Anda di halaman 1dari 2

Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease Registry, absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral, dan

dermal. Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan sistemik, gangguan imunologi,
gangguan neurologis, gangguan reproduksi, gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian).
Gangguan tersebut akibat paparan secara akut (14 hari atau kurang), menengah (15-364 hari), dan
kronis (365 hari atau lebih). Paparan melalui inhalasi dapat menimbulkan terjadinya kematian, efek
sistemiknya dapat menyebabkan gangguan pernapasan, gangguan kardiovaskular, gangguan
gastrointernal, gangguan hematologi, gangguan pada ginjal, efek pada imunologi dan kelenjar limfe,
gangguan reproduksi, dan kanker. Paparan melalui jalan oral dapat menyebabkan kematian, efek
sistemiknya dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan
hematologi, gangguan otot berupa nyeri, gangguan pada hati, gangguan pada ginjal, gangguan
kesehatan kulit dapat berupa dermatitis, gangguan neurologi. Paparan melalui jalan dermal yaitu
melalui kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi.

Nikel yang bersifat asam sangat korosif pada kulit serta membran mukasoid (selaput lendir). Kontak
dengan Nikel secara langsung dan terus menerus pada kulit yang sensitif dapat menyebabkan korengan
(ulkus). Hal ini dapat dipengaruhi oleh riwayat alergi (Hernita, 2011). Paparan Nikel berlangsung lebih
cepat meskipun dalam dosis rendah sehingga dapat menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak lekas
sembuh. Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang berfungsi sebagai pelindung, penyerap, indera
perasa (Djuanda, 2007).

Gangguan kesehatan kulit berupa dermatitis kontak, pada paparan langsung kulit terhadap Nikel dapat
mengakibatkan dermatitis kontak iritan dan kontak alergi.

Selama beberapa dekade terakhir ini, Nikel merupakan penyebab alergi yang paling sering terdeteksi
melalui pemeriksaan uji tempel di seluruh dunia. Dermatitis kontak Nikel secara signifikan dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan
penderita seperti mempengaruhi penampilan penderita maupun menghambat pekerjaannya
(Djuanda,2007)

Mengapa Nikel Dibatasi ▪ Nikel bisa terakumulasi secara biologis pada beberapa tanaman; kecil
kemungkinannya untuk terbioakumulasi pada hewan. ▪ Beberapa senyawa nikel dapat bersifat
karsinogenik bagi manusia jika langsung tertelan atau terhirup dalam dosis yang sangat tinggi. ▪ Kanker
paru-paru dan sinus hidung telah diidentifikasi mendampak pekerja yang terpapar debu yang
mengandung nikel. ▪ Efek paling umum dari paparan nikel ialah reaksi alergi dan efek sensitisasi yang
disebabkan oleh kontak langsung dan berkepanjangan antara kulit dengan nikel.1

Hasil review menunjukkan bahwa bahaya paparan logam berat kromium (Cr), kadmium (Cd) dan nikel
(Ni) pada tubuh manusia dapat menyebabkan timbulnya efek toksik bagi tubuh diantaranya gagal ginjal,
faal paru, gangguan pernafasan, kulit dan kanker.

Efek toksik yang ditimbulkan akibat adanya paparan logam berat seperti kromium, kadmium dan nikel
diantaranya yaitu gagal ginjal, kanker (Ahmad, et al., 2017)

Absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral, dan dermal. Gangguan Budidaya Perairan 2021, Vol. 9 No. 1:
64 - 72 65 kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan sistemik, gangguan imunologi, gangguan
neurologis, gangguan reproduksi, gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian (Duda-
Chodak et al., 2008; Das et al., 2019; Buxton et al., 2019).

Industri pertambangan nikel (Ni) dilaporkan berasosiasi dengan logam berat lainnya seperti tembaga
(Cu), arsenik (As), besi (Fe), platina (Pt), merkuri (Hg), seng (Zn), kadmium (Cd), timbal (Pb), (Asiah dan
Prajanti, 2014; Gunawan et al., 2015; Sarianto dkk., 2016).

Kandungan logam besi (Fe) yang tinggi akan berdampak terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa
menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan usus, penuaan

dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit,
diabetes, diare, pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi dan insomnia (Youdim, 2001; Abbaspour et
al.,2014; Wessling-Resnick, 2017).

Anda mungkin juga menyukai