As dan Ni 1 Desember 2021 Arsen (As) • Arsen adalah unsur alami yang tersebar luas di kerak bumi • Arsen adalah unsur runutan yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti penyakit kulit, penyakit pencernaan, dan kanker • Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang menjadi bahan pencemar yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia • Secara alamiah As dapat masuk kedalam lingkungan melalui debu vulkanik yang dikeluarkan dari letusan- letusan gudung berapi, pelapukan bebatuan, dan mineral-mineral yang mengandung As yang kemudian masuk kedalam air tanah • Aktivitas manusia memiliki peran yang sangat besar dengan masuknya As ke dalam lingkungan, seperti produksi dan penggunaan As di dalam kegiatan industri, baik itu industri pengolahan biji logam, industri pestisida, serta industri pertambangan, serta dapat berasal dari aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk ataupun perstisida • As juga bisa masuk kedalam lingkungan melalui buangan limbah rumah tangga • Arsen dapat dijumpai baik pada media air, udara, tanah, minuman maupun makanan dengan kadar yang relatif rendah namun toksisitasnya sangat tinggi • Arsenik organik biasanya digunakan dalam pembuatan insektisida (obat pembunuh serangga) yang tidak berbahaya bagi manusia jika dalam jumlah kecil • Arsenik anorganik biasanya digunakan di industri tekstil atau pertambangan yang bisa ditemukan dalam bentuk gas dan sangat beracun jika dihirup. • Arsenik anorganik lebih berbahaya daripada arsenik organik • Arsen dapat menyebabkan dampak bagi kesehatan meski kadar paparannya rendah yang dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan hati, ginjal, darah, saluran pencernaan dan saluran pernafasan • Toksisitas arsen berakibat buruk bagi kesehatan hati, mata,darah dan kulit. Selain itu arsen juga dapat mengakibatkan kegagalan sumsum tulang belakang, infeksi laring bahkan kerusakan jaringan ginjal • Arsen juga akan terakumulasi terakhir kali di kuku dan rambut, dimana akumulasi ini mengisyaratkan keracunan arsen kronis • Gejala keracunan arsen sendiri antara lain ialah kram otot, mual dan muntah, sakit perut, perubahan pada kulit seperti muncul kutil, gangguan irama jantung, kesemutan pada jari tangan maupun kaki, urin bewarna gelap dan sakit kepala • Senyawa arsen dalam Iingkungan air, diubah menjadi senyawa turunan metil oleh bakteri dengan bantuan metilkobalamin seperti reaksi berikut :
H3As04 + 2H+ + 2e- ---> H3As03 + H20
Asam arsenat Asam arsenit H3As03 + metilkobalamin ---> CH3AsO(OH)2 + Vit. B-12 Monometilarsenit CH3AsO(OH)2 +metilkobalamin ---> (CH3)2AsO(OH)+Vit.B-12 Dimetilarsenit (CH3)2AsO(OH) + 4H+ + 2e- ---> (CH3)2AsH Dimetilarsin • Siklus arsen di lingkungan adalah sbb : • Distribusi spesies arsenik dalam lingkungan perairan merupakan fungsi dari reaksi redoks, proses adsorpsi-desorpsi dan pelarutan fase padatan. • Dalam sistem akuatik yang kompleks aktivitas bakteri harus dipertimbangkan dalam rangka untuk mengevaluasi kemungkinan mekanisme pelarutan senyawa arsenik. • Konsentrasi ion dan beberapa parameter kualitas air, dan hubungan antara kehadiran arsen dan komponen kimia lainnya harus dikaji dalam rangka untuk lebih memahami hubungan di antaranya dan mendapatkan pengetahuan yang lebih komprehensif tentang geokimia arsenik dalam sistem air-tanah. • Toksisitas arsenik dan mobilitasnya telah terbukti bervariasi dengan bentuk kimiawi dan keadaan valensinya. • Dalam air laut dan air permukaan, arsenit dan arsenat merupakan spesies yang dominan. • Mobilisasi arsenik dalam air tanah dikendalikan oleh beberapa reaksi yaitu pelarutan/ pengendapan, adsorpsi / ko-presipitasi, dan reduksi/ oksidasi • Toksisitas arsenik sangat tergantung pada dua bentuk kimiawinya, yaitu arsen anorganik dan arsen organik • Spesies arsenik anorganik (arsenit dan arsenat) dalam air tanah telah menyebabkan gangguan wabah keracunan yang luar biasa di seluruh dunia. • Spesies arsenik organik (biasanya MMA, DMA) merupakan metabolit yang lazim ditemukan dalam tubuh manusia dan toksisitasnya relatif rendah. • Konsentrasi total arsenik tidak dapat digunakan untuk menjelaskan toksisitas arsenik dalam lingkungan Metode Analisis Arsen 1. Metode Molibdenum blue (Spektro UV-Vis) • Mula-mula sampel yang mengandung arsen ditambah HNO3 pekat kemudian diuapkan • Kemudian residu ditambah larutan hidrazin sulfat-amonium molibdat, dipanaskan 15 menit kemudian didinginkan dan diencerkan • Selanjutnya senyawa molibdenum blue yang terbentuk ditentukan secara spektrofotometri pada 700 nm 2. Pemisahan sebagai AsH3 dan penentuan sebagai molibdenum blue (Spektroskopi UV-Vis) •Mula-mula larutan sampel ditambah dengan larutan KI dan larutan SnCl2, dipanaskan hingga suhu 80-90 oC selama 5 menit, kemudian didinginkan. •Selanjutnya ditambahkan serbuk Zn dan selanjutnya AsH3 yang terbentuk ditampung dalam larutan HgCl2, H2SO4 dan KMnO4 sehingga semua AsH3 berubah menjadi AsCl3 •Kemudian ditambah larutan hidrazin sulfat-amonium molibdat, dipanaskan 15 menit kemudian didinginkan dan diencerkan •Selanjutnya senyawa molibdenum blue yang terbentuk ditentukan secara spektrofotometri pada 700 nm 3. Metode Molibdovanadat Pada metode ini senyawa arsen diubah dengan reagen tertentu menjadi senyawa berwarna arsen molibdovanadat yang menyerap radiasi pada 400 nm sehinga kemudian dapat ditentukan secara spektrofotometri. 4. Metode Cold vapour-AAS Prinsip dari metode ini yaitu sampel yang mengandung arsen direduksi dengan campuran HCl 5M dan NaBH4 0,4% sehingga semua senyawa arsen berubah menjadi AsH3 yang mudah menguap dan teruarai menjadi atom As, sehingga selanjutnya dapat ditentukan serapannya pada 193,7 nm 5. Metode FAAS Larutan sampel yang mengandung arsen sesudah diberi perlakuan awal kemudian diaspirasikan kedalam nyala udara-asetilen sehingga terjadi proses atomisasi dan selanjutnya diamati serapannya pada 193,7 nm Nikel (Ni) • Nikel merupakan logam berwarna putih keperakan, memiliki sifat yang apabila digabungkan dengan logam lain dapat membentuk campuran yang disebut paduan. • Nikel dapat ditemukan pada lebih dari 300.000 produk yang untuk konsumen, industri, militer, transportasi, kedirgantaraan, kelautan, dan aplikasi arsitektur. • Industri yang menggunakan Nikel diantaranya adalah industri yang memproduksi ponsel, peralatan makan, • perhiasan imitasi, peralatan medis, transportasi, bangunan atau konstruksi, pembangkit listrik • Perpaduan Nikel dengan stainless steel digunakan dalam aplikasi peralatan turbin gas dan pabrik kimia. • Perpaduan Nikel dan Besi digunakan dalam elektronik dan rekayasa spesialis, sedangkan paduan tembaga dan nikel digunakan untuk mata uang dan teknik kelautan. • Rekayasa spesialis dari Nikel digunakan pada proses pelapisan logam menggunakan teknik elektroplating dan elektroforming • Penggunaan Nikel dalam industri dapat memberikan dampak buruk jika tidak diperhatikan dengan baik untuk dosis dan penanganannya • Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease Registry, absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral, dan derma • Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan sistemik, gangguan imunologi, gangguan neurologis, gangguan reproduksi, gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian • Paparan melalui inhalasi dapat menimbulkan terjadinya kematian, efek sistemiknya dapat menyebabkan gangguan pernapasan, gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan hematologi, gangguan pada ginjal, efek pada imunologi dan kelenjar limfe, gangguan reproduksi, dan kanker • Paparan melalui jalan oral dapat menyebabkan kematian, efek sistemiknya dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan hematologi, gangguan otot berupa nyeri, gangguan pada hati, gangguan pada ginjal, gangguan kesehatan kulit dapat berupa dermatitis, gangguan neurologi. • Paparan melalui jalan dermal yaitu melalui kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. • Nikel yang bersifat asam sangat korosif pada kulit serta membran mukasoid (selaput lendir). • Kontak dengan Nikel secara langsung dan terus menerus pada kulit yang sensitif dapat menyebabkan korengan (ulkus). • Paparan Nikel berlangsung lebih cepat meskipun dalam dosis rendah sehingga dapat menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak lekas sembuh • Gangguan kesehatan kulit berupa dermatitis kontak, pada paparan langsung kulit terhadap Nikel dapat mengakibatkan dermatitis kontak iritan dan kontak alergi • Prevalensi dermatitis kontak nikel bervariasi di berbagai negara, yaitu 4- 13,1%. • Prevalensi pada wanita lebih tinggi disebabkan kontak dengan alat-alat yang mengandung nikel, seperti perhiasan, kancing, retsleting dan pengait pada baju, peralatan rumah tangga maupun dari telepon seluler. • Sedangkan pada pria, sebagian besar terpapar pada saat bekerja, salah satunya pada pekerjaan pelapisan logam yang menggunakan nikel • Selama beberapa dekade terakhir ini, Nikel merupakan penyebab alergi yang paling sering terdeteksi melalui pemeriksaan uji tempel di seluruh dunia. • Dermatitis kontak Nikel secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan penderita seperti mempengaruhi penampilan penderita maupun menghambat pekerjaannya Metode Analisis Nikel 1. Metode dimetilglioksim (Spektr UV-Vis) • Larutan sampel yang mengandung Ni mula2 diekstrak dengan chloroform, kemudian ditambah dengan larutan bromin dan ammonia pekat • Selanjutnya ditambahkan larutan dimetilglioksim dalam alkohol dan larutan berwarna yang terjadi ditentukan serapannya pada 530 nm dengan spektrofotometri 2. Metode 1,2-sikloheksandion dioksim (Spektr UV-Vis) • Dalam metode ini Nikel ditentukan sebagai Ni(II) • Ni ditentukan dalam bentuk suspensi koloid dalam larutan alkali yang distabilkan dengan gum arab kemudian ditentukan serapannya pada 550 nm 3. Metode dietilditiokarbamat • Dalam metode ini Ni ditentukan sebagai Ni(I) • Larutan sampel yang mengandung Ni direaksikan dengan reagen dietilditiokarbamat kemudian kompleks yang terjadi diekstrak dengan chloroform atau isoamilalkohol pada pH 10 kemudian ditentukan secara spektrofotometri 4. Metode Furildioksim (Spektr UV-Vis) • Nikel ditentukan sebagai Ni(I) • Larutan sampel yanmg mengandung Ni direaksikan dengan larutan etil alkohol 1% pada pH 8 sehingga terbentuk komplek yang berwarna kuning yang tidak larut dalam air • Komplek kemudian diekstrak dengan 1,2 diklorobensen dan ditentukan serapannya pada 438 nm 5. Metode FAAS • Metode ini menentukan semua spesies Ni dalam sampel • Larutan sampel diasamkan dengan HCl, kemudian ditambah larutan Na Sitrat 10% untuk menghilangkan Fe yang ada dalam sampel • Larutan kemudian diekstrak dengan dietilditiokarbamat dan kemudian diinjeksikan dalam FAAS dengan nyala dari oksigen asetilen dan ditentukan serapannya pada 352,5 nm