Anda di halaman 1dari 21

Disusun oleh :

2016

GAS IDEAL
Yana Bayu Putra

(201601)

Faiz R. H.

(201607)

Gilang Dwi Darmawan

(201613)

Silvia Iskandar

(210625)

Lucyana Candra Susanto

(201631)

Fitri Nurhadayani

(201637)

Robbiensyah Yasin

(201643)

Makalah
Kimia Terapan
Sukma Meutia Rani
(201619)

KELOMPOK 1

AKADEMI TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS


Jl. Dayeuh Kolot No 132, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Dosen Pembimbing : Chandra Apriana

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gas
Ideal dan Gas Nyata , dengan tepat waktu.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun penulis
berharap agar makalah ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan baik di dalam kampus atau di
luar kampus.
Dalam melaksanakan makalah ini banyak pihak yang terlibat dan membantu sehingga
dapat menjadi satu makalah yang dapat di baca dan dimanfaatkan .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karenanya saran dan
kritik yang membangun sangat panulis harapkan.

Bandung, November 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gas, sebagai salah satu sifat dan bentuk alam, memiliki karakteristik yang khas. Berbeda dengan
bentuk zat lainnya, karakteristik gas sangat erat kaitannya dengan tekanan, temperatur dan volume. Beberapa
teori dan hukum yang sangat mempengaruhi dalam pemahaman sifat gas yang diantaranya adalah teori kinetik
gas dan hukum termodinamika. Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum.
Peninjauan teori ini bukan pada kelakuan sebuah partikel, tetapi diutamakan pada sifat zat secara
keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-partikel.
Teori kinetik zat membicarakan sifat zat dipandang dari sudut momentum. Peninjauan teori ini
bukan pada kelakuan sebuah partikel, tetapi diutamakan pada sifat zat secara keseluruhan sebagai hasil
rata-rata kelakuan partikel-partikel zat tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk memahami lebih lanjut tentang sifat-sifat gas dan
hukum yang mendasarinya, maka penulis menulis makalah ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat gas dengan penalaran
kinetikanya. Adapun hal-hal yang akan dibahas adalah seputar temperatur, tekanan, dan volume dalam gas
ideal maupun gas nyata beserta hukum-hukum gas yang mendasarinya.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang disajikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan gas ideal?
2. Apakah sifat-sifat dari gas ideal?
3. Apakah perbedaan gas nyata dan gas ideal?
4.
Apakah persamaan keadaan gas ideal?
5.
Bagaimana contoh penerapan hukum gas ideal dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gas
Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat renggang yang terbentuk pada suhu tertentu, yaitu
pada titik uap suatu zat.
Gas mempunyai kemampuan untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang mengisi
pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang, mereka mengembang dan mengisi ruang di
manapun mereka berada.

2.2 Sifat-Sifat Gas


Secara umum, gas memiliki karakteristik :
1. Transparan.
2. Mudah berdifusi.
Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
3. Terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
4. Memberikan Tekanan ke segala arah
Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
5. Ekspansibilitas (dapat mengembang) apabila dipanaskan, dan Kompresibilitas (dapat dimampatkan)
apabila didinginkan
6. Terpengaruh suhu
Apabila gas dipanaskan, tekanan akan meningkat, volume juga meningkat. Apabila gas didinginkan, tekanan
akan menurun, volume juga menurun.
7. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan
menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
8. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
9. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
Gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah
tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat pengukur tekanan
atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m 2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm
kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan untuk mengukur perubahan
tekanan dalam reaksi kimia.

2.3 Asumsi Gas Ideal


Gas ideal adalah suatu gas yang diidealkan oleh manusia. Pada kenyataanya, gas ideal tersebut tidak ada di
permukaan bumi. Untuk memberikan gambaran tentang keadaan gas ideal, para ahli memberikan diskripsi baik
secara makroskopik maupun secara mikroskopik. Secara mikroskopik, gas ideal digambarkan dengan beberapa
asumsi dasar sebagai berikut.
a) Suatu gas yang terdiri dari molekul dalam jumlah besar.
Ini didasari atas penemuan bilangan Avogadro yang menunjukan jumlah molekul dalam 1 kilogram per mol
pada tekanan 76 cmHg dan temperatur 0 0 C (keadaan normal). Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam 1 m 3
gas yang dalam keadaan normal terdapat 3 x 1025 molekul.

b) Jarak pisah molekul gas sangat jauh dibandingkan ukuran molekul itu sendiri dan dalam keadaan terus
bergerak.
Jarak antar molekul dalam kondisi standar ditentukan dengan pangkat tiga dari volume molekul tersebut.
Berdasarkan kondisi standard (tekanan 76 cmHg dan temperature 0 0C), 1 m3 berisi 3 x 1025 molekul. Dalam
kondisi standar diperkirakan diameter molekul 3 x 10-10 m.
c) Tidak ada gaya yang cukup berarti antara molekul-molekul kecuali saat terjadi tumbukan.
Tidak adanya gaya yang cukup berarti antara molekul-molekul karena jarak antar molekul jauh lebih besar
daripada diameter masing-masing molekul. Jadi secara otomatis, gaya tarik menarik maupun tolak menolak
antara satu molekul dengan molekul yang lain pada keadaan diam sangatlah kecil dan dapat diabaikan.
Asumsi ini memberi petunjuk bahwa di antara dua tumbukan molekul bergerak lurus beraturan.
d) Tumbukan antara dua molekul bersifat elastis (tumbukan lenting sempurna) dan tumbukan terjadi dalam
waktu yang sangat singkat dan dinding tempat tumbukan licin sempurna.
Asumsi ini menunjukkan bahwa kecepatan searah dinding tidak berubah besarnya.
e) Pada saat tidak ada gaya dari luar, kedudukan molekul dalam suatu volume tersebar merata diseluruh
ruangan.
Dari asumsi tersebut, maka di setiap titik dalam volume V harga n haruslah sama. Pengertian ini memberi
petunjuk bahwa, jika:
V = volume yang ditempati molekul
N = jumlah molekul dalam volume V
n = jumlah molekul per satuan volume
menurut asumsi dasar tersebut, maka di setiap titik dalam volume V harga n harus sama.
dN= n dV
f) Semua arah dari kecepatan molekul memiliki kecepatan yang sama.
Asumsi ini memberi petunjuk bahwa arah kecepatan molekul pada suatu saat dapat dianggap ke segala arah.

2.4 Perbedaan Gas Ideal dan Gas Nyata


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gas Ideal tidak memiliki gaya antarmolekul (gaya tarik menarik atau tolak-menolak dianggap nol)
sedangkan gas nyata memiliki gaya antaramolekul, terutama jika tekanan diperbesar atau volume
diperkecil.
Setiap molekul gas ideal adalah molekul bermassa yang dianggap sebagai partikel titik (tidak memiliki
volume). Sebaliknya setiap molekul gas nyata memiliki ukuran dan volume.
Gas Ideal tidak dapat ditemukan dalam kenyataan. Tapi gas berperilaku dengan cara ini pada suhu dan
tekanan tertentu.
Gas cenderung berperilaku sebagai gas nyata dalam tekanan tinggi dan suhu rendah. Gas nyata
berperilaku gas sebagai ideal pada tekanan rendah dan suhu tinggi.
Tumbukan antar molekul dan antar molekul dengan dinding bejana adalah lenting sempurna.
Sedangkan gas nyata tidak megalami tumbukan lenting sempurna.
Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan
gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
Gas Ideal mematuhi semua hukum-hukum gas pada semua kondisi tekanan dan suhu. Sedangkan gas
nyata hanya mematuhi hukum-hukum gas ideal pada tekanan tinggi dan suhu rendah. Persamaan yang
berlaku untuk gas nyata jauh lebih rumit.
Gas ideal mematuhi persamaan PV=nRT, sedangkan gas nyata mematuhi persamaan :

2.5 Persamaan Keadaan Gas Ideal


2.5.1 Hukum Avogadro
Pada suhu dan tekanan tetap, volum gas berbanding lurus dengan jumlah molnya.

dimana V adalah volume gas n adalah jumlah molekul (dalam mol) k adalah konstanta yang setara
dengan RT/P, dimana R adalah konstanta gas universal T adalah suhu (dalam Kelvin) dan P adalah
tekanan.
Contoh Soal
Suatu gas 12,2 L mengandung 0,5 mol gas Oksigen (O 2) pada tekanan 1 atm dan temperatur 25 oC. Jika
seluruh mol O2 terkonversi menjadi Ozon pada temperatur dan tekanan yang sama, maka berapakah volume
ozon?
Jawab :

Bagaimana persamaan reaksi Oksigen menjadi Ozon?


Jumlah mol Ozon yang terbentuk:
Menggunakan hukum Avogadro, maka :

Hasilnya ialah:

2.5.2 Hukum Gas Ideal


Jika suhu dan tekanan konstan, RT/P juga konstan dan dilambangkan dengan k. Hal ini diturunkan dari
hukum gas ideal.

V RT
=
n
P

Sehingga didapatkan persamaan umum gas ideal sebagai berikut.


Persamaan Umum :

PV = nRT
P = Tekanan
V= Volume gas dalam ruang tertutup
n = Jumlah mol

R= Konstanta umum gas, dimana R = 8,3149 x 103 J/molK


= 0,08205 Latm/molK
T = Suhu (dalam Kelvin)

Persamaan tersebut dapat diturunkan lagi dengan mengganti n :


n = m/Mr atau n = N/NA
m = Massa molekul (gr)
NA = Tetapan Avogadro 6,022 x 1023 /mol (artinya
Mr = Massa molekul relatif
dalam satu mol atom terdapat sekitar 6,02x1023
N = Jumlah Partikel
partikel.)
Dengan mensubtitusikan nilai n=N/NA ke dalam
persamaan PV = nRT, maka di dapatkan tetapan
Boltzman, k=R/NA.
PV = nRT
PV= (N/NA) RT
PV = N (R/NA) T

PV = N k T

Atau disubstitusikan dengan m/Mr menjadi :


PV = nRT

PV = (m/Mr) RT
k disebut tetapan botlzman, nilainya adalah :

Persamaan di atas dapat digunakan pada keadaan gas yang massanya berubah,
dimana jumlah partikel gas dalam wadah berubah,
Misalkan saat seseorang meniup balon maka partikel gas dalam balon tersebut
akan bertambah.

Keadaan standar
Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 liter pada kondisi standar (STP), dimana T=20oC dan P=1atm.
Angka ini sering disebut volum molar gas ideal. Hubungan volume gas dan mol gas dalam keadaan standar
adalah :

n=

V
V
=
V m 22,4

Contoh soal :
Contoh soal Volum Molar Gas

1. Hitung volume 4 gram SO3 pada keadaan STP. Jika diketahui Ar S = 32; O = 16.
Jawab:

M r SO 3=(32+3 16)=32+ 48=80 gram/mol


n SO 3 =4 gram/80 ram/mol
Volume pada STP

= 0,05 mol x 22,4 liter/mol


= 1,12 liter

2. Batu kapur, CaO dihasilkan melalui penguraian termal kalsium karbonat, CaCO 3. Hitung volume CO2(g)
pada STP yang dihasilkan dari penguraian 152 gram CaCO3 menurut persamaan berikut:

CaCO3(g) CaO(s) + CO2(g)


Catatan :* Ar Ca=40, Ar C=12, Ar O=16
Jawab:

Tahap 1: Menentukan mol CaCO3(s) menggunakan konsep massa molar.

n CaCO3=

m
152
152
CaCO3 =
=
=1,52 mol
Mr
(40+12+3 16) 100

Tahap 2: Menentukan mol CO2 (g) menggunakan konsep stoikiometri.


Dari persamaan kimia diketahui bahwa perbandingan CO 2(g) : CaCO3(s) adalah 1: 1, sehingga mol
CO2 sama dengan mol CaCO3 (s).
n CO2 (g) = 1,52 mol.
Tahap 3: Menghitung Volume CO2 pada STP, menggunakan konsep volume molar gas.

V CO 2=n V m=1,52 mol 22,4

L
=34,1 L
mol

Jadi penguraian 1,52 gram CaCO3 (s) akan menghasilkan 34,1 L CO2 (g) pada STP.

3. 16 gram gas Oksigen (M = 32 gr/mol) berada pada tekanan 1 atm dan suhu 27oC. Tentukan volume gas
jika diberikan nilai R = 8,314 J/mol.K
Pembahasan
untuk nilai R = 8,314 J/mol.K

Data :

R=8,314 J /mol . K
T =27 =300 K

n=

16 gr
=0,5 mol
32 gr /mol

P=1 atm=105 N /m 2

PV =nRT

( 0,5 ) ( 8,314 ) ( 300 ) J m2


( Nm ) m2
V=
=0,0125
N
105 N

(10 mN ) ( V )=( 0,5 mol ) (8,314 molJ. K ) ( 300 K )


5

V =0,0125 m 3

4. Banyaknya partikel gas rgon di dalam tabung pada suhu 27oC dan tekanan 1 atm (1 atm=105Pa) adalah
7,2 x 1022 partikel. Jika konstanta gas umum =8,314J/molK dan banyaknya partikel dalam tiap Kmol gas
adalah 6,02 x 1023 partikel, maka volume gas argon adalah
Dik :

T =27

PV =

N
RT
N0

P=105 Pa
5

R=8,315

10 V =

J
mol . K

V=

N=7,2 1022 partikel

7,2 1022 (
8,314 ) ( 300 )
6,02 1023
7,2 10 22
( 8,314 )( 300 )
6,02 1023 105

0,2983 m3 =298,3 liter

N 0=6,02 1023 partikel

5. Gas bermassa 4 kg bersuhu 27oC berada dalam tabung yang berlubang.


Jika tabung dipanasi hingga suhu 127oC, dan pemuaian tabung
diabaikan tentukan :
a) massa gas yang tersisa di tabung
b) massa gas yang keluar dari tabung
c) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa
awal gas
d) perbandingan massa gas yang tersisa dalam tabung dengan massa awal gas
e) perbandingan massa gas yang keluar dari tabung dengan massa gas yang
tersisa dalam tabung

Pembahasan
Data :

Massa gas awal

m1=4 kg Massa gas tersisa m2

Massa gas yang keluar dari tabung m = m2 m1


a) massa gas yang tersisa di tabung

PV =nRT =

m
RT
Mr

mRT
V=
PMr

V 1=V 2
m1 RT 1 m2 R T 2
=
P1 Mr
P2 Mr
m1 T 1=m2 T 2

( 4 )( 300 )=m 2 ( 400 )

m2=3 kg b) massa gas yang keluar dari tabung


m=m1m2 =43=1 kg

d) perbandingan massa gas yang tersisa dalam


tabung dengan massa awal gas

c) perbandingan massa gas yang keluar dari


tabung
dengan massa awal gas

m 1
= =1 :4
m1 4

m2 3
= =3 :4 e) perbandingan massa gas yang
m1 4
keluar dari tabung
dengan massa gas yang tersisa dalam tabung

m 1
= =1 :3
m2 3

6. A dan B dihubungkan dengan suatu pipa sempit. Suhu gas di A adalah 127 oC dan jumlah partikel gas di
A tiga kali jumlah partikel di B.

Jika volume B seperempat volume A, tentukan suhu gas di B!


Pembahasan
Data :

T A=127 =400 K

P=

NkT
V

N A : N B=2 : 1
NA k TA NBkTB
=
VA
VB

V A :V B=4 :1

(3)(400) (1)T B
=
(4)
(1)

PV =NkT

T B=

(3)( 400)
=300 K =27
(4)

2.5.3 Hukum Boyle (oleh Robert Boyle, fisikawan Inggris)

Apabila suhu gas yang dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik
dengan volumenya.

P1 V 2
=
P2 V 1

P1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)


P2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)

P1V1 = P2V2

V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

Grafik hubungan volume dan tekanan gas pada suhu konstan (isotermal).
Jika dibuat grafik, maka akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva
isotermal. Perhatikan gambar diatas. Kurva isotermal merupakan kurva yang bersuhu konstan.

Penerapan Hukum Boyle


Salah satu penerapan prinsip hukum Boyle dapat dilihat pada
semprotan obat nyamuk (lihat gambar). Pompa berfungsi untuk
mengubah volume gas dalam tabung semprotan. Saat pompa
digerakkan ke kanan maka volume gas akan mengecil dan
tekanan gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar melalui
ujung tabung dan membuat cairan pada pipa tadon tersemprot
keluar. Sedangkan ketika pompa ditarik kea rah kiri maka volume gas semakin besar dan tekanan gas
dalam tabung menjadi menurun.

Contoh Soal
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas yang menjadi penyebab hujan asam. Pada
pembuangan asap kendaraan ditemukan 1,53 L gas SO2 ditemukan dalam tekanan 5,6
x 10^3 Pa. Jika tekanan berubah menjadi 1,5 x 10^4 Pada pada temperatur konstan,
maka berapakan volume gas SO2 sekarang?
Jawab:

Hukum boyle menyatakan


PV = k
dimana k adalah konstan, sehingga:
P1V1 = P2V2
Maka V2 dapat ditentukan dengan:

2.5.4 Hukum Charles (oleh Jacques Charles, fisikawan Prancis)


Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding
dengan suhu mutlaknya.

V1 T1
=
V2 T2

V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)


V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

V1T2 = V2T1

T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan (isobarik)
Apabila hubungan antara volume dan suhu pada hukum Charles kita lukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang
terjadi disebut kurva isobarik yang artinya bertekanan sama.

Penerapan Hukum Charles


Peristiwa yang ditunjukkan pada grafik dan persamaan dapat dilihat secara langsung melalui balon yang ditempatkan pada mulut
botol yang direndam air panas (lihat gambar). Gambar 2.4 menunjukkan semakin tinggi suhu gas dalam botol maka volume gas
juga membesar.

Contoh Soal
Suatu gas pada temperatur 15oC dan 1atm memiliki volume 2,58L. Maka berapakan volume gas tersebut pada
temperatur 38oC dan tekanan konstan?
Jawab:

Hukum charles menyatakan:

V
=k
T

V1 V2
=
T 1 T 2 jadi V2 dapat ditentukan dengan :

2.5.5 Hukum Gay Lussac (oleh Joseph Gay Iussac, kimiawan Perancis)
Jika volume gas dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
mutlaknya.
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

P1 T 1
=
P2 T 2

T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)


p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

P1 T 2=P2 T 1

Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan (isokhorik)
Apabila hubungan antara tekanan dan suhu gas pada hukum Gay Lussac dilukiskan dalam grafik, maka
hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang terjadi disebut kurva isokhorik yang artinya volume
sama.

Contoh Soal
Gas dalam aerosol dapat berada di bawah tekanan 3,00 atm pada suhu 25 C. Hal ini berbahaya untuk
membuang kaleng aerosol dengan insinerasi. Apa yang akan tekanan dalam aerosol dapat pada suhu 845
C?
Jawab :

2.5.6 Hukum Boyle-Gay Lussac


Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut.
Kita telah mempelajari hukum-hukum tentang gas, yaitu hukum Boyle, Charles, dan Gay
Lussac. Namun, dalam setiap penyelesaian soal biasanya menggunakan hukum Boyle-Gay
P2 V 2Lussac. Hal ini disebabkan hukum ini merupakan gabungan setiap kondisi yang berlaku

P1 V 1
=
T1
T2

Persamaan di atas hanya digunakan pada keadaan gas yang massanya tetap atau jumlah partikel konstan dalam
ruang tertutup rapat. Sedangkan pada peristiwa dimana jumlah partikel gas dalam wadah berubah, persamaan
tersebut tidak berlaku.

Contoh Soal
Suatu gas ideal berada dalam suatu bejana tertutup dengan tekanan P,volume V, dan suhu T. Jika suatu saat
suhu diubah menjadi 2T dan volumenya menjadi 3/2 V maka perbandingan tekanan awal (P 2) setelah V dan T
diubah adalah
Dik :

T 2 =2T 1

3
V 2= V 1
2
Menentukan perbandingan tekanan

P1 V 1 P 2 V 2
=
T1
T2

2.5.7 Tekanan Pada Gas Ideal

3
P2 V 1
P1 V 1
2
=
T1
2T1

3
P 1= P 2
2
P1 : P2=3: 4

Pada tekanan gas ideal berlaku hukum boyle yang menyatakan bahwa pada jumlah mol dan suhu tetap,
volume akan berbanding terbalik dengan tekanan gas. Persamaan tekanan gas ideal dirumuskan sebagai berikut
N = banyaknya partikel gas = 6,02 x 1023
M = massa dari 1 partikel gas (Kg)
V

= kecepatan gerak partikel gas (m/s)

= volume gas (m3)


P = tekanan gas ideal (N/m2)

Karena kita tahu bahwa energi kinetik dirumuskan Ek = mv2 maka persamaan di atas dapat diubah menjadi

dengan Ek = Energi kinetik gas (satuan joule).

2.5.8 Energi dalam Gas Ideal

Dalam gas ideal hanya terdapat energi kinetik, tidak ada energi yang lain sehingga energi kinetik yang ada
di gas ideal juga merupakan energi dalam yang dimiliki oleh gas ideal (U).

Gas ideal selalu bergerak dengan energi kinetik sebesar :

= fkT = nfRT
E
2
2
Dengan f = derajat kebebasan
Besarnya energi dalam gas :

U=N E=NfkT

Besarnya energi dalam dibedakan menjadi dua yaitu :

Energi dalam gas monoatomik (He, Ne, Ar)


atau

dengan f = 3

Energi dalam gas diatomik (H2, O2, N2)

pada

suhu

rendah

300

K)

3
U= N kT
2

pada

suhu

sedang

500

K)

1000

K)

5
U= N kT
2
pada

suhu

tinggi

7
U= N kT
2

2.5.9 Kecepatan Gerak Partikel


Untuk menentukan besarnya kecepatan gerak dari partikel di dalam gas ideal sobat bisa mencarinya dari
rumus energi kinetik pada gas ideal.

3
Ek= N kT
2

1
3
m v 2= NkT
2
2

v 2=3

kT
m

dengan demikian, kecepatan partikel gas ideal dapat ditentukan dengan alternatif rumus berikut

atau

v=

3P

Contoh soal
1. Gas dalam ruang tertutup memiliki suhu sebesar T Kelvin energi kinetik rata-rata Ek = 1200 J dan laju efektif
V = 20 m/s.
Jika suhu gas dinaikkan hingga menjadi 2T tentukan:
a) perbandingan energi kinetik rata-rata gas kondisi akhir terhadap kondisi awalnya
b) energi kinetik rata-rata akhir
c) perbandingan laju efektif gas kondisi akhir terhadap kondisi awalnya
d) laju efektif akhir

Pembahasan
a) perbandingan energi kinetik rata-rata gas
kondisi akhir terhadap kondisi awalnya

b) energi kinetik rata-rata akhir

c) perbandingan laju efektif gas kondisi akhir


terhadap kondisi awalnya
d) laju efektif akhir

2. Sebuah ruang tertutup berisi gas ideal dengan suhu T dan kecepatan partikel gas di dalamnya v. Jika suhu gas
itu dinaikkan menjadi 2T maka kecepatan partikel gas tersebut menjadi
Pembahasan
Data dari soal adalah :
T1 = T
T2 = 2T
V1 =
v2 =.....?

hingga diperoleh

Kecepatan gas untuk dua suhu yang berbeda

3.

Didalam sebuah ruangan tertutup terdapat gas dengan suhu 27oC. Apabila gas dipanaskan sampai energi
kinetiknya menjadi 5 kali energi semula, maka gas itu harus dipanaskan sampai suhu
Pembahasan
Data diambil dari soal
T1 = 27C = 27 + 273 = 300 K
Ek2 = 5 Ek1
T2 = .....
Energi kinetik gas untuk dua suhu yang berbeda

Sehingga diperoleh

Dalam Celcius adalah = 1500 273 = 1227C


4.

Dua mol gas menempati ruang 24,08 L. tiap molekul gas memiliki energi kinetik sebesar 3 .
10 21 Joule. Jika bilangan Avogadro 6,02 . 1023 partikel maka tekanan gas dalam tangki
adalah...

Pembahasan
Diketahui:
n = 2 mol
V = 24,08 L = 24,08 . 10 3 m3
Ek = 3 . 10 21 J
NA = 6,02 . 1023 partikel

Ditanya: P = ...?
Jawab:
Terlebih dahulu hitung banyak partikel N.
N = n . NA = 2 . 6,02 . 1023 partikel
N = 12,04 . 1023 partikel

5. Suatu gas ideal dengan tekanan P dan volume V. Jika tekanan gas dalam ruang tersebut
menjadi kali semula pada volume tetap, maka perbandingan energi kinetik sebelum dan
sesudah penurunan tekanan adalah...

Pembahasan :
Diketahui:
P1 = P
V1 = V
P2 = P
V2 = V1 = V

Ditanya: Ek1 : Ek2 = ...

2.6 Penerapan Gas Ideal dalam Kehidupan Sehari-Hari


Kantong Udara Pengaman
Persamaan gas ideal menjadi pedoman dalam perancangan kantong udara
pengaman yang sekarang banyak digunakan pada mobil-mobil sedan. Dalam
suatu tabrakan, kantong ini mengembang dan mengurangi akibat fatal (sebagai
bantalan untuk benturan antara pengemudi dengan batang setir). Untuk
mengembangkan kantong, gas nitrogen dipaksa masuk ke dalam kantong.
Sekali perancang telah menetukan tekanan dan volum yang sesuai untuk
mengembangkan kantong udara pada suatu suhu yang sesuai untuk kondisikondisi paling dingin dalam pengemudian, jumlah mol n nitrogen dapat
dihitung dari persamaan gas ideal.

Mekanisme pernafasan
Inspirasi :
Diafragma berkontraksi(pernapasan perut) / Otot antar tulang rusuk berkontraksi (pernapasan dada)
Diafragma mendatar/tulang rusuk terangkat Rongga dada membesar Paru-paru mengembang (volume
udara bertambah) tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar udara
masuk paru-paru.
Ekspirasi :
Diafragma relaksasi (pernapasan perut) / Otot antar tulang rusuk berkontraksi (pernapasan dada) Diafragma
melengkung/tulang rusuk turun Rongga dada mengecil Paru-paru mengempis (volume udara berkurang)
tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar udara keluar dari paruparu.
Singkatnya, saat menarik napas paru-paru mengembang, volume membesar, dan tekanan udara dalam paruparu berada di bawah tekanan atmosfer. Saat menghembuskan napas, paru-paru mengempis, volum mengecil
dan tekanan udara dalam paru-paru meningkat.

Ban atau Balon Dapat Meletus di Bawah Terik Sinar Matahari


Sepeda yang diparkir saat matahari terik, gas di dalam ban akan mengalami kenaikan suhu.
Jika suhu gas di dalam ban meningkat maka tekanan gas dalam ban juga akan naik. Lamakelamaan J ban tersebut tidak dapat menahan tekanan gas sehingga ban meletus.

Gelembung pada Minuman Bersoda


Pada minuman bersoda yang dituang ke dalam gelas, akan tampak adanya gelembunggelembung udara. Gelembung tersebut merupakan inti molekul-molekul C0 2. Ketika
minuman dituangkan, temperatur relatif tetap. Namun, tekanan hidrostatis minuman bersoda
saat dituang di dalam gelas sedikit berubah. Oleh karena itu, gelembung yang naik dari
dasar permukaan minuman semakin besar.

Balon Udara Panas Dapat Mengudara


Balon udara bekerja berdasarkan pemuaian udara akibat pemanasan. Pemanasan pada
balon dapat meningkatkan suhu udara dalam balon. Pemanasan tersebut juga
menyebabkan volume dan tekanan gas berubah. Udara yang memuai menyebabkan
massajenis udara dalam balon mengecil, nilainya lebih kecil dari massa jenis udara iuar,
akjbatnya balon akan naik ke udara.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gas ideal adalah suatu gas yang memiliki sifat sebagai berikut:
1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom atau molekul-molekul) yang jumlahnya
banyak sekali dan antar partikelnya tidak terjadi gaya tarik-menarik atau tolak-menolak.
2. Setiap partikel gas bergerak dengan arah sembarangan atau secara acak ke segala arah.
3. Setiap tumbukan yang terjadi berlangsung lenting sempurna.
4. Partikel gas terdistribusi merata dalam seluruh ruangan.
5. Jarak antara partikel itu jauh lebih besar daripada ukuran partikel.
6. Volume molekul adalah pecahan kecil yang dapat diabaikan dari volume yang ditempati
oleh gas tersebut.
7. Berlaku hukum Newton tentang gerak.
Persamaan keadaan gas ideal
1. Persamaan Umum
PV = nRT
2. Persamaan Boyle-Gay Lussac
P1 V 1 P2 V 2
=
T1
T2
3.

Energi dalam pada gas ideal:

Energi dalam suatu gas (U) merupakan jumlah energi kinetik total dari seluruh partikel atau
molekul gas dalam suatu ruangan. Energi dalam (U) dituliskan dalam persamaan:
U=
NkT atau U = NEk
4. Kecepatan gerak partikel gas ideal
atau

v=

3P

5. Tekanan gas ideal

6.

Beberapa contoh penerapan hukum-hukum gas ideal dalam kehidupan sehari-hari.


Ban atau Balon dapat Meletus di Bawah Sinar Matahari
Gelembong pada Minuman Bersoda
Balon Udara Panas Dapat Mengudara
Kantong pengaman untuk pengendara mobil
Mekanisme pernafasan dada dan perut

Anda mungkin juga menyukai