0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang analisis logam beracun Zn dan Cu dalam air limbah. Ia menjelaskan sumber, efek toksisitas, dan metode analisis spektrofotometri dan AAS untuk menentukan kadar Zn dan Cu. Delapan metode analisis logam tersebut dijelaskan secara singkat.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang analisis logam beracun Zn dan Cu dalam air limbah. Ia menjelaskan sumber, efek toksisitas, dan metode analisis spektrofotometri dan AAS untuk menentukan kadar Zn dan Cu. Delapan metode analisis logam tersebut dijelaskan secara singkat.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang analisis logam beracun Zn dan Cu dalam air limbah. Ia menjelaskan sumber, efek toksisitas, dan metode analisis spektrofotometri dan AAS untuk menentukan kadar Zn dan Cu. Delapan metode analisis logam tersebut dijelaskan secara singkat.
Zn dan Cu 17 November 2021 Zink (Zn) • Penyebaran seng dalam lingkungan cukup luas dapat ditemukan dalam air, udara dan organisme hidup • Di alam apabila dalam keadaan terkontaminasi, Zn hampir selalu bersama sama dengan kadmium • Seng dalam keadaan tertentu mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia tetapi mempunyai toksisitas yang tinggi pada ikan sehingga standar suplay air untuk keperluan domestik kandungan sengnya maksimum 5 mg/L • Toksisitas seng sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya temperatur dan tingkat kelarutan O2 • Keberadaan logam zink (Zn) dalam air bersumber dari penggunaan pupuk kimia yang mengandung logam Cu dan Zn, buangan limbah rumah tangga yang mengandung logam Zn seperti korosi pipa-pipa air dan produk-produk konsumer (misalnya, formula detergen) yang tidak diperhatikan sarana pembuangannya • Logam zink ini banyak digunakan dalam bahan baterai. • Zink dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik (mencegah kulit agar tidak kering dan tidak terbakar sinar matahari), plastik, karet, sabun, pigmen warna putih dalam cat dan tinta (ZnO) • Zink dalam bentuk sulfida digunakan sebagai pigmen fosfor serta untuk industri tabung televisi dan lampu pendar. • Zink dalam bentuk klorida digunakan sebagai deodoran dan untuk pengawetan kayu • zink sulfat untuk mordan (pewarnaan), stiptik (untuk mencegah pendarahan), sebagai supply zink dalam makanan hewan serta pupuk, sebagai pelapisan cat khususnya dalam industri automobil, dan sebagai bahan atap logam dan untuk bahan insektisida dapur • Zink ini tidak selamanya bersifat toksik, karena zink dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh (esensial) • Seng mempunyai banyak fungsi karena merupakan unsur essensial. • Seng adalah unsur yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk aktivitas insulin dan bekerjanya enzim enzim tertentu pada tubuh secara normal • Di dalam darah zink terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. • otot, hati, ginjal dan pankreas mengandung seng dalam jumlah besar. • Keracunan seng dapat mengakibatkan kerusakan saluran cerna dan diare serta menyebabkan kerusakan pankreas. • Adapun gejala keracunan ini adalah demam, muntah, lambung kejang dan diare Metode Analisis Zn 1. Metode ditizone (Spektofotometri UV-Vis) Prinsip dari metode ini yaitu pembentukan kompleks berwarna zink ditizone dalam kloroform atau CCl4 yang menyerap radiasi pada 540 nm. Sampel cairan yang mengandung Zn ditambah amonium sitrat kemudian ditambah ditizone dalam kloroform dan dietilditiokarbamat sehingga terbentuk kompleks zink ditizone. 2. Metode Zinkon (Spektrofotometri UV-Vis) Metode ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks zink dengan zinkon (2-karboksi-2- hidroksi-5-sulfoformazylbensena) yang stabil pada pH 9 dan menyerap radiasi pada 620 nm Sampel larutan yang mengandung Zn ditambah KCN dan larutan buffer pH 9, kemudian ditambah larutan zinkon sehingga terbentuk kompleks berwarna biru yang menyerap radiasi pada 620 nm sesudah 2-5 menit 3. Metode tiokarbazone (Spektro UV-Vis) Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya kompleks berwarna pink dari zink dengan di-β- naptilditiokarbazone dalam kloroform yang selanjutnya dapat ditentukan secara spektrofotometri 4. Metode AAS Sampel cair yang mengandung Zn sesudah diberikan perlakuan awal kemudian ditambah beberapa teres HNO3 65% dan selanjutnya diaspirasikan kedalam nyala udara-asetilen dari FAAS dan diukur serapannya pada 213,9 nm Tembaga (Cu) • Cu merupakan elemen mikro yang sangat dibutuhkan oleh organisme, baik darat maupun perairan, namun dalam jumlah yang sedikit • Keberadaan Cu di suatu perairan umum dapat berasal dari daerah industri yang berada di sekitar perairan tersebut • Cu masuk ke dalam lingkungan perairan akibat dari aktivitas manusia seperti buangan limbah industri yang mengandung Cu, campuran bahan pengawet, industri pengelolaan kayu, buangan rumah tangga, dan sebagainya • Tembaga (Cu), bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh- pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologi tubuh • Tembaga merupakan logam berat yang bersifat racun bagi makhluk hidup. • Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. • Toksisitas yang dimiliki Cu baru akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait • Cu merupakan logam essensial yang jika berada dalam konsentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan organisme sedangkan dalam konsentrasi yang tinggi justru dapat menjadi penghambat • Tembaga adalah logam yang secara jelas mengalami proses akumulasi dalam tubuh seiring dengan pertambahan umurnya, dan ginjal merupakan bagian tubuh yang paling banyak terdapat akumulasi Tembaga • Paparan Tembaga dalam waktu yang lama pada manusia akan menyebabkan terjadinya akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh yang dalam periode waktu tertentu akan menyebabkan munculnya efek yang merugikan kesehatan • Gejala yang timbul pada manusia yang keracunan Cu akut adalah:mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati. • Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis. Metode Analisis Cu 1. Metode Ditizone (Spektro UV-Vis) Cu ditentukan sebagai Cu(II). Metode ini didasarkan pada pembentukan kompleks berwarna violet dari Cu- ditizonat yang menyerap kuat radiasi pada 510 nm. Sampel cair yang mengandung logam Cu yang sudah dilakukan teatmen awal kemudian ditambahkan larutan ditizone 0,001% sehingga terbentuk kompleks Cu-ditizonat yang berwarna violet dan dapat ditentukan secara spektrofotometri pada 510 nm 2. Metode dietilditiokarbamat (Spektro UV-Vis) Cu ditentukan sebagai Cu(II) karena Natrium dietilditiokarbamat (C2H5)2NCS2Na akan membentuk kompleks berwarna kuning coklat dengan Cu (II) pada pH 5,7-9 dan menyerap kuat radiasi pada 440 nm Larutan sampel ditambahkan amonium sitrat 20% dan kemudian ditambah amonia agar pH 9-9,2. Selanjutnya ditambah larutan karbamat dan CCl4 dan dikocok sehingga terbentuk kompleks berwarna kuning coklat yang kemudian dapat ditentukan secara spektrofotometri pada 440 nm. 3. Metode Kuproin (2,2-diquinolil) (Spektro UV-Vis) Pada metode ini Cu ditentukan sebagai Cu(I). Metode ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks berwana antara Cu(I) dengan 2,2- diquinolil (kuproin) yang menyerap radiasi pada 546 nm. Sampel larutan ditambah KOH hingga pH 4,5 kemudian ditambah Na tartrate dan hidroksilamin HCl agar semua Cu tereduksi menjadi Cu(I) Selanjutnya direaksikan dengan larutan cuproin 0,02% dikocok 2 menit dan kompleks yang terjadi kemudian ditentukan secara spektrofotometri pada 546 nm. 4. Metode Cuprizone (Spektro UV-Vis) Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna biru dari Cu(II) dengan reagen cuprizone yang menyerap radiasi pada 600 nm. Larutan yang mengandung Cu ditambah dengan amonium sitrat dan amonia sehingga terbentuk warna kuning. Kemudian ditambahkan reagen cuprizone (bis- sikloheksanon-oksaldihidrazon) hingga terbentuk kompleks yang berwarna biru dari Cu-Cuprizon yang selanjutnya dapat ditentukan secara spketrofotometri pada 600 nm 5. Metode phenantrolin (Spektro UV-Vis) Pada metode ini Cu total ditentukan sebagai Cu(I) yang akan membentuk kompleks berwarna kuning dari Cu-phenantrolin yang stabil pada pH 2,3-9 dan menyerap radiasi pada 547 nm. Mula-mula semua Cu dalam sampel direduksi menjadi Cu(I) dengan hidroksilamin hidroklorida. Kemudian ditambah amonium sitrat dan amonia pekat hingga pH 4-6. selanjutnya ditambah dengan reagen neocuproin atau 2,9-dimetil-1,10- phenantrolin dalam etil alkohol dan kloroform kemudian dikocok selama 30 detik. Kompleks warna kuning yang terjadi kemudian ditentukan secara spektrofotometri pada 547 nm 6. Metode Bathocuproin (Spektro UV-Vis) Pada metode ini Cu total ditentukan sebagai Cu(I). Metode ini didasrkan pada pembentukan kompleks antara Cu(I) dengan reagen bathocuproin (2,9- dimetil-4,7-dipenil-1,10-phenantrolin) yang menyerap radiasi pada 479 nm. Metode ini lebih sensitif daripada metode cuproin dan neocuproin. Mula-mula sampel cair yang mengandung Cu direduksi dengan hidroksilamin hidroklorida sehingga semua Cu menjadi Cu(I). Selanjutnya ditambah dengan reagen bathocuproin dalam heksanol dan digojog selama 2 menit sehingga terbentuk senyawa kompleks yang dapat ditentukan secara spektrofotometri pada 479 nm. 7. Metode Zinkon (Spektro UV-Vis) Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks Cu-zinkon yang stabil pada pH 5-9,5. Sampel yang mengandung Cu ditambah larutan buffer pH 9 kemudian ditambah reagen zinkon (2- karboksi-2-hidroksi-5-sulfoformazilbenzena) sehingga terbentuk senyawa kompleks berwarna yang menyerap radiasi pada 610 nm. 8. Metode AAS Pada analisis Cu dengan metode AAS maka semua Cu dalam sampel berbentuk cair sesudah dilakukan perlakuan awal kemudian diaspirasikan kedalam atomizer dan pengukuran serapannya dilakukan pada 324,7 nm.