Anda di halaman 1dari 6

CHEDS: Journal of Chemistry, Education, and Science

Vol. 7, No. 1, June 2023


ISSN: 2654-637X (Online) | ISSN: 2614-1817 (Print) | Homepage: https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/CHEDS/index

PENGUJIAN SENYAWA DIDALAM LEMAK / MINYAK


Rabiati Inar, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia
Juan Napirupulu, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia
Teddy Hardiansyah, Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UISU, Indonesia

ABSTRACT ARTICLE HISTORY


Lipids are a group of heterogeneous compounds that are related Submitted 00/00/2023
both literally and potentially with fatty acids. This experiment Revised 00/00/2023
was meant to identify compounds found in oil. The methods used Accepted 00/00/2023
are qualitative with analytic acrolein test, the issglio test and the KEYWORDS
peroxide test. In the experiments where the axial test on the Protein; Biuret; Xantoprotein.
coconut oil sample produced positive results marked the
formation of white smoke and also a ractional smell while in the TEDDY HARDIANSYAH
Fried oil samples it had white smoke and oil-specific rads, in the
due test it had a positive result with a pink when targeted with teddyhardiansyah306@gmail.com
KMnO4, And peroxide tests also get positive results with the DOI: https://doi.org/10.30743/cheds.v7i1.
release of iodine when samples are added 1 % of amyloid
indicator forms a brownish blue and when titration again with
Na2S2O3 solution turns white opathy

1. PENDAHULUAN

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan
jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada
hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai
24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat
kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak Lipid memilki peranan penting
dalam tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai sumber energi yang efisien, serta
sebagai sumber asam lemak esensial. Jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam ialah lemak atau triasilgliserol
yang bersifat hidrofobik nonpolar (lehninger, 2004). Triasilgliserol yang banyak mengandung asam lemak jenuh,
bentuknya padat pada suhu ruang, dan memilki titik cair tinggi yang disebut lemak. Triasilgliserol yang banyak
mengandung asam lemak tak jenuh, bentuknya cair pada suhu ruang, dan memilki titik cair rendah yang disebut
minyak (Mamuaja, 2017)
Lemak merupakan molekul besar yang tersusun dari sejumlah molekul yang lebih kecil melalui reaksi
dehidrasi. Lemak terbuat dari dua jenis molekul yang lebih kecil, yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol merupakan
alkohol dengan tiga karbon, yang masing-masing berikatan dengan suatu gugus hidroksil. Asam lemak memiliki
rangka karbon panjang, biasanya sepanjang 16 sampai 18 atom karbon. Karbon pada salah satu ujung asam lemak
merupakan bagian gugus hidroksil, gugus fungsional yang menjadi sumber nama asam lemak (Campbell & Reace,
2010)
Lemak dan minyak merupakan senyawa lipida yang paling banyak di alam. Perbedaan antara keduanya adalah
perbedaan konsistensi atau sifat fisik pada suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat, sedangkan minyak berbentuk
cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon,
bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh. Lemak adalah salah satu komponen makanan
multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga memiliki sisi negatif
terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi , bagian dari membran sel, mediator
aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh, serta
sebagai pelarut vitamin A,D,E,K. Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh dari hasil
hidrolisis lemak, minyak, maupun senyawa lipid lainnya (Sartika, 2008).
Menurut Sugiati dalam chairunnisa (2013) minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama dari
trigliserida dengan atau tanpa perubahan kimiawi. Pada umumnya berbentuk cair pada suhu ruang dan digunakan

© 2023 The Author(s). Published by Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. 1
2 | Teddy Hardiansyah

untuk menggoreng makanan (Chairunisa, 2013). Sedangkan menurut Haryono et al (2010) minyak goreng merupakan
minyak yang telah mengalami proses pemurnian yang meliputi degumming, netralisasi, pemucatan, deodorisasi.
Minyak goreng kebanyakan diperoleh dari tumbuhan seperti kelapa, kelapa sawit, kacang-kacangan, jagung dan
kanola.(Haryono et al., 2010)
Menurut winarno minyak goreng mengandung zat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Minyak goreng juga berperan memberi nilai kalori paling besar diantara zat gizi lainnya. Sebagian kecil minyak
goreng akan diserap oleh bahan pangan yang digoreng sehingga m emberikan rasa gurih, kenampakan bahan bakanan
menjadi lebih menarik, serta tekstur permukaan yang kering (Aminah, 2010).
Untuk mengetahui kualitas suatu senyawa lipida baik itu minyak atau lemak dpat menggunakan uji kualitatif
dan uji kuantitaif.. Uji kualitatif ini digunakan untuk mengukur kualitas minyak secara organoleptik, kelarutan,
ketengikan dan lain sebagainya sedangkan uji kuantitaif digunakan untuk mengukur kualitas minyak/lemak seperti
bilangan asam, bilangan sabun, bilangan iod, bilangan peroksida serta kadar air. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kulitas minyak secara kulitatatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode eksperimen.

2. METODE PENELITIAN.

2.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksperimen, dimana pendekatan kualitataif
ini digunakan untuk mengetahui kandungan protein pada sampel.
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penenlitian ini dilakukan pada tanggal 14 maret 2023 pada pukul 10.30 WIB di Laboratorium Kimia,
Universitas Islam Sumatera Utara Jalan Sisingimangaraja Teladan Barat
2.3 Target/Subjek Penelitian:
Pada percobaan ini digunakan alat sebagai berikut: pipet tetes, tabung reaksi sebanyak 4 buah, rak tabung
reaksi, gelas ukur 5 mL, gelas beaker 100 mL, gelas beaker 1000 mL, bunsen, erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, statif,
klem, kaki tiga dan kawat kasa dan variabel penelitian:

a. Variabel Kontrol:
1. Larutan KHSO4
2. Larutan Asam Oksalat (H2C2O4)
3. Larutan H2SO4 0,1N
4. Serbuk KI
5. Larutan CHCl3
6. Larutan Natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,02 N
7. Larutan amilum 1%
8. Larutan KMnO4 0,01 N
9. Gliserol

b. Varibel terikat:
1. Minyak Goreng Kemasan
2. Minyak Kelapa
2.4 Prosedur
Pada percobaan identifikasi protein penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan
empat metode uji minyak/lipid yakni uji akrolien, uji Issoglio (ketengikan) dan uji peroksida.
2.4.1 Uji akrolien
Kedalam tabung reaksi kering masukkan 10 tetes minyak kelapa, tambahkan 10 tetes gliserol, kemudian
tambahkan beberapa tetes KHSO4, panasakan hati-hati dan amati bau yang timbul disertai asap putih.
2.4.2 Uji Issoglio (ketengikan)
Judul Artikel | 3

2 g minyak dilarutakan dengan 10 ml air kocok selama 2 jam kemdian saring, tambahkan asam oksalat
dan asam sulfat 0,01 N panasakan selama 5 menit, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan KMnO4 0,01
N, ukur volum KMnO4 yang terpakai.

2.4.3 Uji Peroksida


1 g minyak masukkan kedalam tabung reaksi tambahkan 20 ml kloroform dan asam asetat glasial
3:2,kemudia ditambahakan 0,5 mL KI, campuran tersebut dipanaskan sampai mendidih lalu didinginkan, lalu
dititrasi dengan larutan natrium tio sulfat sebanyak 1-3 tetes dan 1 atau 2 tetes larutan amilum 1%. Campuran
tersebut dititrasi dengan natrium tio sulfat 0,1 N. Amati apa yang terjadi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lipid merupakan biomolekul yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Sifat kelarutan
tersebut disebabkan oleh sifat hidrofobik lipid tersebut. Sifat lain dari lipid adalah, seperti titik didih dan
ketidakjenuhan ditentukan oleh bentuk struktur lipid dan keberadaan ikatan rangkap. Sifat ketengikan ditentukan oleh
kemampuan lipid tersebut teroksidasi. Lipid penghasil energi ada dalam bentuk asam lemak. Lipid simpanan atau
storage lipid ada dalam bentuk wax dan gliserida. Lipid struktural berupa fosfolipid, sphingolipid, dan glikolipid.
Lipid aktif berupa eikosanoid, fosfatidilinositol, turunan sphingosine, dan steroid. Lipid memiliki peran dan
keterkaitan tertentu dengan kolesterol. Kolesterol termasuk golongan lipid yang disintesis dari asetil-koA dan
konsentrasinya di dalam tubuh ditentukan oleh asupan makanan yang mengandung lipid. Lipid dalam bentuk
trigliserida akan mengalami lipolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak tersebut akan mengalami β-
oksidasi menghasilkan asetil koA yang akan masuk ke siklus Krebs untuk menghasilkan energi. Sebagian asetil-koA
tersebut digunakan untuk sintesis kolesterol. Hal tersebut menunjukkan bahwa lipid (trigliserida) berperan dalam
proses pembentukan kolesterol, yaitu sebagai penyedia asetil-koA sebagai bahan baku (Azhari, 2015).
Lipid (lemak) adalah kelompok senyawa heterogen yang berkaitan baik secara aktual maupun potensial dengan
asam lemak. Sifat dari lemak secara umum tidak larut dalam air, sehingga limbah yang mengandung lemak yang
terdapat dalam badan air mempunyai dampak yang cukup besar dalam mengganggu ekosistem perairan. Lapisan lipid
yang ada pada permukaan perairan akan menghalangi masuknya cahaya dalam badan air sehingga proses fotosintesis
berlangsung terhambat dengan demikian kadar oksigen akan rendah yang akan menyebabkan organisme aerobik akan
mati (Darmayasa, 2008)
Lipid terdiri dari lemak, steroid, karotenoid, dan vitamin yang larut dalam lemak. Jenis-jenis lemak seperti
mentega, margarin, minyak kelapa sawit, dan besswax dapat dibentuk sebagai lapisan penghalang pada edible film.
Senyawa lipid yang bersifat hidrofobik diharapkan dapat menghasilkan edible film komposit whey-porang menjadi
lebih baik (Hawa et al., 2013). Pada Percobaan identifikasi protein pada penelitian/percobaan ini digunakan
menggunakan uji kualitatif dimana uji ini digunakan untuk mengetahui kulitas dan senyawa pada suatu minyak/lemak.
Pada percobaan ini menggunakan sampel dari minyka goreng kemasan. Pada percobaan ini digunakan tiga pengujian
yakni uji akrolein, uji issoglio (ketehgikan) dan uji perksida
3. 1 Uji Akrolein.
Prinsip uji akrolein adalah apabila gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam minyak atau lemak bila
mengalami dehidrasi akan membentuk aldhid akrilat atau disebut juga akrolein. Akrolein (CH 2=CHCHO) adalah
termasuk golongan aldehida tak-jenuh-α, β dan sangat elektrofilik yang dapat dijumpai pada berbagai jenis asap,
seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor dan asap kebakaran hutan serta dari makanan yang terbentuk sewaktu
pembakaran materi organik (Sarumpaet et al., 2016).
Uji akrolein adalah uji yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan molekul trigliseraldehida dan untuk
menguji kualitas lipid dari bau yang dihasilkan dari proses pembakaran sampel. Apabila bau yang dihasilkan tengik,
maka kualitas lipid tersebut kurang baik. Dan apabila bau yang dihasilkan tidak memiliki bau yang terlalu menyengat,
maka lipid tersebut berkualitas baik. Lemak atau lipid terbagi menjadi dua, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh.
Lemak jenuh terdapat di dalam tubuh dan tidak memiliki ikatan rangkap, misalnya gliserol. Sedangkan lemak tak
jenuh yaitu memiliki ikatan rangkap dan diperoleh dari luar tubuh, misalnya minyak kelapa (Azhari, 2015).
4 | Teddy Hardiansyah

Gambar 1: Pemanasan Sampel Pad Uji Akrolein

Pada uji akrolein yang dilakukan ini, pada tabung reaksi yang telah berisi sampel praktikum yang digunakan
diberi KHSO4. Pemberian KHSO4 bertujuan untuk sebagai bahan tambahan pembentuk akrolein dan berperan sebagai
katalis yang mempercepat reaksi. Setelah sampel minyak diberi KHSO 4, maka sampel tersebut dipanaskan diatas api
bunsen dengan hati-hati agar sampel tidak terpercik keluat tabung. Ketika sampel dipanaskan maka akan terbentuk
bau dan asap putih. Bau ini berasal dari gliserol dalam bentuk bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak yang
mengalami dehidrasi selama proses pemanasan sehingga membentuk aldehid akrilat atau disebut juga akrolein. Pada
setiap sampel yang dipanaskan, bau dan asap yang dihasilkan juga berbeda-beda. Pada minyak kelapa, bau yang
dihasilkan sangat tengik dan asap yang terbentuk tebal, bubungannya tidak terlalu tinggi, dan sebagian besar asapnya
berada di dalam tabung. Sedangkan pada minyak goreng, bau yang terbentuk berbau tengik dan asapnya agak tinggi
dan lama terbentuk. Adapun hasil percobaan pada uji akrolein dengan sampel yang ada ditunjukkan pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1: Hasil Percobaan Uji Akrolein
Hasil
Sampel Keterangan
Bau Asap
Minyak Goreng + (+) Akrolein
Tengik Asap agak tinggi dan lama keluar
Gliserol
Asap tidak tinggi dan paling lama (+) Akrolein
Minyak Kelapa + Gliserol Paling Tengik keluar
Berdasarkan parktikum ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa minyak atau lemak dengan kualitas terbaik
dimulai dari minyak goreng yang berbau tengik dan yang paling tidak baik adalah minyak kelapa karena
menghasilkan bau yang paling tengik. Hal ini disebabkan karena minyak kelapa dan minyak malinda merupakan
lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap sehingga sulit diuraikan atau dipecah. Sedangkan mentega dan gliserol
merupakan lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap sehingga mudah dipecah dan diuraikan.
3.2 Uji Issoglio (ketengikan)
Uji issoglio (Ketengikan) merupakan uji analisa kulitaiatif minyak dengan menambahakan larutan H 2C2O4
(asam okslat) dengan H2SO4 (asam sulfat), hasil pengujiannini ditandai dengan terbentuknya warna merah mudah pada
sampel minyak/lemak dengan meniteasikan menggunakan titrasi pemanganametri yakni menggunakan larutan
KMNO4. Hasi warna merah yang dihasilkan memandakan bahwa sampel lipid (lemak/minyak) tersebut bersifat tengik
dan apabila larutan berwarna putih memandakan bahwa sampel lipid (lemak/minyak) tersebut bersifat tidak tengik.
Adapun hasil percobaan pada uji issoglio (ketengikan) dengan sampel yang ada ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2: Hasil Percobaan Uji Issoglio (Ketengikan)
Warna Yang Dihasilkan Volume
Sampel Penambahan H2C2O4 Dititrasi dengan KMnO4 Hasil
dan H2SO KMnO4 (mL)
Minyak Goreng Putih kekuningan Merah Muda 0,1 Positif (+)
Pada uji ini menggunakan sampel minyak goreng kemasan dimana sampel miyak ditambahakan asam oksalat
dan asam sulfat penambahan ini bertujuan untuk melarutakan minyak yang telah disaring sebelumnya untuk
memisahkan asam olein dan asam stearin, pada sampel tersebut dipanaskan selam 5 menit, agar minyak semakin
larut, kemudian sempel dititrasi dengan KMnO 4. Hasil yang didapatkan pada saat titrasi sebanyak 0,1 mL didapatkan
warna merah muda pada salpel yang menujukkan bahwa sampel minyak tersebut bersifat tengik dan setelah dititrasi
dengan KMnO4 secara berlebih didapatkan warna kuning yang menamdahkan smapel sudah jenuh.
Pengujian Senyawa Didalam Lemak / Minyak | 5

Gambar 2: Hasil Pengujian Ketengikan dengan Peniteran Berlebih

3.3 Uji Peroksida

Asam lemak bebas dalam contoh lemak/minyak mudah mengalami reaksi oksidasi. Stabilitas oksidasi asam
lemak sangat tergantung pada jumlah ikatan rangkapnya. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada asam
lemak maka stabilitas oksidatif asam lemak tersebut semakin rendah. Reaksi oksidasi terjadi melalui beberapa tahap,
yaitu tahap inisiasi, tahap propagasi dan terminasi. Radikal bebas yang terbentuk di tahap awal reaksi (tahap inisiasi)
dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan senyawa peroksida. Keberadaan senyawa peroksida ini digunakan
sebagai indicator terjadinya oksidasi lemak/minyak. Keberadaan senyawa peroksida pada lemak/minyak dapat
ditentukan dengan metode spektrofotometri maupun titrimetri (Mamuaja, 2017). Uji peroksida merupakan salah satu
uji kualitas minyak dengan mengunakan metode titrasi iodometri. Adapun hasil percobaan pada uji peroksida dengan
sampel yang ada ditunjukkan pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3: Hasil Percobaan Uji Issoglio (Ketengikan)
Warna Yang Dihasilkan
Volume
Penambahan
Sampel Na2S2O3 Hasil
kloroform dan asam Dititrasi Na2S2O3
(mL)
asetat glasial 3:1
Minyak Goreng Kuning keruh Putih keruh 3,4 Positif (+)
Pada percobaan dengan uji peroksida pertamakali minyak ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan
20 mL lrutan kloroform dan asam asteat glasial dengan perbandingan 3:2 pada campuran terbentuk warna dua lapisan
purih dan kuning, kemudian ditambahakan 0,5 mL KI jenuh dan dititrasi denagn Natrium tiosulfat 0,1 N terbentuk
larutan kuning keruh dan kemudian ditambahkan inidikator amilum 1% larutan berubah menjadi biru kehitaman,
kemudian dititrasi kembali larutan natrium tiosulfat terbentuk larutan berwarna putih keruh. Perubahan warna ini
menujukkan terlepasnya atau pembebasan iodin yang menujukkan terjadinya osidasi pada minyak.

Gambar 3: Hasil Uji Peroksida pada minyak


6 | Teddy Hardiansyah

4. SIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Simpulan
Pada percobaan ini dihasilkan bahwa sampel yang digunakan berhasil positif. Dimana pada ui akolein pada
sampel minyak kelapa dihasilkan hasil positif ditandai dengan terbentuknya sap putih dan juga bau yang amat tengik
sedangkan pada sampel minyak goreng didapatkan hasil asap yang berwarna putih dan jugan bau tengik khas minyak,
Pada uji ketengikan juga didapatkan hasil positif dengan didapatkan warna merah muda saa6 dititrasi dengan kalium
permanganat, dan setalah dititrasi berlebih terdapat perubahan warna yang menjadi kuning keruh, dan pada uji
peroksida juga didapatkan hasil positif dengan terbebasnya iodium ketika sampel ditambahakan indikator amilum 1 %
terbentuk warna biru kecoklatan dan saat didtitrasi kembali dengan natrium tiosulfat larutan berubah putih keruh
4. 2 Saran
Dalam praktikum ini diharapkan berhati-hati dalam membakar dan memanaskan sampel di atas spirtus karena
apabila terlalu panas dapat menyembur. Dan diharapkan untuk pratikum selanjutnya mengenai identifikasi
minyak/lemak menggunakan sampel minyak/lemak pada bahan lainnya seperti minyak kedelai, minyak jagung, dan
margarin.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti Ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu ibu Uswatun Hasanah S. S.Pd., M.Pd yang
telah memberi kesempatan kepada peneliti dalam melaksanakan percobaan dan juga membantu peneliti dalam
menuliskan artkel ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2010). Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Tempe pada Pengulangan
Gorengan. Jurnal Pangan dan Gizi, 1(1), 7–14.
Azhari, M. A. (2015). Uji kelarutan, Akrolein, Ketidakjenuhan, Ketengikan, dan Kolesterol. Indonesian Journal On
Medical Science, 3(2), 3–5.
Campbell, & Reace. (2010). Bologi Jilid 1. Erlangga.
Chairunisa. (2013). Uji Kualitas Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan di Sekitar Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Darmayasa, I. B. G. (2008). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI LIPID (LEMAK) PADA
BEBERAPA TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH DAN ESTUARI DAM DENPASAR. Jurnal Bumi Lestari,
8(2), 122–127.
Haryono, Fairus, S., Sari, Y., & Rakhmawati, I. (2010). Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel
Studi Kasus : Minyak Goreng Dari KFC Dago Bandung,. Prosiding Seminar Nasional teknik Kimia
“Kejuangan”Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, 1–5.
Hawa, L. T., Thohari, I., & Radiati, L. E. (2013). Pengaruh pemanfaatan jenis dan konsentrasi lipid terhadap sifat fisik
edible film komposit whey-porang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 23(1), 35–43.
lehninger. (2004). Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga.
Mamuaja, C. F. (2017). LIPIDA. Unsrat Press.
Sartika, R. A. D. (2008). Pengaruh Asam Lemak Jenuh , Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan.
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masayarakat Nasional, 2(4).
Sarumpaet, R. D., Juffrie, M., Suprihati, & Astuti, I. (2016). PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KUALITAS
HIDUP TOTAL PENDERITA RINITIS ALERGI PERSISTEN. JURNAL SKOLASTIK KEPERAWATAN, 2(1),
1–12.

Anda mungkin juga menyukai