Anda di halaman 1dari 12

A.

LATAR BELAKANG KURIKULUM 1947

1. PENGERTIAN KURIKULUM

Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan dalam bidang
olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi istilah
kurikulum pada jaman romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Pada tahun
1855, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mngandung arti
sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat


dilihat Menurut SK MENDIKNAS No. 232/U/2000, yaitu :

“Seperangkat rencana, pengatura, isi, bahan kajian, dan pelajaran serta cara
penyampaian dan penilaian sebagai pedoman penyelenggara”

Sedangkan kurikulum berdasarkan UU RI no 20 tahun 2003, adalah :

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

2. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1947

1. LANDASAN FILOSOFIS
Kondisi bangsa : Pasca Kemerdekaan

Indonesia merdeka pada tahun 1945, dimana setelah berhasil merebut


kemerdekaan dari penjajah maka rakyat Indonesia harus berusaha untuk
mempertahankan kemerdekaan itu. Selain berjuang dalam tindakan politik dan
menggunakan senjata, juga diperlukan tindakan dalam dunia pendidikan, salah
satunya yaitu dengan merubah sistem pendidikan di Indonesia.

1
Pendidikan Indonesia sebelum merdeka memiliki landasan dan tujuan untuk
kepentingan penjajah, sehingga pada tahun 1947 Panitia Penyelidik Pengajaran
melakukan perubahan terhadap kurikulum pendidikan yang ada pada saat itu.
Pada tahun 1947 dibentuk kurikulum yang dasar hukumnya telah disesuaikan
dengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia.

Keberadaan kurikulum 1947 ini, diharapkan mampu menumbuhkan rasa


kebangsaan (patriotisme, nasionalisme, cinta tanah air, cinta budaya, dan
toleransi) di dalam diri setiap peserta didik, sehingga para peserta didik dapat
mengenali tanah airnya sendiri dan dapat mempertahankan kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa filosofi kurikulum


1947 adalah untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri setiap peserta
didik agar mampu mengenali, menjaga, dan mempertahanakan tanah air, budaya
serta kemerdekaan bangsa Indonesia. Sehingga, negara Indonesia dapat sejajar
dengan negara merdeka lainnya.

2. LANDASAN PSIKOLOGI

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal


dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan
peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi Psikologis adalah
kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu yang dinyatakan dalam
berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dalam lingkungan. Perilakunya
merupakan ciri dari kehidupannya yang tampak maupun yang tidak tampak, yakni
perilaku kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Menurut Sudjana (1988: 14) Minimal terdapat dua bidang psikologi yang
mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2)
psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu pribadi anak didik berkenaan dengan perkembangannya.
Landasan psikologi sangat penting untuk dijadikan landasan dalam
mempertimbangkan bobot belajar pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta
beban belajar yang mesti diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi

2
dan kejiwaan peserta didik.
Menurut penulis pengembangan kurikulum 1947 mempertimbangkan
landasan psikologis karena beberapa hal berikut :
1. Bobot per mata pelajaran pada kurikulum 1947 telah sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik sekolah menengah,
2. Materi yang diajarkan pada kurikulum 1947 telah dikaitkan dengan kejadian
di kehidupan sehari-hari, hal ini selaras dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik dimana pada saat itu usia peserta didik kira-kira sudah mencapai
usia 11 tahun keatas. Menurut Piaget, saat berusia 11 tahun perkembangan
kognitif peserta didik telah memasuki periode operasi formal dimana pada
periode ini peserta didik telah dapat berpikir logis dan abstraks.

3. LANDASAN SOSIOLOGIS

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik


formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan
kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya.

Menurut penulis, kurikulum 1947 memiliki landasan ini dikarenakan


dalam kurikulumnya ditekankan pada kebersamaan, dimana pada masa itu yang
kita tau merupakan masa pasca kemerdekaan dan masih kentalnya rasa saling
menjaga kesatuan. kurikulum ini tidak hanya membentuk jiwa peserta didik yang
memiliki rasa patriotisme melainkan juga membentuk agar peserta didik tidak
hanya tau bagaimana Indonesia itu namun juga harus tau bagaimana menjaga
Indonesia dengan kebersamaan.

3
4. LANDASAN ORGANISATORIS

Suatu aktivitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu suatu


bentuk pola yang jelas tentang bahan yang akan disajikan kepada peserta didik.
Pola atau bentuk bahan yang akan disajikan inilah yang dimaksud organisasi
kurikulum. Kurikullum 1947 ini merupakan kurikulum awal pendidikan bangsa
Indonesia, yang kita tau tujuan dari kurikulum 1947 ini ialah membentuk jiwa
peserta didik yang memiliki rasa patriotisme atau bela negara.

Pengorganisasian bahan ajar pada kurikulum 1947 ini termasuk jenis


organisasi kurikulum separated subject curriculum dimana segala bahan pelajaran
yang disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu
lepas dari yang lain, sehinng penulis menyimpulkan bahwa pada kurikulum 1947
memiliki landasan organisatoris.

5. LANDASAN YURIDIS
Kurikulum 1947 yang lebih dikenal dengan sebutan Rentjana Peladjaran
memiliki landasan hukum, sebagai berikut:
• Landasan idiil pendidikan di Indonesia yang dianut dalam kurikulum I947
adalah Pancasila.
• Landasan konstitusional pendidikan nasional yang juga sebagai dasar
konstitusional kurikulum 1947 adalah UUD l945.
• Instruksi Menteri Pengajaran RI pada 29 September 1945 tentang
pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, antara lain:
Agar segala usaha pendidikan dan pengajaran berlandaskan dasar
Kebangsaan Indonesia, memelihara dan menguatkan “rasa cinta Nusa dan
Bangsa dalam hati sanubari murid-murid dan pelajar-pelajar dengan
memasukkan semangat kebangsaan dalam kebangsaan dalam segala
pelajaran, serta menghapuskan segala isi pengajaran yang dapat
melemahkan semangat itu.

6. LANDASAN TEKNOLOGIS
Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Menurut penulis, pada

4
pengembangan kurikulum 1947 belum didasarkan pada landasan teknologis,
hal ini dikarenakan kondisi negara Indonesia yang baru saja merdeka dan
teknologi yang ada pada saat itu belum bias mendukung proses pemebelajaran.

B. TUJUAN KURIKULUM 1947

Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran) bisa dikatakan sebagai pengganti


sistem pendidikan kolonial penjajah. Suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan, maka pendidikan sebagai
development conformism bertujuan untuk membentuk karakter manusia Indonesia
yang merdeka, berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini
(development conformism), serta mengutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.

Menurut Belen (2010 : 34), Tujuan institusional sekolah dasar pada


kurikulum 1947:
Agar murid-murid lambat laun dengan rasa tanggung jawab :
• Dapat menyelenggarakan sendiri kesehatan dan rasa bahagianya
• Faham hidup bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan Indonesia
(yang berdasar Ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab),
• Semakin tegas hasratnya untuk mengembangkan (mempergunakan) jiwa-
raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik Indonesia
(sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan rakyat dan keadilan
sosial).

Berikut ciri-ciri manusia pada kurikulum awal kemerdekaan (Kurikulum


1947):
1. Perasaan bakti kepada Tuhan YME
2. Perasaan cinta kepada ibu dan bapak
3. Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan
4. Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut
pembawaan dan kekuatannya

5
5. Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan
masyarakat
6. Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata
tertib
7. Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus
hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas
harga diri sendiri
8. Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu
kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan

C. ISI KURIKULUM 1947

1. STRUKTUR KURIKULUM 1947

Bentuk kurikulum 1947 memuat dua hal pokok yaitu :


1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Sehingga pada
masa itu, kurikulum pendidikan 1947 mengutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Garis-garis besar pengajarannya (GBP)


Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru
mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan
bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam
mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan
berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat besi berani), dan
menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap
pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai
1952.Silabus mata pelajarannya sangat jelas. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran.

6
Tabel 1. Struktur Kurikulum SMP 1947

Jumlah Jam Pelajaran dalam Seminggu


No Mata Pelajaran
I II III A III B

1 Bahasa Indonesa 6 6 6 5

2 Bahasa Daerah 2 2 3 2

3 Bahasa Inggris 3 3 4 3

4 Berhitung 4 4 2 4

5 Ilmu Ukur 3 3 - 3

6 Ilmu Alam 2 3 2 5

7 Ilmu Hayat 2 2 2 2

8 Ilmu Bumi 2 2 3 2

9 Sejarah Tatanegara 2 2 3 2

10 Pengetahuan Dagang - 1 2 -

11 Seni Suara 1 1 1 1

12 Menggambar 1 1 1 1

13 Pekerjaan Tangan 1 1 1 1

14 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3

15 Budi Pekerti - - - -

16 Agama 2 2 2 2

Jumlah 34 36 35 37

Struktur kurikulum SMP tahun 1947 mengalami perubahan jika


dibandingkan dengan struktur kurikulum SMP yang berlaku pada zaman jepang
tahun 1942. Perubahan yang terjadi adalah sekolah menengah hasil ciptaan Jepang
diubah menjadi SMP dengan masa studi 3 tahun. Mereka yang menempuh tiga
tahun dan lulus berhak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Pada kelas tiga

7
akan adanya pembagian jurusan. Bagian A, jurusan Bahasa dan Pengetahuan
sosial sedangkan bagian B, jurusan ilmu pasti dan pengetahuan Alam

2. PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 1947


Proses pembelajaran yang dilakukan saat itu lebih ditekankan pada
pemahaman materi yang berpusat pada wilayah Indonesia. Materi-materi
pelajaran yang sebelumnya berkiblat pada penjajah diubah menjadi berpusat pada
Indonesia.

Proses belajar mengajar sebagai pelaksanaan kurikulum tahun 1947 mengacu


pada usaha terwujudnya tujuan pendidikan nasional, yaitu pembentukan warga
negara yang sejati yang sanggup menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk
negara dan bangsa Indonesia. Untuk itu kegiatan belajar mengajar mengacu pada
uasaha pembentukan warga negara yang sejati. Oleh karena itu kegiatan belaiar
mengajar memperhatikan prinsip-prinsip yang mengarah pada tuiuan yang
dimaksud. Prinsip-prinsip proses belalar yang menjadi acuan adalah :

• Dapat meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;


• Dapat menimbulkan perasaan cinta kepada alam;
• Membangkitkan nasionalisme;
• Memupuk perasaan cinta dan hormat kepada ibu dan bapak;
• Membangkitkan perasaan cinta kepada Bangsa dan Kebudayaan Nasional;
• Menimbulkan kesadaran akan kewajiban dan peran serta warga negara
dalam memajukan negara;
• Menimbulkan kesadaran warga negara untuk tunduk pada hukum yang
berlaku;
• Membarrgkitkan keyakinan dan kesadaran bahwa pada dasamya manusia
itu sama harganya, sebab itu hubungan sesama anggota masyarakat harus
bersifat hormat-menghormati, berdasarkan atas rasa keadilan, dengan
berpegang reguh atas harga diri sendiri; dan
• Membangkitkan kesadaran bahwa negara memerlukan warga negara yang
rajin bekerja, tahu pada kewajibannya, dalam pikiran dan tindakannya.

8
3. SISTEM EVALUASI
Sistematika pendidikan pada masa berlakunya Kurikulum 1947 tidak
dijelaskan secara rinci karena implementasinya dilaksanakan pada 1950.
Evaluasi terhadap pencapaian hasil pendidikan lebih diarahkan pada ketentuan
mengenai kelulusan seseorang dari suatu unit atau lembaga pendidikan
tertentu.
Kualitas yang harus dikuasai oleh peserta didik tidak didasarkan pada
tujuan pendidikan nasional sehingga alat evaluasinya pun tidak dikembangkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan pendidikan.
Soal-soal yang dikembangkan untuk Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA)
adalah untuk menentukan kelulusan seorang siswa, bukan untuk mengukur
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan


harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan, berikut uraiannya:

• Ulangan harian dan ulangan umum catur wulan dilakukan oreh guru dan
dijadikan sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor dan penentuan
kenaikan kelas. Ulangan harian dan ulangan umum catur wulan dipakai
sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa naik atau tinggal
kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6 dalam
ulangan catur wulan, yang bersangkutan mengikut, ulangan perbaikan (her).
• Ujian Penghabisan dikoordinasikan oleh rayon (karesidenan) untuk
menentukan kelulusan siswa. Soal dibuat di pusat dan bentuk soal yang
digunakan adalah soal uraian (esai). Seorang siswa SMP dapat dinyatakan
lulus jika memperoleh :
1. Nilai rata-rata 6 untuk semua mata pelajaran, diperkenankan maksimal
ada nilai 5 (nilai kurang) sebanyak 4 mata pelajaran atau ekuivalennya
(nilai 4 ekuivalen dengan dua nilai 5).
2. Tidak boleh ada nilai lebih kecil dari pada 4 (nilai 3 disebut angka mati).

9
Gambar 1 . ijazah dan Surat Tamat Belajar

4. KARATERISTIK
1. Kurikulum 1947 termasuk dalam jenis kurikulum Separated Subject
Curriculum (1946-1947). Hal ini mengacu pada pemberian mata pelajaran
yang antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan
sama sekali.
2. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah.
3. Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) – 16 bidang studi, SMP-17
bidang studi dan SMA jurusan 19 bidang studi.

Kelebihan kurikulum 1947

Adapun kelebihan dari kurikulum 1947 antara lain sebagai berikut:


a. Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan
mendudukkan pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh
berdirinya negara Indonesia melalui persatuan dan kesatuan untuk
mengusir penjajah;
b. Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui
Pendidikan;
c. Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang
telah lalu di masa penjajahan, sehingga memudahkan dalam
penyusunannya;

10
d. Disusun dengan landasan filosofis masyarakat Indonesia sebagai suatu
system yang dapat menentukan arah hidup serta menggambarkan nilai-
nilai apa yang paling dihargai dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Kekurangan kurikulum 1947

Adapun Kekurangan dari kurikulum 1947 antara lain sebagai berikut:


a. Dibayang-bayangi pendidikan jaman penjajahan, sehingga mengarah
pada pola pengajaran penjajah ;
b. Belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih
dominan ranah afektif ;
c. Peserta didik bergantung sepenuhnya kepada pendidik sehingga tidak
terjadi pengembangan secara individual;
d. Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan
dampak pada terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa
Indonesia hingga secara resmi dilaksanakan pada tahun 1950.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT


Remaja Rosadakarya.

Belen, S. 2010. Sejarah Kurikulum SD di Indonesia . Jakarta : Pusat Kurikulum


Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas

Iswati, Endah Nur. 2015. Analisis Filosofi Kurikulum Dalam Kurun Waktu 1947-
1964. Yogyakarta : UNY Press.

Miryani, Ani. 2015. Analisis Kurikulum Tahun 1947. http://Telaah-


kurikulum/ani-miryani-ANALISIS-KURIKULUM-TAHUN-1947.htm. Di
akses pada 17 Agustus 2018.

Pristiwanti, Dwi Okta. 2015. Menganalisis dan Membandingkan Kurikulum


Pendidikan di Indonesia dari Masa Kolonial hingga Masa Kurikulum 2013
Jenjang SMP.http://www.academia.edu/11497045/Menganalisis_dan-
_Membandingkan_Kurikulum_Pendidikan_di_Indonesia_dari_Masa_Kol
onial_hingga_Masa_Kurikulum_2013_Jenjang_SMP . Diakses pada 17
Agustus 2018.

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Baru. Jakarta :


Sinar Baru Algesindo

Winarso, Widodo. 2015. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Bandung :


PT Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai