Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KIMIA FISIK

GAS

DISUSUN OLEH :

SINTAULI PASARIBU
DBD 114 025

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2017

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan berkat-Nya sehingga tugas kimiafisik ini yang berjudul GAS dapat
diselesaikan.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi permintaan Dosen mata kuliah Kimia Fisik,
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, sebagai tugas yang harus
dilaksanakan .

Dan penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugasini.Terlebih-lebih kepada Ibu
Mery Dwi Frid ST.,MT yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas ini.

Isi dari tugas ini telah diusahakan oleh penulis untuk menjadi tugas yang
sempurna, namun karena penulis hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak
keterbatasan,maka penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu,maka dengan rendah hati dan tanpa mengurangi
rasa hormat, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
terlebih-lebih kepada Ibu Mery Dwi Frid ST.,MT sebagai Dosen Kimiafisik
demi perbaikan tugas ini.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya, terlebih-
lebih bagi para mahasiswa .

Palangka Raya, 08 Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat-Sifat Gas ............................................................................... 2
2.2 Tekanan .......................................................................................... 3
2.2.1 Tekanan Udara ..................................................................... 3
2.2.2 Tekanan Gas ........................................................................ 4
2.2.3 Tekanan Zat Cair ................................................................. 6
2.3 Persamaan Keadaan......................................................................... 9
2.4 Hukum-Hukum Gas ...................................................................... 9
2.4.1 Hukum Boyle ...................................................................... 9
2.4.2 Hukum Charles-Gay lussac ................................................ 11
2.4.3 Hukum Advogand ............................................................. 13
2.4.4 Hukum Gas Ideal ............................................................... 14
2.4.5 Hukum Dalton ................................................................... 19
2.4.6 Hukum Efusi Graham ........................................................ 24
2.5 Teori Kinetik Gas ......................................................................... 26
2.6 Berat Molekul Gas........................................................................ 27
2.7 Viskositas Gas ........... .................................................................. 29
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ...................................................................................... 33
3.2 Saran ............................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gas adalah salah satu dari tiga keadaan materi. Gas mempunyai sifat
khusus yang tidak dimilikioleh zat cai maupun zat padat. Salah satu yang
menarik dari gas adalah sifat-sifatnya yang tidak tergantung dari kompisisi
kimianya. Semua gas memperlihatkan sifat-sifat yang hampir sama, bila
variabel seperti tekanan dan suhunya diubah.
Sifat-sifat fisik gas secara umum dapat dinyatakan dalam hukum-
hukum gas. Hukum-hukum ini berlaku untuk gas ideal, sedangkan untuk gas
nyata (non-ideal) seperti yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari, rumusannya agak menyimpang. Meski demikian, sifat-sifat ideal suatu
gas bisa didekati oleh gas nyata pada kondisi tertentu.
Pada bab ini kita akan membahas sifat-sifat gas, pengukuran tekanan,
dan hukum-hukum gas ideal. Selanjutnya, kita akan meninjau terjadinya
penyimpangan dan persamaan yang sesuai untuk gas nyata.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan gas?
2. Apa saja sifat-sifat gas?
3. Apa saja hukum-hukum gas menurut para ilmuwan?
4. Apa perbedaan gas ideal dan gas nyata?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-
sifat persamaan gas nyata. Adapun hal-hal yang akan dibahas adalah
seputar tekanan, dan volume dalam gas ideal maupun gas nyata beserta
hukum-hukum gas yang mendasarinya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Gas adalah salah satu dari tiga keadaan materi. Gas mempunyai sifat khusus
yang tidak dimilikioleh zat cai maupun zat padat. Salah satu yang menarik dari
gas adalah sifat-sifatnya yang tidak tergantung dari kompisisi kimianya. Semua
gas memperlihatkan sifat-sifat yang hampir sama, bila variabel seperti tekanan
dan suhunya diubah.
Sifat-sifat fisik gas secara umum dapat dinyatakan dalam hukum-hukum
gas. Hukum-hukum ini berlaku untuk gas ideal, sedangkan untuk gas nyata (non-
ideal) seperti yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, rumusannya
agak menyimpang. Meski demikian, sifat-sifat ideal suatu gas bisa didekati oleh
gas nyata pada kondisi tertentu.
Pada bab ini kita akan membahas sifat-sifat gas, pengukuran tekanan, dan
hukum-hukum gas ideal. Selanjutnya, kita akan meninjau terjadinya
penyimpangan dan persamaan yang sesuai untuk gas nyata.

2.1 SIFAT-SIFAT GAS


Gas terdiri dari molekul-molekul yang jaraknya saling berjauhan
sehingga gaya tarik-menariknya sangat lemah. Gaya tarik yang lemah
mengakibatkan molekul-molekul gas bebas bergerak ke segala arah.
Molekul-molekul gas itu bergerak sangat cepat dan terus bertumbukan satu
sama lain dan juga dengan dinding wadahnya. Adanya tumbukan ini
menghasilkan tekanan.
Molekul-molekul gas cepat sekali berdifusi atau bercampur satu
dengan yang lain. Jika beberapa macam gas yang tidak saling berinteraksi
ditempatkan dalam wadah yang sama, maka gas-gas tersebut akan segera
bercampur sehingga membentuk campuran yang homogen. Hal ini karena di
antara molekul gas terdapat banyak ruang kosong sehingga molekul itu
dapat bebas bergerak dan hanya sedikit mengalami rintangan.

2
Berbeda dengan cairan atau zat padat, gas tidak mempunyai bentuk
dan volume tertentu. Ukuran molekul gas sangat kecil dan jaraknya sangat
renggang sehingga gas sangat sensitif terhadap perubahan tekanan dan suhu.
Gas mudah sekali dimanfaatkan (compressed) dan dikembangkan
(expanded), serta dapat mengisi semua bagian ruangan yang ditempatinya.
Dapat dikatakan bahwa volume gas adalah volume wadahnya.
Banyaknya gas biasanya ditetapkan dengan cara mengukur
volumenya.Namun, karena volume gas berubah-ubah tergantung tekanan
dan suhu, kedua faktor tersebut juga harus diukur.

2.2 TEKANAN
Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang
per satuan luas.

Tekanan =

Atau dirumuskan :

P=

Satuan SI untuk gaya adalah Newton (N) dan luas bidang adalah m2.
Oleh sebab itu satuan tekanan sesuai persamaan diatas adalah N/m2. Satuan
tekanan dalam SI adalah Pascal (disingkat Pa). Sati pascal adalah gaya
sebesar 1 newton yang bekerja pada bidang seluas 1 m2.

1 Pa = 1

2.2.1 Tekanan Udara


Udara mempunyai berat sehingga menimbulkan tekanan. Untuk
mengetahui adanya tekanan udara, digunakan suatu alat yang disebut
barometer.
Barometer sederhana dibuat pertama kali oleh Evangista
Torricelli (1643). Skema Barometer buatan Toricelli ditunjukkan pada
gambar 1.1. alat ini dibuat dengan mengisi suatu tabung kaca yang

3
panjangnya 1 m degan merkuri (air raksa) sampai penuh. Tabung
dibalik hingga salah satu ujung yang terbuka terbenam dalam bejana
yang berisi raksa. Terlihat raksa dalam tabung turun setinggi h,
sehingga ruang bagian atas tabung menjadi vakum. Tertahannya raksa
dalam tabung setinggi h disebabkan adanya tekanan udara yang
bekerja pada permukaan raksa dalam bejana. Dapat dikatakan bahwa
tinggi raksa yang ditunjukkan dalam tabung sama dengan besarnya
tekanan udara.

GAMBAR 1.1 Barometer sederhana torricelli

Tekanan udara disuatu tempat berbeda dengan tempat lain.


Perbedaan ini disebabkan oleh perubahan cuaca, ketinggian, dan gaya
berat. Jika kita mengukur tekanan udara dipermukaan laut, maka kita
akan memperoleh tekanan udara rata-rata 760 mmHg. Tekanan ini
selanjutnya disebut sebagai tekanan satu atmosfir (1 atm) atau tekanan
atmosfir standar. Konversi antara atm, mmHg, Torr dan Pa adalah
sebagai berikut :
1 atm = 760 mmHg (76 cmHg)
= 760 torr
= 1,01325 x 102 Pa
Satuan tekanan torr diambil dari torricelli, digunakan untuk
menghindari satuan panjang mm.

4
2.2.2 Tekanan Gas
Di dalam laboratorium, tekanan gas dalam ruang tertutup
biasanya diukur dengan manometer. Ada dua macam manometer,
yaitu manometer terbuka dan manometer tertutup. Manometer terbuka
digunakan untuk mengukur tekanan yang sedikit lebih kecil atau lebih
besar dari tekanan udara (1 atm). Sedangkan manometer tertutup
untuk tekanan yang lebih kecil.
Manometer terbuka terbuat dari pipa kaca berbentuk U yang
diisi air raksa. Salah satu ujungnya terbuka dan yang lainnya
dihubungkan sistem gas yang akan diukur (Gambar 1.5a). kalau
tekanan dalam sistem (Pgas) sama dengan tekanan udara (Patm), maka
tinggi permukan raksa pada krdua ujungpipa sama (gambar 1.2). Jika
Pgas lebih besar dari Patm tinggi raksa pada sebelah kiri akan ditekan
ke bawah, sehingga raksa pada pipa terbuka naik setinggi PHg
(Gambar 1.2b).
Besar tekanan das dirumuskan :
Pgas = Patm + PHg
Sebaliknya bila Pgas lebih kecil dari Patm, raksa pada pipa
terbuka akan turun dan yang di sebelahnya akan naik sebesar PHg
(Gambar 1.2c).
Tekanan gas dihitung sebagian :
Pgas = Patm PHg

Gambar 1.2 Manometer terbuka

5
Pada manometer tertutup,satu ujung pipa u dibuat tertutup dan ujung lain
dihubungkan dengan sistem gas (Gambar 1.3). Bila dihubungkan dengan sistem
gas sampai raksa mengisi penuh pipa tertutup, berarti tekanan gas sama dengan
tekanan udara (Gambar 1.3a). Bila raksa pada pipa tertutup turun (Gambar 1.3b).
hal itu menunjukkan tekanan gas lebih kecil dari tekanan udara luar. Tekanan gas
dapat dihitung dari perbedaan tinggi raksa, karena tekanan pada ruang ujung
tertutup adalah nol (vakum). Keunggulam dari penggunaan manometer ini adalah
tidak perlu megukur tekanan udara luar.
Pgas = Patm PHg

Gambar 1.3 Manometer tertutup

2.2.3 Tekanan Zat Cair


Tekanan yang ditunjukkan oleh suatu kolom berisi zat cair
mengikuti persamaan :
P = dgh
Di mana :
P = tekanan zat cair (N m-2 atau Pa)
d = rapatan zatcair (kg m-3)
g = percepatan gravitasi (N kg-1 atau m s-2)
h = tinggi zat cair (m)

6
Jika pada kolom barometer dihunakan zat dari raksa (Hg), maka
tekanan 1 atm dapat dinyatakan dalam satuan Pascal (Pa) sebagai
berikut :
Rapatan raksa (dHg) = 13,5951 x 103 kg m-3
Percepatan gravitasi (g) = 9,80665 N kg-1
Tinggi raksa (hHg) = 760 mm = 0,76 m
P = (13,5951 x 10 3 kg/m3)(9,80665
N/kg) (0,76 m)
= 1,01325 x 103 Pa = 101, 325 kPa
1 atm = 1,01325 x 103 Pa = 101, 325 kPa

Kolom manometer ataupun barometer umumnya berisi air raksa.


Zat ini dipilih karena mempunyai rapatan yang besar (13,6 g/cm3)
sehingga dapat menunjukkan perbedaan tinggi yang relatif kecil. Bila
cairan yang digunakan memiliki rapatan kecil, perbedaan tinggi yang
kecil sulit terdeteksi. Jika digunakan zat cair selain raksa maka tinggi
cairan yang ditunjukkan oleh kolom pada tekanan dan suhu yang sama
akan mengikuti hubungan :
dAhA = dBhB
Atau

hB = hA ( )

dA,hA = rapatan dan tinggi cairan A
dB,hB = rapatan dan tinggi cairan B

Contoh 1 :
Seorang ingin memberikan larutan infus garam ke tubuh seorang pasien melalui
pembuluh darah dalam lengan. Jika rapatan larutan 1000 kg/m3, tekanan darah
dalam pembuluh 2400 Pa, berapa tinggi minimum botol infus harus digantung di
atas lengan pasien agar larutan garam dapat masuk ke dalam tubuh pasien ? (g =
9,8 N/kg)

7
Jawab :
Supaya cairan dapat masuk ke tubuh, maka botol infus harus di gantung
sedemikian rupa sehingga tekanan larutan garam minimum sama dengan 2400 Pa.
Ketinggian (h) dihitung sesui persamaan :


h=

2400
= = 0,24 m = 24 cm
(1000)(9,8)

Jadi, sebaiknya botol digantung dengan tinggi lebih dari 24 cm dari lengan
pasien.
2.3. Persamaan Keadaan

Volume suatu gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan suhu. Oleh
karena itu, setiap pernyataan mengenai volume gas harus diikuti keterangan
tentang tekanan dan suhu pengukuran.

Untuk membandingkan volume dari gas-gas yang diukur, maka


tekanan dan suhu harus diambil pada keadaan yang sama. Biasanya yang
digunakan adalah keadaan standar (STP = Standars Temperature and
Pressure) yang dinyatakan sebagai keadaan pada suhu 0 C dan tekanan 1
atm (760 mmHg).

2.4. Hukum-Hukum Gas

Berdasarkan sifatnya, semua gas dibedakan menjadi dua, yaitu :

Gas Ideal, yaitu suatu gas hipotesis yang mengikuti semua hukum-hukum
gas.

Gas nyata, yaitu gas yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti gas N2,
CO2, O2, dan yang lainnya yang mengikuti hukum gas pada tekanan rendah.

Gas ideal sebenarnya tidak ada, tetapi sifat-sifatnya bisa didekati oleh gas
nyata monoatomik yang bersifat inert, seperti He, Ne, dan Ar, pada tekanan

8
rendah dan suhu tinggi. Suatu gas dianggap ideal jika pada molekul-
molekulnya tidak terjadi interaksi atau gaya tarik-menarik dan tidak
memerlukan ruang.

Berdasarkan hasil percobaan, sifat-sifat umum dari gas telah


dirumuskan dalam hukum-hukum gas. Hukum-hukum ini menyatakan
hubungan, volume, tekanan, dan suhu dari gas. Percobaan umumnya
dilakukan dengan mengambil suatu sampel gas pada tempat tertutup, lalu
mengamati apa yang terjadi bila tekanan, volume, dan suhunya diubah-
ubah. Karena menyangkut tiga variabel, maka salah satu variabel tersebut
harus dibuat konstan dan hubungan kedua variabel lainnya juga harus
ditentukan.

2.4.1 Hukum Boyle

Robert Boyle (1662), seorang ilmuwan dari Inggris, mula-mula


mempelajari pengaruh perubahan volume terhadap tekanan suatu gas pada
suhu tetap. Ia mengamati bahwa gas cenderung kembali ke volume asalnya
setelah dimampatkan atau dimuaikan. Ia menemukan suatu hubungan yang
disebut hukum Boyle yang berbunyi :
Pada suhu tetap, volume dari sejumlah tertentu gas berbanding terbalik
dengan tekanannya.

Secara matematis dinyatakan :


1
V (pada suhu tetap)

Atau

V (k = konstan/tetapan)

Atau
PV = Konstan

9
Dengan cara lain dapat dinyatakan :

P1V1 = P2V2

Atau

P1 dan V1 menyatakan tekanan dan volume awal.


P2 dan V2 menyatakan tekanan dan volume akhir.

Contoh 1.4 :

Sejumlah tertentu gas diekspansikan dari tekanan 720 mmHg menjadi 618 mmHg
pada suhu tetap. Jika volume mula-mula 3,73 L, hitung volume akhir gas.

Jawab :

P1V1 = P2V2

(720)(3,73)
V = = = 4,3 L
618

2.4.2 Hukum Charles-Gay Lussac

Hukum kedua dari gas dinyatakan oleh Alexander Charles (1787),


seorang ahli Kimia dari Prancis yang tertarik pada udara panas. Ia
mempelajari pengaruh suhu yang diubah-ubah terhadap volume pada
tekanan tetap. Dari data-data percobaan, ia mendapatkan hubungan yang
dikenal dengan hukum Charles.

Pada tekanan tetap, volume suatu gas berbanding lurus dengan suhu
mutlaknya.

Secara matematis :

10
V T (pada tekanan tetap)

Atau

=k (k konstan)

Hubungan skala celsius dengan skala Kelvin dinyatakan sebagai :


K = oC = 273,15
K = suhu absolut/kelvin
o
C = suhu celsius

Untuk perhitungan biasanya hanya diperhatikan tiga angka, sehingga dapat


digunakan hubungan K = ocelsius + 273.
Secara terpisah gay Lussac (1802), teman seangkatan Charles juga
menemukan bahwa :
1
, 15 kali volumenya pada 0oC.
273

Ternyata persamaan yang diperoleh Gay Lussac sama dengan persamaan Charles
sebelumnya.
Dengan mengambil pendekatan lain, Gay Lussav juga mempelajari
pengaruh suhu terhadap tekanan pada volume tetap. Dari hasil percobaannya, ia
mendapatkan hubungan tekanan dan suhu, yang disebut hukum Gay Lussac.
Tekanan suatu gas dengan massa tertentu berbanding lurus dengan suhu
Mutlaknya, bila volume tidak berubah.

dinyatakan secara matematis:

PT (pada volume tetap)

Atau


= konstan

11
Dengan cara lain

1 2 1 1
= atau =
1 2 2 2

Contoh 1.5 :

Suatu gas neon dalam suatu wadah 200 0C pada 100 padaC. Jika suhu diturunkan
sampai 0 0C pada tekanan tetap, hitung volume akhir gas.

Jawab:

(0+273)
V = V = (200) = 146,4 mL
(100+273)

2.4.3 Hukum Avogadro

Setelah mempelajari gas, Amadeo Avogadro (1776-1856), dari Italia


menemukan hubungan antara volume dan jumlah molekul gas, yang
kemudian disebut sebagai Hukum Avogadro.

Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama
mengandung jumlah molekul yang sama pula.

Pernyataan yang sama juga berarti :

Semua gas yang jumlah molekulnya sama akan mempunyai volume yang
sama, asalkan diukur pada suhu dan tekanan yang sama.

Menurut Avogadro, volume gas tidak tergantung pada jenis gas,


melainkan pada jumlah mol, suhu, dan tekanannya. Pada tekanan dan suhu
konstan, hukum Avogadro secara matematis ditulis :

Vn

Atau


= konstan (n = jumlah mol gas)

12
Sebelumnya telah diperoleh bahwa 1 mol setiap gas memiliki jumlah
molekul yang sama, yaitu 6,02 1023 molekul. Bilangan ini disebut dengan
bilangan Avogadro (N). Jika diukur pada keadaan STP, 1 mol tiap gas
mempunyai volume yang sama, yaitu sebesar 22,414 liter. Volume ini
disebut Volume Avogadro atau Volume Molar.

1 mol gas (STP) = 22,4 L

Jika Vm menyatakan volume molar gas, maka volume n mol gas pada
P dan T yang sama adalah V = n x Vm.

Contoh 1.7 :

Pada suhu dan tekanan tertentu, 11 gas gram CO2 memiliki volume 2,5 L. Pada
suhu dan tekanna yang sama, tentukan :

a. Volume 1 mol CO2 (C = 12; O = 16)


b. Volume 1 mol N2

Jawab :
11 1
a. 11 gram CO2 = = mol
4 4
1
mol CO = 2,5 L
4
1 mol CO 2,5 x 4 Liter 10 L
b. Sesuai Hukum Avogadro, 1 mol setiap gas mempunyai volume yang sama
pada P dan T yang sama.
1 mol CO2 10 L
Maka :
1 mol N 10 L

2.4.4 Hukum Gas Ideal

Kombinasi dalam satu pernyataan hukum Boyle, Charles, Gay Lussac


dan Avogadro diperoleh suatu persamaan baru, yaitu :

13
/
V

Atau


=R

Secara umum ditulis sebagai :


PV = n R T
Persamaan ini disebut juga dengan Persamaan Gas Ideal.
Untuk satu jenis gas pada dua keadaan yang dibandingkan (P, V dan
T), maka n adalah tetap. Persamaaanya menjadi :


= nR (suatu tetapan)

Atau


= Konstan

Atau


= (n = tetap)

T1 dan T2 adalah suhu, harus dalam Kelvin, sedangkan satuan tekanan yang sesuai
dapat digunakan untuk P1 dan P2. Demikian pula untuk satuan volume V1 dan V2.

a. Mencari Tetapan Gas R

Berdasarkan persamaan gas ideal, R adalah suatu tetapan universal


bagi semua jenis gas yang besarnya dapat ditentukan. Dengan mengambil
hipotesis avogadro, bahwa volume tertentu suatu gas pada suhu dan tekanan
yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama, berarti ungtuk V
,P, dan T yang tetap maka memiliki nilai n yang juga tetap. Untuk
memudahkan perhitungan, nilai numerik R dihitung untuk 1 mol gas pada

14
STP (0 C, 1 atm) yang volumenya mendekati 22,414 L, sehingga diperoleh
:

(1 )(22,414)
= (1
)(273,15)

= 0,08206 L atm mol-1 K-1

Harga R dapat dinyatakan dengan satuan lain seperti dicantumkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Harga R dalam satuan lain

Tipe Satuan Harga R Satuan


Mekanik 0,08206 L atm mol-1 K-1
SI 8,314 Joule mol-1 K-1
Cgs 8,314 x 107 Erg mol-1 K-1
Panas 1,987 Kal mol-1 K-1

Contoh 1.8 :

Gas SO2 dengan volume 5,0 L pada 18oC dan tekanan 1500 mmHg, hitunglah :

a. .Volume gas SO2 pada STP


b. Jumlah mol gas SO2

Jawab :


a. =

(273+0) (1500)
V2 = V1 ( ) ( ) = (5,0) = 9,3 L
(273+18) (760)

b. Jumlah mol dapat dihitung menggunakan salah satu keadaan yaitu :


1500
( ) (5,0)
760
n( )= (0,0821)(291)
= 0,4 mol

15
b. Berat Molekul Gas Ideal
Persamaan yang menghubungkan langsung dengan berat molekul
dapat diturunkan dari persamaan gas ideal. Banyaknya gas juga dapat
dihitung bila P, V, dan T diketahui. Untuk n mol gas, berlaku :

n( )

Jika massa m gas diketahui, maka n = m/M. Berat molekul (M) gas
dihitung dengan persamaan :

=

Atau


M=

Bila menggunakan persamaan hukum gas ideal maka harus diperiksa


secara teliti satuan-satuan dari variable yang digunakan. Satuan tersebut
harus sama dengan satuan tetapan gas R yang dipilih.

c. Rapatan Gas
Jika rumus molekul gas diketahui, maka berat 1mol gas tersebut juga
dapat diketahui. Demikian pula dirapatkan pada STP atau keadaan lain
dapat dihitung. Rapatan gas didefinisikan sebagai perbandingan masa gas
terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.

Secara matematis hubungan tersebut di tulis :


d=

dimana :
d = rapatan gas (g/L)
m=masa gas (g)
v=volume gas (L)

16
Rapatan gas juga dapat dihitung dari persamaan gas ideal
PV = nRT

PV = RT


=

atau :

d= =

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa rapatan gas


berbanding lurus dengan tekanannya dan berbanding terbalik dengan
volume dan suhu mutlaknya. Semakin tinggi tekanan dari sejumlah
tertentu gas pada suhu tetap akan menyebabkan volume menjadi semakin
kecil dan akibatnya rapatan gas akan semakin besar.
Untuk gas ideal pada dua keadaan yang dibandingkan berlaku hubungan :


=

Atau
1 2
= ( 2) ( 1)

Dimana :
d = rapatan gas pada keadaan awal
d = rapatan gas pada keadaan baru atau yang telah diubah

Contoh 1.9 :
Pada STP , rapatan oksigen adalah 1,43 g/L. Tentukan rapatan oksigen pada 17 C
dan tentukan 700 mmHg.
Jawab :

17
2
d =d ( )( 1 )

273 700
= (1,43)(290)(760) = 1,24 g/L

2.4.5 Hukum Dalton


Persamaan gas ideal tidak hanya berlaku pada yang terdiri dari satu jrnis
gas saja, tetapi dapat juga digunakan untuk campuran gas. Bila beberapa
macam gas yang tidak saling bereaksi dicampur dalam satu wadah, masing-
masing gas akan melakukan sebagian tekanan. Tekanan yang diberikan
setiap macam gas dalam campuran disebut Tekanan Persial . besarnua
tekanan persial gas akan sama dengan tekanan gas itu bila berada dalam
wadah.
Misalkan jika sejumlah tertentu gas H berada sendirian dalam wadah
mengerahkan tekanan 0,25 atm dan sejumlah tertentu gas N mengerahkan
0,75 atm ketika berada sendirian dalam wadah yang sama pada suhu yang
sama , maka tekanan total keduanya jika berada dalam wadah bersama
adalah 0,25 + 0,75 = 1,0 atm.
Hubungan tekanan persial komponen gas dalam campuran dan
tekanan total dirumuskan oleh John Dalton ( 1803 ), yang dikenal dengan
Hukum Dalton . Bunyi lenkapnya adalah :
Tekanan total suatu campuran gas adalah jumlah tekana semua
komponennya.

Secara matematis ditulis :


P = P + PB + PC + .
Pt = tetakan gas total dalam campuran .
PA, PB, PC, = tekanan persial masing-masing gas

18
Bila campuran mol tiap gas yang terdapat dalam campuran diketahui ,
maka tekanan total gas yang dihitung sesuai persamaan gas ideal :

Pt =
Dimana nt adalah jumlah mol total gas dalam campuran .
Dimana persial masing-masing gas bila dihubungkan dengan tekanan total
maka akan berlaku hubungan :

Xi = =

Jumlah fraksi mol total dalam campuran dirumuskan :
XA + XB + XC + = 1
Tekanan persial gas dapat juga dihitung dari hubungan :

Pt =

Dimana Pi dan ni adalah tekanan persial dan jumlah mil gas ke i
Hokum Dalton berguna untuk menentukan tekanan yang dihasilkan dari
campuran dua ataulebih gas yang pada mulanya berada pada tempat yang
terpisah.

a. Mengumpulkan Gas di Atas Air

Di dalam laboratorium gas diambil denagn mengumpulkannya dalam botol


diatas air ( Gambar 1.10 ). Gas gas yang dikumpkan dengan cara ini kan
tercampur dengan uap air yang ikut terbawa oleh gas. Dengan demikian tekanan
botol didalam botol siatas air , selain ditimbulkan oleh gas juga berasal dari tekan
uap air. Akibat permukaan ini permukaan air dalam botol menjadi turun. Pada
saaat permukaan air didalam botol sama denaga permukaan diluar, tekanan total
dala botol sama dengan tekanan udara luar.

Gambar 1.10 Mengumpulkan gas di atas air

19
Tekanan uap air hanya tergantung dari suhu dan dapat dicari dalam table. Jika
tekanan udara diketahui, tekanan parsial gas dapat dihitung berdasarkan hokum
Dalton.

Ptotal = Pgas + PH2O

Atau

PGas = Ptotal - PH2O

Contoh 1.12 :

100 ml gas O2 dikumpulkan dalam sebuah botol di atas air pada suhu 23C da
tekanan 800mmHg. Tekanan uap air pada suhu 23C = 21, maka hitunglah :

a. Tekanan persial oksigen.


b. Jumlah mol oksigen
c. Volume oksigen kering pada STP.
Jawab :
a. Ptotal = PO + PHO
PO = Ptotal - PHO
= 800 21 = 779 mmHg

b. nO =

(779 /) (0,1)
= = 0,0042 mol
(0,082)(296)

c. oksigen kering pada STP :


V = 100 ml T = 273 + 0 = 273 K
T = 273 + 23 =296 K P= 760 mmHg
P = 799 mmHg V = ?

20

V = V( )( )

273 779
= (100 )( )( ) = 94,5 mL
296 760

Contoh 1.13 :
Pengukuran selam 6 menit pada metabolism basal, seorang pasien
menghembuskan udara 52,5L yang diukur diatas air paada 20C dan tekanan
750mmHg. Tekanan uap air pada 20 C = 17,5mmHg. Setelah dianalisis udara
yang dikeluarkan mengandung 16,75% dan yang di hirup mengandung 20,32%
volume oksigen kering .bila kelarutan oksigen dalam air diabaikan, hitunglah
oksigen rata-rata yang dikonsumsi oleh pasien dalam cm3O2permenit pada STP?
Jawab :
Tekanan 750mmHg disebabkan oleh udara kering ( bebas uap air ) dan tekanan
uap air .
Pudara kering = P1 PHO
= 750 17,5 = 732,5 mmHg
Volime udara kering pada STP berlaku :

V = V( ) ( )

273 779
= (100)( ) (760) = 47,1 L
296
2 ()
Rata rata O yang dikonsumsi =
2
(20,23 % 16,75 %)(47,1 )
=
6
= 0,280 L/menit = 280 cm3/menit

21
2.4.6 Hukum Efusi Graham
Bila dua macam gas yang tidak saling bereaksi ditempatkan didalam wadah,
maka kedua gas akan segera bercampur sehingga membentuk campuran yang
serba sama (homogen) proses pencampuran ini disebut Difusi.
Selain mudah berdifusi, molekul-molekul gas juga dapat mengalamiefusi.
Efusi adalah suatu proses dimana partikel-partikel gas bergerak melalui lubang
sempit melalui lubang sempit dari tempat yang bertekenan tinggi ketempet yang
bertekan rendah. Proses ini terjadi pada gas yang mengalir uang vakum lewat pori
(Gambar 1.11). Peristiwa yang sama terjadi pada balon yang diisi gas helium. Bila
balon tersebut dibarkan terlalu lama, gas helium akan keuar melalui melalui pori-
pori balon sehingga balon menjadi kempes.

Gambar 1.11 Efusi gas di dalam ruangan


Pada tahun 1830, Thomas Graham mempelajari kecepatan efusi berbagai
macam gas dan mendapatkan suatu hubungan yang kemudian disebut sebagai
Hukum Graham .
Pada suhu dan tekanan yang sama, kecepatan efusi gas berbanding
terbalik dengan akar rapatannya .
Secara matematis di tulis

Jika kecepatan efusi dari dua gas A dan B dibandingkan , maka :


=

Dimana
rA, rB = kecapatan efusi gas A dan B.
dA , dB = rapatan gas A dan B.
Dalam praktiknya yang biasa diukur adalah ukur (detik) yang diperlukan
oleh sejumlah tertentu gas untuk berefusi melalui lubang kecil. Mengingat

22
kecepatan efusi berbanding terbalik dengan waktu efusi (r 1/t), maka rumus
diatas dapat pula ditulis :

tA dan tB adalah waktu efusi gas A dan B.


Menurut persamaan rapatan gas ideal, rapatan gas berbanding lurus dengan
bobot molekulnya. Karena itu persamaan selanjutnya menjadi :


= =

Atau


=

Atau

Di mana M dan M adalah bobot molekul masing-masing gas.


Berdasarkan hukum efusi Graham dapat disimpulkan bahwa gas yang bobot
molekulnya lebih kecil akan berefusi lebih cepat daripada yang bobot molekulnya
lebih besar.

2.5 TEORI KINETIKA GAS

Hukum gas ideal yang dipelajari sebelumnya meringkas sifat-sifat


fisis gas pada tekanan rendah. Sifat-sifat gas juga dapat di jelaskan dengan
teori yang diturunkan dari sifat prilaku gas yang di peroleh dari percobaan
sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

23
1. Gas akan mengisi wadah tertutup dan akan keluar melalui lubang sempit
jika wadah itu berpori
2. Suatu zat yang berwujud gas akan memiliki volume yang jauh lebih besar
daripada bentuk cair.
3. Dalam ruang tertutup, suatu gas melakukan tekanan yang sama ke segala
arah.
4. Gas akan memuai bila tekanan ditiadakan.
5. Volume gas dapat di perkecil dengan memampatkannya.
6. Dalam ruag tertutup gas melakukan tekanan tertentu. Selama volume tetap
dan tidak ada kalor yang masuk atau keluar, maka tekanan akan tetap.
7. Tekanan gas pada volume tertentu akan akan bertambah bila suhu dinaikan
dan berkurang bila suhu diturunkan.
8. Partikel- partikel gas yang bergerak mempunyai enrgi kinetik yang
tergantung pada masa dan kecepatannya.
9. Eksperimen menunjukan bahwa gas yang lebih rapat berdifusi lebih lambat
daripada gas yang kurang rapat pada suhu yang sama.
Dari perilaku gas diatas dapat dirumuskan suatu teori yang disebut
Teori Kinetika Gas. Teori ini dapat diringkas dalam suatu model sebagai
berikut :
1. Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil yang disebut molekul yang
banyak jumlahnya.
2. Molekul-molekul selalu bergerak secara ack kesegala arah dengan
kecapatan sangat tinggi dan lintasan lurus.
3. Molekul-molekul gas saling bertabrakan satu sama lain dengan dinding
wadahnya. Tabrakan tidak mengakibatkan molekul kehilangan energi atau
bersifat elastis sempurna.
4. Volume sesungguhnya dari molekul gas dapat diabaikan terhadap volume
wadah sesungguhnya karena diameter rata-rata molekul sangat kecil
dibandingkan jarak rata-rata molekul.
5. Gaya tarik menarik atau tolak menolak antara molekul gas dapat di abaikan
karena jarak rata-rata antara molekul sangat besar.

24
6. Energi kinetik rata-rata molekul gas berbanding lurus dengan suhu
mutlaknya.
Rumus secara matematis yang diperoleh atas dasar teori di atas
ternyata sesuai dengan hasil percobaan.

2.6 BERAT MOLEKUL GAS

Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan


satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak
menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan
bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah
dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :

Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.

Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.

Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada


pengembangan.

Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap
Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam
(gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak
menyimpang dari gas ideal.

Kerapatan gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu


gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan
dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat
molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang
sama. Kerapatan gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter.
Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu
kemudian diukur pV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :

p V = n R T dimana n = m/BM

25
sehingga,

p V = (m/BM) RT

dengan mengubah persamaan

p(BM) = (m/V) RT = RT

di mana:

BM : Berat molekul

p : Tekanan gas

V : Volume gas

T : Suhu absolut

R : Tetapan gas ideal

: Massa jenis

Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang


sederhana ialah pV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat
dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada
tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan
berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal
dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah
bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai
volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan
berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Kerapatan yang
didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan kerapatan dan
tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas
dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :

pV=RT

M = R T = (d/p)o R T

26
Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang
diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada
kejenuhan udara tersebut.

2.7 VISKOSITAS GAS

Viskositas adalah ukuran tahanan yang diberikan oleh suatu fluida


terhadap gaya geser terapan. (Robert A. Alberty, 1984: 144) Semakin
tinggi interaksi dan ikatan antar molekul fluida, semakin tinggi tahanan
yang diberikan oleh suatu fluida ke tekanan geser yang diterapkan pada
fluida tersebut, karenanya, viskositas fluida akan semakin tinggi. tekanan
geser adalah gaya geser dibagi dengan luas. Tekanan geser berbanding lurus
dengan dengan laju regangan geser (atau gradien velocity).

dV
Diman = dY

= Tekanan geser

dV/dY = Laju regangan geser

= Viskositas

Dalam definisi sederhana viskositas alias kekentalan sebenarnya


merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu
fluida. Atau kita sebut juga sebagai gesekan internal fluida. Jadi molekul-
molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida
tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

Viskositas berhubungan langsung dengan temperatur, dimana pada


viskositas liquid, semakin tinggi temperatur semakin rendah viskositas.
Sedangkan pada viskositas gas, semakin tinggi temperatur semakin tinggi
viskositas, dapat diartikan bahwa pada liquid (zat cair) semakin tinggi

27
temperatur, interaksi dan ikatan antar molekul fluida pada zat cair akan
berkurang (gaya kohesi melemah), sehingga tahanan fluida akan semakin
rendah, viskositas semakin rendah. Pada fluida gas semakin tinggi
temperatur, interaksi dan ikatan antar molekul fluida pada gas akan semakin
tinggi (molekul-molekul bertumbukan), sehingga tahanan fluida akan
semakin tinggi, viskositas gas semakin tinggi. Dua poin ini dapat dijelaskan
dengan teori kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau
dekat dengan bentuk bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastic,
seperti pada fluida gas. Namun, tumbukan antara partikel yang bentuknya
tidak beraturan cenderung tidak elastic, seperti pada fluida cair. Dalam
tumbukan tidak elastik, sebagian energi translasi diubah menjadi energi
vibrasi, dan akibatnya partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung
berkoagulasi.
Viskositas secara umum dibagi dua:
- Dynamic viscosity atau absolute viscosity
- Kinetic viscosity, adalah dynamic viscosity dibagi dengan densitas

Viskositas pada fluida pada umumnya dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan Poiseville, sebagai berikut:
4
=
8
= koefisien viscositas (centi Poise)
T = waktu alir (detik)
P = tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm2)
R = jari-jari pipa dialiri fluida (cm)
V = volume zat (liter)
L = panjang pipa (cm)
Satuan viskositas didefinisikan sebagai tekanan geser dibagi
dengan gradien velocity
N.Sec/m2. Satuan berikut juga sering digunakan: cP = 0.001 N.Sec/m2
dan Poise = 100 cP = 0.1 N.Sec/m2. Rumus viskositas pada komponen gas

28
murni menurut persamaan Golubev (Jamal. M. Saleh, Ph.D., PE,2002:2.24)
dapat didefinisikan sebagai berikut:

= 0.965 < 1.0


0.29
0.71+

= > 1.0

Tabel Efek Temperatur pada Viskositas dari Komponen Gas*

Degree F Udara Hydrogen Ethane


(Degree C)
30 (-1.11) 0.0164 0.00829 0.00862
40 (4.44) 0.0167 0.0084 0.00878
50 (10) 0.0169 0.00851 0.00895
77 (25) 0.0176 0.0088 0.00939
90 (32.22) 0.0179 0.00894 0.0096
100 (37.77) 0.0181 0.00904 0.00976
120 (48.88) 0.0186 0.00926 0.01
*(nilai tabel dalam cP. Untuk mengkonversi ke N.s/m2, kalikan nilai tabel dengan
1000, untuk mengkonversi ke lbm/ft/hr, kalikan dengan 2.419)

dimana:

2
5 3
3.5
= 1
6
=
=
=
= ,
=
= /

29
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Gas terdiri dari molekul-molekul yang jaraknya saling berjauhan
sehingga gaya tarik-menariknya sangat lemah. Gaya tarik yang lemah
mengakibatkan molekul-molekul gas bebas bergerak ke segala arah.
Molekul-molekul gas itu bergerak sangat cepat dan terus bertumbukan satu
sama lain dan juga dengan dinding wadahnya. Tekanan didefinisikan
sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang per satuan luas. Udara
mempunyai berat sehingga menimbulkan tekanan. Untuk mengetahui
adanya tekanan udara, digunakan suatu alat yang disebut barometer.
Ada beberapa ilmuwan yang melakukan penelitian tentang gas.
Penemuan mereka mengenai gas dikenal dengan hukum-hukum gas
berdasarkan nama ilmuwan tersebut. Seperti hukum Boyle, hukum Charles-
Gay Lussac, hukum Avogadro.

Kombinasi dalam satu pernyataan hukum Boyle, Charles, Gay Lussac


dan Avogadro diperoleh suatu persamaan baru, yaitu hukum gas
ideal.Berdasarkan sifatnya, semua gas dibedakan menjadi dua, yaitu gas
ideal dan gas nyata. Gas Ideal, yaitu suatu gas hipotesis yang mengikuti
semua hukum-hukum gas sedangkan gas nyata, yaitu gas yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, seperti gas N2, CO2, O2, dan yang lainnya yang
mengikuti hukum gas pada tekanan rendah.

3.2 SARAN
Dengan mempelajari teori mengenai gas, kita menjadi tahu bagaimana
Tuhan menganugerahkan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki
manusia untuk meneliti ilmu pengetahuan sehingga apa yang diteliti dapat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penyusun berharap dengan adanya
makalah ini, pembaca terpacu untuk selalu memiliki rasa ingin tahu
terhadap bidang keilmuwan dan melakukan penelitian di masa mendatang.

30
Daftar Pustaka

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta

http://grasianto-chemistry.blogspot.com/p/materi-gas-ideal.html

http://kimiatip.blogspot.com/2013/04/materi-gas-dan-contoh-soalnya.html

http://sitirisnayah.blogspot.com/2013/06/tiga-wujud-materi-padat-cair-dan-
gas.html

31

Anda mungkin juga menyukai