Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Siswa

Keaktifan yaitu aktivitas secara langsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, sehingga dapat menghasilkan perubahan

pengetahuan, pemahaman, dan sikap. Pada pembelajaran siswa terlibat

aktif , diperlukan berbagai upaya guru untuk membangkitkan keaktifan

siswa. Melihat keaktifan siswa tidak hanya pada satu aspek saja

melainkan dapat dilihat dari mental, fisik maupun sosial dalam

mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sinar (2018:112) keaktifan

adalah kegiatan belajar siswa yang dituntut untuk aktif. Maka guru

diharuskan untuk mencari cara agar meningkatkan keaktifan siswa

selama pembelajaran.

Pendapat dari Helmiati (2016:25) tentang keaktifan belajar yaitu

pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan semua potensi

yang dimiliki oleh peserta didik yang sesuai karakteristiknya, sehingga

dapat belajar yang diinginkan. Artinya dalam belajar mengajar siswa

berperan secara aktif dan sebagai pusat dalam pembelajaran secara

optimal. Keaktifan juga diartikan sebagai keadaan siswa selama

pembelajaran untuk aktif. Siswa dikatakan aktif di kelas berupa bertanya

kepada guru tentang materi yang dipelajari, mampu mengemukakan

10
11

pendapatnya dan lainnya. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan

kegiatan yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran

melalui aspek rohani dan jasmani serta guru mengembangkan tujuan

pembelajaran dengan keterlibatan intelektual, emosional dan fisik.

Salah satu penilaian hasil belajar siswa dapat dilihat dari berapa aktif

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Keaktifan belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu proses belajar

yang menyebabkan siswa untuk aktif pada kegiatan belajar berlangsung.

Menurut Rusman (2016:67) keaktifan ialah kegiatan siswa yang dapat

melibatkan pada saat proses pembelajaran dengan baik. Bahwa

keterlibatan siswa saat proses belajar dapat menjadi siswa untuk aktif

pada saat pembelajaran. Selanjutnya menurut Nugroho (2016:129)

keaktifan belajar siswa dapat menjadikan suatu pembelajaran berjalan

sesuai dengan yang sudah disusun oleh guru yaitu pada bentuk aktivitas

siswa secara mandiri maupun kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa merupakan

semua kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik dalam proses

pembelajaran yang optimal sehingga dapat menumbuhkan suasana kelas

yang kondusif. Tidak hanya hasil tes tulis yang mendapatkan nilai baik

namun di dalam proses belajar mengajar peserta didik mampu untuk

selalu aktif mengikuti kegiatan belajar.


12

b. Indikator Keaktifan Siswa

Keaktifan belajar mempunyai indikator yaitu ketika siswa

bersemangat, giat, berani dalam pembelajaran yang efektif. Pendapat

dari Rusman, dkk (2012:87) dikatakan aktif jika siswa memiliki

keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Bahwa keaktifan

peserta didik dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas yaitu kegiatan kelompok, diskusi kelas, serta

keberanian untuk tampil di depan kelas. Menurut Rusman, dkk

(2012:87) guru dapat mengukur keaktifan siswa melalui indikator –

indikator yaitu:

1. Siswa bersemangat saat mengikuti pembelajaran

Indikator siswa yaitu berupa semangat untuk belajar dapat

dilihat melalui respon siswa selama pembelajaran tematik. Materi

yang disampaikan merupakan materi yang baru tetapi siswa antusias

karena suatu yang dilakukan guru dapat membantu peserta didik

untuk antusias saat pembelajaran dan bersemangat dengan respon

siswa yang baik dan positif. Pada saat pembelajaran guru

memberikan soal latihan untuk dikerjakan mandiri maupun

kelompok dengan teman sebangku. Pada diskusi terdapat tanya

jawab antara siswa dengan siswa dan juga guru dengan siswa. Materi

yang dijelaskan yaitu tematik, maka saat mengerjakan soal guru

tidak membiarkan atau meninggalkan peserta didik untuk

mengerjakan sendiri. Namun guru juga bersedia untuk membimbing


13

siswa dan menjawab pertanyaan siswa yang tidak paham pada

materi dengan baik.

2. Siswa berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

Pada saat mengerjakan soal guru dapat menilai keaktifan

peserta didik berdasarkan indikator keaktifan yang kedua yaitu

siswa mampu untuk bertanya dan menjawab ketika siswa tidak

paham materi, maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakannya.

Sehingga siswa akan bertanya kepada guru maupun teman lain yang

sudah memahami materi. Guru juga dapat mengetahui keberanian

siswa untuk bertanya dan mengetahui teman yang dapat membantu

teman lain untuk memahami materi. Hal ini sama dengan pendapat

dari Rusman (2012:88) bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat

dari keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.

3. Siswa berani mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas.

Selama pemberian tugas kepada siswa guru selalu memberi

kesempatan pada siswa untuk menampilkan hasil diskusi di depan

kelas. Langkah selanjutnya yaitu guru membahas setiap soal yang

tidak dipahami oleh siswa untuk memastikan semua siswa sudah

memahami materi – materi yang sudah dipelajari. Jika guru

mengetahui siswa yang masih kebingungan dalam diskusi, maka

guru akan mengulangi kembali materinya.

Melalui indikator – indikator tersebut bahwa guru dapat mengukur

keaktifan siswa pada pelaksanaan belajar mengajar di kelas. Selain itu

guru juga mampu mengetahui dampak keaktifan dalam pembelajaran


14

yaitu pemahaman materi dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang

dilaksanakan. Pendapat dari Kezia (2020:75) pemahaman keaktifan

belajar dapat diketahui melalui hasil belajar siswa pada saat evaluasi

maupun tes tulis yang dilaksanakan. Pendapat ini sama yang

disampaikan oleh Nurwahyunita & Suwasono (2012:35) yaitu

keaktifan belajar siswa dapat berpengaruh pada kualitas pembelajaran

yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Selain itu juga, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada

guru mengenai sub-materi yang tidak paham. Guru juga memberikan

motivasi kepada siswa agar tidak merasa bosan saat pembelajaran di

kelas dengan cara bermain games, ice breaking atau dengan kata – kata

yang bijak dan penyemangat. Guru juga memancing siswa supaya

bertanya dan juga dapat membuat siswa merasa penasaran dan

bersemangat untuk mencari tahu jawabannya. Selain itu guru juga akan

bertanya mengenai materi hari ini, dengan cara memberikan

pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan pada tujuan pembelajaran.

Siswa akan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.

Menurut Afifah (2012:146) bahwa interaksi dapat memberikan potensi

baik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan juga dapat

meningkatkan hubungan sosial antar guru dengan siswa.

Dapat disimpulkan bahwa indikator - indikator keaktifan belajar

siswa dapat dilihat dari semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Bahwa siswa yang bersemangat dalam pembelajaran dibuktikan

melalui respon siswa selama pembelajaran berlangsung di kelas.


15

Respon siswa selama pembelajaran di kelas yaitu dapat memperhatikan

pembelajaran dan tidak berbicara dengan temannya yang tidak

berkaitan dengan pembelajaran. Selain itu siswa tidak takut untuk

bertanya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Siswa

Faktor yang mempengaruhi siswa kurang aktif pada proses belajar

yaitu siswa malas, bosan, pembelajaran tidak menarik, maupun siswa

yang tidak berani mengungkapkan ide/gagasannya. Maka guru dapat

menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan dapat memancing

siswa supaya aktif selain itu dapat menggunakan pembelajaran game

sehingga siswa juga merasakan belajar yang tidak membosankan. Guru

juga bisa melakukan di luar kelas sehingga dapat belajar dengan

lingkungan sekitar. Menurut Nugroho (2016:130) keaktifan siswa

membuat proses belajar berjalan sesuai dengan perencanaan yang sudah

disusun oleh pendidik, berupa aktivitas siswa dalam dirinya sendiri atau

dalam suatu kelompok.

Pada proses pembelajaran terdapat masalah yang berada di sekolah

yaitu saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, terdapat siswa yang

kurang dalam berpartisipasi keaktifannya, sehingga berpengaruh pada

hasil belajar yang ingin diperoleh. Hal ini disebabkan adanya faktor

interaksi guru terhadap peserta didik. Belajar membutuhkan minat dan

dorongan melalui upaya yang diberikan oleh guru dan juga dapat
16

mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Keaktifan peserta didik dilihat

dari pengetahuan mereka sendiri.

Keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dapat merangsang

dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa dapat berlatih untuk

berpikir kritis dan dapat memecahkan suatu permasalahan dalam proses

pembelajaran. Menurut Nugroho (2016:128) Bahwa faktor yang

mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu terdapat enam hal yaitu

siswa, guru, materi, tempat, waktu dan fasilitas. Peran guru dibutuhkan

dalam proses aktivitas di sebuah kelas, karena guru merupakan

penanggung jawab semua bentuk kegiatan pembelajaran di kelas.

Kemudian menurut Sardiman (2015:98) terdapat dua macam aktivitas

siswa pada saat proses pembelajaran yaitu pertama terdapat aktivitas

fisik dan kedua adalah aktivitas psikis.

Peran guru sebagai pemicu siswa saat tes tulis berlangsung, jika

guru hanya memberikan soal tanpa melibatkan peserta didik maka

suasana akan semakin bosan dan tidak akan memahami materinya.

Dampaknya akan membuat siswa mencari jawaban dengan cara yang

instan dan mudah dengan bantuan internet. Menurut Fitri (2018:67)

faktor pendukung yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu

faktor fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan keadaan fisik

(pancaindra) sedangkan psikologis adalah respon dan ingatan siswa

terhadap pelajaran. Selanjutnya faktor lainnya yang mempengaruhi

keaktifan belajar siswa yaitu guru, tempat dan fasilitas.


17

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan

siswa adalah sebagai seorang guru harus dapat menciptakan kreativitas

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat

nyaman, senang dan bersemangat pada saat belajar. Guru juga mampu

membuat siswa merasa aktif saat proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh individu untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku

secara menyeluruh. Pembelajaran juga diartikan sebagai proses anak –

anak menuju dewasa. Menurut Pratiwi (2021:78) pembelajaran adalah

suatu ringkasan saat kegiatan proses belajar antara guru dan juga murid.

Pembelajaran adalah bentuk nyata pada sistem pendidikan. Badan

pembelajaran bawah serta menengah wajib mempunyai sifat interaktif,

inspiratif, menyenangkan serta memotivasi siswa untuk bersikap aktif

dalam memperoleh ilmu pengetahuan (Beti, 2018:30).

Tematik merupakan suatu pembahasan materi yang berkaitan

dengan masalah dan kebutuhan lokal yang berisi tema dan akan

disajikan saat proses pembelajaran. Menurut Mohammad Muklis

(2012:2) Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai proses

belajar mengajar yang mendorong peserta didik supaya aktif dan pada

saat belajar berlangsung dan mampu untuk memecahkan suatu masalah

yang sesuai dengan kebutuhan siswa.


18

Pembelajaran tematik sangat berpusat pada siswa, karena siswa

sebagai pusat utama sedangkan guru yaitu sebagai fasilitatir. untuk

memberikan kemudahan kepada siswa sebagai aktivitas belajar. Secara

sederhana pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman nyata/

konkrit kepada siswa sebagai bahan untuk memahami hal – hal yang

lebih abstrak. Peserta didik diberikan waktu untuk mengembangkan

potensi diri sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 menjelaskan bahwa

Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar didesain dengan menggunakan

tematik terpadu.

Pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dilakukan di tahapan

sekolah dasar/SD atau madrasah ibtidaiyah/MI. Pembelajaran tematik

diterapkan supaya siswa belajar dengan mudah dan dapat memberikan

makna bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan tersebut

dimulai dari kelas bawah dan kelas atas yaitu kelas I-VI. Menurut Akbar

(2013:55) bahwa pelajaran tematik yaitu pembelajaran yang

memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Selain itu pembelajaran

tematik dapat menolong peserta didik untuk memahami konsep dapat

mudah melalui tema yang sudah dicocokkan dengan kehidupan sehari-

hari. Menurut Ima (2018:187) karakteristik pembelajaran tematik adalah

kegiatan belajar dan sesuai dengan pengalaman peserta didik yang

relevan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan anak usia sekolah

dasar serta mampu mengembangkan ketrampilan sosial.


19

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik ialah

pembelajaran terpadu dengan tema untuk menghubungkan beberapa

mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengetahuan yang berguna

bagi siswa. Selain itu pembelajaran tematik juga dapat melibatkan

peserta didik saat proses belajar. Kemudian siswa dapat memecahkan

masalah yang ada supaya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan

kreativitas.

3. PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas)

Pendidikan di Indonesia selama masa pandemi covid-19,

mengalami aktivitas yang berbeda sejak bulan Maret 2020. Menurut

Martini (2021:165) pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran

secara transisi bahwa peserta didik dapat mengikuti sistem pembelajaran

secara daring dan luring dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Bahwa murid dan guru akan menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru.

Pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif yang dilakukan selama

terjadi wabah covid-19.

Sehingga muncul adanya pemberitahuan dari pemerintah mengenai

penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi covid-19, salah satu

poin penting yaitu bahwa wilayah Indonesia yang termasuk zona hijau

diperbolehkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka terbatas.

Salah satu daerah yang melakukan pembelajaran tatap muka terbatas

yaitu daerah Malang. Menurut Anggrawan (2019:187) pembelajaran

tatap muka dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan di

kelas mengandalkan kehadiran guru untuk mengajar.


20

Pembelajaran tatap muka terbatas dari berbagai daerah dilakukan

sebagai awal dalam bentuk untuk menjaga kualitas pembelajaran anak

di Indonesia dan untuk menjaga mental anak sehingga dapat belajar

kembali secara luring. Setelah hampir 1,5 tahun siswa belajar secara

online di rumah akibat adanya pandemi Covid-19. Pemerintah

menerapkan pembelajaran secara terbatas yaitu untuk mengurangi

dampak negatif berkepanjangan. Selain itu dampak tidak hanya untuk

kualitas pendidikan tetapi juga untuk tumbuh kembang anak.

Faktor penyebab kondisi tersebut karena terlalu lama siswa

melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Berdasarkan pendapat

dari Cahyani, dkk (2020:130) bahwa motivasi belajar peserta didik yang

mengikuti pembelajaran menurun pada saat terjadinya virus Covid19.

Faktor lainnya yaitu guru masih menggunakan model pembelajaran

konvensional. Pada saat pembelajaran tatap muka terbatas guru

menggunakan metode ceramah. Guru menerangkan materi sedangkan

siswa mendengarkan dan mencatat. Maka guru harus mengubah cara

mengajarnya dengan menggunakan model mengajar yang bervariasi

dan dapat membuat siswa aktif saat mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembelajaran yang

dilakukan dengan jumlah peserta didik terbatas dengan mematuhi

protokol kesehatan, supaya tidak terjadi adanya penyebaran virus covid-

19 dan menyelamatkan generasi muda dari wabah covid-19. Menurut

Asmuni (2020:245) guru dapat membuktikan bahwa kegiatan belajar

mengajar selama terjadi covid-19 tetap berjalan. Kegiatan belajar ini


21

supaya generasi bangsa tidak tertinggal dalam mengejar ilmu dan tetap

mengikuti pembelajaran demi kemajuan bangsa di masa yang akan

datang (Pujiasih, 2020:45).

Pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan dengan membatasi

jam pertemuan yang sudah ditentukan dan jumlah peserta didik tidak

seluruhnya mengikuti pembelajaran normal atau berdasarkan jadwal.

Pembatasan kegiatan proses belajar tersebut mempengaruhi tingkat

pemahaman peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari dan

menyebabkan keaktifan siswa sangat terbatas. Menurut Pattanang

(2021:116) perencanaan pembelajaran tatap muka terbatas terdapat

beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu pendidik dan semua petugas

sekolah sudah melakukan vaksinasi, dapat meningkatkan imun peserta

didik dan tenaga kependidikan, mempersiapkan sarana dan prasarana

yang sesuai dengan kondisi.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas

merupakan proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan

siswa pada suatu ruangan tanpa adanya perantara media virtual. Proses

pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan setelah kejadian

pandemi covid-19 sudah mereda tetapi masih dengan mematuhi

protokol kesehatan supaya tidak terjadi penularan virus covid-19.


22

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1 : Kajian Penelitian yang Relevan

No. Peneliti Judul Kesamaan Perbedaan

1. Nurfatimah Analisis Keaktifan Keaktifan belajar Perbedaan dari


(2020) Belajar Siswa Kelas siswa peneliti
Tinggi di SDN 07 sebelumnya yaitu
Sila pada Masa pada masa
Pandemi Covid-19 pandemi Covid-
19 sedangkan
penelitian ini
selama PTMT.
2. Giska Rizki Analisis Keaktifan Keaktifan siswa Perbedaan dengan
(2020) Belajar Selama penelitian yang
Pembelajaran Daring terdahulu yaitu
Berbasis Whatsaap pembelajaran
Siswa Kelas IV di daring berbasis
SDN 1 Gunung Sari whatsaap.
Ulubelu Tanggamus
3. Fitri Analisis faktor- Keaktifan belajar Perbedaan
Syawalani Faktor yang siswa penelitian yang
(2018) Mempengaruhi terdahulu yaitu
Keaktifan Belajar tentang
Siswa Kelas VII B pembelajaran IPS
pada Pembelajaran Terpadu,
IPS Terpadu di SMP sedangkan
Negeri 22 Kota penelitian ini
Jambi menggunakan
mata pelajaran
tematik
23

C. Kerangka Berpikir

Kondisi Ideal: Kondisi Faktual :

Pada kurikulum 2013 siswa diminta untuk aktif Dari hasil wawancara di SDN Tegalgondo telah
dalam pembelajaran dikelas. Dan juga siswa terjadi keaktifan belajar pada pembelajaran
dituntut bersikap baik dan sopan dengan guru. tematik selama PTMT

Terdapat siswa yang tidak ikut untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran tematik selama PTMT di kelas III SDN Tegalgondo

Teknik Analisis: Teknik Pengumpulan


Data : Jenis Penelitian :
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data 1. Observasi Kualitatif deskriptif.
3. Penyajian data 2. Wawancara
4. Kesimpulan 3. Dokumentasi

Analisis Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

(PTMT) di Kelas III SDN Tegalgondo

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai