SEMESTER II-2018/2019
Oleh:
Alvi Zainita Putri Batistuta (13017011)
Agra Dhanurwedha Sakti (13017017)
Rifqi Esa Pratama (13017054)
Emmanuella Stephanie (13017077)
M. Lovendra Nurizqulloh (13017083)
M. Sulaiman Ardhianto (13017093)
Mikhail Kevin Anthony (13017099)
PENDAHULUAN
Nanoteknologi merupakan hal yang unik terutama pada penggunaan nanomaterial yang
ukurannya di antara satu nanometer hingga serratus nanometer. Teknologi ini sangat
memungkinkan untuk memproduksi alat, komponen, maupun suatu sistem yang berskala nano.
Aplikasi nanoteknologi diterapkan di berbagai hal, termasuk pada bidang manufaktur variasi
produk, pengukuran, hingga rekayasa bahan pada skala nano.
Peralatan nano dapat diproduksi melalui nanoteknologi pula yang pada akhirnya bisa
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Nanoteknologi juga menawarkan solusi untuk
masalah lingkungan. Meskipun dalam penerapannya akan muncul pula dampak-dampak
negatifnya terhadap lingkungan.
Teknologi apapun tentu saja akan memberikan pengaruh kepada lingkungan baik itu
dampak negatif maupun dampak positif. Tak terkecuali nanoteknologi. Dampak juga tidak
hanya yang merugikan manusia, tapi juga lingkungan di sekitar.
Partikel-partikel nano akan memiliki luas penampang yang lebih besar dibandingkan
oleh partikel-partikel yang berukuran lebih besar atau bulk. Hal ini akan memiliki potensi lebih
besar akan terjadinya kerusakan pada lingkungan juga tubuh manusia. Risiko dari penggunaan
partikel nano ini menjadi perhatian nasional maupun internasional.
Kesulitan mendapatkan informasi dari karakteristik partikel nano ini karena adanya
perbedaan karakteristik yang drastis dari partikel dalam ukuran besarnya. Maka dari itu susah
diketahui sifatnya apakah beracun atau tidak, bahaya atau tidak.
Pemanfaatan dalam carbon nanotubes juga masih menjadi perhatian bagi para peneliti.
Hal ini karena masih belum diketahuinya akibatnya kepada tubuh manusia terutama di
pernapasan. Data menunjukkan bahwa carbon nanotubes memiliki tingkat racun yang sama
sebagaimana asbestos fiber. Pada 1980an terdapat semiconductor plant yang mengkontaminasi
air tanah di Silicon Valey, California. Dua hal itu adalah contoh yang menunjukkan bahwa
nanoteknologi juga membahayakan lingkungan meskipun memberikan banyak keuntungan
juga.
Akan cukup sulit untuk mendeteksi partikel nano beracun yang kemungkinan
mengontaminasi lingkungan. Karena beberapa partikel nano akan berinteraksi dengan
lingkungan. Ada empat faktor yang bisa membuat suatu partikel nano menjadi beracun dan
berbahaya bagi lingkungan.
KLASIFIKASI POLUTAN
Umumnya terdapat dua klasifikasi dari emisi nano yaitu partikulat dan gas. Namun saat
ini bisa disimpulkan kembali beberapa emisi nano yang mirip dengan klasifikasi yang sudah
ada. Berikut ini beberapa klasifikasi berdasar sumbernya.
1. Udara
- Ozon
Ozon merupakan salah satu masalah yang cukup sulit ditangani karena
cakupannya yang luas. Secara kimia ozon merupakan senyawa yang tersusun
dari tiga atom oksigen. Umumnya oksigen ditemukan hanya dalam susunan dua
atom. Hal ini yang menyebabkan ozon menjadi sangat reaktif.
- Partikulat di udara
Yang termasuk ke dalam partikulat di udara adalah debu, asap, aerosol, dan
masih yang lainnya. Biasanya terbentuk dari limbah industri, pembangkit listrik,
serta limbah dari proses lainnya.
- Partikulat beracun
Polutan yang bersifat beracun menjadi masalah yang cukup serius, apalagi
keberadaannya di segala bentuk media. Sumber dari polutan ini yaitu dari proses
manufaktur dan industri.
- Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida dapat bergerak di sepanjang atmosfer karena kemapuannya
membentuk ikatan dengan partikulat di udara. Sulfur dioksida biasanya dilepas
ke udara karena pembakaran batu bara serta minyak bumi. Sekarang ini dua
pertiga dari seluruh emisi sulfur dioksida berasal dari pembangkit listrik.
2. Udara Indoor
Polutan di dalam ruangan lebih tinggi daripada di luar ruangan. Hal ini yang
akhirnya menjadi perhatian lebih dari pemerintahan.
- Radon
Terbentuk dari peluruhan radioaktif radium-226 yang biasanya ditemukan di
batu dan tanah. Radon yang di dalam ruangan biasanya berasal dari batuan dan
tanah yang digunakan sebagai pondasi rumah atau ruang bawah tanah.
- Asap Rokok
- Asbestos
Asbestos biasanya digunakan sebagai bahan suatu bangunan. Bangunan yang
menggunakan asbestos mengandung asbes yang ukurannya sangat kecil
sehingga begitu terlepas ke udara dapat terakumulasi di dalam paru-paru
manusia.
- Senyawa Organik
Biasanya yang menjadi polutan adalah senyawa-senyawa organik yang mudah
menguap.
- Pestisida
3. Air
- Air Minum
Di Amerika, air minum yang terkontaminasi sudah mulai berkurang. Hanya saja
untuk tap water nasional masih perlu peninjauan karena belum dipastikan bersih
dari polutan.
- Habitat Perairan Kritis
Perlu perhatian lebih terhadap tempat-tempat perairan yang keadaannya kritis.
Maksudnya adalah dekat dengan lahan basah, air pantai, lautan, serta danau.
4. Tanah
- Limbah Industri Berbahaya
Limbah senyawa kimia, minyak, dan industri merupakan senyawa berbahaya
utama. Sekitar 99% limbah berbahaya ini berasal dari fasilitas-fasilitas yang
cukup besar.
- Limbah Perkotaan
Limbah ini termasuk limbah-limbah yang berasal dari limbah rumah tangga,
limbah komersil, dan lumpur.
- Limbah Radioaktif
1. Air
Tiap hari di Amerika Serikat miliaran gallon air limbah dihasilkan dari
industri proses. Aliran limbah tersebut biasa mengandung logam beracun dan polutan
organik. Beberapa jenis logam beracun yaitu timbal, seng, tembaga, krom, cadmium,
raksa, dan nikel. Untuk polutan organic contohnya adalah benzena, toluena, dan
trikloroetilena. Tiap-tiap senyawa tersebut, baik dalam komposisi yang banyak atau
sedikit dapat membahayakan kesehatan manusia.
Banyak teknologi yang ada untuk mengolah air limbah industri. Teknologi
tersebut beragam dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Teknologi
pengolahan dapat dibagi menjadi tiga jenis utama: fisika, kimia, dan biologi.
Pada proses pengolahan secara fisika terdapat tiga cara utama yaitu
penjernihan (sedimentasi), pengapungan, dan pemisahan minyak-air. Proses
penjernihan atau sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padat yang
memiliki berat jenis lebih tinggi daripada fluida pembawanya pada keadaan diam
berdasarkan prinsip gravitasi. Pengapungan merupakan proses yang berkebalikan
dengan penjernihan, yaitu pemisahan berdasarkan perbedaaan densitas dengan
penambahan udara atau gelebung sehingga kontaminan masuk ke gelembung dan
terangkat ke permukaan. Pemisahan air-minyak biasa digunakan di industri migas
dengan prinsip perbedaan berat jenis minyak dan air.
Pada proses pengolahan secara kimia terdapat dua cara utama yaitu koagulasi-
pengendapan, dan netralisasi. Koagulasi-pengendapat dapat memisahkan limbah air
seperti BOD, COD, dan TSS serta polutan lain seperti fosfor, senyawa nitrogen, dan
logam. Koagulasi dilakukan dengan cara mencampurkan senyawa kimia dan
memastikan sudah terdispersi dari aliran air limbah, setelah itu koagulan diendapkan.
Limbah yang bersifat asam dan basa sangat tidak diinginkan karena dapat
mempengaruhi kehidupan biota laut dan menyebabkan korosi. Penanggulangan
limbah basa atau asam dilakukan dengan penambahan asam atau basa sehingga air
limbah menjadi netral kembali, proses ini biasa disebut netralisasi. Salah satu cara
agar netralisasi menghasilkan hasil yang maksimal adalah denga mengetahui
komponen penyusun air limbah tersebut.
Pada proses pengolahan secara biologi, terdapat 4 cara utama. Cara pertama
adalah aerobic attached growth process, yaitu menumbuhkan mikroorganisme di
sebuah media seperti batu, plastic, dan lainnya lalu air limbah dialirkan ke media
tersebut sehingga mengubah kontaminan menjadi gas CO2. Cara selanjutnya adalah
activated sludge, yaitu menumbuhkan mikroorganisme di suatu koloid lalu
dikontakkan dengan air limbah sehingga kontaminan dalam air limbah berubah
menjadi CO2. Stabilization pond biasa digunakan untuk mengubah limbah organic
menjadi algae, banyak ditemukan di industri proses yang menghasilkan jumlah zat
beracun yang dapat diabaikan kadarnya. Anaerobic lagoon biasa digunakan untuk
membersihkan air limbah yang memiliki konsentrasi zat organic dan padat yang
tinggi.
2. Udara
Terdapat dua bentuk polusi yang diemisikan ke atmosfer: gas dan partikulat.
Pertimbangan utama dalam mengevaluasi komposisi udara yang tidak diketahui
adalah kesehatan atmosferik dan keselamatan dari bahaya.
3. Limbah Padat
Sejak dahulu, manusia dan hewan sudah menggunakan sumber daya alam
bumi untuk bertahan hidup dan membuang kotorannya. Permasalahan pembuangan
limbah padat mulai terjadi ketika manusia membuat komunitas dan limbahnya
terakumulasi menjadi lebih besar. Contoh dari manajemen pembuangan limbah yang
buruk adalah Black Death yang melanda benua Eropa pada abad ke-14 karena
kebiasan membuang sampah sembarangan.
Komposisi dari limbah industri sangatlah beragam, tidak hanya dari jenis
industrinya tetapi juga proses yang ada di industri tersebut. Secara umum, limbah
industry diklasifikasikan menjadi limbah yang dapat dimanfaatkan, dan limbah yang
harus diolah. Limbah yang harus diolah dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu limbah
organic, limbah beracun, dan limbah yang inert.
REFERENSI