Anda di halaman 1dari 9

TK4025 NANOTEKNOLOGI PROSES

SEMESTER II-2018/2019

PAPER EFEK NANOTEKNOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN

Oleh:
Alvi Zainita Putri Batistuta (13017011)
Agra Dhanurwedha Sakti (13017017)
Rifqi Esa Pratama (13017054)
Emmanuella Stephanie (13017077)
M. Lovendra Nurizqulloh (13017083)
M. Sulaiman Ardhianto (13017093)
Mikhail Kevin Anthony (13017099)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
EFEK NANOTEKNOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

Nanoteknologi merupakan hal yang unik terutama pada penggunaan nanomaterial yang
ukurannya di antara satu nanometer hingga serratus nanometer. Teknologi ini sangat
memungkinkan untuk memproduksi alat, komponen, maupun suatu sistem yang berskala nano.
Aplikasi nanoteknologi diterapkan di berbagai hal, termasuk pada bidang manufaktur variasi
produk, pengukuran, hingga rekayasa bahan pada skala nano.

Umumnya aplikasi nanoteknologi hanya mengonsumsi sedikit energi, serta dapat


mengurangi limbah. Pada penghematan energi contohhnya yakni penggunaan graphene
sebagai pelapis material hanya dibutuhkan pelapisan satu layer saja. Salah satu aplikasi dari
graphene ini pelapisan pada turbin atau tubuh pesawat, yang mana akan menghasilkan massa
yang lebih ringan dan dapat menghasilkan energi yang lebih efektif.

Pemanfaatan nanoteknologi juga sangat membantu dalam monitoring lingkungan,


sebagai contoh adalah detector kebocoran pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Detektor ini
dapat mendeteksi adanya radiasi sekaligus jumlah dari radiasinya.

Peralatan nano dapat diproduksi melalui nanoteknologi pula yang pada akhirnya bisa
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Nanoteknologi juga menawarkan solusi untuk
masalah lingkungan. Meskipun dalam penerapannya akan muncul pula dampak-dampak
negatifnya terhadap lingkungan.

POTENSI NANOTEKNOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN

Teknologi apapun tentu saja akan memberikan pengaruh kepada lingkungan baik itu
dampak negatif maupun dampak positif. Tak terkecuali nanoteknologi. Dampak juga tidak
hanya yang merugikan manusia, tapi juga lingkungan di sekitar.

Partikel-partikel nano akan memiliki luas penampang yang lebih besar dibandingkan
oleh partikel-partikel yang berukuran lebih besar atau bulk. Hal ini akan memiliki potensi lebih
besar akan terjadinya kerusakan pada lingkungan juga tubuh manusia. Risiko dari penggunaan
partikel nano ini menjadi perhatian nasional maupun internasional.

Meskipun partikel nano memiliki keuntungan di berbagai bidang, masih ada


pertimbangan dalam penggunaannya mengingat masih ada potensi dampaknya terhadap
lingkungan. Masalah utama adalah metode analisis dari partikel nano itu sendiri. Seiring
berkembangnya nanoteknologi, muncul partikel nano dengan variasi-variasi baru yaitu bentuk
dan ukuran yang semakin beragam. Hal ini menyebabkan sulitnya karakterisasi partikel nano,
karena kekurangan informasi, dan keberadaan partikel nano sendiri di udara dan lingkungan.

Kesulitan mendapatkan informasi dari karakteristik partikel nano ini karena adanya
perbedaan karakteristik yang drastis dari partikel dalam ukuran besarnya. Maka dari itu susah
diketahui sifatnya apakah beracun atau tidak, bahaya atau tidak.

Pemanfaatan dalam carbon nanotubes juga masih menjadi perhatian bagi para peneliti.
Hal ini karena masih belum diketahuinya akibatnya kepada tubuh manusia terutama di
pernapasan. Data menunjukkan bahwa carbon nanotubes memiliki tingkat racun yang sama
sebagaimana asbestos fiber. Pada 1980an terdapat semiconductor plant yang mengkontaminasi
air tanah di Silicon Valey, California. Dua hal itu adalah contoh yang menunjukkan bahwa
nanoteknologi juga membahayakan lingkungan meskipun memberikan banyak keuntungan
juga.

Akan cukup sulit untuk mendeteksi partikel nano beracun yang kemungkinan
mengontaminasi lingkungan. Karena beberapa partikel nano akan berinteraksi dengan
lingkungan. Ada empat faktor yang bisa membuat suatu partikel nano menjadi beracun dan
berbahaya bagi lingkungan.

Yang pertama yaitu sifat hidrofobik dan hidrofiliknya. Contohnya pelapisan


menggunakan partikel nano yaitu TiO2 untuk mengurangi efek lapuk seperti degradasi pada
bahan komposit. Selanjutnya yaitu mobilitas dari kontaminan partikel nano, lalu kelarutan
partikel nano, serta cara pembuangan limbahnya.

KLASIFIKASI POLUTAN

Umumnya terdapat dua klasifikasi dari emisi nano yaitu partikulat dan gas. Namun saat
ini bisa disimpulkan kembali beberapa emisi nano yang mirip dengan klasifikasi yang sudah
ada. Berikut ini beberapa klasifikasi berdasar sumbernya.

1. Udara
- Ozon
Ozon merupakan salah satu masalah yang cukup sulit ditangani karena
cakupannya yang luas. Secara kimia ozon merupakan senyawa yang tersusun
dari tiga atom oksigen. Umumnya oksigen ditemukan hanya dalam susunan dua
atom. Hal ini yang menyebabkan ozon menjadi sangat reaktif.
- Partikulat di udara
Yang termasuk ke dalam partikulat di udara adalah debu, asap, aerosol, dan
masih yang lainnya. Biasanya terbentuk dari limbah industri, pembangkit listrik,
serta limbah dari proses lainnya.
- Partikulat beracun
Polutan yang bersifat beracun menjadi masalah yang cukup serius, apalagi
keberadaannya di segala bentuk media. Sumber dari polutan ini yaitu dari proses
manufaktur dan industri.
- Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida dapat bergerak di sepanjang atmosfer karena kemapuannya
membentuk ikatan dengan partikulat di udara. Sulfur dioksida biasanya dilepas
ke udara karena pembakaran batu bara serta minyak bumi. Sekarang ini dua
pertiga dari seluruh emisi sulfur dioksida berasal dari pembangkit listrik.
2. Udara Indoor
Polutan di dalam ruangan lebih tinggi daripada di luar ruangan. Hal ini yang
akhirnya menjadi perhatian lebih dari pemerintahan.
- Radon
Terbentuk dari peluruhan radioaktif radium-226 yang biasanya ditemukan di
batu dan tanah. Radon yang di dalam ruangan biasanya berasal dari batuan dan
tanah yang digunakan sebagai pondasi rumah atau ruang bawah tanah.
- Asap Rokok
- Asbestos
Asbestos biasanya digunakan sebagai bahan suatu bangunan. Bangunan yang
menggunakan asbestos mengandung asbes yang ukurannya sangat kecil
sehingga begitu terlepas ke udara dapat terakumulasi di dalam paru-paru
manusia.
- Senyawa Organik
Biasanya yang menjadi polutan adalah senyawa-senyawa organik yang mudah
menguap.
- Pestisida
3. Air
- Air Minum
Di Amerika, air minum yang terkontaminasi sudah mulai berkurang. Hanya saja
untuk tap water nasional masih perlu peninjauan karena belum dipastikan bersih
dari polutan.
- Habitat Perairan Kritis
Perlu perhatian lebih terhadap tempat-tempat perairan yang keadaannya kritis.
Maksudnya adalah dekat dengan lahan basah, air pantai, lautan, serta danau.
4. Tanah
- Limbah Industri Berbahaya
Limbah senyawa kimia, minyak, dan industri merupakan senyawa berbahaya
utama. Sekitar 99% limbah berbahaya ini berasal dari fasilitas-fasilitas yang
cukup besar.
- Limbah Perkotaan
Limbah ini termasuk limbah-limbah yang berasal dari limbah rumah tangga,
limbah komersil, dan lumpur.
- Limbah Radioaktif

DAMPAK NANOTEKNOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN


PENANGGULANGANNYA

1. Air
Tiap hari di Amerika Serikat miliaran gallon air limbah dihasilkan dari
industri proses. Aliran limbah tersebut biasa mengandung logam beracun dan polutan
organik. Beberapa jenis logam beracun yaitu timbal, seng, tembaga, krom, cadmium,
raksa, dan nikel. Untuk polutan organic contohnya adalah benzena, toluena, dan
trikloroetilena. Tiap-tiap senyawa tersebut, baik dalam komposisi yang banyak atau
sedikit dapat membahayakan kesehatan manusia.

Banyak teknologi yang ada untuk mengolah air limbah industri. Teknologi
tersebut beragam dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Teknologi
pengolahan dapat dibagi menjadi tiga jenis utama: fisika, kimia, dan biologi.
Pada proses pengolahan secara fisika terdapat tiga cara utama yaitu
penjernihan (sedimentasi), pengapungan, dan pemisahan minyak-air. Proses
penjernihan atau sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padat yang
memiliki berat jenis lebih tinggi daripada fluida pembawanya pada keadaan diam
berdasarkan prinsip gravitasi. Pengapungan merupakan proses yang berkebalikan
dengan penjernihan, yaitu pemisahan berdasarkan perbedaaan densitas dengan
penambahan udara atau gelebung sehingga kontaminan masuk ke gelembung dan
terangkat ke permukaan. Pemisahan air-minyak biasa digunakan di industri migas
dengan prinsip perbedaan berat jenis minyak dan air.

Pada proses pengolahan secara kimia terdapat dua cara utama yaitu koagulasi-
pengendapan, dan netralisasi. Koagulasi-pengendapat dapat memisahkan limbah air
seperti BOD, COD, dan TSS serta polutan lain seperti fosfor, senyawa nitrogen, dan
logam. Koagulasi dilakukan dengan cara mencampurkan senyawa kimia dan
memastikan sudah terdispersi dari aliran air limbah, setelah itu koagulan diendapkan.
Limbah yang bersifat asam dan basa sangat tidak diinginkan karena dapat
mempengaruhi kehidupan biota laut dan menyebabkan korosi. Penanggulangan
limbah basa atau asam dilakukan dengan penambahan asam atau basa sehingga air
limbah menjadi netral kembali, proses ini biasa disebut netralisasi. Salah satu cara
agar netralisasi menghasilkan hasil yang maksimal adalah denga mengetahui
komponen penyusun air limbah tersebut.

Pada proses pengolahan secara biologi, terdapat 4 cara utama. Cara pertama
adalah aerobic attached growth process, yaitu menumbuhkan mikroorganisme di
sebuah media seperti batu, plastic, dan lainnya lalu air limbah dialirkan ke media
tersebut sehingga mengubah kontaminan menjadi gas CO2. Cara selanjutnya adalah
activated sludge, yaitu menumbuhkan mikroorganisme di suatu koloid lalu
dikontakkan dengan air limbah sehingga kontaminan dalam air limbah berubah
menjadi CO2. Stabilization pond biasa digunakan untuk mengubah limbah organic
menjadi algae, banyak ditemukan di industri proses yang menghasilkan jumlah zat
beracun yang dapat diabaikan kadarnya. Anaerobic lagoon biasa digunakan untuk
membersihkan air limbah yang memiliki konsentrasi zat organic dan padat yang
tinggi.
2. Udara

Terdapat dua bentuk polusi yang diemisikan ke atmosfer: gas dan partikulat.
Pertimbangan utama dalam mengevaluasi komposisi udara yang tidak diketahui
adalah kesehatan atmosferik dan keselamatan dari bahaya.

Beberapa kontaminan yang biasa terdapat di udara adalah radon, formaldehid,


volatile organic compound (VOC), gas bakar, partikulat, dan kontaminan biologi.
Radon merupakan zat radioaktif yang menyebabkan kanker paru-paru. Formaldehid
dapat menyebabkan iritasi yang disebabkan oleh emisi dari polimer formaldehid.
Kadar VOC yang berlebihan di udara akan menimbulkan rasa sakit seperti pusing dan
iritasi. Sumber utama dari VOC antara lain adalah pestisida, bahan konstruksi
bangunan, produk pembersih, dan aerosol. Gas bakar seperti CO, NO, dan sulfur
berasal dari berbagai sumber seperti pembakaran kerosin dan rokok. Kelebihan kadar
gas bakar seperti CO dan NO di udara dapat menyebabkan hipoksia dan iritasi. Rokok
merupakan sumber utama partikulat. Adapun partikulat-partikulat lain seperti asbes
dan timbal. Partikulat dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kanker paru-
paru. Kontaminan biologi seperti bakteri, dan debu tanaman dapat menyebabkan
gangguan pernafasan.
Meningkatkan SOP dan desain peralatan untuk mengontrol emisi dari proses
nanoteknologi adalah hal yang sedang dipertanyakan saat ini. Sifat fisik dan kimia
dari nanoemisi masih belum diketahui semuanya. Hanya terdapat perubahan-
perubahan kecil di peralatan control selama beberapa tahun terakhir. Seharusnya
peralatan kontrol tersebut masih dapat mengakomodir emisi dari proses nanoteknologi
karena selama lebih dari 100 tahun, perkembangan industri proses dapat dikatakan
stagnan dibanding bidang kesehatan, computer, dll.
Peralatan untuk mengurangi polusi udara dibagi menjadi dua yaitu peralatan
untuk partikulat dan gas polutan. Untuk partikulat, peralatan yang biasa dipakai
adalah gravity settler, cyclone, electrostatic precipitator, venturi scrubber, dan
baghouse. Gravity settler biasa digunakan untuk memisahkan partikel yang berukuran
besar dengan prinsip gravitasi. Cyclone merupakan alat pemisah yang prinsipnya
didasarkan pada gaya sentrifugal, cyclone dapat memisahkan partikulat berukuran
nano dari udara dengan efisiensi yang lumayan besar. Electrostatic precipitator biasa
cocok digunakan untuk memisahkan partikel kecil pada aliran gas dengan efisiensi
yang tinggi. Venturi scrubber digunakan untuk memisahkan partikulat dengan aliran
gas dengan cara melakukan kontak dengan air sehingga partikulat akan terbawa air.
Baghouse menggunakan prinsip filtrasi untuk memisahkan partikulat.
Untuk gas polutan, alat yang biasa digunakan untuk mengontrol polusi udara
adalah absorbsi adsorbsi, pembakaran, dan kondensasi. Absorbsi merupakan proses
pemisahan dimana gas dikontakkan dengan cairan sehingga gas polutan terdifusi dan
berubah fasa menjadi cair dan terbawa oleh cairan. Adsorbsi merupakan proses
pemisahan dengan cara menempelkan kontaminan ke permukaan padat. Adsorbsi
dibagi menjadi dua yaitu secara kimiawi dan fisika, perbedaan utamanya adalah
adsorbsi fisika reversible sedangkan adsorbsi kimiawi tidak. Pembakaran dapat
dikatakan sebagai oksidasi kontaminan (senyawa hidrokarbon) di mana kontaminan
dibakar hingga menjadi CO2 dan uap air. Kondensasi adalah proses mengubah fasa
kontaminan dari gas menjadi cair.

3. Limbah Padat

Sejak dahulu, manusia dan hewan sudah menggunakan sumber daya alam
bumi untuk bertahan hidup dan membuang kotorannya. Permasalahan pembuangan
limbah padat mulai terjadi ketika manusia membuat komunitas dan limbahnya
terakumulasi menjadi lebih besar. Contoh dari manajemen pembuangan limbah yang
buruk adalah Black Death yang melanda benua Eropa pada abad ke-14 karena
kebiasan membuang sampah sembarangan.

Komposisi dari limbah industri sangatlah beragam, tidak hanya dari jenis
industrinya tetapi juga proses yang ada di industri tersebut. Secara umum, limbah
industry diklasifikasikan menjadi limbah yang dapat dimanfaatkan, dan limbah yang
harus diolah. Limbah yang harus diolah dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu limbah
organic, limbah beracun, dan limbah yang inert.

Beberapa manajemen limbah padat yang biasa digunakan di industri adalah


soure reduction dan recycle/reuse, incineration, dan landfilling. Pembuatan kompos
merupakan salah satu proses yang sangat berhubungan dengan recycle. Pembuatan
kompos menggunakan prinsip penguraian zat organik di lingkungan yang aerobic.
Incineration sudah biasa digunakan selama bertahun-tahun di Eropa dan Amerika
Serikat. Keuntungan utama dari incineration adalah menghilangkan limbahnya bukan
menyimpannya. Parameter utama saat melakukan incineration adalah terdapat
oksigen di zona pembakaran, pencampuran limbah dengan oksigen harus konstan,
temperatur pembakaran harus mampu menghilangkan limbah, dan waktu pembakaran
harus lama untuk memastikan reaksi berlangsung sempurna. Landfilling atau
penimbunan merupakan proses pengolahan limbah yang paling umum digunakan.
Proses penimbunan limbah industry harus memperhatikan beberapa aspek seperti
lokasi, operasi, desain, dan pengawasan.

REFERENSI

Theodore, Louis. Kunz, Robert G. 2005. Nanotechnology: Enviromental Implications and

Solutions. New jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai