Anda di halaman 1dari 23

Materi Pertemuan 14(6)

Kimia Analisis Air Limbah

Analisis logam toksik Air Limbah


As dan Ni
1 Desember 2021
Arsen (As)
• Arsen adalah unsur alami yang tersebar luas di kerak
bumi
• Arsen adalah unsur runutan yang bersifat toksik dan
dapat menyebabkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia seperti penyakit kulit, penyakit
pencernaan, dan kanker
• Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang
menjadi bahan pencemar yang dapat merusak
lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia
• Secara alamiah As dapat masuk kedalam lingkungan
melalui debu vulkanik yang dikeluarkan dari letusan-
letusan gudung berapi, pelapukan bebatuan, dan
mineral-mineral yang mengandung As yang kemudian
masuk kedalam air tanah
• Aktivitas manusia memiliki peran yang sangat
besar dengan masuknya As ke dalam lingkungan,
seperti produksi dan penggunaan As di dalam
kegiatan industri, baik itu industri pengolahan biji
logam, industri pestisida, serta industri
pertambangan, serta dapat berasal dari aktivitas
pertanian yang menggunakan pupuk ataupun
perstisida
• As juga bisa masuk kedalam lingkungan melalui
buangan limbah rumah tangga
• Arsen dapat dijumpai baik pada media air, udara,
tanah, minuman maupun makanan dengan kadar
yang relatif rendah namun toksisitasnya sangat
tinggi
• Arsenik organik biasanya digunakan dalam
pembuatan insektisida (obat pembunuh serangga)
yang tidak berbahaya bagi manusia jika dalam
jumlah kecil
• Arsenik anorganik biasanya digunakan di industri
tekstil atau pertambangan yang bisa ditemukan
dalam bentuk gas dan sangat beracun jika dihirup.
• Arsenik anorganik lebih berbahaya daripada
arsenik organik
• Arsen dapat menyebabkan dampak bagi
kesehatan meski kadar paparannya rendah yang
dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan
dengan hati, ginjal, darah, saluran pencernaan
dan saluran pernafasan
• Toksisitas arsen berakibat buruk bagi kesehatan
hati, mata,darah dan kulit. Selain itu arsen juga
dapat mengakibatkan kegagalan sumsum tulang
belakang, infeksi laring bahkan kerusakan jaringan
ginjal
• Arsen juga akan terakumulasi terakhir kali di kuku
dan rambut, dimana akumulasi ini mengisyaratkan
keracunan arsen kronis
• Gejala keracunan arsen sendiri antara lain ialah
kram otot, mual dan muntah, sakit perut,
perubahan pada kulit seperti muncul kutil,
gangguan irama jantung, kesemutan pada jari
tangan maupun kaki, urin bewarna gelap dan sakit
kepala
• Senyawa arsen dalam Iingkungan air, diubah menjadi
senyawa turunan metil oleh bakteri dengan bantuan
metilkobalamin seperti reaksi berikut :

H3As04 + 2H+ + 2e- ---> H3As03 + H20


Asam arsenat Asam arsenit
H3As03 + metilkobalamin ---> CH3AsO(OH)2 + Vit. B-12
Monometilarsenit
CH3AsO(OH)2 +metilkobalamin --->
(CH3)2AsO(OH)+Vit.B-12
Dimetilarsenit
(CH3)2AsO(OH) + 4H+ + 2e- ---> (CH3)2AsH
Dimetilarsin
• Siklus arsen di lingkungan adalah sbb :
• Distribusi spesies arsenik dalam lingkungan
perairan merupakan fungsi dari reaksi redoks,
proses adsorpsi-desorpsi dan pelarutan fase
padatan.
• Dalam sistem akuatik yang kompleks aktivitas
bakteri harus dipertimbangkan dalam rangka untuk
mengevaluasi kemungkinan mekanisme pelarutan
senyawa arsenik.
• Konsentrasi ion dan beberapa parameter kualitas
air, dan hubungan antara kehadiran arsen dan
komponen kimia lainnya harus dikaji dalam rangka
untuk lebih memahami hubungan di antaranya dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih
komprehensif tentang geokimia arsenik dalam
sistem air-tanah.
• Toksisitas arsenik dan mobilitasnya telah terbukti
bervariasi dengan bentuk kimiawi dan keadaan
valensinya.
• Dalam air laut dan air permukaan, arsenit dan
arsenat merupakan spesies yang dominan.
• Mobilisasi arsenik dalam air tanah dikendalikan
oleh beberapa reaksi yaitu pelarutan/
pengendapan, adsorpsi / ko-presipitasi, dan
reduksi/ oksidasi
• Toksisitas arsenik sangat tergantung pada dua
bentuk kimiawinya, yaitu arsen anorganik dan
arsen organik
• Spesies arsenik anorganik (arsenit dan arsenat)
dalam air tanah telah menyebabkan gangguan
wabah keracunan yang luar biasa di seluruh
dunia.
• Spesies arsenik organik (biasanya MMA, DMA)
merupakan metabolit yang lazim ditemukan
dalam tubuh manusia dan toksisitasnya relatif
rendah.
• Konsentrasi total arsenik tidak dapat digunakan
untuk menjelaskan toksisitas arsenik dalam
lingkungan
Metode Analisis Arsen
1. Metode Molibdenum blue (Spektro UV-Vis)
• Mula-mula sampel yang mengandung arsen
ditambah HNO3 pekat kemudian diuapkan
• Kemudian residu ditambah larutan hidrazin
sulfat-amonium molibdat, dipanaskan 15 menit
kemudian didinginkan dan diencerkan
• Selanjutnya senyawa molibdenum blue yang
terbentuk ditentukan secara spektrofotometri
pada 700 nm
2. Pemisahan sebagai AsH3 dan penentuan sebagai
molibdenum blue (Spektroskopi UV-Vis)
•Mula-mula larutan sampel ditambah dengan larutan KI
dan larutan SnCl2, dipanaskan hingga suhu 80-90 oC
selama 5 menit, kemudian didinginkan.
•Selanjutnya ditambahkan serbuk Zn dan selanjutnya
AsH3 yang terbentuk ditampung dalam larutan HgCl2,
H2SO4 dan KMnO4 sehingga semua AsH3 berubah
menjadi AsCl3
•Kemudian ditambah larutan hidrazin sulfat-amonium
molibdat, dipanaskan 15 menit kemudian didinginkan
dan diencerkan
•Selanjutnya senyawa molibdenum blue yang terbentuk
ditentukan secara spektrofotometri pada 700 nm
3. Metode Molibdovanadat
Pada metode ini senyawa arsen diubah dengan
reagen tertentu menjadi senyawa berwarna arsen
molibdovanadat yang menyerap radiasi pada 400 nm
sehinga kemudian dapat ditentukan secara
spektrofotometri.
4. Metode Cold vapour-AAS
Prinsip dari metode ini yaitu sampel yang
mengandung arsen direduksi dengan campuran HCl
5M dan NaBH4 0,4% sehingga semua senyawa
arsen berubah menjadi AsH3 yang mudah menguap
dan teruarai menjadi atom As, sehingga selanjutnya
dapat ditentukan serapannya pada 193,7 nm
5. Metode FAAS
Larutan sampel yang mengandung arsen sesudah
diberi perlakuan awal kemudian diaspirasikan
kedalam nyala udara-asetilen sehingga terjadi
proses atomisasi dan selanjutnya diamati
serapannya pada 193,7 nm
Nikel (Ni)
• Nikel merupakan logam berwarna putih keperakan,
memiliki sifat yang apabila digabungkan dengan
logam lain dapat membentuk campuran yang disebut
paduan.
• Nikel dapat ditemukan pada lebih dari 300.000
produk yang untuk konsumen, industri, militer,
transportasi, kedirgantaraan, kelautan, dan aplikasi
arsitektur.
• Industri yang menggunakan Nikel diantaranya adalah
industri yang memproduksi ponsel, peralatan makan,
• perhiasan imitasi, peralatan medis, transportasi,
bangunan atau konstruksi, pembangkit listrik
• Perpaduan Nikel dengan stainless steel digunakan
dalam aplikasi peralatan turbin gas dan pabrik kimia.
• Perpaduan Nikel dan Besi digunakan dalam
elektronik dan rekayasa spesialis, sedangkan paduan
tembaga dan nikel digunakan untuk mata uang dan
teknik kelautan.
• Rekayasa spesialis dari Nikel digunakan pada proses
pelapisan logam menggunakan teknik elektroplating
dan elektroforming
• Penggunaan Nikel dalam industri dapat memberikan
dampak buruk jika tidak diperhatikan dengan baik
untuk dosis dan penanganannya
• Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease
Registry, absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral,
dan derma
• Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa
gangguan sistemik, gangguan imunologi, gangguan
neurologis, gangguan reproduksi, gangguan
perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian
• Paparan melalui inhalasi dapat menimbulkan
terjadinya kematian, efek sistemiknya dapat
menyebabkan gangguan pernapasan, gangguan
kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan
hematologi, gangguan pada ginjal, efek pada imunologi
dan kelenjar limfe, gangguan reproduksi, dan kanker
• Paparan melalui jalan oral dapat menyebabkan
kematian, efek sistemiknya dapat menyebabkan
gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointernal,
gangguan hematologi, gangguan otot berupa nyeri,
gangguan pada hati, gangguan pada ginjal, gangguan
kesehatan kulit dapat berupa dermatitis, gangguan
neurologi.
• Paparan melalui jalan dermal yaitu melalui kulit dapat
menyebabkan dermatitis kontak alergi.
• Nikel yang bersifat asam sangat korosif pada kulit serta
membran mukasoid (selaput lendir).
• Kontak dengan Nikel secara langsung dan terus
menerus pada kulit yang sensitif dapat menyebabkan
korengan (ulkus).
• Paparan Nikel berlangsung lebih cepat meskipun
dalam dosis rendah sehingga dapat menyebabkan
kulit gatal dan luka yang tidak lekas sembuh
• Gangguan kesehatan kulit berupa dermatitis kontak,
pada paparan langsung kulit terhadap Nikel dapat
mengakibatkan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergi
• Prevalensi dermatitis kontak nikel bervariasi di
berbagai negara, yaitu 4- 13,1%.
• Prevalensi pada wanita lebih tinggi disebabkan kontak
dengan alat-alat yang mengandung nikel, seperti
perhiasan, kancing, retsleting dan pengait pada baju,
peralatan rumah tangga maupun dari telepon seluler.
• Sedangkan pada pria, sebagian besar terpapar pada
saat bekerja, salah satunya pada pekerjaan pelapisan
logam yang menggunakan nikel
• Selama beberapa dekade terakhir ini, Nikel merupakan
penyebab alergi yang paling sering terdeteksi melalui
pemeriksaan uji tempel di seluruh dunia.
• Dermatitis kontak Nikel secara signifikan dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama
mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan penderita
seperti mempengaruhi penampilan penderita maupun
menghambat pekerjaannya
Metode Analisis Nikel
1. Metode dimetilglioksim (Spektr UV-Vis)
• Larutan sampel yang mengandung Ni mula2 diekstrak
dengan chloroform, kemudian ditambah dengan
larutan bromin dan ammonia pekat
• Selanjutnya ditambahkan larutan dimetilglioksim dalam
alkohol dan larutan berwarna yang terjadi ditentukan
serapannya pada 530 nm dengan spektrofotometri
2. Metode 1,2-sikloheksandion dioksim (Spektr UV-Vis)
• Dalam metode ini Nikel ditentukan sebagai Ni(II)
• Ni ditentukan dalam bentuk suspensi koloid dalam
larutan alkali yang distabilkan dengan gum arab
kemudian ditentukan serapannya pada 550 nm
3. Metode dietilditiokarbamat
• Dalam metode ini Ni ditentukan sebagai Ni(I)
• Larutan sampel yang mengandung Ni direaksikan dengan
reagen dietilditiokarbamat kemudian kompleks yang
terjadi diekstrak dengan chloroform atau isoamilalkohol
pada pH 10 kemudian ditentukan secara
spektrofotometri
4. Metode Furildioksim (Spektr UV-Vis)
• Nikel ditentukan sebagai Ni(I)
• Larutan sampel yanmg mengandung Ni direaksikan
dengan larutan etil alkohol 1% pada pH 8 sehingga
terbentuk komplek yang berwarna kuning yang tidak
larut dalam air
• Komplek kemudian diekstrak dengan 1,2 diklorobensen
dan ditentukan serapannya pada 438 nm
5. Metode FAAS
• Metode ini menentukan semua spesies Ni dalam
sampel
• Larutan sampel diasamkan dengan HCl, kemudian
ditambah larutan Na Sitrat 10% untuk menghilangkan
Fe yang ada dalam sampel
• Larutan kemudian diekstrak dengan
dietilditiokarbamat dan kemudian diinjeksikan dalam
FAAS dengan nyala dari oksigen asetilen dan
ditentukan serapannya pada 352,5 nm

Anda mungkin juga menyukai