ZAT GAS
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Fisika
Disusun oleh :
Diyah Puspita Sari (221003242010449)
Nabila Agustina (221003242010453)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat- Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dibahas mengenai beberapa materi mengenai sifat-
sifat gas, hukum-hukum gas, pembagian gas, dan lain-lain. Sifat gas memiliki
beberapa keunikan, salah satunya adalah volume gas akan mengikuti ruangan
yang ditempati oleh gas tersebut. Hukum-hukum gas terbagi menjadi
beberapa, yaitu Hk.Boyle, Hk.Charless, Hk.Gay-Lussac, Hk.Avogadro, dll.
Pembagian gas, terbagi menjadi dua yaitu gas ideal dan gas non ideal. Tetapi
sejatinya pada kehidupan nyata gas ideal itu tidak pernah ada.
Gas merupakan salah satu dari empat wujud dasar materi. Jika
dibandingkan dengan padatan dan cairan, gas memiliki tingkat kerapatan
yang kecil. Molekul gas terletak saling berjauhan dan bergerak bebas ke
segala arah. Jika digambarkan, gas dapat bergerak-gerak karena adanya
tekanan.
Gas memiliki beberapa keunikan sifat, yaitu volume gas akan mengikuti
seberapa besar ruangan yang tersedia, atau dapat diartikan volume dan bentuk
gas berubah-ubah sesuai dengan tempatnya berada. Gas dapat bergerak bebas
sesuai dengan tempatnya berada, karena gas memiliki kerapatan molekul
yang rendah.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat-sifat gas
2. Untuk mengetahui pengertian gas ideal dan gas nyata.
3. Untuk mengetahui hukum-hukum pada gas
1
BAB II PEMBAHASAN
2
Apabila gas yang menempati volume yang tersedia besar
maka volume gas juga akan mengikuti wadahnya. Jika gas
tersebut dipindahkan dalam wadah yang mempunyai volume atau
ruang yang lebih kecil, maka gas akan menyesuaikan ukuran
wadahnya dengan memperbesar tekanan di dalam ruangan.
Darimana kita dapat mengukur atau mengetahui volume gas?
Volume gas dapat diukur dari ukuran wadah atau ruang yang
ditempatinya.
3
fase padatnya. Zat cair memiliki tatanan molekul yang lebih
teratur dibandingkan gas. Molekul-molekul zat cair dapat
bergerak secara bebas tetapi sangat dibatasi oleh wujudnya yang
mengikuti bentuk wadah dan tidak sembarang ruangan dalam
wadah dapat ditempatinya. Bentuk cairan akan mengikuti gaya
gravitasi sehingga cairan akan menempati pada bagian dasar
wadah terlebih dahulu. Gaya interaksi antar molekul dan gaya
adhesi kohesi tidak dapat diabaikan begitu saja. Berbeda dengan
gas, akan tersebar secara merata sehingga dapat bergerak dengan
leluasa. Interaksi antar molekul dapat diabaikan sehingga dapat
digunakan sebagai pendekatan sifat ideal suatu gas. Oleh karena
itu gas ideal selalu digunakan sebagai pendekatan dalam beberapa
perhitungan kimia.
Tekanan
Tekanan merupakan kuantitas intensif yang dibentuk dari nisbah
(ratio) antara dua kuantitas ekstensif, yaitu gaya dan luas. Sifat
ekstensif adalah sifat yang bergantung pada jumlah. Sifat intensif
adalah sifat yang tidak bergantung pada jumlah. Atau tekanan
dapat didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Misalnya jika
ada sebuah piston yang diberikan gaya sebesar 100 pound dan luas
permukaan piston tersebut adalah 100 inci 2, maka tekanan pada
setiap inci permukaan adalah 100 lb/100 in2 = 1 lb/in2 atau dapat
ditulis 1 psi (Pounds per Square Inch).
100 𝑙𝑏 1 𝑙𝑏
=
100 𝑖𝑛2 1 𝑖𝑛2
Jika tekanan dalam suatu wadah yang berisi gas sejenis, kita
dapat mengetahui dengan mudah bahwa gas yang menempati
wadah dengan ukuran yang sama akan memiliki jumlah gas yang
sama pula. Akan tetapi jika suatu gas yang menempati wadah
yang berbeda dan tekanannya berbeda, maka jumlah gasnya juga
akan berbeda. Tekanan gas dipengaruhi oleh seberapa banyak gas
yang dimasukkan ke dalam suatu wadah. Jika semakin banyak gas
4
yang
5
dimasukkan ke dalam wadah, maka akan semakin besar tekanan
yang ada di dalam gas tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya
interaksi antar molekul-molekul gas. Dan jika gas dalam suatu
wadah berkurang, maka tekanannya juga akan ikut berkurang.
Secara sistematis, besarnya tekanan dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
𝐹
𝑝=
𝐴
P = tekanan (Nm atau pascal)
-2
F = gaya (N)
A = luas permukaan (m3)
6
1 atm = 101,325 kPa
1 atm = 760 mmHg atau 760 Torr
1 atm = 14,7 lb/in2 atau Psi
Tekanan Atmosfer
Atmosfer adalah suatu lapisan gas yang mengelilingi bumi.
Gas yang terdapat pada lapisan atmosfer merupakan campuran
gas. Tekanan atmosfer dapat diukur dengan alat yang bernama
barometer.
7
tabung karena tekanan atmosfer menekan permukaan cairan dalam
mangkuk.
1 atm = 760 mm Hg
1 Pa = 1 N/m²
Satuan tekanan yang lebih kecil yang acap kali kita jumpai
dalam percobaan ialah torr (berasal dari nama Evangelista
Torricelli, penemu barometer). Menurut definisi, 760 torr sama
dengan 1 atm.
1 torr = 1 mm Hg
8
Dalam laboratorium kimia, kita akan lebih mudah
menggunakan satuan torr dan atm daripada pascal.
9
Gambar 1.5. Manometer tertutup dapat dirancang berbentuk
kompak (kecil), untuk mengukur tekanan rendah. (a) Bila tekanan
gas sama dengan tekanan atmosfer, merkuri di sisi kanan terpaksa
naik sampai ke ujung, sebab lengannya pendek. (b) Tekanan gas
dapat dibaca langsung bila tekanan tersebut jauh lebih
kecil dibandingkan tekanan atmosfer.
(Sumber : James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga)
sehingga
Jadi, bila Pgas < Patm maka tekanan gas dalam sistem dihitung
dengan mengurangkan selisih tinggi kolom dari tekanan atmosfer.
10
1.5.b. Pada permukaan rujukan, tekanan yang diberikan pada sisi
kiri adalah Pgas, sedangkan di sisi kanan pada permukaan yang
sama adalah PHg sebang ruang di atas merkuri hampa udara. Bila
kolom tidak lagi bergerak, berarti tekanan di kedua sisi sudah
sama, sehingga Pgas = PHg. Jadi, tekanan gas diukur dengan
mengukur selisih tinggi cairan dalam kedua lengan manometer.
ℎ𝐵
= 𝑑
× 𝑑𝐵𝐴
(1.1) ℎ𝐴
11
𝑑𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
ℎ𝐻𝑔 = ℎ𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 𝑑
𝐻𝑔 𝑔
1,15
𝑚𝐿
= 14,7 𝑚𝑚 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 𝑔
13,6 𝑚𝐿
= 1,24 𝑚𝑚 𝐻𝑔
Temperatur
Gas merupakan suatu bentuk (fase) dari zat yang bergantung
pada tekanan dan temperatur. Satuan temperature, terbagi menjadi
4 jenis, yaitu satuan 0Celcius (0C), 0Fahrenheit (0F), 0Reamur (0R),
Kelvin (K). Penulisan derajat Kelvin sesuai dengan kesepakatan
adalah derajat kelvin ditulis dengan Kelvin (K) karena derajat
kelvin merupakan temperature mutlak. Secara umum satuan
temperatur gas ditulis dengan satuan derajat celcius (0C). Dasar
dari temperatur tersebut adalah pada titik beku air dan titik didih air
pada tekanan 1 atm.
Volume
Berdasarkan sifat gas yang bisa memenuhi seluruh ruangan
yang ditempatinya, menjadikan volume gas akan selalu mengikuti
volume wadahnya. Dalam satuan SI, volume gas dinyatakan
dengan m3. Secara thermodinamika, keadaan gas dapat dinyatakan
dengan volume. Besarnya volume dari setiap mol gas, dapat
dinyatakan dengan volume molar. Besarnya kerapatan gas, juga
dapat ditentukan dengan volume gas. Kerapatan suatu gas, dapat
dihitung dari besarnya massa gas yang menempati ruang dengan
volume tertentu.
12
Mol
Pengukuran jumlah gas, dapat dinyatakan dengan banyaknya mol
yang dapat ditentukan dengan jumlah massa mol. Jika pada gas
yang sama, semakin besarnya massa gas maka akan semakin besar
pula jumlah mol gas. Untuk mengukur mol gas, dpat kita gunakan
persamaan berikut :
𝑚
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
m : massa gas (g)
Mr : massa molekul relative gas (g/mol)
13
jika dibakar. Hal ini menyadarkan bahwa tekanan gas yang terkemas
meningkat bila suhunya dinaikkan.
a) Hukum Boyle
Hukum Boyle dikemukakan oleh Robert Boyle, dan
dipublikasikan pada tahun 1662. Hukum Boyle menyatakan bahwa,
pada suhu konstan, produk dari tekanan dan volume massa tertentu
dari gas ideal dalam sistem tertutup selalu konstan. Hukum ini dapat
diverifikasi secara eksperimental menggunakan pengukur tekanan dan
wadah volume variabel. Persamaan ini juga dapat berasal dari teori
kinetik gas: jika wadah, dengan jumlah molekul tetap di dalam,
berkurang volumenya, lebih banyak molekul akan menyerang area
tertentu dari sisi wadah per satuan waktu, menyebabkan tekanan yang
lebih besar.
Pernyataan hukum Boyle adalah sebagai berikut:
“Volume massa gas yang diberikan berbanding terbalik dengan
tekanan ketika suhu konstan.”
V = 1/P atau V = K1 / P dan P.V = K1
Dalam hubungan ini :
V = Volume gas ; P : tekanan gas ; K1 : tetapan yang besarnya
tergantung T, berat gas, jenis Gas, satuan P dan V.
Atau dapat dituliskan sbb :
P1.V1 = P2.V2 = K2 K2 : tetapan ; P1/P2 = V2/V1
b) Hukum Charles
Hukum Charles atau hukum volume ditemukan oleh Jacques Charles
pada tahun 1787. Hukum ini menyatakan bahwa, untuk massa tertentu
14
dari gas ideal pada tekanan konstan, volume berbanding lurus
dengan suhu absolut, dengan asumsi dalam sistem tertutup.
Pernyataan hukum Charles adalah sebagai berikut:
“Volume (V) dari massa gas yang diberikan, pada tekanan konstan
(Pa), berbanding lurus dengan suhu (K).”
Pernyataan di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑉
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇
Dimana : V =
volume
T = temperature
15
Hukum gas gabungan, biasanya digunakan pada soal yang
memberi kondisi suhu, tekanan, dan volume untuk sejumlah gas, dan
ingin tahu bagaimana salah satu peubah itu beragam apabila kita
mengubah kondisi peubah lainnya. Jika pada kondisi awal (P, V, T)
dengan subscript “ i “, dan pada kondisi akhir kita gunakan subscript “
f ”, maka Hukum Gas Gabungan dapat ditulis menjadi
𝑃𝑖𝑉𝑖 𝑃𝑓𝑉𝑓
𝑇𝑖 = 𝑇𝑓
(1.2)
16
terhadap tekanan gas untuk menentukan kuantitas mana yang menjadi
pembilang dan pembagi dalam nisba tersebut. Untuk membantu Anda
berpikir, dalam bagian ini diuraikan cara penyelesaian soal ini dan
yang sejenisnya.
Awal ( i ) Akhir ( f )
P 625 torr ?
V 300 mL 500 mL
T 298 K 323 K
17
300 𝑚𝐿
𝑃𝑓 = 𝑃𝑖 × ( ) × (𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ 𝑠𝑢ℎ𝑢)
500 𝑚𝐿
Perhatikan bahwa nisbah volume dapat kita peroleh dengan
menggantikan nilai-nilai dari tabel ke dalam persamaan, tetapi kita
mendapatkan nisbah yang benar melalui penalaran, tanpa khawatir
di mana meletakkan nilai dengan tikalas subcrip i dan f.
Sekarang, mari kita lihat nisbah suhu. Suhu gas meningkat dari
kondisi awal ke kondisi akhir. Anda telah menyadari bahwa tekanan
gas juga meningkat bila suhu naik, jadi perubahan di sini akan
menyebabkan tekanan akhir lebih besar daripada tekanan awal. Dalam
hal ini, kita tentu mengalikan nisbah suhu yang menempatkan nilai
yang lebih besar sebagai pembilang. Dengan demikian nisbah suhu
menjadi
323 𝐾
( )
298 𝐾
e) Hukum Avogadro
Hukum Avogadro merupakan penggabungan dari hukum Boyle,
Hukum Charles, dan Hukum Gay-Lussac. Hukum Avogadro
diitemukan oleh Amedeo Avogadro pada tahun 1811. Hukum
Avogadro menyatakan bahwa volume yang ditempati oleh gas ideal
berbanding lurus dengan jumlah molekul gas yang ada dalam wadah.
𝑉
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑛
Dimana: V = volume
n = jumlah mol.
Volume gas pada tekanan dan temperatur konstan memiliki
ketergantungan dengan jumlah mol gas tersebut.
𝑉1 𝑉2
𝑛1 = 𝑛2
Dimana: V1 = volume gas mula-mula
n1 = jumlah mol mula-mula
V2 = volume gas akhir
n2 = jumlah mol akhir
18
Gambar 1.9 Volume gas berbanding lurus dengan jumlah mol
(Sumber : Rohyami, Yuli. 2018. Kimia Fisika. Yogyakarta:
Deepublish)
Volume dari suatu gas pada tekanan dan temperatur yang sama
mengandung jumlah molekul yang sama. Volume gas yang ditempati
oleh setiap mol molekul gas dinyatakan sebagai volume molar (Vm).
𝑉
𝑉𝑚 =
𝑛
Dimana: Vm = volume molar
V = volume gas
n = jumlah mol
𝑅𝑇
𝑉𝑚 =
𝜌
19
𝑃1𝑉1 𝑃2𝑉2
𝑇1 = 𝑇2
20
Jika bentuk pecahan [PV/T] dihilangkan dengan cara
mengkali kedua ruas dengan T [(PV/T) x T], maka persamaannya
menjadi seperti berikut :
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
(1.4)
Volume Molar
Kita memerlukan nilai R agar kita dapat menggunakan
persamaan 1.4, yaitu dengan cara mensubstitusikan nilai P, V, T,
dan n hasil pengukuran ke dalam persamaan. Volume molar pada
STP adalah volume yang dapat diukur apabila gas memiliki STP (1
atm dan 00C atau 273 K) dan satu mol. Jika kita menerapkan
volume molar pada STP pada semua jenis gas, maka nilai yang
dihasilkan akan sedikit beragam. Hal ini dikarenakan gas nyata
bukanlah gas “ideal”.
Tabel 1.1 Volume molar beberapa gas nyata pada STP (Sumber
: James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga)
Nilai volume molar gas ideal pada STP yang digunakan untuk
mencar R adalah 22,4 L. Hal ini dikarenakan dari banyaknya hasil
pengukuran, volume rata-rata yang ditempati oleh satu mol gas
pada STP adalah 22,4 L. Dengan nilai ini, maka
𝑃𝑉
𝑅=
𝑛𝑇𝑎𝑡𝑚)(22,4 𝐿)
(1
=
(1 𝑚𝑜𝑙)(273 𝐾)
21
𝐿 𝑎𝑡𝑚
= 0,0821
𝑚𝑜𝑙 𝐾
atau
𝑅 = 0,0821 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙−1𝐾−1
1 𝐿 = 1000 𝑚𝐿
1 𝑎𝑡𝑚 = 760 𝑡𝑜𝑟𝑟
0,0821 𝐿 𝑎𝑡𝑚 1000 𝑚𝐿 760 𝑡𝑜𝑟𝑟
𝑅=( )×( )
𝑚𝑜𝑙 𝐾 ) × ( 1 𝑎𝑡𝑚
6,24 × 104 𝑚𝐿 𝑡𝑜𝑟𝑟 1 𝐿
=
𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝑛𝑅𝑇
𝑉=
𝑃
Kita akan menggunakan R = 0,0821 L atm mol-1 K-1 sehingga tabel
data yang diperoleh
P 0,880 atm
V ?
1 𝑚𝑜𝑙 𝑂2
n 25,0 g O2 × = 0,781 𝑚𝑜𝑙 𝑂
32,0 𝑔 𝑂2 2
T 20 + 273 = 293 K
22
Dengan substitusi kita dapatkan
(0,781 𝑚𝑜𝑙) × (0,0821 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙−1𝐾−1) × (293 𝐾)
𝑉=
(0,880 𝑎𝑡𝑚)
= 21,3 𝐿
P 1 𝑎𝑡𝑚
550 𝑡𝑜𝑟𝑟 × = 0,724 𝑎𝑡𝑚
760 𝑡𝑜𝑟𝑟
V 1𝐿
250 𝑚𝐿 × = 0,250 𝑚𝐿
1000 𝑚𝐿
n ?
T 25 + 273 = 298 K
23
(0,724 𝑎𝑡𝑚) × (0,250 𝐿)
𝑛=
(0,0821 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙−1𝐾−1) × (298 𝐾)
0,00740
= = 0,00740 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑜𝑙−1
Sekarang,kita cari nisbah gram terhadap mol dari cuplikan ini
0,118 𝑔
= 15,9 𝑔/𝑚𝑜𝑙
0,00740 𝑚𝑜𝑙
Jika ada 15,9 g/mol, maka massa molekul haruslah 15,9 (gas alam
metana, CH4, memiliki massa molekul 16,0).
JAWABAN:
a) Rumus empiris senyawa karbon-hidrogen. Jika
diandaikan ada100 g cuplikan,
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶
79,8 𝑔 𝐶 × ( ) = 6,65 𝑚𝑜𝑙 𝐶
12,0 𝑔 𝐶
1 𝑚𝑜𝑙 𝐻
20,2 𝑔 𝐻 × ( ) = 20,0 𝑚𝑜𝑙 𝐻
1,01 𝑔 𝐻
Rumus empirisnya ialah C6,65/6,65H20,0/6,65 atau CH3 dengan
demikian massa rumus empiris CH3 = 15,0
1,00 1,34 g
24
n ?
T 25 + 273 = 298 K
Jadi,
atau,
𝑔
𝑛=
𝑀
25
Substitusi n dalam hukum gas ideal menghasilkan
𝑔
𝑃𝑉 = 𝑅𝑇
𝑀
yang dapat disusun untuk menyelesaikan soal M
𝑔 𝑅𝑇
𝑀= 𝑉 𝑃
(1.5)
26
Gambar 1.10 Keragaman volume berdasarkan suhu untuk gas
ideal dan gas nyata
(Sumber : James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga)
Vukur = Videal + nb
27
Dalam gas ideal, karena tidak adanya gaya tarik yang bisa
28
menyebabkan lintasan molekul berbelok, maka molekul gas ideal
bergerak dalam garis lurus. Sedangkan dalam gas nyata, adanya
gaya tarik menyebabkan molekul berubah arah (berbelok) pada
saat berselisih jalan.
𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑛2𝑎
= 𝑃𝑢𝑘𝑢𝑟 +
𝑉2
(1.8)
Tabel 1.2 Tetapan van der Waals untuk gas nyata (Sumber
: James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi
Kelima.
Jakarta: Erlangga)
30
Gambar 1.12 Tarikan elektrostatik di antara dipole-dipole.
Tarikan akan mengalahkan tolakan, sehingga secara bersih molekul
merasakan tarikan satu sama lain.
(Sumber : James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga)
CONTOH SOAL :
Jawab:
(a) Persamaan gas ideal
3
𝑃 = 𝜌𝑅𝑇
8,314 𝑚 . 𝑃𝑎 ⁄
𝐾𝑔 1 𝑘𝑃𝑎 1000 𝑚𝑜𝑙
𝑃 = (20 )( °𝐾. 𝑚𝑜𝑙 ) 1000 ) ( ) (523,15°𝐾)
𝑚3 ( 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝐾𝑔
18 ⁄ 𝑃𝑎
𝑘𝑚𝑜𝑙
𝑃 = 4832,74 𝑘𝑃𝑎
(b) Persamaan van der Waals
31
3 1
(8,314 𝑚 . 𝑃𝑎⁄ ) ( 𝑘𝑚𝑜𝑙⁄ ) (523,15𝐾)
1°𝐾. 𝑚𝑜𝑙 18 3𝑘𝑔
𝑃= − 0,00169 𝑚
𝑘𝑔 ⁄𝑘𝑔
20 ⁄ 3
𝑚
1,703 𝑘𝑃𝑎 ⁄
𝑘𝑔
𝑚6
2
− 2
1
( ) 𝑘𝑔
⁄ 3
20
𝑚
𝑃 = (5001,8 − 681,2)𝑘𝑃𝑎 = 4320,6 𝑘𝑃𝑎
Ketika dua atau lebih gas yang tidak bereaksi ditempatkan dalam
wadah yang sama, tekanan yang ditimbulkan oleh masing-masing gas
dalam campuran itu akan sama dengan apabila hanya ada satu jenis gas
yang terletak dalam wadah. Tekanan parsial adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh setiap gas dalam campuran, dan sebagaimana yang telah
diamati oleh John Dalton, bahwa tekanan total sama dengan jumlah
tekanan parsial setiap gas dalam campuran itu. Pernyataan ini, dikenal
sebagai Hukum Dalton tentang tekanan parsial, atau dapat dinyatakan
dengan rumus berikut
𝑃𝑇 = 𝑝𝑎 + 𝑝𝑏 + 𝑝𝑐+. . ..
Jadi, misalkan tekanan parsial dari nitrogen 200 torr, oksigen 250 torr, dan
karbon dioksida 300 torr, maka tekanan total campuran menjadi
32
Hukum Dalton digunakan untuk menentukan tekanan yang
dihasilkan dari pencampuran dua gas yang semula ditempatkan dalam
wadah yang berbeda.
SOAL : Jika 200 mL N2 pada 250C dan tekanan 250 torr dicampur dengan
350 mL O2 pada 250C dan tekanan 300 torr, sehingga dihasilkan volume
300 mL, berapakah tekanan akhir (dalam torr) campuran itu pada 250C.
𝑝𝑓 = 𝑝𝑖 × (𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒)
Untuk O2, volumenya mengecil; ; pf harus lebih besar daripada pi. Ini
memerlukan nisbah volume yang lebih besar daripada satu.
350 𝑚𝐿
𝑃𝑂2 = 300 𝑡𝑜𝑟𝑟 × ( )
300 𝑚𝐿
= 350 𝑡𝑜𝑟𝑟
𝑃𝑇 = 𝑝𝑁2 + 𝑝𝑂2
= 167 𝑡𝑜𝑟𝑟 + 350 𝑡𝑜𝑟𝑟
33
𝑃𝑇 = 517 𝑡𝑜𝑟𝑟
𝑝𝑔𝑎𝑠 = 𝑃𝑇 + 𝑝𝐻2𝑂
Tabel 1.3 Tekanan uap air sebagai fungsi suhu (Sumber : James E.
Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga)
34
CONTOH 1.8 MENGUMPULKAN GAS DI ATAS AIR
(Sumber : Buku Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima, James E.
Brady;1994)
𝑃𝑇 = 𝑝𝑔𝑎𝑠 + 𝑝𝐻2𝑂
35
𝑝𝑔𝑎𝑠 = 𝑃𝑇 − 𝑝𝐻2𝑂
Menurut Tabel 1.3, tekanan parsial uap air pada 250C ialah 23,8 torr.
Tekanan atmosfer diketahui 758 torr, jadi tekanan parsial O2
Tekanan ini hanya ditimbulkan oleh oksigen saja (atau oksigen ‘kering’)
Ada sebuah proses lain yang agak mirip dengan proses difusi, yaitu
dinamai dengan proses efusi. Proses ini dilakukan oleh gas yang
melepaskan diri, dimana di bawah tekanan, gas akan melepaskan diri dari
bejana melalui lubang yang sangat kecil. Proses efusi juga dapat
menyebabkan gas helium
36
terlepas dari balon, apabila balon diisi dengan gas helium. Contohnya,
seorang anak membawa sebuah balon, dan keesokan harinya terlihat
balonnya kempes. Balon yang kempes disebabkan karena sebagian besar
helium yang telah mengisi balon telah lenyap, atau gas helium berefusi
melalui pori kecil pada karet.
1
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 𝛼√
𝑑
Laju efusi dua gas (diberi label Adan B) dapat dibandingkan dengan
membagi laju keduanya, yaitu
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐴) 𝑑𝐵
=√
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐵) 𝑑𝐴
37
Dengan MA dan MB berturut-turut adalah masa molekul gas A dan B.
Salah satu yang tersirat dari persamaan 1.11 ialah bahwa gas yang lebih
ringan berefusi dan berdifusi lebih cepat dibandingkan gas yang lebih besar
molekulnya.
SOAL : Gas manakah yang berefusi lebih cepat, ammonia atau karbon
dioksida? Bagaimana laju nisbi efusinya?
JAWABAN: Massa molekul CO2 ialah 44 dan NH3 17. Karena itu NH3
akan berefusi lebih cepat. Kita akan menghitung bagaimana kecepatannya
dengan persamaan 1.11.
Jadi, laju efusi NH3, 1,6 kali lebih cepat dibanding CO2.
38
bergerak dengan kecepatan yang terus berubah-ubah, terjadi karena sesekali
molekul yang bertabrakan hampir tidak bergerak kembali sampai ia
dirabrak lagi dan bergerak lagi. Kisaran kecepatan yang sangat lebar terjadi
karena molekul terus menerus bertabrakan satu sama lain.
Gambar 1.15 Jika volume gas dijadikan setengahnya dari (a) ke (b),
kepadatan molekul menjadi dua kali lebih tinggi dalam volume tertentu.
Hal ini menghasilkan tabrakan molekul dinding perdetik menjadi dua
kali lipat, demikian pula tekanannya.
(Sumber : James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga)
39
Gambar 1.16 Sebaran energi kinetik dari sejumlah molekul pada tiga
suhu yang berbeda.
(Sumber : James E. Brady. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga)
40
Menurut James E. Brady;1994, Untuk menjaga tekanan tetap sama
sewaktu gas didinginkan, kita harus mengurangi volumenya. Gerakan
molekul semakin pelan, dan diantaranya juga semakin berkurang. Semua
gas nyata pada akhimya mengembun menjadi cairan bila didinginkan
karena semua molekul ini menyebabkan tabrakan yang lengket'. Meskipun
demikian, gas ideal tidak akan mengembun walaupun kita
mendinginkannya, jadi sifat lain dari molekul gas ideal ialah bahwa mereka
tak mempunyai gaya tarik antarmolekul. Akibatnya, gas ideal adalah zat
hipotetis yang molekulnya tidak mempunyai volume maupun gaya tarik
antarmolekul.
Hukum Graham
Hubungan energi kinetik rata-rata dan suhu yang dihubungkan oleh
postulat dalam teori kinetik sapat dengan mudah digunakan untuk
menurunkan Hukum Graham. Misalkan kita mempunyai dua macam gas A
dan B yang memiliki kesamaan suhu, maka energi kinetik yang dimiliki
oleh keduanya harus sama juga. Dengan begitu berarti bahwa
𝐸̅
̅. ̅𝐾̅.̅𝐴̅ =
𝐸̅.̅𝐾̅
̅.̅𝐵̅
atau
1 ̅2̅ 1 ̅2̅
(1.12) 𝑚𝐴𝑣𝐴 = 𝑚𝐵𝑣𝐵
2 2
dengan ̅𝑣̅2̅ adalah kecepatan kuadrat tengah dari molekul dan merupakan
rata-rata dari kecepatan molekul yang dikuadratkan; yaitu
𝑣 12 + 𝑣22 + 𝑣32 + ⋯
̅2𝑣̅ =
𝑛𝑇
dengan 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 dan seterusnya menyatakan kecepatan molekul 1,2,3, dan
seterusnya, sedangkan 𝑛𝑇 adalah jumlah semua molekul yang ada.
Persamaan 1.12 dapat ditata ulang menjadi
̅2
�𝐴 𝑚𝐵
𝑣𝐵2 = 𝑚𝐴
�
𝑚𝐵
̅𝑣̅𝐴̅
̅𝑣̅𝐵̅ = √𝑚
𝐴
(1.13)
41
bahwa
42
𝑀𝛼𝑚
Laju efusi gas akan berbanding lurus dengan kecepatan molekul, molekul
yang lebih cepat menghasilkan laju efusi yang lebih tinggi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐴) ̅𝑣𝐴̅ ̅ 𝑀𝐵
= =√
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐵) 𝑣̅̅𝐵̅ 𝑀𝐴
atau lebih
sederhana
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐴) 𝑀𝐵
=√
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑓𝑢𝑠𝑖 (𝐵) 𝑀𝐴
Prinsip Avogadro
Hukum Avogadro menyatakan apabila gas yang memiliki volume,
tekanan dan temperatur yang sama akan memiliki jumlah molekul yang
sama. Kita juga dapat menyatakan prinsip ini sebagai berikut. Tekanan
yang sama akan timbul apabila sejumlah molekul yang sama yang
menempati volume gas yang sama pada suhu yang sama. Jika diperhatikan,
gaya tekanan molekul akan bergantung pada suhu karena gaya tekanan
molekul yang bertabrakan dengan luas dinding tertentu bergantung pada
energi kinetik rata-ratanya. Jika suhu dari kedua gas itu sama, maka energi
kinetiknya akan sama, dan jika jumlah molekul per unit volumenya sama,
maka tekanan yang dimiliki gas tersebut juga harus sama.
43
hanya 1/5 dari tekanan udara datang dari O2, sedangkan 4/5 sisanya timbul
dari tekanan N2.
𝑋𝐴 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐴
= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑠 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
(1.14)
𝑝𝐴 = 𝑋𝐴𝑃𝑇
Dalam atmosfer misalnya, setiap 5 mol udara terdapat 1 mol O2 dan 4 mol
N2. Sebab itu,
1 𝑚𝑜𝑙
𝑋𝑂2 = = 0,2
5 𝑚𝑜𝑙
4 𝑚𝑜𝑙
𝑋𝑁2 = = 0,8
5 𝑚𝑜𝑙
Jika tekanan total cuplikan udara adalah 500 torr, maka
1. Proses isokhorik
Istilah isokhorik berasal dari Bahasa Yunani yaitu iso yang berarti
sama, dan choric yang berarti ruang/volume. Sehingga dapat diartikan
bahwa isokhorik adalah suatu proses yang dialami oleh gas dimana gas
tidak mengalami perubahan volume. Dengan kata lain, proses isokhorik
adalah proses yang terjadi pada system dengan volume tetap (ΔV = 0).
Proses isokhorik sering juga disebut dengan proses isometrik atau
proses volume konstan. Nilai volume yang tidak mengalami perubahan
akan membuat besar usaha sama dengan nol. Kondisi ini sesuai dengan
44
persamaan usaha pada proses isokhorik yaitu (W = P × ΔV = P × 0 = 0).
Bagaimana perubahan tekanan yang terjadi (positif atau negatif), usaha
yang dilakukan oleh gas dalam proses isokhorik adalah nol (W = 0).
(Anonim;idSchool)
Pembahasan :
Diketahui : Kalor (Q) = + 3000 Joule
45
Usaha (W) = + 2500 Joule
Jawab :
Hukum I
Termodinamika : ΔU = Q
–W
Aturan tanda :
Q posiitif jika kalor ditambahkan pada sistem
W positif jika sistem melakukan usaha pada lingkungan
Q negatif jika kalor dilepaskan sistem
W negatif jika lingkungan melakukan usaha pada sistem
2. Proses isobarik
Kata isobaric berasal dari Bahasa Yunani yaitu Iso berarti sama
dan Baros berarti tekanan. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa proses
isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap. Atau
dapat disebut juga proses isobarik merupakan suatu proses yang
berlangsung pada tekanan tetap. Apabila suatu gas ditempatkan dalam
suatu waadah yang memiliki volume yang berbeda, selama proses
berlangsung tidak mengubah tekanan.
46
Karena bertambahnya volume, sebuah gas yang dipanaskan dalam
tabung akan memuai dan mendorong tutup tabung ke atas.
Bertambahnya volume gas terjadi pada gas yang melakukan usaha dan
usaha gas posistif (proses ekspansi).
47
Contoh soal (Sumber : C.R Syaffer 8. “Soal Fisika : Isobarik,
Isotermal, Isokhorik, dan adiabatic”. Crsyaffer.blogspot.com. 20 Juni
2014. 06 Mei
2023) :
Pembahasan :
Sistem gas adalah Isobarik berarti tekanan tetap, keadaan awal
gas, Volume = v dan suhu = T
3. Proses isotermis
Proses isotermis atau isotermik adalah proses yang berlangsung
pada suhu yang tetap atau suhu yang konstan, sedangkan parameter
lain dalam sistem dapat berubah menyesuaikan kondisi. Perkalian
antara tekanan (P) dan volume (V) pada gas ideal adalah konstan,
pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Boyle. Sehingga dapat
diperoleh persamaan yang berlaku pada proses isotermik yaitu
𝑃 × 𝑉 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
,atau
𝑃1 × 𝑉1 = 𝑃2 × 𝑉2
48
Berdasarkan persamaan perubahan energi dalam yaitu ΔU = Q ‒
W, didapatkan bahwa usaha yang dilakukan sama dengan jumlah kalor
yang diberikan. Karena suhunya tetap maka pada proses
isotermis ini tidak terjadi perubahan energi dalam atau ΔU = 0.
Sehingga, pada proses isotermik berlaku persamaan berikut:
∆𝑈 = 0
𝑄−𝑊=0
𝑄=𝑊
Besar usaha yang dilakukan gas pada proses isotermik tidak dapat
dihitung dengan persamaan W = P × ΔV karena tekanan tidak konstan.
Namun, dapat diselesaikan dengan menghitung luas dibawah grafik
dengan integral sehingga diperoleh persamaan berikut:
2000/693 mol gas helium pada suhu tetap 270C mengalami perubahan
volume dari 2,5 liter menjadi 5 liter. Jika R = 8,314 J/mol K dan In 2 =
0,693 tentukan usaha yang dilakukan gas helium!
Pembahasan :
n = 2000/693 mol
V2 = 5 L
V1 = 2,5 L
T = 270C = 300 K
49
4. Proses Adiabatik
Adiabatik adalah proses di mana tidak terjadi perpindahan kalor
baik ke dalam ataupun keluar sistem (ΔQ = 0). Perbedaan proses
adiabatik dan isotermik/isotermal terdapat pada ada/tidaknya pengaruh
lingkungan dalam proses menerima atau melepaskan kalor.
50
Gambar 1.18 Grafik dan persamaan pada proses adiabatic
(Sumber : https://idschool.net/sma/isobarik-isokhorik-isotermik-dan-
adiabatik/)
Keterangan :
W = usaha
P = tekanan
V = volume gas
γ = tetapan Laplace
51
Pembahasan :
Pada proses adiabatic, berlaku :
dQ = 0, karena terjadi pertukaran kalor
dU = -W, karena dQ = 0 bisa diasumsikan menjadi dU + dQ = -
100 Joule.
52
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gas ideal merupakan suatu gas hipotetis yang memiliki molekul yang
dipantulkan satu sama lain (dalam batas-batas wadah gas tersebut) dengan
elastisitas yang sempurna dan memiliki ukuran yang diabaikan, dan dimana
gaya antarmolekul yang bekerja antara molekul tidak bersentuhan satu sama
lain juga diabaikan. Gas tersebut akan mematuhi hukum gas (seperti hukum
Charles dan hukum Boyle) tepat pada semua suhu dan tekanan. Gas nyata
adalah gas yang tidak mematuhi persamaan gas umum dan menggunakan
hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan rendah. Gas ideal bukanlah gas
yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, berbeda dengan gas nyata
yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa hukum
yang digunakan dalam mengamati perilaku gas ideal, antara lain Hukum
Boyle, Hukum Gay- Lussac, Hukum Charles, Asas Avogadro dan Hukum
Dalton. Sedangkan pada gas nyata, persamaan keadaan yang dapat
menjelaskan perilaku gas nyata adalah persamaan van der Waals.
53
DAFTAR PUSTAKA
54