Abstrak
Indonesia berperan penting dalam industri nikel global sebagai negara dengan cadangan nikel
terbesar di dunia sebanyak 52%. Produksi nikel Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang
hilirisasi nikel. Hilirisasi nikel merupakan tindakan proteksionisme atau membatasi ekspor nikel dalam
perdagangan dunia. Adanya kajian ini untuk menganalisis alasan mengapa Indonesia melakukan
tindakan proteksionisme terhadap nikelnya. Untuk menjawab tujuan penelitian ini, metode yang
digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan teori
proteksionisme melalui variabel kebijakan nasional dan kepentingan nasional, serta dengan cara
membandingkan permintaan dan potensi nikel dunia, serta mengidetifikasi perubahan kebijakan
nasional dalam mendukung nilai tambah nikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia
melakukan hilirisasi sebagai bentuk proteksionisme dalam memaksimalkan potensi nikel negaranya
guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah
meningkatkan produksi baterai listrik dalam negeri ketimbang melakukan ekspor nikel mentah.
Namun, pelaksanaan hilirisasi di Indonesia masih menemui tantangan seperti pembangunan
smelter yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang tidak memadai. Oleh karena
itu, rekomendasi kebijakan adalah fokus pada upaya peningkatan pembangunan smelter di
Indonesia. Dan juga, Pemerintah Indonesia harus mengembangkan skill sumber daya manusia.
Abstract
Indonesia plays a vital role in the global nickel industry, with the world's largest nickel reserves of
52%. Indonesia's nickel production has increased every year. Indonesia issued a policy of Minister of
Energy and Mineral Resources Number 11 of 2019 concerning downstream nickel. Nickel
downstream is an act of protectionism or limiting nickel exports in world trade. The purpose of this
study is to analyze the reasons why Indonesia has taken protectionist measures against its nickel. To
answer the objectives of this study, the method used by researchers is a descriptive analysis method
with a qualitative approach and protectionism theory through national policy variables and
national interests, as well as by comparing world nickel demand and potential and identifying
changes in national policies in supporting nickel added value. The research results show that
Indonesia carries out downstream as a form of protectionism in maximizing the country's potential
to boost economic growth. The efforts made by the Indonesian government are to increase the
production of electric batteries in the country rather than exporting raw nickel. However, the
implementation of downstream in Indonesia is still facing challenges such as uneven construction
of smelters and inadequate quality of human resources. Therefore, policy recommendations are
focused on increasing smelter development in Indonesia. Therefore, the Government of Indonesia
must develop human resource skills.
75
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
76
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
77
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
1.000.000
global. Nikel laterit menyumbang 40% dari
total produksi nikel global sebesar 1 juta ton.
853.000
Sebanyak 70% dari semua sumber daya nikel
763.000
benua terkandung dalam laterit (Elias, 2002).
Nikel laterit saat ini mulai digunakan sebagai
560.000
bahan utama pembuatan baterai lithium
400.000
untuk kendaraan listrik dengan kualitas tinggi.
Industri global telah mulai beralih dari bahan
bakar fosil menuju bahan bakar listrik, dalam
168.000
rangka mengurangi gas emisi dan dinilai lebih
effisien. Hal itu di dukung dengan ambisi Asia
Tenggara sebagai kawasan dengan target
pencapaian nol emisi pada tahun 2050 dan
2065 (Puariesthaufani N et al., 2022). 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Upaya yang dilakukan pemerintahan Sumber: diolah oleh penulis, (U.S.G.S, 2017, 2018, 2019,
masing-masing negara adalah dengan 2020, 2022).
menetapkan kebijakan penghentian subsidi Gambar 3. Diagram Produksi Nikel Indonesia Tahun 2016-
2021
bahan bakar fosil dan peningkatan efisiensi
guna mencegah pertumbuhan permintaan
Pada diagram diatas menunjukan
energi secara sporadis (Puariesthaufani N et
kenaikan produksi nikel di Indonesia, pada
al., 2022). Uni Eropa juga mulai
tahun 2016-2017 terdapat kenaikan sebesar
mengampanyekan untuk mengurangi polusi
232.000 metrik ton (U.S.G.S, 2017). Pada tahun
udara, salah satu upayanya adalah dengan
2017-2018 kenaikan produksi nikel sebesar
menetapkan kebijakan yang melarang
160.000 metrik ton (U.S.G.S, 2018). Kemudian,
penjualan mobil bermesin pembakaran
pada tahun 2018-2019 kenaikan produksi nikel
internal atau konvensional pada 2035
sebanyak 293.000 metrik ton (U.S.G.S, 2019).
(Dwisatryo, 2022). Kebijakan tersebut tentu
Namun, terdapat penurunan produksi nikel
akan mendorong konsumen untuk beralih
pada tahun 2019-2020 sebesar 90.000 metrik
pada kendaraan listrik, dikarenakan
ton (U.S.G.S, 2020). Hal itu disebabkan adanya
kendaraan konvensional tidak akan dapat
dampak dari COVID-19 hingga menghambat
didaftarkan di negara-negara Uni Eropa.
produksi nikel (Karnadi, 2021). Produksi nikel
Dengan adanya ambisi negara-negara di
kembali melambung pada tahun 2020-2021,
dunia untuk mulai melakukan transisi energi
produksi nikel di Indonesia mencapai
terbarukan, Indonesia akan sangat
1.000.000 metrik ton terbesar di dunia (U.S.G.S,
diuntungkan. Pasalnya, Indonesia merupakan
2022).
negara dengan cadangan nikel yang
melimpah, sehingga produksi nikel di
Indonesia semakin meningkat per tahunnya.
Berdasarkan data U.S Geological Survey,
produksi nikel di Indonesia semakin
berkembang pesat hingga menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan produksi
ekspor nikel terbesar di dunia.
78
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
79
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
terus menerus menjadi supplier nikel mentah Uni Eropa dapat menggunakan sekitar
kepada konsumen asing. Selain itu, hilirisasi 700.000 ton nikel. Nikel sebagian besar
akan membuka lapangan pekerjaan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
dapat memperbaiki ekonomi negara serta stainless. Uni Eropa dapat memproduksi
meningkatkan nilai hidup masyarakat. stainless sebesar lebih dari 177 juta ton, yaitu
Perusahan Asing akan membutuhkan tenaga sekitar 11% dari seluruh total baja tahan karat
kerja yang akan dibekali pelatihan dan yang di produksi di dunia (European, 2020).
pembinaan sehingga dapat menciptakan Dengan dasar tersebut, Uni Eropa menggugat
tenaga ahli baru yang profesional. Hal ini juga Indonesia ke World Trade Organization (WTO)
akan berdampak dalam menarik investor dan berakhir dengan kemenangan gugatan
untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Uni Eropa atas Indonesia. WTO memutuskan
Program hilirisasi tentunya akan meningkatkan bahwa kebijakan Ekspor dan Kewajiban
pertumbuhan investasi di Indonesia. Nilai Pengolahan dan Pemurnian Mineral Nikel di
investasi yang terus meningkat akan Indonesia terbukti melanggar ketentuan WTO
mempermudah pembangunan nasional. Pasal XI.1 GATT 1994 dan tidak dapat
Sedangkan, faktor eksternal diberlakukannya dijustifikasi dengan Pasal XI.2 (a) dan XX (d)
kebijakan pelarangan ekspor nikel pada GATT 1994 (Setiawan, 2022).
Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019
adalah negara-negara konsumen bahan Kepentingan Indonesia dalam Proteksionisme
baku mineral dan perusahaan-perusahaan Nikel
merasa keberatan dengan kebijakan
minerba sebelumnya (Kementerian Energi A. Memaksimalkan Pengelolahan Nikel
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Setelah diberlakukannya kebijakan
2019). hilirisasi dengan melakukan pembatasan
Kebijakan minerba dirasa menyulitkan ekspor nikel, pendapatan Indonesia
dan menaikkan biaya produksi perusahaan. mengalami peningkatan yaitu sebesar S$ 27
Dengan ditetapkannya kebijakan Peraturan miliar - US$ 30 miliar atau Rp 418 triliun - Rp 465
Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019, juga triliun (kurs rupiah Rp 15.500 per US$). Hal ini
akan mendukung ambisi Indonesia nol gas sangat jauh dibandingkan dengan
emisi di tahun 2060 (Anugrah, 2021). pendapatan Indonesia sebelum adanya
Pelarangan ekspor nikel dapat mempercepat hilirisasi, di tahun 2017 - 2018, nilai ekspor bijih
ambisi Indonesia sebagai negara nol gas nikel hanya mencapai US$ 3 miliar atau Rp
emisi. Nikel akan diolah menjadi baterai 46,5 triliun (kurs Rp 15.500 per US$) (CNBC
litihium yang digunakan untuk kendaraan Indonesia, 2022). Meningkatnya pendapatan
listrik. Indonesia juga telah mulai negara secara signifikan menjadi faktor
mengampanyekan mobil listrik yang dapat utama mengapa Indonesia melakukan
mengurangi gas emisi akibat ketergantungan pelarangan ekspor nikel. Hal itu merupakan
bahan bakar fosil selama ini. Peraturan upaya hilirisasi yang dilakukan Indonesia untuk
larangan ekspor mineral mentah khususnya dapat meningkatkan nilai tambah dalam
nikel yang mulai berlaku pada Januari 2020 negeri, sehingga produk industri pengolahan
menarik perhatian dunia dan mendapatkan logam dan nilai ekspor produk logam dapat
respon dari berbagai negara salah satunya berkembang dengan pesat. Hilirisasi ditandai
Uni Eropa. dengan pelarangan ekspor nikel sebagai
Uni Eropa sebagai salah satu bahan mentah, di mana sebelum dieskpor
konsumen terbesar nikel global merasa nikel akan diolah terlebih dahulu di Indonesia.
keberatan dengan kebijakan yang Hal ini dilakukan Indonesia, agar komoditas
ditetapkan Indonesia, karena akan membuat nikel sebagai bahan baku industri vital dan
harga nikel di pasar global melambung tinggi strategis yang bernilai ekonomis tinggi tidak
(Hanif, 2019). Apalagi negara-negara Uni dikuasai oleh negara-negara konsumen nikel
Eropa merupakan wilayah dengan (Agung & Adi, 2022). Kebijakan pelarangan
ketergantungan terhadap persediaan nikel ekspor merupakan hak Indonesia sebagai
dunia yang cukup tinggi. Dalam satu tahun pemilik penuh sumber daya alam.
80
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
Namun, untuk mengelolah nikel menjadi terbesar di dunia. Hal itu menjadi peluang
barang nilai tambah, tentunya dalam bagi Indonesia untuk menjadi tempat
pemrosesan dan pengelolahan produksi baterai dan kendaraan listrik, serta
dibutuhkannya smelter sebagai tempat untuk menarik investasi di Indonesia.
memurnikan nikel. Di Indonesia sendiri smelter Dalam pembangunan pusat produksi
masih tergolong rendah (CNN Indonesia, baterai dan kendaraan listrik, Indonesia telah
2023). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mendapatkan beberapa investansi dari
perlu membangun smelter agar dapat perusahaan asingI, seperti Contemporary
memaksimalkan produksi nikel menjadi Amperex Technology (CATL)
barang nilai tambah. menginvestasikan sebesar US$ 5,2 miliar,
Foxconn mengivestasikan US$ 8 miliar, British
B. Menarik Investasi untuk Mendukung Volt menginvestasikan US$ 2 miliar, dan LG
Indonesia Sebagai Pusat Produksi Energy Solutions memberikan investasi sebesar
Baterai dan Kendaraan Listrik US$ 9.8 miliar (Zahira, 2022). Perusahan LG
menjadi salah satu perusahaan yang
memberikan investasi pertama di dunia yang
melakukan integrasi produksi kendaraan listrik
dari hulu hingga ke hilir. Dampak adanya
investasi itu akan membuka 20 ribu tenaga
kerja (Santia, 2022).
Adanya pembukaan lapangan pekerjaan
baru akan memberikan dampak baik bagi
Indonesia. Akan tetapi, hal itu harus diikuti
Sumber: Roskill, (2020).
Gambar 5. Diagram Penggunaan Nikel Dunia
dengan peningkatan kualitas sumber daya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan manusia (SDM). Hal itu bertujuan agar
oleh Roskill (2020) bahwa penggunan nikel produksi dapat dilakukan secara maksimal
untuk dijadikan baterai akan meningkat. dan bersaing dengan pekerja yang
Pada tahun 2020, penggunaan nikel dunia didatangkan dari luar negeri (Rahman, 2021).
untuk dijadikan bahan baku baterai hanya Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memliki
mencapai 6%, tahun 2030 mencapai 26%, peran penting untuk meningkatkan skill
dan pada tahun 2040 mencapai 36%. Bateri sumber daya manusia untuk mendukung
tersebut nantinya akan dipakai sebagai produksi nikel maupun batu baterai dan
bahan bakar mobil listrik. Adanya fenomena kendaraan listrik.
trend kenaikan penggunan kendaraan
berbasiskan bahan bakar listrik. Pada tahun KESIMPULAN
2022, penjualan kendaraan listrik dunia Fenomena tren penggunaan
mencapai 10.5 juta, di mana penjualan kendaraan listrik dalam mencapai transisi
tersebut naik 55% dibandingkan tahun 2021 energi global mengakibatkan permintaan
(Irle, 2022). Kemudian, Di tahun 2040 nikel terus meningkat. Menanggapi
diperkirakan permintaan kendaraan listrik fenomena tersebut, Pemerintah Indonesia
akan meningkat sekitar 55 juta (CNN menetapkan proteksionisme nikel melalui
Indonesia, 2021). Trend meningkatnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
penggunaan kendaraan listrik merupakan Mineral (ESDM) Nomor 11 Tahun 2019 tentang
salah satu kampanye global untuk kebijakan hilirisasi. Kebijakan hilirisasi
memerangi perubahan iklim. Negara-negara merupakan bentuk proteksionisme terhadap
dunia kini mulai beralih menggunakan nikel Indonesia dalam perdagangan dunia
kendaraan listrik sebagai bentuk guna mencapai peningkatan laju ekonomi
kepeduliannya. Tentunya, fenomena ini akan dalam negeri. Program hilirisasi bertujuan
memberikan dampak baik bagi Indonesia. untuk memaksimalkan pengelolahan nikel
Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu menjadi barang nilai tambah. Di samping itu,
negara yang memiliki cadangan nikel program hilirisasi juga mendukung terciptanya
81
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
82
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
83
Radhica, D.D., Wibisana, R.A.A., Cendekia Niaga. Journal of Trade Development and Studies. 2023. Volume 7 Nomor 1: 74-84
84