PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Benda dapat kita temui dalam tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas.
Ketiganya mempunyai struktur yang sangat berbeda antara satu dan lainnya.
Meski demikian, kita perlu menerangkan sifat-sifat fisisnya, atau keadaan suatu
zat secara terperinci. Dalam keadaan padat, air dikenal dengan nama es,
sedangkan dalam bentuk gas, air dikenal dengan sebutan uap air. Cairan dan gas
biasa disebut dengan istilah fluida, karena keduanya dapat bergerak bebas.
Tetapi pada bab ini kami akan membahas tentang gas, yang memiliki
struktur paling renggang diantara semua. Sebagaimana yang lain gas juga dapat
dirubah kebentuk lainnya, seperti berubah ke bentuk cair atau kedalam bentuk
padat. Gas merupakan zat yang tidak akan lepas dari kehidupan kita, karena yang
kita hirup sehari-hari untuk kepentingan tubuh kita berupa gas. Sehingga
kehidupan kita tidak akan lepas dari gas, dan oksigen yang kita hirup berupa gas.
Selain oksigen masih banyak lagi gas yang berguna bagi kehidupan dan juga ada
gas yang dihasillkan oleh tubuh kita melalui proses pembakaran kimia. Gas yang
dihasilkan oleh tubuh kita setelah proses pembakaran adalah karbon dioksida dan
uap air.
Tetapi pada makalah ini kami tidak akan membahas lebih dalam tentang
mana gas yang bermanfaat ataupun gas yang berbahaya bagi kehidupan. Kami
akan membahas tentang sifat gas, volume dan tekanan,dan hukum-hukum gas..
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
- Untuk mengetahui bunyi hukum-hukum gas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Benda gas kebanyakan tidak bisa kita lihat keberadaanya tetapi ada juga
sebagian yang bisa kita rasakan keberadaannya. Gas merupakan salah satu faktor
penting pendukung kehidupan yang ada di bumi ini.
Pemanfaatan gas oleh manusia sangat beragam mulai dari untuk
menyalakan kompor yang berbahan bakar gas elpiji, membuat balon terbang,
untuk bahan bakar kendaraan, mengisi ban dalam kendaraan serta yang paling
utama adalah untuk bernafas ( gas oksigen ). Sedangkan pada tumbuhan gas
karbondioksida membantu mereka dalam proses fotosintesis.
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia .Sifat fisik gas bergantung
pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada
strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang
baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut :
1. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
2. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
3. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas
tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan
tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
4. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan
luar.
5. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi
merata.
6. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar
dikurangi, gas akan mengembang.
7. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan
4
mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan
suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang,
cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi
ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer.
Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya / luas. Dalam SI,
satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal
(Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa. 1 atm = 1,01325 x 10 5 Pa =
1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering
digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.
VOLUME
5
Volume atau bisa juga disebut isi/kapasitas adalah penghitungan seberapa
banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda
yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan
misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak
beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume digunakan untuk
menentukan massa jenis suatu benda
Rumus volume
Rumus volume digunakan untuk benda yang beraturan:
1 m3 = 103 dm3 = 106 cm3
1 Kl3 = 10 Hl3 = 102 Dal3 = 103 l3 = 104 dl3 = 105 cl3 = 106 ml3
TEKANAN
6
Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas(A).
Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali untuk
uap air, uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi perubahan dari gas
kembali menjadi cair. (dikutip dari wikipedia : kondensasi). Rumus dari tekanan
dapat juga digunakan untuk menerangkan mengapa pisau yang diasah dan
permukaannya menipis menjadi tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan
gaya yang sama akan dapatkan tekanan yang lebih tinggi.Tekanan udara dapat
diukur dengan menggunakan barometer.
Tekanan Hidrostatis
Hubungan ini dirumuskan sebagai berikut: "P = ρgh" dimana ρ adalah masa jenis
cairan, g (10 m/s2) adalah gravitasi, dan h adalah kedalaman cairan. h dihitung
dari permukaan air menuju ke kedalaman benda.
Tekanan Udara
7
Atmosfer adalah lapisan yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas hingga
1000 km ke atas bumi dan memiliki massa 4.5 x 10 18 kg. Massa atmosfer yang
menekan permukaan inilah yang disebut dengan tekanan atmosferik. Tekanan
atmosferik di permukaan laut adalah 76 cmHg.
Pengukuran tekanan darah
Pompa Hidrolik yang biasanya dipakai di bengkel-bengkel
“Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup berbanding terbalik dengan
volumenya”
Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang
tertutup adalah konstan (tetap) asalkan suhu gas tetap.
P.V=C
Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat
ditulis sebagai berikut.
8
P1 . V1 = P2 . V2
Keterangan:
Penerapan Hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja pompa. Pompa adalah
alat yang digunakan untuk memindahkan gas atau zat cair. Berdasarkan prinsip
kerja ini, pompa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pompa hisap dan pompa
tekan.
Saat penghisap ditarik, maka volume udara dalam pompa membesar dan
udara tidak dapat masuk ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari
karet. Jika pengisap ditekan maka volume udara dalam pompa mengecil dan udara
dapat masuk ke ban melalui ventil karena tekanannya membesar.
Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan volume 200 ml. Jika tekanan
ruangan tersebut adalah 60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang
volumenya 150 ml?
9
Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml
Ditanya : P2 ?
Jawab :
B.HUKUM CHARLES
10
bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut2an
berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles.
Hukum Charles dapat dinyatakan sebagai jika wadah ditempati oleh sampel gas
pada tekanan konstan maka volume berbanding lurus dengan suhu.
V / T = konstan
V adalah volume
Hukum Charles dapat disusun kembali menjadi dua persamaan berguna lainnya.
V1 / T1 = V2 / T2
V1 adalah volume awal
V2 = V1 (T2 / T1)
V2 adalah volume akhir
11
Ditanya : suhu akhir (T2)
Jawab :
Hukum Charles (proses isobarik atau tekanan konstan) :
12
gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.
Hukum Perbandingan Volume (Gay – Lussac) Pada suhu dan tekanan
yang sama perbandingan volume gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi
merupakan perbandingan bulat dan sederhana. Hukum tersebut ditetapkan oleh
Yoseph Louis Gay-Lussac (1778 – 1850) seorang ahli kebangsaan Perancis.
“Perbandingan volume gas sesuai dengan koefisien masing-masing zat yang
bereaksi”
Contoh soal :
5 liter gas propana (C3H8 C ) dibakar sempurna dengan gas oksigen menurut
reaksi: 3H8(g) + 5O2(g) → 3 CO2(g) + 4H2O
Hitung : 1. Volume gas O 2
2. Volume gas CO2 yang dihasilkan bila semua diukur pada P dan T
yang sama
Jawab : 1. Volume gas O2 = 1/ 5 x 5 liter = 25 liter
2.Volume gas CO2= 1 /3 x 5 liter = 15 liter
D. HUKUM AVOGADRO
Contoh :
- Bila V liter gas hidrogen direaksikan dengan V liter gas klor dihasilkan 2V liter
gas hidrogen kloridan pada P dan T sama.
- Bila 1 molekul gas hidrogen direaksikan dengan 1 molekul gas klor dihasilkan 2
molekul gas hidrogen klorida pada P dan T sama.
Dapat ditulis : H2(g) + C12(g) → 2HC1 Jika V = volume dan n = jumlah molekul,
13
maka dapat disimpulkan : (g) “Pada keadaan P dan T yang sama, gas-gas yang
mempunyai V yang sama akan mempunyai n yang sama”.
Dapat dirumuskan :
V = volume Vx/nx = Vy / ny
n = jumlah molekul
Contoh : Pada P dan T yang sama, bila 3 liter gas CO 2 mempunyai jumlah
molekul 5, maka dalam 9 liter gas NH3 terdapat berapa molekul?
V NH3 = 9 liter
3/5=9/n
3n = 45
n = 15 molekul NH3
E.HUKUM DALTON
14
jika massa salah satu unsur tersebut tetap, maka perbandingan massa unsur yang
lain dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Hukum yang didasarkan pada pengamatan Dalton pada reaksi gas atmosfer
yang menyatakan bahwa ketika unsur-unsur membentuk senyawa, perbandingan
unsur-unsur dalam senyawa-senyawa kimia dapat dinyatakan dalam perbandingan
bilangan kecil. Sebagai contoh, reaksi dari unsur-unsur karbon dan oksigen dapat
menghasilkan karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Pada senyawa
CO2, Perbandingan jumlah karbon dengan oksigen adalah 1: 2. Sedangkan pada
CO, perbandingannya adalah 1: 1. Perbandingan unsur oksigen pada kedua
senyawa tersebut adalah 2 dan 1 yang merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Contoh Soal Jawab Hukum Dalton
Belerang (S) dan oksigen (O) membentuk dua jenis senyawa. Kadar belerang
dalam senyawa I adalah 50% dan II 40%. Apakah hukum Dalton berlaku untuk
senyawa tersebut?
Jawab:
Untuk memeriksa berlakunya hukum Dalton, ikutilah cara sebagai berikut:
15
Massa S : O dalam senyawa II = 40 : 60 = 1 : 1,5
Jika massa belerang dalam kedua senyawa sama, misalnya sama-sama 1 gram,
maka perbandingan massa oksigen dalam senyawa I : senyawa II = 1 : 1,5 = 2 : 3.
Oleh karena angka perbandingan merupakan bilangan bulat dan sederhana, berarti
kedua senyawa memenuhi hukum perbandingan berganda.
F. HUKUM GRAHAM .
Hukum Graham menyatakan bahwa laju efusi dan difusi gas berbanding
terbalik dengan akar kuadrat massa molarnya. Efusi adalah kerja yang dilakukan
gas untuk melewati lubang-lubang kecil pada wadahnya, seperti atom helium yang
keluar melalui pori-pori kecil pada balon yang kempes setelah beberapa hari.
Sedangkan yang dimaksud dengan difusi adalah kerja yang dilakukan gas untuk
melewati gas lain. Misalnya, apabila isi sebotol amonia dituang di pojok sebuah
ruangan, bau amonia akan segera tersebar ke seluruh ruangan. Semakin berat
molekul sutu gas, semakin lambatlah laju efusinya atau laju difusinya.
1
rA
rB
rA
=
√ dA
1
dB
dB rA tB MB
1
rB = √ dA
atau r
B
= tA = [ ]
MA
2
16
r : laju efusi
d : density / kerapatan
M: Mr
t:waktu
contoh soal :
Satu mol gas N2 memerlukan waktu 30 detik untuk berefusi melalui satu lubang
dan satu mol gas X memerlukan waktu 52 detik untuk berefusi melalui satu
lubang yang sama pada kondisi sama. Berapakah massa molar gas X itu?
Penyelesaian :
Waktu yang diperlukan utuk berefusi berbanding terbalik dengan
kecepatan efusi . Makin sedikit waktu yang diperlukan untuk berefusi , makin besar
kecepatan efusinya.
rN tx Mx
2
=
rx tN 2
=
MN√ 2
52 detik Mx
30 detik
=
√
28 gr / mol
Mx = 84 gr / mol
17
Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan standar,
kebanyakan gas nyata berperilaku seperti gas ideal. Banyak gas
seperti nitrogen, oksigen,hidrogen, gas mulia dan karbon dioksida dapat
diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang masih dapat ditolerir.
Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal pada temperatur tinggi
dan tekanan rendah, karena kerja yang melawan gaya intermolekuler menjadi jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan energi kinetik partikel, dan ukuran molekul
juga menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan kosong antar
molekul.
Model gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi,
karena gaya intermolekuler dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas
ideal juga tak dapat dipakai pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan
gaya intermolekuler kuat, seperti uap air. Pada beberapa titik ketika suhu rendah
dan tekanan tinggi, gas nyata akan menjalani fase
transisi menjadi liquid atau solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan atau
memperbolehkan fase transisi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan
keadaan yang lebih kompleks.
V : volume,
T : temperatur dalam satuan kelvin,
Contoh Soal
1. Suatu sample gas Hidrogen memiliki volume 8.56 L pada temperatur 0oC dan
tekanan 1.5 atm. Hitunglah mol H2 pada sample ini.
18
Jawab: Untuk menghitung mol H2, kita telah memiliki data:
Maka penyelesaiannya ialah:
2. Suatu sample gas ammonia dengan volume 7.0 mL pada tekanan 1.68 atm. Gas
ini dikompres hingga mencapai volume 2.7 mL pada temperatur konstan. tentukan
tekanan gas akhir.
jawab: Untuk menghitung tekanan gas akhir, kita telah memiliki data:
Karena n dan T konstan, maka persamaan gas ideal ini dapat kita ubah ke bentuk
lainnya dan menyelesaikan soal ini:
19
2.4 PENGERTIAN TEORI KINETIK GAS
1. Gas terdiri daripada molekul-molekul yang bergerak secara acak dan tanpa
henti.
20
2. Ukuran molekul-molekul dianggap terlalu kecil sehingga boleh diabaikan,
maksudnya garis pusatnya lebih kecil daripada jarak purata yang dilaluinya
antara perlanggaran.
2. Gas dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil.
1. Gas terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar sekali, yang
senantiasa bergerak dengan arah sembarang dan tersebar merata dalam ruang
yang kecil.
2. Jarak antara partikel gas jauh lebih besar daripada ukuran partikel, sehingga
ukuran partikel gas dapat diabaikan.
Gas terdiri atas molekul –molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang
lurus ke segala arah ,dengan kecepatan yang sangat tinggi .Molekul-molekul gas
ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding
bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya
tekanan.
Volume dari molekul –molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan
volume yang ditempati oleh gas tersebut ,sehingga sebenarnya banyak ruang
yang kosong antara molekul –molekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas
mempuyai rapat yang lebih kecil dari pada cairan atau zat padat. Hal ini juga
yang menyebabkan gas bersifat kompresibel atau mudah ditekan.
21
yang satu mudah bercampur dengan gas yang lain (diffusi) ,asal keduanya tidak
bereaksi. Misalnya N2dan O2 ;CO2 dan H2; dan sebagainya.
Perhatikan sejenis gas ideal yang terdapat dalam suatu bejana silider.
volum gas ideal ini dapat diubah dengan menggerakkan pisto ke atas dan ke
bawah. Anggap bahwa benjana tidak bocor sehingga masa atau banyak mol gas
itu tetap. Persamaan gas ideal kita peroleh dengan dua cara berikut.
Jika suhu gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga
tetap , maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumnya.
P ~
pV=tetap
22
p1V1=p2V2
(mengingat n = N/NA)
PV = NkT
B. Jenis-jenis gas
a. Gas Monotomik
b. Gas Diatomik
Setiap molekul seperti sebuah bentuk dumbel (dumbbell shape) (dua bola
yang disambung oleh sebuah tongjat tegar).mplekul seperti itu dapat berotasi
terhadap salah satu dari tiga sumbu yang paling tegak –lurus terhadap satu sama
lain.akan tetapi,inarsia rotasi terhadap sebuah sumbu sepasang tongkat tegar
tersebut seharusnya dapat diabaikan dibandingkan kepada inersia rotasi terhadap
sumbu-sumbu yang tegak lurus pada tongkat,sehingga tenaga rotasi seharusnya
hanya terdiri dari dua suku,seperti Iωy2 dan Iωz2. Setiap derajat kebabasan rotasi
diharuskan oleh ekipartisi untuk mengkontribusi tenaga yang sama seperti setiap
derajat translasi, sehingga untuk suatu gas diatomic yang mempunyai gerak rotasi
dan translasi, maka:
23
c. gas poliatomik
Setiap molekul mempunyai tiga atau lebih bola (atom) yang disambung bersama-
sama oleh tongkat-tongkat didalam model kita,sehingga molekul tersebut mampu
berotasi terhadap salah satu dari tiga sumbu yang saling tegak lurus , dengan
tenaga yang cukup besar.
Maka,untuk suatu gas poliatomik yang mempunyai gerak rotasi dan gerak
translasi, maka:
Contoh soal
Jawab:
PV = 2/3 Ek
24
campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
A. SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang
mekanis, apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol Keadaan
seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila
didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang
lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah
partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap
komposisi maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada
dalam keadaan seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-
kooridnatnya tidak berubah, meskipun system berkontak dengan ingkungannnya
melalui dinding diatermik. Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah dengan
perubahan waktu.
Keadaan keseimbangan termodinamika : sistem berada dalam keadaan
seimbang termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi.
Dalam keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan
cenderung tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari
sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan seimbang termodinamika
setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N
mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan : Semua
eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara
ketiga koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain :
Dalam keadan seimbang termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat
system merupakan variabel bebas.
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum
Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi,
pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas
ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan)
yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen
dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut
25
semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar
sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk
diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil.
Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap
hasil eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada
persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Jenis gas
Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi
interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding
tekanan gas nyata (Pnyata < Pideal)
Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan
volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam
perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut
diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah – Vmolekul
Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata
dinyatakan dalam faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana
menghasilkan persamaan untuk gas nyata yaitu:
PV
PV =Z . nRT atau Z=
nRT
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat
persamaan yang menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T
dalam gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu
persamaan van der Waals, persamaan Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot,
dan persamaan Beattie-Bridgeman.
B. PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA
Persamaan keadaan van der Waals
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal.
Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara
ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas,
atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
26
deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama,
definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil
sehingga bisa diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun
mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil,
beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes
Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata,
yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van
der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut:
dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi interaksi
antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul
gas. http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah
disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku
secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan koreksi pada P dengan
mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara molekul gas dalam suatu
wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P’.
P=Pi−P' ↔ P=Pi + P'
Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu
jenis jenis gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap
volume gas tersebut, yaitu:
n2 a
'
P= 2
V
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume
molekul gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai
perkalian antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas tersebut yang
berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam
persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume)
merupakan volume gas tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan
van der Waals untuk gas nyata adalah:
( P+ P ' ) ( V −nb )=nRT
27
Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan
menjadi:
n2 a
( P+
V2 ) ( V −nb )=nRT
Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der
Waals. Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin
mendekati kondisi gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan
kemampuan gas tersebut untuk dicairkan. Berikut adalah contoh nilai a dan b
pada beberapa gas.
a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)
H2 0.244 2.661
O2 1.36 3.183
NH3 4.17 3.707
C6H6 18.24 11.54
Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada
tabel 1-2 halaman 20. Pada persamaan van der Waals, nilai Z (faktor
kompresibilitas):
nRT n2 a
P= − 2
( V −nb ) V
PV PV nRT .V n2a . V
Z= ↔ = − 2
nRT nRT (V −nb ) nRT V nRT
V an
Z= −
(V −nb ) VRT
Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan
van der Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat
tiga (persamaan kubik) dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan dan
kalikan dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas dibagi dengan P, maka
diperoleh:
nRT 2 n2 a n3 ab
(
V 3− nb+
P ) ( ) ( )
V +
P
V−
P
=0
28
0.006 Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals
0.004
f(V) 0.002
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
-0.002
-0.004
-0.006
V (L/mol)
b. Persamaan Berhelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm),
yaitu:
6 T C2
PV =nRT 1+
[
9 P Tc
128 Pc T
1− 2
T ( )]
Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan Tc = temperatur kritis
29
(temperatur pada titik kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama
seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini bermanfaat untuk
menghitung massa molekul suatu gas.
c. Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-
Bridgeman ini terdiri atas dua persamaan, persamaan pertama untuk
mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan kedua untuk mencari
nilai volume molar (Vm).
RT β γ δ
P= + 2+ 3+ 4
Vm V m Vm Vm
RT β γ δ
V m= + + +
P RT ( RT )2 ( RT )3
Dimana:
Rc
β=RT β O− A 0−
T2
RcB O
γ =−RT Bo b+ A 0 u−
T2
R B o bc
δ=
T2
Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda
pada setiap gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada
tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan hasil perhitungan yang sangat
akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang didapat melalui
eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan
tekanan yang luas.
Persamaan keadaan Redlich-Kwong
RT A
p 1/2
v B T v v B
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals
30
pv v RT v a
RT RT v b RT v 2
1 a
Z
b vRT
1
v
Persamaan keadaan Redlich-Kwong:
pv v RT v A
RT RT v B RT T v v B
1/2
1 A
Z
1
B RT 3/2
v B
v
Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan
Van der Waals menjadi:
a
p 2 v b RT
v
a ab
pv pb 2 RT 0
v v
pv 3 pb RT v 2 av ab 0
RT 2 a ab
v 3 b v v 0
p p p
Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori.
Hukum-hukum berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:
a. Hukum Boyle
Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding
terbalik dengan tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukan :
V = K1/ P
V =Volume gas.
31
P =Tekanan gas.
K1 =Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan satuan
P dan V
b. Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal
pada tekanan tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal
bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:
dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun
1802, namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques
Charles dari sekitar tahun 1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat
hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum Boyle, hukum Charles, dan
hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum gas tersebut
bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Charles
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan
naiknya suhu. Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara
sistematis dapat ditulis:
V = b.T
V = suhu dalam Kelvin
b = tetapan
V = volume gas
c. Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama.
32
Karena jumlah partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka
hukum Avogadro sering dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama
(konstan),gas-gas dengan volume yang sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu
A = tetapan
n = jumlah mol
Sifat gas alam Berat molekul (BM) Merupakan jumlah massa atau berat
dari setiap satuan molekul zat. Sedangkan untuk berat molekul juga sering dikenal
dengan sebagai massa molekul realitif (Mr).
Mr = ƩAr
33
membulatkan nomor massa yang tertera dalam tabel periodik. Dalam soal,
biasanya data berat atom (Ar) sudah diketahui.
39,102 15,9994
K C
19 8
Penyelesaian:
Diketahui: Ar K = 39
Ar O = 16
Ditanyakan: Mr K2O= ....?
Jawab: Mr K2O= Ar K + Ar K + Ar O
= 39 + 39 + 16
= 94 gram/mol
Penyelesaian:
34
Diketahui: Ar Na = 23
Ar P = 31
Ar O = 16
Ditanyakan: Mr Na3PO4 = ....?
Jawab: Mr Na3PO4 = 3 Ar Na + Ar P + 4 Ar O
= (3 x 23) + 31 + (4 x 16)
= 69 + 31 + 64
= 164 gram/mol
Penyelesaian:
Diketahui: Ar H = 1
Ar C = 12
Ar O = 16
Mr
Ditanyakan: = ....?
C2H5COOH
Mr
Jawab: = 3 Ar C + 6 Ar H + 2 Ar O
C2H5COOH
= (3 x 12) + (6 x 1) + (2 x 16)
= 36 + 6 + 48
35
2.7 PANAS JENIS DAN KAPASITAS GAS
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu benda ke
benda lainnya karena adanya perbedaan suhu. Ketika dua benda yang memiliki
perbedaan suhu bertemu maka kalor akan mengalir (berpindah) dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Contohnya ketika kita
mencampurkan air dingin dengan air panas, maka kita akan mendapatkan air
hangat. Banyak yang tidak tahu perbedaan antara suhu dan kalor, Suhu adalah
nilai yang terukur pada termometer, sedangkan kalor adalah energi yang mengalir
dari satu benda ke benda lainnya. Adapula ilmuan dari Amerika bernama
Benjamin Thompson mengatakan bahwa kalor bukanlah zat alir, melainkan energi
yang terjadi karena adanya proses mekanik, seperti gesekan.
B. RUMUS DAN SATUAN KALOR
Satuan kalor adalah Kalori (Kal) atau Joule (J). Kalori adalah banyaknya kalor
yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air agar suhunya menjadi 1 derajat
Celcius.
1 Kalori = 4,2 Joule
1 Joule = 0,24 Kalori
Rumus Kalor :
Keterangan :
Q = Kalor (J)
m = Massa Benda (kg)
c = Kalor Jenis (J Kg oC)
∆T = Perubahan Suhu (oC)
36
C. KALOR DAN PERUBAHAN PADA BENDA
1. Kalor Dapat Mengubah Suhu Zat
Pada hakikatnya, setiap benda yang suhunya lebih dari nol mutlak, maka benda
tersebut memiliki Kalor. Kandungan kalor inilah yang akan menentukan berapa
suhu tersebut. Apabila benda ini dipanaskan maka benda tersebut menerima
tambahan kalor sehingga suhunya meningkat. Sedangkan apabila benda tersebut
didinginkan maka benda tersebut melepaskan kalor sehingga suhunya menurun.
2. Kalor Dapat Mengubah Wujud Zat
Beberapa benda jika diberikan kalor dalam satuan tertentu, benda tersebut akan
mengalami perubahan wujud. Contohnya adalah ketika es dipanaskan (diberi
kalor) maka es (wujud padat) tersebut akan menjadi air (Wujud Gas), dan apabila
pemanasan terus dilakukan maka air tadi juga akan menjadi Gas. Titik dimana
suatu zat akan berubah menjadi Zat Cair disebut Titik Cair atau Titik Lebur
benda.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa jika kalor diberikan pada dua benda
yang berbeda, maka akan menghasilkan suhu yang berbeda pula, Contohnya
ketika minya dan air dipanaskan dengan suhu yang sama maka minyak akan
37
memiliki perubahan suhu 2 kali lebih besar dibandingkan air. Hal Ini disebabkan
oleh perbedaan kalor jenis yang dimiliki suatu benda. Kalor Jenis Benda adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari 1 kg massa benda
tersebut menjadi 1 derjat celcius. Satuan dari Kalor Jenis adalah Kalori /
GramoCelcius atau dalam Sistem Internasional ditetapkan dengan Joule /
KilogramoCelcius. Kalor Jenis dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
KALOR JENIS
Keterangan :
Q = Kalor (J)
m : Massa Benda (kg)
c = Kalor Jenis (J Kg oC)
螖 T = Perubahan Suhu (oC)
Sedangkan kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu zat tersebut sebanyak 1 derajat Celcius. Jika kalor Q menghasilkan suhu
sebesar t maka kapasitas kalor dapat dirumuskan
E. PERPINDAHAN KALOR
38
Seperti yang telah kami jelaskan di awal bahwa perpindahan kalor terjadi dari
benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Ada tiga jenis perpindahan
kalor yang dapat terjadi, yaitu :
39
bantuan faktor luar seperti tekanan. Contohnya adalah pada kipas angin yang akan
membawa udara dingin ke tempat yang panas, dan radiator mobil yang memiliki
sistem pendingin mesin.
Perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi dapat dicegah dengan
mengisolasi ruangan tersebut. Contoh sederhana penerapan cara ini adalah pada
termos. Termos digunakan untuk menjaga suhu air tetap panas dengan mencegah
perpindahan kalornya.
40
F. KALORIMETER
Kalorimeter ini terdiri atas dua buah bejana dari tembaga yang kalor jenisnya
belum diketahui. Bejana tembaga kecil diletakkan dalam bejana lain yang lebih
besar. Agar kedua bejana tidak bersentuhan, diantara kedua bejana tersebut
diletakkan isolator sebagai bahan penyekat kalor, contohnya gabus. Bahan isolator
ini berfungsi untuk menahan kalor yang ada di dalam kalorimeter agar tidak
keluar serta tidak ada kalor yang masuk dari luar. Umumnya tutup yang
digunakan terbuat dari bahan kayu yang juga dapat berfungsi sebagai isolator
yang baik. Pada tutupnya terdapat dua buah lubang yang berguna untuk
meletakkan termometer dan pengaduk. Pada waktu sampel logam dimasukkan ke
dalam kalorimeter, air di dalamnya tidak perlu diaduk agar sistem dapat mencapai
keseimbangan termal dengan segera. Batang pengaduk ini biasanya terbuat dari
bahan yang sama dengan bejana kalorimeter.
41
2.8 VISKOSITAS GAS
“Viskositas adalah ukuran tahanan yang diberikan oleh suatu fluida
terhadap gaya geser terapan.” (Robert A. Alberty, 1984: 144) Semakin tinggi
interaksi dan ikatan antar molekul fluida, semakin tinggi tahanan yang diberikan
oleh suatu fluida ke tekanan geser yang diterapkan pada fluida tersebut,
karenanya, viskositas fluida akan semakin tinggi. tekanan geser adalah gaya geser
dibagi dengan luas. Tekanan geser berbanding lurus dengan dengan laju regangan
geser (atau gradien velocity).
Dimana :
dV
τ =µ
dY
τ = Tekanan geser
µ = Viskositas
42
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Atau kita sebut juga sebagai gesekan internal fluida. Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir.
Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan
oleh tumbukan antara molekul.
43
T = waktu alir (detik)
P = tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm2)
R = jari-jari pipa dialiri fluida (cm)
V = volume zat (liter)
L = panjang pipa (cm)
Satuan viskositas didefinisikan sebagai tekanan geser dibagi dengan
gradien velocity
N.Sec/m2. Satuan berikut juga sering digunakan: cP = 0.001 N.Sec/m 2 dan Poise =
100 cP = 0.1 N.Sec/m 2. Rumus viskositas pada komponen gas murni menurut
persamaan Golubev (Jamal. M. Saleh, Ph.D., PE,2002:2.24) dapat didefinisikan
sebagai berikut:
μ=μ ¿c T 0.965
r T r <1.0
0.29
0.71+
Tr
μ=μ ¿c T r T r >1.0
dimana:
2
3.5 M w5 P 3c
μ¿c = 1
T 6c
44
Mw=Molecular weight
Pc=Critical Pressure
Tc=Critical Temperature
μ=Viscosity ,micro P
Tr=T /Tc
GAS LIQUEFACTION
Menurut teori kinetik, jika energi kinetik molekul-molekul gas diturunkan dengan
menurunkan temperatur secukupnya, gaya antar molekul akan menjadi efektif
dalam mengikat partikel-partikel dalam keadaan cair. Demikian pula merapatkan
molekul-molekul gas dengan menaikkan temperatur akan mengefektifkan gaya
antar molekul. Jika molekul-molekul tersebut berjauhan, gaya tarik akan
melemah, tetapi dengan mendekatnya molekul-molekul itu satu sama lain, tarikan
itu akan meningkat. (Charles W. Keenan, Donald C. Kleinfelter, Jesse H. Wood,
1986:299)
Titik kritis (Tc) adalah suhu maksimum dimana gas masih dapat dicairkan
dengan cara ditekan (kompresi). Apabila suhu penekanan diatas temperatur kritis,
maka gas tersebut tidak akan mencair.
45
Proses pencairan gas dengan pendinginan pada tekanan atmosferis. Semua
gas dapat dicairkan dengan cara didinginkan pada tekanan atmosferis, asalkan
tersedia media pendingin (refrigerant) yang sesuai, yakni suhu penguapannya
lebih rendah dari titik embun (dew point) dari gas yang akan dicairkan.
Sebagai contoh:
Proses pencairan gas dengan ditekan pada suhu atmosferis, semua gas
dapat dicairkan dengan cara ditekan pada suhu atmosferis, asalkan temperatur
kritis dari gas tersebut lebih tinggi dari pada suhu atmosferis. Apabila suhu
atmosferis rata-rata diasumsikan 35oC, maka semua gas yang titik kritisnya <
35oC tidak dapat mencair bila dicairkan dengan cara ditekan hingga berapapun
tekanannya dan suhunya atmosferis.
Contoh dewpoint dan temperatur kritis pada komponen hidrokarbon fraksi ringan
Ethane -89 32
Propane -42 97
i-Pentane 28 187
n-Pentane 36 197
dapat kita lihat bahwa C3+ (propane, butane, pentane) masing-masing temperatur
kritisnya lebih tinggi dari suhu atmosferis (asumsi 35 oC), sehingga keduanya
dapat dicairkan dengan cara ditekan pada suhu atmosferis.
46
Proses pencairan gas dengan cara didinginkan dan ditekan. Dengan
metoda ini suhu pencairan gas lebih tinggi dibanding suhu pencairan pada
tekanan atmosferis. Pada operasi gas dilapangan proses pencairan gas tahap awal
dilakukan dengan cara ini. Yakni gas pada tekanan operasi didinginkan dengan
media refrigerant propan.
BAB III
PENUTUP
47
3.1. KESIMPULAN
2. Sifat-sifat gas diantaranya, Gas dapat ditekan menjadi volume yang lebih kecil,
hingga kerapatannya dapat dinaikkan, gas mendesak tekanan di sekeliling, gas
mengembang tanpa batas, gas melakukan difusi secara cepat terhadap gas lain,
partikel-partikel gas tidak dapat terlihat, seperti gas berwarna klor (kuing
kehijauan), gas mudah terbakar, seperti hidrogen dan gas sukar bereaksi secara
kimia (inert), seperti helium dan neon.
3. Gas dapat dijelaskan melalui hukum Boyle, hukum Charles, hukum Gay
Lussac, hukum Charles dan Gay lussac, Gabungan hukum gas, hukum Graham,
dan hukum Dalton tentang Tekanan Parsial.
4. Gas ideal adalah gas hipotesis yang perilaku tekanan, volume dan suhunya
dapat dijelaskan secara lengkap melalui persamaan gas ideal. Sedangkan teori
kinetik gas adalah Gas yang terdiri dari molekul-molekul yang satu dengan
lainnya dipisahkan oleh jarak yang lebih besar dari dimensinya sendiri. Molekul-
molekul dianggap “titik-titik” yang memiliki massa, tetapi memiliki volume yang
dapat diabaikan, molekul-molekul bergerak secara tetap dengan arah yang acak,
dan sering bertumbukan antara satu dengan yang lainnya. Tumbukan bersifat
elastis sempurna.
3.2. SARAN
48
4. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang teori kinetik gas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.plengdut.com/2012/11/hukum-perbandingan-volume-hukum-gay.html
http://www.kopi-ireng.com/2014/08/sifat-bendagas.html
http://doniarios.blogspot.co.id/2010/05/volume.html
http://kimiapraktikum23.blogspot.co.id/2013/11/hukum-boyle-dan-hukum-
charles.html
http://fisikazone.com/hukum-boyle/
http://iqbalfauzi11.blogspot.co.id/2014/06/sma-terpadu-ar-risalah-artikel-
49
hukum_2.html
http://smpsma.com/perbedaan-hukum-proust-dan-hukum-dalton.html
http://tatangsma.com/2015/08/contoh-soal-jawab-hukum-dalton.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Graham
https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_ideal
http://tazdevillely.blogspot.co.id/2010_07_01_archive.html
http://www.mystupidtheory.com/2015/03/hukum-hukum-gas-ideal-beserta-
contoh.html
http://staff.uny.ac.id/
50