PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai
aspek, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang
digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat
pendidikan. SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan
dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam
keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.
Dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit diperlukan suatu proses
atau langkah-langkah yang sistematis dengan melakukan suatu penelitian atau studi
yang benar, karena setiap proses saling berkaitan satu sama lainnya dan dilakukan
secara bertahap. Berdasarkan pasal 8 UU NO.44 tahun 2009 mengenai persyaratan
teknis lokasi untuk mendirikan rumah sakit yaitu sesuai dengan studi kelayakan dan
Master Plan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Hasil Analisis dan Penjelasan
Kelayakan dari segala aspek yang akan mendasari pendirian atau pengembangan
suatu Rumah Sakit, terkait dengan penentuan Rencana Kerja Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit yang baru akan dilakukan maupun lanjutan dari yang sudah ada dalam
melakukan rencana pengembangan atau peningkatan kelas dari suatu Rumah Sakit.
Penyelenggaraan makanan adalah proses pengolahan makanan, mulai dari
perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan
pengolahan serta pelayanan (Deden, 2010). Dalam penyelenggaraan makanan
diperlukan ruangan atau tempat untuk melaksanakan penyelenggaraan makanan
tersebut, salah satunya yaitu ruang pengolahan makanan. Untuk kelancaran
terselenggaranya kegiatan penyelanggaraan makanan tersebut harus didukung juga
oleh sarana fisik yang tersedia dan sanitasi yang diterapkan oleh suatu Rumah Sakit.
Sistem penyelenggaraan makanan banyak dalam suatu institusi harus
memperhatikan sistem pengolahan yang telah ditentukan oleh institusi tersebut.
Secara umum sistem yang dijalankan pada berbagai klasifikasi pengolahan makanan
pada dasarnya sama terdiri dari subsistem yang meliputi anggaran, perencanaan menu,
standar bahan makanan, pemasakan, penyajian, penyaluran, pencatatan, pelaporan dan
evaluasi menu. Adapun prinsip dasar penyelenggaraan makanan pada hakekatnya
menyangkut proses perencanaan menu, penyediaan bahan makanan mentah,
penciptaan menu makanan yang akan diproduksi, serta memenuhi zat gizi yang
penting bagi tubuh dan dilaksanakan dengan fasilitas yang memadai dalam batas
ketersediaan dana (Direktorat BGM, 1991).
Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross
infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne
infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya sanitasi.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan
dari institusi pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan
yang bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia tersebut.
Namun, dalam praktiknya masih banyak rumah sakit yang tidak
menyelenggarakan sanitasi sebagai syarat penyehatan lingkungan, disebabkan oleh
berbagai alasan, hal yang tidak asing adalah karena hal Pendanaan yang tidak cukup,
sementara rumah sakit hanya memfokuskan terhadap pelayanan kesehatan, jumlah
dokter spesialis, atau sarana lain penunjang kesehatan yang lebih di tingkatkan,
sedangkan rumah sakit tidak hanya cukup dengan hal tersebut saja, karena ada sisi
lain yang harus mereka perhatikan yaitu “sanitasi”.
Menurut Aritonang (2014), masih dijumpai sarana fisik instalasi hanya
merupakan lokasi atau ruangan yang tersisa, sehingga letaknya kurang memenuhi
syarat dan kurang menyenangkan. Oleh karena itu, kami akan melakukan studi
kelayakan mengenai, sanitasi ruang penyimpanan, dan sarana fisik di ruang
penyimpanan di RSUD Ulin Banjarmasin untuk mengetahui sanitasi ruangan dan
sarana fisik dengan syarat dan standar yang telah ditentukan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sanitasi dan syarat fisik ruang penyimpanan di RSUD Ulin
Banjarmasin?