Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai
aspek, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang
digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat
pendidikan. SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan
dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam
keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.
Dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu proses
atau langkah-langkah yang sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi
yang benar, karena setiap proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan
secara bertahap. Berdasarkan pasal 8 UU NO.44 tahun 2009 mengenai persyaratan
teknis lokasi untuk mendirikan rumah sakit yaitu sesuai dengan studi kelayakan dan
Master Plan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan
Kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan
suatu Rumah Sakit, terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam
melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit.
Penyelenggaraan makanan adalah proses pengolahan makanan, mulai dari
perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan
pengolahan serta pelayanan (Deden, 2010). Dalam penyelenggaraan makanan
diperlukan ruangan atau tempat untuk melaksanakan penyelenggaraan makanan
tersebut, salah satunya yaitu ruang pengolahan makanan. Untuk kelancaran
terselenggaranya kegiatan penyelanggaraan makanan tersebut harus didukung juga
oleh sarana fisik yang tersedia dan sanitasi yang diterapkan oleh suatu Rumah Sakit.
Sistem penyelenggaraan makanan banyak dalam suatu institusi harus
memperhatikan sistem pengolahan yang telah ditentukan oleh institusi tersebut.
Secara umum sistem yang dijalankan pada berbagai klasifikasi pengolahan makanan
pada dasarnya sama terdiri dari subsistem yang meliputi anggaran, perencanaan menu,
standar bahan makanan, pemasakan, penyajian, penyaluran, pencatatan, pelaporan dan
evaluasi menu. Adapun prinsip dasar penyelenggaraan makanan pada hakekatnya
menyangkut proses perencanaan menu, penyediaan bahan makanan mentah,
penciptaan menu makanan yang akan diproduksi, serta memenuhi zat gizi yang
penting bagi tubuh dan dilaksanakan dengan fasilitas yang memadai dalam batas
ketersediaan dana (Direktorat BGM, 1991).
Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross
infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne
infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya sanitasi.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan
dari institusi pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan
yang bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia tersebut.
Namun, dalam praktiknya masih banyak rumah sakit yang tidak
menyelenggarakan sanitasi sebagai syarat penyehatan lingkungan, disebabkan oleh
berbagai alasan, hal yang tidak asing adalah karena hal Pendanaan yang tidak cukup,
sementara rumah sakit hanya memfokuskan terhadap pelayanan kesehatan, jumlah
dokter spesialis, atau sarana lain penunjang kesehatan yang lebih di tingkatkan,
sedangkan rumah sakit tidak hanya cukup dengan hal tersebut saja, karena ada sisi
lain yang harus mereka perhatikan yaitu “sanitasi”.
Menurut Aritonang (2014), masih dijumpai sarana fisik instalasi hanya
merupakan lokasi atau ruangan yang tersisa, sehingga letaknya kurang memenuhi
syarat dan kurang menyenangkan. Oleh karena itu, kami akan melakukan studi
kelayakan mengenai, sanitasi ruang penyimpanan, dan sarana fisik di ruang
penyimpanan di RSUD Ulin Banjarmasin untuk mengetahui sanitasi ruangan dan
sarana fisik dengan syarat dan standar yang telah ditentukan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sanitasi dan syarat fisik ruang penyimpanan di RSUD Ulin
Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran, sanitasi ruangan dan sarana fisik di ruang
penyimpanan di RSUD Ulin Banjarmasin.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sanitasi ruangan di ruang penyimpanan di RSUD Ulin
Banjarmasin.
2. Mengetahui sanitasi sarana fisik di ruang penyimpanan di RSUD Ulin
Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien.
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan di Instalasi Gizi
Rumah Sakit sebagai unit pelayanan gizi rumah sakit untuk memenuhi asupan zat gizi
pasien. Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan (Ratna,
2009).
Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit adalah pasien maupun
karyawan (pegawai). Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien).
Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan merupakan
salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat inap
(Depkes, 2006 dalam Ratna, 2009).

2.2 Sanitasi Di Ruang Penyimpanan

Sanitasi adalah suatu istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan


kesehatan manusia, oleh karena kesehatan manusia dapat dipengaruhi oleh semua
faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya implikasi sanitasi meluas
hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang
berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Kegiatan perawatan, sanitasi,
dan inspeksi merupakan serangkaian tahapan sanitasi pada lantai, dinding,
perlengkapan, alat-alat, dan berbagai fasilitas lainnya. Kegiatan ini dapat melindungi
produk makanan dari kontaminasi atau pencampuran dan untuk mencegah limbah
yang akan menjadi sebuah atraktan atau tempat yang disukai (inang) untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merugikan (Hui et al., 2003).
Sanitasi juga merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Jadi, sanitasi ruangan di ruang
persiapan adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan ruang persiapan dari subjeknya.
Persyaratan sanitasi adalah standar kebersihan dan kesehatan yang harus
dipenuhi, termasuk standar higieni, sebagai upaya mematikan atau mencegah
hidupnya jasad renik pathogen dan mengurangi jasad renik lainnya agar produk yang
dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan dan jiwa manusia.
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan,
jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air, mikroba yang ditemukan di
dalamnya juga bervariasi, misalnya mikroba tanah dari tanah dan debu, mikroba air
dari semprotan air, mikroba dari makanan fermentasi (spora tempe, oncom, dll.),
mikroba ternak dan sebagainya, oleh karena itu sanitasi dan kehigienisan suatu
ruangan sangat perlu diperhatikan guna menjamin mutu dan keamanan pangan.
Ruangan haruslah mudah untuk dibersihkan oleh karyawan. Area yang tidak
dibersihkan dengan baik akan memungkinkan keberadaan bakteri dan jamur.
Sehingga, dalam perancangan sarana fisik di ruang distribusi mesti dirancang dengan
baik untuk mudah dibersihkan dan disanitasi.

2.2.1 Prinsip Pembersihan Ruangan


Pada prinsipnya pembersihan ruangan adalah sebagai berikut :
a. Tersedia sarana pembersih.
b. Mengetahui jenis bahan lantai, dinding, plafon, ventilasi dan karakteristiknya.
c. Menggunakan teknik dan prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuannya.
d. Waktu dan frekuensi pencucian/pembersihan.
2.2.2. Sarana Pembersihan Ruangan
Sarana yang diperlukan adalah berupa peralatan, air, deterjen, desinfektan dan
deodorant. Peralatan kebersihan bisa manual atau mesin. Peralatan mesin tentu
lebih efektif dari pada manual untuk bidang yang luas, akan tetapi akan sulit untuk
bidang kerja yang sempit.
a. Sapu yang digunakan sebagai pembersih debu dan sampah yang agak kecil,
mulai dari yang halus sampai yang kasar.
b. Brush (sikat) untuk membersihkan kotoran/noda yang sulit dibersihkan oleh
sapu seperti kotoran pada celah atau kotoran yang lengket di lantai, mulai dari
bulu, plastik dan logam.
c. Kain pel untuk membersihkan sekaligus mengeringkan lantai dan permukaan
yang dibersihkan lainnya, mulai dari kain kasar sampai bahan kanebo (kain
campur karet).
d. Kemoceng yang digunakan untuk membersihkan debu yang menempel pada
kaca, meja dan perabotan, mulai dari bulu ayam, sintetis dan bulu palsu.
e. Kain lap yang digunakan untuk melap barang-barang agar bersih dari kotoran
dan debu, seperti lap meja, lap tangan, lap piring dan sebagainya.
f. Mesin penghisap debu (vacum cleaner) untuk membersihkan debu pada
permadani maupun lantai biasa.
2.2.3. Bahan Pembersih Ruangan
Bahan pencuci yang dibutuhkan pada dasarnya sama yaitu untuk melarutkan
kotoran yang berupa sabun, deterjen, dan zat pencuci lainnya, untuk membunuh
mikroorganisme dan kuman penyakit seperti karbol, lysol, creolin dan larutan chlor
aktif (kaporit), dan deodoran untuk menghilangkan bau seperti zat pengharum
ruangan yang biasanya dicampur ke dalam detergen.
Air pencuci bisa dengan air dingin atau air panas sesuai keperluannya. Air
panas sangat diperlukan untuk pencuci lantai atau tempat cuci yang macet karena
pembekuan lemak sisa pencucian.

2.3 Standar Syarat dan Fungsi Sarana Fisik Ruang Penyimpanan


Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan bahan makanan kering. Luas tempat
pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung pada jumlah bahan makanan yang
akan disimpan, cara pembelian bahan makanan, frekuensi pemesanan bahan. Dengan
syarat yang harus dipenuhi yaitu untuk ruang penyimpanan basah memiliki suhu: Cold
room freezer (temp -15℃ s.d -18℃) dan Cold room chiller (temp 2℃ s.d 8℃) dan untuk
ruang penyimpanan kering luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan 181 m2
atau tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan
makanan, frekuensi pemesanan bahan, adanya sirkulasi udara agar udara segar dapat
segera masuk keseluruh ruangan, suhu ruangan kering berkisar 19-20℃ (Aritonang,
2014). Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding dan lantai berjarak 60 cm dari langit-
langit, adanya ruang untuk bahan makanan yang harus ditempatkan secara teratur
menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan, Suhu cukup sejuk,
udara kering dengan ventilasi yang baik, setiap ruangan mempunyai batas dinding serta
ruangan satu dan lainnya dihubungkan dengan pintu, tidak terdapat lubang-lubang di
langit-langit, gudang penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpaanan
makanan, semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi pengrusakan
oleh binatang pengerat harus segera diperbaiki (Depkes RI, 2003).

2.3.1. Berbagai Jenis Lantai


a. Ubin teraso
Ubin teraso terdiri dari campuran batu karang dan adukan semen putih
dengan atau tanpa bahan pewarna. Pemasangannya dilakukan penggosokan
pada permukaan lantai sehingga licin dan mengkilap. Ukurannya bervariasi
dan biasanya ukuran 20 x 20 cm. Sifat-sifat teraso :
 Permukaan kuat, rata, halus dan mengkilap.
 Tahan terhadap gesekan dan tekanan.
 Kalau tersiram air menjadi licin, sehingga cukup membahayakan
 Menyerap kotoran berminyak sehingga sulit dibersihkan.
b. Ubin beton
Ubin beton disebut juga con block (concreto block) atau block beton.
Ukurannya lebih kecil biasanya 20 x 10 Cm. Ubin ini jarang digunakan di
dalam ruangan rumah, lebih banyak untuk teras, kebun atau lapangan parkir
(carpark). Sifat-sifat ubin beton :
 Permukaan kasar dan kuat
 Menyerap air dan kotoran
 Tahan terhadap getaran
 Sulit dibersihkan
c. Ubin keramik dan porselin
Ubin yang dibuat dari tanah kaolin (tanah liat yang berwarna putih)
sedangkan keramik dari tanah merah yang ditekan dengan kadar air 5%
melalui proses pembakaran suhu tinggi sedemikian rupa sehingga tidak
hancur apabila direndam dalam air. Lapisan atas dilapisi glazuur yang kuat
dan tahan goresan. Ukurannya bervariasi mulai dari 10 x 10 Cm, 20 x 20 Cm,
30 x 30 Cm, 40 x 40 Cm atau kombinasinya sesuai dengan kebutuhan. Sifat
ubin keramik :
 Permukaan tahan asam
 Tahan terhadap goresan dan tekanan, kecuali kalau pondasinya labil
 Tidak menghisap zat lain sehingga mudah dibersihkan, kecuali
permukaannya kasar sulit dibersihkan
 Dapat pecah atau melengkung bila pemasangannya tidak menempel tepat
dan ada udara
Ubin porselin adalah sejenis dengan keramik, tetapi lebih mudah pecah
karena lebih tipis dan hanya digunakan untuk pelapis dinding, misalnya
untuk kamar mandi dan dapur.

2.3.2. Berbagai Jenis Plafon (Langit-Langit)


a. Plafon adalah penutup atap agar ruangan terlindung dari pencemaran atap
seperti debu, lawa-lawa dan kotoran lainnya. Jenis plafon yang banyak
digunakan :
1. Ply wood, tick-wood atau tri-plek
Yaitu kayu lapis yang dipasangkan pada kerangka plafon dalam
berbagai cara dan variasi. Sifatnya kuat terhadap pukulan dan benturan,
dapat dibengkokkan dalam batas tertentu, dapat digunakan sebagai
penyekat air yang baik, keawetan dapat diatur sesuai dengan penggunaan,
tidak tahan terhadap api dan mudah terkelupas.
2. Gipsum
Panel dari bahan semen dan gift yang membentuk lembaran rata dan
keras. Sifatnya kaku, rata dan kering. Dapat dibentuk sesuai dengan
pesanan.
3. Eternit
Campuran semen dan serat yang dicetak dalam ukuran 1 x 1 m atau 40
x 60 cm. Sifat tahan api, tetapi mudah patah.
4. Hard board
Yaitu papan buatan cetakan serbuk kayu yang rata dan ukuran tertentu.
Bagian yang rata mengarah ke ruangan sehingga dapat dibuat mengkilap.
Sifatnya tidak tahan terhadap air, cukup kaku, tetapi mudah digigit tikus.
5. Hard paper
Yaitu panel kertas campur semen atau karet dalam bentuk lembaran 40
x 60 cm sesuai permintaan. Sifat : porous, menyerap air dan sulit
dibersihkan.
b. Pembersihan plafon :
1. Plafon harus dibersihkan sedikitnya 1 x seminggu untuk membuang
lawa-lawa (sarang laba-laba), dengan menggunakan sapu khusus.
2. Dengan menggunakan mesin penyedot debu untuk membersihkan debu/
kotoran.
3. Kotoran atau debu yang masih menempel dapat dilepaskan dengan
semburan udara bertekanan.
4. Sebelum plafon dibersihkan semua peralatan harus ditutup lebih dahulu.

2.3.3. Berbagai Jenis Dinding


a. Dinding pada umumnya dibagi dalam beberapa tipe, sebagai berikut :
1. Dinding poros
Dinding poros yaitu dinding yang dapat mengalirkan udara melalui
pori-pori, dinding seperti batako, bata tanpa plester, batu padas, asbes dan
gypsum dan dinding beton. Dinding ini dapat menyerap air sehingga kalau
kondisinya lembab dapat ditumbuhi lumut dan jamur. Dinding ini kurang
baik untuk dinding dapur karena berpotensi menimbulkan pencemaran.
Dinding plesteran semen dengan campuran di atas 1 : 5 termasuk poros.
2. Dinding organik
Dinding organik banyak digunakan di rumah pedesaan jaman dulu.
Bahan dinding diawetkan dengan cara merendam dalam air selama lebih
kurang 1 (satu) bulan – 1 (satu) tahun, kemudian dikeringkan. Dinding ini,
misalnya dinding anyaman bambu, anyaman rumput, dinding kayu, papan
atau gedek, tanah atau kotoran kerbau. Sifatnya :
 Tidak kuat dan tembus udara
 Berongga sehingga menjadi sarang serangga dan hewan kecil
 Mudah terbakar dan bubukan
 Sulit dibersihkan
3. Dinding kedap udara
Dinding kedap udara adalah dinding yang tidak tembus udara, seperti
porselin, keramik, marmer atau plesteran semen dengan campuran
semennya minimal 1 : 5. Campuran semen yang lebih rendah akan
menjadi dinding yang poros. Sifatnya : kuat, rata, tidak menyerap air dan
mudah dibersihkan
b. Cara pembersihan/pencucian dinding :
 Untuk dinding kedap perlakuan sama dengan lantai.
 Untuk dinding poros dan organic tidak dapat digosok, cukup dengan
menyapu untuk menghilangkan debu, kemudian dilakukan pengecatan
ulang agar dinding terlihat lebih bersih. Ada juga dengan cara pelapis
dinding dengan kertas putih sehingga menjadi lebih bersih.
2.3.4. Peralatan Ventilasi
Peralatan ventilasi seperti lubang angin, jendela, kipas angin, AC dan
perlengkapannya perlu dibersihkan secara tereratur.
1. Exhauster fan : dibersihkan seminggu sekali dengan larutan pembersih
dan dilap kering. Perhatikan agar alat ini sudah terlepas dari aliran
listrik.
2. Kipas angin : pembersihan dilakukan sama dengan exhausterfan.
3. Kawat kasa : dibersihkan dengan vacuum cleaner semburan udara
bertekanan dan lap basah atau dicuci, kawat kasa harus dipasang secara
mudah dibongkar pasang.
4. AC : pembersihan AC harus dikeringkan oleh ahli service.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif
yang menggambarkan tentang sanitasi ruang penyimpanan dan sarana fisik di ruang
penyimpanan di RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2018.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan cross sectional yaitu
seluruh variable diamati saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu : 11 April 2018
Tempat : Ruang Penyimpanan Makanan di Instalasi Gizi RSUD Ulin
Banjarmasin RSUD Ulin Banjarmasin
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan diteliti adalah sanitasi ruang penyimpanan, dan
sarana fisik di ruang penyimpanan.
3.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
1) Data Primer
a. Data tentang sanitasi ruangan di ruang penyimpanan RSUD Ulin
Banjarmasin.
b. Data tentang sarana fisik di ruang penyimpanan RSUD Ulin Banjarmasin.
2) Data Sekunder
Data tentang gambaran umum Rumah Sakit dan instalasi gizi RSUD Ulin
Banjarmasin.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
a. Data tentang sanitasi ruangan di ruang penyimpanan dikumpulkan dengan
cara melakukan wawancara dan pengamatan dengan bantuan lembar
checklist.
b. Data tentang sarana fisik di ruang penyimpanan dikumpulkan dengan cara
melakukan wawancara dan pengamatan dengan bantuan lembar checklist.
2. Data Sekunder
Data tentang gambaran umum Rumah Sakit dan instalasi gizi dikumpulkan
dengan cara pengamatan dan melihat dokumen yang ada.
3.6 Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka dapat melakukan pengolahan
data sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Data tentang sanitasi ruangan di ruang penyimpanan diolah dengan cara
membandingkan dengan standar sanitasi ruang penyimpanan kemudian
dinarasikan dalam bentuk narasi secara dekriptif.
b. Data tentang sarana fisik di ruang penyimpanan diolah dengan cara
membandingkan dengan standar sarana fisik ruang penyimpanan kemudian
dinarasikan dalam bentuk narasi secara dekriptif.
2. Data Sekunder
Data tentang gambaran umum Rumah sakit dan instalasi gizi diolah
dengan cara dinarasikan dalam bentuk narasi secara dekriptif.
DAFTAR PUSTAKA
.
Aritonang Irianton. 2014. Manajemen Asuhan Gizi. Yogyakarta: Leutikabook dengan
CEBioS
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Pesyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular Dan Penyehatan Lingkungan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit . Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
http://aspak.buk.depkes.go.id/beranda/wp-content/uploads/downloads/2014/01/1.-
PEDOMAN-STUDI-KELAYAKAN-2012.pdf

Anda mungkin juga menyukai