Anda di halaman 1dari 20

12

Sifat Fisik Larutan


Pada bab sebelumnya kita sudah mempelajari bagaimana interaksi
antarmolekul mempengaruhi sifat fisik dari suatu zat murni. Bab ini
membahas pengaruh penambahan zat terlarut pada sifat fisik
campuran yang homogen (larutan). Contohnya, penambahan
etilenglikol ke dalam air menyebabkan titik beku air menjadi lebih
rendah dan titik didihnya menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, di negara
dengan empat musim air dalam radiator mobil ditambahkan etilenglikol
agar tidak membeku pada musim dingin dan mencegah overheating.
Larutan yang akan dibahas pada bab ini tidak hanya larutan aqueous Rubi adalah larutan Cr dan
(larutan yang pelarutnya adalah air) tetapi mencakup juga larutan Fe dalam Al2O3.
yang pelarutnya bukan air. Selain dalam fasa cair, larutan juga ada
dalam fasa gas dan fasa padat. Semua gas bercampur secara
homogen, sehingga semua campuran gas adalah larutan dalam fasa gas. Udara yang komponen
utamanya adalah gas nitrogen, oksigen, karbon dioksida dan uap air adalah larutan fasa gas. Batu
mulia adalah contoh larutan fasa padat. Rubi adalah larutan padat logam Cr dan Fe dalam pelarut
alumina (Al2O3), dan ametis adalah larutan logam Mn dalam silika (SiO2). Bab ini hanya membahas
larutan cair.

12.1 Gaya Antarmolekul dan Terbentuknya Larutan


Kemampuan suatu cairan untuk melarutkan zat terlarut sangat bervariasi. Air dan minyak tidak
saling larut, sedangkan air dan alkohol dapat membentuk larutan pada semua perbandingan.
Senyawa ionik seperti NaCl sangat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam cairan organik seperti
benzena.
Campuran yang homogen akan segera terbentuk jika dua gas yang berbeda dimasukan ke dalam
satu wadah. Partikel-partikel gas yang bergerak secara acak menyebabkan terjadi difusi sampai
keduanya membentuk campuran yang homogen atau larutan. Pencampuran gas yang terjadi
secara spontan disebabkan oleh campuran yang homogen memiliki probabilitas (keboleh jadian)
yang paling tinggi, sedangkan dua gas yang saling terpisah dalam wadah yang sama memiliki
probabilitas yang paling rendah. Jadi, pembentukan larutan gas dari campuran dua gas atau lebih
merupakan transisi dari keadaan dengan probabilitas yang paling rendah menuju keadaan dengan
probabilitas yang paling tinggi.
Transisi menuju keadaan dengan probabilitas yang paling tinggi adalah daya dorong terbentuknya
larutan. Namun, terdapat faktor lain yang menghambat kebanyakan senyawa untuk membentuk
campuran yang homogen atau larutan, yaitu gaya interaksi antarmolekul. Pada gas, apapun jenis
molekul gasnya, gaya interaksi antarmolekulnya sangat lemah dan dapat diabaikan, sehingga tidak
dapat menghalangi molekul gas untuk membentuk campuran yang homogen. Itulah alasan
mengapa campuran semua gas membentuk larutan secara spontan. Pada fasa cair dan padat

iNM 1
H H
H C interaksi
C antarmolekul
O H jauh lebih kuat, sehingga pembentukan larutan tidak selalu terjadi secara
spontan.
H H
Pembentukan larutan dalam fasa cair ditentukan oleh kekuatan relatif interaksi antarmolekul
dalam pelarut dan dalam zat terlarut dengan interaksi antara molekul pelarut dan molekul zat
terlarut. Perbedaan interaksi inilah yang menyebabkan air dan etanol dapat bercampur (miscible),
sedangkan air dan benzen tidak dapat bercampur (immiscible). Dapat bercampur artinya
ethanol
campuran air dan etanol membentuk satu fasa yang homogen (larutan), dan tidak dapat
(contains abercampur
polar OHartinya
group)campuran air dan benzen membentuk dua fasa yang terpisah (tidak larut).

Air dan etanol dapat bercampur (saling larut) karena interaksi antara molekul air dan etanol adalah
n each other.ikatan
In water,
hidrogen,there are strong
sama seperti interaksihydro-
antarmolekul pada air dan interaksi antarmolekul pada
etanol. Karena kekuatan interaksi antarmolekul
the molecules attract each other by relatively
pelarut (air) dan interaksi antarmolekul etanol (zat Hydrogen bond
hydrogen terlarut)
bonds.sama Suppose that weinteraksi
dengan kekuatan did man- antara H
. As they move
molekul about, themaka
air dan etanol, water
tidakmolecules
ada hambatan
O
HH
cause they untuk keduanya saling bercampuran secara
attract each other so much more H
O
homogen.
s, hydrogen bonds would cause water mole- H
C2H5
Hal yang berbeda terjadi pada campuran air dan C H
. This would continue
benzen. to happen
Ikatan hidrogen untilairalllebih
antarmolekul thekuat 2 5 O
on of waterdaripada
in benzene would
interaksi antara not airbedanstable
molekul benzen. H O
H H
es. We say Interaksi
water and antarmolekul
benzene benzen
are(gaya London) juga
immiscible, O
lebih kuat daripada interaksi antara molekul
benzen dan air. Oleh karena itu, pada campuran air H
her hand, aredan miscible, meaning
benzen, molekul that berinteraksi
air cenderung they are
dengan
er and ethanol molekul air, dan
molecules canmolekul
formbenzen dengan
hydrogen Figureantara
Ikatan-H | Hydrogen
13.2molekul bonds
air dan etanol, yang
molekul benzen. Akibatnya campuran air dan kekuatannya hampir sama dengan kekuatan
early equivalent
benzentoakan those
segerain the separate
terpisah menjadi duapure
fasa, in aqueous ethanol. Ethanol
ikatan-H antarmolekul air dan
es offers little
yaitu resistance,
fasa air dan fasaso theyAirare
benzen. danable
benzento molecules form
antaramolekul hydrogen bonds
etanol.
tidak dapat bercampur; benzen tidak larut dalam (…) to water molecules.
air.
Waks atau lilin yang merupakan campuran hidrokarbon rantai panjang larut dalam benzen. Pada
lilin dan benzen terjadi interaksi antarmolekul yang sama, yaitu gaya London. Interaksi antara
molekul mixtures
d ethanol–water benzen dan lilin
ledjuga
toberupa gaya London, karena keduanya merupakan senyawa nonpolar.
a generaliza-
Kesamaan interaksi antarmolekul pada lilin dan pada benzen dengan interaksi antara molekul
when solute benzen
and solvent have
dengan lilin molecules
menyebabkan “like”
lilin larut dalam benzen.
olution. When solute
Kelarutan and solvent
yang berdasarkan molecules
kekuatan interaksi antarmolekul ini dapat dinyatakan sebagai aturan
y appreciable
“like dissolves like”. Campuran pelarut danThe
concentration do not form. zat terlarut“Like
yang kepolarannya
dissolves hampir sama cenderung
like” rule
membentuk larutan, sedangkan
ical composition and molecular structure to pelarut dan zat terlarut yang kepolarannya jauh berbeda tidak
dapat membentuk larutan. Aturan ini juga berlaku untuk kelarutan zat padat dalam pelarut cair.
olving in each other.
Senyawa polar dan senyawa ionik larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar larut
dalam pelarut non polar.

Latihan 12.1
uids Struktur molekul vitamin A ditunjukkan
s to the solubility pada gambar di sebelah ini. Perkirakan
of solids in liquid solvents.
apakah vitamin A larut dalam air atau
nic compounds, dalam
whereas nonpolar solvents
minyak.
iNM 2
12.2 Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan (ΔHsoln) adalah kalor yang diserap atau dilepaskan ketika sejumlah zat larut
dalam suatu pelarut pada tekanan tetap. Entalpi pelarutan biasanya dinyatakan dalam satuan kJ/
mol. Pelarutan dapat dipandang sebagai proses yang terdiri atas dua tahap. Pertama, terputusnya
interaksi antarpartikel zat terlarut dan antarpartikel pelarut. Tahap ini merupakan proses
endoterm, karena pemutusan interaksi memerlukan energi. Kedua, terbentuk interaksi antara
molekul atau partikel zat terlarut dengan molekul pelarut. Tahap kedua ini merupakan proses
eksoterm karena terbentuknya interaksi tarik-menarik antar partikel disertai dengan penurunan
energi potensial.
Sebagai contoh, perhatikan perubahan yang terjadi pada pelarutan padatan ionik NaCl dalam air.
NaCl(s) → Na+(aq) + Cl−(aq) (12.1)
Pada pelarutan NaCl, interaksi ion-ion (ikatan ion) pada padatan NaCl digantikan oleh interaksi ion-
dipol antara ion Na+ dan air, dan antara ion Cl− dan air, seperti ditunjukkan pada Gambar 12.1. Pada
588 proses
Chapter 13 | Mixtures ini
pelarutan at the
jugaMolecular Level: Properties
terjadi pemutusan of Solutions
sebagian ikatan-H antarmolekul air pada pelarut.

Figure 13.3 | Hydration of ions. Hydration H H


involves a complex redirection of forces of O

attraction and repulsion. Before this solution H


H
forms, water molecules are attracted only to each
H O
other, and Na and Cl ions have only each other O
H
to be attracted to in the crystal. In the solution, the
ions have water molecules to take the places of Na+
their oppositely charged counterparts; in addition,
H
water molecules are attracted to ions even more O H
O
than they are to other water molecules. H
H
H
Na+ Cl– Na+ O O
H H H
Cl– Na+ Cl–

Na+ Cl– Na+


O
H H H
Cl– Na+ Cl– O
H O H H
O
H
H
Portion of surface
and edge of NaCl Cl–
crystal in contact
with water. H
H
O
H H O

H H
O

Gambar 12.1 Pelarutan padatan NaCl menghasilkan


+
Water molecules collide everywhere Figure 13.3kation
depictsNa
a section Cl−a crystal
dan of terhidrasi.
of NaCl in contact with water. The dipoles of
along the crystal surface, but
water molecules orient themselves so that the negative ends of some point toward Na
successful collisions—those that
dislodge ions—are more likely to
ions and the positive ends of others point at Cl ions. In other words, ion–dipole attrac-
occur at corners and edges. tions occur that tend to tug and pull ions from the crystal. At the corners and edges of the
crystal, ions are held by fewer neighbors within the solid and so are more readily dislodged
than those elsewhere on the crystal’s surface. As water molecules dislodge these ions, new
corners and edges are exposed, and the crystal continues to dissolve.
As they become free, the ions become completely surrounded by water molecules (also
shown in Figure 13.3). The phenomenon is called the hydration of ions. The general term
iNM for the surrounding of a solute particle by solvent molecules is solvation, so hydration is just3
a special case of solvation. Ionic compounds are able to dissolve in water when the attrac-
tions between water dipoles and ions overcome the attractions of the ions for each other
within the crystal.
H Similar events explain why solids composed of polar molecules, like those of sugar,
Pemutusan interaksi ion-ion pada padatan NaCl merupakan tahap yang memerlukan energi, yang
nilainya sama dengan energi kisi1 NaCl (pers. 12.2). Demikian juga dengan pemutusan ikatan-H
antarmolekul air.
NaCl(s) → Na+(g) + Cl−(g) ΔH = − UNaCl (12.2)
Selanjutnya, ion Na+ dan Cl− yang terbentuk masing-masing dikelilingi oleh sejumlah molekul air,
yang disebut dengan hidrasi ion (pers. 12.3). Pada ion yang terhidrasi terjadi interaksi ion-dipol dan
disertai pelepasan energi (eksoterm). Energi yang dilepaskan pada hidrasi ion disebut entalpi
hidrasi (ΔHhy).
Na+(g) + Cl−(g) → Na+(aq) + Cl−(aq) ΔH = ΔHhy (12.3)
Entalpi pelarutan (ΔHsoln) NaCl dapat dihitung sebagai penjumlahan energi kisi dan energi hidrasi.
ΔHsoln = ΔHhy − U (12.4)
Misalnya, energi kisi padatan KI adalah −632 kJ/mol dan energi hidrasi ion Na+ dan I− adalah −619
590 Chapter 13 | Mixtures at the Molecular Level: Properties of Solutions
kJ/mol. Sehingga, entalpi pelarutan KI adalah −619 kJ/mol −(−632 kJ/mol) = 13 kJ/mol. Diagram
entalpi pelarutan KI ditunjukkan pada
Step 2 corresponds
Gambar 12.2. to the hydration energy of gaseous
K+(g)
+ I ions.
l – (g) Pure Pelarutan KI dapat dipandang terdiri
water K 2( gtahap.
atas ) I Tahap
( g ) 1 adalahK (aq)disosiasi
I (aq) H
padatan KI menjadi
The enthalpy ion-ionnya
of solution dalam from the sum
is obtained
fasa gas yang menyerap energi sebesar
equations for Steps 1 and 2 and is the enthalpy chang
ENTHALPY OF SYSTEM

– 619 kJ mol–1
+632 kJ mol –1
From hydration one kJ/mol.
632 mole of crystalline KI dissolves in water (correspon
From lattice energy being the direct path in Figure 13.5).
energy being
absorbed
released
(Step 2)
KI(s) → K+(g) + I−(g ΔH = 632 kJ
(Step 1)
KI(s) K (aq) I (aq) Hsoln 13
Dilute Selanjutnya, ion-ion tersebut mengalami
solution of
The value
hidrasi of H
disertai soln indicates
dengan that the solution process
pelepasan
1 mol Pure
Kl(s) water 1 mol Kl thermic for KI, in agreement with the observation th
K+(aq) + l–(aq) energi sebesar 619 kJ/mol.
KI is added to water and the mixture is stirred, it becom
T
DIR
EC +13 kJ mol–1 = Hsoln Kas+(g)
the+KII−(g) → K+(aq) + I−(aq)
dissolves.
t = 25 C
Table 13.1 providesΔH a comparison between values of
= − 619 kJ
Formation obtained by the method described above and values o
of solution is Tabel 12.1 menunjukkan
by direct measurements.perbandingan
The agreement between ca
endothermic.
nilai ΔH
and measured
soln yang dihitung menggunakan
values doesn’t seem particularly impress
this is12.4
pers partly
dan because
nilai lattice
yang and hydration
diperoleh dari energies are
Figure
Gambar 12.2| Enthalpy
13.5 Diagramdiagram
entalpifor the heat KI
pelarutan of solution
dalam airof
cisely known and partly because the model used in our
one mole of potassium iodide. Adding the negative of the lattice pengukuran langsung.
is evidently too simple. Notice, however, that when “
energy to the hydration energy gives a positive value for Hsoln,
predicts relatively large heats of solution, the experime
indicating the solution process is endothermic.
ues are also relatively large, and that both values have t
sign (except for NaBr). Notice also that the variations
Small percentage errors in very the values follow the same trends when we compare the three chloride salts—LiC
large numbers can cause huge
and KCl—or the three bromide salts—LiBr, NaBr, and KBr.
uncertainties in the differences
between such numbers.
Solutions of Liquids in Liquids
To consider heats of solution when liquids dissolve in liquids, it’s useful to imagine
step path going from the initial to the final state (see Figure 13.6). We will design
liquid as the solute and the other as the solvent.
Step 1. Expand the solute liquid. First, we imagine that the molecules of one liquid
moved apart just far enough to make room for molecules of the other liquid. B
1 Energi kisi (U) didefinisikan sebagai entalpi untuk reaksi kation dan anion dalam fasa gas menjadi padatan
we have to overcome forces of attraction, this step increases the system’s potent
ionik; kebalikan dari reaksi 12.2. Oleh karena itu, untuk
energy and soreaksi 12.2 ΔH = − U.
is endothermic.
iNM 4
Lattice Energies, Hydration Energies, and Heats of Solution
Table 13.1
for Some Group 1A Metal Halides
a
Table 12.1 Energi kisi, energi hidrasi dan entalpi pelarutan beberapa garam halida.

Senyawa Energi Kisi Eenergi Hidrasi ΔHsoln perhitungan ΔHsoln eksperimen


(kJ/mol) (kJ/mol) (kJ/mol) (kJ/mol)
LiCl -853 -883 -30 -37,0
NaCl -786 -770 16 3,9
KCl -715 -868 29 17,2
NaBr -807 -854 -47 -49,0

Pelaruta zat cair dalam pelarut cair terdiri atas tiga tahap, seperti pada Gambar 12.3. Tahap 1
adalah perenggangan cairan zat terlarut. Moleku-molekul zat terlarut saling menjauh untuk
memberikan ruang yang cukup bagi molekul pelarut. Tahap ini merupakan proses endoterm
karena memerlukan energi untuk melawan tarik-menarik antarmolekul. Tahap 2 adalah
perenggangan cairan pelarut. Sama seperti tahap 1, tahap ini juga bersifat edoterm, tetapi energi
yang diserap digunakan untuk melawan tarik-menarik antarmolekul pelarut. Tahap 3 adalah
pencampuran pelarut dan zat terlarut yang sama-sama dalam keadaan terrenggangkan. Molekul
zat terlarut berinteraksi dengan molekul pelarut yang menyebabkan energi potensial keduanya
berkurang. Tahap ini bersifat eksoterm. Secara keseluruhan, entalpi pelarutan (ΔHsoln) zat cair
dalam pelarut cair adalah penjumlahan entapi untuk ketiga tahap tersebut. 13.2 | Heats of Solution 59

Endothermic Endothermic Figure 13.6 | Enthalpy of solution fo


the mixing of two liquids. To analyze t
enthalpy change for the formation of a
solution of two liquids, we can imagine
hypothetical steps shown here. Step 1: T
Step 2 Step 1 molecules of the liquid designated as th
solvent move apart slightly to make roo
Expanded solvent Solvent Solute Expanded solute for the solute molecules, an endotherm
process. Step 2: The molecules of the so
Direct
formation are made to take up a larger volume to
of solution make room for the solvent molecules, w
is also an endothermic change. Step 3:
Step 3 Step 3 expanded samples of solute and solvent
spontaneously intermingle, their molec
also attracting each other, making the st
exothermic.
Exothermic Exothermic
Solution

Gambar
Step 2. Expand 12.3 Diagram
the solvent liquid. Theentalpi
seconduntuk
step is proses pelarutan
like the first, duatozat
but is done the other
cairan(larutan
liquid (the solvent). On enthalpyzat cair dalam
diagram (Figure zat
13.7)cair).
we have climbed two energy
steps and have both the solvent and the solute in their slightly “expanded” conditions.
Step
Larutan Ideal 3. Mix the expanded liquids. The third step brings the molecules of the expanded
solvent and solute together to form the solution. Because the molecules of the two
Pada proses pelarutan
liquids seperti
experience mutualGambar
forces of12.3, jika kalor
attraction, yang
bringing diperlukan
them padathe
together lowers tahap 1 dan 2 sama
dengan kalor yangpotential
system’s dilepaskan pada
energy, tahap
so Step 3, maka entalpi
3 is exothermic. pelarutan
The value of Hsolnsama dengan
will, again, 0. Kondisi
be the
seperti ini merupakan kondisi khusus dan larutan yang terbentuk disebut larutan ideal. Jadi, larutan
net energy change for these steps.
ideal adalah larutan yang entalpi pelarutannya sama dengan 0. Ini terjadi pada larutan benzen
Ideal Solutions
(C6H6) dalam karbondiagram
The enthalpy tetraklorida (CCl13.7
in Figure 4). Gaya interaksi antara molekul C6H6 dengan molekul CCl
Expanded Expanded
solute 4
solvent
shows the special case when the sum of 5
iNM
the energy inputs for Steps 1 and 2 is
equal to the energy released in Step 3, so
the overall value of Hsoln is zero. This is
very nearly the case when we make a Step 2
3
O H O C
H CH3
acetone

CH3CH2CH2CH2CH2CH3 Another pair of liquids, ethanol and hexane form a solution endothermically. In this
hexanehampir sama dengan gaya interaksi
case, the release antarmolekul
of energy in theCthird
6H6 atau
step isantarmolekul
not enough toCCl 4. Untukfor
compensate sebagian
the energy
besar larutan cat cair (larutan zat cair dalam pelarut cair) ΔHsoln ≠ 0. Pelarutan biasanya
demands of Steps 1 and 2, so the solution cools as it forms. Since hydrogen-bonded etha-
nol molecules attract each other more strongly than they can attract hexane molecules,
menyerap kalor (endoterm, ΔHsoln > cannot
hexane molecules
0) ataupush
melepaskan kalor (eksoterm, ΔHsoln <
their way into ethanol without added
0). Misalnya,
energy to disrupt
air dan aseton membentuk
some oflarutan secarabonding
the hydrogen eksoterm, yang
between berarti
ethanol kalor yang dilepaskan pada
molecules.
tahap 3 lebih besar daripada kalor yang diserap pada tahap 1 dan 2. Hal ini disebabkan oleh tarik-
Gas Solubility
menarik molekul air dengan molekul aseton lebih kuat daripada tarik-menarik antarmolekul aseton,
(CH3)2CO. Unlike solid and liquid solutes, only very weak attractions exist between gas molecules, so
the energy required to “expand the solute” is negligible. The heat absorbed or released
Heksana (C6H14) dan etanol
when a (C
gas2H 5OH) membentuk
dissolves in a liquid haslarutan secara
essentially endoterm. Kalor
two contributions, yang
as shown diperlukan
in Figure 13.8:
pada tahap 1 dan 2 lebih besar daripada kalor yang dilepaskan pada tahap 3, karena tarik-menarik
1. Energy is absorbed when “pockets” in the solvent are opened to hold gas molecules. The
antarmolekul etanol lebih kuat daripada
solvent must betarik-menarik
expanded slightlyantara molekul etanol
to accommodate denganofmolekul
the molecules the gas. This
heksana. requires a small energy input, since attractions between solvent molecules must be
overcome. Water is a special case; it already contains open holes in its network of
Pelarutan gas dalam pelarutloose
cairhydrogen
juga terjadi melalui
bonds aroundtahap-tahap seperti
room temperature. Forpada
water,Gambar
very little 12.3,
energytetapi
is
energi yang diperlukan untuk merenggangkan
required zat that
to create pockets terlarut dapat
can hold gasdiabaikan
molecules. karena tarik-menarik
antarmolekul gas sangat2.lemah.
EnergySehingga ΔHsoln
is released when gas pelarutan gas hanya
molecules occupy ditentukan
these pockets. oleh entalpi
Intermolecular attractions
between the gas molecules and the surrounding solvent
tahap 2 dan tahap 3, yaitu kalor yang diserap untuk merenggangkan pelarut dan kalor yang molecules lower thedilepas
total
energy, and energy is released as heat. The stronger the attractions are, the more
ketika molekul pelarut berinteraksi dengan
heat is released. molekul
Water gas.ofKedua
is capable tahap
forming ini ditunjukkan
hydrogen padagases,
bonds with some Gambar
12.4. such as ammonia and hydrogen fluoride, while organic solvents often can’t.

Gaseous Expanded Gaseous Expanded


solute solvent Gaseous Water solute solvent
solute
ENTHALPY OF SYSTEM

Mixing H1
H2 is – Solution Solution
Gaseous Organic Expansion DIR H2
of solvent Hsoln is ECT
solute solvent exothermic
H1 is +

CT Hsoln is
DIRE endothermic

(a) (b)

Figure 13.8 | A molecular model of gas solubility. (a) A gas dissolves in an organic solvent.
Gambar 12.4 Diagram entalpi
Energy pelarutan
is absorbed to opengas. (a) Pelarutan
“pockets” in the solventgas
thatdalam
can holdpelarut organik.InEnergi
the gas molecules. the second
diperlukan untuk membentuk
step, energy isrongga padathepelarut
released when yangenter
gas molecules akanthediisi olehwhere
pockets, molekul
they aregas. Energi
attracted to the
dilepaskan ketika molekul gas masuk ke dalam rongga-rongga pelarut karena terjadi tarik-
solvent molecules. Here the solution process is shown to be endothermic. (b) At room temperature,
menarik antara molekul
water’spelarut dan molekul
loose network of hydrogengas. (b)already
bonds Pelarutan
containsgas dalam
pockets air. accommodate
that can Pada suhu gas ruang,
molecules, so little energy is needed to prepare the solvent to accept the gas. In the second step,
jaringan ikatan-H pada air sudah cukup renggang untuk mengakomodasi molekul gas,
energy is released as the gas molecules take their places in the pockets, where they experience
sehingga pembentukan rongga pada pelarut air menyerap energi yang sangat kecil. Energi
attractions to the water molecules. In this case, the solution process is exothermic.
yang cukup besar dilepaskan ketika molekul gas memasuki rongga-rongga ini.

Gambar 12.4 menunjukkan dua fenomena yang berlaku umum pada larutan gas, yaitu
(1) Pelarutan gas dalam pelarut organik umumnya terjadi secara endoterm, karena energi yang
diserap pada tahap 1 lebih besar daripada energi yang dilepas pada tahap 2.
jespe_c13_585-633hr.indd 592 11/15/10 4:44 P

(2) Pelarutan gas dalam air umumnya terjadi secara eksoterm. Dalam air sudah terdapat
rongga-rongga yang cukup untuk menampung molekul gas, sehingga tahap 1 menyerap
energi yang sangat kecil, dan energi yang lebih besar dilepaskan ketika molekul gas
berinteraksi dengan molekul air.

iNM 6
12.3 Kelarutan Dipengaruhi oleh Temperatur.
Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut yang membentuk larutan jenuh dalam sejumlah pelarut
pada temperatur tertentu. Kelarutan bisanya dinyatakan dalam massa zat terlarut per 100 g
pelarut. Satuan kelarutan yang lain adalah jumlah mol zat terlarut per liter larutan (M). Dalam
larutan jenuh terjadi kesetimbangan dinamik antara zat terlarut yang larut dengan zat terlarut yang
tidak larut. Misalnya, pada larutan jenuh I2 dalam air, terjadi kesetimbangan antara padatan I2
dengan I2 yang terlarut.
I2(s) ⇌ I2(aq) (12.5)
Sepanjang temperatur dijaga tetap, konsentrasi zat terlarut di dalam larutan akan tetap sama. Jika
temperartur diubah, kesetimbangan ini akan terganggu, dan akibatnya konsentrasi zat terlarut
akan berubah, bertambah atau berkurang. Pengaruh temperatur pada kelarutan dapat dianalisis
menggunakan azas Le Chatelier. Jika pelarutan suatu zat merupakan proses endoterm,
peningkatan temperatur menyebabkan kelarutan bertambah besar; kesetimbangan bergeser ke
kanan. Sebaliknya, untuk pelarutan yang eksoterm, peningkatan temperatur menyebabkan
kelarutan menjadi lebih kecil. Pelarutan zat terlarut di sekitar titik jenuhnya, pada konsentrasi yang
mendekati konsentrasi jenuhnya, umumnya bersifat endoterm. Oleh karena itu, pada umumnya,
594 Chapter 13 | Mixtures at the Molecular Level: Properties of Solutions
kelarutan suatu zat bertambah besar jika dipanaskan.
600 Besarnya pengaruh
According temperatur
to Le Châtelier’s padawhen we add heat
principle,
kelarutan
energy sangat
to raise bervariasi, seperti
the temperature, the systemyang responds by con-
suming some of the energy we’ve
dapat dilihat pada Gambar 12.5. Besarnya added. This causes the equi-
500 librium in Equation 13.1 to “shift to the right.” In other
pengaruh T pada kelarutan dapat dilihat dari
words, more solute is dissolved when equilibrium is reestab-
gradienThus,
lished. kurva kelarutan
when terhadap
the solution processT.isKurva
endothermic (and it
400 kelarutan
usually NH4NO3 memiliki
is endothermic near thegradien
saturation atau
point), raising the
NH4NO3 temperature
kemiringan yang tinggi. Kelarutan NH4NOsolute.
will increase the solubility of the 3 This is a
Sucrose common situation for solids dissolving in liquid solvents.
100 g H2O

meningkat cukup tajam pada peningkatan


g solute

(table sugar)
300 How much the solubility is affected by temperature varies
suhu dari
widely, 0 - 80
as seen
oC, sedangkan kelarutan NaCl
in Figure 13.10.
praktis
Some tidak
solutes,dipengaruhi oleh T.sulfate, Ce2(SO4)3, become
such as cerium(III)
Nal
200 less soluble with increasing temperature (Figure 13.10). Energy
Kelarutan
must beberapa
be released zat, seperti
from a saturated Ce2of
solution (SOCe42)(SO
3,
4)3 to make
NaOH
berkurang
more solute dengan
dissolve. meningkatnya
For its equilibriumT, walaupun
equation, we must
100 show
tidak“energy” on the
significat. Halright side because
ini berarti heat istitik
di sekitar released.
NaBr
KCl jenuhnya pelarutan Cesolute
soluteundissolved 2(SO4)3 bersifat
energy (13.2)
dissolved
Ce2(SO4)3 NaCl eksoterm.
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Raising the temperature by adding heat causes dissolved solute
Temperature ( C)
to precipitate.
Figure 13.10 | Solubility in
Gambar
water 12.5 Kelarutan
versus temperature for beberapa zat sebagai
several substances.fungsi
Most temperatur.
substances become more soluble Temperature and Gas Solubility
when the temperature of the
solution is increased, but the Table 13.2 lists the solubilities of several common gases in water at different temperatures,
Kelarutan
amount Gas solubility
of this increased but all under 1 atm of pressure. In water, gases such as oxygen are usually more soluble at
Kelarutan gas dalam air umumnya
varies considerably. colderberkurang
temperatures. Dissolved
seiring oxygen in lakes,
meningkatnya streams,
T. Hal and oceans
ini sesuai dengan is extracted through
the gills of marine animals. Fish generally seek colder waters because of the higher concen-
penjelasan pada Gambar 12.4 bahwa pelarutan gas dalam air umumnya bersifat eksoterm.
tration of oxygen. Hypoxia, a condition in which oxygen concentrations are critically low,
Misalnya, kelarutan gas oksigen
hasdalam air berkurang
been known dari 0,0043
to cause massive g per 100 g air pada 20oC menjadi
fish kills.
0,0027 g per 100 g air pada 50oC.The
Sedangkan dalam
solubility of gases,pelarut
like otherorganik seperti
solubilities, can karbon
increase tetraklorida,
or decrease with tempera-
ture, depending on the gas
toluen dan aseton kelarutan gas umumnya bersifat endoterm. and the solvent. For example, the solubilities of H2, N2, CO,
He, and Ne actually increase with rising temperature in common organic solvents like
carbon tetrachloride, toluene, and acetone.
iNM 7
proportional to the partial pressure of the gas over the solution.

Cgas kHPgas (T is constant) (13.4)


Hukum Henry
where Cgas Kelarutan gas bertambah besar
is the concentration of seiring peningkatan
the gas and Pgas tekanan.
is theHalpartial
ini dapatpressure
dijelaskan dengan
of the gas above
menganalisis kesetimbangan
(c) kelarutan gas berikut.
the solution. The proportionality constant, kH, called the Henry’s law constant, is unique
gas + pelarut ⇌ larutan (12.6)
to each gas. The equation is an approximation that works best at low concentrations and
Jika for
pressures and tekanan gasthat
gases ditingkatkan,
do not kesetimbangan
react withakan themerespon
solvent.agar tekanan kembali berkurang.
Tekanan gas akan berkurang jika kesetimbangan bergeser ke kanan, yang berarti lebih banyak gas
yang terlarut.
Kelarutan gas oksigen dan nitrogen dalam air
pada 25 oC ditunjukkan pada Gambar 12.6. Garis
(at 25 C)

0.025
lurus pada kurva tersebut menunjukkan bahwa
0.020 konsentrasi O2 dan N2 terlarut meningkat secara
O2
0.015 linier seiring peningkatan tekanan. Secara
kuantitatif, konsentrasi gas yang terlarut (Cgas) dan
100 g H2O

0.010 Figure
tekanan13.12 | Solubility
gas di atas larutan (Pgasin water
) dapat dikaitkan
g gas

0.005 dengan pressure


versus persamaan (12.7).
for two gases. The
N2
amount of gas Cgasthat
= kHdissolves
Pgas increases(12.7)
1 2 3 4 5 6
Pressure (atm) asTetapan
the pressure is raised.
kH disebut tetapan Henry, yang nilainya
uniq untuk setiap gas. Persamaan Henry hanya
Gambar 12.6 Kurva konsentrasi gas terlarut berlaku pada tekanan dan konsentrasi yang
terhadap tekanan. rendah, dan hanya dapat diterapkan untuk gas
yang tidak bereaksi dengan pelarutnya.

Contoh Soal 12.1


Pada 20 oC, kelarutan gas N2 dalam air adalah 0,0152 g/L ketika tekanan parsial gas N2
585 torr. Berapakah konsentrasi gas N2 terlarut pada 20 oC jika tekanan parsial gas N2
ndd 595 ditingkatkan menjadi 823 torr.
Jawab: Soal ini berkaitan dengan pengaruh tekanan pada konsentrasi gas yang terlarut
pada T tetap, sehingga dapat diselesaikan menggunakan pers Henry.
C C
kH = 1 = 2
P1 P2
P 823 torr
C2 = 2 × C1 = × 0,0152 g/L = 0,0214 g/L
P1 585 torr

12.4 Konsentrasi Larutan


Pada stokiometri larutan, satuan konsentrasi yang paling sering digunakan adalah molar, M (mol/L),
karena dengan satuan molar kita bisa mengukur jumlah mol zat terlarut dengan mengukur volume
larutan. Konsentrasi molar zat terlarut dapat dinyatakan dengan persamaan 12.8.
mol zat terlarut
M= (12.8)
volume larutan (L)
Untuk mempelajari sifat fisik larutan pada T yang berbeda, kemolaran bukan satuan konsentrasi
yang cocok karena kemolaran larutan sedikit berubah dengan perubahan T. Volume larutan
menjadi sedikit lebih besar (memuai) jika dipanaskan, sehingga kosentrasi molarnya menjadi lebih

iNM 8
kecil pada T yang lebih tinggi. Satuan konsentrasi lain yang juga dipengaruhi oleh T adalah persen
massa terhadap volume (%-w/v), yang didefisikan sesuai persamaan 12.9.
massa zat terlarut (g)
% -w/v = × 100 % (12.9)
volume larutan (mL)
Untuk pengukuran sifat fisik larutan pada berbagai T diperlukan satuan konsentrasi yang tidak
bergantung pada T, seperti persen massa (%-w/w), molal (m) dan fraksi mol (X).

Persen Massa
Persen massa atau persen berat, biasa disingkat %-w/w, menyatakan massa (g) zat terlarut yang
ada dalam 100 g larutan.
massa zat terlarut
% -w/w = × 100 % (12.10)
massa larutan
Misalnya, larutan NaCl 12%-w/w berarti terdapat 12 g NaCl dalam 100 g larutan.

Contoh Soal 12.2


Larutan NaCl yang konsentrasinya 3,5 %-w/w memiliki rapat massa 1,03 g/mL. Berapa
massa NaCl yang diperlukan untuk membuat 62,5 L larutan NaCl 3,5 %-w/w.
Jawab: Untuk menjawab soal ini kita perlu menghitung massa NaCl yang ada di dalam
62,5 L larutan NaCl yang konsentrasinya 3,5 %-w/w.
Langkah pertama, kita hitung dulu massa 62,5 L atau 62500 mL larutan.
g
massa larutan = ρlar × Vlar = 1,03 × 62500 mL = 64375 g
mL
Kemudian gunakan %-w/w larutan untuk menghitung massa NaCl.
massa NaCl = % -w/w × massa larutan = 3,5% × 64375 g = 2253,13 g
Secara lebih singkat, massa NaCl yang diperlukan dapat dihitung menggunakan analisis
satuan sebagai berikut.
1000 mL 1,03 g larutan 3,5 g NaCl
62,5 L larutan × × × = 2253,13 g
1 L larutan 1 mL larutan 100 g larutan

Konsentrasi Molal
Konsentrasi molal atau kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut yang ada di dalam 1 kg pelarut.
mol zat terlarut
m= (12.11)
kg pelarut
Contoh, larutan gula 0,5 m adalah larutan 0,5 mol gula dalam 1 kg air, atau 90 g gula dalam 1 kg air.
Jika diperlukan, kemolalan dapat diubah menjadi %-w/w. Persen massa larutan gula 0,5 m adalah
massa zat terlarut 90 g
% -w/w = × 100 % = × 100 % = 8,3 %
massa larutan 90 g + 1000 g
Dalam larutan yang sangat encer, 1 L larutan praktis sama dengan 1 L air murni dan massanya
sangat dekat ke 1,0 kg. Pada kondisi ini ratio mol/L praktis sama dengan ratio mol/kg, sehingga
konsentrasi molar sama dengan konsentrasi molal.

Contoh Soal 12.3


Berapakah massa NaCl yang harus dilarutkan ke dalam 500 g air untuk membuat larutan
NaCl 0,150 m?
iNM 9
Jawab: Larutan 0,150 m berarti ada 0,150 mol NaCl dalam 1 kg air. Karena massa air
adalah 500 g atau 0,5 kg, maka jumlah mol NaCl adalah 0,5 x 0,15 mol = 0,075 mol. Massa
NaCl = 0,075 mol x 58,5 g/mol = 4,39 g.
Secara lebih singkat, massa NaCl yang diperlukan dapat dihitung menggunakan analisis
satuan sebagai berikut.
0,150 mol NaCl 58,6 g NaCl
500 g air × × = 4,39 g
1000 g air 1 mol NaCl

Fraksi Mol
Fraksi mol suatu zat A (XA) dalam campuran atau larutan yang terdiri atas beberapa zat dapat
dinyatakan dengan persamaan 12.12.
nA
XA = (12.12)
nB + nC + . . . + nZ
nA, nB, nC , . . . , nZ adalah jumlah mol zat A, B, C, …, Z di dalam larutan. Jumlah fraksi mol semua zat
dalam suatu larutan sama dengan satu, XA + XB + XC + . . . + XZ = 1.

Konversi di antara satuan konsentrasi


Konversi dari suatu satuan ke satuan konsentrasi yang lain sering kali diperlukan. Misalkan pada
label larutan NaOH tertulis konsentrasi NaOH dalam satuan %-w/w , tetapi untuk keperluan titrasi
kita memerlukan satuan konsentrasi dalam molar (M). Untuk itu, kita perlu melakukan perhitungan
sederhana untuk mengubah %-w/w menjadi M. Untuk melakukan konversi satuan konsentrasi
yang diperlukan adalah definisi dari setiap satuan konsentrasi yang terkait. Berikut ini diberikan
contoh perhitungan yang dilalui untuk pengubahan satuan konsentrasi.

Contoh Soal 12.4


Sebuah botol berisi larutan KI yang konsentrasinya 0,15 m. Berapakah persen massa
(%-w/w) KI dalam larutan tersebut?
Jawab: Berdasarkan definisinya, 0,15 m berarti ada 0,15 mol KI dalam 1 kg air. Untuk
menghitung %-w/w kita memerlukan massa KI dan massa larutan.
166 g
massa KI = 0,15 mol × = 24,9 g
mol
massa larutan = massa air + massa KI = 1000 g + 24,9 g = 1024,9 g
massa KI 24,9 g
% -w/w = × 100 % = × 100 % = 2,43 %
massa larutan 1024,9 g
Soal Latihan 12.2
Hitung konsentrasi molal (m) larutan NaCl 12%-w/w.

Contoh Soal 12.5


Larutan HCl pekat adalah larutan 36,0% HCl. Massa jenis larutan ini adalah 1,19 g/mL.
Hitung konsentrasi molar (M) larutan tersebut.
Jawab: persen massa, %-w/w sering ditulis % saja. Jadi 36,0% pada soal harus dibaca
sebagai 36%-w/w. Untuk menghitung kemolaran kita memerlukan jumlah mol HCl dalam 1
liter larutan. Ini bisa diperoleh dengan melakukan perhitungan balik, yaitu menghitung mol
HCl dalam 1 liter larutan.

iNM 10
1,19 g larutan
Massa 1 L atau 1000 mL larutan adalah × 1000 mL larutan = 1190 g
1 mL larutan
Massa HCl dalam 1 L larutan adalah 36,0% X 1190 g = 428,4 g
1 mol
Jumlah mol HCl dalam 1 L larutan adalah 428,4 g × = 11,74 mol
36,5 g
mol HCl 11,74 mol
Konsentrasi molar HCl, M = = = 11,74 M
V larutan 1L
Atau, konsentrasi molar HCl dapat dihitung dengan analisis satuan sebagai berikut.
36 g HCl 1 mol HCl 1,19 g lar 1000 mL lar
× × × = 11,74 M
100 g lar 36,5 g HCl 1 mL lar 1 L lar
Soal Latihan 12.3
Satu gram aluminiun nitrat dilarutkan dalam 1,00 L air pada 20oC. Massa jenis air dan
massa jenis larutan yang dihasilkan pada 20oC berturut-turut adalah 0,9982 g/mL dan
0,9989 g/mL. Hitung konsentrasi molar dan molal larutan tersebut.

12.5 Sifat Koligatif Larutan


Sifat fisik larutan yang dipelajari pada bab ini adalah sifat fisik larutan yang bergantung hanya pada
konsentrasi zat terlarut tetapi, bukan pada jenis zat terlarut. Sifat fisik ini disebut sifat koligatif, yang
mencakup penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, peningkatan titik didih dan tekanan
osmosis.

Penurunan Tekanan Uap


Penambahan zat terlarut yang sukar menguap ke dalam pelarut cair menyebabkan penurunan
tekanan uap. Artinya, larutan dengan zat terlarut yang sukar menguap selalu memiliki tekanan uap
yang lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murninya. Tekanan uap di atas larutan, secara
singkat disebut tekanan uap larutan, disebabkan hanya oleh molekul pelarut yang ada dalam fasa
uap di atas larutan. Molekul atau partikel zat terlarut yang berada dalam fasa uap dapat diabaikan
karena zat terlarutnya sukar menguap.
Tekanan uap larutan (Plar) berbanding lurus dengan konsentrasi pelarut di dalam larutan.
Penambahan zat terlarut menyebabkan konsentrasi pelarut menjadi lebih rendah daripada
konsentrasi pelarut murni, akibatnya tekanan uap larutan lebih kecil daripada tekanan pelarut
o
murni (Ppel ). Kaitan tekanan uap larutan dengan konsentrasi larutan diberikan oleh persamaan
Raoult.
o
Plar = Xpel × Ppel (12.13)
o
Xpel adalah fraksi mol pelarut di dalam larutan, dan Ppel adalah tekanan pelarut murni.

Untuk melihat pengaruh fraksi mol zat terlarut (Xzt) pada tekanan uap larutan, pers 12.13 dapat
diubah dengan mensubstitusi Xpel = (1 − Xzt ) ke dalam pers 12.13.
o o o
Plar = (1 − Xzt ) × Ppel = Ppel − Xzt Ppel
o o
Ppel − Plar = Xzt Ppel
o
ΔP = Xzt Ppel (12.14)

iNM 11
Pada pers 12.14, ΔP adalah penurunan tekanan uap, yaitu perbedaan tekanan uap pelarut murni
dengan tekanan uap larutan. Penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut.

Contoh Soal 12.6


Karbon tetraklorida, CCl4 memiliki tekanan uap 155 torr pada 20oC. Hitung tekanan uap
larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g lilin (Mr = 311 g/mol) dalam 40 g karbon
tetraklorida, dan hitung penurunan tekanan uap larutan.
Jawab: Untuk menghitung tekanan uap larutan menggunakan pers 12.13 kita memerlukan
fraksi mol pelarut CCl4 di dalam larutan tersebut.
1 mol 1 mol
mol CCl4 = 40 g × = 0,26 mol, dan mol lilin = 10 g × = 0,0322 mol
154 g 311 g
0,26
fraksi mol CCl4, Xpel = = 0,89
0,26 + 0,0322
o
tekanan uap larutan, Plar = Xpel × Ppel = 0,89 × 155 torr = 137,95 torr
o
penurunan tekanan uap, ΔP = Ppel − Plar = 155 torr − 137,95 torr = 17,05 torr
Penurunan tekana uap juga dapat dihitung menggunakan pers 12.14 dan fraksi mol zat
terlarut, Xzt = 1 − Xpel = 1 − 0,89 = 0,11
o
ΔP = Xzt Ppel = 0,11 × 155 torr = 17,05 torr

Larutan dengan zat terlarut mudah menguap


Jika pelarut dan zat terlarut sama-sama mudah menguap, dalam uap larutan terdapat molekul
pelarut dan molekul zat terlarut. Tekanan uap larutan diberikan oleh tekanan parsial pelarut dan
tekanan parsial zat terlarut; Plar = Ppel + Pzt. Secara umum, untuk larutan yang mengandung zat A
dan B yang sama-sama mudah menguap, Plar = PA + PB. Tekanan uap masing-masing komponen
dapat dihitung menggunakan persamaan Raoult.
PA = XA × PAo dan PB = XB × PBo
Sehingga,
Plar = XA PAo + XB PBo (12.15)

Contoh Soal 12.6


Aseton adalah cairan yang mudah menguap dan memiliki tekanan uap 164 torr pada 22oC.
Pada suhu yang sama, tekanan uap air adalah 18,5 torr.
(a) Hitung tekanan uap larutan yang terdiri atas air dan aseton dengan persen mol masing-
masing 50%.
(b)Hitung fraksi mol aseton pada uap di atas larutan tersebut.
Jawab: (a) Uap larutan ini mengandung molekul air dan aseton karena keduanya cukup
mudah menguap. Tekanan uap larutan adalah jumlah tekanan parsial uap air dan tekanan
uap aseton. Tekanan uap larutan dapat dihitung menggunakan persamaan 12.15.
o o
Plar = Xaseton Paseton + Xair Pair
= (0,5 × 164 torr) + (0,5 × 18,5 torr) = 82,0 torr + 9,25 torr = 91,2 torr

iNM 12
(b) Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa tekan parsial aseton dalam fasa uap
adalah 82 torr dan tekanan parsial uap air adalah 9,25 torr.
Berdasarkan hukum Dalton, kita dapat menghitung fraksi mol aseton dalam fasa uap.
uap Paseton 82,0
Xaseton = = = 0,90
Paseton + Pair 82,0 + 9,25
Fraksi mol aseton dalam fasa uap di atas larutan tersebut adalah 0,9, jauh lebih besar
daripada fraksi molnya dalam larutan (0,5), dan aseton memberikan tekanan uap yang
lebih besar daripada tekanan uap air karena aseton lebih mudah menguap. Hal ini sesuai
dengan tekanan uap murni aseton (164 torr) yang lebih tinggi daripada tekanan uap air
murni (18,5 torr).

Hanya larutan ideal yang mengikuti hukum Raoult dan tekanan uapnya dapat dihitung
menggunakan pers 12.15. Tekanan uap larutan real tidak sama dengan tekanan uap yang dihitung
menggunakan pers 12.15. Perbedaan larutan ideal dan larutan real dapat digunakan untuk
mengetahui apakah interaksi antarmolekul dalam pelarut murni (sebelum pencampuran) lebih kuat
atau lebih lemah daripada interaksi antarmolekul dalam larutan.
Jika interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut dalam larutan lebih kuat daripada interaksi
antarmolekul dalam pelarut murni, tekanan uap larutan akan lebih rendah daripada tekanan uap
yang dihitung dari pers 12.15. Interaksi antamolekul dalam larutan yang lebih kuat menyebabkan
molekul pelarut dan molekul zat terlarut menjadi lebih sukar untuk bergerak dari fasa cair (larutan)
menuju fasa uap. Larutan real ini disebut mengalami penyimpangan negatif dan ΔHsoln < 0.
Sebaliknya, jika interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut dalam larutan lebih lemah
daripada interaksi antarmolekul dalam pelarut murni, tekanan uap larutan yang terukur akan lebih
tinggi daripada tekanan uap hasil perhitungan. Pada kondisi ini terjadi penyimpangan positif dan
ΔHsoln > 0. Kurva tekanan uap larutan (Plar), dan tekanan parsial masing-masing komponen (PA
dan PB) terhadap fraksi mol (X) ditunjukkan pada Gambar 12.7.

PBo PBo
PA + PB
Plar =
o
PAo .PB PAo
XB
Tekanan Uap
Tekanan Uap

=
PB
PA =
XA . o
PA

XA = 1 Fraksi Mol XB = 1 XA = 1 Fraksi Mol XB = 1


XB = 0 XA = 0 XB = 0 XA = 0
(a) (b)

Gambar 12.7 Kurva tekanan uap larutan terhadap fraksi mol untuk larutan A dalam B; (a)
untuk larutan yang bersifat ideal (a), dan untuk larutan tak-ideal (b). Pada (b), garis merah
menyatakan penyimpangan positif dan garis biru menyatakan penyimpangan negatif.

iNM 13
he same Freezing Point Depression
lutions and Boiling Point Elevation
tronger
present The lowering of the vapor pressure produced by the presence of a nonvola-
and have tile solute affects both the boiling and freezing points of a solution. This is
Pada Gambar
illustrated 12.7(b),
for water tekanan
in Figure 13.17.uapInlarutan (Plardiagram,
this phase ), tekananthe uap blueA (PA) dan tekanan uap cairan
cairan
solid
B (PB) tidak mengikuti garis lurus warna hitam, tetapi mengikuti garis
lines correspond to the three equilibrium lines in the phase diagram formerah atau garis biru. Garis
ure water, whichmerah
we discussed in Section 12.10. ΔHAdding a nonvolatile solute lowers the
untuk larutan dengan soln > 0 (penyimpangan positif), dan garis biru untuk larutan
por pressure of the solution, giving a new liquid–vapor
dengan ΔHsoln < 0 (penyimpangan negatif). equilibrium line for the solution,
hich is shown as the red line connecting points A and B.
When the solution freezes, the
Penurunan solidBeku
Titik that forms is pure ice; thereTitik
dan Peningkatan is no Didih
solute within the
e crystals. This is because the highly ordered structure of the solid doesn’t allow solute
Pada Halaman sebelumnya telah dibahas bahwa penambahan zat terlarut yang sukar menguap
olecules to take the place of water molecules. As a result, both pure water and the solu-
on have the samemenyebabkan tekanan uapline
solid–vapor equilibrium larutan
on themenjadi
phase lebih rendah.
diagram. Penuruan
Point A on thetekanan uap juga
mempengaruhi
agram is at the intersection of thetitik beku dan and
liquid–vapor titik solid–vapor
didih larutan. Hal ini ditunjukkan
equilibrium pada Gambar 12.8 untuk pelarut
lines for the
air. Pada diagram fasa ini, garis biru menunjukkan diagram fasa untuk air murni dan garis merah
adalah diagram fasa larutan. Penambahan zat terlarut yang sukar menguap menyebabkan
penurunan tekanan uap larutan. Garis kesetimbangan cair-uap bergeser ke bawah dan garis
kesetimbangan padat-cair All bergeser
solute stays ke kiri.
in the liquid
phase.
Ketika larutan tersebut membeku terbentuk
B
padatan air murni (es) yang persis sama seperti
es yang terbentuk dari pembekuan air murni.
Aqueous Tidak ada zat terlarut dalam kristal air.
solution
Akibatnya, air murni dan larutan memiliki garis
760
kesetimbangan padat-uap yang sama. Titik A
Pressure (torr)

Ice
pada diagram tersebut adalah titik triple larutan.
Titik beku normal (Tf) adalah temperatur (T)
4.58
ketika garis kesetimbangan padat-cair
A Water
vapor
berpotongan dengan garis P = 1 atm (760 torr).
Tf Tb Untuk air murni, perpotongan kedua garis ini
0 100 terjadi pada 0 oC, menunjukkan Tf air murni
Temperature (˚C) adalah 0 oC. Sedangkan untuk larutan, titik
er and an potongnya terjadi pada T < 0 oC, yang berarti
water (blue Gambar 12.8 Diagram
Depression of fasa airElevation
murni danof the titik beku larutan lebih rendah daripada titik
atile solute the freezing point, boiling point,
Tf . larutan Tb. beku air murni. Perbedaan kedua titik beku ini
disebut penurunan titik beku larutan (ΔTf).
Dengan melihat perpotongan garis kesetimbangan cair-uap dengan garis P = 1 atm, kita
memperoleh titik didih normal (Tb) larutan lebih tinggi daripada titih didih air. Dengan kata lain,
terjadi peningkatan titik didih. Perbedaan titik didih ini disebut peningkatan titik didih larutan (ΔTb).
Nilai ΔTf dan ΔTb berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut. Satuan konsentrasi yang
digunakan adalah molal (m) karena dengan satuan konsentrasi molal diperoleh persamaan
11/15/10 4:44 PM
sederhana yang mengaitkan ΔT dengan konsentrasi. Hubungan ΔTf dan ΔTb dengan konsentrasi
diberikan oleh persamaan berikut, yang berlaku dengan baik pada larutan encer.
ΔTf = Kf m (12.16)
ΔTb = Kb m (12.17)
Kf dan Kb adalah tetapan yang masing-masing disebut tetapan penurunan titik beku molal dan
tetapan peningkatan titik didih molal. Nilai kedua tetapan ini bergantung pada jenis pelarut, setiap
pelarut memiliki nilai Kf dan Kb yang unik. Misalnya, air memiliki nilai Kf = 1,86 oC/m dan Kb= 0,51
oC/m. Pada 1 atm, larutan 1 m gula dalam air membeku pada −1,86oC dan mendidih pada 100,51
oC. Nilai K dan K untuk beberapa pelarut diberikan pada Tabel 12.2.
f b

iNM 14
Table 12.2 Nilai Kf dan Kb beberapa pelarut.

Pelarut Tb (oC) Kb (oC/m) Tf (oC) Kf (oC/m)

Air 100 0,51 0 1,86


Asam asetat 118,3 3,07 16,6 3,90
Kloroform 61,2 3,63 -63,5 4,68
Benzena 80,2 2,53 5,45 5,07

Contoh Soal 12.7


Perkirakan titik beku larutan yang dibuat dengan melarutkan 15,0 g urea dalam 200 g air.
Jawab: Untuk menghitung penurunan titik beku, diperlukan konsentrasi zat terlarut
dengan satuan molal.
mol urea 1 mol 1
konsentrasi urea = = 15,0 g × × = 1,25 m
massa air (kg) 60 g 0,2 kg
ΔTf = 1,86 m /o C × 1,25 m = 2,33oC
Ini berarti titik beku larutan tersebut adalah 2,33 oC lebih rendah daripada titik beku air.
Jadi larutan tersebut membeku pada 0 oC − 2,33 oC = −2,33 oC.

Penurunan titik beku atau peningkatan titik didih larutan dapat digunakan untuk menentukan
massa molar suatu senyawa, misalnya senyawa baru yang rumus molekulnya belum diketahui.

Contoh Soal 12.8


Cuplikan suatu senyawa organik yang rumus molekulnya belum diketahui dilarutkan
dalam benzena. Larutan 5,65 g senyawa ini dalam 110,0 g benzena membeku pada 4,39
oC. Tentukan massa molar senyawa tersebut.

Jawab: Informasi yang diketahui adalah ΔTf = 5,45oC − 4,39oC = 1,06oC. Dari data ini
dapat dihitung konsentrasi molal (m) zat terlarut. Selanjutnya massa molar (Mr) zat
terlarut dapat dihitung dari kemolalan (m) dan massa zat terlarut (mzt) melalui persamaan
berikut.
ΔTf 1,06oC
konsentrasi zat terlarut, m = = = 0,209 m
Kf 5,07oC m −1
molzt mzt (g)
m= =
mpel (kg) Mr × mpel (kg)
mzt (g) 5,65 g
Mr = = = 245,8 g/mol
m × mpel (kg) 0,209 m × 0,11 kg
Jadi massa molar senyawa organik tersebut adalah 245,8 g/mol.

iNM 15
Soal Latihan 12.4
Larutan 5,0% senyawa X dalam pelarut sikloheksana mendidih pada 81,83oC. Perkirakan
massa molar senyawa X. Diketahui titik didih sikloheksana 80,7 oC dan Kb = 2,69oC m −1.

Tekanan Osmosis
Gambar 12.9 menunjukkan dua larutan dengan konsentrasi berbeda dipisahkan oleh membran
semi permiable yang hanya dapat dilalui oleh molekul air. Molekul air dapat bergerak dari kiri ke
kanan dan sebaliknya melalui membran tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Pergerakan
molekul air menuju larutan yang lebih pekat (ke kiri) berlangsung lebih cepat daripada arah
sebaliknya. Akibatnya, secara netto terjadi aliran molekul air dari larutan yang lebih
13.7 | Colligative encer menuju
Properties 613
larutan yang lebih pekat. Fenomena ini disebut
Semipermiable osmosis. Proses osmosis
Figure 13.18 akan terus
| Principles berlangsung
at work in osmosis.
membrane
sampai kedua larutan
(a) Osmosis. memiliki
Solvent kosentrasi
molecules pass more yang
frequently from the more dilute solution into the
sama. more concentrated one, as indicated by the
Eksperimen untuk
arrows. Thismengamati proses
leads to a gradual osmosis
transfer of solvent
from the less concentrated solution into the more
ditunjukkan pada Gambar 12.10. Awalnya terdapat
concentrated one. (b) Because the two solutions
larutan B dalam tabung
have unequal ratesdan air murnibut
of evaporation, dalam wadah
the same
A yang dipisahkan oleh membran
rate of condensation, there is a semi
gradualpermiable.
net transfer
Seiring berjalannya waktu,
of solvent from volume
the more larutaninto
dilute solution dalam
the
more concentrated one.
tabung terus bertambah karena terjadi aliran
Concentrated solution Dilute solution
molekul air (osmosis) dari wadah A melalui
= solute particle
membran. Volume larutan di dalam tabung B yang
(a) terus bertambah memberikan tekanan ke arah
Gambar 12.9 Skema proses osmosis. bawah yang menyebabkan semakin sulitnya
molekul air memasuki larutan dalam tabung.
Akhirnya, tekanan yang diberikan oleh larutan di
dalam tabung B cukup kuat untuk menghentikan proses osmosis. Tekanan yang diperlukan untuk
apter 13 | Mixtures at the
tepat Molecular Level:
menghentikan Properties
osmosis of Solutions
dari pelarut murni menuju larutan disebut tekanan osmosis.
Net
transfer
9 | Osmosis and osmotic of
solvent Weight
Initial conditions. A solution, B,
om pure water, A, by an osmotic
o osmosis has yet occurred.
(b) Piston
Dilute
ile, the volume of fluid in the solution Concentrated
solution
ased visibly. Osmosis has taken
ack pressure is needed to prevent
amount of back pressure is Solution
from the more dilute solution is greater than that ofBthe more concentrated Bsolution, but
motic pressure of the solution.
the rate of return to each is the same because both solutions are in contact with the same
Osmotic
gas phase. As a result, neither solution
membrane is in equilibrium with the vapor. In the dilute solu-
tion, molecules of solvent are evaporating
Pure water
faster thanA they’re condensing. InA the concen-
trated solution, however, just the opposite occurs; more water molecules return to the
solution than leave it. Therefore, over time(a) there is a gradual net transfer
(b) of solvent from (c)
the dilute solution into the more concentrated one until they both achieve the same con-
centration and vapor pressure.
Gambar 12.10 Osmosis dan tekanan osmosis. (a) Larutan B
Noticedipisahkan oleh“osmotic
that the term membranpressure”
osmosisuses
dengan air murni;
the word belum
pressure in a terjadi
novel way. Apart
osmosis.
from osmosis, (b) Setelah
a solution beberapa
does not “have” saat, volume
a special larutan
pressure B sudah
called osmotic pressure. What
Osmotic Pressure
osis systems are bertambah
the solution has is a karena osmosis.
concentration that(c)can
Beban dan larutan
generate dalam tabung
the occurrence of osmosis and the
ome use at hardware
An osmosis experiment associated memberikan
osmotic
is illustrated tekanan
pressure
in Figure yang
13.19. under menghentikan
Initially,the
weright osmosis;
have acircumstances. tekanan inilah
solution (B) in aThen, in proportion to the
n be installed to
tube fitted with an osmotic
solution’s yang
membranedisebut
concentration, tekanan
that dipsa into osmosis.
a container
specific of pureiswater
back pressure (A). As
required to prevent osmosis. By exceed-
ies and foulpasses,
time tastes the volume of liquid in the tube increases as solvent molecules transfer into
water. Some bottled iNM
ing this back pressure, osmosis can be reversed. Reverse osmosis is widely used to purify 16
the solution. In Figure 13.19b,both
seawater, the net
on transport
ocean-goingof water
shipsintoandthe solution
in arid has visibly
locations where fresh water is scarce, pol-
on supermarket
increased the volume.
ns water that’s been luted, or unavailable. (See more details in Chemistry and Current Affairs.)
The weight of the rising fluid column in Figure 13.19b provides a push or opposing
erse osmosis. The symbol for osmotic pressure is the Greek capital pi, . In a dilute aqueous solu-
pressure that makes it increasingly more difficult for molecules of water to enter the
Jika tekanan yang diberikan pada larutan B lebih besar daripada tekanan osmosis, terjadi aliran
molekul air dari larutan menuju pelarut murni. Peristiwa ini disebut reverse osmosis (osmosis balik),
yang diterapkan pada permurnian air.
Dalam larutan encer, tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi molar (M) larutan dan
temperatur T (K), sesuai pers 12.18.
Π = MRT (12.18)
Dengan mensubstitusi M = n/V ke pers 12.18, diperoleh pers 12.19 yang mirip dengan persamaan
gas ideal.
Π V = n RT (12.19)
Kemiripan kedua persamaan ini bukan berarti bahwa tekanan osmosis adalah tekanan yang
diberikan oleh larutan kepada dinding wadahnya seperti gas memberikan tekanan ke wadahnya.
Tekanan osmosis harus dikaitkan dengan fenomena osmosis yang terjadi jika larutan dan air murni
dipisahkan oleh membran osmosis.

Contoh Soal 12.9


Larutan sukrosa 0,001 M dan air murni dipisahkan oleh membran semi permiable.
Berapakah tekanan osmosis yang dihasilkan pada 298 K.
Jawab: Tekanan osmosis larutan ini dapat dihitung menggunakan pers 12.18 karena
konsentrasinya cukup encer.
Π = MRT
Π = (0,001 mol/L) × (0,0821 L . at m . m ol −1 . K −1) × (298 K ) = 0,0245 atm

Pengukuran tekanan osmosis larutan encer dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi molar
(M) larutan. Selanjutnya, massa molar (Mr) zat terlarut dapat ditentukan dari konsentrasi molar dan
massa zat terlarut (m) dalam larutan. Soal berikut ini merupakan contoh perhitungan Mr dari
tekanan osmosis.

Contoh Soal 12.10


Senyawa X sebanyak 1,8 g dilarutkan dalam air sehingga menghasilkan 1 L larutan. Proses
osmosis yang terjadi jika larutan ini dan air murni dipisahkan oleh membran semi
permiable dapat dihentikan dengan memberikan tekanan 558 torr pada larutan.
Perkirakan massa molar (Mr) senyawa X.
Jawab: Karena diperlukan tekanan 558 torr untuk menghentikan osmosis, berarti tekanan
osmosis larutan tersebut adalah 558 torr atau 0,73 atm. Pertama kita hitung konsentrasi
molar larutan menggunakan data tekanan osmosis.
Π 0,73 atm
M= = = 0,03 M
RT 0,082 L . at m . m ol −1 . K −1 × 298K
Selanjutnya, Mr senyawa X dihitung dari konsentrasi molar.
n m 1
M= = ×
V Mr V
m 1,8 g
Mr = = = 60 g/mol
M ×V 0,03 mol . L −1 × 1 L

iNM 17
12.6 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Tetapan penurunan titik beku molal air adalah 1,86 oC/m. Larutan NaCl 1,0 m seharusnya membeku
pada −1,86 oC, tetapi kenyataannya larutan ini membeku pada −3.37 oC yang hampir dua kali −1,86
oC. Lebih rendahnya tidik beku larutan NaCl ini disebabkan oleh ionisasi NaCl di dalam larutan. Di

dalam air, NaCl mengalami ionisasi hampir sempurna, sehingga 1,0 m NaCl akan menghasilkan
sekitar 1,0 m ion Na+ dan 1,0 m ion Cl− dan konsentrasi partikel zat terlarut menjadi 2,0 m.
NaCl(s) → Na+(aq) + Cl−(aq)
Secara teori, larutan NaCl 1,0 m membeku pada 2 × 1,0 m × (−1,86oC m −1) atau −3.72 oC.
Fakta bahwa larutan NaCl 1,0 m membeku pada −3.37 oC mengindikasikan bahwa ionisasi NaCl
tidak tepat 100%, tetapi sedikit lebih rendah.
Demikian juga dengan larutan (NH4)2SO4 1,0 m. Karena amonium sulfat merupakan elektrolit kuat, 1
mol (NH4)2SO4 terionisasi menghasilkan 2,0 mol ion NH4+ dan 1,0 mol ion SO42−, dan konsentrasi
zat terlarut menjadi 3,0 m. Secara teoritis, larutan (NH4)2SO4 1,0 m membeku pada
3 × 1,0 m × (−1,86oC m −1) atau −5,58 oC.
Dua contoh di atas menunjukkan bahwa ketika memperkirakan sifat koligatif larutan elektrolit, kita
harus menghitung ulang konsentrasi molal larutan dengan mempertimbangkan derajad ionisasi (α)
zat terlarut. Misalnya untuk senyawa ionik yang merupakan elektrolit kuat, dapat diasumsikan
ionisasinya sempurna (100%) atau α = 1. Walaupun, asumsi ini hanya benar untuk larutan yang
sangat encer. Inilah yang menjelaskan mengapa titik beku larutan NaCl 1,0 m bukan −3.72 oC, tetapi
lebih tinggi yaitu −3,37 oC.

Contoh Soal 12.11


Perkirakan titik didih larutan CaCl2 0,12 m. Asumsikan terjadi ionisasi sempurna.
Jawab: Karena larutan CaCl2 adalah elektrolit kuat dan terionisasi sempurna, kita harus
menghitung konsentrasi molal larutan setelah terjadi ionisasi CaCl2.
CaCl2(s) → Ca2+(aq) + 2Cl−(aq)
Ionosasi sempurna 1 mol CaCl2 menghasilkan 1 mol ion Ca2+ dan 2 mol ion Cl−. Jadi, dalam
larutan CaCl2 0,12 m terdapat 3 × 0,12 m atau 0,36 m zat terlarut.
ΔTb = mtotal × Kb = 0,36 m × 0,512 oC . m −1 = 0,18oC
Sehingga, titih didih larutan CaCl2 0,12 m adalah (100 + 0,18) oC = 100,18 oC.

Pengukuran sifat koligatif larutan elektrolit yang konsentrasinya diketahui dapat digunakan untuk
menentukan derajad ionisasi senyawa elektrolit yang terlarut. Berikut ini adalah contoh
perhitungan derajad ionisasi senyawa ion menggunakan data titik beku larutan.

Contoh Soal 12.12


Larutan MgSO4 0,10 m membeku pada −0,13 oC. Hitung derajad ionisasi MgSO4 dalam
larutan 0,10 m.
Jawab: Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita harus menghitung
konsentrasi molal larutan setelah terjadi ionisasi MgSO4. Andaikan MgSO4 terionisasi
sebesar x m, dengan nilai 0 < x < 0,10, maka

iNM 18
MgSO4(s) → Mg2+(aq) + SO42−(aq)
awal: 0,10 0 0
terionisasi: −x +x +x
setelah ionisasi: (0,10−x) x x
Setelah ionisasi, di dalam larutan terdapat MgSO4 (0,10−x) m, serta ion Mg2+ dan SO42−
masing-masing x m. Sehingga konsentrasi total zat terlarut (mtotal) setelah ionisasi adalah
(0,10 − x) + x + x = (0,10 + x) m
mtotal dapat dihitung dari penurunan titik beku larutan;
ΔTf = 0oC − (−0,23oC ) = 0,23oC
ΔTf = mtotal × Kf
ΔT f 0,23oC
mtotal = = = 0,12 m
Kf 1,86oC . m −1
Jadi, (0,10 + x) m = 0,12 m dan x = 0,02 m
0,02 m
Derajad ionisasi MgSO4, α = = 0,2 atau 20%.
0,10 m

Tetapan van’t Hoff


Untuk larutan elektrolit, faktor van’t Hoff (i) adalah ratio penurunan titik beku yang terukur terhadap
penurunan titik beku yang dihitung dengan asumsi zat terlarut tidak terdisosiasi (nonelektrolit).
(ΔTf )yang terukur
i=
(ΔTf )dihitung sebagai nonelektrolit
Secara teoritis, nilai i = 2 untuk NaCl, KCl dan MgSO4, karena jika terionisasi 100% masing-masing
akan menghasilkan 2 ion. Nilai tetapan van’t Hoff (i) yang terukur mencerminkan derajad ionisasi.
Semakin dekat nilai i pada nilai teoritisnya menunjukkan ionisasinya semakin mendekati 100%. Nilai
i untuk beberapa senyawa ion pada konsentrasi yang berbeda diberikan pada Tabel 12.3. Semakin
kecil konsentrasinya, nilai i semakin mendekati nilai teoritis. Nilai i yang lebih kecil daripada nilai
teoritisnya menunjukkan disosiasi senyawa tersebut kurang dari 100%. Disosiasi sempurna (100%)
hanya terjadi pada konsentrasi yang sangat rendah (mendekati 0).

Tabel 12.3 Faktor van’t Hoff beberapa senyawa ion.

Konsentrasi (m) Nilai i jika terjadi


Garam
0,1 0,01 0,001 ionisasi 100%

NaCl 1,87 1,94 1,97 2,0


KCl 1,85 1,94 1,98 2,0
MgSO4 1,21 1,53 1,82 2,0
K2SO4 2,32 2,70 2,84 3,0

Beberapa zat terlarut menghasilkan sifat koligatif yang lebih rendah daripada sifat koligatif yang
dihitung dari konsentrasi molalnya. Ini terjadi karena beberapa zat terlarut membentuk klaster yang
iNM 19
13.8 | Heterogeneous M

Molecular Association
Some molecular solutes produce weaker colligative effects than their molal concentrations
terdiri atas beberapa
would lead us to molekul
predict. diThese
dalamunexpectedly
larutan. Contohnya adalah asam
weak colligative benzoat.
properties are Jika
oftendilarutkan
evi-
dence that solute molecules are clustering or associating in solution. For
dalam air, molekul asam benzoat membentuk dimer, yaitu dua molekul asam benzoat yangexample, when
dissolved
bergabung in benzene,
melalui benzoic acid molecules associate as dimers. They are held together by
ikatan-H. Di- signifies two,
hydrogen bonds, indicated by the dotted lines in the following equation. result of the combi
molecules.
O O H O
2C6H5 9 C 9 O 9 H C6H5 9 C C 9 C6H5 C6H5–, called the
organic chemistry,
O H O
H
benzoic acid benzoic acid dimer
C

Karena satu dimer


Because terdiri atas
of association, the dua molekulofasam
depression benzoat,
the freezing maka
point of konsentrasi zat terlarut
a 1.00 m solution menjadi
of benzoic H C
acid in benzene is only about one-half the calculated value. By forming a dimer,
setengah dari konsentrasi molalnya, dan sifat koligatifnya yang terukur hanya setengah dari sifat benzoic C
acidhasil
koligatif has an effective molecular
perhitungan. mass thatini,islarutan
Akibat dimerisasi twice as much
asam as normally
benzoat calculated.pada
1,0 m membeku The−0,93 H
larger
oC. Jika tidak terjadi dimerisasi larutan asam benzoat 1,0 m membeku pada −1,86 C. and
effective molecular mass reduces the molal concentration of particles byohalf,
the effect on the freezing point depression is reduced by one-half.
Contoh Soal 12.13
Di dalam pelarut air, asam asetat (C2H4O2) membentuk dimer. Larutan asam asetat 1,0 m
13.8 | Heterogeneous Mixtures
membeku pada −1,12 oC. Tentukan persentase molekul asam asetat yang membentuk
dimer.
Up to now we
Jawab: havelarutan
Karena discussed true solutions,
tersebut membekumixtures thatoC,have
pada −1,12 makaa single
ΔTf =phase
1,12oand
C. are
uniform throughout. Heterogeneous mixtures, often called dispersions, have two or more
phases or seluruh
Jika are not molekul
homogeneous. These dalam
asam asetat are very important
larutan chemically
membentuk since
dimer, many indus-
konsentrasi molalnya
trial reactions 1can be described as heterogeneous and because omany consumer products are
menjadi × 1,0 m = 0,5 m dan ΔTf = 0,5 m × 1,86 C . m −1 = 0,93oC
dispersions of2various types. We will consider two types of these dispersions, suspensions
and colloids.
Karena ΔTf yang terukur lebih besar daripada ΔTf untuk dimerisasi sempurna (100%),
berarti dimerisasi yang terjadi kurang dari 100%.
Suspensions
Untuk menghitung %-dimerisasi, andaikan x adalah banyaknya molekul asam asetat yang
A suspension
membentuk is characterized by hitung
dimer, lalu kita the presence
nilai x. of relatively large particles mixed in a sol-
vent. To prepare such a suspension, a substance can be mixed uniformly in a solvent, or
dispersing medium, by mechanical2C 2H4O2such
means →mixing
(aq) as (C2H4Oor 2)2shaking.
(aq) However, once the
mixing process is stopped, the particles
awal: in
1,0 a suspension will start
0 to coalesce, due to attrac-
tive forces, into largedimerisasi:
particles that will−xseparate into two+0,5x phases. In other suspensions,
such as fine sand dispersed in water, the two phases separate due to gravitational forces.
You may setelah
be mostdimerisasi:
familiar with −x)
(1,0suspensions as common0,5x drugs. Solid magnesium
hydroxide
Setelah is suspended
dimerisasi,in water in a molal
konsentras preparation
larutancalled (1,0of−magnesia.
milk
adalah x) + 0,5xMany
= 1,0antibiot-
− 0,5x
ics are aqueous suspensions
o that you must “shake well before dispensing.” Some salad
Dari ΔT f = 1,12 C yang diketahui, dapat dihitung konsentrasi molal larutan,
dressings, such as those shown in the opening photograph, fall into the same category and yaitu
will separate quickly into oil and vinegarΔT layers
f soon1,12 o shaking. The settling process
C
after
m = =
in some suspensions can be accelerated by centrifugation = 0,60
where m
the gravitational forces
Kf 1,86oC . m −1
are increased many-fold by the high-speed rotation of the centrifuge.
Berarti 1,0 involving
Suspensions − 0,5x =the0,60 dan arex also
gas phase familiar. Soot from fires is one example.7
= 0,8
The result often is a layer of black grime that covers everything outdoors. Dust, some of
whichJadi, banyaknya
is ascribed molekul asam
to meteorites, asetatout
that settles yang
of membentuk dimer
the air and fine adalah
droplets of 0,8 m. within
water
a fogPersen
are examples of a solid and a liquid suspended in the gas phase respectively. Air
dimerisasi
bubbles within whipped cream or whipped egg whites are examples of a suspension of a
konsentrasi yang membentuk dimer 0,8
gas in a liquid that = will eventually separate, if not eaten first.×In 100 % = cream
whipped × 100
and%egg= 80 %
whites, the suspensions are relativelykonsentrasi awal the high viscosity hinders
long lasting; 1,0 the ability of
the gas bubbles to coalesce and form separate phases.

7
Coal- and oil-fired power plants used to be the major sources of soot and other particulates. Modern electro-
iNM static precipitators and scrubbers remove a large majority of these particulates. 20

Anda mungkin juga menyukai