Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun sehat atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan, untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan
maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai
dengan persyaratan kesehatan.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat
penting dilakukan dalam rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit
yang mempunyai pengaruh terhadap proses penyembuhan pasien dan
sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi mutu lingkungan rumah
sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit merupakan
salah satu bentuk kontribusi rumah sakit dalam rangka melestarikan
lingkungan, disamping mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan bagi masyarakat disekitar rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
mempunyai urutan proses sebagai berikut yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), menggerakan (actuating), dan pengawasan
atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit menurut PERMENKES RI No.1204 / MENKES /
SK / X / 2004 dan PERMENKES RI No. 07 /MENKES/SK/II/2019.
Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit memerlukan
keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah sakit, dan juga
dukungan dari pihak manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan
Kesehatan Lingkungan ini disusun untuk memberikan pedoman bagi
petugas rumah sakit dalam menjalankan kegiatan penyehatan lingkungan di
rumah sakit.

1
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit
adalah rendahnya angka infeksi nosokomial. Untuk mencapai hal tersebut
maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di RSU Sufina Aziz dengan cara
melakukan pengolahan lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat dilakukan dengan proses
kimia atau fisika maupun biologis.
Untuk mencapai tujuan kualitas mutu pelayanan rumah sakit,
terutama pencegahan risiko dan gangguan kesehatan, maka RSU Sufina
Aziz memandang perlu menyusun pedoman pelayanan Kesehatan
Lingkungan di RSU Sufina Aziz.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan pelayanan
Kesehatan Lingkungan yang bermutu dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi terutama pencegahan risiko dan gangguan
kesehatan di RSU Sufina Aziz.
2. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana Rumah Sakit.
3. Sebagai dasar pembuatan struktur organisasi dan pembagian tugas
pokok dan fungsi Kesehatan Lingkungan.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman prosedur pelaksanaan Unit Kesehatan
Lingkungan di setiap ruangan di RSU Sufina Aziz.
b. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di
RSU Sufina Aziz.
c. Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas
bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan Pengolahan

2
Limbah, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan penimbun, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.

C. Ruang Lingkup
1. Penyehatan Ruang Bangunan
Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan
untuk menciptakan suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan sehat di
lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang
berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung,
dan juga karyawan rumah sakit. Kondisi ruang bangunan ini, sangat
dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan pengaturan
pengisian atau penggunaan ruang itu sendiri. Ruang bangunan dan
halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di
dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit, yang
dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit,
yaitu:
1. Zona dengan Risiko Rendah:
meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang
perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
2. Zona dengan Risiko Sedang:
meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang
ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
3. Zona dengan Risiko Tinggi:
meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang
bedah dan ruang jenazah.
Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan
kegiatan perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau

3
kondisi ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya atau risiko
minimal untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah kesehatan
keselamatan kerja.
Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut,
antara lain:
1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:
 Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
 Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
 Penataan ruangan
 Kualitas udara ruangan 
 Pencahayaan, 
 Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
 Kebisingan
 Fasilitas sanitasi rumah sakit
2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan
halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan dan

2. Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk


dapat melanjutkan kehidupannya. Makanan dan minuman yang
dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal, juga
harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan
pencemar/kontaminan baik secara fisik, biologi, maupun kimia. Kegiatan
Penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit,
menekankan terwujudnya kebersihan makanan dan minuman dalam jalur
perjalanannya sampai menjadi makanan dan minuman yang siap saji.
Tujuan penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah
sakit adalah tersedianya makanan dan minuman yang berkualitas baik dan
aman bagi pasien/konsumen serta terwujudnya perilaku kerja yang sehat

4
dan hygienis dalam menangani makanan dan minuman, sehingga
pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan penyakit/gangguan
kesehatan dan keracunan.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan


minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah
sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah sakit.
Penyehatan Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya.

1. Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman,


antara lain:
2. Tempat:  Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
3. Penjamah makanan
a. Membuat SPO tentang persyaratan seorang penjamah makanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan (termasuk usap dubur) bagi
penjamah makanan
4. Makanan
a) Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan,
pengolahan, pengangkutan dan penyajian
b) Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)
5. Peralatan
a. Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara
pembersihan dan cara penyimpanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).
 

3. Penyehatan Air.
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih

5
dan dapat diminum apabila dimasak. Sedangkan air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jumlah
kebutuhan air minum dan air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah sakit
adalah 500 liter/tempat tidur/ hari. Jumlah ini harus terpenuhi sehingga
kebutuhan air minum dan air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi
semua kegiatan medis dan non medis. Upaya penyehatan air di rumah
sakit bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum dan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga perlu adanya pengawasan
kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai
keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar
pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Kualitas air
tersebut, harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif.
Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air mencakup:
a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di rumah sakit
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c. Analisis hasil pemeriksaan air
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil
kegiatan a, b, dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya
penanggulangan/perbaikan.
4. Pengelolaan Limbah.
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit
adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan
sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah
berbagai unit/instalasi yang ada dirumah sakit
Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat
dibedakan yaitu:

6
a) Limbah padat
Adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit, yang terdiri dari:
I. Limbah padat non medis
Adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
tehnologinya.
II. Limbah padat medis
Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan
dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
a. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis),
antara lain:
Minimalisasi limbah padat, meliputi:
 Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
 Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi
bahan berbahaya dan beracun
b. Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang
limbah padat
c. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat
b) Limbah cair.
Adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran air, pihak
rumah sakit diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku
mutu lingkungan. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah
adalah BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai
dengan persyaratan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:

7
a. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre
treatment
b. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.
c. Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia
sebulan sekali.
d. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik)
setiap 3 bulan sekali.
c) Limbah gas.
Adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
Limbah gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :
a. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam
berat, dan dioksin yang dilakukan 1 (satu) kali setahun
b. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk
pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan mengurangi
jelaga.
c. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas dan debu.
iv. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak
memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.
5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
Di tempat pencucian/laundry, penumpukan-penumpukan linen kotor dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pekerja laundry dan juga
dapat mengotori linen-linen yang sudah bersih. Kegiatan Pengelolaan
Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :
a) Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan,

8
penerimaan, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan dan
distribusi/pengangkutan.
b) Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan
mudah terurai oleh lingkungan.
c) Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman
bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x
10³ spora spesies Bacilus per inci persegi.

6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya.


Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa
disebut dengan vektor, merupakan masalah rutin yang ada dirumah sakit.
Vektor (serangga dan tikus), dalam program sanitasi rumah sakit adalah
semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa penyakit
tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah
sakit. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
berguna untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan mencegah
timbulnya kerugian ekonomi akibat dari rusaknya bahan pangan dan alat-
alat rumah sakit seperti linen, peralatan kantor, dan lain sebagainya.
Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu
lainnya adalah sebagi berikut:
a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui
indeks kontainer (harus nol).
b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.
7. Desinfeksi dan Sterilisasi
Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang
cukup tinggi. Kontaminasi dapat terjadi pada ruangan / udara, peralatan,
orang dan bahan. Desinfeksi adalah suatu proses yang menghilangkan
semua mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimiawi. Desinfeksi biasanya dilakukan dengan
cairan kemical atau pasteurisasi. Sterilisasi adalah suatu proses

9
menghancurkan atau menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang
hidup termasuk spora dengan cara fisik dan kimiawi.
Kegiatan Desinfeksi dan Sterilisasi antara lain:
1. Monitoring penggunaan bahan desinfektan yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang.
2. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan proses akhir
desinfeksi/sterilisasi ruangan dan peralatan
3. Menganalisis hasil pemeriksaan
4. Merumuskan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul
5. Menindak lanjuti upaya penanggulangan/perbaikan.
6. Monitoring petugas sterilisasi dalam penggunaan APD dan penguasaan
prosedur sterilisasi yang aman.
8. Perlindungan Radiasi
Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media)
dalam bentuk gelombang elektromagnetik/partikel/elementer dengan
kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi
yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit. Pengamanan dampak radiasi
adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi
melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan
melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber,
media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung
radiasi.
Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:
1. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan dan peralatan
Radiologi.
2. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi petugas/masyarakat yang
terpajan radiasi.

9. Promosi Kesehatan.

10
Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang hygiene
dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien, pengunjung,
karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya agar
mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan
fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar. Promosi kesehatan lingkungan
adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya
ditujukan kepada karyawan.
Didalam PerMenKes No.1204 tahun 2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit menyebutkan bahwa persyaratan
promosi kesehatan lingkungan yang harus diselenggarakan oleh setiap
rumah sakit yaitu berupa upaya promosi higiene dan sanitasi. Upaya
promosi ini dilaksanakan oleh tenaga/unit organisasi yang menangani
promosi kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cara
langsung, media cetak maupun media elektronik.

D. Batasan Operasional
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman: menciptakan suatu kondisi
yang nyaman, bersih, dan sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak
menimbulkan dampak negatif yang berupa terjadinya infeksi
nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga karyawan
rumah sakit.
2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit: semua ruang / unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik
dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit: semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan

11
rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar rumah
sakit.
4. Air Minum: air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
5. Air Bersih: air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat
diminum apabila dimasak.
6. Limbah Padat Non Medis: limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman
dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
tehnologinya. Limbah Padat Medis: limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah beda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
7. Limbah Cair: semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan.
8. Limbah Gas: semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
9. Insinerasi: suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan
oksigen dari udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta
residu berupa abu.
10. Laundry: tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap
(steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
11. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu: upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya
sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

12
12. Dekontaminasi: upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan
ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik
dan kimiawi.
13. Desinfeksi: upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimia.
14. Sterilisasi: upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan
cara fisik dan kimia.
15. Radiasi: emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel – partikel atau
elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari
bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
16. Pengamanan Dampak Radiasi: upaya perlindungan kesehatan
masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan
risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia
yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
17. Promosi higiene dan sanitasi: penyampaian pesan tentang higiene dan
sanitasi rumah sakit kepada pasien / keluarga pasien, pengunjung,
karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya
agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan
fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
18. Promosi kesehatan lingkunga: penyampaian pesan tentang yang
berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut
dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang:
a . No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
b . No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

13
c . Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d . No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2 . Peraturan Pemerintah;
a. No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
b. No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
3. Peraturan Menteri Kesehatan;
a. No. 1691 /MENKES /PER /VIII /2011 tentang Keselamatan
Pasien RS;
b. No.1204 / MENKES / SK /X /2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
c. Peraturan Menteri Kessehatan Republik Indonesia No. 715 /
MENKES / SK / V / 2003 tentang persyaratan higiene sanitasi
jasaboga.
d. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang pengendalian
pencemaran air.
e. Perarturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 416/
MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.986 /
MENKES / PER / 1992 tentang fasilitas sanitasi rumah sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.07/Permenkes/SK/PER/II/2007 tentang Standar Profesi
Sanitarian
4. Surat Keputusan Menteri;
a. No. 1333 /Menkes /SK /XII /1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
b. No. 129 /Menkes /SK /II /2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

14
Kegiatan Rumah Sakit.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.875/Menkes/SK/PER/VII/2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
e.  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.876/Menkes/SK/PER/VII/2001 tentang pedoman teknis
analisis dampak kesehatan lingkungan
f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1335/MENKES/SK/X/2002 tentang standar operasional
pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di
rumah sakit.
g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13 / MENLH
/ 12 / 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
h. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. Kep.02 / MENKLH / I / 1998 tentang air.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 907 tahun
2002 tentang syarat – syarat pengawasan kualitas air minum.
j. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Departamen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002

15
BAB II
STANDARD KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Penanggungjawab Kesehatan Lingkungan
a. Pendidikan terakhir minimal sarjana kesehatan lingkungan
b. Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pengelolaan Kesehatan Lingkungan di rumah sakit
c. Berpengalaman kerja di bagian pengelolaan Kesehatan Lingkungan di
rumah sakit
d. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang pengelolaan
Kesehatan Lingkungan di rumah sakit

B. Distribusi Ketenagaan
1. Penanggungjawab Unit Kesehatan Lingkungan
a. Penanggungjawab Unit Kesehatan Lingkungan adalah seorang
pelaksana yang membantu tugas Unit Pemeliharaan Sarana
Prasarana Rumah Sakit dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan di
rumah sakit
b. Di dalam melaksanakan tugasnya Penanggung jawab Unit
Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab kepada Kabid. Umum
dan Keuangan.
c. Penanggungjawab Unit Kesehatan Lingkungan dalam
melaksanakan tugasnya dibantu petugas Cleaning Service.
d. Tugas pokok Penanggung jawab Unit Kesehatan Lingkungan
adalah menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
sarana, prasarana dan peralatan di rumah sakit serta memberi
masukan kepada Unit Prasarana dan Sarana Rumah Sakit tentang
kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokoknya.

16
C. Pengaturan jaga/dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan
bagi tenaga Unit Kesehatan Lingkungan untuk melaksakan tugas pelayanan
di Unit Kesehatan Lingkungan. Pengaturan dinas/ jaga pada hari Senin –
Sabtu pukul 09.00 WIB - 16.00 WIB

17
BAB III
STANDARD FASILITAS

A. Denah Ruangan
RSU Sufina Aziz memiliki 2 area kerja, terdiri dari area Utility Area
ruang PAL (Pengolahan Air limbah), TPS (Tempat Pembuangan Sampah
Sementara) limbah medis dan non medis serta limbah bahan berbahaya dan
beracun dan area lantai.
i. Area Ruang kerja teknisi dan ruang penyimpanan sampah sementara.

Gambar 3.1 Sistem seluruh aktifitas yang ada di RSU Sufina Aziz menuju Unit
Kesehatan Lingkungan di RSU Sufina Aziz.

18
ii. Desain IPAL RSU Sufina Aziz

Gambar 3.2 Sistem PAL (Unit Pengolaha Air Limbah) di RSU SUFINA AZIZ.

iii. Desain TPS LB3 Medis RSU Sufina Aziz

19
Gambar 3.3 Tempat pengumpulan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) sampah medis di RSU Sufina Aziz.

iv. Desain TPS LB3 Non Medis RSU Sufina Aziz

Gambar 3.4 Tempat pengumpulan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun (LB3) sampah non medis di RSU Sufina Aziz.

20
B. Standar Fasilitas
A. Ruang Kantor : fasilitas yang ada terdiri dari kursi kerja, meja kerja,
computer dan lemari tempat penyimpanan dokumen.
B. Ruang pengumpul sampah sementara fasilitas yang ada : Rak
Penyangga, Eye Whaser, Washtafel dan Handwash, timbangan, APD,
P3K, Log Book, APAR.
C. Elektrik fasilitas yang ada terdiri dari: panel distribusi, panel laundry
dan panel kichen sink yang di transfer ke IPAL, dan panel utama pada
Unit pengolahan Limbah Cair ( IPAL).

21
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Tata Laksana Pelayanan Unit Kesehatan Lingkungan


2) Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman
i. Pemeliharaan kebersihan ruang bangunan dan halaman ini, dilakukan
oleh pihak ke tiga/outshorsing setiap hari.
ii. Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan oleh HouseKeeping.
iii. Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Ruangan berdasarkan zona resiko
dilakukan setiap bulan oleh petugas sanitasi.

3) Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman


i. Pemeriksaan usap dubur penjamah dilaksanakan maksimal 1 tahun
sekali.
ii. Pemeriksaan usap peralatan makanan dan uji kualitas makanan,
dilaksanakan maksimal 6 bulan sekali.
iii. Pemantauan dan pengawasan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan
makanan dilaksanakan maksimal 3 bulan sekali.
4) Penyehatan Air
i. Pemeliharaan kebersihan tandon air, dilaksanakan setiap 6 bulan
sekali.
ii. Pemeriksaan kualitas air bersih, meliputi air sumur, air tandon, kran
dapur, kran OK, kran Obgyn dan kran Nursery.
iii. Pelaporan pengambilan air bawah tanah dilakukan 1 bulan sekali ke
dinas pengairan.
iv. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan unit Aquabidest dilakukan 2
minggu sekali
v. Penggantian filter unit RO dan filter Depot air minum, dilakukan 6
bulan sekali.
vi. Penggantian media filtrasi dan membran, dilakukan maksimal 3 tahun
sekali.
vii. Penggantian bola lampu ultraviolet dilakukan secara icidensial.

22
viii. Perawatan komponen penunjang unit aquabidest, dilaksanakan 1
bulan sekali.
ix. Pemeriksaan kualitas air minum dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
5)  Pengelolaan Limbah

 Limbah Padat

i. Limbah Padat Non Medis

a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil


limbah.
b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS,
dilakukan 2 kali sehari.
c. Pemilahan limbah yang bisa didaur ulang, dilakukan setiap hari
oleh tenaga outshorsing.
d. Pengangkutan dari rumah sakit ke TPA, dilakukan 1 minggu sekali
oleh Dinas Kebersihan Kota
e. Pembersihan area sekitar TPS dilakukan setiap hari oleh tenaga
outshorsing dan pembersihan TPS dilakukan 1 minggu sekali.
f. Pencatatan volume sampah yang dibuang ke TPA, dilakukan 1
minggu sekali.
2. Limbah Padat Medis
a. Minimalisasi limbah dilakukan mulai dari sumber penghasil
limbah.
b. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan dari ruangan ke TPS,
dilakukan 2 kali sehari.
c. Pencatatan volume sampah medis dilakukan setiap kali
pengiriman sampah ke TPS dan sebelum pemusnahan sampah di
insinerator.
d. Pemusnahan limbah di insinerator dilakukan setiap hari kerja
(senin- sabtu) oleh operator incinerator
e. Pencatatan bahan bakar mesin insinerator dan jenis sampah yang
dimusnahkan, dilakukan sebelum kegiatan insinerasi.

23
f. Pencatatan volume abu sisa hasil pembakaran, dilakukan setiap
kali selesai kegiatan insinerasi dan pada saat pengiriman abu ke
pihak ketiga.
g. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan komponen mesin
insinerator dilakukan 2 minggu sekali, 1 bulan sekali dan 6 bulan
sekali.
h. Pencatatan suhu dan lama waktu kegiatan insinerasi dilakukan
setiap kali cicle.
6)  Limbah Cair.
i. Pengolahan Primer

Pipa air kotor

Yang termasuk pipa air kotor adalah pipa dari kamar mandi, WC,
peturasan, pengering lantai dan bak cuci tangan.

a. Pemeliharaan:
b. Pembersihan: Pembersihan terhadap kotoran pada pengering lantai
dilakukan bila terjadi penyumbatan laju aliran air bekas. Bila
terjadi penyumbatan pada pipa maka perlu ditekan dengan alat
kompressi atau diberikan bahan kimia penghancur.
c. Penyetelan: Apabila air aliran kotor tidak lancer, harus dilakukan
penyetelan terhadap kemiringan pipa.
d. Saluran.
Pemeliharaan saluran air limbah secara periodik tiap bulan dan
icidensial bila ada kebuntuan yang berupa

 Penggelontoran air
 Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
 Pengambilan endapan
 Lubang Pemeriksa (Bak Control/ManHole).
Pemeliharaan lubang pemeriksa, dilakukan 1 bulan sekali dan
icidensial jika ada laporan kebuntuan.

24
 Pemeliharan Kloset.

Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia.


Penggelontoran kotoran, dilakukan dengan menggunakan air
yang lebih banyak. Pembersihan dilakukan setiap hari.

e. Tangki Septik.

Pemeliharaan tangki septic untuk mencegah luberan dan


memaksimalkan fungsinya dengan penambahan bakteri
pengurai. Hal ini dilakukan maksimal 1 (satu) tahun sekali

f. Pre treatment (Greastrep/Biointerstrep)


Pemeliharaan pre treatment ini, dilakukan setiap 1 minggu sekali
yaitu pengangkatan lemak, minyak dan buih-buih busa yang
kemudian kotoran ini dibakar di incenerator.

ii. Pengolahan Sekunder

a. Bak Screen

Pembersihan bak screen dilakukan 1 minggu sekali untuk


mengindari sumbatan-sumbatan yanag akan mengganggu proses
pengolahan air limbah.

b. Bak Pengumpul

Pemeliharaan biasa dilakukan pada unit ini bila terjadi


pengendapan di dalam bak pengumpul sehingga aliran air tidak
lancar. Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air
ke semua permukaan yang kotor.

c. Bak Equalisasi

25
Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengatur katup – katup
sehingga udara yang lewat unit tersebut lebih besar, dan juga
dengan menutup katup deretan diffuser lainnya. Bila pelampung
tersumbat, bersihkanlah.

d. Bak Pengendapan

Pemeliharaan bak pengendapan adalah dengan membersihkan


mengangkat lumpur ke permukaan dan membersihkan
kotoran/lumut yang menempel pada dinding. Pembersihan
dilakukan setiap 1 bulan. Bila bak aerasi kekurangan lumpur aktif,
maka lumpur akan dikembalikan ke bak aerasi.

e. Bak Pengering Lumpur.

iii. Pemeliharaan:

1. Lumpur dikeringan lalu dibakar di incenerator/diberi obat


desinfektan untuk membunuh kuman, telur cacing, dll.
2. Lumpur di angkat setiap 3 (tiga) bulan sekali dan sesuai keadaan.

 Bak Aerasi.

Pemeliharaan:

i. Memeriksa blower termasuk keadaan oli setiap blower dan


mengganti/manambahnya bilamana dianggap perlu.
ii. Mengatur penggantian pemakaian blower dari unit yang satu
ke unit yang lainnya kecuali apabila diatur secara otomatis.
iii. Membersihkan intake filter
iv. Memeriksa keadaan ven-belt dan tegangannya
v. Memeriksa system operasi dari motor blower termasuk
diffuser.
vi. Memeriksa switchboard.

26
vii. Memeriksa comminutor termasuk keadaan oli comminutor
dan mengganti/menambahnya bilamana dianggap perlu.
viii. Memeriksa komponen – komponen pemotong comminutor
ix. Membersihkan bagian – bagian lain yang dianggap perlu.
x. Memeriksa system pengembalian lumpur termasuk
pembersihannya
xi. Membersihkan serta membuang lumut atau kotoran lain
yang ada pada unit Sewage Treatment Plant termasuk juga
didalam ruang pompa
xii. Memeriksa dan membersihkan pompa – pompa sewage.
xiii. Memeriksa pertumbuhan bakteri dengan mengukur jumlah
lumpur aktif.
xiv. Menambahkan sejumlah bakteri (biofecta/NS206) setiap 1
minggu sekali atau menurut kebutuhan, supaya proses
pengolahan air limbah berjalan dengan baik.
xv. Bak Koagulasi dan Flokuasi
1. Pembersihan secara periodic.
2. Mengukur dosis bahan koagulan (kapur dan tawas)
dengan tepat.
3. Mengukur kecepatan flokuasi air limbah.

Bak Filtrasi
Pemeliharaannya adalah dengan melakukan
pembersihan/backwashing minimal 1 bulan sekali dan penggantian media
filtrasi minimal 3 bulan sekali.

Bak Kaporisasi. Pemeliharaan:

1.Pembersihan secara periodic.

2. Mengukur dosis kaporitisasi dengan tepat.

27
3. Mengukur kadar klorin bebas sebelum air limbah dibuang ke
lingkungan.
7) Limbah Gas.

1. Pembersihan cerobong asap insinerator, dilakukan 1 bulan sekali.


2. Pemeriksaan emisi insinerator, dilakukan oleh instansi diluar rumah
sakit dan dilakukan maksimal 5 tahun sekali.

8) Pengelolaan Laundry
1. Pemeriksaan usap linen bersih laundry dilakukan maksimal 6 bulan
sekali.
2. Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan laundry dilakukan maksimal 3
bulan sekali.
9) Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lainnya
1. Pelaksanaan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
2. lainnya, dilakukan icidensial setiap kali ada survelains dan laporan.
Pencatatan kegiatan survelains, pencegahan dan pemberantasan
serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya, dilakukan setiap kali ada
kegiatan.
10) Desinfeksi Dan Sterilisasi
1. Pemeriksaan usap lantai, dinding dan peralatan ruangan dengan zona
resiko tinggi seperti: OK, ICU, Nursery, Obgyn dan NBICU, dilakukan
maksimal 6 bulan sekali.
2. Pelaksanaan kegiatan desinfeksi ruangan dan peralatan ruangan,
dilakukan setiap hari oleh tenaga outshorsing.
11) Perlindungan Radiasi
1. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiologi, dilakukan minimal 1 tahun
sekali.
2. Pemeriksaan nilai batas dosis (NBD) bagi masyarakat, dilakukan
minimal 1 tahun sekali.

28
12) PROMKES
1. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan wawancara langsung
kepada karyawan setiap kali kegiatan.
2. Promosi Kesehatan Lingkungan dilakukan melalui diklat pegawai
minimal 6 bulan sekali.
3. Promosi Kesehatan Lingkungan bagi pasien, pengunjung dan keluarga
pasien, dilakukan secara langsung dan media cetak.

BAB V
LOGISTIK

A. Pengadaan Barang
Unit Kesehatan Lingkungan memperoleh segala logistik dari Unit
Pengadaan dengan mengajukan formulir Permintaan Barang.
Untuk pengajuan kebutuhan logistic keperluan teknik selama satu
tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Sistem logistik
yang digunakan mengacu pada panduan logistik yang dibuat oleh bagian
logistik dan inventaris dengan mengacu pada sistem yang baku.
Pengajuannya menggunakan Formulir Permintaan digunakan untuk barang
yang akan dipakai rutin dalam perbaikan dan habis dalam penggunaannya.

B. Pengelolaan Barang
Unit ISPRS harus memiliki stok barang untuk spare/cadangan apabila
terjadi suatu kerusakan peralatan/sparepart yang diminta dalam permintaan
perbaikan dari departemen yang terkait. Setiap barang yang keluar dan
dipergunakan dalam permintaan perbaikan dicatat dalam form kartu stock dan
barang yang dikeluarkan tersebut harus dicatat juga, dimana barang tersebut
dipergunakan.

29
Peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan
Kesling adalah sebagai berikut
C. Peralatan non medik
a. Komputer
b. Telepon
c. Kursi
d. Meja
e. Alat pelindung diri
f. Handwash
g. Alat pemadam kebakaran
h. Ph Meter
i. Tissue
D. Peralatan Medik
a. Troli sampah
b. APD pengangkut Sampah Medis dan Non Medis
c. Ruang penyimpanan sampah sementara sampah medis dan limbah non
medis.
E. Bahan/Zat Kimia
a. Chlorine tablet
b. Bakteri

30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit.Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien.Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400
tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan

31
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila
tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
KTD.
Dalam pelaksanaan tugasnya petugas PAL yang diwajibkan untuk
mengelola manajemen pemeliharaan sarana rumah sakit dengan sebaik mungkin,
dalam hal pengelolaan Limbah cair, padat dan limbah bahan buangan berbahaya
dan beracun (B3) serta pemeliharaan lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan sehingga aman bagi kesehatan
pasien, staf dan pengunjung
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal


1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan
dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung
terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3)

32
lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4)
kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.
Terkait dengan pelaksanaan tupoksi pada bagian PAL, maka resiko kerja
yang mungkin dapat mengganggu kesehatan SDM antara lain:
a. Terkena bahan kimia
Penanganan zat-zat kimia di PAL sangat perlu di perhatikan mengingat
banyak zat kimia yang digunakan di PAL untuk pengolahan limbah cair bersifat
toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat
membahayakan baik petugas PAL dan pencemaran pada air buangan dan
lingkungan sekitar.
b. Limbah cair, padat dan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk
memeliharadan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah sakit
sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry.
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis
yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah. dan lainnya, air limbah laboratorium.
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah
klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut: Limbah benda tajam adalah obyek atau alat
yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atautusukan.

33
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan
limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan. Limbah kimia adalah
limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Limbah radioaktif adalah
bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non
medis.Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur
dan lain-lain).Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.Limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada
(laboratorium, klinik dll).Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada
yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya
dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS,
pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang maka produksi, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya semakin
meningkat jumlahnya maupun jenisnya.

34
Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan
penangananya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk menghindarkan atau mengurangi resiko bahan
berbahaya dilakukan melalui pemberian informasi yang benar tentang Bahan
Berbahaya Beracun ( B3 ) dan cara penanganannya.

1. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3
adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makluk hidup lainnya.
2. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
3. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga
kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap
lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makluk hidup lainnya.
4. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan Klasifikasi B3.
5. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3.
6. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3.
7. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3
dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau
dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah
dan/atau ke penimbun limbah B3.

2. Klasifikasi B3

35
Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang
mempunyai sifat:
a. Mudah meledak (explosive)
b. Pengoxidasi (oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
d. Sangat mudah menyala (highly flammable)
e. Mudah menyala (flammable)
f. Amat sangat beracun (extremely toxics)
g. Sangat beracun (highly toxics)
h. Beracun (moderately toxics)
i. Berbahaya (harmful)
j. Korosif (corrosive)
k. Bersifat iritasi (irritant)
l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
m. Karsinogenik (carcinogenic).

3. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan beracun


Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpansementara.
Penyimpanan limbah B3 dilakukan ditempat penyimpanan yang sesuai
dengan persyaratan. Tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi syarat
a. lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan
bencana dan di luar kawasan lindung serta sesuai dengan
rencana tata ruang;
b. rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik
limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan .
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf dapat berupa:
a. bangunan;
b. tangki dan/atau kontainer;
c. silo;

36
d. tempat tumpukan limbah (waste pile);
e. waste impoundment; dan/atau
f. bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

4. Penanganan bahan berbahaya dan beracun


Adapun tata cara yang benar dalam penanganan B3 maupun limbah B3 yang
benar adalah sebagai berikut:
1. Kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari
pekerjaan kita untuk memastikan kita memperlakukannya dengan benar
gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan.
2. Pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk
menghilangkan salah penggunaan.
3. Tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya.
4. Buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku.
5. Jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara
serampangan.
6. Khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang
memang sudah mendapatkan ijin dari KLHK.
b. Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan
ke instansi yang ditunjuk.
c. Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat
penyimpanan sementara yang berijin.

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya.


Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh :
a. Daya racun

37
Dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana makin kuat nilai
LD50 atau LC50 bahan berbahaya beracun/kimia menunjukkan makin
tinggi daya racunya.
b. Cara B3 masuk kedalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantara
yang sangat berbahaya adalah melalui saluran pernafasan karena tanpa
disadari bahan kimia akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang
dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8 jam kerja dan sulit di
keluarkan kembali dari tubuh.
c. Konsentrasi macam dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang berada di
udara atau yang kontak dengan bagian tubuh, kemudian lamanya paparan
terjadi apakah terus menerus atau terputus-putus menentukan jumlah dan
dosis yang masuk ke dalam tubuh.
d. Efek kombinasi B3
Yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya racun yang
berbeda, menyulitkan tindakan tindakan pertolongan atau pengobatan.
e. Kerentanan calon korban paparan B3
Masing-masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda-beda
terhadap pengaruh B3. Semestinya individu terhadap pengaruh bahan
kimia tergantung kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan
dan lain-lain.

6. Pengaruh B3 terhadap kesehatan


A. menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak bahan
kimia dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata atau saluran
pernafasan.
B. Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau
gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-batuk,
nafas tersumbat dan nafas pendek.
C. Menyebabkan sulit bernafas, seperti tercekik atau aspiksia karena
kekurangan oksigen akibat diikat oleh gas inert seperti nitrogen dan
karbondioksida.

38
D. Menimbulkan keracunan sistemik, bahan kimia yang dapat mempengaruhi
bagian-bagian tubuh, diantaranya merusak hati, ginjal, susunan syaraf dan
lain-lain.
E. Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia,
sehingga merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali dalam
bentuk tumor ganas.
F. Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai kelahiran dalam keadaan
cacat atau kemandulan.
G. Menyebabkan pneumokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru-paru
sehingga kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang,
akibatnya penderita mengalami nafas pendek.
H. Menyebabkan efek bius (narkotik) yaitu bahan kimia, mengganggu sistem
syaraf pusat menyebabkan orang tidak sadar, pingsan atau kematian.
7. MSDS dan label (disertai tanda tanda / poster)
a. MSDS (Material Safety Data Sheet (lembar data keselamatan bahan))
Lembar data keselamatan bahan-bahan secara garis besar harus memuat
penjelasan-penjelasan antara lain :
 identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier
secara mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya,
klasifikasi dari bahan.
 Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk,
warna, bau, titik didih, titik uap, pH, LEL.
 Informasi tentang bahaya bahan tersebut terhadap kesehatan.
 Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan yang
benar dari bahan.
 Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman dari
bahan.
Pada prinsipnya agar kita tetap terjaga kesehatan dan keselamatan pada
waktu bekerja menggunakan bahan kimia. Selain itu fungsi MSDS adalah
agar:
1. Mengetahui potensi bahan kimia
2. Menerapkan teknologi pengendalian dalam melindungi pekerja

39
3. Mengembangkan rencana pengelolaan bahan kimia di tempat kerja
4. Merencanakan pelatihan pada pekerja yang langsung kontak dengan B3.

b. Label atau etiket


Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dapat dikenal
untuk pekerja, sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-hati dalam
penanganan bahan kimia berbahaya. Cara pemberian label atau etiket
dapat juga berbeda satu negara ke negara lain atau dari satu petunjuk ke
yang lainnya.

Gambar :

Simbol Bahan B3 klasifikasi


bersifat beracun (toxic)

Simbol Bahan B3 klasifikasi


bersifat infeksi

Simbol Bahan B3 klasifikasi berbahaya


bagi lingkungan (dangerous for the
environment)

40
Simbol Bahan B3 klasifikasi bersifat korosif

Simbol Bahan B3 Klasifikasi Reaktif

Simbol untuk Bahan B3 Karakteristik


Mudah Meledak

Simbol untuk Bahan B3 Karakteristik Cairan


Mudah Meledak

Simbol karsinogenik, dan


teratogenik

41
Simbol Bahan B3 Iritasi

c. Prinsip pengendalian Bahan Berbahaya Beracun (B3)


1. identifikasi semua B3 dan Unit yang akan ditangani untuk mengenal ciri-
ciri dan karakteristiknya.
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-lagkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristiknya dari bahan atau Unit yang
ditangani sekaligus memprediksi resiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang
dilakukan meliputi :
a. pengendalian operasional seperti eliminasi, subsitusi, ventilasi,
penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dan menjaga hygiene
perorangan.
d. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label,
penyediaan lembar data kesehatan bahan (MSDS) pembuatan prosedur
kerja, pengaturan tata ruang, pematauan rutin serta pendidikan dan
latihan.

42
e. Inpeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang
aman.
f. Pembatasan keberadaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja sesuai
dengan jumlah ambang batasnya.

8. Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat


Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan
Bahan
Berbahaya dan beracun, maka setipa orang yang melakukan kegiatan
pengolahan B3 wajib:
1. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
2. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistim
tanggap darurat.
3. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan
kecelakaan dan melakukan evakuasi bila diperlukan.
4. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah kota setempat.

9. Ancaman Bahan Berbahaya dan Beracun


Adanya B3 di Rumah Sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para
penderita maupun para pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, teknisi dan
semua yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan
penderita.Walaupun orang menyadari arti bahan-bahan beracun dan bahayanya,
kecelakaan bahan-bahan kimia (B3) terjadi semata-mata karena kurang hati-hati
dan kurang peduli terhadap bahan-bahan (B3) tersebut.

10. Tersengat aliran Listrik.


Tersengat aliran listrik yang diakibatkan kurang safetynya petugas akibat
peralatan kerja yang kurang dan fasilitas yang termakan usia.
Untuk menjaga keselamatan kerja dan menciptakan kenyamanan kerja, maka
antisipasi pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

43
11. Pengamanan peralatan non medic, pengamanan dan keselamatan
bangunan
- Mengusulkan peralatan kerja yang safety
- Melakukan pengujian / pemeriksaan layak pakainya peralatan secara
berkala
- Melakukan pemantauan keamanan dan keselamatan bangunan berkaitan
dengan kegiatan pemeliharaan seperti kegiatan perbaikan dan lain-lain
yang dapat menambah umur dan bangunan serta terjaminnya
keselamatan manusia.

12. Pengamanan bahaya kebakaran


- Memberikan usulan kebutuhan alat-lat pemadam kebakaran
- Melakukan pengawasan terhadap sumber-sumber yang dapat menimbulkan
api.
Dalam pelaksanaan tugasnya petugas Unit Kesehatan Lingkungan yang
diwajibkan untuk menjunjung tinggi nilai – nilai dari K3RS, maksudnya petugas
harus dengan kesadaran penuh untuk menggunakan alat pelindungan diri (APD)
dalam melaksanakan tugasnya selain menjaga keselamatan diri petugas wajib
untuk menjaga keselamatan dilingkungan dimana tempat mereka bekerja.Dengan
demikian keselamatan diri pasien dan pengunjung dapat terjaga dengan baik.
Adapun prosedur keamanan mengacu pada SPO dan panduan yang dibuat oleh
tim K3RS.
Sebelum melaksanakan pekerjaan/proyek, maka harus dilakukan rapat
dengan tim PPI, K3RS, Teknik, Sanitasi untuk mendiskusikan tentang langkah-
langkah yang harus diambil sewaktu mengerjakan, bagaimana menghindari resiko
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta dapat terselenggaranya keselamatan
kerja bagi petugas.
Untuk terlaksananya K3RS di Unit Kesehatan Lingkungan secara optimal maka
perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi dan analisa sumber-sumber yang dapat menimbulkan resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja :

44
a. Kondisi fisik pekerja
b. Sifat dan beban kerja
c. Kondisi Lingkungan kerja
d. Kecelakaan kerja dilingkungan kerja
e. Penyakit akibat kerja
2. Pengendalian :
a. Dengan cara eliminasi
b. Dengan cara subsitusi
c. Dengan engineering control
d. Dengan system peringatan
e. Dengan administratif
f. Dengan APD

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Konsep dan Pengertian Dasar


a) Pengawasan
Merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi,
pedoman, peraturan, dan hasil yang telah ditetapka sebelumnya agar
mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Pengendalian
Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama, namun
perbedaannya pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan dan
pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara
berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai rencana, pembinaan

45
tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

c) Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat dicapai sasaran
yang dikehendaki.

d) Pencatatan dan Pelaporan


Hal ini diperlukan untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan semua
kegiatan yang ada berikut penggunaan anggaran/dana, berikut contohnya:
Pencatatan dan Pelaporan di bagian administrasi Unit Kesehatan
Lingkungan
- Pencatatan harian permintaan pelayanan teknis.
- Pencatan harian limbah Medis Infeksius dari setiap unit yang
menghasilkan sampah medis infeksius.
- Pencatatan harian penggunaan plastik sampah medis dan non
medis.
- Pencatatan kebutuhan suku cadang dan tempat sampah.
- Pencatatan penerimaan sampah limbah berbahaya dan beracun (B3)
Dari setiap unit yang menghasilkan limbah tersebut.
- Pencatatan pemakaian suku cadang dan bahan kimia.

e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekurangan serta
kelebihan dalam pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan alat. Selain itu
dapat digunakan untuk perencanaan biaya pemeliharaan dan perbaikan
yang tepat. Berikut jenis kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di Unit
Kesehatan Lingkungan
- Pertemuan Rutin

46
Pertemuan ini dilaksanakan seminggu sekali dimaksudkan untuk
membahas perkembangan, kendala, dan rencana peeliharaan dan
perbaikan.

- Laporan Rutin
Laporan ini untuk mengetahui besarnya permohonan pelayanan
teknis serta biaya yang digunakan, yang berupa data table maupun
grafik.

- Evaluasi Langsung
Evaluasi ini dilaksanakan oleh masing-masing unit Unit untuk
memantau pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan secara langsung
untuk setiap kasus.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan di Unit Kesehatan Lingkungan RSU Sufina Aziz


diperlukan agar seluruh kegiatan perencanaan perbaikan, maintenance dan
Pengelolaan lingkungan dapat di rencanakan dan dilaksanakan dengan baik,
sehingga dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaannya.
Untuk itu diperlukan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan Lingkungan guna
menjadi pedoman dan panduan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
Kesehatan Lingkungan di RSU Sufina Aziz.
Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, pengelolaan kegiatan
Unit Kesehatan Lingkungan di RSU Sufina Aziz dapat diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

47
Medan, 14 November 2019
Diketahui Oleh,
Direktur RSU Sufina Aziz

dr. Safriani Yovita

48

Anda mungkin juga menyukai