Anda di halaman 1dari 31

MEDIA DAN POLITIK KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Politik Kesehatan


Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku

Oleh :
Lakhmudin 101614153020
Dewi Masitah 101614153029
Juliantoro Dwi S 101614153032
Windi Chusniah Rachmawati 101614153036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan setiap manusia. Bahkan bayi
pun melakukan komunikasi, misalnya dengan cara menangis ketika merasa
lapar. Komunikasi penting dilakukan, karena hanya dengan berkomunikasi
seseorang dapat bertukar informasi dengan orang lain. Untuk mengungkapkan
apa yang ia pikirkan, ia ketahui, dan untuk mengetahui apa yang orang lain
pikirkan dan ketahui. Berbicara mengenai informasi, sudah menjadi kebutuhan
dasar setiap manusia untuk mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya. Dan
media massa menjawab kebutuhan ini. Jadi dapat dikatakan bahwa media massa
merupakan kebutuhan manusia yang merupakan mahluk sosial, untuk
mendapatkan informasi mengenail hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Media merupakan perluasan alat indera manusia. Dengan kata lain,
kehadiran media dalam komunikasi merupakan perpanjangan dari telinga dan
mata. Media massa menyampaikan pesan yang beraneka ragam dan aktual
tentang lingkungan sosial dan politik. Media massa diawali dalam bentuk surat
kabar, yang ditulis lalu kemudian dicetak setalah teknologi percetakan
berkembang. Surat kabar dapat menjadi media untuk mengetahui berbagai
peristiwa politik yang aktual yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Begitu juga
dengan juga radio dan televisi sebagai media elektronik menjadi sarana untuk
mengikuti berbagai kejadian politik yang sedang terjadi. Kemudian muncul
pula majalah, radio, televisi, dan terakhir internet.
Media massa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Peran komunikasi sangat menentukan dalam penyampaian
informasi maupun suatu kebijakan pemerintah. Sejalan dengan tingkat
perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat, maka metode
komunikasi pun mengalami perkembangan yang pesat pula. Namun semua itu,
mempunyai aksentuasi sama yakni komunikator menyampaikan pesan, ide, dan
gagasan, kepada pihak lain (komunikan). Hanya model yang digunakannya
berbeda-beda. Bila dirinci secara lebih kongkrit, metode komunikasi dalam
dunia kontemporer saat ini yang merupakan pengembangan dari komunikasi
verbal dan non-verbal meliputi banyak bidang, antara lain jurnalistik, hubungan
masyarakat, periklanan, pameran/eksposisi, propaganda, dan publikasi.
Berdasarkan metode dalam komunikasi seperti tersebut tadi, semakin
jelas kiranya, bahwa media menjadi salah satu metode dalam komunikasi.
Karena menjadi bagian dari kegiatan komunikasi, maka metode, media,
karakteristik unsur komunikasi (komunikator, pesan, media, komunikan) dan
pola yang digunakan, sama dengan model-model komunikasi lain. Oleh karena
itu, pada makalah kali ini akan membahas media massa yang memiliki fungsi
dan peranan yang sangat penting. Sebagai langkah awal perbaikan politik
kesehatan untuk mencapai keberhasilan pemerintahan yang demokratis di
bidang kesehatan, sangat ditentukan peran media massa dalam menyampaikan
pesan-pesan yang penuh harapan kepada masyarakat sebagai upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan media dengan politik kesehatan dalam
prespektif promosi kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis sejarah media dan perkembangan media di Indonesia
b. Menganalisis jenis-jenis media dan perkembangannya
c. Menganalisis peranan media dalam mempengaruhi agenda
kebijakan politik kesehatan di Indonesia
d. Menganalisis komunikasi politik kesehatan yang ada di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Media
2.2.1 Pengertian Media
Media merupakan alat atau saran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa
pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia,
maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah
pancaindera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima
selanjutnya oleh pancaindera selanjutnya diproses oleh pikiran manusia
untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinayatakan dalam tindakan (Cangara, 2006).
Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan,
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatianm dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa, yang sehingga proses belajar
mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang
diharapkan (Sadiman, 2002).
2.2.2 Sejarah Media
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar
(teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual,
misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap
atau retensi belajar. Namun karena terlalu memusatkan perhatian pada
alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek disain, pengembangan
pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi, dengan
masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual
untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga
kita kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA) .
Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan
pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mengkin terjadi
kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Untuk memahami
peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian
dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of
experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat
bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman
belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh
Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang
diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri
apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media
tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret
siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman
langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya
hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman
yang akan diperoleh siswa .
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur
pesan atau informasi belajar. Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses
belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory)
dari B.F Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah mengubah tingkah-laku
siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
2.2.3 Perkembangan Media
a) Era Lisan
Era lisan ini bisa dikatakan sebagai awal mulanya penggunaan
media. Era ini sebenarnya adalah gambaran dimana manusia mulai
bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya. Diperkirakan era lisan
ini berjalan sekitar 300.000 th 200.000 th SM. Dalam buku
Komunikasi Massa, Nuruddin memberitahukan bahwa manusia di era
ini mulai memiliki kemampuan untuk berbicara dan berbahasa
meskipun terbata-bata dalam kelompok masyarakat tertentu. Manusia
yang menjadi cirri pada era ini adalah manusia jenis Cro Magnon.
Mereka diperkirakan memiliki struktur tengkorak, lidah dan
kotak suara yang sama persis dengan apa yang kita miliki. Itu semua
menjadi bukti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berbicara.
Percakapan dan bahasa itu sendiri muncul sekitar 35.000 40.000
SM. Manusia Cro Magnon terus berkembang pada jaman ini karena
terus menggunakan percakapan dan bahasa sebagai alat komunikasi
mereka. Keuntungan yang didapat dari kemampuan mereka yang
mulai bisa berkomunikasi adalah perencanaan mereka dalam berburu
dapat lebih terkoordinir dan melakukan usaha perlindungan secara
lebih baik.
b) Era Tulisan
Sejarah perkembangan era tulisan ini ada pada tahun 1041 SM.
Di tahun ini lah era tulisan pertama kali berada di dunia. Bentuk-
bentuk hasil dari era tulisan ini adalah ketika ditemukannya cap-cap
tangan di dalam goa, lukisan tangan yang ada di archa-archa, lalu
ditemukannya tulisan di sebuah tanah liat yang dibentuk sedemikian
rupa dengan tujuan dan maksud yang penulis inginkan saat itu. Salah
satu tokoh ahli yang bernama Everet M. Rogers (1986) juga
menyebutkan bahwa tujuan mereka menulis di goa, archa ataupun
tanah liat adalah untuk memberikan sebuah pernyataan bahwa
memang hanya itu yang bisa mereka lakukan pada saat itu sebelum
tekhnologi canggih dan berkembang seperti yang ada sekarang ini.
Kita bisa melihat contoh peninggalan sejarah mereka pada goa-goa
yang ada di Yogyakarta, Solo, dll.
c) Era Percetakan
Setelah era tulisan maka muncullah era percetakan sebagai
penerus dan pelengkap dari perkembangan era tulisan. Sejarah
mencatat era ini mulai berkembang sekitar tahun 1450 ketika Johann
Gutenberg menemukan mesin cetak untuk pertama kali. Setelah era
Johann Gutenberg baru lah muncul era Penny Press pada tahun 1833
yang mencoba mengembangkan mesin cetak yang awalnya ditemukan
oleh Johann Gutenberg. Pada awalnya Cina yang menemukan bahan
baku pembuatan kertas, setelah saat itu penemuan mesin cetak mulai
dirintis dan dipergunakan.
Mesin cetak bergerak pertama kali ditemukan di Cina pada
abad ke-13, lalu kemudian metode cetak ini diperkenalkanlah hingga
sampai ke Eropa. Seiring waktu saat itu mesin cetak mulai digunakan
secara missal bahkan terus mengalami penyempurnaan. Sampai
akhirnya buku adalah salah satu alat penyampai informasi yang paling
penting saat itu. Ditambah ketika Benjamin Day mulai meluncurkan
The New York Sun atau yang juga dikenal dengan sebutan Penny Press
surat kabar pertama pada 3 September 1833.
d) Era Tekhnologi
Ketika dulu komunikasi hanya bisa dilakukan secara langsung
atau bertatap muka, seiring berkembangnya jaman kini komunikasi
bisa melalui jarak yang sangat jauh sekalipun. Semua itu bisa terjadi
karena adanya tekhnologi yang menolong kehidupan manusia di muka
bumi ini. Bahkan saat ini, tekhnologi sudah semakin canggih dan tidak
perlu lagi waktu lama bagi kita untuk selalu melihat dan menikmati
hasil dari inovasi terbaru teknologi saat ini.
Semuanya berawal dari sang penemu telepon yaitu Alexander
Graham Bell lalu ada Samuel Morse yang menemukan telegraf, dan
juga ada Guglielmo Marconi yang juga berperan penting pada masa
itu karena beliau lah yang pertama kali mengirim pesan melalui Radio.
Semuanya adalah awal mula dimana ditemukan beragam teknologi
terbaru di kehidupan manusia. Setelahnya, bermuncullan lah inovasi-
inovasi lainnya seperti televisi, computer, internet dan lain
sebagainya. Teknologi kini membantu manusia untuk melakukan
segala hal yang dulunya sulit, memakan waktu lama, bahkan tidak
mungkin menjadi hal yang sangat mungkin.
Media saat ini dan jaman dahulu sudah sangat jauh berbeda
dan semakin berkembang. Semuanya karena seiring berjalannya
waktu manusia terus saja melakukan banyak inovasi terbaru untuk
terus menemukan hal-hal baru yang semakin memudahkan hidup
manusia. Dari yang awalnya hanya bisa menggunakan lisan secara
terbata, mulai bisa menulis dari awalnya menggunakan daun-daun
kering menjadi sebuah kertas dan kini bisa menulis di alat yang jauh
lebih canggih seperti laptop atau computer. Ada juga mesin ketik yang
awalnya digunakan hanya untuk mencetak surat dan membuat
laporan, kini bahkan dikombinasikan dengan telepon dan layar dalam
bentuknya yang baru. Telepon juga mengalami perubahan serupa.
Dirancang untuk percakapan satu lawan satu, kini telepon bahkan bisa
dengan banyak lawan bicara sekaligus dan juga bisa sambil bertatap
muka. Media berkembang bukan untuk membodohi kita tapi harusnya
membuat kita semakin cerdas dalam menggunakan media dan benar-
benar memudahkan hidup kita.
2.2 Jenis-Jenis Media Komunikasi
Media komunikasi berdasarkan fungsinya terbagi menjadi tiga jenis
yaitu:
a. Fungsi produksi, yaitu media komunikasi untuk menghasilkan
informasi, misalnya komputer pengolah kata (word processor).
b. Fungsi reproduksi, yaitu media komunikasi untuk memproduksi
ulang dan menggandakan informasi, misalnya : audio tape recorder
dan video tape.
c. Fungsi penyampaian informasi, yaitu media komunikasi yang
dipergunakan untuk menyebarluaskan dan menyampaikan pesan
kepada komunikan yang menjadi sasaran, misalnya : telepon,
faksimili, dan lain-lain.
Media komunikasi berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat jenis
yaitu :
a. Media cetak
Merupakan mediakomunikasi yang dilakukan melalui proses
pencetakan untuk dapat digunakan sebagai sarana penyampaian
pesan atau informasi, misalnya : surat kabar, buku, brosur, dan lain-
lain.
b. Media audio
Merupakan media atau alat bantu komunikasi yang memancarkan
suara sehingga memungkinkan komunikasi dapat ditangkap melalui
indera pendengaran seperti radio dan telepon.
c. Media visual
Merupakan media atau alat bantu komunikasi yang dapat ditangkap
melalui indera penglihatan, seperti surat kabar, majalah, tabloid,
brosur, poster, dan spanduk.
d. Media komunikasi audio-visual
Merupakan media atau alat bantu komunikasi yang dapat ditangkap
sekaligus melalui indera pendengaran dan penglihatan, misalnya
televisi, video, dan film.
Berdasarkan jangkauan penyebaran informasinya, media terdiri dari dua
jenis yaitu :
a. Media komunikasi eksternal
Merupakan media komunikasi yang dipergunakan untuk
menyampaikan informasi dengan pihak luar. Media komunikasi
eksternal yang sering dipergunakan adalah :
1) Media cetak, yaitu media komunikasi yang tercetak atau tertulis
untuk menjangkau publik eksternal. Contoh media cetak antara
lain surat kabar, majalah, tabloid, buletin, dan lain sebagainya.
Media eksternal cetak berfungsi sebagai : (1) Media penghubung;
(2) Sarana menyampaikan keterangan kepada khalayak; (3)
Media pendidikan; (4) Sarana membentuk opini publik; dan (5)
Sarana membangun citra.
2) Media elektronik
Media elektronik ini antara lain radio, televisi, dan internet.
a) Radio, yaitu alat elektronik yang digunakan sebagai media
komunikasi dan informasi. Radio hanya dapat memberi
rangsangan melalui indera pendengaran. Melalui radio orang
dapat mendengarkan siaran tentang berbagai peristiwa,
masalah dalam kehidupan, dan menyajikan acara hiburan
yang menyenangkan.
b) Televisi, yaitu sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata
televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision
yang berarti tampak. Dengan demikian televisi berarti
tampak atau dapat melihat jarak jauh. Penyampaian pesan
kepada publik melalui televisi dapat dilakukan
denganmemasang iklan, mengundang wartawan atau
reporter televisi agar memuat berita tentang kegiatan atau
mengajukan permohonan untuk mengisi acara.
c) Internet, yaitu jaringan komputer yang terhubung secara
internasional dan tersebar di seluruh dunia. Internet
merupakan media komunikasi berbasis komputer. Internet
banyak dipilih oleh perusahaan karena kemampuannya
menjangkau khalayak. Keunggulan media komunikasi
internet adalah (1) mudah, murah, dan cepat; (2) tidak ada
birokrasi secara teknis ataupun nonteknis; dan (3)
Jangkauannya luas.
b. Media komunikasi internal
Media komunikasi internal adalah semua sarana penyampaian dan
penerimaan informasi di kalangan publik internal dan bersifat
nonkomersial. Penerima ataupun pengirim informasi adalah orang-
orang publik internal. Media yang digunakan secara internal antara
lain : telepon, surat, papan pengumuman, house journal (majalah
bulanan), printed material (media komunikasi dan publikasi berupa
barang cetakan), dan lain sebagainya.
2.2.1 Perkembangan Media Komunikasi
Sejak jaman prasejarah, manusia sudah melakukan komunikasi.
Hal ini ditandai dengan ditemukannya berbagai lukisan di dinding gua.
Misalnya saja lukisan dinding yang terletak di gua Lascaux, Perancis.
Lukisan dinding ini menggambarkan banyak spesies hewan dan gambar
manusia yang dilukis dengan warna tanah berpigmen coklat, hitam,
kuning, dan merah. Di Indonesia, lukisan gua jaman prasejarah
ditemukan tersebar di Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sulawesi Tenggara,
Maluku dan Papua.
Dimasa pemerintahannya, Julius Caesar memerintahkan
pembuatan media komunikasi yang dapat dibaca oleh umum dan
diletakkan di forum romanum sebagai alat informasi kepada rakyatnya.
Media tersebut dikenal dengan nama acta diurna dan acta senatus. Acta
diurna adalah media yang memuat keputusan rapat rakyat serta informasi
kejadian sehari-hari. Acta senatus adalah media yang memuat laporan-
laporan mengenai persidangan senat dan keputusan yang diambil.
Pada tahun 1440 ditemukan alat cetak oleh Johan Gutenberg di
Ausburg, Jerman. Satu setengah abad kemudian mesin cetak tersebut
digunakan untuk mencetak surat kabar karena alasan-alasan politik. Surat
kabar tercetak pertama kali terbit di Eropa adalah mingguan Avisa,
Relation, Oder Zeitung di Straatsburg, Jerman, pada tahun 1609. Setelah
itu, surat kabar dari negara lain seperti Courant of General News di
Inggris, Gazzette de France di Perancis, dan Boston News Letter di
Amerika Serikat menyusul terbit.
Pada tahun 1791 Abbe Claude Chappe menyatakan dua kata
menjadi sebuah istilah, telegram optik, untuk menggambarkan
digunakannya sederet menara untuk mengirimkan sebuah pesan yang
kasat mata oleh satu menara dari satu menara sebelumnya. Sistem
Chappe ini membutuhkan 120 menara berjajar yang mampu
mengirimkan pesan antara Paris dan Laut Tengah dalam waktu kurang
dari satu jam. Telegram merupakan sebuah terobosan dalam komunikasi
karena memungkinkan terjadinya komunikasi antara dua orang yang
tidak saling berhadap-hadapan. Penemuan telegram ini menjadi cikal
bakal penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876.
Pada 1895 Guglielmo Marconi berhasil melakukan pengiriman
sinyal tanpa kawat melalui jarak 2 kilometer dengan pesawat pemancar
dan pengiriman buatannya dilengkapi antena. Pada tahun 1898 berhasil
dilakukan hubungan telegraf tanpa kabel antara Inggris dan Perancis.
Penyiaran informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio
dimulai hampir bersamaan. Yang Terkenal dari penyiaran radio waktu
itu adalah ketika kegiatan pemilihan presiden Amerika Serikat 2
November 1920. Di Amerika Serikat orang yang berjasa dalam
penemuan radio adalah Lee De Forest dan Frank Conrad. Lee De Frost
menemukan vacum tube yang berfungsi menangkap sinyal radio
walaupun lemah. Sedangkan Frank Conrad secara reguler menyiarkan
produk-produk sebuah department store di Amerika Serikat.
Film pada awalnya di kenal sebagai media hiburan yang diputar di
bioskop dan televisi. Film yang mempunyai suara ditemukan pada tahun
1927. Film mengalami perubahan dari masa ke masa, termasuk mengenai
warna yang semula hitam putih menjadi berwarna.
Perkembangan televisi dimulai dari ditemukannya electriche
teleskop oleh Paul Nikov. Penemuan ini memungkinkan untuk mengirim
gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat yang lain. Televisi
mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939,
yaitu ketika berlangsung Worlds Fair di New York. Setelah sempat
terhenti setelah perang dunia II, pada tahun 1946 kegiatan dalam
pertelevisian dimulai lagi. Pada tahun 1946 televisi dinikmati sebagai
media massa ketika khalayak dapat menonton siaran rapat Dewan
Keamanan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) di New York. Saat itu setiap
negara telah mempunyai pemancar televisi. Dengan demikian arus berita
dan informasi melalui televisi semakin beragam.
Perkembangan mutakhir dari media komunikasi adalah munculnya
internet. Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk
Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969. Awalnya
internet dikembangkan untuk keperluan militer saja. Pada mulanya
ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) hanya
menghubungkan empat situs saja yaitu Standford Research Institute,
University of California, Santa Barbara, dan University of Utah. Tak
lama kemudian proyek ini berkembang di seluruh daerah sehingga semua
universitas tersebut bergabung.
Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan
keluar Amerika Serikat. Komputer University College di London
merupakan komputer pertama yang ada di luar Amerika Serikat yang
menjadi anggota jaringan ARPANET. Pada tahun yang sama Vinton Cerf
dan Bob Kahn mempresentasikan sebuah gagasan yang menjadi cikal
bakal internet. Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari
semakin banyak, maka pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control
Protocol (TCP) dan Internet Protocol (IP). Untuk menyeragamkan
alamat di jaringan komputer yang ada, maka tahun 1984 diperkenalkan
sistem nama domain (DNS-Domain Name System). Semakin hari
semakin banyak komputer yang tersambung ke jaringan. Pada tahun
1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali
lipat menjadi 10.000 lebih komputer.
Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finlandia menemukan dan
sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun
kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak
10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini
membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling
bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan
browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer
yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut
www, atau World Wide Web.
Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk
jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan pada tahun yang sama
muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah
tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya
virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung
berubah. Pada tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus
kelahiran Netscape Navigator.
2.3 Penentuan Agenda (Agenda Setting)
Pentingnya dalam melakukan penentuan agenda ini dikarenakan tidak
semua masalah public akan masuk kedalam agenda kebijakan. Berbagai
masalah yang muncul di masyarakat akan saling berkompetisi yang pada
akhirnya hanya masalah tertentu saja akan masuk kedalam agenda kebijakan
(Winarno,2012). Pada tahap ini merupakan kegiatan membuat masalah
public menjadi masalah kebijakan (Policy Problems). Jones (1984)
mengartikan agenda adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu isu yang dinilain publik perlu untuk mendapatkan
tindakan. Darwin (1995) mengartikan agenda sebagai suatu kesepakatan
umum yang menjelaskan tentang adanya suatu permasalahan public yang
perlu mendapat tindakan penyelesaian dari pemerintah. Kesepakatan tersebut
belum tentu tertulis bisa hanya sebuah opini public.

Proses Penyusunan Agenda Kebijakan (Policy agenda) secara runtut


terdiri atas (1).Private Problems, (2).Public Problems, (3).Issues,
(4).Systemic Agenda, (5).Institutional agenda (Anderson,2002). Penyusunan
agenda kebijakan diawali dari suatu masalah yang muncul di masyarakat.
Permasalahan tersebut diungkapkan oleh seseorang sebagai suatu masalah
pribadi. Masalah privat (Privat Problems) merupakan masalah yang memiliki
efek terbatas pada seorang individu atau sejumlah kecil individu yang terlibat
secara langsug. Kemudian masalah tersebut mengalami perubahan dan
perkembangan yang memiliki dampak yang lebih luas dan melibatkan banyak
individu secara tidak langsung yang disebut dengan masalah public (Public
Problems) (John, 1984).
Walker (1982) menegaskan bahwa suatu masalah bisa tampil menjadi
masalah public bilaman :
a. Mempunyai dampak yang besar pada banyak orang
b. Ada bukti yang meyakinkan agar lembaga legislative mau memerhatikan
masalah tersebut sebagai masalah serius
c. Terdapat pemecahan masalah yang mudah dipahami terhadap
permasalahan yang sedang mendapat perhatian.
Masalah Publik (Public Problems) yang terus menerus berada di
masyarakat kemungkinan akan menjadi sebuah isu kebijakan (Policy Issues).
Issues adalah sebuah pertentangan terhadap masalah public yang berkembang
(controversial public problems) (John,1984). Dunn (1995) mengartikan
bahwa isu kebijakan adalah hasi ldari perdebatan tentang definisi, klasifikasi,
eksplanasi, dan evaluasi masalah. Dengan demikian isu kebijakan tidak
hanya perdebatan atau pertentangan tentang solusi yang actual terhadap
permasalah public tetapi juga perdebatan tentang sifat dari permasalahan itu
sendiri . apa termasuk masalah privat atau masalah public.
John (1984) mengatakan bahwa masalah public akan mudah menjadi
isu kebijakan bilamana :
a. Skup dan kemunngkinan dukungan terhadap masalah public (issues)
tersebut dapat ddikumpulkan
b. Problem atau isu tersebut dinilai penting
c. Ada kemungkinan masalah public tersebut (Issues) tersebut dapat
dipecahkan
Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah public akan lebih mudah
mendapatkan perhatian dan menjadi kebijakan public bilamanaa masalah
tersebut:
a. Dinilai penting dan membawa dampak besar pada banyak orang
b. Mendapatkan perhatian dari policy maker
c. Sesuai dengan platform politik (program politik)
d. Kemungkinan besar dapat dipecahkan
Isu kebijakan (Policy issues) yang telah terbentuk dan berkembang akan
mengalir masuk dalam agenda pemerintah (government agenda). Jhon (1984)
mendefinisikan agenda pemerintah adalah sejumlah daftar masalah di mana
para pejabat public menaruh perhatian serius pada waktu tertentu. Cobb dan
Elder (1972) membedakan agenda pemerintah kedalam 2 macam, yakni
agenda sistemik (systemic agenda) dan agenda institutional (institutional
agenda). Agenda sistemik menurut Cobb dan Elder (1972) adalah semua isu
yang pada umumnya dirasakan oleh para anggota masyarakat politik yang
patut mendapat perhatian public dan isu tersebut secara hukum berada dalam
kewenangan pemerintah. Sementara itu, agenda Institusional (institutional
agenda) adalah serangkaian masalah (issues) yang secara tegas
membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius dari
pembuat keputusan yang sah/otoritas.
Issues akan mudah untuk bisa masuk kedalam agenda pemerintah
bilamana :
a. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau setidaknya dapat
menimbulkan kesadaran masyarakat
b. Adanya persepsi dan pandangan atau pendapat public yang luas bahwa
dibutuhkan tindakan untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut
c. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa masalah tersebut
merupakan tanggung jawab dan wewenang dari pemerintah untuk
menyelesaikannya.
Pembuat kebijakan memiliki berbagai alasan yang terkadang nampak
untuk membahas pokok-pokok permasalahan tertentu secara serius sesuai
dengan pemahaman mereka. Kondisi politik suatu Negara akan
mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan, apakah Negara dalam kondisi
krisis atau dalam keadaan politik biasa. Gridle dan Thomas (1991)
menyatakan, sebagian besar pembuatan kebijakan merupakan perubahan
politik biasa : sebuah respons terhadap rutinitas pemecahan masalah sehari-
hari.
Dalam keadaan politik biasa suatu permasalahan diasumsikan muncul
secara objektif dan hanya menunggu waktu untuk dikenali oleh pemerintah
yang akan bertindak sesuai dengan kewenangan secara rasional, sebagai
contoh masalah tersebut mengancam kesejahteraan penduduk. Dalam
keadaan ini pemerintah akan secara aktif mengamati perkembangannya dan
pokok-pokok persoalan yang paling penting akan menjadi subjek perhatian
politik. Misalnya dalam bidang kesehatan, pemerintah akan berfokus pada
penyakit-penyakit yang menyebabkan angka kematian dan kecacatan
tertinggi.
Terdapat 2 model teoritis yang sering digunakan dalam penentuan
agenda (agenda setting). Model ini akan membantu mendefinisikan
pemahaman akan masalah tersebut untuk bisa masuk dan dibahas dalam
agenda kebijakan.
1. Model Hall (keabsahan, kelayakan, dan dukungan)
Model pendekatan ini menyatakan bahwa suatu pokok permasalahan
dan kemungkinan solusinya/respon akan dapat masuk kedalam agenda
pemerintah ketika memiliki tingkat keabsahan, kelayakan dan dukungan
yang tinggi. (Hall et all.,1975)
a) Keabsahan
Keabsahan merupakan karakteristik pokok persoalan yang
merupakan wewenang dari pemerintah untuk menyelesaiakannya.
Secara sah pokok permasalahan tersebut membutuhkan kepedulian dan
sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk campur tangan untuk
melindungi Negara dari kerusakan parah. Misalnya: pengendalian
penyakit menular, pengendalian dampak polusi
b) Kelayakan
Kelayakan mengacu pada kemungkinan untuk menerapkan
kebijakan. Dalam hal ini yang menjadi perhatiannya adalah
pengetahuan teknis, ketersedian sumber daya baik alam dan manusia,
ketersedian staff ahli, kemampuan administrasi, dan keberadaan
infrastruktur pemerintah. Semakin terpenuhinya atau memadainya hal
tersebut maka pokok persoalan beserta responnya akan lebih mudah
untuk mendapatkan perhatian pemerintah. Misalnya : permasalahan
pemarataan layanan kesehatan pada setiap kota/kabupaten di Indonesia
tentu akan sulit direalisasikan karena keterebatasan SDM dan
infarstruktur .
c) Dukungan
Dukungan disini dimaksudkan adalah pokok persoalan yang akan
dibahas perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat. Selain itu
dukungan juga perlu diberikan oleh kawan politik dan unit strategis
pemerintah lainnya misalnya TNI/Polri, organisasi profesi, ilmuwan ,
pengamat , dl. Semakin tingg dan banyak dukungannya makan semakin
mudah kebijakan itu ditetapkan. Misalnya kebijakan tentang
pertembakauan yang masih jadi tarik ulur karena dukungan yang
menolak dan mendukung masih berimbang.
2. Model Kingdon : jendela politik dan tiga alur proses politik
Pendekatan Jhon Kingdon (1984) berfokus pada peran pembuat
kebijakan di dalam dan di luar pemerintahan dengan mengambil
keuntungan dari kesempatan kesempatan penentuan agenda yang disebut
dengan jendela kebijakan untuk memasukkan hal-hal tertentu ke dalam
agenda formal. Kingdon menggambarkan pemunculan kebijakan melalui
tiga alur atau proses yang terpisah yakni alur masalah, alur politik dan
alur kebijakan. Kebijakan hanya akan dianggap serius oleh pemerintah
bilamanan berada dalam ketiga alur tersebut dan berjaln bersamaan.

Tiga Alur proses politik :


a) Alur masalah
Alur masalah mengacu pada persepsi yang menganggap masalah
sebagai urusan public yang memerlukan tindakan pemerintah dan
dipengauhi oleh usaha usaha sebelumnya oleh pemerintah dalam
penanganan masalah tersebut. Para pejabat menggunakan indikator,
umpan balik, kelompok-kelompok peduli, dan kejadian yang jelas dan
tiba-tba (Bencana/Krisis) untuk memantau dan memahami masalah.
Misalnya : peningkatan trend penyakit tidak menular, munculnya
kembali kasus polio padahal sudah lama tidak ada.
b) Alur kebijakan
Alur kebijakan meliputi analisis yang berkesinambungan terhadap
masalah dan solusi yang ditawarkan bersama-sama dengan
perdebatan diseputaran masalah tersebut dan kemungkinan tanggapan
terhadapnya. Agar sebuah gagasan dapat muncul di permukaan ,
gagasan tersebut harus layak secara tenknis, konsisten dengan nilai-
nilai sosial yang dominan, dapat menangani kendala di masa depan
dan dapat diterima oleh khalayak luas
c) Alur politik
Alur politik berbeda jalur dengan 2 alur lainnya, pada alur ini terdiri
dari perubahan situasi nasional, koalisi pemerintah, agenda
kampanye, kepentingan kelompok tertentu.
Model kingdom menjelaskan bahwa ketiga alur tersebut akan
berjalan terpisah sesuai dengan jalurnya dan tidak saling terkait, sampai
pada suatu waktu atau saat tertentu yang merupakan jendela kebijkan
bilamana ketiga alur tersebut saling bertemu dan berpotongan pada satu
alur. Pada saat itulah suatu pokok persoalan akan mulai masuk menjadi
agenda kebijakan. Alasan utama sehingga ketiga alur tersebut dapat
bertemu yakni :
1) Aktifitas para pemain kunci dalam alur politik yang menghubungkan
pemecahan masalah untuk kebijakan tertentu dengan permasalahan
tertentu.
2) Perhatian media pada suatu masalah dan kemungkinan pemecahannya
(alur kebijakan mempengaruhi alur politik)
3) Krisis atau kejadian luar biasa (alur masalah)
4) Penyebarluasan hasil penelitian (alur kebijakan yang mungkin
mempengaruhi alur kebijakan lain)
5) Perubahan dalam pemerintah setelah pemilihan umum atau peristiwa
penting politik lainnya (penyusunan anggaran, Pilkada, dll)

2.4 Peran Media dalam Agenda Setting


Dimasa lalu, peran media dalam pembuatan kebijakan cenderung
diremehkan. Meskipun demikian, selama bertahun-tahun media massa telah
memiliki pengaruh yang kuat terhadap agenda kebijakan pemerintah melalui
kemampuan mereka untuk memunculkan dan membentuk, bisa juga dikatakan
menentukan. Pokok-pokok persoalan dan opini publik tersebut pada gilirannya
akan mempengaruhi pemerintah untuk memberikan tanggapan.
Media massa telah memiliki pengaruh yang kuat terhadap agenda
kebijakan pemerintah melalui kemampuan dalam membentuk opini public
sehingga memaksa pemerintah untuk memberikan tanggapan. Pada dasarnya ,
terdapat dua jenis media yakni media cetak dan media elektronik. Media
tersebut memiliki berbagai fungsi penting yakni memberikan informasi,
mempropaganda isu , agen sosialisasi (menularkan budaya masyarakat dan
memberikan petunjuk pada orang-orang mengenai nilai dan norma-norma
kemasyarakatan), sebagai agen keabsahan yang menciptakan kepercayaaan
massal, menciptakan penerimaan terhadap pandangan politik dan ekonomi
seperti demokrasi dan kapitalisasi. Media massa juga bisa mengkritik jalannya
pemerintahan dan kondisi masyarakat dan memperkenalkan perspektif baru
pada masyarakat.
Combs dan Shaw (1972) mengatakan bahwa media massa
menentukan agenda untuk setiap kampanye politik, dan mempengaruhi sikap
terhadap isu-isu politik. Media mempunyai kekuatan untuk menentukan topik
yang akan didiskusikan diarea yang mereka kaji : kesejahteraan public, hak-
hak sipil, kebijakan fiskal, hokum, dan korupsi. Mereka juga mengusulkan
kerangka pemikiran yang menyatakan bahwa media mempengaruhi pandangan
public terhadap isu yang dianggap penting. Semakin besar perhatian yang
diberikan media terhadap suatu isu, semakin besar kemungkinan public
menganggapnya sebagai agenda penting, dan sebaliknya .
Tinggi

Perhatian media
terhadap isu

Rendah
Isu dianggap penting
oleh publik
Isu dianggap kurang
penting oleh publik
Gambar 3.2 Dampak perhatian media terhada agenda kebijakan
Sumber : diadapatasi dari Combs dan Shaw, 1976

Model komprehensif lain yang menitikberatkan pada rentangan proses


penetapan agenda telah dikemukakan oleh Rogers dan Dearing (1987). Rogers
dan Dearing berpendapat bahwa agenda dibedakan menjadi 3 jenis yakni
media, public dan kebijakan. Riset mereka menunjukkan bahwa penetapan
agenda lebih bersifat interaktif dan terjadi timbal balik. Media massa memang
akan mempengaruhi agenda publik, namun agenda public dapat juga
mempengaruhi agenda kebijkan termasuk juga agenda media. Akan tetapi,
pada beberapa isu, agenda kebijakan memberikan dampak besar pada agenda
media. Agenda media juga dibentuk oleh dampak dari isu atau kejadian dunia
nyata. Mcquail dan Windhal (1993) telah menunjukkan model penetapan
agenda yan lebih lengkap dan kompleks. Penetapan agenda bisa merupakan
aktifitas yang disengaja (intentional) atau tidak disengaja (unintentional) dan
bisa dimulai oleh media atau pembuat kebijakan. Kemungkinan publik itu
sendiri juga dapat mempengaruhi agenda media, sebab beberapa media
menyeleksi isi perhatian public dalam rangka mencari petunjuk, tanpa
mempertimbangkan peristiwa dan pendapat media atau elit lainnya (McQuail
dan Windahl,1993).
Gambar 3.3. Model penetapan agenda menurut Rogers dan Dearing
Sumber : Diadapatasi dari McQuail dan Windahl (1993)

Agenda media adalah seperangkat topik atau isu yang dibahas oleh media
(televisi, radio, koran, dan lain-lain). Agenda publik adalah seperangkat topik
atau isu yang dianggap penting oleh publik. Sementara agenda kebijakan
merupakan topik atau isu-isu yang diyakini oleh para pembuat keputusan (DPR
atau mereka yang berpengaruh dalam proses legislasi) sebagai isu yang
menonjol. Kedua, Agenda Setting dalam definisi yang sempit adalah proses
dimana berita media menuntun publik dalam menetapkan hal-hal penting yang
bersifat relatif untuk melihat beragam isu publik. Agenda Setting
mempengaruhi publik bukan dengan mengatakan isu-isu ini penting secara
terang-terangan, namun lebih dengan memberikan ruang dan waktu kepada
publik untuk menganggap isu-isu itu penting.
Peran Media dalam Teori Agenda Setting lebih dominan perannya
dibanding agenda publik. Dalam pengertian, agenda media mempengaruhi
agenda publik untuk menganggap isu apa yang penting. Media menata (men-
setting) sebuah agenda terhadap isu tertentu sehingga isu itu dianggap penting
oleh publik yang salah satunya karena isu tersebut berhubungan dengan
kepentingan publik, baik secara langsung atau tidak. Caranya, media dapat
menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan ruang dan
waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar atau tahu
akan isu-isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan
meyakininya.
2.5 Implementasi Media Sebagai Alat Komunikasi Politik Kesehatan
Media dan politik adalah sahabat sejati yang saling berhubungan erat.
Media digunakan sebagai alat untuk berpolitik dan dengan adanya politik
media akan tetap bisa bertahan hidup. Media adalah sarana yang tepat untuk
menanamkan suatu nilai kepada masyarakat. Pada zaman sekarang ini
masyarakat mempunyai keleluasaan yang sangat bebas untuk mengakses
media , baik itu Koran, radio, televisi dan internet/ sosial media yang sekarang
ini sedang menjadi life style.
Media dianggap sebagai aktor politik (McNair,2011). Media komunikasi
politik dapat dilakukan melalaui radio, media cetak, televisi dan internet
(media sosial). Media dapat menyebarkan informasi secara massif kepada
khalayak. Karena itulah apabila propraganda politik ditampilkan dalam media
maka, pesan dan nilai yang dibawa dalam propaganda politik tersebut akan
segera tersampaikan.
Walter lippmann (1922) dalam Anneila Firza FISIP UI 2013, meyatakan,
media bertanggung jawab dalam bentuk persepsi public mengenai realita yang
terjadi di dunia ini. Media memproyeksikan pada khalayak tentang suatu hal
dan hal itulah yang dianggap benar oleh masyarakat. Media kembali
menguatkan apa yang telah terkontruksi dalam benak masyarakat sehingga hal
ini tampak nyata dimata publik. Opinion leader sangat berpengaruh dalam
membuat pesan di media sebagai upaya politik, hal inilah mengapa agenda
setting itu sangat penting dalam memanfaatkan media untuk mempengaruhi
seseorang.
Pemanfaatan media sebagai upaya politik untuk mempengaruhi
masyarakat luas ataupun pemangku kebijakan seperti bupati, walikota atau
anggota dewan untuk mewujudkan kebaikan bersama, akan tetapi tidak jarang
media seringkali dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk membuat kegaduhan
dan menyebarkan berita hoax kepada masyarakat.
Berikut adalah pemanfaatan media sebagai alat politik kesehatan:
1) Posbindu PTM

Berita dalam surat kabar (kompas) dapat dianalisis :


a) Komunikator
- Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Subdirektorat
Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif.
- Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes
- Ketua Posbindu PTM
- Petugas Kesehatan Tingkat Puskesmas
- Kader Posyandu
b) Pesan-pesan politik
- Mengajak stekholder seperti pemerintah daerah/kota, camat, dan
lurah untuk berpartisipasi mendukung posbindu PTM
- Mengintegrasikan Pos pembinaan terpadu penyakit tidak
menular (Posbindu PTM) dengan Pos Kesehatan Desa
- Posbindu berperan dalam surveilans, penapisan, dan deteksi dini
penyakit tak menular
- Posbindu terkendala minimnya jumlah petugas kesehatan dan
para kader.
- Dari sekitar 10.000 Posbindu PTM di Indonesia terdapat sekitar
4.000 unit tidak aktif
- Penyebab ketidakaktifan Posbindu adalah pergantian petugas
posbindu karena sudah lanjut usia, ada kesibukan lain, bosan, tak
ada stimulan dari lingkungan sekitar, ataupun sekadar giat saat
awal pembentukan lalu cenderung tidak aktif.
c) Media Komunikasi Politik
- Media cetak, Surat Kabar (Kompas)
d) Sasaran Komunikasi Politik
- Masyarakat berusia 15 tahun keatas
- Anggota dewan, kepala daerah kelompok masyarakat untuk
membentuk dan mengeluarkan kebijakan pro kesehatan, misalnya
kebijakan menggalakan posbindu PTM di setiap keluarahan, dan
perluasan kawasan tanpa rokok
e) Akibat / harapan adanya komunikasi politik
- Mengendalikan penyakit tidak menular. Kegiatan meliputi
konsultasi kebiasaan dan gaya hidup untuk mengetahui apa ada
faktor risiko penyakit tidak menular.
- Warga mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan
tekanan darah.
- Masyarakat mengikuti pemeriksaan gula darah, kolesterol, dan
senam bersama
- Dengan mengikuti posbindu PTM, masyarakat terbiasa hidup
sehat agar tak terkena penyakit tak menular.
2) Tokoh Lintas Agama Melawan Stunting
a.) Komunikator
- IMA World Health
- Tokoh lintas agama (NU, Muhammadiyah, Kristen)
- Ketua Bidang Organisasi dan Tata Laksana DPP Persagi
b.) Pesan-pesan politik
- Mengajak para stekholder terutama dari kalangan ormas islam dan
agama lain untuk bersama memerangi stunting.
- Stunting sudah tidak sesuai ajaran islam yaitu menjaga
kemaslahatan, menjaga akal dan keturunan
- Indonesia menempati peringkat ke 3 stunting tertinggi di Asia
Tenggara
- Perjuangan melawan stunting untuk masa depan generasi Indonesia
yang lebih baik dalam menyongsong bonus demografi 2030
- Mengenalkan adanya gerakan barisan nasional cegah stunting (NU)
dan Nasyiatul Aisyiyah mengukuhkan Keluarga Muda Tangguh
Nasyiah serta upaya pembekalan kader dan jejaringnya.
c.) Media Komunikasi Politik
- Media massa elektronik www.Sindonews.com
d.) Sasaran Komunikasi Politik
- Masyarakat luas khususnya keluarga muda, orang tua dengan balita
- Para steakholder, lintas sektor seperti ormas islam dan agama lain,
para kyai dan pemerintah daerah membuat kebijakan yang
mendukung Indonesia bebas stunting
e.) Akibat dari komunikasi politik
- Masyarakat, khususnya pasangan muda yang akan mempunyai
anak dan orang tua yang sedang mempunyai balita menjadi tahu
dan mampu mengasuh balita dengan baik
- Adanya kebijakan dan kerjasama lintas sektor yang mendukung
penanggulangan stunting
3) Contoh Pemanfaatkan Media Sebagai Upaya Politik Negatif
(menyebarkan berita hoax)

Pesan ini beredar melalui media sosial seperti Whatsapps,


facebook, instagram dan Twiter dalam bentuk broadcast . Komunikator
pesan tidak diketahui siapa aktornya. Karena pesan ini merupakan
pesan berantai. Pada intinya pesan ini adalah salah satu upaya politik
untuk mempengaruhi mindsite masyarakat terkait imunisasi MMR
yang sedang digalakkan di Indonesia. Dengan adanya pesan ini
diharapkan masyarakat dan tokoh-tokoh tertentu percaya sehingga
program akan diberhentikan, vaksin dianggap barang haram dan
masyarakat tidak akan mengikuti imunisasi MMR setelah ada berita
diatas.
Berdasarakan analisis kami, akan munculnya berita hoax terkait
vaksin MR telah di antisipasi oleh Kementerian Kesehatan, dengan
mengajak Yeni Wahid sebagai bintang iklan kampanye imunisasi MR.
Pertanyaan selanjutnya kenapa harus Yeni Wahid? Kita semua tahu
Yeni Wahid adalah anak dari seorang tokoh ulama besar dan cucu dar
kyai pendiri Nahdatul Ulama , secara tidak langsung masyarakat akan
berpikir bahwa seorang anak dari kyai saja menganjurkan untuk
menggunakan vaksin. Lantas bagaimana dengan non muslim? Kita
semua masih ingat betapa hebatnya ayah dari Yeni Wahid (Abdul
Rahman Wahid) dalam mempersatukan umat beragama, dalam
menjunjung tinggi toleransi sehingga terjadi kerukunan antar umat
beragama, dapat dipastikan semua orang non muslim tahu dan percaya
bahwa vaksin MR aman dan halal.
Oleh karena itu kita harus lebih arif dan bijak dalam menghadapi
era digitalisasi ini, media sangat berperan dalam dunia politik kesehatan
dengan tujuan sebagai upaya untuk mengajak masyarakat luas dan
stekholder lintas sektor, pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan
tercapainya target dari sustaineble development goals (SDGs) di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Perkembangan Media Cetak. Diakses di


https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan-_Media_Cetak pada 25
November 2017
Anonim. Sejarah Internet. Diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet
pada 25 November 2017
Detik.com. 40 kabar kesehatan yang ternyata Hoax. DetikHealth. Diakses di :
http://health.detik.com/healthypedia/40-broadcast-pesan-kesehatan-yang-
ternyata-hoax/5476/lemon-lebih-hebat-dari-kemoterapi
Kadriyani Anneila F. Makalah: Media dan Propaganda. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik. Universitas Indonesia. 2013
Palutturi Sukri, Health Politics : Teori dan Praktek. Universitas Hasanuddin.
Makasar. 2015
Suryanto. 2015. Pengantar ilmu komunikasi. Bandung : CV. Pustaka Setia
Trihendrawan N. Tokoh Lintas Agama Sepakat Jihad Melawan Stunting.
Sindonews. 14 November 2017. Diakses di :
https://nasional.sindonews.com/read/1257370/15/tokoh-lintas-agama-
sepakat-jihad-melawan-stunting-1510661630

Anda mungkin juga menyukai