Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PENGUATAN NILAI NILAI DALAM NASIONALISME ERA GLOBALISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Nasionalisme

Disusun Oleh :

Nama : Diyah Puspita Sari

Nim : 221003242010449

Dosen Pengampu : Nyoman Ardika, SH. MHum

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK KIMIA

Tahun Ajaran 2022/2023


Daftar Isi

Bab I Pendahuluan.......................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3 Tujuan................................................................................................................

Bab II Pembahasan.....................................................................................

2.1 Penguatan Nilai-Nilai Dalam Nasionalisme Era Globalisasi .......................................

Bab III Penutup............................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................................

3.3 Daftar Pustaka................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Globalisasi merupakan pengaruh yang dibawa akibat dari perkembangan di segala


bidang. Dewasa ini, semakin maraknya globalisasi mengakibatkan banyak sekali pengaruh
negatif dan positif. Namun, hal ini bukan lah masalah sepele yang hanya mumpu dipandang
sebelah mata semakin maraknya globalisasi mengakibatkan pudarnya rasa nasionalisme di
Indonesia.

Indonesin merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena pluralitasnya, baik
dari aspek ras, etris, bahasa, agama dan lainya. Itu pun ditambah status geografis sebagai
negara martim yang terdiri dari setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu pihak adalah
aset bangsa jika dikelola secara tepat, di pilak lain ia juga membawa bibit ancaman di
integrasi. Karakter pluralistik itu hanya satu pressing factor dalam realitas ikatan negara. Di
tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme sangat di butuhkan untuk
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat yang pluralitas membuat semakin hebatlah perkembangan globalisasi diringi


dengan perkembangan teknologi yang mendorong segala hal namun, Penggerusan rasa
Nasionalisme membuat citra bangsa di mata sendiri semakin terpuruk. Sehingga dalam
perkembangan Globalisasi ini, sebagai bangsa Indonesa. Kita harus benar- benar siap
menghadapi masalah yang ada di depan tanpa harus takut kehilangan citra bangsa sendiri.
Oleh karena itu dapat di lakukan penguatan rasa nasionalisme dari diri sendiri maupun orang
lain.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Nasionalisme ?

2. Apakah pengertian dari Globalisasi ?


3. Bagaimanakah pengaruh Globalisasi terhadap Nasionalisme ?

4. Bagaimanakah strategi untuk menguatkan rasa Nasionalisme ?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari tugas ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Nasionalisme

2. Untuk mengetahui pengertian dari Globalisasi

3. Untuk mengetahui pengaruh globalisasi terhadap Nasionalisme

4. Untuk mengetahui strategi penguatan rasa Nasionalisme

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasionalisne

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesan (Ai dkk, 1994:89) kata bangsa memiliki arti (1) kesatuan orang yang bersamaan asal
keturunan ada, bahasa, dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri: (2) golongan manusia,
binatang, atau tumbuh-tunbuhan yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang
sama atau bersamaan dan (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa
dan kebudayaan dalam arti umum dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di muka
bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa adalah kesatuan
yang timbul dari kesamaan keturunan budaya, pemerintahan, dan tempat. Pengertian ini
berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus yang sama diartikan sebagai golongan
orang-orang (keluarga) yang seturunan: golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang
besar (ibid., 1994:970).

Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada
kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati
bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan
pengertian politis. Merurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat
yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota
masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat.
Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan sebaliknya
satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.

Semetara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke
luar dan ke dalam Bangsa (nation) dalam pengertian politis inilah yang kemudian menjadi
pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam Yatim 2001:5758). Istilah nasionalisme yang
telah diserap ke dalam bahasa Indonesa memiki dua pengertian: paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang
secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu (Op. Cit. 1994:684).

Dengan demikian nasionalisme berarti menyatakan keunggdan suatu afinitas kelompok


yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah nasionalis dan nasional,
yang berasal dari balasa Latin yang berarti “lahir di”, kadangkala tumpang tindih dengan istilah
yang berasal dari bahasa Yurani etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya
digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan katurunan diluar konteks politik (Riff,
1995: 193-194).

Di Indonesia nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara. Perumusan


Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Uaha
Pesiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang
nerupakan perkembangan dari pemikiranya tertang persatuan tiga aliran besar : Nasionalisme,
Islam, dan Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang lain
yang mengandaikan ketiganya tidak dapat dikaitkan. Dalam sebuah artikel yang dituliskan dia
mengatakan, “Saya tetap nasionalisme, tetap Islam, tetap Maxis, sintese dari tiga hal inilah
memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri adalah sintese
yang geweklig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155).

Dalam artikel itu dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan
nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan untuk munusia dinilai Soekarno
tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya. Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan
kemungkinan untuk memberlakukan hukum hukum Islam dalam negara, karena anggota
parlemen sebagian besar orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan
memasukkan peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam
menurut Soekarno (ibid, 200:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan
lima asas untuk negara Indonesia merdeka Kelima asas itu adalah: (1) Kebangsan Indonesia.
(2) Internasionalisme atau peri kemanusinan. (3) Mufakat atau demokrasi (4) Kesejahteraan
sosial (5) Ketuhanan

Usaha ini menimbulkan perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler dan nasionalis
islam dan mendorong pembentukan sub panitia yang terdiri dari empat orang wakil nasionalis
sckuder dan enpat orang waki msiomais Islam serta Soekarno sebagai ketua sekaligus
penengah. Pertemuan sub panitia ini menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal dengan
Piagam Jakata. Usulan Soekarno menjadi inti dari Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan:
urutan kelima sila dan penambahan anak kalimat pada sila ketuhanan. Akhirnya anak kalimat
yang tercantum dalam Piagam Jakata diubah menjadi “Ketuhunan Yang Maha Esa”, yang
kemudian menjadi bentuk akhir Pancasila dasar bagi nasionalisme Indonesia yang sekuler
religi.

Dalam zaman modern ini nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan
yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di
bawah ilmuwan para politik biadanya menumpukkan penyelidikan mereka kepada
nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.
Nasionalisme dapat meonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan
negara) yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan
ideologi kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuadukkan sebagian atau semua elemen tersebut.
1. Nasionalisme kewarganegaraan (atau Nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya
“kehendak rakyat”, “ perwaklan politik”.
2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johan Gotfried
von Herder, yang memperkenakan kosep Volk (bahasa Jerman untuk rakyat).
3. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semula jadi (organik) hasil dari bangsa atau ras menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperi warna
kulit, ras dan sebagainya.
5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan selalu
Digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga
diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

B. Pengertian Gobalikasi

Pengertian globalisasi sendiri diambil dari kata “global yang artinya universal. Ada
sebagian yang berpendapat bahwa gobaksasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan menbawa seluruh bangsa dan negara berada dalam ikatan yang
semmkin kuat untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru atau kita bisa mengartikan
sebagai kesatuan koeksistensi yang nantinya akan menghapus batas-batas geografis, ekonomi
dan budaya masyarakat. Pengertian ini didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya
sebuah evolusi sosial ekonomi dan budaya serta tetap menjaga eksistensi dan pengaruhnya
terhadap dunia terutama dunia ketiga. Stigma negatif disematkan kepada globalisasi oleh para
pendukung ide ini globalisasi dipandang hanya evolusi dari kapitalisme dimana negara-negara
kaya akan mengontrol perekonomian dunia sedangkan negara-negara kecil atau yang sering
disebut negara ketiga hanya dieksploitasi dan semakin terbenam karena tidak mempunyai daya
saing.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi padoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh
dunia. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan
kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita
hindari kehadirannya. Dengan adaya globalisasi intensitas hubungan masyarakat antara satu
negara dengan negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian kecenderungan
munculnya kejahatan yang bersifat transnasional semakin sering terjadi Kejahatan-kejahatan
tersebut antara lain terkait dengan masalah narkotika, money laundering (Pencucian uang),
peredaran dokumen keimigrasian palsu dan terorisme. Masalah-masalah tersebut berpengaruh
terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin meraja lelanya peredaran narkotika dan psikotropika sehingga
sangat merusak kepribadian dan moral bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa. Jika
hal tersebut tidak dapat dibendung maka akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di
segala aspek kehidupan bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai identitas nasional.

C. Pengaruh Globalisasi Terhadap Nasionalisme


Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai banga Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda
sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian
tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketingalan gaya rambut mereka
dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara
menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh sapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak kita akan mendapat kerugian dan sekarang ini banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan teknologi tidak semestinya. Misal untuk menbuka situs-situs porno. Bukan
hanya internet saja ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap
masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sbuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun
dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap Iingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya adanya
geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan
kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan maka moral generasi
bangsa menjadi rusak dan akan timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya
dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yakni pengaruh posit dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi juga merasuk dalam berbagai bidang kehidupan, temasuk
kehidupan politik, ekonomi ideologi sosial budaya dan lain sebagainya. Hal ini tertunya akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamaman dan dan lain-lain. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor
pendukung utama dalam globalisasi. Perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala
informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar ke seluruh dunia. Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

1. Pengaruh positif
Dilihat dari globalisasi politik pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan merupakan bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi
meningkat. Dari aspek globalisasi ekonomi terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Semakin terbukanya pasar internasional ini
akan membuka peluang besar kerja sama dalam sektor perekonomian nasional. Dengan adanya
hal tersebut akan semakin meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa guna menunjang
kehidupan nasional bangsa dan negara.
Pengaruh adanya globalisasi dalam sektor sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang
baik. Seperti membangun etos kerja yang tinggi dan disiplin, serta meniru Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK ) dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa. Pada akhirnya, akan membawa kemajuan bangsa serta mempertebal rasa nasionalisme
kita terhadap bangsa.

2. Pengaruh negatif
Selain berdampak positif munculnya globalisasi juga berdampak negatif yang tak kalah
pentingnya untuk diperhatikan. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
Iiberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi Liberalisme. Jika hal tersebut
terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
Munculnya globalisasi juga berdampak pada aspek ekonomi Yakni semakin hilangnya
rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sebab, sudah semakin banyaknya produk luar negeri
seperti Mc Donalt, Coca-Cola, Pizza Hut, dan sebagainya, yang membanjiri pasar di Indonesia.
Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya
rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. Mayarakat kita khususnya anak
muda, banyak yang lupa mengenai identitas diri sebagai banga Indonesia. Karena gaya
hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
Selain itu globalisasi juga mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara orang
kaya dan miskin. Ini disebabkan karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berdampak terhadap
nasionalisme. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi bekurang atau bahkan hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Apapun yang ada di luar negeri dianggap baik serta mumpu memberi
aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Berdasarkan analisa dan
uraian di atas, pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh
karena itu, diperhatikan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap
nilai nasioalisme.

D. Startegi untuk menguatkan Rasa Nasionalisme


Semangat nasionalisme dan patriotisme sangat diperlukan dalam pembangunan
bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan
kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri
sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan
dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam
konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategi dalam
percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun


semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan generasi muda.
Sebagai contoh Gerakan Pramuka. Generasi muda adalah elemen strategis di masa
depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda
dapat berperan sebagai subjek maupun objek masa depan. Mereka sepertinya
menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai
subjek mupun objek.
2. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di
wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis.
3. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup di
daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik dan rawan bencana alam.
4. Peningkan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha
melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula
dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil mencapai prestasi yang
membanggakan di dunia internasional.
5. Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam
penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional seperti penyelesaian
konfik, kesehatan, lingkungan hidup dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Adapun penyebab memudarnya rasa nasionalisme di Indonesia yaitu dikarenakan oleh


faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti rasa kekecewaan masyarakat terhadap
kinerja pemerintah dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal seperti era globalisasi yang
membawa pengaruh negatif terhadap rasa nasionalisme. Dan memudarnya rasa nasionalisme
ini tentunya dapat mengancam dan menghancurkan ketahanan suatu bangsa karena seperti yang
kita ketahui bahwa rasa nasionalisme merupakan salah satu fondasi ketahanan suatu bangsa,
dan apabila hal tersebut terjadi maka ketahanan nasional akan melemah dan dapat melemah,
serta dapat ditembus dengan mudah oleh Pihak luar.

2.2 SARAN

Dari hasil pembahasan yang telah dibahas diatas, maka penulis memberi sarankepada
semua pihak khususnya kepada para pemuda Indonesia untuk lebih meningkatkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa kita. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan adanya langkah-
langkah antisipasi dan upaya yang telah diuraikan diatas. Hal tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.

3.1 DAFTAR PUSTAKA

Jamli Edion dkk. Kewarganegıraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara

http://situz-go.blogspot.com/2012/07/makalah-indonesia-di-era-globalisasihtmi
( Diakses pada hari Minggu,16 Oktober 2022 pada pukul 11.25 )

Satiman Sudewo. Dengan Semangat Berkobar: Nasipmisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia.
2003. Jakarta: Hasta Mira

http://situz-go.blogspot.com/2012/07/makal ah-indonesia-di-era-globalisasi.html

( Diakses pada hari Selasa,18 Oktober 2022 pada pukul 17.39 )

Anda mungkin juga menyukai