Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN

SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG
MANGGIS KOTA BANJARBARU TAHUN 2019

Desy Perdana Sari1, Meilya Farika Indah2, Zuhrupal Hadi3, Ari Widyarni4
1
Mahasiswa Prodi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
2,3,4
Dosen Prodi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
E-mail:Desyperdana4@gmail.com

ABSTRAK

Kasus DBD khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru mengalami
peningkatan. Pada tahun 2018 sejumlah 182 kasus penderita DBD dengan kematian sebanyak 3 orang,
sedangkan dari bulan Desember sampai Maret 2019 sejumlah 267 kasus penderita DBD dengan kematian
sebanyak 5 orang. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis tahun 2019. Metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi adalah kepala keluarga pada bulan Januari sampai Maret 2019 di wilayah Puskesmas Guntung
Manggis sebanyak 23.881 orang. Sampel sebanyak 96 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik
Purposive sampling Uji statistik menggunakan uji Chi square test. Hasil menunjukkan karakteristik responden
umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 45 responden (46,9%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 93 responden
(96,9%), pekerjaan swasta yaitu sebanyak 80 responden (83,3%) dan berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 35
responden (36,5%), kejadian DBD pada 6 bulan terakhir yaitu sebanyak 52 responden (65,3%). Pengetahuan
tentang DBD cukup yaitu sebanyak 37 responden (38,5%). Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
kurang yaitu sebanyak 40 responden (41,7%). Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) (p-value = 0,000). Ada hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) (p-value = 0,000). Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan
pengetahuan yang kurang dengan cara mencari informasi melalui media cetak maupun elektronik tentang DBD
dan keluarga dapat melaksanakan kegiatan PSN secara rutin. Diharapkan petugas kesehatan meningkatkan
pengawasan 3M yang dilakukan keluarga dengan cara melakukan kunjungan rumah.

Kata kunci : Kejadian DBD, Pengetahuan, Perilaku PSN

ABSTRACT

DHF cases, especially in the Work Area of Guntung Manggis Community Health Center, Banjarbaru City
have increased. In 2018 a total of 182 cases of dengue sufferers with deaths of 3 people, while from December
to March 2019 there were 267 cases of dengue sufferers with deaths of 5 people. This study aimed to analyze the
relationship between knowledge and behavior of Mosquito Nest Eradication (PSN) and the incidence of Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) in the Guntung Manggis Health Center Working Area in 2019. Analytical survey
research method with cross sectional approach. The population is the head of the family from January to March
2019 in the area of Guntung Manggis Community Health Center as many as 23,881 people. A sample of 96
respondents. Sampling using Purposive sampling techniques Statistical tests using Chi square test. The results
show the characteristics of respondents aged 31-40 years as many as 45 respondents (46.9%), male sex as many
as 93 respondents (96.9%), private jobs namely as many as 80 respondents (83.3%) and high school education
namely as many as 35 respondents (36.5%), the incidence of DHF in the last 6 months was as many as 52
respondents (65.3%). Knowledge about DHF is enough, namely as many as 37 respondents (38.5%). The
behavior of eradicating mosquito nests (PSN) is lacking as many as 40 respondents (41.7%). There is a
relationship of knowledge with the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) (p-value = 0,000). There is
a relationship between behavioral eradication of mosquito nests (PSN) and the incidence of dengue fever (DHF)
(p-value = 0,000). It is expected that the community can increase their lack of knowledge by finding information
through print and electronic media about dengue and families can carry out PSN activities regularly. It is hoped
that health workers will increase 3M supervision by families by making home visits.

Keywords : DHF incidence, Knowledge, PSN Behavior


PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah virus
penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes Aegypti nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini
telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya (Infodatin, 2017). Penyakit Demam
Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya
menyebar keberbagai negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun
sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Jumlah
kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3
juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687
kasus merupakan DBD berat. Asia Tenggara terdapat tiga negara yang terjadi peningkatan terus menerus kasus
DBD yaitu Indonesia, Thailand, dan Myanmar (WHO, 2015).
Pada tahun 2015 tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229
orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni
sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada tahun 2014 (Depkes
2017). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2017) jumlah kabupaten/kota yang terjangkit demam berdarah
dengue Menurut Provinsi Tahun 2015 sampai 2017 yaitu tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebanyak 38
(100%) selama 3 tahun berturut-turut. Sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 544 kasus dengan
Incidence Rate per 100.000 Penduduk yaitu 13,20 dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 2 orang dan Case
Fatality Rate (0,37%) (Kemenkes, 2017).
Penyebaran DBD yang tinggi karena berpengaruhnya faktor cuaca dan iklim serta musim pancaroba
yang cenderung menambah jumlah habitat vector DBD, sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat
penampungan air lainnya) (Suhendro, 2016).
Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian DBD dikarenakan
masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan kelompok dan masyarakat dalam penanggulangannya
DBD (Kemenkes RI, 2015).
Masih tingginya kejadian DBD dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekstrenal seperti
pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat dalam memahami dan melakukan kegiatan pemberantasan sarang
Nyamuk (PSN) dengan melakukan tindakan menutup, menguras dan mengubur (3M) tempat penampungan air
dan menghilangkan kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar tidur dan masyarakat sebaiknya
memperhatikan kondisi Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan untuk menampung air sehari-hari
(Chandra, 2010).
Kasus DBD khususnya di Wilayah Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2018 sejumlah 182 kasus penderita DBD dengan kematian sebanyak 3 orang,
sedangkan selama 6 bulan terakhir dari Desember sampai Maret 2019 sejumlah 267 kasus penderita DBD
dengan kematian sebanyak 5 orang (Laporan Tahunan Puskesmas Guntung Manggis, 2019). Peranan petugas
kesehatan yang ada di Puskesmas Guntung Manggis dalam kegiatan pencegahan DBD yaitu melakukan
pembagian bubuk abate, melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penyuluhan dengan 3M plus,
melakukan Angka Bebas Nyamuk (ABJ) dan Fogging yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Manggis. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengambil judul “hubungan antara pengetahuan dan
perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Puskesmas Guntung Manggis tahun 2019”.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan dan perilaku Pemberantasan Sarang Jentik (PSN)
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota
Banjarbaru Tahun 2019.
METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga pada bulan Januari sampai Maret 2019 di wilayah Puskesmas
Guntung Manggis sebanyak 23.881 orang dengan sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 orang. Ada pun
teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara Purposive sampling. Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel
bebas (variabel independen) adalah pengetahuan dan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian DBD. Analisis data yang digunakan adalah
analisis univariat dan analisis bivariat. Uji stati stik yang dipakai adalah uji Chi square test dengan
menggunakan derajat kepercayaan 95%. Jika p ≤ α 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Jika p > α 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data penelitian pada tanggal 18 Juni sampai 28 Juni 2019 dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel yaitu Purposive sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang yang bersedia
menjadi responden. Hasil ini diperoleh melalui pengisian kuesioner. Setelah itu, data yang berasal dari kuesioner
terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data mulai dari editing, coding, entry, tabulasi dan analisa data
sampai penyajian data. Dari hasil pengolahan data, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi responden
(analisis univariat) dan hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (analisis bivariat)
dengan menggunakan uji Chi-square.

1. Analisis Univariat
a. Gambaran kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Gambaran kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota
Banjarbaru Tahun 2019
No Kejadian DBD f (%)
1 Ya 52 54,2
2 Tidak 44 45,8
Total 96 100

Berdasarkan tabel 1.1 distribusi frekuensi kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 didapatkan bahwa kejadian DBD sebesar 52 responden (54,2%)
lebih banyak dari yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 44 responden (45,8%).
b. Gambaran pengetahuan tentang DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis kota Banjarbaru
Tahun 2019
Gambaran pengetahuan tentang DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis kota
Banjarbaru Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi pengetahuan tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019
No Pengetahuan f (%)
1 Baik 35 36,5
2 Cukup 37 38,5
3 Kurang 24 25,0
Total 96 100

Berdasarkan tabel 1.2 distribusi frekuensi pengetahuan tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas
Guntung Manggis kota Banjarbaru tahun 2019 didapatkan bahwa pengetahuan cukup sebesar 37
responden (38,5%) lebih banyak dari pengetahuan baik sebesar 35 responden (36,5%) dan pengetahuan
kurang sebesar 24 responden (25,0%).
c. Gambaran perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung
Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Gambaran perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung
Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di wilayah kerja Puskesmas
Guntung Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019
No Perilaku PSN f (%)
1 Baik 21 21,9
2 Cukup 35 36,5
3 Kurang 40 41,7
Total 96 100

Berdasarkan tabel 1.3 distribusi frekuensi perilaku pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di
wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019 didapatkan bahwa perilaku
PSN kurang sebesar 40 responden (41,7%) lebih banyak dari perilaku PSN cukup sebesar 35
responden (36,5%) dan perilaku PSN baik sebesar 21 responden (21,9%).

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji Chi-square.
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Dari hasil analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 adalah sebagai
berikut:

Tabel 1.4
Hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
No Pengetahuan Kejadian DBD Total %
Ya Tidak
n % n %
1 Baik 6 17,1 29 82,9 35 100
2 Cukup 25 67,6 12 32,4 37 100
3 Kurang 21 87,5 3 12,5 24 100
Jumlah 52 54,2 44 45,8 96 100
p-value =0,000 < α 0,05

Berdasarkan tabel 1.4 hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 diketahui bahwa
pengetahuan baik yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 29 responden (82,9%) lebih banyak
dari pada yang mengalami kejadian DBD sebesar 6 responden (17,1%), pengetahuan cukup yang
mengalami kejadian DBD sebesar 25 responden (67,6%) lebih banyak dari pada yang tidak
mengalami kejadian DBD sebesar 12 responden (32,4%), sedangkan pengetahuan kurang yang
mengalami kejadian DBD sebesar 21 responden (87,5%) lebih banyak dari pada yang tidak
mengalami kejadian DBD sebesar 3 responden (12,5%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-square di
dapatkan nilai p-value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya secara statistik ada
hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019.

b. Hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Dari hasil analisis bivariat hubungan hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung
Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5
Hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
No Perilaku PSN Kejadian DBD Total %
Ya Tidak
n % n %
1 Baik 5 23,8 16 76,2 21 100
2 Cukup 17 48,6 18 51,4 35 100
3 Kurang 30 75,0 10 25,0 40 100
Jumlah 52 54,2 44 45,8 96 100
p-value =0,000 < α 0,05

Berdasarkan tabel 1.5 hasil analisis bivariat hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan kejadian DBD di Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2019 diketahui bahwa perilaku
PSN baik yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 16 responden (76,2%), lebih banyak dari
pada yang mengalami kejadian DBD sebesar 5 responden (23,8%), perilaku PSN cukup yang tidak
mengalami kejadian DBD sebesar 18 responden (51,4%) lebih banyak dari pada yang mengalami
kejadian DBD sebesar 17 responden (48,6%), sedangkan perilaku PSN kurang yang mengalami
kejadian DBD sebesar 30 responden (75,0%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami kejadian
DBD sebesar 10 responden (25,0%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-square di dapatkan nilai p-
value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima artinya secara statistik ada hubungan
perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019.

PEMBAHASAN

1. Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis
Kota Banjarbaru Tahun 2019 didapatkan bahwa kejadian DBD sebesar 52 responden (54,2%) lebih banyak
dari yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 44 responden (45,8%).
Berdasarkan karakteristik responden yang mengalami kejadian DBD bahwa umur 31-40 tahun hal ini
dikarenakan umur tersebut adalah umur produktif untuk bekerja hal ini didukung oleh pekerjaan sebagian
besar responden swasta, dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki hal ini karena laki-laki lebih banyak
melakukan aktivitas di luar rumah sehingga mudah tergigit nyamuk. Selain itu kejadian DBD dalam
penelitian ini juga dipengaruhi pengetahuan yang kurang tentang pencegahan DBD dan perilaku PSN yang
kurang sehingga responden tidak dapat melakukan pencegahan DBD.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD yaitu faktor genetik yaitu umur dan jenis kelamin,
faktor perilaku seperti pengetahuan, sikap dan tindakan 3M plus, faktor lingkungan seperti iklim, curah
hujan, suhu udara, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin, faktor pelayanan kesehatan seperti
program pemberantasan DBD, penyelidikan Epidemiologi, pemantauan jentik berkala, fogging dan
pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus (Hendrik L. Blum, 1974).
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan karena dapat
menyerang semua golongan umur dan menyebabkan kematian, khususnya pada anak-anak (Cecep, 2011).
Gejala yang di derita penyakit DBD yaitu dapat membuat suhu tubuh penderita menjadi sangat tinggi dan
pada umumnya di sertai sakit kepala, nyeri sendi, otot dan tulang serta nyeri dibagian belakang mata
(Suhendro, 2010). Penyebaran virus DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. (Depkes, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Malela (2014) menunjukkan bahwa dari 38 responden
terdapat 20 (52,6%) responden yang menderita DBD dan 18 (47,4%) responden yang tidak menderita
(riwayat DBD).
2. Pengetahuan tentang DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung
Manggis kota Banjarbaru tahun 2019 didapatkan bahwa pengetahuan cukup sebesar 37 responden (38,5%)
lebih banyak dari pengetahuan baik sebesar 35 responden (25,0%) dan pengetahuan kurang sebesar 24
responden (25,0%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup dan kurang
dapat ditunjukkan dari hasil jawaban responden dari kuesioner yang masih banyak menjawab salah
pertanyaan no 1 sebanyak 41 responden (42,7%) menjawab salah bahwa penyakit DBD disebabkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti, pada pertanyaan no 9 sebanyak 50 responden (52,1%) menjawab salah bahwa salah
satu cara mencegah/memberantas perkembangbiakan nyamuk DBD yaitu dengan menutup rapat-rapat
tempat penampungan air, dan pada pertanyaan no 10 sebanyak 50 responden (52,1%) menjawab salah bahwa
3M adalah menguras, menutup, mengubur. Dalam hal ini responden hanya mengetahui penyakit DBD
disebabkan oleh nyamuk, namun belum mengetahui bahwa nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan DBD,
selain itu sebagian responden belum memahami tentang 3M yaitu menguras, menutup, mengubur, salah satu
contohnya adalah dengan menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
Namun hasil penelitian ini sudah ada responden yang memiliki pengetahuan baik hal ini dapat dilihat
dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa pada pertanyaan no 2 sebanyak 87 responden
(90,6%) menjawab benar bahwa penyakit DBD dapat menyebabkan kematian, pertanyaan no 4 sebanyak 82
responden (85,4%) menjawab benar bahwa sasaran penyakit DBD adalah anak-anak dan orang dewasa, dan
pertanyaan no 5 sebanyak 94 responden (97,9%) menjawab benar bahwa salah satu tanda-tanda penderita
DBD yaitu tampak bintik merah pada kulit. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengerti
bahwa penyakit DBD dapat menyebabkan kematian dengan sasarannya adalah anak-anak dan orang dewasa,
adapun salah satu tanda dan gejala dari penyakit DBD adalah tampak bintik merah pada kulit.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
(Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur
responden paling banyak responden berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 45 responden (46,9%), semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, hingga pengetahuan yang di
peroleh semakin membaik. Begitu juga dengan pendidikan, pendidikan responden paling banyak yaitu paling
banyak responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 35 responden (36,8%), hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden hanya mempunyai pendidikan formal pada tingkat menengah hal ini dapat
menyebabkan responden mempunyai pengetahuan yang cukup dan kurang karena kurangnya informasi
tentang penyakit DBD karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Kemudian pekerjaan, adapun pekerjaan responden paling banyak yaitu
swasta yaitu sebanyak 80 responden (83,3%), seseorang yang bekerja akan mudah dalam memperoleh
informasi karena dapat bertukar informasi dengan orang yang ada di tempat kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Akhmadi (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang DBD di kota Banjarbaru dalam kategori cukup sebanyak 58 responden (48,3%).
Penelitian Azzahra (2015) menunjukkan bahwa dari 162 responden yang dilakukan di RW VI Kelurahan
Antang Kecamatan Mangala Kota Makassar didapatkan data pengetahuan responden bahwa pengetahun
responden tentang DBD terdapat 102 responden (63%) dengan kategori cukup dan 60 responden (37%)
dengan kategori kurang.
3. Perilaku Pemberantasan Sarang Jentik (PSN) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota
Banjarbaru Tahun 2019
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi perilaku pemberantasan Sarang Jentik (PSN) di wilayah kerja
Puskesmas Guntung Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019 didapatkan bahwa perilaku PSN kurang sebesar
40 responden (41,7%) lebih banyak dari perilaku PSN cukup sebesar 35 responden (36,5%) dan perilaku
PSN baik sebesar 21 responden (21,9%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku PSN kurang hal ini dapat
dilihat dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa pada pertanyaan no 4 yaitu sebanyak 68
responden (70,8%) responden dan keluarga tidak memelihara ikan pemakan jentik di bak mandi/WC, pada
pertanyaan no 8 yaitu sebanyak 87 responden (90,6%) responden dan keluarga tidak menggunakan kelambu
saat tidur, dan sebanyak 55 responden (57,3%) responden dan keluarga menggantung pakaian setelah
dipakai di kamar/didalam rumah.
Hasil menunjukkan bahwa tindakan responden sudah ada responden yang memiliki perilaku baik
dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner dalam melakukan perilaku PSN yaitu pada pertanyaan no 1 yaitu
sebanyak 88 responden (91,7%) melakukan menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi/WC dan drum secara rutin sekurang-kurangnya setiap minggu sekali, pertanyaan no 5 sebanyak 81
responden (84,4%) memakai kawat kasa di ventilasi rumah dan pada pertanyaan no 7 yaitu sebanyak 76
responden (79,2%) mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lain sejenisnya seminggu
sekali.
Menurut Soedarmo (2012) perilaku PSN yang dimaksud yaitu menguras dan menyikat tempat-tempat
penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali. Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan. Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti
mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak, menutup lubang-lubang pada potongan
bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain), menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-
tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak
penampungan air, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar,
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, dan memakai obat
yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan penelitian Suryani (2017) menunjukkan bahwa
perilaku PSN dengan metode 3M plus kurang sebanyak 55 responden (55,0%) dan perilaku 3M plus baik
sebanyak 49 respoden (47,1%).
4. Hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas
Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 diketahui bahwa
pengetahuan baik yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 29 responden (82,9%) lebih banyak dari
pada yang mengalami kejadian DBD sebesar 6 responden (17,1%), pengetahuan cukup yang mengalami
kejadian DBD sebesar 25 responden (67,6%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami kejadian DBD
sebesar 12 responden (32,4%), sedangkan pengetahuan kurang yang mengalami kejadian DBD sebesar 21
responden (87,5%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 3 responden
(12,5%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-square di dapatkan nilai p-value = 0,000 < α 0,05 maka Ho di
tolak dan Ha di terima artinya secara statistik ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019.
Menurut asumsi peneliti pengetahuan berhubungan sebab akibat dengan kejadian DBD. Pengetahuan
yang rendah akan mempengaruhi seseorang tentang DBD karena mereka tidak mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan penyakit DBD. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi, mereka yang tidak pernah mengalami kejadian DBD atau tidak ada anggota keluarga yang
mengalami kejadian DBD tidak akan mengetahui cara mencegah penyakit DBD, begitu sebaliknya ketika
seseorang mengalami kejadian DBD atau ada anggota keluarga yang mengalami kejadian DBD akan
mengetahui tindakan pencegahan penyakit DBD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada responden yang berpengetahuan baik namun masih
mengalami kejadian DBD hal ini dikarenakan perilaku PSN yang kurang, namun sebaliknya responden yang
berpengetahuan kurang namun tidak mengalami kejadian DBD hal ini dikarenakan perilaku PSN baik,
pengetahuan yang kurang dikarenakan sebagian besar pendidikan yang rendah namun peranan petugas
kesehatan yang baik dalam membantu responden mencegah DBD.
Peranan petugas kesehatan yang telah dilakukan terutama pemegang program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular DBD mengatakan sudah sesuai dengan program dari puskesmas Guntung
Manggis yaitu upaya pencegahan dan pemberantasan yang telah dilakukan adalah melakukan penyuluhan
tentang 3M plus, melakukan upaya penaburan bubuk abate, ABJ, fogging dan melakukan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus di wilayah Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru.
Peranan petugas kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang DBD seperti
konseling dan promosi kesehatan melalui media yang menarik seperti ceramah, tanya jawab, leaflet
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa tindakan seseorang individu termasuk
kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dihubungkan oleh domain kognitif atau
pengetahuan. Perilaku individu akan lebih langgeng dan bertahan lama apabila didasari oleh pengetahuan
yang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Umboh (2015) hasil analisis statistik yang dilakukan
dengan menggunakan uji chi square menunjukkan p value = 0,004. Data ini menunjukkan terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian demam berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana
Weru Kota Manado. Uji hubungan ini juga menghasilkan nilai Odds Ratio (OR) = 5,571 (CI 95% 1,804 –
17,203). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian Susila (2015) dari hasil uji statistik dengan
Chi Square Test yaitu nilai p=0,036 yang artinya nilai p value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan DBD dengan kejadian DBD di Banjar
Pegok, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan.
5. Hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Jentik (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019
Berdasarkan hasil analisis bivariat hasil analisis bivariat hubungan perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di Puskesmas Guntung Manggis Tahun 2019 diketahui bahwa
perilaku PSN baik yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 16 responden (76,2%), lebih banyak dari
pada yang mengalami kejadian DBD sebesar 5 responden (23,8%), perilaku PSN cukup yang tidak
mengalami kejadian DBD sebesar 18 responden (51,4%) lebih banyak dari pada yang mengalami kejadian
DBD sebesar 17 responden (48,6%), sedangkan perilaku PSN kurang yang mengalami kejadian DBD
sebesar 30 responden (75,0%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami kejadian DBD sebesar 10
responden (25,0%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-square di dapatkan nilai p-value = 0,000 < α 0,05 maka
Ho di tolak dan Ha di terima artinya secara statistik ada hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Jentik
(PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis
Kota Banjarbaru Tahun 2019.
Kejadian DBD berhubungan sebab akibat dengan perilaku PSN, semakin baik perilaku PSN maka
dapat mencegah terjadi DBD, namun sebaliknya semakin kurang perilaku PSN maka tidak dapat mencegah
terjadi DBD. Upaya dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD) pada masyarakat dapat dilakukan
dengan Perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki perilaku PSN baik namun masih
mengalami kejadian DBD hal ini dikarenakan tertular dari penderita lain atau rumah yang ada nyamuk
terbang 100 m kerumah responden dan menggigit responden meskipun sudah melakukan perilaku PSN
dengan baik, namun dalam penelitian ini juga terdapat responden yang kurang melakukan perilaku PSN
namun tidak mengalami kejadian DBD, hal ini berkaitan dengan daya tahan tubuh responden.
Upaya pencegahan dan pengendalian ini merupakan salah satu bentuk tindakan untuk memutus rantai
penularannya dengan cara memberantas jentik nyamuk penularannya. Kurangnya perhatian masyarakat
tentang perilaku menguras, menutup, dan mengubur ini sehingga dari tahun ke tahun meningkatkan angka
kejadian demam berdarah semakin tinggi (Ariyati, 2015).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fuka Priesley (2018) menunjukkan bahwa ada
hubungan perilaku PSN 3M Plus terhadap kejadian DBD di Kelurahan Andalas dengan p value= 0,001 <
0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mia (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian DBD dengan p value=0,009 < 0,05.

PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 yaitu
sebanyak 52 responden (54,2%).
2. Pengetahuan tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis kota Banjarbaru Tahun 2019
paling banyak pengetahuan cukup yaitu sebanyak 37 responden (38,5%).
3. Perilaku Pemberantasan Sarang Jentik (PSN) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota
Banjarbaru Tahun 2019 paling banyak perilaku PSN kurang yaitu sebanyak 40 responden (41,7%).
4. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 (p-value = 0,000).
5. Ada hubungan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis Kota Banjarbaru Tahun 2019 (p-value =
0,000).

b. Saran
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman
dan juga wawasan pengetahuan dalam penelitian yang telah dilakukan.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan atau referensi dan khususnya tentang
pengetahuan dan perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
3. Bagi Puskesmas Guntung Manggis
Sebagai bahan masukan terutama tenaga kesehatan dan pemegang program pencegahan dan
pengendalian penyakit menular DBD untuk dapat mengoptimalkan penyuluhan tentang pencegahan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan
metode 3M plus serta petugas kesehatan diharapkan meningkatkan pengawasan 3M yang dilakukan
keluarga dengan cara melakukan kunjungan rumah.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan yang kurang dengan cara mencari
informasi melalui media cetak maupun elektronik tentang DBD dan keluarga dapat melaksanakan
kegiatan PSN secara rutin.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain lain seperti hubungan program
petugas kesehatan dengan kejadian DBD, dan faktor lingkungan dengan kejadian DBD.

REFERENSI

Akhmadi. 2012. Hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap demam berdarah dengue di
Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang
(Epidemiology and Zoonosis Journal) di akses 01 Juni 2019.

Ariyati. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Azzahra. 2015. Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Masyarakat Di Kelurahan Antang Kec.Manggala
Rw VI Tentang Penyalik Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Makassar Tahun 2015. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. di akses 01 Juni 2019.

Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Aplication of Social Changes Theory. New
York: Human Sciences Press.

Cecep, 2011. Faktor penyebab DBD. Jakarta :EGC.

Chandra, Budiman. 2010. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2015. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD. Jakarta: Depkes RI.

Infodatin. 2017. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.Jakarta: Kementerian

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Priesley, Fuka. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan
Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Andala. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
(FK Unand). di akses 04 April 2019.

Puskesmas Guntung Manggis. 2019. Kasus Demam Berdarah Dengue. Laporan Tahunan Puskesmas Guntung
Manggis Tahun 2019.

Soedarmo. 2012. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Suhendro, 2010. Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Suryani. 2018. Gambaran Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kota Blitar Tahun 2015-2017. Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal Berkala Epidemiologi
Volume 6 Nomor 3 (2018) 260-267. di akses 01 Juni 2019.

Umboh. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi. di akses 01 Juni 2019.

WHO. 2015. Dengue Status in South East Asia Region : AN Epidemiological Perspective.

Anda mungkin juga menyukai