Anda di halaman 1dari 21

 

  BAB II
DASAR TEORI
 

II.1  Bahan Isolator

 
Ada beberapa bahan isolator yang digunakan di transmisi dan distribusi
 
tegangan tinggi diantaranya sebagai berikut:
 
II.1.1 Isolasi Gas
  1. Pengertian Isolator Gas
 

  Pada umumnya isolator gas digunakan sebagai media isolasi dan penghantar
panas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada isolator gas ini adalah
ketidakstabilan temperatur, ketidaknormalan sifat kedielektrikan pada tekanan
yang tinggi dan resiko ledakan dari gas yang digunakan.

2. Klasifikasi Isolator Gas

Berdasarkan kekuatan dielektrik, rugi-rugi dielektrik, stabilitas kimia, korosi,


dll, isolator gas dapat diklasifikasikan menjadi :

a) Gas sederhana, contohnya :

 Udara

 Nitrogen

 Helium

 Hidrogen

b) Gas Oksida, contohnya :

 Gas karbondioksida

 Gas Sulphur dioksida

c) Gas Hidrokarbon, contohnya :

 Methana

 
 

 
 Ethana
 
 Propana
 
d) Gas Elektronegatif, contohnya :
 

   Gas Sulphur hexaflorida

   CH2Cl2

 
Bahan isolasi gas adalah digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai
media
  penyalur panas. Bahan isolasi gas yang dibahas dalam makalah ini adalah:

udara,
  sulphur hexa fluorida (SF6) sebagai titik berat di damping gas-gas lain yang

 
lazim digunakan di dalam teknik listrik.
a. Udara
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan
tembus yang cukup besar yaitu 30 kV/ cm. Contoh yang mudah dijumpai antara
lain : pada JTR, JTM, dan JTT antara hantara yang satu dengan yang lain dipisahkan
dengan udara. Hubungan antara tegangan tembus dan jarak untuk udara tidak linier
seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
b. Sulphur Hexa Fluorida
Sulphur Hexa Fluorida (SF+) merupakan suatu gas bentukan antara unsur
sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis.
Molekul SF6 mempunyai 6 atom Fluor yang mengelilingi sebuah atom
Sulphur, di sini masing-masing atom Fluo mengikat 1buah elektron terluar atom
Sulphur. Dengan demikian maka SF6 menjadi gas yang inert atau stabil seperti
halnya gas mulia. Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai
massa jenis 6,139 kg/m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu 00 celsius dan
tekanan 1 atmosfir. Sifat lainnya adalah : tidak terbakar, tidak larut pada air, tidak
beracun, tidak berwarna dan tidak berbau. SF6 juga merupakan bahan isolasi yang
baik yaitu 2,5 kali kemampuan isolasi udara.
c. Gas-gas lain
1. Gas bentukan fluoro organic misalnya C7F14, C7F8, C14, F24
mempunyai tegangan tembus yang tinggi, berkisar antara 6 – 10 kali
tegangan tembus udara. Pemakaian gas ini cocok untuk bahan isolasi
pada alat-alat pemutus.

 
 
2. Gas karbon dioksoda (CO2) dapat digunakan sebagai gas residu pada
 
bahan dielektrik cair (minyak) pada alat-alat tegangan tinggi, antara
  lain: kabel dan trafo.

  3. Gas neon adalah salah satu gas mulia yang banyak digunakan sebagai
bahan pengisi lampu-lampu tabung.
 

  II.1.2 Isolator Cair


1. Pengertian Isolator Cair
 
Bahan isolasi cair ini biasanya digunakan pada peralatan seperti transformator,
 
pemutus beban, rheostat. Bahan isolasi cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai
 
pemisah antara bagian yang bertegangan atau pengisolasi dan juga sebagai
  pendingin. Persyaratan agar bahan cair dapat digunakan sebagai bahan isolasi
adalah mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang tinggi . Beberapa
alasan digunakannya bahan isolasi cair adalah sebagai berikut:
 Isolasi memiliki kerapatan 100 kali atau lebih dibandingkan
denganisolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih
tinggi menurut hukum Paschen.
 Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan
secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang
timbul akibat rugi energi.
 Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing )
jika terjadi pelepasan muatan( discharge). Namun kekurangan utama
isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.

2. Penerapan Isolasi Cair


a. Minyak Transformator
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya, minyak ini karena pengaruh
panas dari rugi-rugi di dalam transformator akan timbul hidrokarbon. Selain berasal
dari minyak mineral, minyak transformator dapat pula yang dapat dibuat dari bahan
organik, misalnya minyak trafo piranol, silicon. Sebagai bahan isolasi ,minyak
transformator harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi. Sebagian besar trafo
tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama
trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat

 
 
sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya
 
tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
 

  Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 
1. Kekuatan isolasi tinggi.
 
2. Penyalur panas yang baik memiliki berat jenis yang kecil, sehingga
 
partikel- partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat.
 
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan
 
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik.
 
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat
  membahayakan.

5. Tidak merusak bahan isolasi padat.

6. Sifat kimia yang stabil. Sebagai bahan isolasi, minyak transfomator


harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi. Pengujian tegangan
tembus minyak transformator dapatdilakukan dengan mengunakan
peralatan seperti ditunjukanpada gambar di bawah ini.

Jarak elektoda dibuat 2,5 cm, sedangkan tegangannya dapat diatur dengan
menggunakan autotransformator sehingga dapat diketahui tegangan sebelum saat
terjadinya kegagalan isolasi yaitu terjadinya loncatan bunga api. Loncatan bungaapi
dapat dilihat lewat lubang yang diberi kaca. Selain itu dapat dilihat dari voltmeter
tegangan tertinggi sebelum terjadinya kegagalan isolasi (karena setelah terjadinya
kegagalan isolasi voltmeter akan menunjukan harga nol). Tegangan tembus
nominal minyak transformator untuk tegangan kerja tertentu dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh ASTM yakni dalam standar D-877
disebutkan bahwa suatu bahan isolasi har us memiliki tegangan tembus sebesar
kurang lebih 30 kV untuk lebar sela elektroda 1 mm, dengan kata lain kekuatan
dielektrik bahan isolasikurang lebih 30 kV/mm. Sedangkan menurut standar ASTM
D-1816 suatu bahan isolasi harus mampu menahan tegangan sebesar 28 V untuk
suatu lebar sela elektroda sebesar 1,2 mm. Standar ini merupakan standar yang
diterima secara internasional dan harus dipenuhi oleh suatu bahan yang
dikategorikan sebagai suatu bahan isolasi.

 
 

  Kegunaan minyak trafo adalah selain untuk bahan isolasi juga sebagai media

  pendingin antara kumparan kawat atau inti besi dengan sirip pendingin. Untuk
minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1 MVA atau
 
bertegangan >30 kV.
 

  b. Minyak Kabel
 
Minyak kabel juga merupakan salah satu hasil pemurnian minyak bumi.
 
Minyak kabel digunakan untuk memadatkan penyekat kertas pada kabel tenag,
 
kabel tanah, dan terutama kabel tegangan tinggi, kecuali untuk menguatkan baik
  daya sekat mekanisnya, penyekat kertas, juga untuk menjaga atau menahan air
supaya tidak meresap. sekaligus sebagai elektrikum .

Pada dasarnya penyekat bentuk cair digunakan sebagai bahan pembersih pada
alat-alat listrik misalnya pada reustak. Hal ini banyak difungsikan sebagai
pengisolasi atau bahan pengisi seperti pada minyak trafo yang merupakan pemurni
bahan- bahan mineral. Oleh karena itu bahan isolasi bentuk cair banyak digunakan
karena memiliki daya tembus tinggi dan daya hantar yang kuat. Adapun kendala–
kendala yang biasa menghambat kerja yaitu misalnya pada minyak trapo biasa
terdapat air dan asam.

c. Cairan Sintesis

Di samping bahan–bahan tersebut di atas terdapat pula isolasi cair sintesis yang
juga digunakan pada teknik listrik. Isolasi cair sintesis yang sering digunakan pada
teknik listrik adalah cairan yang berisi chloor (hidrokarbon) seperti difenil (CH)
dimana 3 sampai 5. Atom hydrogen diganti dengan atom chloor .Bahan–bahan ini
diantaranya adalah sovol, askarel, araclor, pyralen, shibanol.
Sovol adalah bahan cair yang agak kental ,tidak berwarna, massa jenisnya.
Lebih besar dari minyak trafo. dan tegangan tembusnya hampir sama dengan
minyak trafo dan permiabilitasnya lebih tinggi .

 
 
Sovol yang dicampur dengan sedikit trichlobenzena (CHCL)untuk mengurangi
 
kekentalannya sehingga diperoleh bahan baru yang disebut sovtol. Karena sovol
dan  sovtol tidak terbakar bila dengan udara dan tidak menyebabkan ledakan. Maka

  itu trafo yang diisi sovtol tidak berisiko kebakaran dan ledakan sehingga sovtol
tidak digunakan pada isolasi pada pemutus dan juga bahan ini beracun sehingga
 
penggunaanya harus hati –hati.
 

 
II.1.3 Isolator Padat
 

  1. Pengertian Isolator Padat

 
Isolator padat yang digunakan dalam peralatan sistem tenaga listrik adalah
 
bahan organis, anorganis dan polimer sintetis. Contoh bahan organis adalah kertas,
kayu, dan karet, sedang bahan anorganis adalah keramik dan mika. Contoh polimer
sintetis adalah polyvinyl chloride dan resin epoksi. Bahan isolasi padat yang banyak
digunakan adalah mika, keramik, dan gelas. Kemampuan isolator sangat
dipengaruhi oleh sifat bahan isolator dan besar polutan yang menempel pada
permukaan bahan isolator. Polutan akan menyebabkan permukaan lebih konduktif.
Konduktifitas yang lebih besar ini akan menyebabkan aliran arus apabila diberi
tegangan. Besar arus yang mengalir tergantung pada besar polutan, nilai arus yang
mengalir pada permukaan isolator mempengaruhi nilai Tegangan Flashover,
semakin besar nilai arus yang mengalir maka semakin kecil nilai Tegangan
Flashover. Dalam hal ini intensitas polusi dinyatakan dalam ESDD (Equivalent Salt
Deposit Density).

2. Bahan Isolator Padat


Karakteristik dari suatu isolator baik mekanis maupun elektriknya
dipengaruhi oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dimana pada suatu
isolator bahan yang paling utama adalah bahan dielektriknya. Bahan
dielektrik dari suatu isolator harus memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi
serta tidak dipengaruhi oleh kondisi udara sekitarnya. Ada tiga jenis bahan
dielektrik isolator yang paling sering digunakan pada isolator :

 
 
1. Porselen
 
Porselen merupakan bahan dielektrik yang paling sering digunakan
  pada isolator. Hal ini terjadi karena porselen memiliki kekuatan dielektrik

  yang tinggi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara


disekitarnya.
 

  Kekuatan mekanik porselin bergnatung pada cara pembuatannya.


Kemampuan mekanis suatu porselen standar dengan diameter 2-3 cm
 
adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700kg/cm2 untuk beban tekuk
 
dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
  porselen adalah bahan yang memiliki kemampuan mekanik yang sangat
  baik pada beban tekan. Kekuatan mekanik dari porselen akan berkurang jika
dilakukan penambahan luas penampang porselen.
 

Gambar II.2 isolator porselen

Suatu dielektrik porselen dengan tebal 1,5 mm memiliki kekuatan


dielektrik sebesar 22-28 kVrms/mm. Jika tebal dielektrik bertambah maka
kemampuan dielektrik bahan berkurang. Hal ini terjadi karena medan
elektriknya tidak seragam. Bila tebal bertambah dari 10 mm menjadi 30 mm
kekuatan dielektrik berkurang dari 80 kVrms/mm menjadi 55 kVrms/mm.
Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls adalah 50-70 % lebih
tinggi daripada kekuatan dielektrik pada frekuensi daya.

2. Gelas

Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik


mekaniknya tidak jauh berbeda dari isolator porselen. Karakteristik elektrik dan

 
 
mekanik dari isolator gelas bergantung pada kandungan alkali pada isolator
 
tersebut. Semakin tinggi kandungan alkalinya maka kemampuan dielektrik
 isolator akan semakin menurun hal ini dikarenakan isolator memiliki

  konduktivitas lebih tinggi. Kekuatan dielektrik gelas alkali tinggi adalah 17,9
kVrms/mm sedangkan kemampuan dielektrik gelas alkali rendah adalah 48
 
kVrms/mm.
 
Jika isolator gelas dipasangkan pada suatu sistem tegangan arus searah.
  Maka dapat menimbulkan penguaian kimiawi gelas sehingga akan
  meningkatkan kandungan alkalinya. Dimana hal ini akan menyebabkan
penurunan kemampuan isolasi dari gelas. Berdasarkan proses pembuatannya
 
isolator gelas dibagi menjadi 2 yaitu gelas yang dikuatkan (annealed glass) dan
 
gelas yang dikeraskan (hardened glass)
 

Gambar II.3 Isolator gelas

3. Bahan komposit
Isolator komposit adalah isolator yang dikembangkan untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan dari isolator porselen dan gelas. Bahan komposit
tertua yang dikembangkan adalah isolator kertas. namun, akhir-akhir ini bahan
isolator yang paling banyak diminati adalah karet silikion (silicon rubber).
Struktur suatu isolator komposit diperlihatkan pada gambar
berikut:

Gambar II.4 isolator komposit

 
 
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, isolator komposit memiliki
 
beberapa bagian utama yaitu : inti berbentuk batang (rod) yang terbuat dari
  bahan komposit, fitting yang terbuat dari bahan logam dan bahan antar

  muka (interface).

 
II.1.4 Isolator
 
Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang
 
memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak
  bertegangan ini harus dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak
  bertegangan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi aliran arus yang tidak

 
semestinya ada antara satu bagian dengan yang lainnya. Misalnya pada
suatu jaringan transmisi, antara suatu konduktor penghantar dengan
 
konduktor lainnya dipisahkan oleh udara. Namun konduktor ini harus
digantungkan pada tower penopang sehingga dibutuhkan suatu isolator
yang cukup kuat untuk menopang konduktor ini sekaligus mengisolasi
antara konduktor dengan menara yang terhubung ke tanah agar tidak terjadi
hubung singkat ke tanah.
Isolator dapat ditemui pada setiap bagian sistem tenaga listrik.
Selain pada transmisi, isolator juga dapat ditemui pada jaringan distribusi
hantaran udara, gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan
distribusi hantaran udara isolator digunakan sebagai penggantung atau
penopang konduktor. Pada gardu induk isolator digunakan sebagai
pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan
penggantung rel dengan kerangka pendukung pemisah.

II.1.5 Kontruksi Isolator

Isolator pada umumnya memiliki tiga bagian utama yaitu bahan


dielektrik, kap dan fitting. Selain itu juga terdapat semen yang berfungsi
sebagai bahan perekat yang merekatkan ketiga bagian ini.

 
 

  Gambar II.1 konstruksi isolator piring


 

  Adapun persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang

  suatu isolator adalah sebagai berikut:


1. Isolator harus memiliki kekuatan mekanis yang kuat untuk menahan beban
 
konduktor , terpaan angin dan lain-lain.
 
2. Isolator harus menggunakan bahan dengan resistansi yang tinggi agar tidak
  terjadi arus bocor yang besar ke tanah.
3. Isolator harus memiliki kekuatan permitivitas yang tinggi agar dapat
memiliki kemampuan dielektrik yang baik.
4. Isolator harus padat dan tidak memiliki celah udara karena dapat
menimbulkan peluahan sebagian.
5. Isolator dapat menahan flashover.
6. Setiap lubang pada bahan isolator harus memiliki sumbu yang sejajar
dengan sumbu tegak isolator. Dan lubang dibuat pada temperatur
penampaan isolator.
7. Tidak memiliki lekukan runcing agar pada isolator tidak terjadi medan
elektrik yang tinggi.
8. Permukaan isolator harus licin dan bebas partikel runcing.
9. Tidak ada resiko meledak atu pecah.
10. Jarak rambat isolator harus diperbesar jika isolator ditempatkan pada
kawasan yang dihuni banyak burung.
11. Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
12. Bentuk dan dimensi sirip harus dibuat sedemikian rupa agar dapat dengan
mudah dibersih.

II.2 Jenis Isolator

Berdasarkan fungsinya didalam suatu sistem tenaga listrik isolator


dapat dibagi menjadi :
 
 

 II.1.6 Isolator Pendukung

 
Isolator pendukung ini dibuat untuk menopang batang-batang konduktor
 
yang ditempatkan baik di dalam maupun luar ruangan. Isoaltor dipakai karena
 
bagian konduktor yang bertegangan harus dipisahkan dari tiang penopang
  yang terhubung ke tanah. Pada setiap bagian atas dari isolator ini terdapat

  lekukan yang dipakai untuk menopang konduktor penghantar. Isolator


pendukung ini biasanaya hanya dioperasikan pada tegangan kerja isolator
 
dibawah 33kV. Hal ini dikarenakan jika isolator dioperasiakan pada tegangan
 
diatas 33kV, maka besar isolator menjadi tidak efisien lagi. Hal ini
  disebabkan ukuran isolator akan bertambah seiring dengan pertambahan

  tegangan kerja. Isolator pendukung terbagi atas tiga jenis yaitu : isolator pin,
isolator post, dan isolator pin-post.

Gambar II.5 Gambar Isolator Pin, Isolator Post dan Isolator Pin-Post

II.1.7 Isolator Gantung

Isolator gantung digunakan pada tiang maupun tower transmisi untuk


menggantung konduktor hantaran udara baik secara vertikal maupun
horizontal (gambar).

 
 
Gambar II.6 pemasangan vertikal dan horizontal
 
Isolator gantung digunakan pada sistem dengan tegangan kerja
 
melebihi 33 kV. Isolator gantung ini terdiri dari dua jenis yaitu isolator
  piring dan isolator batang tonggak. Untuk transmisi tegangan tinggi, isolator
  piring dirangkai berbentuk rantai. Isolator rantai ini juga biasanya
dilengkapi dengan arcing horn (busur tanduk). Hal ini dilakukan untuk
 
melindungi isolator rantai dari bahaya tegangan lebih yang dapat
 
menyebabkan isolator rantai pecah.
 

Gambar II.7 gambar isolator piring dan isolator batang

II.1.8 Isolator rantai


Isolator rantai adalah merupakan kumpulan dari beberapa isolator
piring yang disusun secara berantai sehingga menjadi satu kesatuan isolator.
Isolator rantai seperti gambar 2.8 biasanya digunakan untuk menggantung
penghantar transmisi tegangan tinggi pada menara-menara transmisi.
Penghantar ini digantung dengan menggunakan isolator agar penghantar ini
tidak menyentuh badan menara yang dibumikan. Isolator jenis ini banyak
digunakan karena pada sistem transmisi tegangan tinggi isolator ini dianggap
paling effisien untuk mengisolasi antara konduktor dengan tiang menara.

Adapun keuntungan menggunakan isolator rantai adalah:


1. Biaya instalasi isolator rantai cenderung lebih murah dari isolator pin untuk
sistem dengan tegangan lebih dari 33kV.
2. Setiap unit isolator piring dirancang untuk bekerja pada tegangan rendah.
Sehingga dapat disusun agar dapat mengisolir tegangan kerja.

 
 
3. Jika salah satu isolator piring pada suatu renteng isolator rantai rusak. Maka
 
kita hanya perlu mengganti isolator piring tersebut dengan isolator yang baru.
4.  Karna tersusun dari beberapa isolator piring maka isolator rantai memiliki

  tingkat fleksibel yang tinggi sehingga dapat mengayun mengikutikabel


transmisi.
 
5. Dengan bertambahnya permintaan akan jaringan transmisi, akan lebih
 
menguntungkan jika menigkatkan suplai daya dengan menaikkan tegangan
  transmisi. Karena tegangan transmisi naik maka isolator pendukung yang ada
  juga harus disesuaikan. Dimana isolator rantai dapat dengan mudah dinaikkan
kapasitasnya dengan menambahkan jumlah isolator piringnya.
 
6. Isolator rantai biasanya dipasangkan pada tower besi. Dimana isolator rantai
 
berada dibawah crossarm sehingga secara tidak langsung kabel transmisi
  mendapatkan proteksi terhadap petir.

Gambar II.8 Isolator Rantai

II.3 Mekanisme Kegagalan Bahan Isolator Padat

Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai
fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

a) Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis


dan suhu bahan ( dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan,

 
 
bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara. Kegagalan ini
 
terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga
  tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu

  yang sangat singkat yaitu 10-8 detik


b) Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya
 
perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat
 
sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listri yang
  terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik
  menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm
menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2.
 
c) Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran
 
(avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda
  akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi
antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan
bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi
pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada
saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda
bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan.
Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga
gas akan mengalami tekanan listrik yang besar.Akibatnya gas tersebut akan
mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya.
Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan
zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk
muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat
menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena
medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat
padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat
menyebabkan kegagalan total.
d) Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan
pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan
pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga
pada suatu saat bahan mengalami kegagalan.
e) Kegagalan Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada tidak
sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam.

 
 
II.4 Polusi Isolator
 

  Polutan ini dapat mempengaruhi konduktivitas permukaan dari isolator


tersebut sehingga dapat menyebabkan kegagalan isolasi.
 
Beberapa jenis polutan yang sangat berpengaruh terhadap tahanan permukaan
 
isolator adalah:
  1. Garam.
 
2. Petrokimia, yaitu sisa pembakaran dari industri seperti karbon
  dioksida, klorin, dan sulfur dioksida dan sebagainya.
 
3. Pasir didaerah gurun
  Kondisi cuaca akan mempengaruhi polutan pada permukaan isolator.

  Kontaminan berupa kotoran umum akan terkikis dan hilang dikarenakan tercuci
oleh hujan yang lebat sedangkan kontaminasi berupa debu akan melekat misalnya
semen, abu batu bara, petrokimia tidak akan terkikis dan hilang . Sedangkan
gerimis, kelembaban yang tinggi, dan kabut akan membuat lapisan polutan menjadi
basah sehingga dapat membuat permukaan isolator semakin konduktif.

II.5 Pengujian dan Pengukuran Pembangkit Teagangan Tinggi

Pengujian dan pengukuran pada peralatan tegangan tinggi dapat bersifat


merusak (destructive) maupun tidak merusak (non destructive).Pengujian yang
sifatnya merusak, misalnya, pengukuran tahanan isolasi, pengukuran faktor daya
dielektrik (dielectric power factor), pengukuran korona, dan sebagainya.Pengujian
yang sifatnya merusak umumnya terdiri dari tiga tahap yang bergantung kepada
tingkat tegangan.
 Pengujian ketahanan (withstand test) : tegangan tertentu diterapkan
selama waktu yang ditentukan, bila tidak terjadi lompatan (spark
over), maka pengujian memuaskan.
 Pengujian pelepasan (discharge test) : tegangan dinaikkan sehingga
terjadi pelepasan pada benda yang diuji. Pengujian dilakukan dalam
suasana kering dan suasana basah.
 Pengujian kegagalan (breakdown test) : tegangan dinaikkan sampai
terjadi kegagalan pada benda uji.
1. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik

 
 
Adapun pokok-pokok pengujian tegangan tinggi ac pada peralatan tegangan
 
tinggi meliputi :
  a) Pengujian Ketahanan dalam udara
b) Pengujian Ketahanan dalam minyak atau air
  c) Pengujian ketahanan untuk tiap isolator
  d) Pengujian lompatan (bunga api) dalam keadaan kering
e) Pengujian lompatan (bunga api) dalam keadaan basah (humidity
  tinggi)
f) Pengujian tembus atau breakdown
 

Gambar II.8 Rangkaian Pengujian

II.1.9 Pengujian Ketahanan dalam Udara


Pengujian ketahanan dalam udara diterapkan selama dua menit, dan
spesimen diperiksa apakah terjadi kerusakan atau hal yang abnormal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian yang benar-benar perlu
diperhatikan adalah :
1.Tekanan udara.
2.Suhu (udara kering atau basah).
3.Kelembaban udara.

II.1.10 Faktor Koreksi Keadaan Udara


Berdasarkan standard IEC Recomendation, Publication 52 dinyatakan
bahwa untuk standard sela bola tertentu berlaku suatu tegangan lompatan api
tertentu. Dan berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS) C-3801 dan Japanese
Electrotechnical Committe, (JEC) standard 106, dinyatakan bahwa :
a. - Tekanan barometer ............................. 760 mm Hg / (1013 mbar)
b. - Suhu sekeliling ............................. 20°C

 
 
c. - Kelembaban mutlak ............................. 11 gram / m3
 
Mengingat pengujian dilakukan pada kondisi suhu, tekanan udara dan
kelembaban
  udara di ruangan yang berbeda-beda dengan standard tersebut di atas,

  maka untuk dapat membandingkan hasil-hasil pengujian dengan tabel-tabel


normalisasi yang ada, diperlukan rumus-rumus yang dapat mengubah hasil-hasil
 
tersebut dalam keadaan standard. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui
 
apakah spesimen yang akan diuji memenuhi syarat atau tidak.
  Koreksi terhadap Tekanan Udara dan Suhu
  Hasil pengujian tersebut harus dikoreksi terhadap keadaan standard, dengan
rumus:
 
VS = VB / d (1)
 
di mana : VS = tegangan loncatan api pada keadaan standard
  VB = tegangan loncatan api yang diukur pada keadaan setempat
d= kepadatan udara relatif (relative air density)
= (bB /760)[(270 + 20) / (273 + tB)]
= 0,3816 bB/(273 + tB)
Sedangkan, bB adalah tekanan udara pada waktu pengujian (mmHg) dan tB
adalah suhu sekeliling pengujian (°C).

II.1.11 Pengujian Ketahanan dalam Minyak atau Air


Pengujian Ketahanan dalam Minyak
Untuk pengujian ketahanan dalam minyak harus dipastikan bahwa minyak
yang dipakai mempunyai ketahanan lebih dari 20 kV bila dipakai sela standar.
tegangan dinaikkan secara bebas sampai kira-kira 75 % dari tegangan yang
ditentukan, lalu dinaikkan sampai tegangan 100 % dari tegangan ketahanan tersebut
dengan kecepatan 1 kV/detik bila tegangan tersebut besarnya 100 kV atau kurang,
atau kira-kira 1 % dari tegangan ketahanan perdetik untuk tegangan lebih dari 100
kV. tegangan tesebut diterapkan selama satu menit, dan spesimen diperiksa
kembali.

II.1.12 Pengujian Ketahanan dalam Keadaan Basah


Pengujian suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada
waktu hujan, salju dan sebagainya.Oleh karena air hujan menghantarkan listrik
maka tegangan pelepasan dari alat-alat listrik yang dipasang di luar menjadi

 
 
berkurang pada waktu alat-alat tersebut basah karena hujan.. Tegangan lompatan
api  basah dipengaruhi oleh sejumlah penyiraman permenit, resistivitas air dan sudut
penyiraman.
  sudut penyiraman standar 45°terhadap garis tegak, dengan ketentuan

  bahwa penyiramannya merata. Harga-harga standar tersebut ditentukan menurut


keadaan udara, terutama keadaan hujan setempat. Oleh karena letaknya di daerah
 
tropis, kwalitas penyiraman standar untuk indonesia seharusnya lebih besar, tetapi
 
karena data yang representatif belum ada, maka untuk sementara standar dari
  Jepang akan dipakai sebagai pegangan.
  Sudut penyiramannya dapat diperiksa dengan 2 buah tabung gelas yang terkena
siraman. Bila kedua tabung itu setiap saat berisi air dalam jumlah yang sama, maka
 
sudutnya benar 45°. Berdasarkan standar Jepang tersebut, untuk air yang
 
mempunyai resistivitas lain dipakai faktor koreksi.
  Ketahanan Lapisan
Tujuan untuk mengetahui ketahanan isolasi yang mempunyai dua atau lebih
lapisan. Cara pengujian tiap lapisan adalah, pada tiap lapisan diterapkan 90%
tegangan lompatan api yang berupa tegangan AC selama dua menit. Hasil
Pengujian adalah bila tegangan yang diterapkan melampaui ketahanan isolasi maka
akanterjadi kerusakan pada isolasi.

II.1.13 Pengujian Lompatan Api Kering


Tegangan lompatan api dari sebuah isolator sangat dipengaruhi oleh bentuk
elektroda dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian
elektroda dan benda yang mengelilinginya harus diatur sedemikian rupa sehingga
keadaan yang sebenarnya ditirukan.
Tegangan pengujian dinaikkan secara bebas sampai harga 75 % dari tegangan
lompatan api yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai lompatan
api terjadi dengan kecepatan 1000 volt perdetik Tegangan lompatan didefinisikan
sebagai harga rata-rata dari lima harga lompatan yang diukur dengan batas antara
15detik sampai 5 menit. Rumus koreksi harus digunakan.

II.1.14 Pengujian Lompatan Api Basah


Cara pengujian sama dengan pengujian kering. penyiraman air dilakukan
dengan cara standar, seperti telah diterangkan di atas. Tujuan dari pengujian
lompatan api basah adalah untuk mengetahui tegangan tembus isolator dalam

 
 
keadaan hujan. Sedangkan cara pengujian adalah isolator diberi tegangan uji yang
 
berupa tegangan AC. Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara bebas sampai
mencapai
  harga 75% dari tegangan lompatan api yang diharapkan;sesudah itu

  tegangan dinaikkan sampai lompatan api terjadi dengan kecepatan 1000 volt per
detik. Pada waktu dilakukan pengujian dilakukan penyiraman pada isolator secara
 
standar sehingga mewakili kondisi hujan.Hasil Pengujian adalah terjadinya
 
lompatan listrik pada saat tegangan tertentu.
 

  II.1.15 Pengujian Tembus


  Tegangan dinaikkan sampai tegangan lompatan standar dalam keadaan kering
secara
 
bebas, lalu dinaikkan sampai terjadi penembusan (puncture) dengan
kecepatan 4 kV/detik. Tegangan tembus sangat dipengaruhi oleh kecepatan
 
menaikkan tegangan.

II.1.16 Pengukuran Tegangan Tinggi


Pengukuran tegangan tembus pada keadaan udara standar 20° C dan 1013 mbar
telah dikenal sebagai U0 karena udara dilain tempat tidak sama, maka harga U0
harus dikoreksi dengan persamaan sebagai berikut:
𝐶1+𝐶2
U= Um .................................................................................(1)
𝑐1

Diimana ,
U = Tegangan Tembus
Um= Tegangan tembus yang terukur
C = Kapasitor devider
Untuk mendapatkan hasil tegangan tembus yang sebenarnya pada saat
pengujian maka perlu faktor koreksi dengan persamaan sebagai berikut:
0,3816 b 760
 = x ................................................................................(2)
273  t 1013
Dimana untuk tegangan tembus pada benda uji didapat dari persaman:
U0 =
U
..........................................................................................................(3)

Dimana ,
U0 = Tegangan Tembus standar
U = Tegangan tembus

 
 

 = Faktor koreksi
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai