PENDAHULUAN
1 Bab I Pendahuluan
saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar dapat bermanfaat bagi
tubuh. Masalah makanan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus
pangan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
(foodborne disease), dimana kasus yang paling sering ditemui adalah diare
(Ruchiyat, 2007).
Prevalensi kejadian diare di Indonesia pada kelompok umur 5 – 14 tahun sebesar
9% di tahun 2007 (Kemenkes RI, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta tahun 2014,
prevalensi kejadian diare pada kelompok umur 5 – 9 tahun sebesar 2,57%. Wilayah
dengan angka kesakitan diare tertinggi yaitu Jakarta Timur dengan jumlah kejadian
diare mencapai 5.972 kasus di tahun 2014 pada kelompok umur 5 – 9 tahun.
Kecamatan Cakung merupakan lokasi di Jakarta Timur dengan angka kejadian diare
tertinggi pada kelompok umur 5 – 9 tahun selama bulan Januari sampai Juni 2016
sebagai penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Menurut WHO (2006), sebanyak
itu sendiri (WHO, 2015). Menurut BPOM (2012), kontaminasi pada makanan paling
lainnya adalah penggunaan BTP berlebih berupa pewarna makanan 15,7% dan
penyebab diare yang paling banyak ditemui adalah adanya kontaminasi dari
Escherichia coli pada makanan atau sumber air yang digunakan dalam mengolah
mikroorganisme patogen yang sering ditemukan pada anak yang mengalami diare
lainnya yaitu Vibrio cholera sebesar 5-10% dan Salmonella sebesar 1-5%.
melalui makanan, dimana makanan yang dikonsumsi dibeli di kantin sekolah atau
penjaja kaki lima (WHO, 2006). Kantin sekolah merupakan pelayanan khusus yang
menyediakan makanan dan minuman untuk para siswa dan staf sekolah lainnya, di
suatu tempat yang biasanya merupakan bagian dari bangunan sekolah (Suteki dan
Karwanto, 2014). Sedangkan pedagang kaki lima adalah sekelompok orang yang
menawarkan barang untuk dijual di atas trotoar atau di tepi jalan, di sekitar pusat
pendidikan, baik secara menetap ataup setengah menetap, berstatus tidak resmi atau
setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore, maupun malam hari (Setyowati,
pada makanan paling banyak ditemukan pada pedagang kaki lima sebanyak 40,7%,
sedangkan tempat lainnya antara lain jasa boga 38,2%, hotel 33,3%, warung 32,9%,
banyak disukai karena rasanya, harganya yang murah dan tersedia setiap saat
kesakitan diare disebabkan karena tidak mencuci tangan setelah buang air besar,
tidak mencuci tangan sebelum memasak dan membeli makanan jajanan yang dijual
oleh pedagang kaki lima (Muhonjal et.al, 2014). Berdasarkan Food and Agricultural
Organization (FAO), sebanyak 2,5 juta orang memakan makanan jajanan setiap
harinya, oleh karena itu praktik pengolahan makanan oleh penjamah makanan
berperan penting dalam keamanan makanan jajanan itu sendiri (Gadi et. al, 2013).
Kejadian penyakit bawaan makanan lainnya dapat terjadi akibat buruknya praktik
Penjamah makanan merupakan karier atau dapat menjadi media penularan dari
bakteri enteric patogen (Muhonjal et.al, 2014). Menurut Bhaskar et.al (2004)
bakteri patogen dari lingkungan ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
dimakan. Selain itu, kondisi lingkungan di sekitar tempat berjualan, seperti adanya
saluran pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah dan genangan air akan
makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima tersebut (Chumber et.al, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan Odonkor et.al (2011) praktik personal hygiene
pengolahan makanan dan minuman yang tidak tepat, serta peralatan memasak yang
tidak bersih juga dapat menyebabkan terjadinya kejadian penyakit bawaan makanan.
Kontaminasi bakteri E.coli pada makanan dapat menyebabkan diare bagi
manusia. Kontaminasi E.coli pada makanan dapat berasal dari buruknya higiene
hingga cara penyajian makanan. Makanan yang dijual di kantin sekolah maupun
pedagang kaki lima di sekitar sekolah dasar dapat berpotensi menyebabkan kejadian
penyakit bawaan makanan akibat kontaminasi E.coli, karena perilaku dan kondisi
higiene sanitasi makanan yang buruk. Anak sekolah merupakan usia yang rentan
terhadap penyakit, sehingga jika kondisi makanan yang dikonsumsi tidak baik akan
tertarik untuk meneliti kontaminasi bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan
87% makanan jajanan yang dijual di sekitar sekolah dasar Kecamatan Cakung positif
terkontaminasi oleh bakteri E.coli. Hal ini dapat disebabkan karena buruknya praktik
praktik mencuci tangan dengan sabun, 56% penjamah makanan tidak melakukan
cara pencucian peralatan yang memenuhi syarat, 84% penjamah makanan tidak
memiliki fasilitas sanitasi dan tempat menyimpan makanan yang memenuhi syarat,
serta 76% cara penyajian makanan tidak memenuhi syarat. Belum ada penelitian
mengenai kontaminasi bakteri E.coli terkait dengan faktor higiene sanitasi makanan
di Kecamatan Cakung. Untuk itu, peneliti tertarik untuk meneliti kontaminasi bakteri
Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar
menyimpan makanan matang dan cara penyajian pada Pangan Jajanan Anak
bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah
Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar
bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah
Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar
1.4 Tujuan
bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah
bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah
bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah
Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar
1.5 Manfaat
1. Bagi Sekolah Dasar
sanitasi makanan.
pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di sekolah dasar Kecamatan Cakung
tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan
Sampel pada penelitian ini adalah pedagang makanan yang berjualan di kantin
maupun sekitar sekolah dasar di Kecamatan Cakung antara pukul 08.00–11.00 yang
data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan observasi mengenai faktor higiene dan sanitasi
makanan yang mengacu pada Kepmenkes No. 942 Tahun 2003 serta pengujian
laboratorium secara kualitatif untuk mengetahui kontaminasi bakteri E.coli pada
makanan jajanan yang dijual. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas
Kecamatan Cakung untuk mengetahui daftar sekolah dasar dan pedagang makanan