Anda di halaman 1dari 4

Fasilitas Kesejahteraan Bagi Penduduk Lansia:

Sebuah Catatan Perjalanan di Sendai, Jepang

Ageing population merupakan fenomena yang saat ini terjadi hampir di setiap negara
di dunia. Salah satu negara di kawasan Asia yang memiliki jumlah penduduk tua
terbesar adalah Jepang. Penduduk lansia Jepang mencapai 30 persen dari total
penduduk.Selain itu Jepang juga merupakan salah satu negara dengan angka harapan
hidup tertinggi di dunia, yaitu 83,5 (United Nations: World Population Prospect: The
2010 Revision Population Database). Pemerintah Jepang sadar bahwa jumlah lansia
yang semakin besar dapat menimbulkan permasalahan jika tidak ditangani dengan
baik. Berbagai kebijakan dan program terkait lansia pun dilakukan oleh Pemerintah
Jepang untuk menyelesaikan berbagai permasalahan lansia. Catatan singkat tentang
fasilitas kesejahteraan lansia yang terdapat di Jepang inidiharapkan dapat menjadi
bahan pembelajaran yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat khususnya
Pemerintah Indonesia untuk menghadapi jumlah penduduk lansia yang semakin
meningkat di tanah air.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035, pada tahun 2015,
penduduk lansia Indonesia diperkirakan mencapai 21,9 juta jiwa, yang pada tahun
2010 berjumlah 18 juta jiwa. Kemudian pada tahun 2020, proporsi penduduk lansia
diperkirakan akan mencapai 10 persen dari total penduduk Indonesia. Bahkan dalam
kurun waktu lima belas tahun kemudian atau pada tahun 2035, proporsi penduduk
lansia akan mencapai 15,7 persen dengan jumlah penduduk sebesar 48,5 juta jiwa
(UNFPA, 2013; Bappenas, BPS dan UNPF, 2013). Kondisi ini membutuhkan perhatian
berbagai pihak yang bersifat jangka panjang, sehingga ketika permasalahan terkait
ageing population mulai muncul, maka pemerintah sudah memiliki langkah-langkah
strategis untuk menghadapinya.
Pada kenyataannya, Jepang saat ini sedang mengalami ‘krisis’ demografi yang
berimplikasi terhadap perekonomian negara. Beban ekonomi negara menjadi besar
ketika jumlah penduduk usia produktif yang rendah harus menanggung penduduk
usia non-produktif yang tinggi. Salah satu strategi yang dilakukan pemerintah Jepang
adalah dengan mendorong partisipasi kerja penduduk perempuan. Namun,Profesor
Abe, salah seorangdosen di Universitas Tohoku, Sendai menyebutkan bahwa strategi
tersebut dirasa masih kurang untuk menggenjot perekonomian Jepang saat ini.
Penanganan penduduk lansia di Jepang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja,
namun keterlibatan pihak swasta pun banyak ditemukan. Bentuk kebijakan bagi
lansia yang jelas terlihat antara lain adalah didirikannya pusat fasilitas kesehatan dan
kesejahteraan lansia (silver center), panti werdha (rojin home), dan pelayanan
penitipan lansia harian (day care).
Salah satu contoh adalah silver center yang terdapat di Kota Sendai. Silver center
merupakan salah satu program dari Health Welfare Organization Kota Sendai. Silver
center didirikan khusus untuk penduduk lansia yang berdomisili di Kota Sendai.
Anggaran fasilitas ini selain berasal dari iuran yang diberikan oleh anggota, juga
didukung dana oleh Pemerintah Kota Sendai. Pembayaran dari anggota berasal dari
asuransi yang mereka bayarkan selama masih produktif bekerja. Fasilitas yang
dimiliki oleh pusat pelayanan lansia ini sangat lengkap.Mulai dari fasilitas olahraga,
ruang pertemuan, ruang pertunjukkan, pemandian, sampai ruangan kerajinan
tangan. Kesemua fasilitas tersebut tentu saja dengan memperhitungkan lansia yang
memiliki keterbatasan fisik dan usia dari lansia itu sendiri. Penduduk lansia yang
terdaftar menjadi anggota memiliki akses ke seluruh fasilitas yang ada tiap harinya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, banyak lansia yang menggunakan
fasilitas umum kota ini secara rutin, khususnya fasilitas olahraga yang cukup beragam.

Selain fasilitas Silver Center bagi lansia yang ada di perkotaan, terdapat juga fasilitas
panti werdha, yang dalam bahasa Jepang disebut rojin home. Berbeda dengan di
Indonesia yang cenderung memberikan “image”negatif pada panti werda (panti
jompo) dimanamenitipkan orang tua di panti jompo adalah salah satu bentuk
perbuatan menelantarkan orang tua. Namun di Jepang,rojin homemerupakanhal
yang biasa di tengah masyarakat. Bahkan permintan untuk di rojin home lebih tinggi
dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia saat ini.
Tentu saja fasilitas rojin homejauh lebih baik dibanding panti werdha di Indonesia.
Rojin home di kawasan perdesaan Sendai, memiliki fasilitas yang cukup lengkap
dengan kamar pribadi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan para lansia. Mulai dari
ruang tidur, kamar mandi, ruang makan, dapur, dan fasilitas lainnya telah dilengkapi
dengan perlengkapan dan peralatan yang ramah lansia. Bahkan terdapat rojin home
yang telah dilengkapi dengan sistem keamanan kebakaran, gempa dan tsunami. Selain
fasilitas yang terjamin, makanan dan kesehatan dari para lansia juga menjadi
perhatian pengelola rojin home. Bahan makanan sebelum dimasak terlebih dahulu
diperiksa kebersihan dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dari para lansia itu
sendiri. Begitu juga denganpara tenaga medis, sepertidokter dan perawat yang selalu
siap di tempat, serta kelengkapan obat-obatan untuk para lansia yang cukup lengkap.
Dapat dikatakan Jepang merupakan negara yang ramah dengan lansia.Selain silver
center dan rojin home juga terdapat pelayanan untuk lansia berupa tempat penitipan
harian (daycare). Pelayanan publik untuk lansia ini jauh lebih sederhana dibanding
dengan silver center ataupun rojin home. Fasilitas yang disediakan juga tidak
selengkap dengan dua fasilitas sebelumnya. Sistem daycare layaknya tempat
penitipan bayi dan balita yang waktunya dibatasi dari pagi hingga sore hari. Biasanya
waktu pelayanan antara jam 8.00 pagi sampai jam 17.00 sore. Lansia diberikan makan
dua kali dan dimandikan sebelum dijemput oleh keluarga pada sore hari. Kegiatan
yang dilakukan selama di day care antara lain bermain bersama, menonton,
berbincang, tidur siang, dan lain sebagainya. Kisaran usia lansia yang ada di day care
adalah 65-99 tahun. Daya tampung juga tidak sebanyak kedua fasilitas
sebelumnya.Day care untuk lansia menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak dapat
mengurus orang tua karena tuntutan waktu bekerja.Kendala dari day care ini adalah
minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berminat untuk bekerja sebagai penjaga
lansia (care giver). Hal ini karena minimnya gaji yang didapatkan jika bekerja sebagai
petugas di day care.
Pemerintah Jepang sepertinya memahami apa yang akan dihadapinya ke depan jika
tidak mempersiapkan segala sesuatu terkait lansia dengan baik. Angka Total Fertility
Rate (TFR) yang cukup rendah di Jepang sekitar 1,24 semakin memperjelas bahwa
kebijakan terkait lansia menjadi sangat penting di negara ini. Jepang menyadari
bahwa kondisi ini dapat menjadi masalah di masa depan jika proporsi semakin besar
dibanding dengan proporsi usia produktif. Beberapa cara dilakukan Pemerintah
Jepang seperti mengeluarkan kebijakan pembayaran asuransi di luar asuransi
kesehatan dan ketenagakerjaan, yaitu asuransi masa tua. Asuransi ini mulai
dibayarkan sejak usia 40 tahun yang kisaran preminya juga cukup besar. Angsuran
premi untuk menyiapkan masa pensiun disesuaikan dengan tingkat pendapatan
masyarakat itu sendiri. Dengan asuransi paling kecil pun, fasilitas yang disediakan
Pemerintah maupun masyarakat swasta, baik berupa fasilitas publik (silver center),
rojin home ataupun day care sudah cukup baik.
Selain kebijakan terkait pembangunan pusat fasilitas yang dikhususkan untuk lansia,
terdapat kemudahan-kemudahan lain yang diberikan oleh pemerintah Jepang.Salah
satunya adalah kebijakan potongan harga (diskon) tiket kereta, bus, dan transportasi
publik lainnya sebesar 30 persen. Potongan harga ini sangat dirasakan manfaatnya
khususnya dalam hal mobilitas bagi lansia yang masih produktif.
Jika membandingkan dengan kondisi fasilitas lansia di Indonesia, tentu saja jauh
berbeda. Fasilitas panti werda di Indonesia saja masih sangat terbatas. Bahkan tidak
jarang panti werda yang tersedia tidak cukup menampung lansia yang semakin
meningkat sehingga melebihi kapasitas yang ada. Potret kebijakan pemerintah Jepang
terkait lansia dapat menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia karena jumlah
lansia di Indonesia terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk usia produktif
yang besar pada saat ini akan berubah menjadi penduduk usia tua yang besar pada
sekitar 20 hingga 30 tahun yang akan datang. Jika tidak dipikirkan dari sekarang,
dikuatirkan kelompok penduduk ini akan menjadi beban bagi negara dan dapat
menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Perlu diupayakan bagaimana
membangun masyarakat yang sehat dan siap untuk menjadi lansia. Selain itu,
pembangunan infrastruktur ramah lansia juga harus menjadi perhatian dari sekarang.
Diharapkan lansia Indonesia adalah lansia yang aktif dan dapat berkontribusi pada
masyarakat melalui berbagai cara, baik di dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan
sosial yang lebih luas.

Sari Seftiani, Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI

Anda mungkin juga menyukai