaligus.
Lebih lanjut Sogiyono (2016: 127) menjelaskan bahwa ada 3 macam
triangulasi yang digunakan untuk menguji kredibilitas data yaitu:
a) Triangulasi Sumber (Mengecek berbagai sumber data)
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan kredibilitas
data dengan cara melakukan pengecekan terhadap data
yang sudah diperoleh dari beberapa sumber informan.
Contoh salah satu penelitian dilakukan untuk melihat gaya

Bab 10 | Uji Keabsahan Data 101


kepemimpinan seseorang, maka pengujian datanya bisa
dilakukan dengan menanyakan ke bawahan yang dipimpin,
ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja dalam satu
kelompok kerja (lihat gambar 10.2). Data yang diperoleh dari
hasil pengujian terhadap ketiga informan dapat dideskripsikan,
dikategorisasikan pandangan dan pendapatnya masing-masing
baik yang memiliki persamaan maupun perbedaan. Kemudian
data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan
selanjutnya akan dimintakan kesepakatan atau member check
dari ketiga informan tersebut.

Gambar 10.2 Triangulasi Tiga Sumber

b) Triangulasi Teknik (memanfaatkan berbagai metode)


Teknik ini digunakan untuk mendapatkan kredibilitas dengan
mengecek data yang sudah ditemukan sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda-beda (lihat gambar 10.3). Contoh
data hasil wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan
juga dengan dokumentasi. Apabila ketiga teknik ini sudah
digunakan namun data yang dihasilkan masih menunjukkan
perbedaan maka peneliti perlu mencari informasi yang lebih
pasti lagi kepada informan yang bersangkutan atau kepada
informan lain untuk mendapatkan kepastian dari data tersebut.

Gambar 10.3 Triangulasi Tiga Teknik

102 Metode Penelitian Kualitatif


c) Triangulasi Waktu (mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan)
Terkadang waktu dan kondisi juga turut memengaruhi
kredibilitas suatu data penelitian. Sebagai contoh, suatu
penelitian yang dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan
teknik wawancara akan menghasilkan data yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan pada siang hari maupun
malam hari dengan menggunakan teknik yang sama. Data
yang diperoleh pada pagi hari akan cenderung lebih valid dan
kredibel karena informan yang temui masih segar dan belum
disibukkan dengan aktivitas pekerjaan yang dilakukan.
Selain teknik wawancara, dapat juga digunakan teknik
observasi ataupun teknik yang lainnya dalam waktu atau
situasi yang berbeda (lihat gambar 10.4). Apabila data yang
dihasilkan masih menunjukkan perbedaan maka peneliti
perlu melakukan pengujian secara berulang-ulang untuk
mendapatkan data yang pasti.

Gambar 10.4 Triangulasi Tiga Waktu

5) Analisis Kasus Negatif


Kasus negatif merupakan suatu kasus yang menunjukkan perbedaan
dan tidak sesuai dengan hasil penelitian pada saat tertentu. Oleh
karena itu analisis kasus negatif menjadi penting untuk dilakukan
dalam rangka untuk meningkatkan kredibilitas data dengan cara
mencari data yang bertentangan atau mempunyai perbedaan
dangan data yang telah ditemukan. Dengan cara ini maka data yang
diemukan akan mempunyai kredibilitas yang tinggi apabila tidak
ditemukan lagi data yang memiliki perbedaan.

Bab 10 | Uji Keabsahan Data 103


6) Mengadakan Member Check
Member check digunakan untuk mematikan kembali data yang telah
diperoleh dari informan tidak mengalami perubahan dalam kurun
waktu tertentu apabila dilakukan pengecekan ulang dari informan
sebelumnya tersebut. Data tersebut kredibel/dapat dipercaya yang
apabila informan tersebut telah menyepakati. Namun sebaliknya
apabila data tersebut belum disetujui maka peneliti perlu
melakukan diskusi kembali dengan informan yang bersangkutan.
Jika masih ditemukan perbedaan yang terlalu tajam terhadap
data yang ditemukan maka peneliti perlu melakukan penyesuaian
data dengan apa yang dikehendaki oleh informan karena itulah
yang merupakan tujuan dari dilakukannya member check agar ada
keselarasan informasi yang diperoleh untuk penulisan laporan
penelitian.
7) Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi ini terkesan sepele namun
sangat dibutuhkan sebagai dokumen pendukung untuk menguji
kredibilitas data yang telah diperoleh oleh peneliti. Contoh ketika
peneliti melakukan wawancara dengan informan maka rekaman
wawancara dan bukti dokumentasinya harus ada sehingga sangat
diperlukan alat bantu seperti kamera, handycam dan perekam suara
dalam mendukung kredibilitas data yang telah diperoleh tersebut.

b. Uji Transferabilitas
Uji transferabilitas ini merupakan uji validitas ekternal yang
menunjukkan derajat ketepatan di mana hasil penelitiannya dapat
diterapkan atau digeneralisasikan pada populasi terwakili sampelnya
(lihat tabel 10.1 di atas).
Uji transferabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
setiap orang agar dapat memahami jelas fokus dan isi penelitian yang
dilakukan karena laporannya harus dibuat secara rinci, jelas, sistematis
dan dapat dipercaya. Jika laporan dapat dengan mudah dipahami
oleh pembaca maka ada kemungkinan hasil penelitian tersebut dapat
ditransferkan pada kondisi dan situasi yang lain yang mempunyai
kemiripan karakteristik (Sugiyono, 2016).

104 Metode Penelitian Kualitatif


Menurut Kahija (2016), untuk menunjang uji transferabilitas perlu
dilakukan beberapa hal:
a. Deskripsi yang tebal dan mendalam tentang laporan penelitian
yang dibuat sehingga dapat menjelaskan secara lebih mendetail,
rinci jelas dan sistematis agar dapat memberikan peluang atau
kemungkinan pembaca bisa mentransfer temuan penelitian dalam
situasi atau kondisi lain yang mempunyai kemiripan serupa.
b. Karakteristik subjek/informan yang jelas dengan menggunakan
purposive sampling. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk lebih
mudah mentransfer hasil penelitian pada subjek-subjek lain yang
memiliki karakteristik yang hampir sama.

3. Uji Dependabilitas
Uji dependabilitas sangat penting untuk dilakukan karena dapat
meyakinkan pembaca tentang temuan penelitian yang dilakukan itu
konsisten atau hasil penelitian itu tidak akan mengalami perubahan
meskipun telah dilakukan penelitian secara berulang-ulang pada
konteks dan subjek yang sama. Dengan proses inilah yang menunjukkan
bahwa penelitian itu mempunyai dependabilitas yang tinggi. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan ketepatan peneliti dalam menilai dan
mengonseptualisasikan datanya secara ajeg1. Jika peneliti tidak dapat
menunjukkan rekam jejak lapangannya dalam proses penelitian maka
dependabilitas penelitiannya patut untuk diragukan (Fatchan, 2013).
Lebih lanjut Sugiyono (2009: 469) mengatakan bahwa perlu dilakukan
pengujian dependabilitas karena sering kali terjadi banyak peneliti yang
tidak melakukan proses penelitian lapangan tetapi data penelitiannya
dapat diberikan. Untuk itu perlu dilakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian dengan melibatkan auditor yang independen.

4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas mempunyai kemiripan dengan pengujian objektivitas
karena dapat digunakan secara bersama-sama untuk menguji proses

1
Kata Keajegan sering dijumpai dalam terminologi sosiologis yang
menggambarakan suatu kondisi keteraturan sosial masyarakat yang berlangsung
secara terus menerus dalam periode waktu tertentu (kondisi sosial yang stabil
dan terlembaga).

Bab 10 | Uji Keabsahan Data 105


dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Suatu penelitian dikatakan
objektif apabila telah mendapatkan kesepakatan dari banyak orang. Hal
ini menunjukkan bahwa uji konfirmabilitas merupakan suatu proses
untuk melakukan konfirmasi kembali terhadap keseluruhan proses
sampai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Jangan sampai prosesnya
tidak ada tetapi hasilnya ada (Sugiyono, 2016: 131).
Uji konfirmabilitas ini dapat dilakukan apabila ditunjang oleh
beberapa hal, yakni:
1. Harus ada data mentah hasil wawancara yang terdiri hasil rekaman
maupun catatan lapangan.
2. Proses analisis dilakukan secara rasional sampai makna/esensi.
3. Pembahasannya harus sesuai dengan data yang benar.
4. Perlu dilakukan pemeriksaan alat penunjang penelitian seperti
materi audiovisual, rekaman audio dan juga asli wawancara dan
observasi yang dilakukan.
5. Perlu melakukan pengecekan terhadap asumsi pribadi karena
pendapat peneliti kualitatif cenderung bias (prasangka, sentimen,
pra-penilaian, dan pengalaman masa lalu).

B. Rangkuman
Pemeriksaan keabsahan data (trustworthiness) dalam penelitian kualitatif
selain dimaksudkan untuk menguji keilmiahan dari penelitian kualitatif
sendiri dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan derajat
kepercayaan terhadap data yang telah diperoleh pada saat melakukan
penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa teknik atau
kriteria yang diperlukan dalam pemeriksaan keabsahan data yaitu Uji
kredibilitas, Uji transferabilitas, Uji konfirmabilitas, dan Uji dependabilitas.
Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaannya
sendiri-sendiri.

C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan dan uraikanlah secara singkat masing-masing teknik yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data, tidak
lebih dari satu halaman!

106 Metode Penelitian Kualitatif


2. Bandingkan dan jelaskanlah teknik triangulasi yang dapat juga
digunakan untuk pengumpulan data pada Bab 8 dengan yang ada
pada teknik pemeriksaan keabsahan data!

Bab 10 | Uji Keabsahan Data 107


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 11
PENYUSUNAN PROPOSAL DAN
LAPORAN PENELITIAN

Deskripsi Singkat
Penyusunan proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi tentang
petunjuk dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, rancangan proposal
penelitian itu harus dibuat secara baik, sistematis dan logis sehingga dapat
dijadikan sebagai pedoman penelitian. Terlepas dari apa pun bentuk
penelitiannya, proposal penelitian itu selalu berisi empat komponen utama yaitu
Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah (pertanyaan penelitian), Landasan
Teori, dan Metode Penelitian. Bab ini berisi uraian tentang komponen dan
sistematika penyusunan proposal penelitian kualitatif yang secara garis besarnya
akan dibahas mulai dari bab pendahuluan, tinjauan pustaka dan metodologi
penelitian yang digunakan.
Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk memahami metode penelitian
kualitatif dan mempunyai keterampilan menyusun penelitian kualitatif secara
baik dan benar.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan:
1. Komponen Sistematika Proposal.
2. Komponen Sistematika Laporan Penelitian.
3. Paparan Sistematika Proposal dan Laporan Penelitian.

109
A. Uraian Materi
1. Komponen Sistematika Proposal
Setiap rancangan penelitian perlu direncanakan dengan baik, sistematis
dan terencana dalam bentuk proposal penelitian. Proposal penelitian
merupakan suatu rancangan atau rencana penelitian yang telah disusun
dengan mengikuti langkah-langkah sistematis dan rasional sesuai
dengan standar dan pedoman penelitian yang ditetapkan.
Penelitian itu selalu berangkat dari suatu permasalahan yang
merupakan penyimpangan antara teori dengan praktik atau antara
yang seharusnya dengan yang terjadi atau antara perencanaan
dengan pelaksanaan. Namun dalam penelitian kualitatif terkadang
permasalahan itu masih bersifat sementara dan akan berkembang
berada pada situasi sosial yang dihadapi. Hal ini dikarenakan penelitian
kualitatif selalu berpandangan bahwa realitas sosial itu selalu bersifat
holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dengan pola pikir yang
induktif sehingga tujuan penelitian itu akan dengan mudah dicapai
bila peneliti dapat melakukan manajemen penelitian secara profesional,
efektif dan efisien dengan mengoptimalisasikan penggunaan sumber
daya yang dimilikinya.
Untuk menyusun proposal penelitian kualitatif yang baik
maka perlu dijelaskan secara garis besar komponen dan sistematika
proposalnya agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian.
Komponen proposal tersebut dapat disusun dalam bentuk sistematika
proposal seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

110 Metode Penelitian Kualitatif


Tabel 11.1 Sistematika Proposal Penelitian Kualitatif
COVER
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN REKOMENDASI
LEMBARAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.2. FOKUS PENELITIAN
1.3. RUMUSAN MASALAH
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.5. MANFAAT PENELITIAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TEORI/KONSEP
2.2. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
2.3. PARADIGMA PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
3.2. LOKASI PENELITIAN, WAKTU PENELITIAN, DAN UNIT ANALISIS
3.3. PERANAN PENELITI
3.4. JENIS DAN SUMBER DATA
3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.6. TEKNIK ANALISIS DATA
3.7. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
3.8. TAHAPAN DAN SCHEDULE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: PANDUAN WAWANCARA MENDALAM

2. Komponen Sistematika Laporan Penelitian


Laporan hasil penelitian merupakan laporan ilmiah yang berisi
keseluruhan temuan penelitian lapangan secara empiris yang dibuat
secara sistematis dan logis pada setiap bagiannya sehingga mudah untuk
dipahami dan mengikuti kaidah atau ketentuan sebuah lembaga atau
institusi di mana peneliti bernaung.
Menyusun laporan penelitian merupakan tahapan yang akhir dari
proses penelitian yang dilakukan oleh seseorang. Oleh sebab itu laporan
penelitian itu harus dibuat dengan baik agar orang membacanya dapat
dengan mudah untuk memahami. Pada saat membuat laporan alangkah
baiknya peneliti dapat memposisikan diri sebagai seorang pembaca
sehingga laporan itu dapat dinilai dengan baik kelayakannya. Hal ini
penting karena laporan tersebut memuat hasil penelitian yang telah
dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan menghadirkan solusi untuk pemecahan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 111


Penyusunan laporan penelitian itu sangat dipengaruhi oleh
sistematika laporan penelitian. Biasanya setiap sistematika pembuatan
laporan penelitian dari setiap lembaga sangat tergantung pada
pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan serta ciri yang melekat
pada institusi tersebut namun esensi dan isi laporan penelitiannya tetap
mempunyai kemiripan. Adapun sistematika laporan penelitian kualitatif
dapat dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 11.2 Komponen Sistematika Laporan Penelitian


COVER
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN REKOMENDASI
LEMBARAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.2. FOKUS PENELITIAN
1.3. RUMUSAN MASALAH
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.5. MANFAAT PENELITIAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1.4. TEORI/KONSEP
1.5. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
1.6. PARADIGMA PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
2.9. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
2.10. LOKASI PENELITIAN, WAKTU PENELITIAN, DAN UNIT ANALISIS
2.11. PERANAN PENELITI
2.12. JENIS DAN SUMBER DATA
2.13. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
2.14. TEKNIK ANALISIS DATA
2.15. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
2.16. TAHAPAN DAN SCHEDULE PENELITIAN
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.2. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
4.3. KAJIAN HASIL PENELITIAN
BAB V. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

112 Metode Penelitian Kualitatif


3. Paparan Sistematika Proposal dan Laporan Penelitian
Setiap lembaga atau institusi mempunyai ciri tersendiri dalam membuat
sistematika proposal maupun laporan penelitiannya. Sistematika
laporan penelitian terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian awal, bagian
isi dan bagian akhir.
A. Bagian Awal
Pada bagian awal ini biasanya terdiri dari:
1. Lembar Judul
2. Lembar Persetujuan
3. Lembar Rekomendasi
4. Lembar Pengesahan
5. Lembar Pernyataan
6. Abstrak
7. Kata Pengantar
8. Persembahan
9. Daftar Isi
10. Daftar Tabel (kalau ada)
11. Daftar Gambar (kalau ada)

B. Bagian Isi
Pada umumnya bagian isi ini merupakan substansi dari laporan
penelitian yang menguraikan secara jelas dan rinci informasi mengenai
sistematika penulisan laporan yang pembahasannya biasanya diawali
dengan menguraikan masalah yang diteliti. Pada hakikatnya sistematika
penulisannya dapat digambarkan pada contoh di bawah ini:

BAB I. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab pertama yang memuat uraian umum tentang
arah penelitian yang dilakukan agar dapat mengantarkan pembaca untuk
dapat mengetahui konteks atau latar belakang penelitian, rumusan
masalah, fokus penelitian serta tujuan dan kegunaan penelitian.

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 113


1.1 Latar Belakang Masalah
Walaupun dalam penelitian kualitatif, masalah itu masih bersifat
sementara namun perlu dikemukakan. Masalah adalah suatu
ketimpangan dari realitas yang sesungguhnya dengan yang terjadi.
Oleh sebab itu, sangat perlu dikemukakan adanya kesenjangan yang
melatarbelakangi masalah penelitian, untuk apa penelitian dilakukan,
apa/siapa yang mengerahkan penelitian.
Pada bagian ini sering disebut sebagai motivator atau pendorong
dilakukannya penelitian. Hal ini bisa berarti ganda, yaitu: (1) sebagai
pendorong bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya; dan (2)
sebagai pendorong bagi orang lain untuk membaca bagian-bagian
selanjutnya dari laporan penelitian, berarti uraian pada paragraf ini
harus dapat menggugah minat baca. Latar Belakang Masalah ditulis
dengan memperhatikan fenomena yang terjadi di masyarakat agar benar
masalah yang dikaji adalah masalah publik, didukung dengan fakta serta
data sebagai dasar analisis.
Masalah yang dikemukakan dalam bentuk data dapat diperoleh
dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi dan literatur yang
seperti dokumentasi laporan penelitian, pernyataan orang-orang yang
dianggap kredibel melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Pada bagian ini peneliti perlu menjelaskan secara rinci tentang alasan
dan argumen yang menjadi dasar pentingnya dilakukan penelitian
karena pada bagian inilah yang sesungguhnya menjadi motor penggerak
dalam melakukan penelitian. Penelitian juga tidak harus berangkat dari
masalah tetapi dari potensi masalah yang ada sehingga akan berkembang
menjadi masalah.

1.2 Fokus Penelitian


Fokus Penelitian perlu ditetapkan oleh peneliti sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengarahkan peneliti untuk tetap konsisten
terhadap permasalahan yang diteliti. Namun dalam penelitian kualitatif
fokus penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan berkembang
pada saat penelitian dilakukan. dalam fokus penelitian ini juga perlu
dijelaskan cakupan-cakupan dari penelitian yang akan dilakukan
sehingga peneliti dapat memperkaya wawasan penelitiannya tentang
situasi sosial yang nantinya menjadi objek kajiannya.

114 Metode Penelitian Kualitatif


Peneliti juga perlu mempertimbangkan cakupan dan kelayakan
materi dalam menetapkan fokus penelitian karena adanya keterbatasan
waktu tenaga yang biaya tanpa keluar dari jalur penelitian ilmiah.
Setelah fokus penelitian dijelaskan maka buatlah rumusan permasalahan
penelitiannya (rumusan masalah) yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan yang diajukannya
pertanyaan. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa
yang akan diungkapkan di lapangan.

1.3 Rumusan Masalah


Setelah latar belakang masalah dan fokus penelitian dijelaskan, maka
selanjutnya dibuatlah rumusan masalahnya. Rumusan masalah ini harus
menggunakan kata tanya karena berisi tentang pertanyaan-pertanyan
penelitian yang nantinya akan memandu peneliti untuk menemukan
jawabannya pada saat melakukan penelitian. Rumusan masalah yang
dibuat ini juga masih bersifat sementara sehingga apabila rumusan
masalahnya tidak sesuai dengan kondisi objek penelitian maka peneliti
perlu mengganti rumusan masalahnya sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Setidaknya ada tiga bentuk rumusan masalah, seperti yang telah
dijelaskan pada Bab sebelumnya yaitu rumusan masalah deskriptif,
komparatif dan asosiatif.
1. Rumusan masalah deskriptif, dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengungkapkan dan menjelaskan secara lebih mendalam tentang
situasi sosial yang akan diteliti agar dapat dengan mudah untuk
dipahami.
2. Rumusan masalah komparatif, bentuk rumusan masalah yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengomparasikan antara
situasi sosial dengan situasi sosial yang lainnya yang menjadi objek
kajiannya.
3. Rumusan masalah asosiatif atau hubungan, yang dapat digunakan
oleg peneliti melakukan konstruksi terhadap hubungan yang terjadi
antara situasi sosial satu dengan situasi sosial yang lainnya.

1.4 Tujuan Penelitian


Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan,
mengembangkan, dan membuktikan ilmu pengetahuan. Tujuan
penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menjelaskan sasaran target

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 115


dan sasaran dari hasil penelitian yang akan dicapai. Tujuan penelitian
ini juga masih bersifat sementara sesuai dengan karakteristik yang ada
pada penelitian kualitatif itu sendiri di mana akan berkembang setelah
peneliti memasuki objek penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian menjelaskan tentang pentingnya penelitian
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama bagi
pengembangan ilmu pengetahuan secara luas. Manfaat penelitian ini
biasanya menjelaskan tentang manfaat yang bersifat teoretis untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat praktisnya di mana hasil
penelitiannya dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang yang
dihadapi oleh masyarakat.

BAB II. Tinjauan Pustaka


2.1 Teori/Konsep
Pada umumnya tinjauan pustaka selalu berkaitan dengan tinjauan
teoretis dan berbagai referensi kepustakaan lain yang mempunyai
keterkaitan dengan nilai, norma dan budaya yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti. Teori ini biasanya berisi tentang seperangkat
konsep yang sangat berguna untuk dijadikan sebagai landasan bagi
peneliti agar tetap fokus pada kajianya dan dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pembahasan dan analisis data dari penelitian yang dilakukan.
Perlu dijelaskan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara
kerangka teoretis dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian
kualitatif. Kerangka teori dalam kuantitatif selalu menggunakan logika
deduktif di mana penelitiannya berawal dari teori (variabel) dengan
menggunakan data sebagai acuan untuk menarik kesimpulan dengan
melakukan pengujian terhadap teori (hipotesis) yang diterima atau
ditolak. Sementara dalam penelitian kualitatif selalu menggunakan
logika induktif yang menggunakan data empiris sebagai titik tolaknya
dengan memanfaatkan teori yang ada untuk menjelaskan dan dapat juga
menghasilkan sebuah teori baru sebagai kesimpulan akhirnya.

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan referensi dasar ketika melaksanakan
sebuah penelitian yang berfungsi untuk memperluas atau memperdalam
serta membandingkan teori yang akan dipakai dalam penelitian yang

116 Metode Penelitian Kualitatif


akan dilakukan. Penelitian terdahulu juga merupakan sumber inspirasi
yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian untuk memastikan
kekurangan dan kelebihan sehingga dapat membuat menghasilkan
penelitian yang bersifat orisinil (baru).
Penelitian terdahulu yang digunakan haruslah mempunyai kemiripan
substansinya mirip dengan situasi sosial yang diteliti. Referensi yang
digunakan minimal 3 karya ilmiah wajib dan disertakan dalam bagian
Bab ini. Hal ini dilakukan guna memastikan adanya keistimewaan/
keunikan dari karya peneliti dengan hasil karya ilmiah sebelumnya serta
menghindari adanya unsur plagiat di dalamnya. Penelitian terdahulu
ini digalih persamaan sekaligus perbendaannya dengan karya peneliti
baik dari masalah, metode maupun hasil penelitiannya.

2.3. Paradigma Penelitian


Paradigma penelitian merupakan serangkaian pandangan dan keyakinan
peneliti terhadap permasalahan yang akan menjadi fokus kajiannya untuk
dapat dipahami dan dilakukan penelitian secara mendalam. Yang menjadi
pembahasan dalam paparan paradigma ini adalah aspek ontologisnya yang
akan menguraikan tentang hakikat yang mendasari perlunya dilakuan
penelitian terhadap masalah yang dikaji, kemudian aspek epistemologinya
yang akan memastikan bagaimana pengetahuan atau penelitian tersebut
dapat dilakukan berdasarkan data empiris yang ditemukan serta aspek
motodologisnya yang berusaha untuk mengetahui segala sesuatu dengan
menggunakan berbagai teknik yang ada. Ketiga aspek dalam filsafat ilmu
tersebut akan membantu kita untuk menentukan cara dan strategi yang
harus digunakan untuk dapat menjawab permasalahan yang diteliti sesuai
dengan data penelitian yang diperoleh.

BAB III. Metode Penelitian


3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian perlu
dijelaskan dasar dan argumentasi yang kuat terhadap pendekatan yang
digunakan sehingga orientasi landasan berpikirnya dapat dengan mudah
dipahami. Setelah pendekatan penelitiannya sudah dijelaskan maka
peneliti mudah untuk menentukan jenis yang akan digunakan, apakah
penelitian etnografis, studi kasus, grounded theory dan lain-lain untuk
memahami setiap gejala yang menjadi objek kajiannya.

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 117


3.2. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian, dan Unit Analisis
Lokasi ini merupakan fokus penelitian sehingga peneliti uraiannya
harus jelas alasan yang mendasari penentuan lokasi penelitian tersebut,
hindarilah alasan yang bersifat subjektif seperti letak geografisnya
yang dekat dengan peneliti atau pernah bekerja di situ, atau telah
mengenal orang-orang kunci. Dalam pemilihan lokasi ini juga perlu
dipertimbangkan keunikan dan kesesuaian dengan topik yang dipilih
dan karakteristik dari lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk
menemukan hal yang baru.
Penelitian kualitatif biasanya waktu yang dibutuhkan cukup
lama dalam proses penelitian karena sifat dari penelitian kualitatif itu
sendiri yang selalu berangkat dari data empiris. Namun tak menutup
kemungkinan juga penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam waktu
singkat, apabila telah diketahui sejak awal informan yang dapat
menjadi pembuka ditemukannya informasi serta data pendukung dalam
memperkuat kajian penulisan.
Sementara unit análisis diperlukan untuk menjelaskan tentang
keterkaitan antara masalah penelitian dengan instansi, bidang, unit
dan aktor-aktor yang diperlukan atau yang mempunyai peranan dalam
persolan yang diteliti tersebut. Hal ini penting untuk memudakan
peneliti dalam mengidentifikasi informan yang diperlukan dalam
penelitian.

3.3. Peranan Peneliti


Peranan peneliti ini menjadi penting untuk dipertegas. Karena penelitian
kualitatif maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan.
Peneliti harus mampu menjelaskan posisinya apakah hanya sekadar saja
ataukah sebagai seorang partisipan penuh. Penegasan status ini penting
karena akan sangat berpengaruh terhadap data yang akan diperoleh dari
informan penelitian.

3.4. Jenis dan Sumber Data


Uraian pada bagian ini mengharuskan peneliti untuk bagaimana caranya
mendapatkan dan mengumpulkan data, siapa saja yang harus dijadikan
subjek atau informan penelitian disertai dengan alasannya serta
karakteristik data apa yang diperlukan dalam penelitian tersebut agar
dapat menjamin kredibilitas sumber datanya. Biasanya teknik sampling

118 Metode Penelitian Kualitatif


yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah purposive dan snowball
untuk memilih sumber data yang sifatnya masih sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Informan yang dipilih
haruslah orang yang mempunyai power atau otoritas pada situasi sosial
yang dteliti sehingga ‘mampu membuka pintu’ ke mana saja peneliti
mendapatkan data.
Menurut Sanafiah Faisal (1998) ada beberapa kriteria yang
diperlukan untuk menentukan sampel atau informan yang merupakan
sumber data yaitu:
1. Penentuan sampel itu hendaknya mempertimbangkan mereka yang
menguasai dan memahami fokus dan masalah penelitian yang akan
diteliti.
2. Biasakan memilih informan yang tergolong masih aktif dalam
kegiatan yang diteliti atau pernah berkecimpung di dalamnya.
3. Informan yang dipilih harus dapat meluangkan waktunya ketika
hendak dimintai informasi.
4. Pertimbangan mereka yang cenderung menyampaikan informasi
berdasarkan hasil perspektifnya sendiri (subjektif).
5. Mereka yang awalnya masih “cukup asing” bagi peneliti harus
dijadikan sebagai narasumber karena cukup menantang.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti perlu menjelaskan teknik-teknik penelitian yang akan digunakan
dalam proses pengumpulan data disertai dengan alasan yang mendasari
pentingnya teknik penelitian tersebut digunakan seperti teknik
observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Alasan
penggunaan teknik pengumpulan datanya dengan baik karena peneliti
merupakan instrumen kuncinya.

3.6. Teknik Analisis Data


Peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana caranya dalam proses
pengolahan data yang telah ditemukan dan juga menjelaskan tentang
teknia analisis data yang akan digunakan disertai dengan alasan yang
mendasarinya. Analisis data ini penting, karena pada tahap ini peneliti
akan dihadapkan dengan banyaknya variasi data yang sudah diperoleh
di lapangan sehingga pengaturan yang secara sistematis dalam proses
pengolahan datanya agar mudah untuk menyajikan temuannya.

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 119


Perlu dingat bahwa dalam penelitian kualitatif análisis datanya harus
berpedoman pada berbagai teknik analisis data yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya.

3.7. Pengecekan Keabsahan Data


Uraian ini mengharuskan peneliti untuk dapat menyajikan bagaimana
caranya untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan
mempunyai kredibilitas yang tinggi sehingga hasil temuan penelitiannya
dapat dipercaya. Peneliti dapat menggunakan teknik-teknik uji
keabsahan data seperti yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya
seperti uji transferability, uji dependability, dan uji konfirmability, dan lain-
lain

3.8 Tahapan dan Schedule Penelitian


Pada bagian ini peneliti harus menguraikan tentang tahapan secara jelas
dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif kemudian dibuat dalam
bentuk matriks yang mengambarkan rancangan jadwal kegiatannya
secara bertahap. Adapun matriks jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 11.3 Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
No Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Tahap Persiapan
a. Studi Pendahuluan
b. Penyusunan dan rencana
penelitian
2 Tahap pelaksanaan
a. Observasi
b. Wawancara
c. Pengumpulan Data
d. Penilaian dan Pengelompokan
Data
3 Tahap Penyelesaian
a. Tabulasi dan analisis data
b. Seminar Hasil Penelitian dan
Penyempurnaan Laporan

120 Metode Penelitian Kualitatif


BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Pada bagian ini, mahasiswa
wajib menggambarkan lokasi penelitian dalam bentuk narasi
deskriptif agar dapat diketahui kesesuaian masalah dengan kondisi
pada lokasi penelitian, sekaligus memastikan tidak adanya rekayasa
dalam penelitian yang dilakukan.
3.2. Deskripsi Hasil Penelitian: Bagian ini memuat hasil penelitian,
baik berupa dokumen maupun informasi yang diperoleh melalui
wawancara dengan informan yang disajikan dalam bentuk narasi
deskriptif sebagai dasar análisis masalah untuk dikembangkan
dalam pembahasan.
3.3. Pembahasan: memuat hasil penelitian yang diperoleh serta gagasan
peneliti tentang keterkaitan antara pola dan hubungan antara
dimensi-dimensi yang satu dengan yang lainnya serta penafsiran
data yang telah diperoleh dan disajikan secara terstruktur
berdasarkan temuan teori yang terungkap di lapangan (grounded
theory).

BAB V Penutup
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan memuat temuan pokok atau simpulan, implikasi dan
tindak lanjut penelitian serta saran atau rekomendasi yang diajukan.
Kesimpulan ini juga berisi tetantang jawaban ataus rumusan masalah
yang dikemukakan atau merupakan kristalisasi hasil analisis dan
interpretasi terhadap capaian dati tujuan penelitian. Kesimpulan ini
harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara ketat dan padat,
sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Hendak dipahami
bahwa dalam penelitian kualitatif temuan pokok atau simpulan harus
menunjukkan “makna” temuan tersebut.

4.2. Saran
Saran yang diberikan harus berangkat dari kesimpulan dan harus
berdasarkan pada temuan penelitian. Saran hendaknya bersifat konkret,
realistis, bernilai praktis dan terarah yang berupa anjuran, yang dapat
menyangkut aspek operasional, kebijaksanaan, maupun konseptual.

Bab 11 | Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian 121


Bagian Akhir
Bagian akhir ini berisi tentang hal-hal yang perlu dikemukakan adalah
hal yang mendukung atau mempunyai keterkaitan yang erat bagian
inti dari laporan penelitian seperti daftar pustaka, lampiran-lampiran
dan riwayat hidup.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi tentang semua daftar rujukan yang digunakan
sebagai referensi yang disebutkan atau ditulis dalam teks, maksudnya
semua sumber referensi yang digunakan oleh peneliti sebagai acuannya
dalam penulisan laporan penelitian harus dituliskan dalam daftar
pustaka sesuai dengan kaidah penulisannya. Perlu diingat bahwa semua
sumber rujukan itu harus dicantumkan dalam daftar pustaka baik berupa
buku, majalah, artikel, koran dan sumber kepustakaan lainnya termasuk
juga alamat web, blog, dan situs internet yang digunakan.

Lampiran-lampiran
Lampiran ini berisi tentang segala dokumen penting berkaitan dengan
laporan hasil penelitian yang diletakan pada bagian akhir laporan hasil
penelitian sebagai dokumen pembuktian. Lampiran ini biasanya dapat
berupa instrumen penelitian, data mentah hasil penelitian, panduan
wawancara, panduan observasi, surat izin, panduan telaah dokumen
serta dokumen fisik lainnya yang berkaitan dengan laporan hasil
penelitian.

Riwayat Hidup
Riwayat hidup ini berisi tentang deskripsi singkat yang menggambarkan
rekam jejak peneliti yang disajikan secara naratif dengan menggunakan
sudut pandang orang ketiga (bukan menggunakan kata saya atau
kami). Biasanya yang harus diuraikan adalah identitas penulis, riwayat
pendidikan, pengalaman dalam berorganisasi prestasi dan penghargaan
yang pernah diraih.

122 Metode Penelitian Kualitatif


LAMPIRAN
ABSTRAK
Pasar merupakan arena perjumpaan antara pembeli dan penjual yang
keberadaanya sangat penting karena dapat dijadikan sebagai kutub pengaman
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Stigma negatif sering juga dilekatkan
pada pasar karena banyaknya permasalahan sosial yang ada di dalamnya.
Namun sesungguhnya tanpa disadari pasar dapat berkontribusi terhadap
keseimbangan perekonomian baik Daerah maupun Nasional.
Kebijakan untuk melakukan relokasi dimaksudkan untuk mengatasi
berbagai permasalahan masyarakat yang selama ini berkeinginan untuk
mendapatkan tempat yang layak secara fisik berjualan.Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam merelokasi Pasar
Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para pedagang menyatakan
bahwa dengan adanya kebijakan untuk merelokasi pasar ini sudah baik,
hanya saja sebagian pedagang juga tidak setuju direlokasi dikarenakan lokasi
Pasar Omele Sifnana yang jauh dari jantung Kota Saumlaki. Sehingga cukup
berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang yang mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan sebelum berjualan di Pasar Saumlaki.

Kata Kunci: Kebijakan, Pedagang dan Relokasi Pasar

Lampiran 125
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Lahirnya Undang – Undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah membawa mengharuskan pemerintah daerah untuk
segera berbenah dan mempersiapkan dirinya dalam mengatur dan mengeloha
pemerintahannya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kemudian
Undang–Undang tersebut disempurnakan dengan Undang - Undang Nomor
32 tahun 2004 di mana pada Bab II bagian kesatu pasal 4 ayat 3 mengatakan
bahwa pembentukan Daerah dapat berupa penggabungan Daerah atau bagian
Daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu Daerah menjadi dua
Daerah atau lebih.
Dengan demikian dibentuklah sebuah Daerah otonom berdasarkan
Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 yakni Kabupaten Maluku
Tenggara Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara. Dalam
perkembangannya pada tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2008, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dimekarkan lagi menjadi
Kabupaten Maluku Barat Daya. Seiring dengan proses perkembangan
Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengalami perubahan nomenklatur nama
menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar sesuai dengan Peraturan Pemerintah
nomor 2 tahun 2019 dan disahkan pada tanggal 28 Januari 2019.
Dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
yang telah diubah menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar dilakukan
berdasarkan pada amanat Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bertujuan untuk
mengintegrasikan perencanaan pembangunan Nasional dalam suatu sistem
yang utuh dan terpadu, mulai dari Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah
Daerah.
Selanjutnya, untuk melaksanakan ketentuan Undang - Undang Nomor
32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor
23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah maka perencanaan pembangunan
daerah harus menyertakan dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5
(lima) tahun yang merupakan penjabaran Visi, Misi, dan program Kepala
Daerah yang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) serta memperhatikan RPJM Provinsi dan RPJM Nasional yang
dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra
SKPD).
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah
diubah namanya menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar terus menggenjot
pengembangan kegiatan perekonomian daerah yang mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 14 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana

126 Metode Penelitian Kualitatif


Detail Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2012 – 2032 didesain agar diperlukan
sarana - sarana perekonomian yang mendukung dan memadai sekaligus dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Saat ini, sarana perekonomian yang terdapat
di Kota Saumlaki berupa pasar umum, pasar dengan bangunan permanen/
semi permanen, Pasar Modern (Yamdena Plaza). Selain itu, di Kota Saumlaki
terdapat kegiatan perekonomian berupa perdagangan dan angkutan laut baik
lokal, swasta maupun angkutan printis antar kabupaten di Maluku.
Kebijakan pembangunan ekonomi dan perdagangan yang dikembangkan
oleh pemerintah mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan nomor
70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar
Tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko Modern. Oleh karena itu Bab II
pada Pasal 2 ayat 1 menjelaskan bahwa pendirian pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern berpedoman pada Rencana Tata Ruang dan
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota termasuk
peraturan zonasi. Kegiatan ekonomi dan perdagangan di Kota Saumlaki
terpusat di Wilayah Kelurahan Saumlaki selaku Ibu kota Kecamatan Tanimbar
Selatan sekaligus dan Ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Fasilitas
perdagangan dan ekonomi yang tersedia di Kota Saumlaki meliputi Pasar
Kota (Tradisional), Pasar Modern (Yamdena Plaza), pertokoan, warung, dan
pedagang kaki lima.
Pasar Kota Saumlaki (pasar lama) adalah pasar yang dibentuk sebelum
terbentuknya Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah diubah namanya
menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar menjadi pusat perdagangan tidak
saja masyarakat di Kota Saumlaki tetapi juga merupakan pusat transaksi
perdagangan lokal dari berbagai masyarakat desa pada umumnya. Fasilitas
perdagangan yang paling banyak terdapat di Kota Saumlaki adalah pertokoan,
warung dan usaha – usaha mikro. Pola perdagangan yang dilakukan penduduk
di Kota Saumlaki merupakan pola perdagangan eceran serta perdagangan
pengumpulan (grosir) dengan sistem pemusatan di Kelurahan Saumlaki.
Kondisi pasar eksisting saat ini masih belum tertata dengan baik, sehingga
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah diubah
namanya menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar membuat kebijakan di
sektor ekonomi dengan membangun pasar baru yang terletak di utara Desa
Sifnana, Kecamatan Tanimbar Selatan sekaligus berintegrasi dengan Terminal
baru dan pasar ikan. Pasar Saumlaki (pasar lama) adalah Aset Pemda dengan
posisi letaknya berada pada wilayah dekat pelabuhan Saumlaki, sehingga
kondisi pasar lama yang tidak teratur sangat memengaruhi keindahan pintu
masuk Kota Saumlaki.
Ciri pasar ideal menurut Tata Ruang Kota antara lain:
1. Bersih: Tersedianya lingkungan pasar yang bersih dengan tidak adanya
sampah yang berserahkan.
2. Aman & Nyaman: Semua penghuni pasar baik pedagang maupun pembeli
merasa aman dan nyaman dalam melakukan transaksi jual beli, bebas
dari premanisme, tidak pengap dan bau.

Lampiran 127
Berdasarkan kriteria tersebut Pasar Saumlaki (pasar sementara) yang
berada pada jantung Kota Saumlaki dikatakan tidak layak karena terdapat
tempat kios, sampah, becek di saat musim hujan serta tidak didukung dengan
dengan aspek keamanan dan ketertiban. Maka perlu Pemerintah Daerah
melakukan penataan terhadap Pasar Saumlaki (pasar sementara) dengan cara
merelokasi.
Pijakan penataan Kota Saumlaki dengan merelokasi Pasar Saumlaki ke
Pasar Omele Sifnana berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Bupati Maluku Tenggara Barat 2012-2017, Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dan Keputusan Menteri Perhubungan nomor: KM
19 Tahun 2000 tentang batas - batas daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan Saumlaki.
Kebijakan Pemerintah Daerah melakukan relokasi pasar Saumlaki
berlangsung sudah sejak lama dengan dicanangkan pada tahun 2012 kemudian
diterbitkan Surat Keputusan Bupati Maluku Tenggara Barat Nomor 641-827 –
Tahun 2013 tertanggal 22 Juli 2013 tentang pembentukan tim terpadu relokasi
pasar Saumlaki yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, unsur Legislatif,
unsur TNI, unsur POLRI dan unsur Kejaksaan Negeri Saumlaki. Dengan
demikian berdasarkan surat keputusan tersebut Tim Terpadu Relokasi Pasar
Saumlaki melakukan kegiatan yaitu mengadakan serangkaian pertemuan dan
sosialisasi kepada ketua Pasar, para pedagang, dan masyarakat Desa Olilit
Raya namun pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil dengan penolakan
terhadap relokasi Pasar Saumlaki tersebut.
Penolakan relokasi pasar Saumlaki dari ketua Pasar, para pedagang, dan
masyarakat Desa Olilit Raya pun beragam dari status kepemilikan tanah, sosial
budaya sampai dengan pendapatan yang menjanjikan bagi para pedagang,
sehingga pedagang tidak mau pindah karena pendapatan per hari Rp500.000
maka dalam 1 (satu) bulan bisa terjadi perubahan kesejahteraan ekonomi
keluarga untuk membantu pendidikan anak – anak sekolah, membeli fasilitas
dan bangun rumah. Tuntutan pembangunan sektor ekonomi masyarakat oleh
Pemerintah Daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh
warga masyarakat. Atas dasar itulah para pedagang tidak ingin pindah
atau direlokasi ke Pasar Omele Sifnana yang representatif disediakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Relokasi pasar Saumlaki bagian dari kebijakan yang telah direncanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah diubah namanya
Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk menata kembali konsep pengembangan
Tata Ruang Kota Saumlaki di mana lokasi Pasar Saumlaki akan dikembangkan
dan didesain sebagai Pasar Modern dan ruang hijau. Dari berbagai pertemuan
yang dilakukan oleh Tim Terpadu Relokasi Pasar yang tidak membuahkan hasil
tersebut maka pada tanggal 12 Februari 2014 Tim Terpadu membongkar aset
Pemerintah yang berada pada Pasar Saumlaki.
Pasar Omele Sifnana juga merupakan bagian dari tahapan Pembangunan
yang telah direncanakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar agar

128 Metode Penelitian Kualitatif


dapat sekaligus menjawab aktivitas masyarakat yang terus bertambah baik
dari masyarakat asli Kepulauan Tanimbar maupun dari berbagai suku dari
luar kepulauan Tanimbar yang terus bertambah dengan berbagai jenis usaha
Mikro, sekaligus dapat menggambarkan wajah ibu kota yang bermartabat,
mandiri dan sejahtera.
Kebijakan publik menjadi salah satu instrumen Pemerintah untuk
menjawab berbagai dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan merupakan suatu hal yang sangat
kompleks karena menyangkut banyaknya kepentingan. Menurut Thomas R.
Dye dalam Tilaar dan Nugroho (2008:185) yang menyatakan bahwa kebijakan
publik merupakan “segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan
oleh pemerintah”. Berdasarkan defenisi tersebut dikatakan bahwa apa yang
dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah pun adalah kebijakan publik.
Dengan demikian kebijakan publik perlu diimplementasikan agar kebijakan
tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kebijakan untuk mengarahkan pusat perdagangan Kota Saumlaki di
sebelah utara desa Sifnana untuk menggantikan Pasar Tradisional yang ada
saat ini adalah suatu kebijakan publik yang sangat strategis dan memiliki daya
dan manfaat jangka panjang karna telah dilengkapi dengan serta terminal
baru dengan daya tampung kendaraan yang cukup representatif, serta telah
diakses ke pelabuhan dan dermaga pelabuhan bagi nelayan penangkap ikan
sehingga kegiatan perekonomian kota dapat berlangsung menuju langkah -
langkah perbaikan yang terintegrasi. Kawasan ini akan memberikan ruang
kepada pengembangan sektor perdagangan, jasa, termasuk pergudangan dan
perkantoran, sehingga dapat memberikan kontribusi kepada pengembangan
ekonomi secara menyeluruh.
Kebijakan untuk merelokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana
sampai saat masih menyimpan banyak pekerjaan rumah untuk para
pembuat kebijakan yang ada di Daerah ini untuk bekerja ekstra di dalam
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,
birokrasi yang efektif. Implementasi kebijakan ini, dapat dikatakan bahwa
adalah bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh – sungguh berdasarkan acuan norma, strategi, dan
sasaran tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Berbagai kebijakan dan regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan target yang diinginkan. Proses
relokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana tidak sepenuhnya mendapat
sambutan yang baik dari pedagang - pedagang dan masyarakat yang ada di
Pasar Saumlaki. Baik pedagang maupun masyarakat sekitar Pasar Saumlaki
yang sulit untuk menerima perubahan yang terjadi terutama proses penciptaan
Pasar yang lebih baik dan terorganisir, sebab pedagang yang berada di sekitar
Pasar Saumlaki tergolong sebagai bisnis kecil.

Lampiran 129
Menurut Ebert dan Grifin (2000:150) mengatakan bahwa bisnis kecil
merupakan suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara bebas, tidak
mendominasi Pasar. Sehingga yang menjalankan bisnis kecil ini adalah
pemilik sendiri, bekerja bebas sesuai dengan kesanggupannya. Namun
pemerintah terus mendorong upaya pembangunan Pasar yang lebih teratur
guna meningkatkan daya saing Pasar sehingga peningkatan pengunjung
maupun pendapatan pedagang dapat tercapai. Oleh karena itu kebijakan ini
menjadi penting untuk dapat dibahas bagaimana kebijakan publik tersebut
berperan dengan melakukan studi kasus. Studi Kasus yang akan digunakan
dalam tulisan ini adalah implementasi kebijakan publik untuk menelusuri
kebijakan relokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana secara lebih
mendalam terutama kendala dalam relokasinya yang menimbulkan pro dan
kontra terhadap kebijakan tersebut.

1.2. Fokus Penelitian


Penelitian ini berfokus kepada pengaruh sosialisasi dan kesadaran pedagang
dan masyarakat untuk menerima perubahan terhadap proses relokasi Pasar
terkait implementasikan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dengan merelokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana.

1.3. Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di
atas, maka kebijakan relokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana oleh
Pemerintah Daerah Maluku Tenggara Barat memiliki permasalahan yang sangat
kompleks mulai dari hulu sampai kepada hilir yakni tersedianya Pasar Omele
Sifnana yang representatif dapat menjawab proses melalui ekonomi sekaligus
menjadikan kompleks Pasar Omele Sifnana yang multi fungsi dan multi daya
guna dan multi daya hasil yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.
Oleh karena itu sesuai judul penulisan skripsi ini penulis membatasi penelitian
dengan mengangkat permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh sosialisasi program relokasi terhadap kebijakan
relokasi Pasar?
2. Apakah pengaruh antara kesadaran pedagang terhadap kebijakan relokasi
Pasar?
3. Apakah terdapat pengaruh antara sosialisasi dengan kesadaran Pedagang
terhadap kurang berhasilnya kebijakan relokasi Pasar?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis pengaruh sosialisasi program relokasi terhadap
kebijakan relokasi Pasar.
2. Untuk menganalisis pengaruh antara kesadaran pedagang terhadap
kebijakan relokasi Pasar.
3. Untuk menganalisis pengaruh antara sosisalisasi dengan kesadaran
pedagang terhadap kurang berhasilnya kebijakan relokasi Pasar

130 Metode Penelitian Kualitatif


1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat itu manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya terutama dalam pengembangan Ilmu - Ilmu sosial khususnya
Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangsi pengetahuan bagi masyarakat
pada umumnya tentang apa yang memengaruhi dalam kebijakan relokasi
Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana.

Lampiran 131
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1. Konsep Kebijakan Pemerintah


Kebijakan bukanlah merupakan sebuah konsep politik yang dapat diputuskan
begitu saja sesuai dengan otoritas yang dimiliki tetapi juga berkaitan dengan
suatu mekanisme birokratis yang harus dilalui dengan melibatkan semua
unsur yang berkepentingan sehingga dapat meminimalisir konfilk dan berbagai
gejolak lain sebagai akibatnya. Kebijakan publik itu mempunyai keterkaitan
yang erat dengan proses pemerintahan dan pembangunan suatu daerah apabila
dapat diimplementasikan dengan baik (Sumaryadi, 2010: 83).
Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai sebuah konsep intervensi
pemerintah terhadap persoalan publik, tetapi dipahami sebagai proses
interaksi. Dalam proses ini, terdapat mekanisme pembangunan konsensus
antara kepentingan pemerintah dan masyarakat. Suatu interaksi yang ideal
pasti melibatkan proses partisipasi dari masyarakat, akuntabilitas dari
pemerintah dan proses aktualisasi kebijakan (Alaslan, 2021: 18)
Kebijakan publik juga merupakan sebuah keputusan yang mempunyai
otoritas untuk merealisasikan tujuan dari negara secara objektif berdasarkan
pada kehendak dan kebutuhan masyarakat. Harus diakui bahwa setiap
kebijakan yang hendak diimplementasikan selalu menimbulkan gejolak di
masyarakat. Ada yang pro terhadap kebijakan tersebut tetapi ada juga yang
meresa dirugikan sehingga ia selalu berusaha untuk menghalangi implementasi
dari kebijkan tersebut. Tentunya selalu ada tindakan yang “mengiringi” dari
semua kebijakan yang telah dipilih, baik itu tindakan politik, ekonomi, hukum,
sosial, pendidikan dan lain sebagainya.

2.2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik


Menurut William N. Dunn (1994: 17), ada beberapa tahapan yang biasanya
dilalui dalam penyusunan kebijakan publik yaitu sebagai berikut.

1. Penyusunan Agenda
Tahap awal dalam setiap kebijakan publik adalah penyusunan agenda yang
merupakan proses untuk membuat masalah publik itu menjadi masalah
kebijakan, sehingga sangat perlu kecermatan dalam menilai dan mengkaji
masalah yang muncul tersebut. Proses ini sanagat penting karena segala
permasalahan publik akan dirumuskan kemudian dijejaki dan diidentifikasi
sehingga dapat dijadikan sebagai agenda publik yang nantinya berkembang
menjadi masalah dan isu publik untuk mendapat tanggapan dari masyarakat.
Jika sebuah isu telah menjadi masalah publik maka akan segera diprioritaskan
untuk mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

132 Metode Penelitian Kualitatif


Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik
di antaranya:
1. Isu tersebut telah menjadi isu kritis yang yang tidak bisa diabaikan dan
harus segera ditangani karena akan menjadi ancaman yang serius.
2. Isu tersebut mempunyai dampak yang masif berdampak dan dramatis.
3. Berkaitan dengan kepentingan orang banyak (umat manusia) dan telah
mendapatkan dukungan yang banyak termasuk media massa.
4. Mempunyai dampak yang sangat luas.
5. Mempertanyakan legitimasi dan kekuasaan masyarakat
6. Menyangkut suatu persoalan yang vasionable (sulit dijelaskan, tetapi
mudah dirasakan kehadirannya).
Penyusunan agenda kebijakan ini perlu melibatkan semua komponen
yang berkepentingan serta prioritasnya harus berdasarkan pada masalah yang
mempunyai esensi dengan kebutuhan masyarakat serta tingkat urgensinya
yang tinggi.

2. Formulasi Kebijakan
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya di mana masalah
publik tersebut harus segera dirumuskan oleh para pembuat kebijakan untuk
mendapatkan salah satu pilihan alternatif dari berbagai pilihan altenatif yang
ada untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Proses dalam tahapan
ini akan menyita konsentrasi yang lebih besar karena banyaknya kepentingan
yang harus disatukan untuk mendapatkan kompromi bersama.
Adapun tujuan yang hendak dicapai ketika tahapan ini dilaksanakan yaitu:
1. Menginformasikan dan memperkenalkan kebijakan yang akan dibuat
tersebut untuk mendapatkan masukan terkait dengan konsekuensi yang
akan ditimbulkan.
2. Melakukan kontrol dan intervensi kebijakan guna memengaruhi kebijakan
sehingga akan mengurangi risiko yang lebih besar.

3. Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah direkomendasikan sebagai pilihan alternatif oleh policy
makers kemudian dapat diimplementasikan. Implementasi dari kebijakan ini
tentunya melibatkan semua komponen termasuk upaya-upaya dari policy makers
birokrat sebagai pelaksananya agar sasaran kebijakan tersebut dapat tercapai.
Namun konsekuensi implementasi kebijakan memfokuskan dengan cara yang
efisien, sehingga memaksa policy makers membuat diskresi, untuk memutuskan
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Pada tahap ini berbagai kepentingan akan saling bersaing sehingga dalam
pelaksanaannya ada yang mendukung maupun kadang pula mendapatkan
penolakan dari berbagai pihak yang terkait.

Lampiran 133
4. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan tahapan akhir untuk melihat sejauh mana
kebijakan tersebut mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Evaluasi kebijakan juga dilakukan untuk mengatahui out come, dari kebijakan
tersebut sehingga dapat dilihat capaian kinerjanya agar sesuai dengan tujuan
dan sasaran kebijakan secara tepat. Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan
tersebut akan menjadi salah satu ukuran dalam proses penilaian dan evaluasi
sehingga ada ukuran-ukuran tertentu yang menjadi dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap kebijakan tersebut
Dari berbagai penjelasan tentang tahapan pembuatan kebijakan publik
tersebut, dapat dikatakan bahwa pembuatan kebijakan publik tidaklah mudah
karena banyaknya faktor dan permasalahan yang ada di dalam masyarakat
sehingga sehingga sangat dibutuhkan implementasi dari kebijakan yang dibuat
tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

2.3. Kerangka Kerja Kebijakan Publik


Menurut Suharno (2010: 31) ada beberapa hal yang dapat memengaruhi
kerangka kebijakan publik yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai sangat kompleks.
Kebijakan publik yang tujuannya sangat kompleks, maka akan sulit untuk
dicapai tetapi sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana,
maka akan semakin mudah untuk mencapainya.
2. Banyaknya preferensi nilai yang perlu dipertimbangkan.
Kebijakan yang bertujuan untuk mewujudkan satu nilai akan lebih mudah
dicapai jika dibandingkan dengan kebijakan yang mempunyai banyak
variasi nilai.
3. Sumber daya yang mendukung kebijakan.
Sumber daya menjadi aset yang sangat penting pengaruhnya dalam
mewujudkan keberhasilan suatu kebijakan seperti sumber daya finansial,
material, dan infrastruktur lainnya.
4. Kapasitas dan kapabilitas aktor pembuat kebijakan.
Kualitas suatu kebijkan sangat dipengaruhi oleh kualitas aktor pembuat
kebijakannya seperti tingkat pendidikan, kompetensi pada bidangnya,
pengalaman kerja dan integritas moralnya.
5. Lingkungan yang kondusif dalam pembuatan kebijakan.
Kestabilan dan keteraturan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap implementasi dari
kinerja suatu kebijakan tersebut.
6. Strategi yang tepat untuk mencapai tujuan.
Pilihan strategi yang tepat, apakah bersifat top down approach atau bottom
approach, otoriter atau demokratis dapat menentukan keberhasilan dari
implementasi suatu kebijakan.

134 Metode Penelitian Kualitatif


Pada kenyataannya setiap kebijakan yang dibuat itu selalu menimbulkan
gejolak di masyarakat, umumnya pemecahan terhadap suatu masalah dapat
juga menumbuhkan masalah yang baru lagi sehingga perlu dicarikan solusi
pemecahan kembali atau perumusan kebijakannya kembali.

Lampiran 135
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dapat digunakan data


penelitian secara terencana, cermat dan sistematis untuk mendapatkan
kesimpulan terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan
menggunakan metode penelitian yang tepat, peneliti tidak hanya mampu
melihat realitas yang dihadapi tetapi juga dapat memperkirakan segala
kemungkinan yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif yang merupakan
salah satu teknik yang dilakukan untuk menghasilkan data deskriptif berupa
kata–kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati
(Bogdan dan Taylor, 1975:5).
Pendekatan kualitatif digunakan dengan tujuan untuk memahami,
menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena sosial yang
diteliti. Untuk memahami fenomena sosial tersebut maka peneliti akan
mengeksplorasikan dan mendeskripsikan dalam sebuah narasi secara
mendalam dapat memperlihatkan makna dan hubungan antara peristiwa
baik sebagai individu maupun kelompok dalam kehidupan realitas tersebut.
Sementara jenis penelitian yang digunakan penelitian studi kasus yang
bertujuan untuk mempelajari secara lebih mendalam tentang interaksi di
dalamnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian studi kasus itu sendiri
di mana untuk memberikan gambaran yang mendetail, rinci dan menyeluruh
dan mendalam tentang fenomena yang diteliti secara intensif (Nasution dalam
Arikunto, 2009:115). Dengan jenis penelitian yang digunakan akan membantu
peneliti untuk melihat, memahami dan mendalami tentang upaya pemerintah
daerah dalam melaksanakan kebijakan relokasi pasar yang dilakukan.

3.2. Peranan Peneliti


Peran peneliti dalam penelitian kualitatif sangatlah penting karena peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci yang harus proaktif dalam mendapatkan
data penelitian yang terpercaya, kredibel. Tanpa adanya keterlibatan peneliti
dalam penelitian maka data tersebut akan sulit untuk ditemukan. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Moelong (2002), bahwa peneliti yang bertindak
sebagai instrumen penelitian harus memiliki ciri yang responsif, adaptatif,
menekankan keutuhan dan tidak memaksakan kehendaknya kepada informan.
Dengan ciri dan sifat yang demikian maka peneliti itu menjadi titik sentral dan
tolak ukur keberhasilan dalam memahami kasus yang sedang diteliti karena
keterlibatannya sangat mutlak diperlukan.

136 Metode Penelitian Kualitatif


3.3. Lokasi dan Unit Analisis
Lokasi penelitian merupakan lokus atau tempat di mana penelitian akan
dilakukan untuk menangkapkan fenomena yang sedang diteliti guna
mendapatkan data penelitian secara akurat. Penentuan lokasi penelitian
ini harus lebih mempertimbangkan teori substantif yang digunakan dan
kesesuaian dengan kenyataan objektif yang terjadi melainkan hanya sekadar
mempertimbangkan keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya
serta tenaga (Moleong (2005:128).
Sedangkan menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:48), unit analisis harus
mempunyai keterkaitan dengan fokus penelitian seperti individu, kelompok,
organisasi, benda, dan waktu tertentu. Oleh karena itu yang menjadi unit
analisis dalam penelitian ini adalah para individu yang mempunyai keterkaitan
dengan kebijakan relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana yaitu aparat
pemerintah yang terlibat, masyarakat Desa Olilit Raya dan tentunya para
pedagang pada Pasar Saumlaki dan Pasar Omele Sifnana.

3.4. Jenis dan Sumber data


1. Jenis data
Data merupakan temuan penelitian yang diperoleh dalam bentuk-bentuk
keyakinan, perasaan dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang
dipertanyakan serta berbagai dokumen lainnya yang mempunyai relevansi
dengan objek penelitian. Data penelitian terdiri dari Data Primer yang diperoleh
dan dikumpulkan langsung oleh peneliti pada saat di lapangan dan Data
Sekunder, yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung berbagai arsip
dan dokumen serta sumber-sumber kepustakaan yang telah ada sebelumnya
(Nawawi dan Martini 2006:98).

2. Sumber Data
Sumber data merupakan satu unit, benda atau orang yang dijadikan sebagai
objek kajian untuk mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan
permasalahan dan fokus penelitian. Sumber data ini dapat berupa kata-kata,
tindakan yang diperoleh pada saat melakukan observasi, wawancara maupun
melalui dokumen pendukung lainnya yang mempunyai relevansi (Moleong,
2005:157). Oleh sebab itu yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah: Pimpinan Dinas-dinas teknis terkait, Ketua Tim Relokasi Pasar
Saumlaki, Pemerintah Desa Olilit Raya, Tua – Tua Adat Desa Olilit Raya,
Ketua Pasar Saumlaki, Pedagang Pasar Saumlaki dan Pasar Omele Sifnana
dan Konsumen/Masyarakat sekitar serta juga digunakan dokumen-dokumen
pendukung lainnya yang relevan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data penelitian. Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dengan

Lampiran 137
memanfaatkan berbagai teknik yang digunakan pada berbagai sumber data
yang menjadi sasaran penelitian. Adapun berbagai teknik pengumpulan data
tersebut dapat dijelaskan ditunjukan pada gambar antara lain:

Gambar 1. Macam – macam Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Langsung
Observasi langsung merupakan salah satu teknik pengumpulan data di
mana peneliti yang bertindak secara langsung dalam melakukan observasi
untuk mengetahui secara sistematis makna dan perilaku serta atribut
lainnya yang melekat pada objek kajian (Marshall 1995). Dalam kaitannya
dengan penelitian ini maka pengamatan dilakukan pada objek penelitian
seperti dengan cara mengamati keadaan di Pasar Saumlaki dan Pasar
Omele Sifnana.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan mengajukan
pertanyaan pada informan baik secara berhadapan langsung maupun
melalui media median perantara (Esterberg, 2002). Proses percakapan ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami perilaku orang, kegiatan,
organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya. Data dari informan
tersebut akan dicatat atau direkam secara cermat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
semiterstruktur agar bebas dan leluasa dalam menyampaikan informasi
sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya..
3. Dokumentasi
Bogdan mengatakan bahwa dokumen adalah sebagain data yang digunakan
untuk mendukung hasil wawancara dan observasi dalam tradisi penelitian
kualitatif yang berupa data-data yang mempunyai relevansi dengan objek
penelitian. Oleh karena itu peneliti dapat menggunakan semua dokumen
yang mempunyai relevansi dengan masalah penelitian seperti dokumen
yang berbentuk hardcopy maupun elektronik (softcopy) yang berupa

138 Metode Penelitian Kualitatif


buku, artikel media masa, catatan harian, undang-undang, notulen, blog,
halaman web, foto dan lainnya.
4. Triangulasi
Teknik triangulasi mempunyai peran dan fungsi ganda yaitu dapat
digunakan untuk mengumpulkan data sekaligus berfungsi untuk menguji
keabsahan data dengan menggabungkan beberapa metode sekaligus untuk
mengkaji fenomena yang sedang diteliti. Teknik ini terdiri dari triangulasi
metode, triangulasi sumber data dan triangulasi waktu (Mudjia Rahardjo,
2012).
Adapun desain triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
lihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam – macam cara


pada sumber yang sama)

Gambar 3. Triangulasi “sumber” pengumpulan data ( satu teknik


pengumpulan data pada bermacam – macam sumber data A,B,C )

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis merupakan tahapan terakhir dalam proses penelitian yang
paling rumit karena berkaitan dengan banyaknya variasi data yang telah
diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sementara pola dan
bentuk datanya belum tersusun secara sistematis. Hal ini dipertegas oleh Miles

Lampiran 139
dan Huberman (1984) mengatakan bahwa dalam analisis data merupakan
sebuah kesulitan sehingga membutukan konsentrasi dan keseriusan yang
tinggi dari peneliti karena metode analisis tidak dirumuskan dengan baik.
Setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat
penelitiannya sehingga dalam analisis datanya dapat dengan mudah dipahami.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

1.7 Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data diperlukan untuk memastikan kembali kredibiltas
dari data yang telah diperoleh sehingga dapat dipercaya oleh orang lain.
Pengecekan keabsahan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji kebergantungan
(dependability), dan uji kepastian (confirmability). Apabila data yang telah
diperoleh dilakukan pengecekan kembali ke lapangan ternyata data sudah
benar berarti kredibel dan dapat dipercaya sehingga penelitian harus diakhiri.

1.8 Tahapan dan Schedule Penelitian


Rancangan penelitian yang baik harus disusun tahapan-tahapannya secara
jelas dan sistematis agar dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah dalam
pelaksanaan penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahapan Pra Lapangan
Tahapan ini merupakan tahapan awal sebelum penelitian dilakukan,
di mana akan dilakukan studi pendahuluan melalui survei awal untuk
penejajakan lokasi penelitian, mencari data yang berkaitan dengan topik
penelitian sampai dengan proses pengurusan perizinan.
2. Tahapan Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti memasuki untuk mempelajari, memahami dan
mendalami objek penelitian dengan tujuan untuk mengumpulkan data
di lapangan.
3. Tahapan Analisis Data
Tahapan analisis data merupakan rangkaian terakhir yang harus dilakukan
untuk menganalisis data-data yang telah ditemukan untuk menarik
kesimpulan akhir.

140 Metode Penelitian Kualitatif


BAB IV
SETTING PENELITIAN

3.1. Deskripsi Pasar Saumlaki


Pasar Saumlaki merupakan Pasar yang berada pada jantung Kota Saumlaki
di mana target dan realisasi pendapatan sangat menjanjikan atau terpenuhi
dengan kebutuhan masyarakat namun dari segi pendapatan pemerintah daerah
melalui retribusi sangat rugi karena sejak Pasar Saumlaki didirikan ± 12 tahun
Pemerintah Daerah hanya memungut retribusi melalui pemberian izin tempat
usaha dan pajak 10% dari pedagang siap saji.
Pasar Saumlaki (pasar lama) didirikan pada Kabupaten Maluku Tenggara
Barat masih menjadi Kota Kecamatan Tanimbar Selatan di mana pasar
Saumlaki berada dalam kompleks Yamdena Plasa yang berintegrasi dengan
terminal angkutan kota. Di masa kepemimpinan Bupati Maluku Tenggara
Barat Drs. S.J. Oratmangun pada tahun 2002 dikeluarkanlah kebijakan untuk
membangun ulang Pasar Saumlaki dengan menimbun wilayah pantai sebelah
barat untuk dijadikan Pasar Saumlaki setelah ada penimbunan maka para
pedagang baik pedagang basah maupun kering dapat pindah ke lokasi yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah, yang mana sekarang dijadikan Pasar
Tradisional Saumlaki.
Dilihat dari tata ruangnya, posisi pasar ini sangat mengganggu keindahan
Kota Saumlaki sehingga Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
memberikan solusi kepada para pedagang dan masyarakat Oilit Raya yang
menggunakan jasa Pasar Saumlaki tersebut untuk direlokasi ke Pasar yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah. Karena lahan Pasar Saumlaki akan
dijadikan Pasar Modern atau lokasi hijau.

3.2. Deskripsi Pasar Omele Sifnana


Pasar Omele Sifnana yang terintegrasi dengan terminal baru yang representatif
didirikan di Desa Sifnana pada tahun 2009 atas dasar isu strategis dalam
perumusan kebijakan pembangunan demi memenuhi kesejahteraan masyarakat
luas. Kebijakan publik yang ditempuh guna meningkatkan produktivitas pada
sektor – sektor strategis di mana pengelolaan sektor yang menghasilkan
pendapatan masyarakat. Demikian kinerja pembangunan Pemerintah Daerah
dengan melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat agar dapat mewujudkan
masyarakat yang bermartabat, mandiri dan sejahtera.

3.3. Sejarah Singkat Kabupaten Maluku Tenggara Barat


1. Letak Geografis
Nama Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang telah diubah namanya menjadi
Kapbupaten Kepulauan Tanimbar ketika diresmikan banyak menghadapi
masalah baik secara politik, sosial maupun ekonominya sebagaimana layaknya

Lampiran 141
daerah lain yang baru tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamikanya
seiring dengan pertumbuhan penduduk sebagai konsekuensinya.
Tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
mengharuskan pemerintah daerah untuk selalu berupaya menyusun strategi
yang sistematis dan terencana dalam menggerakkan dan memaksimalkan
semua potensi dan sumber dayanya untuk kepentingan dan menyejahterakan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mempunyai
perencanaan yang strategis dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Perencanaan tersebut harus berorientasi pada skala prioritas
sehingga kebutuhan-kebutuahn dasar dan mendesak harus menjadi pilihan
utama untuk segera dibuat tindak lanjutnya dalam bentuk kebijakan dan
rencana kerja daerah.
Tentunya dalam semua program yang menjadi prioritas harus dibuat
target dan rencana kerjanya secara sistematis dan proporsional dengan selalu
berpedoman pada regulasi yang ada. Dengan semangat otonomi daerah,
maka perencanaan pembangunan daerah harus diselaraskan dengan regulasi
ada agar secara integral dapat mengakomodir kepentingan nasional maupun
kepentingan daerah secara bersamaan. Dengan model perencanaan yang
demikian, akan sangat memungkinkan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
maju dan berkembang agar setara dengan daerah yang lain pada umumnya.
Optimisme yang tinggi terhadap kemajuan dan perkembangan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang mempunyai
peran strategis. Pertama, letak kotanya yang strategis di mana adanya bentangan
Samudra Pasifik yang memungkinkan kemudahan akses dan mobilitas
masyarakat ke dalam maupun ke luar Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Kedua, faktor keterbukaan masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat
terhadap keragaman, suku bangsa, agama, adat istiadat dan bahasa sehingga
sangat memungkinkan adanya interaksi perdagangan internasional. Hal ini
terlihat dengan adanya kegiatan yang dilakukan beberapa tahun yang lalu di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat melalui pertukaran budaya “Sail Darwin
Saumlaki”. Ketiga, adanya budaya kemaritiman, di mana sebagian besar
teritorial Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari lautan sehingga
sangat memungkinkan dan memudahkan terbangunnya lalu lintas laut
serta perdagangan pesisir. Keempat, adanya daerah penyangga yang selalu
memberikan dukungan dan mensuplai berbagai kebutuhan pokok masyarakat
serta berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan.
a. Kabupaten yang telah berganti namanya menjadi Kabupaten Kepulauan
Tanimabar ini secara geografis terbentang antara 60 34’ 24’’ – 80 24’ 36”
Lintang Selatan dan 1300 37’47” – 1330 4’12” Bujur Timur serta berbatasan
dengan:
Sebelah Utara : Laut Banda
Sebelah Selatan : Laut Timor dan Samudra Pasifik
Sebelah Barat : Gugus Pulau Babar Sermatang
Sebelah Timur : Laut Arafura

142 Metode Penelitian Kualitatif


2. Luas Wilayah
Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan daerah yang terkonsentrasi pada
gugusan Kepulauan Tanimbar dengan pulau terbesarnya adalah pulau Yamdena
dan luas wilayahnya sebesar 11.980,07 Km2 yang terdiri dari wilayah daratan
seluas 4.461,08 Km2 (37,24%) dan wilayah perairan seluas 7.518,99 Km2
(62,76%), data ini merupakan hasil analisis Badan Informasi Geospasial pada
tahun 2015.
Secara keseluruhan Kabupaten Kepulauan Tanimbar memiliki 85 pulau,
57 pulau berpenghuni dan 28 pulau tidak berpenghuni. Dari sebaran jumlah
pulau tersebut maka ada 31 pulau yang dihuni dan 12 pulau yang belum dihuni
yang tersebar di Kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian,
dan Kecamatan Selaru. Sementara itu, di Kecamatan Tanimbar Utara, Yaru,
Wuarlabobar, Nirunmas, dan Kormomolin terdapat 26 buah pulau berpenghuni
dan 16 pulau belum dihuni.
Kabupaten ini juga memiliki 10 Kecamatan, 1 Kelurahan serta terdapat
80 Desa dan 5 Anak Desa (Dusun) yang dapat dirincikan sebagai berikut.

Tabel 4.1. Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Desa dan Anak Desa


No Nama Kecamatan Ibu Kota Kelurahan Desa Anak Desa
1 Tanimbar Selatan Saumlaki 1 10 1
2 Wertamrian Lorulun - 9 -
3 Wermaktian Seira - 9 1
4 Selaru Adaut - 7 -
5 Tanimbar Utara Larat - 8 1
6 Yaru Romean - 6 -
7 Wuarlabobar Wunlah - 11 2
8 Nirunmas Tutukembong - 5 -
9 Kormomolin Alusi Kelaan - 10 -
10 Molu Maru Wedangkou - 5 -
Jumlah 1 80 5
Sumber: Maluku Tenggara Barat Dalam Angka 2017

Dari rincian tabel di atas menunjukkan bahwa secara geografis ini cukup
strategis dalam pengembangan sektor ekonomi maupun sosial politiknya.
Dari sisi ekonominya menunjukkan bahwa adanya simpul jasa distribusi yang
terbangun di kabupaten ini sebagai arus distribusi perdagangan yang cukup
efisien dibandingkan dengan daerah lain karena langsung didistribusikan ke
Kota Surabaya sebagai home base pengelolaan produk - produk Kawasan Timur
Indonesia. Sementara dari sisi sosial politiknya akan lebih memacu pemerintah
dan masyarakat untuk saling bersinergi dalam proses pembangunan karena

Lampiran 143
letak geografinya yang berada dalam satu gugusan kepulauan sehingga
interaksinya yang terjalin sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur
Indonesia.

144 Metode Penelitian Kualitatif


BAB V
PEMBAHASAN

Pembahasan
Pada Bab ini penulis menggambarkan bahwa dalam teori kebijakan publik
adalah suatu komponen awal dari penerapan atau implementasi. Dari penyajian
data yang telah disampaikan, dapat kita pahami bahwa tahap kebijakan
publik yang di dalamnya melibatkan Pemerintah Daerah dan Legislatif.
Di mana kebijakan publik yang dibuat oleh policy makers bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat baik di bidang pendidikan, ekonomi, pertanian,
perdagangan dan sebagainya.
Pasar merupakan salah satu sentra ekonomi masyarakat yang harus
menjadi perhatian pemerintah karena keberadaanya sangat dibutuhkan
sebagai salah satu kutub pengaman ekonomi masyarakat. Oleh maka itu,
harus membuat kebijakan sesuai dengan perencanaan tata ruangnya demi
peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, salah satunya dengan
melakukan kebijakan pada berbagai sektor yang dikuasai pemerintah termasuk
seperti kebijakan relokasi pasar. Menurut Pemerintah Daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat kondisi pasar Saumlaki sudah tidak lagi memenuhi
standar layak pasar. Pada awalnya, rencana relokasi Pasar Saumlaki mendapat
penolakan dari masyarakat sekitar pasar, para pedagang karena merasa dengan
dipindahnya Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana hanya akan merugikan
pedagang.
Dalam kasus relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana, merupakan
sebuah proses perumusan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat untuk melakukan relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele
Sifnana. Kebijakan ini tentunya mempunyai tujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat khususnya para pedagang. Akan tetapi adanya
berbagai faktor keterbatasan yang membuat sehingga memungkinkan sehingga
prosesnya pelaksanaannya masih menimbulkan masalah. Dalam hal ini peran
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dominan
sementara para pedagang tidak berperan sama sekali, mereka hanya dijadikan
sebagai objek yang hanya diberi pengarahan atau sosialisasi untuk meredam
resistensi terhadap kebijakan relokasi pasar.

4.1. Analisis Hasil Penelitian


Harapan masyarakat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Tanimbar, membangun komunikasi yang intens dengan seluruh komponen atau
pemangku kepentingan yang sehingga kebijakan relokasi yang direncanakan
sesuai dengan aspirasi masyarakat dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu mempersiapkan
semua dengan matang untuk rencana relokasi. Di sinilah terlihat bahwa

Lampiran 145
kebijakan relokasi pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana belum matang
direncanakan tetapi sudah dilaksanakan sehingga menyebabkan masyarakat
menolak untuk direlokasi.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan sebagai penyebab kebijakan
ini tidak direspons dengan baik, selain koordinasi, komunikasi dan juga
permasalahan yang ketinggalan adalah pengaruh dari konsumen atau pembeli.
Sementara itu masyarakat masih menolak untuk direlokasi dari pasar saumlaki
karena keberadaan pasar Saumlaki yang dibangun pada tahun 2002 dapat
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pekerjaan masyarakat
yang menjadi pedagang bertambah banyak. Tetapi seiring dengan terus
bertambahnya jumlah pedagang maka sebagian masyarakat mulai resah karena
keberadaan pasar Saumlaki. Alasan yang paling mendasar adalah ketidak
nyamanan dengan banyaknya tempat jualan yang dibuat pedagang dipinggir-
pinggir jalan, dan tempat tergenang air hujan bila musim penghujan.
Atas dasar itulah Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
merumuskan kebijakan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Bupati Maluku Tenggara Barat 2012-2017 yang tertuang
pada peraturan daerah nomor 14 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
dan Rencana Detail Tata Ruang wilayah (RTRW) 2012-2032 untuk merelokasi
pasar Saumlaki ke pasar Omele Sifnana demi merangsang perekonomian
masyarakat agar semakin tumbuh dapat meningkatkan kesejateraan ekonomi
keluarganya masing-masing.
Selain adanya penolakan dari berbagai elemen masyarakat terhadap
kebijkan ini, ada juga masyarakat yang mengapresiasinya. Hal ini terlihat ketika
dilakukan wawancara terhadap salah satu tokoh masyarakat, yang mengatakan:
“kebijakan ini sudah tepat menurut saya karena pemerintah sudah memperhatikan kita
dengan memberi tempat baru bagi kami para pedagang. Namun masih banyak pedagang
yang tidak mau pindah sehingga masih berjualan dilokasi pasar lama dan banyak masalah
seperti genangan air akibat musim hujan dan tempat menjadi kumuh”.
Proses pergolakan yang cukup panjang itu, secara terus meneru dilakukan
sosialisasi, komunikasi dan koordinasi dengan semua elemen masyarakat
sehingga pada akhirnya kebijakan ini tetap dilaksanakan dengan memberikan
pilihan kepada para pedagang. Kebanyakan para pedagang yang memilih untuk
bertahan di Pasar Saumlaki demi mensejahterakan keluarga. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh ibu Makaria Bwarlely (49)
seorang pedagang pada pasar saumlaki, mengatakan bahwa “Iya memang beta
tau Pasar ini sudah lama direncanakan untuk pindahkan ke Pasar Omele Sifnana. Karna
Pasar ini sudah seng layak lagi ada didepan pintu masuk pelabuhan, apalagi memang
katong bajual dipinggir jalan model begini. Memang beta sudah lama jualan disini,
pelanggan sudah banyak dan dong tau beta bajual disini, kalau pindah nanti belum tentu
orang tau beta pung tampat yang baru, beta pung pelanggan orang-orang disekitar Olilit
Barat, Kampong Kolam, BTN dan seng mungkin dong datang cari beta pung tampat baru
nanti”. (Makaria Bwarlely, Hasil Wawancara Pribadi, Pedagang Pasar Saumlaki,
(Saumlaki 16 maret 2014).”

146 Metode Penelitian Kualitatif


Dari wawancara tersebut sudah terlihat dengan jelas bahwa pedagang
yang memilih tetap berjualan di Pasar Saumlaki merasa takut akan kehilangan
pelanggannya apabila mereka direlokasi dari pasar saumlaki. Meskikupun
keberadaan pasar saumlaki sudah tidak layak, para pedagang masih tetap ingin
berjulan dipasar tersebut karena adanya keuntungan yang berlipat. Hal inilah
yang menjadi salah satu alasan utama untuk bertahan dan tidak menghiraukan
kebijakan pemerintah dalam merelokasi mereka ke pasar sifnana.
Ada juga masyarakat yang menolak kebijokan relokasi ini karena mereka
beranggapan bahwa kebijakan ini terlalu terburu-buru. Disisi yang lain, ada
juga pedagang dan masyarakat yang setuju untuk direlokasi. Hal ini terlihat
dengan jelas dari hasil wawancara penulis dengan Mama Ince Rumfaan 55
tahun yang memilih pindah ke Pasar Omele Sifnana: “Karena katong sudah kasih
tau oleh pemerintah untuk seng usah lagi bajual disana jadi katong ikut peraturan saja,
katong seng mau melawan peraturan. kalau tampat memang pemerintah su janji kayak
begini katong terima saja, tetapi ada juga enak lai disini karena disini seng kena panas
dan hujan terus bangunannya ini agak sedikit tinggi jadi seng kena air hujan. Tapi kalau
soal pendapatan kayaknya seng menentu, waktu ada ya ada kalu sepi ya sepi, karena
seng seperti bajual di pasar Saumlaki”. (Mama Ince Rumfaan, Hasil Wawancara
Pribadi, Pedagang Pasar Omele Sifnana, (Sifnana, 17 maret 2014).
Dari wawancara kepada pedagang yang berada di Pasar Omele Sifnana
tersebut menunjukkan bahwa mereka kurang puas dengan lokasi dan tempat
yang disediakan oleh Pemerintah. Jadi para pedagang merasakan kurang
keseimbangan pendapatan yang didapatkan di Pasar Omele Sifnana tersebut.
Ada keinginan dari para pedagang kembali lagi ke Pasar Saumlaki karena
keuntungan yang diperoleh tidak sebandingan dengan keberadaanya di pasar
saumlaki akan tetapi mereka merasa bahawa biaya yang dikeluarkan sdah cukup
banyak pada saat mereka pindah ke pasar omele sifnana sehingga mereka tetap
memilih untuk bertahan di pasar tersebut.
Para pedagang menilai kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat untuk merelokasi para pedagang bukan merupakan solusi yang
tepat karena tidak cocok dan kurang menguntungkan. “Kami bukan tidak taat
akan hukum, kalau kami dipindahkan ke Pasar Omele Sifnana, pendapatan kami mulai
berkurang apalagi seperti kami sebagai pedagang eceran ini pasti tidak akan bertahan”
(Hasil wawancara dengan pedagang eceran). Hal yang sama juga disampaikan
oleh Sekretaris Desa Olilit Raya (Bapak G. Laiyan, SE) bahwa Pemerintah
Daerah sebagai pengambil kebijakan perlu melihat pedagang dari aspek pendapatan dan
juga lokasi yang strategis atau bisa saja memindahkan Pasar Saumlaki disebelah utara
pelabuhan Feri sehingga tidak menghilangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa
Olilit Raya dan masyarakat sekitar.
Namun jika Pasar Saumlaki tetap direlokasi maka para pedagang pun tidak
tinggal diam, seperti yang diutarakan informan berikut: “Waktu sudah ada kabar
mau dibongkar, kami semua pedagang mengadakan pertemuan untuk membicarakan
tentang bagaimana nasib kami, dan kami menyepakati untuk harus tetap berjualan di
Pasar Saumlaki. Kami berani sama-sama melawan dari unsur POLRI, Unsur TNI dan
Unsur Satpol PP, datang untuk bongkar Pasar Saumlaki, kami tetap menghadang untuk

Lampiran 147
tidak jadi di bongkar”. (Ketua Pasar Saumlaki, Hasil Wawancara Pribadi, Ketua
Pasar Saumlaki, (Saumlaki, 18 maret 2014). Pedagang Lain juga mengatakan
bahwa alasan mereka bertahan adalah “karena lokasi Pasar Omele Sifnana jaraknya
agak jauh dari pusat Kota sehingga membuat pembeli atau konsumen tidak pergi ke
Pasar Omele Sifnana, maka mereka tetap bertahan dan tidak mau meninggalkan Pasar
Saumlaki karena Pasar Saumlaki itu lebih ramai daripada Pasar Omele Sifnana.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa para pedagang
belum menyadari terhadap kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat terkait dengan relokasi Pasar sehingga para pedagang tetap
bersikukuh untuk tetap menentang kebijakan pemerintah untuk merelokasi
Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana dan alasan lain juga para pedagang
menolak direkolasi karena lokasinya tidak sesuai dengan keinginan mereka
yaitu lokasi sebelah utara Pasar Saumlaki.
Para pedagang yang enggan untuk direlokasi mengatakan bahwa lokasi
Pasar yang tepat untuk berjualan adalah Pasar Saumlaki karena berhubungan
langsung dengan akses pelabuhan Saumlaki karna Pasar Saumlaki merupakan
pusat transaksi perdagangan lokal masyarakat desa di Wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Seperti pernyataan dari Mas Aldo, Hasil Wawancara
Pribadi, Pedagang siap saji, (Saumlaki, 19 maret 2019). “Kalau ada relokasi pasar
seperti ini, menurut beta lebih baik kami dipindahkan di sebelah selatan Pasar Saumlaki
(pengeringan koko Kiat) itu karena ramai orang berlalu lalang dan dekat dengan akses
masuk pelabuhan Saumlaki”. Sementara menurut Bapak Yohanes Batmomolin:
“Jika Pasar lama Saumlaki tetap direlokasi maka kami akan pindah ketempat lain, dalam
arti bahwa kami pedagang bisa pindah ke kelokasi pasar lain dan tetap meminta hak
kami dari Pemerintah Daerah untuk tetap berdagang di Pasar”.
Harus disadari bahwa setiap kebijakan yang dikelaurkan oleh pemerintah
pastinya selalu menimbulkan polemik dimasyarakat sehingga adanya reaksi
yang bertentangan itu merupakan sebuah kewajaran. Seharusnya pemerintah
dapat mensosialisasikan kebijakan yang dibuat itu secara intens agar
masyarakat dapat memahami maksud daripada kebijakan tersebut.

4.2. Kondisi Lingkungan Kebijakan Publik


Terlepas dari apa pun bentuk kebijakannya, selalu saja ada banyak faktor
dan kondisi yang turut mempengaruhinya seperti kondisi lingkungan sosial,
ekonomi dan budaya. Secara realistis pelaksanaan dari suatu kebijakan selalu
dipengarui oleh sosio-kultur kebijakan tersebut. Suatu kebijakan dikatakan
berhasil dapat kinerja implementasi kebijakan tersebut, akan menjadi sebuah
kegagalan apabila para pelaksananya tidak sepenuhnya menyadari tujuan
kebijakan dan standar kebijakan tersebut.
Menurut Wiliam Dunn (1994:71) ada tiga elemen kebijakan yang saling
berinteraksi yaitu pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan dan kebijakan publik
sehingga lingkungan kebijakan pada suatu kebijakan akan memengaruhi atau
memaksa aktor kebijakan untuk meresponnya dan memasukannya ke dalam
agenda pemerintah dan selanjutnya melahirkan suatu kebijakan.

148 Metode Penelitian Kualitatif


Dalam kasus relokasi pasar Saumlaki ini, selain para aktor kebijakan
yang mempunyai peran penting, pengaruh lingkungan sangat penting yang
bisa ditranformasikan ke dalam suatu sistem politik. Berikut hubungan tiga
elemen sistem kebijakan tersebut.

Gambar 7. Interaksi elemen sistem kebijakan (Wiliam Dunn, 1994:71)

Adapun faktor – faktor lingkungan yang turut memengaruhi policy makers


antara lain:

1. Kondisi Lingkungan Sosial


Aspek sosial kebijakan dapat dilihat tingkat keberhasilannya dengan adanya
aktivitas sosial yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari kebijakan
tersebut secara realistis dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan
yang terjadi baik secara internal di dalam masyarakat maupun secara ekternal
antar pemerintah dengan privat serta maupun juga dengan masyarakat. Salah
satu sumber konflik dalam masyarakat adalah aktivitas sosial yakni dengan
adanya perubahan pelanggan. Tujuan implementasi program relokasi Pasar
Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana yaitu terpenuhinya tempat yang representatif
untuk para pedagang. Selain itu kondisi sosial juga berdampak positif dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat.
Menurut William Dunn (2000: 89), dampak kebijakan dari lingkungan
sosial adalah adanya efek yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut baik secara
jangka panjang maupun jangka pendek pada bentuk fisik maupun kondisi
sosialnya. Kondisi sosial yang dialami oleh para pedagang di Pasar Saumlaki dan
Pasar Omele Sifnana adalah mereka merasa kehilangan para pelanggangnya.
Hal ini jelas terlihat ketika diwawancarai, ada beberapa pedagang yang
merasakan dampak perubahan seperti memiliki tempat berdagang yang rapi
dan tempat yang tinggi sehingga tidak terkena dampak panas dan musim
penghujan tiba namun dari segi pendapatan berkurang tidak seperti yang
di Pasar Saumlaki. Oleh sebab itu pelaksanaan dari kebijakan ini mestinya
berorientasi kepada kepentingan masyarakat skala prioritas sehingga aktivitas
sosial yang dirasakan pasca dan sebelum direlokasi tetap berjalan normal tanpa
ada perubahan yang berarti.

Lampiran 149
2. Kondisi Lingkungan Ekonomi
Berkenan dengan perubahan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat
akan di anggap layak apabila lingkungan ekonomi tersebut dapat memungkinkan
masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
masyarakat itu semakin tinggi seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada lingkungan tersebut. Oleh sebab itu pasar yang ada harus
mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah karena merupakan salah satu
pusat pertumbuhan ekonomi yang ada di perkotaan dan wadah bagi masyarakat
untuk memenuhi standar kebutuhan hidupnya.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Sumodiningrat (2011: 7)
bahwa untuk membangun kekuatan ekonomi dan kemandirian masyarakat
sangat dibutuhkan dukungan dan perhatian pemerintah dengan memperkuat
posisi kemitraan usaha ekonomi masyarakat sehingga terbukanya akses
ekonomi bagi masyarakat itu sendiri.
Adapun kondisi lingkungan ekonomi yang dapat dirasakan oleh para
pedagang ialah:
a. Pendapatan para pedagang yang cenderung mengalami kerugian
b. Pelanggan tetap semakin berkurang karena kebijakan relokasi .
c. Lokasi pasar yang masih baru sehingga masih sepi dari pengunjung.

Hasil wawancara dengan Wa Ode Aba (35), salah satu pedagang yang
setiap hari berjualan ikan di Pasar lama Saumlaki, mengaku pendapatannya
selalu berkurang karena jualan ikannya tidak dapat terjul habis saat berjualan
di pasar omele sifnana. Hal ini sangat berkebalikan dengan keberadaanya di
pasar samlaki yang jualan ikanya selalu habis terjual. Setiap hari ikan daggangan
mereka yang tidak habis terjual tersebut disimpan. Sementara biaya yang
dikeluarkan untuk membeli es cukup besar yaitu sekita Rp. 50.000/ hari
(wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 12 april 2014).
Kondisi yang dialami ini sangat berbeda ketika mereka masih berjualan
di pasar saumlaki yang dagangannya selalu habis terjual. Hal inilah yang
membuat para pedagang tersebut merasa keberatan karena pendapatanya
tidak sama seperti dulunya. Semetara dilihat sisi yang lainnya para pedagang
mendapatkan tepat dan loksi yang layak, bersih dan nyaman untuk berjualan
ikan dengan lantainya yang sudah berkeramik, jika dibandingkan dengan lokasi
dan tempat berjulan mereka pada pasar saumlaki. Dari berbagai data yang telah
dijelaskan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah masih
mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada melindungi para pedagang
sehinga perlu diperhatikan keseimbangan ekonomi masyarakat terutama dari
sisi pendpatan para pedaganggnya.

3. Kondisi Lingkungan Budaya


Kondisi lingkungan budaya diartikulasikan sebagi representasi budaya yang
diterima dalam masyarakat, di mana keseluruhan cara pandang dan corak

150 Metode Penelitian Kualitatif


hidupnya sebagai warisan sosial yang tercermin dari tatanan kehidupan
sosial masyarakatnya. Setiap masyarakat akan selalu perbedaan karakteristik
budayanya sehingga nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaanya selalu berbeda-beda
antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Gibson et al., mengungkapkan budaya merupakan suatu tatanan
kehidupan masyarakat. Budaya ditunjukkan dengan nilai - nilai yang tercermin
pada perilaku kehidupan masyarakat. Tampak dari pengaruhnya perilaku
masyarakat sehingga budaya ditentukan oleh pemerataan (shared) dan identitas
(intensity). Identitas menunjukkan komitmen anggota masyarakat pada nilai-
nilai budaya dianutnya sehingga memicu masyarakat bertingka laku dan
bersikap sesuai dengan nilai-nilai budayanya. Budaya masyarakat juga sangat
mepengaruhi tindakan sosial dan perilaku masyarakat yang mencakup faktor
lingkungan, nilai, kepercayaan, warisan dan sikap yang akan dilakukan untuk
menjalin hubungan antara masyarakat dan warganya.
Adapun pengaruh lingkungan budaya yang dirasakan oleh masyarakat
dan pedagang pasar seperti:
a. Harga barang –barang dagangan berbeda
b. Ketidak terjangkauan masyarakat menuju pasar Omele Sifnana.
c. Hak kepemilikan lokasi oleh warga Desa Olilit Raya

Kondisi lingkungan budaya ini mempunyai peran yang cukup penting,


diamana terlihat ketika penulis mewawancarai Ibu Ridho (39), yang
mengatakan “saya tidak senang dengan adanya relokasi Pasar Saumlaki, karena untuk
berbelanja memenuhi kebutuhan sehari –hari harus membuang biaya 2 x lipat karna
barang yang dicari di Pasar Saumlaki tidak ada maka harus menuju lagi ke Pasar Omele
Sifnana” (Saumlaki, 13 April 2019).
Kondisi wilayah Pasar Saumlaki memang sangat memprihatinkan
akan tetapi bisa membuat suasana keadaan dan kenyamanan yang baik bagi
masyarakat sekitar. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Jossi warga perumahan
BTN bahwa “ biasanya katong ke Pasar jalan kaki saja istilah olahraga tapi kalu Pasar
sudah pindah ke Pasar Omele Sifnana maka katong harus dengan mobil penumpang
atau ojek, maka biaya keluar lagi tetapi kalu di Pasar Saumlaki katong cuma jalan kaki
saja maka katong sudah bisa menghemat sedikit untuk keperluan sehari-hari’. (Ibu
Jossi, Hasil Wawancara Pribadi, Masyarakat Perumahan BTN, (Saumlaki, 14
April 2019).
Ada hal lain juga disampaikan oleh Tua Adat Desa Olilit Raya yakni Bapak
Afai Bwarlely mengatakan bahwa Lokasi Pasar Olilit (Saumlaki) itu merupakan
warisan leluhur sehingga kami sebagai Tua – Tua adat Desa tetap mempertahankan jika
ada relokasi maka kami selaku Tua – Tua Adat tetap melakukan ikat sweri adat (hukum
adat yang berlaku di Wilayah Tanimbar) untuk mempertahankan warisan leluhur agar
tidak bisa dipindahkan tangankan ke pihak lain. Dan Beliau menambahkan bahwa
kenapa kami selaku Tua – Tua Adat ikut terlibat mepertahankan supaya Pasar
Olilit (Saumlaki) tidak dipindahkan dikarenakan kami tidak mengharapkan
akan terjadi pertikaian di antara masyarakat. Oleh karena kami bertemu

Lampiran 151
dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam
hal ini Bupati untuk membangun Pasar Olilit sendiri agar masyarakat juga
berdagang di tanah mereka karna itu merupakan hak petuanan Desa Olilit
Raya. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa struktur perilaku dan
tatanan budaya sangat berpengaruh di Wilayah Bumi Duan Lolat sehingga
keyakinan dan kesadaran kelompok masyarakat juga sangat berpengaruh pada
kebijakan yang diambil oleh Pemerintah.
Pemerintah menghendaki untuk tetap merelokasi Pasar Saumlaki agar
menjadikan wajah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menjadi sebuah rumah
yang nyaman bagi semua orang, maka akan berpengaruh pada kesadaran
masyarakat dan pedagang. Hal lain disampaikan oleh Ketua Tim Relokasi
bahwa “ kita perlu menata wajah Ibu Kota kita tercinta ini karena Pasar Saumlaki ini
merupakan pintu masuk pelabuhan sehingga perlu penataan ketika wisatawan lokal
maupun manca Negara yang berkunjung di Kabupaten kita ini agar terkesan tidak
tertata dengan baik’. Kemudian Beliau melanjutkan bahwa dengan adanya relokasi
ini juga sangat dapat membantu pemerintah dengan retribusinya untuk menambah
inkam daerah”.
Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pemukiman
dan Prasarana Wilayah, yang mengatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat mendorong percepatan pembangunan di segala aspek untuk
menyesuaikan permasalahan yang dihadapi, kebutuhan dan aspirasi yang tumbuh
berkembang di tengah masyarakat. Ditambahnya program pembangunan untuk
membangun kesejahteraan masyarakat secara luas.
Kutipan wawancara terebut dapat disimpulkan bahwa relokasi ini
merupakan reaksi terhadap berbagai persoalan dan permasalahan yang
ditemukan pada pasar saumlaki sehingga pemerintah perlu mencari solusi
yang terbaik dengan cara membuat kebijakan relokasi agar para pedagang
mempunyai tempat yang layak serta wajah kota juga dapat terlihat indah dan
rapih.

4. Kondisi Pendapatan Bagi Pedagang.


Suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan turut dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal. Oleh karenanya sikap penerimaan atau penolakan
daripadagang terhadap kebijakan yang dibuat adalah sebuah kewajaran. Hal
ini disebabkan karenan adanya keresahan terhadap pendapatan pedagang
berkurang yang pengaruh dari proses kebijakan relokasi Pasar Saumlaki ke
Pasar Omele Sifnana tersebut.
Menurut Sukirno (2000), setiap orang akan selalu berusaha untuk
mencari keuntungkan dengan pendapatan yang lebih dari setiap usaha yang
digelutinya karena pada prinsipnya pendapatan merupakan unsur yang sangat
penting dalam membanungun sebuah usaha perdagangan.
Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2002) yang mengatakan
bahwa pendapatan seseorang akan dihitung tiap bulannya sebagai hasil dari
pekerjaannya dalam melalukan usaha atau merupakan selisih yang diperoleh

152 Metode Penelitian Kualitatif


dalam usaha yang dijalankan. Oleh karena itu Pendapatan sangat berpengaruh
terhadap penghasilan seseorang karena perubahan pendapatan merupakan
hubungan antara pendapatan dengan jumlah permintaan suatu barang dan
lokasi tempat berjualan.
Dengan demikian pendapatan merupakan salah satu indikator utama
yang dijadikan oleh para pedagang untuk melihat hasil yang telah diperoleh
saat mereka berjulan di pasar saumlaki dan berjualan di pasar omele sifnana
yang sangat berbeda. Hal ini di ungkapkan oleh Ibu Ernawati (52), pedagang
pasar omele saat diwawancarai, mengatakan bahwa “Ya bialang apa lai, ini adalah
satu resiko diterima oleh kami yang pindah ke pasar Omele Sifnana. Pendapatan yang
saya t e r i m a s e t i a p harinya dalam menjual makanan/minuman hanya Rp 400.000,
sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Hal ini tidak sebanding
dengan dulunya ketika masih berjualan di pasar Saumlaki d i m a n a dagangan saya
laku sekitar Rp 800.000”.
Sementara itu, Bapak Hans berusia (31) yang juga merupakan salah
satu pedangang sayur mengatakan bahwa ketika direlokasi kondisinya sama
saja karena rata-rata pendapatan yang diterima tidak mengalami perubahan
yang signifikan, “Ya, beta pung pendapatan masih rata-rata sama dengan dulu saja,
mungkin karena beta pung pelanggan su banyak atau karena beta pung tampa (lapak)
yang posisinya strategis dalam artian seng talalu jau dari pintu masuk dan dekat dengan
pinggir jalan sehingga mudah dicari oleh konsumen”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan bagi
pedagang bervariasi di mana ada pedagang yang pendapatannya tidak sama di
pasar Saumlaki ada juga bersyukur karna pendapatan sama saja ketika masih
berada di pasar Saumlaki. Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor eksternal
tempat berjualan, ada juga pengaruh lain seperti langganan pedagang, posisi
tempat berjualan dan faktor lainnya cukup memengaruhi penghasilan seorang
pedagang. Dengan demikian Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara
Barat harus berkomitmen untuk tetap melindungi hak-hak pedagang dalam
kebijakan relokasinya sekaligus dapat melakukan perubahan pembangunan
di sektor ekonomi masyarakat.

4.3. Analisis Implementasi Kebijakan


Kebijakan publik merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi persoalan-persoalan atas nama masyarakat sehingga mau
tidak mau pemerintah harus melakukan tindakan yang tetap untuk mengatasi
masalah tersebut. Sebaik apa pun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemrintah,
pastilah selalu menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Hal ini juga
tentunya terjadi dalam kebijakan relokasi pasar yang dilakukan leh pemerintah
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, diaman ada pedagang yang mau untuk
direlokasi dan ada juga yang tetap mau bertahan pada lokasi pasar saumlaki
dengan berbagai alasan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam setiap kebijakan publik yang telah ditetapkan pastilah mengikuti
tahapan-tahapannya seperti studi pendahuluan, formulasi kebijakanya,

Lampiran 153
implementasi dan tahapan evaluasi. Dalam implementasi kebijakan haruslah
sesuai dengan tujuan dan sasaran dari kebijkan yang telah dilakukan.
Pada tahap implementasi ini kenapa mereka yang diberi kewenagan untuk
melaksanakan kebijakan tersebut akan berhadapan langsung dengan realitas
dan fenomena yang terjadi di lapangan sehingga berbagai strategi dan resikonya
sudah harus dipersiapkan sejakn dini untuk menghadapi akibat langusng
maupun tidak langsung dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Oleh karena itu
perlunya pemahaman mendalam dari semua pihak terhadap kebijkan relokasi
yang dilakukan baik oleh pemerintah Daerah maupun masyarakat terutama
stakeholder pasar sehingga dapat meminimalisir resistensi di masyarakat dan
para pedagang. Ada baiknya sebelum relokasi dilaksanakan sudah dilakukan
sosialisasi yang intensi dan pengarahan dari Pemerintah.
Kesadaran masyarakat merupakan perilaku yang mencakup pengakuan
terhadap kebijakan yang dirumuskan oleh policy makers. Kesadaran yang
tinggi sangat diperlukan dalam upaya untuk mewujudkan keberhasilan dari
implementasi kebijakan relokasi pasar sehingga tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para pedagang terutama dari sisi pendapatannya dapat
diwujudkan.

154 Metode Penelitian Kualitatif


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan suatu bentuk
tindakan yang dilakukan untuk menyelaraskan pandangan dan
pemahaman terhadap konsep kebijakan tersebut sehingga tidak
menimbulkan gejolak di masyarakat. Tentunya kebijakan tersebut harus
melalui sebuah mekanisme yang melibatkan kompromi antara semua
stakeholders yang berkepentingan. Pemerintah tidak dapat bertindak
seenaknya, tanpa memedulikan kelangsungan hidup warganya bagi para
pedagang. Kesadaran masyarakat juga tak kalah pentingnya agar kebijakan
relokasi pasar yang dilakukan dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan untuk menyejahterakan masyarakat.
2. Kebijakan relokasi pasar ini dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menunjukkan keterpihakannya kepada para pedagang karena kondisi Pasar
Saumlaki yang tidak layak lagi untuk ditempati dan juga keberadaannya
yang terletak pada jantung Kota Saumlaki dapat menimbulkan berbagai
permasalahan terutama kebersihan lingkungan. Untuk itu, diperlukan
evaluasi secara berkelanjutan agar kebijakan yang dimuat tersebut tidak
menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.
3. Pendapatan/penghasilan para pedagang yang direlokasi haruslah menjadi
prioritas dalam kebijakan tersebut karena akan sangat berpengaruh
terhadap jumlah permintaan terhadap suatu barang ketika pasar yang
menjadi tujuan relokasi kondisinya tidak sama seperti sebelumnya.
Bagaimanapun letak lokasi suatu pasar sangat berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang tersebut. Ada juga pedagang yang merasa tidak
kerugian berjualan di Pasar Omele Sifnana, tetapi ada juga yang justru
sebaliknya
4. Kebijakan relokasi ini dilakukan dengan berdasar pada Peraturan Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat tentang Rencana Tata Ruang dan Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang berhubungan dengan
a. Kawasan pemukiman kumuh dijadikan kawasan wajah Kota.
b. Menata wajah Kota sesuai dengan kondisi tata ruang.
c. Masyarakat harus mendukung Peraturan Daerah tentang Tata Ruang
Kota. Oleh sebab itu masyarakat yang tidak mau direlokasi karena
berhubungan dengan pendapatan ekonomi dan lapangan pekerjaan.
5. Untuk menjawab tantangan pembangunan di sektor ekonomi dan
perdagangan Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
terus memacu diri melaksanakan pembangunan di berbagai aspek untuk
meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat serta kemandirian.
Pembangunan dilaksanakan sejalan dengan pembangunan Nasional

Lampiran 155
yang disesuaikan dengan kondisi Wilayah, permasalahan yang dihadapi,
kebutuhan dan aspirasi yang tumbuh di tengah masyarakat. Dengan
demikian Pemerintah Daerah tetap mengakselerasikan pembangunan
dalam rangka menumbuhkembangkan kapasitas perekonomian
masyarakat.

5.2. Saran
1. Bagi pemerintah
a. Perlu adanya perencaaan yang sistematis dan komprehensif
mulai dari strategi apa yang akan dilakukan agar bisa melakukan
pendekatan ke setiap pedagang atau melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sebelum mengambil keputusan, terlebih pedagang yang
ada di Pasar Saumlaki serta merencanakan lokasi yang strategis
sebagai Pasar Tradisional serta penunjang sarana prasarana, dan
terlebih memperhatikan antara lain:
1) Pendapatan ekonomi masyarakat.
2) Tempat yang disediakan harus sesuai dengan peruntukannya
3) Semua pedagang harus terakomodir sesuai dengan
peruntukannya.
b. Perlu mempersiapkan secara matang keputusan atau kebijakan
seperti merelokasi Pasar Saumlaki ke Pasar Omele Sifnana, sebaiknya
pemerintah daerah lebih pro aktif untuk mensosialisasikan terlebih
dahulu sebelum melaksanakan kebijakan langsung yang bersentuhan
dengan masyarakat.
2. Bagi masyarakat
a. Perlu adanya kerja sama dari semua stakeholders, baik dari Pemerintah,
Masyarakat di sekitar pasar dan para pedagang untuk mewujudkan
keberhasilan kebijakan ini sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Perlu adanya dukungan dari masyarakat pada pembangunan
infrastruktur Wilayah yang berimbas pada kesejahteraan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih. Oleh karena itu masyarakat
perlu mendukung program-program pemerintah serta kebijakan
pemerintah dalam pembangunan.

156 Metode Penelitian Kualitatif


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.


Malang: UMM-Press.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.
Alaslan, Amtai. 2021. Formulasi Kebijakan Publik: Studi Relokasi Pasar.
Banyumas: CV. Pena Persada.
Anggito, Albi dan Setiawan, Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Sukabumi: CV Jejak.
. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.
Bogdan, Robert C; Biklen, Kopp S. 1982. Qualitatife Research For Education:
An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.
Buchari ALMA. 2016. Pengantar Bisnis. cetakan ke 19. Bandung: Alfabeta.
Bugin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Cevilla, Convelo G. dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design CHOOSING
AMONG Five Appoaches (second edition). California: SAGE Publication
Inc.

157
Dunn N. William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa.
Fatchan, H.A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: Beserta Contoh Proposal
Skripsi, Tesis dan Disertasi. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.
. 2013. Metode Penelitian Kualitaif: 10 Langkah Penelitian
Kualitatif, Pendekatan Konstruksi dan Fenomenologi. Malang: Universitas
Negeri Malang Press.
Frankel, J.R & Wallen, N.E. 2003. How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill Inc.
Gilarso. 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kansius.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
. 2007. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Hamdani, Ikhwan. 2003. Sistem Pasar dan Pengawasan Ekonomi (Hisbah)
dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: Nur Insani.
Indriantoro N, dan B Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Kahija, Y.F.L.A. 2016. Pengenalan dan Penyusunan Proposal/Skripsi Penelitian
Fenomenologi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 19 Tahun 2000 tentang
Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan Saumlaki.
Kirk, J & Miller, M.L. 1986. Reliability and Validity in Qualitatif Research.
Beverly Hills: Sage Production.
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Lincoln, Yovana dan Guba, Egon. 1985. Naturalistik Inquiry. London,
Beverly Hils: Sage Publications.
Mackenzie, N. & Knipe, S. 2006. “Research dilemmas: Paradigms, methods
and methodology.” Issues In Educational Research, 16(2), 193-205.

158 Metode Penelitian Kualitatif


Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Natzir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nawawi, Hadari H. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
UGM Press.
Nurinsani, 2003. https://idtesis.com/kegunaan-dan-peranan-
penelitian/.
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat tahun 2012-2032.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :70/M-DAG
/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Putra, Nusa. 2013. Research & Development, Penelitian dan Pengembangan:
Suatu Pengantar, Cet. 2. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Bupati Kabupaten
Maluku Tenggara Barat tahun 2017-2022.
Rokhmah, Dewi, dkk. 2014. Buku Ajar: Metode Penelitian Kualitatif. Jember:
Jember University Press.
Romlah SN, Pratiwi RD, Indah FPS, Umanailo MCB. 2020. Qualitative
study factors triggering gay characteristics in gay groups in Palmerah District
West Jakarta. In: Proceedings of the International Conference on Industrial
Engineering and Operations Management.
Ryan P. Positivism: paradigm or culture? Policy Studi. 2015. doi:10.108
0/01442872.2015.1073246.
Sanapiah, Faisal. 1998. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang:
YA 3.
Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode, dan Prosedur. Cet.
2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sedarmayanti dan Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV
Mandar Maju.

Daftar Pustaka 159


Siagian, Sondang P. 2016. Administrasi Pembangunan, Konsep Dimensi, dan
Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.
Subarsono. 2012. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarmo. 1995. Dampak Pembangunan Ekonomi (pasar) Terhadap Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&B. Bandung: CV Alfabeta.
. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sui DZ. Gis and urban studies: Positivism, post-positivism, and beyond.
Urban Geogr. 1994. doi:10.2747/0272-3638.15.3.258.
Sumodiningrat, Gunawan. 2011. Membangun Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryono, Agus. 2004. Pengantar Teori Pembangunan. Malang: UM-Press.
Thorpe R, Holt R. Positivism and Post-Positivism. In: The SAGE Dictionary of
Qualitative Management Research; 2015. doi:10.4135/9780857020109.
n73.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN).
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Indeks.

160 Metode Penelitian Kualitatif


GLOSARIUM

Abstrak. Bagian dari laporan penelitian yang menjelaskan secara ringkas


keseluruhan isi laporan penelitian mengenai: alasan peneliti
melakukan penelitian, aspek-aspek masalah yang diteliti, metode
penelitian yang digunakan dan kesimpulan dari hasil penelitian.
Analisis Data. Proses pengolahan data yang telah berhasil dikumpulkan
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang berguna
sehingga dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan terhadap
permasalahan yang diteliti.
Analisis Data Sekunder. Kajian terhadap data sekunder yang
dikumpulkan untuk mengklasifikasi masalah-masalah pada tahap
awal persiapan penelitian.
Analisis Deskriptif. Melakukan transformasi data ke dalam bentuk yang
lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan; proses untuk
menyusun, mengurutkan, mengodekan dan memanipulasi data
untuk menyajikan informasi yang bersifat deskriptif.
Arsip. Kumpulan dokumen, catatan atau laporan penelitian.
Atribut. Karakter tunggal yang melekat pada suatu subjek, objek atau
kejadian.
Catatan (Notes). Penjelasan, referensi atau komentar yang diletakan di
luar badan tulisan dengan maksud untuk menunjukkan sumber
informasi atau memberikan tekanan penjelasan.

161
Catatan Akhir. Catatan yang diletakan pada bagian akhir dari suatu bab
pembahasan (endnotes).
Catatan Kaki. Catatan yang diletakan pada bagian bawah tulisan, gambar
dan ilustrasi atau tabel (footnotes).
Cluster Analysis. Metode yang digunakan untuk mengelompokan subjek
atau objek penelitian dalam jumlah yang banyak menjadi kelompok-
kelompok dalam jumlah yang kecil.
Conclusion. Bagian dari laporan penelitian yang memuat informasi
mengenai kesimpulan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil
pembahasan analisis data.
Construct. Abstraksi dari fenomena yang dioperasionalisasikan secara
sederhana dalam bentuk variabel sehingga mudah diukur dengan
berbagai macam nilai.
Construct Validity. Kumpulan dari suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur konsep-konsep terkait dengan hipotesis penelitian yang
dikembangkan dari teori.
Content Analysis. Metode pengumpulan dan analisis data terhadap suatu
dokumen untuk mendapatkan kandungan informasi atau isi dari
dokumen secara objektif dan sistematis.
Daftar Isi. Bagian dari buku atau laporan penelitian daftar bagian-bagian,
bab dan sub-bab pembahasan yang dilengkapi dengan referensi
nomor halaman.
Data. Sekumpulan fakta atau fenomena yang dapat dicatat melalui hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data Dokumenter. Data penelitian yang memuat informasi mengenai
suatu subjek, objek atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan,
dicatat atau disusun dalam arsip.
Data Eksternal. Tipe data sekunder yang dikumpulkan dan disusun oleh
pihak lain selain peneliti dan organisasi yang diteliti.
Data Fisik. Data penelitian yang berupa objek atau benda-benda fisik
yang menjadi bukti suatu kebenaran atau kejadian pada masa lalu.
Seperti bangunan, pakaian, buku dan lain-lain.
Data Internal. Tipe data sekunder berupa dokumen-dokumen yang
dicatat dan dilaporkan oleh organisasi yang diteliti.

162 Metode Penelitian Kualitatif


Data Kualitatif. Tipe data penelitian yang dikategorisasikan tidak
berdasarkan jumlah atau banyaknya sesuatu.
Data Kuantitatif. Tipe data penelitian yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya sesuatu.
Data Primer. Data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara) yang secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitian.
Data Sekunder. Data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain),
umumnya berupa bukti, catatan atau laoporan historis yang
tersusun dalam arsip.
Data Subjek. Data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
subjek penelitian.
Definisi Konseptual. Penjelasan mengenai arti suatu konsep.
Definisi Operasional. Penjelasan mengenai cara-cara tertentu yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur konstruk menjadi variabel
penelitian yang dapat diuji.
Desain Penelitian. Rancangan utama penelitian yang menyatakan
metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian.
Discussion. Bagian dari laporan penelitian yang membahas implikasi hasil
analisis data dan interpretasi yang dibuat oleh peneliti.
Elemen Populasi. Anggota individual dari suatu populasi.
Empiris. Berdasarkan pengalaman hidup manusia.
Empirisme. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan
fakta atau fenomena yang terdapat dalam pengalaman hidup
manusia.
Epistemologi. Filsafat pengetahuan yang mengajarkan cara dan teknik
untuk memperoleh pengetahuan.
Fakta. Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan nyata.
Fenomena. Fakta yang benar atau umumnya dinilai benar.
Format Laporan. Kerangka pengorganisasian bagian-bagian dalam
laporan penelitian yang secara garis besar terdiri dari bagian
pembukaan, bagian isi, bagian lampiran.

Glosarium 163
Halaman Judul. Bagian dari laporan penelitian yang memuat informasi
mengenai judul penelitian, nama laporan, identitas penyusun,
kepada siapa laporan ditujukan dan periode penyusunan laporan.
Hipotesis. Pernyataan sementara atau belum teruji yang menjelaskan
suatu fakta atau fenomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan
telaah konsep-konsep teoretis yang perlu diuji secara empiris.
Ilmu. Bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan tentang
fakta atau fenomena alam secara rasional dan teruji.
Indeks. Kata atau istilah penting yang terdapat pada bagian akhir buku
dan tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai
halaman tempat kata atau istilah yang ditemukan.
Informasi. Sekumpulan fakta dalam format yang bermanfaat dan sesuai
dengan keperluan untuk pembuatan keputusan.
Informan. Orang atau subjek yang memberikan informasi tetang
permasalahan yang diteliti.
Informan Kunci. Orang yang memiliki informasi secara menyeluruh
dan lengkap tentang masalah yang diteliti.
Instrumen. Alat pengumpulan data seperti kuesioner atau alat
pengukuran yang lain.
Instrumen Kunci. Peneliti sebagai alat atau instrumen utama dalam
penelitian kualitatif.
Instrumen Penelitian. Alat-alat bantu yang diperlukan oleh peneliti
mengumpulkan data di lapangan.
Intuisi. Pengetahuan yang tidak didukung oleh inferensi atau pemikiran
yang rasional.
Kerangka Teoretis. Bagian dari laporan penelitian yang memuat konsep-
konsep teoretis yang menjadi dasar untuk memperoleh perspektif
ilmiah dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian
yang sedang dilaporkan.
Konsep. Abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan
fenomena-fenomena yang memiliki kesamaan karakteristik.
Kuesioner. Salah satu alat pengumpulan data yang berisi pertanyaan
kepada subjek penelitian secara tertulis dan yang digunakan untuk
melakukan survei pada penelitian kuantitatif.

164 Metode Penelitian Kualitatif


Kutipan. Ilustrasi yang menjelaskan, menegaskan, atau memberikan
dukungan terhadap ide, argumentasi atau kesimpulan peneliti.
Laporan Penelitian. Informasi penelitian yang disampaikan secara
tertulis atau lisan temuan hasil penelitian dan rekomendasi yang
diperlukan kepada pihak lain.
Level Abstrak. Pengembangan teori, tingkat pengetahuan yang
diekspresikan oleh suatu konsep yang keberadaannya hanya sebagai
suatu ide.
Level Empiris. Tingkat pengetahuan yang dapat diuji melalui
pengalaman atau observasi.
Logika. Pola pemikiran yang rasional dan masuk akal.
Masalah. Kesenjangan atau pertentangan antara das solen (seharusnya)
dan das sein (yang terjadi) atau antara harapan dengan kenyataan.
Masalah Penelitian. Sesuatu yang harus dicari solusinya melalui
penelitian atau pertanyaan yang memerlukan jawaban secara
empiris.
Metode. Teknik, cara atau prosedur yang digunakan untuk melakukan
penelitian.
Metode Fenomenologi. Metode yang digunakan untuk menemukan
masalah penelitian berdasarkan hasil observasi terhadap fenomena-
fenomena kemungkinannya dapat mengarahkan peneliti untuk
menarik kesimpulan.
Metode Ilmiah. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan dengan terpenuhinya kriteria sebuah ilmu; cara yang
digunakan untuk menganalisis bukti empiris dalam rangka untuk
mendukung atau menolak konsep-konsep sebelumnya.
Metode Observasi. Proses pencatatan pola perilaku subjek, objek atau
kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu-individu yang terkait dengan objek atau kejadian
yang diteliti.
Metode Pemikiran. Metode untuk menemukan masalah penelitian
berdasarkan intuisi dari pembuat keputusan mengenai keadaaan
tertentu yang diperkirakan mempunyai potensi masalah.
Metode Survei. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
secara langsung dari sumber data dengan menggunakan pertanyaan
lisan atau tertulis (kuesioner).

Glosarium 165
Metode-metode Penelitian. Cara-cara atau prosedur-prosedur tertentu
yang digunakan secara sistematis untuk menyelidiki suatu masalah
yang memerlukan jawaban.
Metodologi Penelitian. Pengetahuan yang mengkaji ketentuan dan
aturan mengenai metode-metode penelitian.
Model. Gambaran mengenai suatu sistem atau proses.
Nonpartisipant observation. Teknik observasi di mana peneliti bertindak
sebagai pengumpul data tanpa melibatkan diri atau menjadi bagian
dari lingkungan yang diamati.
Nonresponden. Subjek yang tidak dihubungi atau menolak untuk
memberikan tanggapan terhadap pertanyaan penelitian.
Observasi Langsung. Teknik observasi yang dilakukan secara langsung
oleh peneliti dan melibatkan peralatan mekanik.
Paradigma Kualitatif. Sudut pandang dalam penelitian yang melihat
hubungan antara fakta yang diteliti dengan peneliti bersifat
dependen sehingga fakta yang diteliti dalam berbagai dimensi
bersifat subjektif dan tidak bebas nilai.
Paradigma Kuantitatif. Sudut pandang dalam penelitian yang melihat
hubungan antara peneliti dengan fakta yang diteliti bersifat
independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara
objektif pada dimensi yang terbatas, bebas nilai dan tidak bias.
Partisipant Observation. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan
sosial yang diamati.
Pemberian Kode. Proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian
sehingga mudah untuk dipahami.
Pemilihan Data. Proses penentuan jenis dan jumlah data yang diteliti.
Penalaran Deduktif. Proses untuk membuat suatu kesimpulan
logis berdasarkan pada teori atau sebagai sesuatu yang diakui
kebenarannya.
Penalaran Induktif. Proses untuk membuat suatu proposisi umum
berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta secara khusus.
Penelitian. Penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan atau suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk mendapatkan jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti.

166 Metode Penelitian Kualitatif


Penelitian Dasar. Penelitian untuk mengembangkan ilmu atau menguji
penerapan teori tertentu yang umumnya tidak mempunyai
pengaruh secara langsung dengan pembuatan kebijakan atau
penentuan tindakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis.
Penelitian Deduktif. Penelitian yang dilakukan untuk menguji teori
pada keadaan tertentu.
Penelitian Deskriptif. Penelitian yang dilakukan untuk memberikan
penjelasan atau gambaran terhadap karakteristik suatu fenomena
yang diteliti.
Penelitan Empiris. Penelitian terhadap fakta yang memerlukan kehadiran
peneliti untuk memperoleh data melalui observasi langsung tanpa
perantaraan orang lain.
Penelitian Evaluasi. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan
penilaian terhadap efektivitas suatu tindakan, kegiatan atau
program.
Penelitian Historis. Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena sekarang atau memprediksi fenomena yang akan datang
melalui rekonstruksi fenomena masa lalu secara sistematis, objektif
dan akurat.
Penelitian Induktif. Penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan
teori berdasrkan fakta empiris yang terjadi.
Penelitian Opini. Penelitian untuk menjawab suatu masalah berdasarkan
pandangan, tanggapan, persepsi atau penilaian orang terhadap
masalah yang diteliti.
Penelitian Sampel. Penelitian terhadap sebagian dari elemen populasi.
Penelitian Terapan. Penelitian untuk menjawab masalah-masalah
spesifik atau untuk membuat kebijakan atau keputusan mengenai
suatu tindakan.
Pengeditan. Proses pengecekan dan penyesuaian data penelitian untuk
memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data.
Pengembangan Ilmu. Proses penyusunan dan pengujian konstruksi
teori.
Pengetahuan. Hasil dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir
yang menjadi dasar seseorang dalam bersikap dan bertindak.

Glosarium 167
Pengetahuan Rasional. Pengetahuan yang disusun dengan pola pikir
dan pertimbangan yang logis.
Pengetahuan Teruji. Pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta-fakta
atau fenomena.
Pengujian Data. Proses untuk memilih, mengumpulkan, dan
menganalisis data yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
untuk membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Pengumpulan Data. Proses untuk memperoleh data penelitian.
Perspektif Emic. Proses di mana peneliti mengumpulkan data bukan
berdasarkan apa yang seharusnya dipikirkan olehnya tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang
dirasakan, dialami dan dipikirkan oleh informan atau sumber data.
Perumusan Masalah. Proses untuk membuat pertanyaan penelitian
dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi.
Populasi. Sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu.
Proposal Penelitian. Pernyataan tertulis mengenai desain penelitian
yang meliputi rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian
yang digunakan.
Proposisi. Ungkapan atau pernyataan mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan suatu fenomena yang dapat diuji kebenarannya.
Proyek Penelitian. Pekerjaan yang meliputi tahapan dalam proses
penelitian yang akan, sedang atau telah dilaksanakan.
Rasionalisme. Pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
berdasarkan logika.
Realistis. Pemahaman terhadap suatu fenomena yang bersifat empiris
dan nyata.
Recommendation. Bagian dari laporan penelitian yang memberikan
masukan untuk pembuatan kebijakan atau penentuan tindakan
yang akan dilakukan atau untuk pelaksanaan penelitian-penelitian
berikutnya.
Reliabilitas. Tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mendapatkan
data yang konsisten dan bebas dari kesalahan.
Responden. Orang yang menjawab pertanyaan lisan atau tertulis dalam
penelitian dengan menggunakan metode survei.

168 Metode Penelitian Kualitatif


Sampel. Sekelompok atau beberapa bagian dari suatu populasi.
Sampling. Proses yang menggunakan sejumlah kecil elemen atau bagian
dari suatu populasi yang lebih besar untuk membuat kesimpulan
mengenai seluruh populasi.
Sampling Acak Sederhana (random). Tipe sampling probabilitas yang
setiap populasinya dapat dipilih secara acak untuk menjadi sampel.
Sampling Area. Teknik sampling probabilitas yang pemilihan sampelnya
berdasarkan area geografis (cluster).
Sampling Bertujuan. Tipe metode sampling nonprobabilitas dari
elemen populasi yang mempunyai tujuan tertentu atau pemilihan
sampelnya berdasarkan pertimbangan tertentu.
Sampling Nonprobabilitas. Metode pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan subjektif atau kepraktisan di mana setiap populasi
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel.
Sampling Probabilitas. Metode pemilihan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama pada setiap elemen populasi untuk terpilih
sebagai sampel.
Sensus. Penelitian terhadap seluruh elemen populasi.
Skala. Segala sesuatu yang disusun sesuai dengan nilai atau besarnya;
Rangkaian di mana sesuatu dapat diletakkan sesuai dengan
kuantifikasinya.
Snowball Sampling. Metode pemilihan sampel yang mula-mula hanya
hanya sedikit kemudian akan semakin banyak sampelnya
berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden atau informan
yang mula-mula tersebut.
Statistik. Deskripsi numerik dari pengukuran sampel.
Statistik Deskriptif. Statistik yang digunakan untuk menjelaskan
informasi ringkas mengenai sampel atau populasi.
Studi Deskriptif. Penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu
dengan tujuan untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan
fenomena yang diamati sebagai dasar pembuatan keputusan untuk
memecahkan masalah yang diteliti.
Studi Eksplorasi. Penelitian yang bersifat penjajakan untuk memahami
sifat dan pola fenomena atau masalah tertentu karena belum

Glosarium 169
banyaknya literatur hasil penelitian yang membahas masalah
tersebut.
Studi Kasus. Penelitian terhadap latar belakang dan kondisi individu,
kelompok atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek atau kejadian
yang diteliti.
Subjek. Anggota sampel.
Sumber Internal. Sumber data sekunder yang diperoleh dari dalam
organisasi.
Tabel. gambar yang umumnya menyajikan informasi numerik,
khususnya beberapa bagian dari informasi yang dapat disusun
tersistem ke dalam kolom dan baris.
Teori. Kumpulan konstruk, konsep, definisi, dan proposisi yang
menggambarkan fenomena secara sistematis yang kebenarannya
telah teruji.
Tujuan Penelitian. Sasaran penelitian yang akan dicapai dalam bentuk
yang dapat diukur; Pernyataan mengenai apa yang akan dicapai
dalam suatu penelitian.
Unit Analisis. Tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian.
Validitas. Tingkat kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Variabel. Segala sesuatu yang dapat berbentuk apa saja yang dapat dinilai
atau mempunyai variasi nilai.
Variabel Dependen. Tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen (bebas) atau variabel yang diduga sebagai akibat dari
variabel independen.
Variabel Independen. Tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi
variabel lain atau variabel yang diduga sebagai sebab dari variabel
dependen.
Wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pertanyaan kepada subjek penelitian dalam bentuk
tanya jawab.
Wawancara Mendalam. Suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
peneliti dengan memberikan pertanyaan kepada informan untuk

170 Metode Penelitian Kualitatif


mendapatkan gambaran yang lengkap dan akurat tentang topik
yang diteliti.
Wawancara Tatap Muka. Teknik wawancara melalui komunikasi secara
langsung di mana pewawancara mengajukan pertanyaan secara
lisan dan dijawab juga secara lisan oleh informan atau responden.
Wawancara Telepon. Suatu teknik wawancara yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab melalui telepon.

Glosarium 171
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
INDEKS

A 94-95, 99, 103, 106, 114,


Abstraksi, 33, 162, 164, 173 116, 118-121, 125, 137, 139-
140, 143, 145, 153, 157-158,
Actions, 17, 173
160-163, 170, 173, 180, 184
Activity, 31, 50, 56, 64, 69, 76,
analisis kompensional, 87, 173
87, 173
analisis taksonomi, 76, 87, 90,
Afektif, 14, 173
95, 173
Aksiologi, 173
analisis tema budaya, 87, 91, 173
Aksioma, xiii, 27, 29, 173
anarkis, 8, 173
aktivitas sosial, 47, 149, 173
Anggito dan Setiawan, 25, 173
actor, 31, 50, 56, 134, 148-149,
Anomali, 17, 173
173
Antitesa, 7, 173
alamiah, 14, 21, 24, 26-27, 30,
33-34, 39, 71, 73, 173 Applicated, 2, 24, 33, 173
Alaslan, iii, iv, viii, 132, 157, Arikunto, 136, 173
173, 183 Aristoteles, 6, 173
aliran fenomenologi, 25, 173 August Comte, 14-15, 20, 173
alternatif, 8, 77, 133, 173
analisis, xi, xii, xiii, xv, 10, 16, 30,
33, 36-38, 41, 76-77, 85-92,

173
B data sekunder, 50, 73, 137, 161-
bebas nilai, 17-18, 29, 166, 173 163, 170, 174
behaviorisme, 15, 173 David dan Wiliam, 26, 174
berpikir analitis, 7-9, 12, 173 David Hume, 16, 174
berpikir kritis, 3, 7, 174 Deduktif, 8-9, 58-60, 116, 166-
167, 174
berpikir secara ilmiah, 5, 174
Demokratis, 134, 174
Berpikir sintesis, 9, 174
Denzin & Lincoln, 17, 174
bersifat ilmiah, 18, 174
Dependabilitas, xii, 99, 105-106,
bobot ilmiah, 174
174
Bogdan dan Biklen, 26, 29, 86,
desain penelitian, 13, 17, 31, 36,
174
163, 168, 174
Bogdan dan Taylor, 136, 174
deskriptif, 26, 30, 36, 38, 41,
bottom approach, 134, 174
51-52, 76, 87, 115, 120-121,
Budaya Duan Lolat’, 54, 174 125, 136, 161, 167, 169,
Bugin, 2-3, 24-25, 46, 48-49, 174, 180
157, 174 dinamis, 174
discrepancy, 44, 174
C dogmatis, 6, 174
Coding, 40, 174 doktrin, 6, 174
Collection of data as evidence, 10, dokumentasi, 31-32, 71, 73, 79,
174 85, 88, 102, 114, 119, 138,
Concluding belief, 10, 174 162, 174
Conclution, 94, 174 domain, xiii, 51-52, 76, 87-92,
Cooper and Schindler, 58, 174 95, 174
Covid 19, 2, 8, 55, 174, 178 Duan Lolat, 52, 54-55, 152, 174,
184
Creswell, 19, 174

E
D
Edmund Husserl, 15, 20, 174
das sein, 56, 165, 174
Ekternalisasi, 40, 174
das sollen, 56, 174
Emik, 27, 32, 38, 56, 174
Data Primer, 50, 73, 137, 163,
174

174 Metode Penelitian Kualitatif


Empiris, 9, 11-12, 15-18, 30, 33, Focus Group Discussion, 71, 81-82,
40, 58-59, 72, 82, 111, 116- 175
118, 163-165, 167-168, 174 Fokus, x, 38-39, 43-44, 48, 50-51,
Empirisme, 15, 163, 174 54, 65, 68, 72, 75-77, 81, 90,
Epistemologi, 16 93, 100-101, 104, 113-119,
130, 137, 175
Esterberg, 77, 138, 174
fokus penelitian, x, 43, 50-51, 54,
estimasi parameter, 64, 174
65, 72, 76, 90, 101, 113-115,
etis, 38, 174
118, 130, 137, 175
Evaluasi kebijakan, 134, 174
Fraenkel dan Wallen, 53, 175
Experience, 15, 174
Francis Bacon, 15, 175
Experimental, 15, 174
Friedrichs, 20, 175

F
G
face to face, 77, 175
gejala-gejala, 15, 39, 87, 90, 175
fakta, 3, 9, 16-17, 25, 40, 73, 114,
generalisasi, 26, 28-29, 64, 69,
162-164, 166-167, 175
164, 175
Falibilitas, 17, 175
General value of the conlusion, 10,
Fatchan , 36-37, 77, 90, 101, 175
105, 158, 175
graund tour question, 31, 175
Fenomena, 3, 19, 25-26, 31, 33-
grounded theory, 30, 37, 40-41,
34, 38-40, 45, 48, 50, 53,
117, 121, 175
55-56, 58-59, 61, 64, 72, 74,
94, 114, 136-137, 139, 154,
162-164, 167-170, 175 H
Fenomenologi, 25, 37-39, 41, Hadi, 10, 50, 158, 175
158, 165, 173, 175 Hahija, 39, 175
fenomenologis, 15, 20, 26, 38, Hasrat, 11-12, 175
175 Hipotesis, 8, 10, 32, 72, 116, 162,
Feyerabend, Richard Rotry, 15, 164, 175
175 Holistik, 18, 20, 27-28, 30, 34,
Filsafat, 15, 25, 38, 117, 160, 38, 50, 56, 91, 110, 175
163, 175 homo sapiens, 1, 11-12, 25, 175
filsafat positivisme, 15, 175 humanis, 18, 175
humanitis, 25, 175

Indeks 175
I interaksi sosial, 176
idealistis, 25, 175 interaktif, 16, 28, 52, 58, 92,
ilmiah, v, vi, ix, 1-7, 9-12, 14, 94, 176
18, 21, 23-24, 44, 46-47, Interested Topik, 50, 176
50, 56-57, 83, 97, 111, 115, Internalisasi, 40, 176
117, 136, 164-165, 174-175,
interpretasi 25, 121, 163, 176
177-178
ilmu, vii, 2-3, 10-11, 14-15, 17-
J
18, 20, 23-24, 33, 38, 44,
50-51, 59, 111, 115-117, Janie McDrury, 86, 176
131, 157-158, 160, 164-165, John Dewey, 9, 12, 176
167, 175, 183-184 John Locke, 16, 176
ilmu pengetahuan, vii, 2-3, 10-
11, 14-15, 23-24, 33, 44,
K
50-51, 111, 115-116, 175
Kahija, 26, 37, 40, 99, 101, 105,
ilustrasi, xv, 3-4, 93, 162, 165,
158, 176
175
Karl R. Popper, 15, 176
implementasi kebijakan, 129-
kategorisasi, 18, 86, 93, 176
130, 133, 148, 153-154, 175
kaum ilmuwan, 4, 12, 176
independen, 28, 105, 166, 170,
175 keabsahan data, xii, xv, 30, 33,
97-99, 101, 106-107, 120,
Indriantoro dan Supomo, 65, 175
139-140, 176
Induktif, 3, 9, 26, 30, 33, 58-60,
kebenaran, ix, 1-12, 16, 18, 32,
72, 82, 94, 110, 116, 166-
44, 50, 98, 162, 176
167, 175
kebijakan, 55, 79, 125, 127-137,
Informan, 19-20, 28, 33, 51,
141-142, 145-150, 152-158,
65-66, 68-69, 75, 78, 80-81,
160, 167-168, 174-177, 183-
98-105, 118-119, 121, 136,
184
138, 147, 164, 168-171, 175
kebijakan publik, 55, 129-130,
Inspirasi, 46, 60-61, 117, 175
132-134, 141, 145, 148, 152-
Instrumen, xi, 26, 28, 30, 33, 71-
153, 157-158, 160, 176, 184
73, 75, 82-83, 98, 100, 119,
ketekunan, 99-101, 176
122, 129, 136, 162, 164, 168,
170, 176 key instrument, 71, 176
Intelijen, 176 Kirk dan Milner, 26, 176

176 Metode Penelitian Kualitatif


Knowledge, 15, 176 M
Koentjaraningrat, 11, 158, 176 makhluk rasional, 7, 176
Kognitif, 14, 176 Managable Topik, 50, 176
Kompleks, 18, 25, 32, 44, 93-94, masalah kebijakan, 132, 177
110, 129-130, 134, 141, 176 masalah publik, 114, 132-133,
Komprehensif, vii, 25, 156, 176 177
Konfirmabilitas, xii, 99, 105-106, Max Weber, 38, 177
176 Mazhab, 15, 177
Konotatif, 14, 176 Meaning, 71, 177
Konsep, xi, 7, 14, 23, 26, 39, 57- Mekanisme, 65, 132, 155, 177
59, 61, 85-86, 98, 116, 128,
melakukan penelitian, v, vii, 3-4,
132, 155, 160, 163-165, 168,
11, 17-19, 21, 31, 33, 35-36,
170, 176
44-45, 48-50, 57, 61, 63-64,
Konsisten, 94, 105, 114, 168, 176 72-73, 75, 82, 85, 93-95,
Konstruksi, 10, 91, 115, 158, 106, 109-110, 114-115, 117,
167, 176 161, 163, 165, 177, 184
Kredibilitas, 30, 32, 49, 80, 99- member check, 99, 102, 104, 177
104, 106, 118, 120, 176, 181 mengkonstruksi, 33, 177
kredibilitas data, 176 meng-uprade, 177
kualifikasi, 49, 176 metode artistic, 25, 177
kuantitas, 24, 176 metode evaluasi, 4, 177
kuesioner, 28, 164-165, 176 metode ilmiah, 6-7, 24, 44, 165,
177
L metode interpretif, 177
Landasan teori, xi, 57-58, 61, metode-metode, 11-12, 82, 158,
109, 176 163, 166, 177
langkah-langkah sistematis, 110, metode penelitian, iv, vii, 1, 4, 13,
176 23, 25, 31, 34-35, 43, 52, 57,
laporan secara sistematis, 176 63, 71, 73, 85, 97, 109, 117,
136, 157-161, 168, 177
level of explanation, 51, 177
metode triangulasi, 32, 177
Linkolin dan Guba, 176
Metodologi, 4, 12, 19, 109, 136,
Logika, 15, 19, 40, 72, 82, 116,
157-159, 166, 177, 184
165, 168, 176

Indeks 177
Metodologi Penelitian, 4, 12, 109, 122, 137-138, 162, 165-167,
136, 157-159, 166, 177, 184 177, 180
Miles dan Haberman, 93, 177 observasi partisipan, 33, 87, 119,
mini tour observation, 76, 177 177
misterius, 177 Obtainabel Data, 50, 177
modified, 17, 177 Ontologi, 177
Moleong, 14, 24, 27, 51, 53, 65, Orang awam, 3, 11, 177
79, 86-87, 91, 98, 100-101, Organisasi, 6, 38, 64, 137-138,
137, 159, 177 162, 170, 177
Mudjia Rahardjo, 139, 177 Originalitas, 49, 177
Muktar, 36, 177 Otoritas, 6-7, 47, 56, 119, 132,
Mukthar, 37, 177 178
Otoriter, 134, 178
N out come, 134, 178
Naratif, 36, 40-41, 93, 122, 177
naturalistic inquiry, 38, 177 P
natural setting, 71, 73, 177 pandemi Covid 19, 2, 55, 178
Natzir, 49, 159, 177 paradigma, ix, x, xiii, 13-21, 25,
27, 36, 44, 91, 117, 166, 178
Nawawi , 6, 9, 137, 159, 177
paradigma penelitian, ix, x, 13-
non-ilmiah, ix, 1, 4, 177-178
14, 18-21, 25, 36, 117, 178
non-probabilitas, 177
paradigma tradisional, 15, 178
partisipan, 27, 33, 38-39, 65, 87,
O
118-119, 177-178
objek penelitian, 17-18, 31, 64,
Pasar, 55, 125, 127-131, 136-
87-88, 115-116, 137-138,
138, 141, 145-160, 178-179,
140, 162, 177
183-184
objektif, 6, 20, 37, 49, 106, 132,
Pasar Omele Sifnana, 125, 128-
137, 162, 166-167, 177
131, 137-138, 141, 145-153,
objektivitas, 17, 105, 177 155-156, 178
observasi, xv, 17, 28, 31, 33, 40, Pasar Saumlaki, 125, 127-131,
56, 71, 73-77, 79, 85, 87-88, 137-138, 141, 145-153, 155-
91, 98, 102-103, 106, 119, 156, 178-179

178 Metode Penelitian Kualitatif


pemikiran deduktif, 7, 178 penelitian lapangan, 105, 111,
Pendekatan, ix, x, 1, 4-7, 14-15, 178
20, 35-36, 39-41, 58, 60, 90, penelitian naturalistik, 26, 36,
112, 117, 136, 156, 158, 160, 38-39, 41, 178
163, 168, 178 penelitian sosial, 25, 36, 39, 178,
pendekatan kualitatif, 36, 136, 184
178 penemuan secara kebetulan, 178
pendekatan kuantitatif, 14-15, pengamatan kualitatif, 178
20, 36, 41, 160, 178
pengamatan kuantitatif, 24, 178
pendekatan non-ilmiah, 1, 178
pengetahuan, vii, viii, 1-3, 6-7,
pendidikan formal, 90, 178, 183 9-11, 14-15, 19, 23-24, 29,
penelitian, iv, v, vii, viii, ix, x, 33-34, 44, 50-51, 59, 72,
xi, xii, xiii, 1-5, 7, 9, 11-15, 79, 111, 115-117, 131, 137,
17-21, 23-41, 43-57, 59-61, 163-168, 175, 178
63-65, 68-69, 71-73, 75-76, penyelidikan, 3, 8, 11, 24, 166,
78-79, 81-83, 85-88, 90, 179
93-95, 97-101, 103-106,
penyimpangan, 44, 110, 179
109-122, 125-126, 130-131,
peradaban, 1, 32, 179
136-141, 145, 157-170, 174-
175, 177-180, 184 perilaku sosial, 39, 179
penelitian etnografi, 26, 34, 38, peristiwa, 2, 5, 11-12, 30, 37-40,
178 79, 136, 179
penelitian ilmiah, 1, 4-5, 7, 9, 21, permasalahan penelitian, 179
57, 115, 178 perspektif, 13, 27, 32, 36, 38, 56,
penelitian kualitatif, iv, vii, viii, 158, 164, 168, 179
x, xi, xiii, 1-2, 13-14, 18-20, perspektif penelitian, 13, 179
23-37, 40-41, 43-46, 49-51, place, 50, 56, 64, 69, 87, 179
53, 55-57, 60-61, 63-65, 68-
pola pikir, 7, 110, 168, 179
69, 71-73, 76, 78, 82-83, 85-
policy makers, 133, 145, 149, 154,
87, 93-95, 97-98, 100, 106,
179
109-112, 114-116, 118-121,
136, 138, 157-160, 164, 178
penelitian kuantitatif, 14-15, 18, R
24-25, 27-29, 36, 41, 44, 46, Random, 65-66, 169, 179
52, 60, 64, 68-69, 98, 116, rasa ingin tahu, ix, 1-2, 4, 11-12,
164, 178 179

Indeks 179
rasional, 7, 88, 106, 110, 164- S
165, 168, 176, 179 Sampel, xi, xv, 28-29, 63-66, 68-
realitas, 13-18, 20, 27-28, 31, 38- 69, 119, 167, 169-170, 180
40, 57-58, 71, 83, 91, 100, sampel bertujuan, 65, 180
110, 114, 136, 154, 166, 179
sample statistics, 64, 180
reason, 15, 179
Sanafiah Faisal, 68, 74, 78, 119,
reciprocal, 28, 52, 179 180
Reduksi Data, xv, 92-93, 179 Sanapiah, 51, 91, 159, 180
referensi teoretis, 49, 179 sarjana ekonomi, 3-4, 180
refleksi, 9-10, 179 savior pour prvoir, 15, 180
reliabel, 98, 179 science, 15, 180
relokasi Pasar, 55, 125, 128-131, Scientific, ix, 1, 4, 7, 12, 14, 180
136-137, 145-146, 148-149,
Sensus, 64, 169, 180
151-155, 179, 183-184
signifikansi Topik, 180
relokasi Pasar Saumlaki, 128-
Silogisme, 8, 180
131, 137, 145-146, 149,
151-152, 179 Simbolik, 15, 20, 37, 180
Research, 3-4, 25, 32, 157-160, Simetris, 52, 180
179 sintesis, 180
Responden, 28-29, 168-169, Sistematika Laporan Penelitian,
171, 179 xii, xiii, 109, 111-113, 180
Restoring, 40, 179 sistem monarki, 6, 180
Revolution, 14, 179 situasi sosial, 31-33, 45, 50-52,
Robert Fridrichs, 14, 179 55-56, 64, 76, 87-88, 91,
100, 110, 114-117, 119, 180
Robert Kock, 6, 179
snowball sampling, 66, 68-69, 169,
Rokhmah, 40, 81, 159, 179
180
Romlah SN dkk 15, 179
softcopy, 138, 180
rumusan masalah, x, 35, 43, 51-
spekulatif-aksiomatis, 2, 11, 180
54, 94, 109, 113, 115, 121,
130, 168, 174, 179 Spradley, 51, 64, 76, 87, 180
Rumusan masalah komparatif, Stakeholder, 154, 180
51-52, 115, 179 Standar, 110, 145, 148, 150, 180
Studi Kasus Deskriptif, 38, 180

180 Metode Penelitian Kualitatif


Studi Kasus Eksplanatoris, 38, 109-110, 116, 121, 137,
180 145, 160, 162, 165-167, 170,
Studi Kasus Eksploratoris, 38, 176, 180
180 terminologi, 180
Subjek, 6-7, 16-17, 25-27, 31-32, tesa, 7, 180
39-40, 51, 64, 69, 71, 105, tesis, 7, 32, 158, 180
118, 161-166, 170, 180
The felt need, 9, 180
Subjektif, 19-20, 49, 68, 118-119,
The problem, 9, 180
166, 169, 180
Thomas Kuhn, 14-15, 20, 180
Sugiyono, 25-27, 29, 31-33, 44-
tingkat kejenuhan, 181
45, 50, 55, 58, 64, 67, 73-74,
76-77, 79, 86-87, 90-92, 94, tinjauan Pustaka, 109, 116, 181
100, 104-106, 160, 180 tinjauan teoretis, 116, 132, 181
Suharno, 134, 180 top down approach, 134, 181
Sumaryadi, 132, 180 traditional, 15, 181
Suprayogo dan Tobroni, 137, 180 transferabilitas, 181
trial and Errol, 181
T Triangulasi Sumber, xv, 80, 101,
Tabiat, 1, 180 139, 181
Teknik Analisis, xi, xii, 85, 87- Triangulasi Teknik, xv, 80, 102,
88, 90-91, 94-95, 119-120, 181
139, 180 Triangulasi Waktu, xv, 81, 103,
teknik observasi, 71, 73-74, 79, 139, 181
103, 119, 166, 180
Teknik Sampling, xi, xv, 63, 66-68, U
118, 169, 180 uji kredibilitas, 30, 32, 99, 106,
teknik snowball, 65, 180 181
teknik triangulasi, 26, 34, 71, 79, uji validitas, 30, 98, 104, 181
107, 139, 180 Unscientific, ix, 1, 4-5, 12, 181
teknik wawancara, 31, 71, 79, Upgrade, 181
103, 138, 171, 180
up-to-date, 2, 24, 181
tentatif 51, 73, 180
up to date, 59, 181
teori, xi, xiii, 17-18, 30, 32-33,
urgen, 2, 181
40, 44, 55, 57-61, 65, 94,

Indeks 181
V W
Vardiansyah, 14, 160, 181 wawancara mendalam, 28, 31-33,
Variable, 28, 50, 59, 116, 162-163, 39-40, 78, 85, 119, 170, 181
170, 181 world views, 13, 181
variabel bebas, 28, 181
varibel terikat, 181

182 Metode Penelitian Kualitatif


BIODATA PENULIS

Amtai Alaslan, dengan sapaan akrab Bung Allan,


lahir pada tanggal 18 Juni 1985 di Latdalam,
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Mengenyam pendidikan formal pada SD Kristen I
Latdalam (lulus tahun 1998); SMP Negeri 1
Tanimbar Selatan (lulus tahun 2001); dan lulus
SMA Negeri 1 Tanimbar Selatan tahun 2004.
Penulis kemudian melanjutkan studi pada jenjang
Strata Satu S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta dan lulus tahun 2008 dengan
skripsi berjudul “Penerapan Prinsip-prinsip Goodgovenance dalam Pelayan
Kesehatan”.
Selepas meraih Gelar Sarjana Ilmu Politik, aktivitas Bung Allan
lebih banyak dihabiskan untuk mengajar dan menjadi dosen tetap di
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Saumlaki (STIAS) sejak tahun 2008
hingga sekarang. Tahun 2009, Ia berkesempatan untuk melanjutkan
studi S-2 pada almamaternya yakni Program Pascasarjana Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta. Hanya dalam waktu
dua tahun (2011), gelar Magister Sains (M.Si.) diraihnya. Di bawah
bimbingan Dr.Tri Nugroho, Ia merampungkan Tesis-nya yang berjudul
“Kebijakan Relokasi Pasar Talok: Studi Kasus Tentang Relokasi Pasar
Talok di Jalan Tridarma Gendeng Yogyakarta”.

183
Dalam aktivitasnya sebagai dosen tetap STIAS, Ia pernah
dipercayakan untuk menduduki Jabatan Struktural sebagai Wakil Ketua
III Bidang Kemahasiswaan tahun 2012; tahun 2013 menduduki Jabatan
Wakil Ketua I Bidang Akademik; pada tahun 2015-2020 menjabat
sebagai Ketua STIAS. Saat ini Ia dipercayakan sebagai Kepala Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat hingga tahun 2024.
Selain tugas struktural yang pernah diembannya, Ia banyak
melakukan penelitian, baik dalam skala lokal maupun skala nasional.
Tulisan-tulisannya telah dipulikasikan dalam jurnal OTONOMI (STIA
Trinitas Ambon) dan AdBisPower (STIA Saumlaki). Pada tahun 2017,
Penulis berhasil mendapatkan Hibah Penelitian Kompetitif Nasional
melalui skema Penelitian Dosen Pemula dengan Judul “Analisis Nilai-
Nilai Duan Lolat Berbasis Kearifan Lokal Pada Masyarakat Tanimbar
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat”. Pada awal tahun 2021, Penulis
menerbitkan buku dengan judul “Formulasi Kebijakan Publik: Studi Relokasi
Pasar”. Penulis juga telah memperoleh jabatan fungsional akademik
Lektor dalam kajian “Ilmu Politik dan Metodologi Penelitian Sosial
Kualitatif”.
Penulis dapat dihubungi melalui Alamat e-mail: bung_allan@
yahoo.com atau alaslanamtai@gmail.com.

184 Metode Penelitian Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai