UNISSULA PRESS
i
MODEL PENGEMBANGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN
MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM
Penulis:
Dra. Sri Ayuni, M.Si.
Dr. Heru Sulistyo, S.E., M.Si.
Penerbit:
UNISSULA PRESS
Universitas Islam Sultan Agung
Jl. Raya Kaligawe KM.4 Semarang
Telp.Telp. (024) 6583584 – Faks (024) 6582455
ISBN. 978-602-1145-75-3
ii
Persembahanku untuk keluargaku tercinta,
terima kasih atas dukungan dan doa-doanya.
(Sri Ayuni)
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
KATA PENGANTAR
v
digunakan sebagai pengkayaan pengetahuan dan wawasan dalam
mengambil kebijakan dan keputusan, baik Pemerintah maupun para
pelaku UMKM di Jawa Tengah. Kami menyadaribahwamasih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan buku ini, saran dan
masukan kami harapkan dari para pembaca sekalian.
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB 5 || MODEL EMPIRIKORIENTASI KEWIRASUAHAAN,
MODAL SOSIAL,DAN INOVASI ............................................... 48
5.1 Deskripsi Data Empirik Variabel Penelitian .................... 48
5.2 Analisis Struktural Equation Model (SEM) ..................... 50
5.2.1 Pengujian Data Outlier........................................... 50
5.2.2 Uji Normalitas Data ............................................... 53
5.2.3 Pengujian CFA Variabel Eksogen ......................... 55
5.2.4 Pengujian CFA Variabel Endogen ......................... 57
5.2.5 Pengujian Full Model SEM ................................... 59
5.2.6. Uji Kesesuaian Model........................................... 59
5.2.7. Hasil Regression Weight Full Model Struktural .. 63
BAB 6 || PENGUJIAN MODEL PENGEMBANGAN
ORIENTASI ENTREPRENEURIAL, KNOWLEDGE PROCESS
CAPABILITY DAN SOCIAL CAPITAL DALAM
MENINGKATKAN KINERJA UMKM DI JAWA TENGAH .... 68
6.1 Draft Model ................................................................... 68
6.2 Pengujian Model UMKM .............................................. 72
6.3 Analisis SWOT .............................................................. 82
6.4 Implementasi Strategi .................................................... 85
6.5 Implementasi Orientasi Kewirausahaan ........................ 90
6.6 Implementasi Social Capital ......................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 102
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1 || PENDAHULUAN
2
inovasi UMKM melalui kekuatan orientasi entrepreneurial, Social
Capital, knowledge sharing . Hal ini mengingat masih rendahnya
kapabilitas inovasi UMKM yang diakibatkan masih rendahnya
kemampuan untuk berbagi pengetahuan, menggunakan modal
sosial serta orientasi entrepreneurial. Berdasarkan kondisi
tersebut di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah
bagaimana meningkatkan kapabilitas inovasi dan kinerja UMKM
di Jawa Tengah melalui orientasi entrepreneurial, knowledge
sharing, Social Capital, dalam menghadapi masyarakat ASEAN
2016.
3
nasional sebanyak 110 juta orang, 97,16 % bekerja pada sector
UMKM. Rata-rata ekspor non migas UMKM sebesar 17,31 %
dengan pertumbuhan rata-rata 8,41 % per tahun. Dengan demikian
dalam meningkatkan kinerja UMKM handmade / handcraft maka
peran kewirausahaan, kemampuan menggunakan modal social
serta berbagi pengetahuan sangat penting untuk diteliti. Penelitian
yang dilakukan Heru et. al (2015) bahwa organizational
knowledge asset dan customer relationship management
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja IKM di Jawa
Tengah. Penelitian Heru dan Siyamtinah (2014) pada UMKM
tenun Troso Jepara menyimpulkan bahwa relational capital dan
marketing capability berpengaruh terhadap peningkatan
kapabilitas inovasi. Penelitian Heru, Siyamtinah, dan Rahmani
(2010;2011) tentang peningkatan kinerja UKM kota Semarang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
faktor internal, faktor eksternal dan hambatan kemitraan terhadap
kapabilitas inovasi dan kinerja UKM kota Semarang. Social
Capital(hubungan interaksi) sangat penting dalam mempengaruhi
kemampuan inovasi dan kinerja perusahaan (Wu &
Sivalogathasan, 2013). Kemampuan untuk berbagi dan mencari
pengetahuan baru bagi pengembangan para pelaku UMKM relatif
masih rendah, sehingga jarang tercipta inovasi yang berkelanjutan.
Demikian halnya dengan Social Capital, baik internal Social
Capitaldan eksternal Social Capitalbelum dimanfaatkan secara
optimal oleh para pelaku UMKM untuk meningkatkan
kemampuan inovasi dan kinerja UMKM. Berdasarkan kondisi
4
tersebut, maka penelitian ini sangat penting dilakukan untuk
mengembangkan dan memperluas penelitian sebelumnya dengan
memfokuskan aspek orientasi entreprenenur Social Capitalagar
inovasi dan kinerja UMKM Jawa Tengah meningkat dan mampu
mencapai keunggulan bersaing dalam masyarakat ASEAN 2016.
5
1.2 Definisi UMKM
8
terbatasnya sarana dan prasarana, implikasi otonomi daerah, sifat
produk.
10
6. Fashion: terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan
aksesori mode lainnya. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode
lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini
produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, film, dan fotografi: produksi video, film, dan jasa fotografi,
termasuk proses distribusi. Kegiatan kreatif yang terkait dengan
kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi
rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip,
dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan interaktif: kreasi permainan komputer dan video yang
bersifat hiburan, edukasi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video
yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor
permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-
mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi
rekaman suara. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari
rekaman suara.
10. Seni pertunjukan: konten produksi pertunjukan, misal opera, musik
teater, drama, tarian. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha
pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan
balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik
tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain
11
dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata
pencahayaan.
11. Penerbitan dan percetakan: penulisan konten dan penerbitan buku,
majalah, koran, jurnal. Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan
penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah,
tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari
berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai,
uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham,
surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan
khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir
(engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan
lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan komputer dan piranti lunak: layanan komputer, olah data,
piranti lunak. Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan
teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan
data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,
integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti
lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain
portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan radio: kreasi konten acara, transmisi konten, station
relay, dll. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,
produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality
show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten
acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar
kembali) siaran radio dan televisi.
12
14. Riset dan pengembangan: penemuan dan penerapan ilmu dan
teknologi. Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang
menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan
pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk
baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan
teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk
yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan
pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi
bisnis dan manajemen.
13
BAB 2 || PROFIL DAN KINERJA UMKM
14
2.2Penyaluran Kredit UMKM oleh Bank Umum
15
Peningkatan kualitas sumber daya manusia UMKM serta peran
perguruan tinggi dalam pengembangan Bussines Development
Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM. Sasaran
yang akan dicapai adalah jumlah UMKM yang didampingi oleh
BDS-P meningkat.
Pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan
kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah
ada. Sasarannya adalah tersusunnya blue print dan roadmap
pengembangan inovasi UMKM serta penyebaran informasi
mengenai teknologi inovatif bagi UMKM meningkat.
Mendorong berkembangnya institusi promosi dan kreasi produk
UMKM dengan sasaran meningkatnya jumlah market points dalam
meningkatkan promosi produk UMKM di wilayah perbatasan.
Pengembangan cluster, sentra Industri Kecil Menengah (IKM)
melalui pendekatan One Village One Product (OVOP) serta
pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel dengan
sasaran meningkatnya jumlah cluster dan sentra industri kecil yang
dikembangkan dengan pendekatan OVOP.
Pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran peritel
modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM dengan
sasaran terciptanya sinergiitas pelaku pasar yang mendorong
peningkatan peluang produk UMKM.
Menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM dengan sasaran
tersedianya aturan yang jelas mengenai tata cara, prosedur dan
16
persyaratan pemberian insentif perpajakan yang mudah dipahami
oleh UMKM.
17
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak
perbankan.
18
Loan (NPL). Artinya bahwa semakin tinggi jumlah kredit yang
disalurkan Bank kepada UMKM akan semakin mengurangi tingkat
NPL (Anwar,2010). Penelitian yang dilakukan Nurdianita (2015)
menemukan bahwa implementasi PBI No. 14 tahun 2012
meningkatkan efisiensi bank.
20
2.4 Handicraft Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara
22
Gambar 2.4 Produk Kerajinan Mainan Anak
23
Tabel 2.1Profil Mainan Anak Tradisional di Kabupaten Jepara
No Perusa- Tk Jenis Pro- Omzet/ Pemasaran
haan Produk duksi Bulan /Bahan Baku
1 Zoolist 5 Boneka 4.000 11 juta Lokal/lokal
Flanel flanel pcs
2 H. Supono 8 Boneka, 30.000 10 juta Lokal & ekspor /
binatang pcs lokal
Tarik,
pesawat dll
3 Hj. 15 Boneka 48.000 28 juta Lokal/lokal
Amanah pcs
4 Kuati 4 Boneka, 9.000 9 juta Lokal/lokal
othok-othok pcs
5 Solikin 10 Othok- othok 15.000 15,6 Lokal/lokal
pcs juta
6 Mekar 25 Mainan 37.500 37 jutaLokal/lokal
maju kupu-kupu, pcs
lele, buaya,
kelinci
7 Tarmuji 15 Mainan 25.000 25 juta Lokal/lokal
kupu-kupu, pcs
lele, buaya,
kelinci
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara 2013
2.5 Handycraft Monel
25
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar
Kabupaten Jepara 2013
26
BAB 3 || ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN
28
3.2 Studi Empirik Orientasi Kewirausahaan dan Inovasi
30
BAB 4 || SOCIAL CAPITAL DAN
KAPABILITAS INOVASI
31
peneliti berdasar kajian teoritis dan empiris. Modal sosial dianggap
sebagai sebuah kepemilikan jaringan yang tahan lama dari sebuah
hubungan kelembagaan berdasar pengalaman yang menguntungkan
(Bourdieu, 1985). Perusahaan dapat mengembangkan hubungan
dan jejaring melalui sumberdaya yang dimiliki dalam
meningkatkan kinerja organisasi.
Modal sosial juga dapat dipandang sebagai jejaring, norma-
norma dan kepercayaan sosial yang mempermudah koordinasi dan
kerja sama untuk kepentingan satu sama lain di dalam
organisasi(ValeriaSodano et al. 2008). Modal sosial merupakan
modal yang dimiliki oleh sebuah organisasi dalam bentuk
hubungan-hubungan sosial yang dapat dikembangkan dalam
bentuk hubungan formal maupun informal yang merupakan hasil
interaksi satu sama lain dalam mendapatkan reward yang
diinginkan.
Pandangan lain tentang modal sosial dikemukakanoleh
Fukuyama (1999), yaitu merupakan serangkaian nilai-nilai dan
norma-normatertentu yang dimilikibersamadi
antaraanggotasuatukelompok yang
memungkinkanadanyasuatukerjasamadi antaramereka. Sementara
Putnam (2000) mendefiniskan modal sosial sebagai kumpulan fitur
jaringan sosial yang terciptasebagaiakibatdariaktivitaskomunitas
sosial yang terciptasebagaiakibat dari aktivitas komunitas virtual
yang menyebabkan pengembangan norma-norma dan aliran-aliran
sosial yang membantu kerja sama. Dengan demikian, dapat
32
disimpulkan dari berbagai studi teoritis dan empiris, bahwa modal
sosial merupakan sumber daya aktual dan potensial yang mampu
menghasilkan jejaring hubungan kerja yang saling menghargai dan
memaknai, adanya rasa percaya dan saling percaya, kepatuhan pada
norma-norma social, semangat untuk tumbuh bersama dengan
membangun informasi dan memanfaatkannya. Dengan demikian,
modal sosial merupakan jejaring organisasional yang dibangun
berdasarkan norma-norma bersama dengan sistem nilai dan
pemahaman bersama yang dapat memperkuat kerja sama dan
kohesi dalam jangka panjang (Ferdinand, 2005).
Nahapiet and Ghosal (1998) membagi modal sosial
`organisasi kedalam tiga dimensi, yaitu: dimensi struktural,
relasional dan kognitif. Dimensi struktural merupakan hubungan
non personal di antara individu-individu atau unit-unit dalam
organisasi, yang menunjukkan pola hubungan-hubungan dan
interaksi di antara orang-orang dalam organisasi untuk belajar,
berbagi dan bertukarinformasi, ide, dan pengetahuan. Dimensi
relasional merupakan hubungan interpersonal antar individu dalam
organisasi yang memfokuskan pada hubungan-hubungan khusus
seperti rasa hormat dan persahabatanyang
mempengaruhiperilakukaryawandanjugamenunjukkankepercayaan
antarkaryawan, salingmembantuantarkaryawansaatdiperlukan,
kejujuransatusamalain, berbagiperasaan,danmenghormati satu sama
lain. Dimensi kognitif menunjukkan sumber-sumber yang
memberikan interpretasi dan konsep bersama antara individu-
33
individu dalam jaringan sosial yang sama. Hal ini menunjukkan
seberapa besar karyawan memiliki pemahaman dan persepsi yang
jelas terhadap nilai dan tujuan organisasi dan seberapa besar
mereka menerima dan komit terhadap tujuan organisasi.
Menurut Putnam (2000), modal sosial memiliki dua jenis,
yaitu modal sosial internal dan ekternal. Modal sosial internal
merupakan proses internalisasi kegiatan dalam organisasi yang
dibangun secara internal dalam organisasi itu sendiri melalui
berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik berupa
sumber daya manusia, organisasi yang tumbuh dalam sebuah
kompleksitas sosial perusahaan dan kapasitas sosial. Modal sosial
eksternal dibangun melalui kemampuan perusahaan
mengembangkan berbagai jejaring sosial dan lingkungannya,
jejaring kerja di luar organisasi, membangun rasa percaya,
kepatuhan pada norma-norma, serta kohesi sosial dengan
masyarakat.
Beberapa studi empiris telah dilakukan oleh beberapa
peneliti terkait dengan modal sosial. Penelitian yang dilakukan
Abili and Abili (2012) tentang manajemen modal sosial di Iran
yang mencakup dimensi struktural, relational dan cognitive
menyimpulkan bahwa situasi saat ini di UKM Iran tidak
menghendaki adanya modal sosial. Hal ini disebabkan adanya fakta
bahwa di banyak perusahaan, isu-isu teknologi mendapat lebih
banyak perhatian dibandingkan dengan modal sosial terkait.
Penelitian yang dilakukan Noor et. Al (2011) tentang dampak
34
modal sosial terhadap kepuasan kerja tenaga administrasi rumah
sakit di Teheran, Iran menyimpulkan bahwa ada hubungan
langsung yang signifikan dan positif antara kepercayaan dan
kepuasan kerja. Terhadap hubungan tidak langsung yang signifikan
dan positif antara jejaring formal terhadap kepuasan kerja melalui
kepercayaan. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan langsung (hubungan tidak langsung) antara norma-norma
tindakan terhadap kepuasan kerja. Terdapat hubungan langsung
yang signifikan tetapi negative antara tingkat pendidikan dengan
kepuasan kerja. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara modal sosial dengan kepuasan
kerja karyawan, artinya semakin baik modal sosial di organisasi,
maka akan semakin baik pula kepuasan karyawan.
Penelitian yang dilakukan Talavera et al. (2012) terhadap
modal sosial dan akses pembiayaan bank pengusaha China
menyimpulkan bahwa modal sosial memainkan peran penting bagi
pengusaha China dalam mengakses pembiayaan bank. Selanjutnya,
berbagai jenis jaringan sosial mempengaruhi akses pinjaman dari
berbagai bank. Waktu yang dihabiskan untuk mengadakan ramah
tamah dan keanggotaan dalam asosiasi bisnis positif mempengaruhi
pinjaman dari bank komersial. Oleh karena itu,pengusaha swasta di
Chinatidak bolehpuas dengan modal sosial yang terbatas dan
karenanya harus menggali dan memperkuat berbagai hubungan
jaringan.
35
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bagaimana
organisasi mempengaruhi formasi modal sosial di
antarakaryawannya. Salah satunya adalah Leana dan Van Buren
(1999) yang berpendapat bahwa hubungan pemekerjaan yang stabil
dan norma reciprocitymampu memudahkan formasi modal sosial di
antara karyawan. Kemudian Gittel (2000) berpendapat bahwa
praktek sumber daya manusia dapat didesain kembali guna
membentuk koordinasi relasional di antara karyawan yang terlibat
dalam proses kerja. Ketika berjalan secara konsisten pada berbagai
praktek pekerjaan, bentuk redesain tersebut terbukti menghasilkan
sistem kerja berkinerja tinggi. Gittel menunjukkan bahwa praktek
kerja yang didesain kembali, meliputi seleksi, penyelesaian konflik,
penilaian kinerja, desain pekerjaan, dan supervisi diprediksi
meningkatkan koordinasi relasional di antara karyawan. Pernyataan
tersebut ditegaskan kembali oleh Gittell, Seidner dan Wimbush
(2007) yang mengusulkan bahwa praktek kerja yang membentuk
modal sosial di antara karyawan meliputi seleksi, pelatihan,
penilaian kinerja, dan kompensasi berdasarkan kontribusi pada
pencapaian tujuan, penyelesaian konflik, serta mekanisme
koordinasi dan informasi untuk membentuk hubungan. Inilah yang
disebut praktek kerja relasional (relational work practices) yang
tentunya berbeda dengan praktek kerja pada umumnya yang lebih
berfokus pada keahlian dan komitmen karyawan dibandingkan
hubungan antar karyawan. Begitupula Gant, Ichniowski dan Shaw
(2002) berpendapat bahwa praktek sumber daya manusia
36
mempengaruhi outcomes kinerja sebab praktek tersebut
mempengaruhi jaringan sosial karyawan dan pola interaksi dalam
menjalankan pekerjaan. Temuan ini menunjukkan bahwa modal
sosial bisa memediasi hubungan antara praktek kerja berkinerja
tinggi dan outcomes.
Jaringan sosial manajemen puncak menjadi sumber
keunggulan bersaing. Mampu meningkatkan kapabilitas
pemrosesan informasi perusahaan, dan praktek sumber daya
manusia yang meliputi mentoring, insentif, dan penilaian kinerja
dapat didesain guna mendorong pengembangan jaringan sosial
tersebut. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa dampak dari praktek
berkinerja tinggi tersebut bagi kinerja perusahaan dimediasi oleh
kekuatan jaringan sosial manajemen puncak. Meskipun bentuk
modal sosial yang selama ini diuji secara empiris bervariasi, seperti
koordinasi relasional (Gittel, 2000), jaringan komunikasi (Collins
& Clark 2003), dan pembelajaran kolektif (Lopez et al, 2005).
Cognitive Dimension
1. 1.Sosialisasi tujuan dan sasaran dan nilai-nilai
2. Menjalankan misi dan sasaran dengan sepenuh hati
37
3. Kesesuaian nilai-nilai pribadi
4. Menyetujui semua hal penting dari organisasi
5. Memiliki komitmen dalam mencapai organisasi
6. Memiliki persepsi jelas terhadap misi dan sasaran organisasi
Relational Dimension
1. Saling percaya
2. Merasa bagian anggota organisasi
3. Spirit kerja tim
4. Saling menghormati perasaan satu sama lain
5. Saling percaya satu sama lain
6. Memiliki sifat dapat dipercaya
7. Mendiskusikan bila ada masalah
8. Bekerja dengan sungguh-sungguh
9. Menyelesaikan permasalahan pekerjaan dengan teman kerja
10. Secara emosional saling mendukung
11. Saling berbagi rasa
12. Memiliki intensi dan tujuan yang baik
Structural Dimension
1. Mempertimbangkan informasi dan ide dalam menjalankan tugas
pekerjaan
2. Saling mengkritisi secara sehat dan konstruktif
3. Mendiskusikan permasalahan secara sehat dan bermanfaat
4. Bertukar informasi dalam pengambilan keputusan
38
5. Saling membantu rekan kerja
6. Berbagi informasi secara sukarela
7. Saling memberikan informasi
40
Gambar 4.1Unsur-unsur dalam Social Capital
Relational Dimension
1. Saling percaya
2. Merasa bagian anggota organisasi
3. Spirit kerja tim
4. Saling menghormati perasaan satu
sama lain
5. Saling percaya satu sama lain
6. Memiliki sifat dapat dipercaya
7. Mendiskusikan bila ada masalah
8. Bekerja dengan sungguh-sungguh
9. Menyelesaikan permasalahan
pekerjaan dengan teman kerja
10. Secara emosional saling mendukung
11. Saling berbagi rasa
12. Memiliki intensi dan tujuan yang baik
Structural Dimension
1. Mempertimbangkan informasi dan ide
dalam menjalankan tugas pekerjaan
2. Saling mengkritisi secara sehat dan
konstruktif
3. Mendiskusikan permasalahan secara
sehat dan bermanfaat
4. Bertukar informasi dalam pengambilan
keputusan
5. Saling membantu rekan kerja
6. Berbagi informasi secara sukarela
7. Saling memberikan informasi
4.4Kapabilitas Inovasi
42
yang diaplikasikan pada sistem, kebijakan, program, produk, proses
dan pelayanan yang baru pada organisasi (Lin et.al, 2009).
Kapabilitas inovasi juga merupakan kemampuan untuk menyerap
dan menggunakan informasi eksternal untuk di transfer kedalam
pengetahuan baru (Cohen and Levinthal,1990). Kapabilitas inovasi
juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Kapabilitas inovasi merupakan seperangkat karakteristik yang
komprehensif dari organisasi yang memfasilitasi dan mendorong
strategi inovasi (Wu & Sivalogathasan,2013). Weerawardena
(2003) memandang inovasi sebagai modifikasi produk, proses,
pelayanan, sistem organisasi dan sistem pemasaran untuk
menciptakan nilai pelanggan. Kapabilitas inovasi terdiri dari
inovasi teknis dan inovasi administratif (Damanpour, 1991).
Inovasi teknis meliputi produk, pemasaran, pelayanan dan
teknologi yang digunakan untuk membuat produk, penjualan
produk dan pelayanan yang berhubungan dengan aktivitas
perusahaan. Inovasi administrasi berkenaan dengan struktur
organisasi dan proses administrasi yang secara tidak langsung
berhubungan dengan aktivitas organisasi dan banyak berhubungan
langsung dengan manajemen (Damanpour and Evan,1984).
Menurut Lin et.al, (2009), kapabilitas inovasi terdiri dari inovasi
produk, inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan
inovasi administrasi. Penelitian yang dilakukan Wu &
Sivalogathasan (2013) menyimpulkan bahwa kapabilitas inovasi
43
yang tinggi dalam organisasi akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Kapabilitas untuk mengeksploitasi pengetahuan dalam
memperoleh sesuatu yang baru maupun memperbaikinya untuk
dapat menciptakan nilai organisasi atau meningkatkan efisiensi
operasional organisasi. Inovasi merupakan kapabilitas organisasi
yang penting, karena kesuksesan produk baru merupakan mesin
pertumbuhan dan memberikan dampak pada peningkatan
penjualan, laba, dan kekuatan persaingan bagi banyak organisasi
(Pauwels, Silva-Risso, Srinivasan, & hanssen, 2004; Sivadas &
Dwyer, 2000). Beberapa temuan penelitian sepakat bahwa terdapat
hubungan langsung dan positif antara inovasi dengan kinerja
(Thornhill, 2006).
Studi tentang pentingnya inovasi pada UMKM telah banyak
dilakukan oleh para peneliti. Inovasi merupakan penentu kinerja.
Inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM industri yang
berteknologi tinggi maupun rendah (Purcarea et al., 2013).
Perusahaan yang menggunakan pengetahuan yang intensif dan
teknologi tinggi akan lebih banyak melakukan inovasi. Namun
demikian, ada beberapa kendala bagi UMKM untuk melakukan
inovasi dalam meningkatkan kinerja keunggulan kompetitif.
Beberapa kelemahan kapabilitas inovasi UMKM antara lain
(Purcarea et al., 2013)
1. Kekurangan sumber daya keuangan dan akses keuangan
44
3. Tidak cukupnya pengadaan publik untuk mendorong inovasidi
UKM
45
4. Menciptakan pengetahuan baru yang menarik dan menantang
khususnya terkait dengan inovasi, kreativitas, dan strategi.
47
BAB 5 || MODEL EMPIRIKORIENTASI
KEWIRASUAHAAN, MODAL SOSIAL,DAN
INOVASI
49
Social 0,858
Capital
(SC)
SC1 5,11 1,023 0,802 73,003 Tinggi
SC2 5,28 1,053 0,834 75,366 Tinggi
SC3 5,20 0,920 0,718 74,241 Tinggi
SC4 5,32 1,035 0,745 75,984 Tinggi
Innovation 0,865
Capability
(IC)
IC1 5,19 1,047 0,813 74,184 Tinggi
IC2 5,02 0,949 0,765 71,654 Tinggi
IC3 5,19 1,014 0,725 74,072 Tinggi
IC4 5,20 1,042 0,788 74,297 Tinggi
IC5 5,24 0,959 0,652 73,552 Tinggi
Performanc 0,846
e (P)
P1 5,37 0,997 0,781 76,772 Tinggi
P2 5,38 1,001 0,773 76,828 Tinggi
P3 5,27 1,021 0,723 75,253 Tinggi
P4 5,25 1,017 0,764 75,028 Tinggi
Competitive 0,868
Advantage
(CA)
CA1 5,52 1,013 0,803 78,796 Tinggi
CA2 5,38 1,063 0,840 76,884 Tinggi
CA3 4,80 1,018 0,657 68,616 Sedang
CA4 5,46 0,984 0,847 78,065 Tinggi
50
outlierunivarirate memanfaatkan bantuan program SPSS untuk
menstandarisasi data sebelum dianalisis rentang jarak minimum
dan maksimumnya. Data yang ada dalam rentang minimum dan
maksimum ±3.0 tidak mengandung outlierunivariate, diluar
rentang ini berarti terkena gejala outlierunivariate.
51
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Valid N 254
(listwise)
Sumber : hasil analisis data, 2017
Observation Mahalanobis d-
No p1 p2
number squared
1 9 38,336 0,012 0,951
2 161 38,075 0,013 0,832
3 62 37,269 0,016 0,761
4 23 37,104 0,016 0,599
5 12 35,708 0,024 0,716
... ... ... ... ...
... ... ... ... ...
... ... ... ... ...
94 21 22,812 0,354 0,318
52
95 251 22,808 0,354 0,276
96 53 22,776 0,356 0,252
97 108 22,668 0,362 0,274
98 130 22,662 0,362 0,236
99 169 22,475 0,373 0,307
100 178 22,445 0,374 0,281
Sumber : hasil analisis data, 2017
54
5.2.3 Pengujian CFA Variabel Eksogen
Entrepreneur_
EO3 0,916 0,729 0,083 10,979 ***
Orientation
Social_Capita
SC4 1 0,804
l
Social_Capita
SC3 0,8 0,724 0,068 11,725 ***
l
Social_Capita
SC2 1,054 0,833 0,079 13,316 ***
l
Social_Capita
SC1 0,981 0,798 0,073 13,465 ***
l
Entrepreneur_
EO2 1,016 0,789 0,086 11,758 ***
Orientation
Entrepreneur_
EO1 1 0,785
Orientation
Entrepreneur_
EO4 0,978 0,744 0,084 11,699 ***
Orientation
Sumber : hasil analisis data, 2017
Atas dasar hasil olah data seperti yang tersaji pada tabel
regression weight dapat dikatakan semua indikator dari masing
masing variabel laten signifikan pada 0.001, menjadi indikasi
bahwa semua indikator variable eksogen terekstrasi dengan baik
membentuk konstruk-kuntruk pada variable eksogen.
56
5.2.4 Pengujian CFA Variabel Endogen
57
Tabel 5.6Pengujian CFA Variabel Endogen
Std
Estimate S.E. C.R. P
Estimate
Inovation_
IC3 1,18 0,727 0,121 9,793 ***
Capability
P2 Peformance 1 0,776
P3 Peformance 0,953 0,725 0,083 11,525 ***
P4 Peformance 0,998 0,762 0,088 11,305 ***
P1 Peformance 1,001 0,78 0,088 11,407 ***
Competetiv
CA2 e_Advantag 1 0,84
e
Competetiv
CA3 e_Advantag 0,749 0,657 0,067 11,177 ***
e
Competetiv
CA4 e_Advantag 0,934 0,847 0,061 15,285 ***
e
Competetiv
CA1 e_Advantag 0,91 0,802 0,065 14,063 ***
e
Inovation_
IC2 1,161 0,765 0,116 10,014 ***
Capability
Inovation_
IC1 1,362 0,813 0,131 10,407 ***
Capability
Inovation_
IC4 1,315 0,789 0,126 10,462 ***
Capability
Inovation_
IC5 1 0,652
Capability
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Atas dasar hasil olah data seperti yang tersaji pada tabel
regression weight dapat dikatakan semua indikator dari masing
masing variabel laten signifikan pada 0.001, terekstrasi dengan baik
membentuk konstruk-kuntruk pada variable endogen.
58
5.2.5 Pengujian Full Model SEM
60
bukti untuk meniadakan Ho, yang bermakna bahwa tidak ada
perbedaan antara matrik varian/ kovarian sempel dengan matrik
varian/ kovarian populasi.
3. CMIN/DF adalah salah satu ukuran parsimoniusfitindicies. Indek
ini bila dihitung manual dengan cara membagi nilai χ 2 model
dengan derajad bebas model. Chi-squared full model penelitian ini
adalah 207,997 dengan derajad bebas 181, sehingga CMIN/DF
penelitian 1.149. Program Amos sudah menghitung nilai CMIN/DF
ini. Pembanding nilai SCIN/DF adalah Cut of value ≤2.0. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini fit sesuai
dengan Cut of value yang disarankan kurang atau sama dengan 2.0.
4. GFI,adalah indeks kesesuaian model yang dihitung dari residul
kuadrat model yang diprediksi dibandingkan dengan data yang
sebenarnya. Indeks GFI yang semakin mendekati 1 menunjukan
indeks model yang semakin yang baik. GFI dalam penelitian ini
sebesar 0.928 di mana masih di atasCut of value 0,90, namun
termasuk dalam tingkatan yang fit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model memiliki indeks fit.
5. AGFI, adalah indeks modivikasi dari GFI. AGFI adalah GFI yang
disesuaikan dengan rasio dari degreeoffreedom model yang
diajukan dengan degree of freedom dari null model (model
konstruk tunggal dengan semua indikator pengukuran konstruk).
Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥0.90. AGFI dalam
penelitian ini diperoleh nilainya sebesar 0.908, sehingga model
dapat dikatakan fit.
61
6. TLI, indeks adalah indeks kesesuaian incremental yang
membandingkan model yang diuji dengan null model. Indek
kesesuaian ini kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. Nilai
penerimaan yang direkomendasikan adalah TLI ≥0.95. Hasil
analisis diperoleh TLI sebesar 0.987 yang dapat disimpulkan
bahwa model fit atau baik.
62
Signifikansi
> 0,05 Baik
Probability 0,082
CMIN/DF 1,149 ≤ 2.0 Baik
GFI 0,928 >0,90 Baik
AGFI 0,908 >0,90 Baik
TLI 0,987 >0,95 Baik
CFI 0,989 >0,95 Baik
RMSEA 0,024 ≤0.08 Baik
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Std
Estim
Estim S.E. C.R. P
ate
ate
Inovation_
Social_Capital ,149 ,198 ,052 2,851 ,004
Capability
Inovation_ Entrepreneur_
,317 ,381 ,063 4,993 ***
Capability Orientation
Peformanc
Social_Capital ,149 ,160 ,065 2,293 ,022
e
Peformanc Entrepreneur_
,159 ,154 ,079 2,017 ,044
e Orientation
Peformanc Inovation_Cap
,406 ,328 ,102 3,998 ***
e ability
Competeti
ve_Advant Peformance ,344 ,298 ,088 3,895 ***
age
Competeti
Inovation_Cap
ve_Advant ,445 ,312 ,110 4,029 ***
ability
age
Sumber: Data primer yang diolah 2017
63
Struktur persamaan hubungan kausalitas jika disajikan dalam
bentuk standardized adalah seperti pada persamaan berikut ini.
IC = 0,198 SC + 0,381EO + δ1
p = 0,04 p = ***
sig sig
P = 0,160SC + 0,154 EO + 0,328IC + δ2
p = 0,022 p = 0,044 p =***
sig sig sig
CA = 0,298 P + 0,312IC + δ2
p = *** p =***
sig sig
64
Parameter estimasi pengujian pengaruh EO terhadap IC (β 2),
menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai standardized
estimate β2 = 0,381, dan critical ratio (CR) sebesar 4,993 serta p-
value = ***. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat penerimaan
hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi < 0,05 (P =
***). Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 2 (H2),
artinya pengaruh EO terhadap ICtelah terbukti signifikan. Ini
berarti bahwa semakin tinggi derajad EO yang dilakukan oleh
UMKM, maka semakin tinggi pula ICyang dilakukan UMKM.
65
estimate β4 = 0,198 dan critical ratio (CR) sebesar 2,851 serta p-
value = 0,004. Nilai-nilai tersebut telah memenuhi syarat
penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi
p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis 4
(H4), artinya pengaruh SC terhadap ICtelah terbukti signifikan.
Ini berarti bahwa semakin tinggi derajad SC yang dilakukan oleh
UMKM, maka semakin tinggi pula Pyang dilakukan UMKM.
66
penerimaan hipotesis yaitu nilai CR>1,96 pada tingkat signifikansi
p-value<0,05. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak hipotesis
6 (H6), artinya pengaruh P terhadap CA telah terbukti signifikan.
Ini berarti bahwa semakin tinggi derajad P yang dilakukan oleh
UMKM, maka semakin tinggi pula CAyang dilakukan UMKM.
67
BAB 6 || PENGUJIAN MODEL
PENGEMBANGAN ORIENTASI
ENTREPRENEURIAL, KNOWLEDGE
PROCESS CAPABILITY DAN SOCIAL
CAPITAL DALAM MENINGKATKAN
KINERJA UMKM DI JAWA TENGAH
68
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwaOrientasi
entrepreneurial berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas
inovasi dan kinerja UMKM kerajinan tangan di Jawa Tengah. Para
pengusaha UMKM perlu memiliki kemampuan inovasi yang baik,
pro aktif dalam mnghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan
serta berani mengambil resiko. Hasil penelitian mendukung temuan
Elenurm, Ennulo dan Laar (2007) terkait inovasi dan Li, Ching-
Yick Tse dan Yan Gu, 2006; Zhang dan Li, 2007; Matsuno,
Mentzer dan Özsomer, 2002) terkait kinerja.Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa Social Capital berpengaruh signifikan
terhadap kapabilitas inovasi dan kinerja UMKM di Jawa Tengah.
Apabila dalam organisasi UMKM di Jawa Tengah , nilai-nilai yang
dimiliki sudah sesuai dengan harapan karyawan serta semua
kebijakan dan program prioritas pengembangan usaha juga sesuai
maka akan memudahkan peningkatan kapabilitas inovasi dalam
rangka mencapai kinerja yang lebih baik. Dukungan emosional
untuk saling mendukung, saling percaya antar karyaean dan
manajemen akan memudahkan peningkatan kinerja. Hasil
penelitian mendukung temuan Leana and Phil (2006) yang
menyimpulkan bahwa Social Capital berpengaruh signifikan
terhadap kinerja organisasi serta mendukung temuan Penelitian
Famoso et al. (2014). Temuan penelitian sejalan dengan temuan
Ellinger et al. (2012) bahwa terdapat pengaruh Social Capital
dengan kinerja karyawan dalam organisasi serta temuan Susaana
and Marques (2013) menyimpulkan bahwa Social Capitalmampu
69
memfasilitasi pengembangan inovasi dengan melibatkan
innovation enablers.
70
menjadi faktor yang sangat penting dalam menciptakan
kemampuan inovasi. Keberanian untuk melakukan inovasi produk,
menginisiasi berbagai terobosan baru dalam mengembangkan
usaha dan keberanian mengambil resiko menjadi kunci dalam
meningkatkan kapabilitas inovasi. Untuk mengatasi kondisi ini,
maka diperlukan perubahan sikap dan perilaku para pelaku usaha
UMKM melalui berbagai pelatihan dan pendampingan baik oleh
pemerintah daerah, pemerintah pusat khususnya dinas koperasi dan
UMKM, perguruan tinggi dan asosiasi para pelaku UMKM.
Peningkatan sof skills diperlukan agar terjadi perubahan mindset
dalam berbisnis di era kompetisi yang sangat ketat sekarang ini.
Pemerintah daerah melalui dinas koperasi dan UMKM, dinas
perdagangan perlu secara periodic memonitor perkembangan usaha
UMKM kerajinan tangan, memberikan bantuan pendanaan
kelompok agar dapat dikembangkan dalam skala usaha yang lebih
besar. Selama ini pemasaran dan penjualan produk kerajinan
tangan hanya menunggu para pembeli yang datang, dengan
pesanan yang lebih besar dan diekspor ke Malaysia dan beberapa
Negara. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemasaran dan net
working para pelaku UMKM masih lemah. Mereka tidak memiliki
inovasi pemasaran yang berorientasi pasar, desain produk yang
tidak berbasis konsumen dan kurangnya pengetahuan untuk
melakukan inovasi. Pemerintah daerah bisa memfasilitasi berbagai
pelatihan dan pendampingan tentang orientasi kewirausahaan ,
kemampuan melakukan inovasi produk dan proses. Perguruan
71
tinggi dapat berkontribusi dengan menerjunkan para tenaga
akademisi yang kompeten di bidang pemasaran, keuangan serta
teknologi IT. Secara spesifik penguatan orientasi kewirausahaan
UMKM kerajinan tangan difokuskan pada kemampuan inovasi,
menumbuhkan sikap proa aktif serta keberanian dalam mengambil
resiko. Pelatihan bisa melibatkan para praktisi pengusaha besar /
menengah yang sudah sukses dan pernah jatuh bangun dalam
menjalankan usahanya, Dosen di bidang psikologi dan ekonomi
serta para motivator yang mampu merubah mind set para pelaku
UMKM.
72
Gambar 6.2Pemateri FGD terdiri dari Tim Peneliti,Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan UMKM Kota
Pekalongan
74
bisnis.Ketidakmampuan UMKM dalam meningkatkan kinerja dan
keunggulan bersaing disamping dipengaruhi oleh faktor orientasi
kewirausahaan, juga faktor modal social, adaptasi terhadap
perubahan lingkungan, inovasi, serta memanfaatkan peluang-
peluang yang ada. Kinerja, daya saing dan keunggulan bersaing
sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menerapkan
orientasi kewirausahaan kedalam aktivitas strategi yang akan
menentukan tujuan dan penciptaan kinerja secara superior (Hui Li,
et al., 2009). Beberapa permasalahan tentang orientasi
kewirausahaan baik kemampuan inovasi, pro Aktif, keberanian
mengambil resiko serta modal social antara lain sebagai berikut:
Masih rendahnya inovasi dalam desain dan motif produk
batik/tenun, sementara saat ini berkembang motif batik
kontemporer yang mulai disukai oleh masyarakat. Belum ada
keberanian untuk membuat desain-desain inovatif diluar motif-
motif tradisional karena ketakutan produknya tidak laku.
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia para
pengusaha UMKM, termasuk karyawan yang memproduksi batik /
tenun, sehingga rendahnya pengetahuan mereka berdampak pada
proses penciptaan inovasi produk. Hal ini disebabkan ketrampilan
membatik dan menenun dilakukan secara turun temurun tanpa
adanya pelatihan ketrampilan yang berkesinambungan baik dari
para pengusaha, asosiasi maupun pemerintah kota Pekalongan.
Belum adanya sikap pro aktif (proactiveness) dalam melakukan
riset pasar yang memadai untuk merespon perubahan preferensi
75
konsumen, perubahan trend konsumen, tindakan yang dilakukan
oleh para pesaing, sistem pemasaran berbasis e-commerce, peluang
dan ancaman yang dihadapi saat ini, sehingga produk yang dibuat
hanya berdasarkan ide / gagasan dari para pelaku UMKM yang
seringkali tidak cocok dengan permintaan pasar.
Keberanian mengambil resiko (managing risks) sangat rendah,
sehingga tidak ada keberanian untuk melakukan inovasi baru
terhadap desain dan produk karena takut akan gagal atau rugi.
Demikian juga adopsi terhadap penggunaan teknologi dalam
marketing juga rendah karena takut mengeluarkan biaya yang
sangat mahal, sementara penjualan produk penjualannya rendah.
Budaya masyarakat pengusaha UMKM yang masih enggan
mengikuti perkembangan teknologi informasi sebagai strategi
dalam bidang produksi maupun pemasaran. Belum optimalnya
promosi produk unggulan UMKM yang disebabkan oleh masih
rendahnya kolaborasi manajemen dengan pihak lain serta jejaring
pemasaran yang masih bersifat tradisional yang belum berbasis e-
commerce.
Rata-rata managerial skill yang masih lemah karena pengetahuan
manajemen tentang perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan belum dimiliki hampir mayoritas para pengusaha
UMKM di Pekalongan. Hal ini disebabkan oleh sifat usaha yang
turun temurun.
Kemampuan konseptual skill dalam merumuskan kebijakan dan
strategi usaha yang efektif juga masih relative rendah.
76
Mayoritaspara pengusaha UMKM belum memiliki perencanaan
dan eksekusi strategi yang jelas dan tepat dalam mencapai
keunggulan bersaing.
Kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat belum
banyak dimiliki oleh para pengusaha UMKM. Mereka cenderung
lambat dalam merespon perubahan, sehingga keputusan yang
diambil seringkali tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada.
Kemampuan dalam mengelola waktu dengan baik juga masih
belum dimiliki para pengusaha UMKM, khususnya kemampuan
untuk menepati pesanan dari konsumen. Seringkali pesanan di
penuhi tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penguasaan teknologi yang masih rendah, sehingga ketika era
persaingan sudah berbasis pemasaran on line, para pengusaha
UMKM enggan untuk belajar dan mengadopsi sistem pemasaran
berbasis teknologi informasi.
Modal social yang berupa modal structural yang dimiliki para
pengusaha UMKM masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
belum banyaknya lembaga atau kelompok antar pengusaha UMKM
yang saling berinteraksi satu sama lain untuk memajukan usaha dan
menjalin komunikasi.
Nilai-nilai, sikap dan keyakinan yang mempengaruhi kepercayaan,
solidaritas dan resiprositas yang mendorong ke arah terciptanya
kerja sama antar pengusaha UMKM guna mencapai tujuan bersama
masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kompetisi
harga yang kurang sehat untuk mencapai target penjualan.
77
Berdasarkan beberapa permasalahan dan kelemahan yang
ada, Pemerintah Kota Pekalongan telah melakukan beberapa
langkah strategis dalam meningkatkan kinerja UMKM, di
antaranya: mengembangkan layanan cyber UMKM yang mencakup
edukasi pengetahuan pemasaran on line melalui pelatihan online
marketing, akses pemasaran e-commerce sebagai sarana pemasaran
produk, akses lembaga pembiayaan serta mempromosikan produk
UMKM ke media sosial.Pemasaran online merupakan segala usaha
yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa
melalui atau menggunakan media Internet atau jaringan www
(World Wide Web). Dengan menggunakan pemasaran on line,
UMKM batik dan tenun Pekalongan dapat melakukan perubahan
dengan cepat baik grafis maupun kata-kata ketika terjadi kesalahan.
Disamping itu juga, melalui pemasaran on line, lebih mudah
menentukan sasaran pasar berbasis faktordemografis seperti,
gender, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Melalui berbagai media on line seperti blogging, email, media
sosial maka akan mempermudah konsumen untuk memperoleh
banyak informasi, pengetahuan produk serta cara memperoleh
produk tersebut. Manajemen kolaborasi dan jejaring dilakukan
dengan melakukan kemitraan dengan ritel modern untuk
memasarkan produk mikro kecil menengah. Sinergitas dilakukan
antara perusahaan retail PT. Indomarco Prismatama (Indomaret)
dengan pemerintah kota Pekalongan. Inovasi pemasaran dilakukan
78
dengan mengadakan Pekalongan Batik Night Market yang diikuti
oleh 50 pelaku UMKM dalam rangka meningkatkan kinerja
penjualan batik di Pekalongan. Kegiatan ini menggabung antara
kuliner, belanja batik, fashion show.
Pengujian model Pengembangan Orientasi Entrepreneurial,
Knowledge Process Capability Dan Social Capital Dalam
Meningkatkan Kinerja UMKM Di Jawa Tengah juga dilakukan
melalui focus group discussion (FGD) di Dinas Koperasi, UKM,
tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Jepara. FGD
menghadirkan naras sumber dari DISKOPUKMNAKERTRANS
Jepara, Dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Jepara
serta 20 pengusaha UMKM dari industri mainan anak, batik tenun,
kerajinan monel dan kerajinan kayu. UMKM di Kabupaten Jepara
menghadapi beberapa permasalahan antara lain:
1. Menurunnya kualitas produk akibat tingginya permintaan
produk tanpa memikirkan dampaknya terhadap pemasaran
berikutnya.
81
Gambar 6.3Diskusi para pelaku UMKM Jepara dengan nara
sumber
Kelemahan:
Banyak UMKM yang belum memiliki legalitas usaha
Belum memanfaatkan pengetahuan teknologi informasi
dalam bidang desain produk, proses dan pemasaran.
Pengetahuan tentang manajemen usaha, penyusunan strategi
dan proses pemasaran hasil produksinya yang masih rendah.
Banyak hasil desain produk yang dihasilkan tidak
didaftarkan hak kekayaan intelektual baik paten, merk
dagang, desain.
Manajemen usaha yang masih lemah, khususnya terkait
dengan pengetahuan pengelolaan manajemen keuangan
usaha.
Terbatasnya modal yang dimiliki serta pengetahuan akses
ke lembaga keuangan oleh pelaku UMKM.
Lambat dalam merespon perubahan lingkungan, khususnya
terkait dengan produk yang sesuai dengan selera konsumen
(voice of customer).
Jejaring dengan pasar nasional dan internasional masih
belum optimal.
Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian
dan pengalaman masih kurang.
83
Budaya para pelaku UMKM yang sulit menerima
perubahan dan merespon dengan cepat perubahan,
khususnya terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
Jiwa entrepreneurship masih rendah, khususnya terkait
dengan keberanian mengambil resiko.
Nilai tambah produk yang masih rendah.
Faktor Eksternal
Peluang:
Potensi pasarindustri kerajinan tangan sangat besar dan
belum terlayani secara maksimal.
Perkembangan preferensi masyarakat yang menyukai
produk kerajinan tangan semakin meningkat.
Potensi permintaan produk handycraft dari negara-
negaraASEAN yang semakin meningkat.
Daya beli masyarakat yang semakin meningkat.
Dukungan pemerintah kabupaten / kota, provinsi dan
pemerintah pusat terhadap pengembangan industri kreatif
khususnya di bidang fashion (batik) dan kerajinan tangan.
Adanya kebijakan penyaluran dana bagi UMKM melalui
KUR.
Iklim usaha bagi pelaku UMKM yang kondusif.
Dukungan kebijakan dan pendampingan UMKM yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten.
84
Banyaknya wisatawan domestik dana asing yang
berkunjung di obyek wisata daerah.
Ancaman:
Banyaknya produk-produk pesaing dari mancanegara yang
masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah.
Rendahnya kesadaran masyarakat di daerah dimana UMKM
berada untuk membeli produk kerajinan tangan yang ada.
Banyaknya produk pesaing yang berbasis teknologi yang
lebih menarik, canggih dan modern.
Pengetahuan dan budaya masyarakat daerah yang sudah
melek teknologi.
Produk inovatif dari para pesaing yang sangat bervariatif
yang didukung dengan teknologi.
Masih rendahnya perlindungan usaha dari Pemerintah
terhadap bisnis UMKM.
Skema pembiayaan usaha UMKM dengan bunga lunak
yang masih sulit dalam implementasinya.
85
1. Strategi S-O, yaitu menggunakan kekuatan yang ada untuk
memanfaatkan peluang. Strategi yang cocok adalah strategi
pertumbuhan / aggressive.
Melakukan penetrasi pasar dan produk dengan
mempertahankan harga yang murah melalui pemasaran on
line agar mampu memperluas akses pemasaran baik
domestic maupun internasional. Setiap pelaku UMKM perlu
membuat WEB dan e-commerce agar mampu mendisplay
produk-produknya dan memudahkan konsumen melakukan
pemesanan
Melakukan inovasi produk berkelanjutan dan peningkatan
kualitas yang didukung dengan pemanfaatan teknologi
dalam desain dan proses produksi agar mampu menembus
pasar internasional.
Mengembangkan rantai manajemen pasokan agar bahan
baku diperoleh dengan kualitas baik dan murah sehingga
menghasilkan haarga yang murah untuk dapat menembus
segmen pasar internasional yang terbuka lebar.
Selalu meningkatkan kapabilitas dan ketrampilan inovasi
produk melalui kemitraan dengan para stakeholders yang
ada baik melalui program pelatihan, BIMTEK, CSR serta
pendampingan oleh pemerintah maupun perguruan tinggi.
Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia serta investasi pada peralatan berbasis teknologi
melalui skema pembiayaan lunak dari pemerintah
86
Meningkatkan mutu dan kualitas produk industri kreatif
kerajinan tangan.
2. Strategi S-T (strategi diversifikasi)
Menggunakan bahan baku serta alternatifnya yang diperoleh
dari berbagai supplier yang paling murah dan berkualitas
(khususnya tersedia di daerah) sehingga mampu
mempertahankan hrga yang lebih murah.
Mengembangkan kemampuan manajemen dan inovasi
produk para pelaku UMKM melalui berbagai kegiatan
pelatihan agar mampu menghasilkan produk-produk yang
lebih inovatif.
Melakukan promosi yang lebih inovatif di daerah-daerah
wisata dengan mendirikan gerai-gerai penjualan bekerja
sama dengan dinas pariwisata.
Frekuensi pameran produk-produk hasil UMKM lebih
ditingkatkan melalui berbagai kegiatan festival, pameran
agar menarik bagi warga setempat untuk membeli produk.
Menggunakan perangkat teknologi dalam produk dan
prosesnya agar menghasilkan produk dengan nilai tambah
yang tinggi.
3. Strategi W-O (turnaround strategy). Strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
Meningkatkan legalitas usaha UMKM agar lebih mudah
memperoleh pembiayaan lunak dari lembaga perbankan
87
dalam meningkatkan kapasitas, nilai tambah produk yang
didukung dengan perangkat teknologi.
Menggunakan bantuan teknologi dalam desain produk,
produksi dan pemasaran on line secara bertahap.
Mendaftarkan setiap desain produk dan hasil produk agar
memperoleh hak kekayaan intelektual (HKI), khususnya
hak paten dan merk dagang.
Mengubah budaya yang siap melakukan perubahan dan
berani mengambil resiko usaha melalui penguatan motivasi
dan entrepreneurship oleh pemerintah kabupaten maupun
perguruan tinggi.
Meningkatkan jejaring pemasaran nasional maupun
internasional dengan penggunaan e-commerce.
Peningkatan pengetahuan manajemen usaha, pengelolaan
manajemen keuangan, strategi pemasaran yang diadakan
oleh pemerintah kabupaten maupun perguruan tinggi.
Meningkatkan daya saing produk UMKM melalui
peningkatan produktivitas yang berbasis produk unggulan
daerah, berdaya saing global dan berorientasi ekspor.
Pengembangan jejaring (networking) kerja antara
pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi serta pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya.
Meningkatkan kredibilitas kelembagaan koperasi dan
UMKM dalam mengakses peluang pendanaan pada
lembaga perbankkan maupun non perbankan
88
4. Strategi WT (Mendukung Strategi Defensif).Strategi ini
didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman
Meningkatkan efisiensi produksi melalui pengelolaan rantai
pasokan bahan baku, ssstem promosi dan pemasaran
sehngga dihasilkan biaya yang rendah, sehingga tercipta
harga yang murah.
Mensosialisasikan penggunakan teknologi informasi dalam
mendukung proses bisnis UMKM melalui berbagai
pertemuan formal (antara asosiasi / paguyuban) maupun
pertemuan informal.
Mempelajari dan membuat ijin paten guna mendapatkan
perlindungan usaha baik dari monopoli
maupun dari
ekspansi eksternal dari pemerintah.
Memperbaiki manajemen internal UMKM agar mudah
untuk mendapatkan pendanaan bunga
lunak dari
pemerintah dengan mempersiapkan prasyarat dari prosedur
pendanaan.
89
pengembangan kapabilitas manajemen pengetahuan, kolaborasi
manajemen serta peningkatan kapabilitas inovasi.
90
Motivasi, perubahan mindset dan sikap kewirausahaan
(Extra Ordinary Entrepreneur, Human Excellence for
Entrepreneur).
Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang
bisnis, dan HAKI.
Menciptakan dan Memulai Usaha Baru
Merumuskan ide bisnis (Merumuskan Ide Bisnis Berbasis
Visi dan Passion )
Sumber-sumber modal
Teknik mengelola Usaha (teknik Mengelola Usaha yang
Berkelanjutan, Strategi Menemukan Pasar dan
mengeksekusi strategi yang efektif , Business Roleplay,
Business Spy.
Social Entrepreneurship, Ecological Entrepreneurship,
Government Entrepreneurship
Menyusun rencana bisnis
Model dan Analisis Kelayakan Bisnis
92
oleh perguruan tinggi bekerja dengan dengan dinas koperasi
dan UMKM dalam bentuk kegiatan pengabdian
masyarakat.Beberapa bentuk strategi pemasaran on line antara
lain melalui: toko-toko online/virtual, media sosial facebook,
blogging/konten website, e-mail marketing, dan situs-situs
penyedia iklan seperti Google Adwords, Facebook Ads, SEO,
Instagram Ads.
Membentuk pusatCyber UMKM sebagai media komunikasi
untuk melakukan konsultasi dan pendampingan bagi UMKM
dalam menggunakan pamasaran online, pemasaran e-
commerce, sistem promosi online, sistem pasokan bahan baku
berbasis online, manajemen stok persediaan berbasis online
serta akses ke lembaga pembiayaan.
Masing-masing UMKM harus menyediakan sumber daya
manusia (admin) yang khusus menangani pemasaran on line
agar informasi selalu up to date.
Pemerintah kabupaten juga menyediakan khusus
WEB/pemasaran internet atau situs toko onlineyang digunakan
untuk mempromosikan seluruh produk UMKM berdasarkan
kelompok jenis usaha.
Secara berkelanjutan memberikan perubahan mindset para
pengusaha UMKM kearah ekonomi digital melalui berbagai
pelatihan / pertemuan informal maupun dengan asosiasi
pengusaha UMKM.
Secara berkala perguruan tinggi dan pemerintah kabupaten
93
melakukan monitoring dan evaluasi serta pendampingan
pemasaran on line setiap pelaku UMKM.
95
Inovasi Desain produk berbasis suara konsumen dengan
menggunakan metode Quality Function Deployment(QFD)
dengan bantuan software QFD.
Inovasi kualitas
Inovasi manajemen persediaan
Inovasi Supply Chain Management
Inovasi teknologi dalam desain dan proses produksi
96
adanya ikatan jaringan antara orang yang berbeda, konfigurasi
jaringan formal dan / atau informal dan kepadatan dan konektivitas
jaringan.Dimensi kognitif menangkap konsep norma bersama,
sistem makna dan nilai sehingga dimensi kognitif secara langsung
mempengaruhi perkembangan modal sosial dan pengembangan
hubungan. Tsai dan Ghoshal (1998) menunjukkan bahwa modal
kognitif diwujudkan dalam visi bersama dan tujuan kolektif dari
mitra organisasi dan diringkas oleh persepsi, harapan, dan
interpretasi bersama.
100
2. Memfasilitasi networking dengan para pemasok dan konsumen
nasional maupun internasional.
3. Mengadakan pameran produk secara bersama-sama yang
melibatkan pemerintah daerah.
4. Memfasilitasi pertukaran pengetahuan baru melalui pertemuan
formal yang rutin.
5. Memfasilitasi UMKM dengan pemerintah daerah untuk ikut
mengembangkan dan melakukan pembinaan usaha.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
Camps Susanna, Pilar Marques (2013), Exploring how Social
Capital faclities innovation: the role of innovation enablers.
Technological Forecasting & Social Change, pp. 325-348.
103
Ellinger Alexander E, Carolyn Findley Musgrove, Andrea D
Ellinger, Daniel G Bachrach, Ayse Banu Elmadag Bas, Yu
LinWang (2012), inluences of organizational investments in
Social Capital on service employee commitment and
performance, Journal of Business research. 66, pp.1124-
1133
Lee Jia Sheng & Chia Jung Hsich (2010), A Research In relating
Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative
Capability and Sustained Competitive Advantage, Journal
of Business & Economic Research, September, 109-119.
105
Innovation, Journal of Management Research, Vol. 11,
No. 1, April 2011, pp. 20-30
106
Nguyen Q., Neck A., &Nguyen T. (2008). The Inter-
RelationshipbetweenEntrepreneurialCulture,Knowledge
Management andCompetitive
AdvantageinaTransitionalEconomy.[Online]
Available:http://www.arts.monash.edu.au.pdf(February
26,2011).
107
Wingwon, B. (2012).Effects of Entrepreneurship, Organization
Capability, Strategic Decision Making and Innovation
toward the Competitive Advantage of SMEs Enterprises.
Journal of Management and Sustainability Vol. 2, No. 1;
March 2012.
108
109