1
PERMASALAHAN LANSIA DI NEGARA JEPANG
Jepang, sebagai negara maju dengan lingkungan yang higienis, masyarakat bergaya hidup
sehat, serta teknologi pengobatan yang muktahir, tak mengherankan memiliki banyak
penduduk berumur panjang. Menurut data statistik WHO 2010, Jepang menempati peringkat
tertinggi di seluruh dunia dalam hal angka harapan hidup (laki-laki : 79 tahun,
perempuan : 86 tahun. Bahkan saat ini ada yang mencapai umur 113 tahun).
Dari data Kementrian Umum Jepang (Soumusho) tahun 2010, jumlah penduduk lansia
(berumur 65 tahun ke atas) mencapai sekitar 29 juta atau 23 % dari total jumlah penduduk,
meningkat 0,4% dari tahun sebelumnya. Besarnya angka ini disebabkan karena generasi baby
boom (masa tingkat kelahiran yang tinggi) pertama, yang lahir di tahun 1947-1949 sekarang
menjadi lansia. Angka ini diperkirakan masih akan mengalami peningkatan drastis saat
generasi masa baby boom kedua di tahun 1971-1974 mencapai usia lanjut nanti.
Dengan angka rata-rata setiap ibu di Jepang hanya melahirkan 1 bayi, komposisi jumlah
penduduk yang produktif (usia kerja) dan tidak produktif akan menjadi tidak seimbang.
Pemasukan pajak dari penduduk produktif berkurang, sehingga uang pensiun untuk para
lansia pun menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran pada penduduk yang
membayar asuransi hari tua saat ini apakah nantinya bisa menerima pensiun sesuai yang
dibayar atau tidak. Saat ini jumlah pensiun yang dibayarkan rata-rata perbulan telah
berkurang dari tahun sebelumnya, untuk laki-laki sekitar 180 ribu yen (sekitar 18 juta rupiah),
dan perempuan 100 ribu yen.
Dengan banyaknya lansia di Jepang ini, perubahan apa yang terjadi pada masyarakat
Jepang?
2
Para calon perawat dan care worker Indonesia mulai berdatangan ke Jepang sejak 2009
secara bertahap yang totalnya akan menjadi 1.000 orang. Untuk perawat diberikan
kesempatan masa training selama 3 tahun dengan 3 kali ujian Negara untuk dapat lulus
menjadi perawat di Jepang. Sedangkan para calon care worker diberi kesempatan 4 tahun
masa training dengan 1 kali ujian negara. Meskipun ada rasa pesimis apakah orang Indonesia
bisa lulus ujian negara yang untuk orang Jepang pun sulit, namun dalam masa pelatihan
sampai saat ini, pelayanan para perawat dan care worker dari Indonesia mendapat tanggapan
positif.
Bagaimana dengan masalah transportasi untuk para lansia? Di beberapa daerah hal ini
menjadi kendala cukup besar. Jumlah penduduk yang semakin sedikit membuat beberapa
jalur bis dihilangkan karena tidak memberikan keuntungan, sehingga untuk berbelanja atau
cek kesehatan ke rumah sakit sekali saja bisa membutuhkan biaya 5 sampai 10 ribu yen.
Demikian pula supermarket atau kawasan pertokoan pun banyak yang tutup karena merugi
akibat kurangnya pembeli. Di wilayah Hokkaido yang luas dengan masa musim dingin yang
panjang dan suhu yang rendah, terkadang sulit mencari bahan bakar yang sangat diperlukan
untuk pemanas, karena pom bensin banyak yang bangkrut.
Beberapa wilayah berhasil menanggulangi masalah fasilitas ini dengan swadaya masyarakat
sendiri. Misalnya setelah berdiskusi dengan perusahaan bis dan pemda, disediakanlah bis
yang beroperasi sesuai keperluan, misalnya seminggu 2 kali. Dengan demikian, biaya
operasional tercukupi dan kebutuhan pendudukpun terpenuhi. Ada pula beberapa
supermarket yang menyediakan jasa pengantaran barang. Pembeli hanya perlu menelepon
untuk memesan dan pihak supermarket akan mengantarkan barang-barang sampai ke rumah.
Atau, melalui internet atau “net suupaa”, pembeli tinggal mengklik barang yang dibutuhkan.
3
PROGRAM KERJA SAMA G to G - INDONESIA DAN JEPANG
PENEMPATAN TENAGA KESEHATAN PERAWAT DAN CAREWORKER
Atas dasar kondisi di Negara Jepang yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan perawat
dan careworker, dan untuk membuka kesempatan berkarir di luar negeri bagi para perawat
Indonesia, pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang menandatangani perjanjian kerja
sama ekonomi bilateral, di mana BNP2TKI atas nama pemerintah Indonesia dengan
JICWELS (Japan International Corporation for Welfare Services) -- yakni lembaga bentukan
pemerintah Jepang yang membawahi program G to G penempatan TKI Perawat, di Jakarta,
pada Mei 2008.
Potensi perawat Indonesia untuk dapat bekerja ke negeri Sakura ini akan tetap terbuka
hingga tahun 2025. Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) Gatot Abdullah Mansyur mengatakan, pemerintah pada April lalu
sudah berkunjung ke Jepang. Dalam pertemuan tersebut Jepang menyatakan membutuhkan
tenaga kerja formal sejumlah satu juta orang hingga 2025. Dan sampai dengan tahun 2016 ini,
Indonesia telah mengirimkan ratusan atau mungkin sudah ribuan perawat ke Jepang, yang
ditempatkan di rumah sakit sebagai perawat dan care worker untuk merawat lansia di panti
jompo.
BNP2TKI menegaskan bahwa potensi pengiriman satu juta TKI ini semakin kuat karena
sudah ada nota kesepahaman antara BNP2TKI dengan JICWELS yakni lembaga bentukan
pemerintah Jepang yang membawahi program G to G penempatan TKI perawat.
Orang Jepang itu dikenal sebagai pekerja keras dan disiplin. Namun, Jepang selalu
melakukan pendekatan ke Indonesia karena mereka menyukai para perawat dan pendamping
lansia dari Indonesia karena sudah dikenal disiplin, pekerja keras dan ramah. Padahal Jepang
juga sudah melakukan kerja sama penempatan tenaga kerja dengan Filipina dan Vietnam. Dia
pun berharap, pekerja formal yang dikirim ke Jepang ini mempertahankan ciri khas sifat
tersebut.
Mengenai syarat yang harus dipenuhi oleh para perawat Indonesia yang berminat untuk
bekerja dan berkarir di Negara Jepang sebagai tenaga kesehatan perawat dan careworker ini,
pihak BNP2TKI menetapkan sebagai berikut :
4
Persyaratan Khusus pendaftaran CTKI Program G to G Ke Jepang :
Syarat Umum CTKI Calon Perawat (Kangoshi) dan CTKI Calon Careworker
(Kaigofukushishi)
Fotocopy KTP yang masih berlaku;
Fotocopy Paspor sekurang-kurangnya masih berlaku 1 (satu) tahun ke depan;
Fotocopy Akte Kelahiran atau Surat Kenal Lahir;
Fotocopy Kartu Pencari Kerja/AK1 yang dilegalisir dengan cap basah atau embose;
Asli Surat Ijin dari Orang Tua/Wali/Suami/Isteri yang ditandatangani diatas materai Rp
6.000 diketik manual atau komputer wajib diketahui Lurah atau Kepala Desa;
Asli Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih berlaku;
Asli Medical Check Up dengan hasil Fit yang masih berlaku dan tidak cacat fisik yang
mengganggu dalam bekerja, dan bagi wanita tidak dalam keadaan hamil;
Pas Foto berwarna terbaru dengan latar belakang putih, menghadap kedepan dan tampak
jelas dengan ukuran 3x4 Cm sebanyak 6 (enam) lembar;
Bagi wanita tidak pernah bertato dan laki-laki tidak pernah bertato dan tidak pernah
bertindik;
Membuat surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri setelah dinyatakan lulus
matching yang ditandatangani diatas materai Rp 6.000 diketik manual atau komputer dan
wajib diketahui oleh Orang Tua/Wali/Suami/Isteri;
5
Membuat surat pernyataan tidak akan menuntut ganti rugi apabila dalam proses
penempatan ditemukan kasus yang diakibatkan oleh calon TKI sehingga calon TKI
dikeluarkannya dari tempat pelatihan yang ditandatangani diatas materai Rp 6.000 diketik
manual atau komputer dan wajib diketahui oleh Orang Tua/Wali/Suami/Isteri;
Fotocopy sertifikat kemampuan bahasa Jepang, bahasa Inggris atau bahasa lainnya dan
sertifikat keterampilan lainnya (BCLS, BTLS, atau PPGD) bila ada.
Mengenai prosedur yang harus ditempuh oleh para perawat Indonesia yang berminat untuk
bekerja dan berkarir di Negara Jepang sebagai tenaga kesehatan perawat dan careworker ini,
pihak BNP2TKI menetapkan sebagai berikut :
Pendaftaran dilakukan langsung oleh CTKI di tempat pendaftaran dengan mengisi formulir
pendaftaran, Formulir 5 untuk pendaftar Calon Kangoshi, dan Formulir 6 untuk pendaftar
Calon Kaigofukushishi yang diisi dalam bahasa Inggris dengan jelas dan lengkap serta
melampirkan persyaratan yang telah ditentukan.
Berkas lamaran CTKI Calon Perawat (Kangoshi) dimasukkan dalam stofmap warna biru,
dihalaman muka ditulis nama, alamat, nomor telepon yang mudah dihubungi dan e-mail (para
CTKI harus memiliki alamat e-mail karena diperlukan pada saat proses matching). Berkas
lamaran disampaikan langsung oleh calon TKI ke Pusrengun SDMK, Kementerian Kesehatan
atau ke 24 BP3TKI/UPTP3TKI/LP3TKI di seluruh Indonesia.
Para CTKI Program G to G ke Jepang untuk jabatan Calon Perawat (kangoshi) dan Calon
Careworker (Kaigofukushishi) setelah lulus Seleksi Administrasi harus mengikuti
serangkaian tes untuk menilai kualifikasi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dari
CTKI yang akan ditempatkan dengan jadwal waktu dan tempat akan ditentukan kemudian di
Jakarta atau ditempat lain.
Untuk mendapatkan CTKI yang berkualitas maka setiap CTKI Program G to G Ke Jepang
yang telah memenuhi syarat administratif akan dilakukan Tes Psikologi yaitu berupa tes
minat dan tes kepribadian, ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat yang
ditunjukkan oleh calon pedaftar terhadap program ini, CTKI mendaftar karena keinginan
pribadi atau tidak. Sedangkan tes kepribadian dilakukan untuk mengetahui tingkat
kematangan diri dalam diri setiap pendaftar, untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kemandirian, penyesuaian terhadap lingkungan kerja nantinya, kemampuan dia untuk bekerja
6
dibawah tekanan, kestabilan emosinya, kedisiplinan, kemauan terhadap melayani orang lain,
moralitas, komitmen, dan kepatuhan terhadap peraturan yang ada. Dengan demikian nantinya
dapat diketahui sedari awal para pendaftar yang memiliki kualifikasi terbaik.
Tes Psikologi dilaksanakan oleh BNP2TKI bekerjasama dengan Lembaga Jasa Psikologi
yang telah ditetapkan, kepada CTKI Program G to G Ke Jepang setelah Seleksi Administrasi
dan lulus Tes Tertulis Kemampuan Keperawatan. Tes psikologi akan dilaksanakan selama 1
(satu) hari dengan jadwal waktu dan tempat akan ditentukan kemudian di Jakarta atau
ditempat lain dengan biaya ditanggung masing-masing CTKI sebesar Rp 250.000 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah).
Para CTKI yang lulus Seleksi Administrasi, lulus Tes Tertulis Kemampuan Keperawatan dan
memenuhi syarat psikologis diharuskan mengikuti Interview, Japanese Quiz dan Aptitude
Test oleh JICWELS dan Interview oleh institusi pengguna rumah sakit atau panti lansia yang
dimulai dengan dilakukannya presentasi seputar Penempatan CTKI Program G to G ke
Jepang oleh JICWELS. Waktu dan tempat pelaksanaan akan ditentukan kemudian di Jakarta
atau ditempat lain.
Pada saat interview dengan JICWELS, CTKI akan diminta menandatangani pernyataan
bersedia untuk diambil gambarnya melalui video.
Selama proses seleksi tersebut diatas JICWELS akan membagikan password dan nomor ID
kepada masing-masing CTKI Calon Perawat (Kangoshi) dan CTKI Calon Careworker
(Kaigofukushishi) untuk pelaksanaan proses matching melalui website JICWELS.
4. Medical Check Up
Bagi Calon Perawat (Kangoshi) dan Calon Careworker (Kaigofukushishi) yang telah lulus
Seleksi Administrasi, Tes Tertulis Kemampuan Keperawatan dan memenuhi persyaratan
psikologis serta telah melaksanakan Interview, Japanese Quiz dan Aptitude Test oleh
JICWELS dan Interview oleh rumah sakit atau panti lansia, diharuskan melakukan medical
check up di lembaga pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan dengan biaya sebesar
Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) yang dibayar oleh CTKI kepada lembaga pemeriksaan
kesehatan yang ditetapkan, jika yang bersangkutan FIT dan tidak cacat secara fisik yang
dapat mengganggu dalam bekerja (bagi wanita tidak sedang hamil) dapat mengikuti proses
matching, sedangkan yang tidak FIT dinyatakan gugur dari proses seleksi.
Biaya medical check up akan diganti oleh Pemerintah Jepang bilamana hasilnya Fit,
memenuhi syarat, matching, lulus ujian bahasa Jepang/JLPT minimal level 5 dan berangkat
bekerja ke Jepang.
5. Proses Matching
Bagi CTKI yang hasil medical check up nya FIT dapat mengikuti proses selanjutnya yaitu
proses matching yang diselenggarakan oleh JICWELS sebagai berikut:
CTKI membuka website JICWELS dengan password dan ID yang diberikan, untuk
mengetahui daftar rumah sakit atau panti lansia yang meminta dan jumlah permintaan.
7
CTKI melakukan analisa data rumah sakit atau panti lansia antara lain dari sisi
domisili/lokasi, besarnya institusi, gaji pokok, tunjangan, fasilitas yang diberikan, asrama,
perpustakaan, kesempatan belajar, hari libur, cuti, perlindungan dan sebagainya.
Setelah itu CTKI memilih 10 (sepuluh) institusi rumah sakit atau panti lansia yang sesuai
dengan keinginannya untuk dikirim ke JICWELS melalui website dengan daftar pilihan
yang disusun sesuai dengan urutan prioritas dari nomor 1 sampai dengan nomor 10
(Preference Order List).
CTKI akan mendapatkan laporan hasil preference order list (Report) bilamana anda saling
memilih atau cocok (matching) maka diterbitkan letter of consent, bila setuju maka di klik
Agree dan bila tidak setuju Disagree, selanjutnya mengikuti proses matching kedua.
Bilamana hasil report belum matching maka akan keluar daftar penilaian dari masing
institusi dengan klasifikasi nilai A,B,C dan D.
Bagi yang Disagree dan belum matching dapat melakukan proses matching kedua yaitu
melakukan pilihan rumah sakit atau panti lansia sebanyak-banyaknya 20 institusi atau sisa
institusi yang belum terpenuhi permintaannya dan mengirim ke website JICWELS
(Preference Order List).
Bilamana hasilnya matching akan keluar letter of consent, bila setuju maka pilih Agree
bila tidak setuju pilih Disagree artinya tidak menyetujui atau mengundurkan diri dan bagi
CTKI yang tidak matching dinyatakan gugur.
CTKI Program G to G ke Jepang yang telah matching diharuskan mengikuti pelatihan bahasa
Jepang selama 6 (enam) bulan di Indonesia dan 6 (enam) bulan di Jepang, kecuali bagi CTKI
yang sudah memiliki sertifikat kemampuan bahasa Jepang level 1 atau level 2 (berdasarkan
sertifikat yang ditentukan Pemerintah Jepang). Peserta pelatihan bahasa Jepang di Indonesia
dan di Jepang diasramakan dengan biaya pelatihan, asrama (akomodasi dan konsumsi)
ditanggung oleh Pemerintah Jepang dan CTKI selama mengikuti pelatihan di Indonesia dan
di Jepang mendapat allowance dari Pemerintah Jepang sebesar US $ 10 per orang per hari.
Selama pelaksanaan pelatihan 6 bulan di Indonesia akan dilakukan medical check up kedua,
bilamana hasilnya UNFIT dinyatakan gugur tidak dapat melanjutkan pelatihan, dan bilamana
hasilnya FIT akan diminta menandatangani perjanjian kerja.
Para CTKI harus mengerti dan memahami isi kontrak kerja dan penjelasan dari JICWELS,
maka jika menyetujui kontrak kerja CTKI menandatangani kontrak kerja yang diketahui oleh
BNP2TKI, kontrak kerja tersebut telah ditandatangani terlebih dahulu oleh institusi rumah
sakit atau panti lansia dan diketahui JICWELS.
BNP2TKI menerbitkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) bagi CTKI yang sudah
memenuhi persyaratan dengan biaya gratis.
8
Pemberangkatan ke Jepang
Biaya yang ditanggung oleh Pemerintah Jepang dalam pelaksanaan penempatan TKI perawat
dan TKI careworker ke Jepang program G to G (Economic Partnership Agreement - EPA)
adalah :
Biaya tiket penerbangan dan airport tax dari Jakarta menuju ke Jepang.
Biaya apply visa kerja di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Biaya pelatihan bahasa Jepang, akomodasi dan konsumsi.
Biaya medical check up dan biaya medical check up ulang, jika TKI memenuhi syarat dan
berangkat.
Allowance/tunjangan bagi TKI perawat dan careworker selama mengikuti pelatihan bahasa
Jepang sebesar US $ 10 / hari.
Biaya penempatan yang ditanggung oleh CTKI Program G to G ke Jepang yang dinyatakan
matching dan berangkat bekerja ke Jepang adalah sebagai berikut:
9
4. Medical Check Up (MCU) Rp 500.000 **) Bagi CTKI mengikuti
ulang pelatihan bahasa Jepang di
Indonesia dan lulus tes
bahasa Jepang atau lulus
N5. Biaya MCU akan
diganti bilamana CTKI
matching dan berangkat
mengikuti pelatihan bahasa
Jepang di Jepang.
5. Biaya Asuransi Perlindungan Rp 100.000 Bagi CTKI yang sudah
Pra dan Purna Penempatan menandatangani kontrak
kerja
6. Biaya Pre Departure Rp 600.000 Bagi CTKI yang sudah
Orientation (PDO) selama 3 menandatangani kontrak
(tiga) hari. kerja dan sebelum di
berangkatkan ke Jepang
Biaya Total Bagi TKI yang Rp 1.200.000 *)**) Biaya medical check
berangkat bekerja ke Jepang up Rp 1.500.000
diganti/dikembalikan oleh
Pemerintah Jepang kepada
TKI yang berangkat.
10
GAMBARAN KERJA PERAWAT DI JEPANG
Seperti halnya di semua negara, pendapatan bulanan di Negara Jepang, akan dikenakan
berbagai potongan, seperti :
- Pajang penghasilan.
- Pajak Daerah.
- Asuransi kesehatan.
- Tabungan hari tua.
- Sewa tempat tinggal (apato).
- Gas, air dan listrik.
Dengan demikian, rata-rata penghasilan bersih yang diterima per bulan akan berkisar antara
120.000 yen – 140.000 yen. Namun demikian, untuk potongan “tabungan hari tua” akan
dapat diterima kembali secara kumulatif bilamana telah bekerja sekurang-kurangnya selama
3 (tiga) tahun.
Di samping itu, berbagai fasilitas dan insentif umumnya diberikan oleh institusi penerima
kerja yang jenis dan jumlahnya berbeda-beda ditetapkan oleh masing-masing institusi.
Fasilitas yang diberikan oleh pihak institusi pada umumnya adalah tempat tinggal beserta isi
standarnya serta alat transportasi sepeda.
11
Gambaran Kerja Perawat Rumah Sakit (Perawat)
Mengenai gambaran kerja seorang perawat yang ditempatkan di fasilitas rumah sakit di
Negara Jepang, ruang lingkup kerja hanya dibatasi pada kebutuhan dasar pasien dan bantuan
tindakan., seperti misalnya :
Dengan demikian, seorang perawat yang ditempatkan di rumah sakit tidak diperbolehkan
untuk melakukan pekerjaan yang bersifat tindakan medis langsung terhadap pasien.
Jam kerja yang diterapkan bagi perawat asing adalah dari jam 08.30 sampai dengan jam
15.00. Kemudian dari jam 15.00 sampai dengan jam 17.00, perawat asing diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan belajar Bahasa Jepang dengan bimbingan guru Bahasa Jepang yang
disediakan oleh institusi. Di samping itu, pada hari tertentu, para perawat asing juga akan
diberikan perkuliahan khusus tentang anatomi fisiologi, kesehatan masyarakat di akademi
keperawatan tertentu yang ditunjuk oleh institusi.
Mengenai lama kontrak kerja yang diberikan kepada tenaga perawat asing untuk rumah sakit
adalah 3 (tiga) tahun kontrak kerja
dan bisa diperpanjang sesuai dengan
keinginan dengan syarat harus
terlebih dahulu lulus ujian nasional
keperawatan. Dengan demikian,
bilamana perawat asing tidak lulus
ujian nasional, maka kontrak kerja
tidak dapat diperpanjang.
12
Gambaran Kerja Perawat Panti Jompo (Careworker)
Mengenai gambaran kerja seorang perawat yang ditempatkan di fasilitas panti jompo di
Negara Jepang, ruang lingkup kerja adalah sebagai berikut :
13
Sekilas tentang Lembaga kami
Global Care Mandiri (LPK Global Care Mandiri) adalah lembaga pendidikan Bahasa Jepang
sekaligus lembaga pembimbingan dan pendampingan yang pada awal pendirian tahun 2009
mengkonsentrasikan kegiatan pada program penempatan tenaga kesehatan (perawat dan
careworker) yang merupakan program resmi pemerintah Indonesia sebagai hasil dari kerja
sama ekonomi dengan pemerintah Jepang.
Sejak dari tahun 2009 sampai dengan Tahun 2016, lembaga kami telah berhasil mendidik dan
membina 85 calon tenaga kesehatan (perawat dan careworker) yang telah diterima oleh
berbagai institusi kesehatan di Negara Jepang. Dan sebagai hasil dari pelaksanaan kerja yang
telah diberikan oleh para alumni menunjukkan adanya tingkat kepuasan yang baik dari para
institusi penerima kerja sehubungan dengan kemampuan kerja yang baik, kemajuan dalam
belajar Bahasa Jepang yang sesuai harapan serta dedikasi kerja yang tinggi.
Moto yang kami miliki sebagai pedoman untuk bekerja dan berkarir adalah : “Dengan
profesionalisme dan dedikasi, kami membina kepercayaan”.
14
Misi dan Visi
Misi :
Meningkatkan kualitas dan kemampuan bagi calon tenaga kerja Indonesia luar negeri dengan
berpedoman pada nilai kejujuran dan disiplin yang tinggi, semangat dan motivasi yang kuat,
fisik dan mental pribadi yang kokoh, akhlak yang baik serta wawasan dan pengetahuan yang
luas.
Visi :
1. Membantu berbagai program kerja luar negeri yang dibentuk sebagai hasil dari kerja sama
antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang, cara menyediakan calon tenaga
kerja luas negeri yang berkualitas.
2. Mewujudkan lembaga pendidikan bahasa Jepang yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.
3. Mempersiapkan sistem pembinaan fisik dan mental yang teruji.
4. Sosialisasi dan informasi sebagai dasar pemahaman bagi masyarakat tentang berbagai
macam kesempatan kerja luar negeri.
5. Menciptakan sistem pendidikan dan pelatihan dengan biaya yang terjangkau.
Deskripsi Aktivitas
1. Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Jepang untuk Program Tenaga Kesehatan Jepang
(Nurse dan Careworker)
2. Pendidikan dan pelatihan Bahasa Jepang untuk Program Pemagangan ke Jepang.
3. Pendidikan untuk Program Studi ke Jepang.
15
Daftar Alumni
LPK Global Care Mandiri
16
Imam Rosadi AKPER Saifuddin Zuhri Indramayu Special Nursing Home for the Elderly, Taiyo No Ie
Nibankan
Nida Amrillah Suryana AKPER Pemkab Sumedang Special Nursing Home for the Elderly, Sakuraen
Siti Tamilah AKPER Saifuddin Zuhri Indramayu Special Nursing Home for Elderly Jurakusou
Wandi Setiawan AKPER Yakpermas Banyumas Health Care Facility for the Elderly Shubien
Yudi Wahyudi Poltekkes Padang Health Care Facility for the Elderly Villa Koyo
Ari Wardani STIKES Surya Global Yogyakarta Special Nursing Home for the Elderly Kiyama
Wahyuningtyas
Efril Sugiharyanto AKPER Saifuddin Zuhri Indramayu Health Care Facility for the Elderly Kiyamaen
Feri Yudianto STIKES Telogorejo Special Nursing Home for the Elderly Kensyokai Henrique
Heni Afifah AKPER Pamenang Pare Kediri Special Nursing Home for the Elderly Samaria
Lisyatun AKPER 17 Karanganyar Special Nursing Home for the Elderly Elizabeth Seijo
Risda Puspitasari AKPER Pamenang Pare Kediri Special Nursing Home for the Elderly Samaria
17