Energi dalam gas ideal atau sering diberikan notasi (U), merupakan jumlah energi kinetic total
dari seluruh molekul dalam suatu ruangan. Gas ideal yang terkurung dalam sebuah wadah
tertutup mengandung banyak sekali molekul. Tiap molekul gas memiliki energi kinetic rata-rata
E=v ( 12 kT ).
Energi dalam gas ideal terbagi menjadi 3 dalam derajat kebebasannya, yaitu:
Gas sebagai suatu materi tentunya partikel-partikelnya selalu bergerak. Adanya partikel yang
bergerak menimbulkan energi, yang dikenal sebagai energi kinetic. Energi kinetic sangat
bergantung pada kecepatan gerak partikel dan ukuran dan ukuran partikel tersebut. Energi kinetic
yang ditimbulkan oleh bola yang bergerak dengan kecepatan sama tentunya berbeda antara bola
sepak dengan bola tenis, karena kedua bola memiliki massa yang berbeda. Demikian juga
dengan energi kinetic yang ditimbulkan oleh gerak partikel gas, sangat bergantung pada ukuran
partikel gas dan kecepatan geraknya. Jika sejumlah partikel gas berada dalam satu ruang, dan
partikel tersebut saling bergerak. Energi kinetic yang ditimbulkan oleh gerak partikel gas,
dirumuskan sebagai:
3 nRT
Ek =
2N
Penerapan Teori Kinetik Gas
1. Gerak Brown
Pada tahun 1827, Robert Brown menemukan gejala gerak semba¬rang yang terus-
menerus dari tepung sari yang tergantung di dalam air. Gerakan partikel tepung tersebut
di dalam air kemudian dikenal sebagai gerak Brown. Sebelum ditemukan teori kinetik,
gerakan ini belum dapat dijelaskan. Pada tahun 1905, Albert Einstein mengembangkan
teori gerak Brown. Anggapan dasar yang dikemukakan Einstein tentang fenomena
tersebut adalah bahwa partikel-partikel yang tergantung bebas di dalam suatu fluida
(cairan atau gas) bergerak karena temperatur medium (disebut gerak termal). Berdasarkan
prinsip ini, gerak Brown berasal dari tumbukan molekul-molekul fluida. Sementara
partikel-partikel yang tergantung mendapatkan tenaga kinetik rata-rata yang sama seperti
molekul-molekul fluida tersebut. Ukuran partikel-partikel yang tergantung tersebut
adalah sangat besar bila dibandingkan dengan molekul fluida. Akibat adanya partikel
yang cukup besar dan banyaknya molekul, maka tumbukan dengan partikel dapat terjadi
setiap saat.
2. Penguapan
Proses penguapan dapat dijelaskan dengan dasar teori kinetik. Molekul-molekul air tarik-
menarik satu sama lain. Gaya tarik-menarik ini membuat molekul air berdekatan pada
fase cair. Jika terjadi kenaikan temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih cepat
yang berarti energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai energi kinetik tinggi
mampu melawan gaya tarik molekul lain. Akibatnya, molekul dengan energi kinetik
tinggi dapat terlepas dari ikatan molekul lain, dan berubah ke fase gas. Akan tetapi, jika
molekul tidak memiliki kecepatan yang memadai untuk berubah ke fase gas, maka ia
akan tertarik kembali ke permukaan air.
3. Kelembaban
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengatakan bahwa udara di sekitar kita kering
atau lembab. Keadaan ini disebut kelembaban udara. Ketika kelembaban udara ini
disebabkan oleh kandungan uap air di udara. Semakin banyak uap air di suatu tempat,
semakin lembab udara di tempat tersebut. Kelembaban udara ini biasanya dinyatakan
dengan kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan perbandingan tekanan parsial
air terhadap tekanan uap jenuh pada temperatur tertentu.
Tekanan Parsial H 2 O
Kelembapan relative = x 100 %
TekananUap Jenuh H 2 O
Kelembaban relatif sebesar 40 - 50 persen merupakan kelembaban optimum untuk
kesehatan dan kenyamanan. Jika kita berada di suatu ruangan yang mempunyai
kelembaban tinggi, biasanya pada hari yang panas, akan memperkecil penguapan cairan
tubuh. Sementara kelembaban yang rendah dapat menyebabkan efek kekeringan pada
kulit dan selaput lendir.