Disusun Oleh :
1
Diadaptasi dari Plan in Vietnam. Op. Cit.
mendorong anak untuk melanjutkannya secara mandiri, namun harus tetap
memberikan perhatian pada pekerjaan anak.
3. Orang dewasa menilai prestasi anak- 3. Penilaian diri oleh anak-anak: anak-
anak dan menetapkan standar dengan anak memutuskan apakah mereka puas
sedikit atau tanpa partisipasi bersama. atau tidak dengan prestasi mereka.
(Orang tua dan guru merasa puas Mereka menetapkan standar mereka
dengan pencapaiannya tetapi tidak sendiri dengan partisipasi dari orang
mempertimbangkan apakah anak tua atau guru mereka.
tersebut juga puas atau tidak.)
1. Sikap dan nada suara orang dewasa sangat penting dalam menyampaikan pesan
yang positif. Mata dan nada suara adalah tanda ketulusan yang sangat berharga
yang dapat dengan mudah ditafsirkan oleh manusia dari segala usia.
2. Hindari membandingkan anak dengan anak yang lain; saudara laki-laki, saudara
perempuan atau teman sebaya lainnya. Jika anak tersebut bukan siswa yang
berprestasi, perbandingan ini mungkin membuatnya merasa patah semangat.
Perbandingan ini juga mengurangi rasa percaya diri anak karena itu merendahkan
upaya dan kemajuan mereka sendiri.
3. Harapan orang tua yang terlalu tinggi atau rendah dapat membuat anak frustasi.
Harapan yang tinggi dapat membuat anak merasa tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Harapan orang tua atau guru yang menyebabkan mereka
kehilangan motivasi untuk mencoba sedangkan ekspektasi yang rendah membuat
anak-anak menunggu bantuan orang lain dan kehilangan motivasi untuk berusaha
lebih baik.
4. Orang dewasa harus lebih memperhatikan kekuatan dan kebajikan anak, berfokus
pada kemampuan dan perilaku positif mereka.
5. Kesalahan harus dilihat sebagai sebuah proses belajar
2
Dikembangkan dari https://www.facinghistory.org/resource-library/teaching-strategies/contracting. Diakses
tanggal 11 Agustus 2020, pukul 09.22 WIB.
berbeda, mempertanyakan asumsi, menyuarakan pendapat mereka dan secara aktif
mendengarkan orang lain.
Ketika siswa merasa diberdayakan untuk berkontribusi dengan jujur dan bergumul
dengan berbagai perspektif selain perspektif mereka sendiri, diskusi semacam itu dapat
menjadi positif dan bahkan mengubah hidup mereka. Dengan melibatkan siswa dalam
proses pembuatan kesepakatan kelas, akan cenderung membuat siswa lebih
bertanggungjawab untuk menegakkan norma dan harapan yang ditetapkan, daripada
sekedar mengikuti peraturan yang dibuat sekolah. Guru dapat berperan sebagai
pemandu diskusi penyusunan kesepakatan kelas.
Dengan adanya kesepakatan kelas, maka para siswa dilatih untuk mendiskusikan secara
terbuka harapan-harapan tentang bagaimana anggota kelas akan berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Membangun kesepakatan kelas adalah strategi yang efektif untuk
membuat kelas menjadi komunitas yang reflektif. Komunitas kelas yang reflektif adalah
tempat di mana aturan dan norma eksplisit disepakati untuk melindungi hak setiap orang
untuk berbicara; dimana perspektif yang berbeda dapat didengar dan dihargai; dimana
anggota mengambil tanggungjawab untuk diri sendiri, satu sama lain, dan kelompok
secara keseluruhan; dan siswa belajar untuk menyuarakan kepentingan mereka dalam
pengambilan keputusan kolektif.
Namun, kesepakatan kelas yang disusun harus terus ditinjau secara berkala untuk melihat
apakah norma-norma yang disepakati perlu diperbaharui. Dengan melakukan peninjauan
kesepakatan kelas ini, maka komunikasi dengan anak akan terus berjalan, dan siswa
dimungkinkan untuk melihat, mengevaluasi pelaksanaan kesepakatan kelas yang ada.
Siswa diberi ruang untuk mengevaluasi diri sendiri berdasarkan kesepakatan yang
mereka buat.
Dalam menyusun kesepakatan kelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1. Mendefinisikan apa itu Kesepakatan Kelas
Kesepakatan kelas sebaiknya dilakukan pada saat awal pertemuan ketika siswa
masuk ke sekolah, pada awal semester. Guru atau wali kelas perlu menjelaskan
kepada siswa tentang pentingnya kesepakatan kelas, mengapa mereka harus
membuatnya secara bersama. Kesepakatan kelas menyiratkan bahwa semua pihak
memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesekatan. Setiap siswa memiliki hak
dan kewajiban yang sama.
2. Refleksi Siswa
Untuk mempersiapkan siswa mengembangkan kesepakatan kelas, mintalah
mereka untuk merefleksikan, membayangkan kehidupan bersama sebagai siswa
dalam komunitas kelas. Seorang guru dapat saja meminta siswa untuk
merefleksikan atau merenungkan beberapa hal seperti:
• Mintalah siswa untuk mengidentifikasi, hal-hal apa saja yang bisa membuat
mereka merasa nyaman dalam kelas, atau apa yang bisa dilakukan untuk
membantu mereka agar nyaman dalam kelas.
• Guru mendorong semua siswa untuk untuk bisa menyuarakan ide-ide
mereka dan teman-teman lain harus bisa mendengarkannya.
3. Pendekatan yang bisa dilakukan dalam menyusun kesepakatan kelas
Kesepakatan kelas biasanya mencakup beberapa aturan atau harapan yang jelas,
serta konsekuensi bagi mereka yang tidak memenuhi kewajiban mereka sebagai
anggota komunikas kelas. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk membuat
dan mengembangkan kesepakatan kelas. Beberapa cara yang biasa digunakan
guru, antara lain:
• Guru dapat meminta siswa untuk mengutarakan pendapat, pandangan, ide
mereka secara langsung, terbuka.
• Guru dapat meminta siswa untuk mengutarakan pendapat, pandangan, ide
mereka secara tidak langsung, tertutup, dengan menuliskannya pada
lembaran kertas, dan kemudian dibacakan untuk didiskusikan secara
bersama. Metode ini bisa digunakan guru untuk mengakomodir siswa yang
tidak bisa mengutarakan pendapat secara langsung.
• Meminta sekelompok kecil siswa untuk bekerja sama menulis aturan atau
harapan untuk komunitas kelas. Jika ada perbedaan, atau perbedaan
pendapat, maka ide-ide tersebut dapat didiskusikan secara bersama.
• Guru dapat menuliskan beberapa aturan, kemudian siswa diminta untuk
membahas apa pendapat mereka tentang norma-norma, aturan, harapan
tersebut. Guru mendiskusikan bersama siswa, manakah dari norma, aturan,
atau harapan-harapan tersebut yang yang akan membantu siswa dalam
mengembangkan kesepakatan kelas, saling menghormati, saling menghargai,
dan produktif? Siswa diberi kesempatan untuk mengedit daftar norma, aturan
atau harapan-harapan tersebut dengan menghapus, merevisi atau
menambahkannya.
• Metode-metode lain yang mungkin digunakan guru agar siswa dapat
mengemukakan pendapatnya
4. Hasil Pembahasan Kesepakatan Kelas
Setelah kesepakatan kelas selesai dibahas, konsensus tentang aturan, norma, dan
harapan telah dicapai, maka penting bagi setiap siswa untuk memberi tanda
persetujuannya. Hasil kesepakatan kelas berupa norma, aturan atau harapan dapat
disalin oleh seluruh siswa, atau dibuat dalam kertas kartun dan ditempel di tempat
yang dapat dilihat oleh seluruh siswa. Selain itu, hasil kesepakatan kelas ini juga
perlu dikomunikasikan dengan orang tua siswa.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa untuk tertib kehidupan bersama di kelas, maka
dibutuhkan aturan, norma, harapan bersama, yang disusun secara bersama oleh
komunitas kelas bersama guru. Langkah-langkahnya antara lain:
1. Minta anak mengungkapkan bagaimana kelas yang mereka harapkan dan tingkah
laku/sikap apa yang bisa diterima dan tidak bisa diterima. Daftar setiap harapan yang
diungkapkan oleh anak.
2. Diskusikan setiap harapan bersama anak, lalu jika setiap orang setuju (anak dan guru)
kembangakan menjadi sebuah peraturan.
3. Minta pendapat anak, apakah peraturan yang dikembangkan dipahami dengan jelas
(tidak menimbulkan ambigu). Kemudian bersama-sama menyusun konsekuensi
setiap peraturan yang telah disusun.
4. Bersama anak menulis atau membuat peraturan ini dapat dilihat bersama. Misalnya
membuat poster, dll.
5. Minta anak untuk memberi tahu peraturan yang telah disusun pada orang tua. Guru
juga berkomunikasi dengan orang tua mengenai peraturan yang disusun bersama.
6. Adakan revisi atau peninjauan peraturan kelas secara rutin (dapat dilakukan dalam
pertemuan kelas) agar anak dan guru bisa melihat apakah ada poin peraturan yang
tidak diperlukan lagi atau harus ditambahkan.
3
Sebagai referensi lihat Centre for Justice and Crime Prevention and the Department of Basic Education,
Course Reader. Op. Cit. Hal 26 dan UNESCO. Op. Cit. Lihat juga: Cotton, Katherine. Schoolwide dan
Classroom Discipline. School Improvement Research Series.
1. Aturan, norma, harapan, yang telah disusun, disepakati termasuk konsekuensinya,
harus dilaksanakan, diterapkan dengan serius dan konsisten, oleh seluruh komunitas
kelas termasuk guru.
2. Hubungan baik antara guru dengan orang tua dan anak harus terus dijaga, sehingga
komunikasi antara guru dan orang tua serta anak juga dapat berjalan baik. Selain itu,
dengan menjaga hubungan baik ini, maka guru dapat memahami anak dan
perilakunya, latar belakang, hambatan-hambatan dan kekuatan anak. Dengan
memelihara hubungan baik, maka anak akan merasakan penghargaan dari guru.
3. Profesionalisme guru akan membantu dalam menerapkan disiplin positif. Misalnya,
guru yang mempersiapkan proses belajar di kelas dengan baik akan lebih mudah
dalam memanajemen kelas, lebih tenang menghadapi anak dan dapat mengantisipasi
kemungkinan-kemungkian yang terjadi di kelas. Guru profesional berarti guru yang
reflektif, yaitu guru yang terus menerus melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri
dalam hubungan proses belajar dan menghadapi anak. Dengan demikian guru akan
terus-menerus memperbaiki diri dan mencari cara yang positif dalam berhadapan
dengan anak. Profesional juga berarti mengembangkan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan masing-masing anak. Pendekatan ini harus terus-menerus
diperbaiki oleh guru karena tidak ada satu pendekatan yang tepat untuk semua
kondisi.
4. Guru tidak boleh membeda-bedakan anak. Anak pejabat dan anak rakyat biasa
bahkan anak dengan disabilitas harus diperlakukan adil oleh guru. Untuk itu guru
harus intensif mengamati, mendengarkan dan berdialog dengan semua anak, tanpa
membeda-bedakan.
5. Menciptakan kesempatan bagi anak untuk merasakan pengalaman mencoba dan
keberhasilan dalam pembelajaran dan hubungan sosial. Ketidaksabaran akan proses
yang dijalani anak, membuat guru mengotrol anak dengan ketat. Anak tidak diberikan
kesempatan untuk mengeksplorasi dan mencoba bertindak sesuai dengan apa yang
mereka pikirkan. Padahal dengan kesempatan mengalami proses (baik kesalahan
maupun keberhasilan) membuat anak belajar dan semakin percaya diri.
6. Memberikan kesempatan anak mengambil tanggung jawab. Guru yang tidak percaya
pada kemampuan anak, akan sulit memberikan tanggung jawab bahkan melibatkan
anak dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini akan berdampak negatif pada
perkembangan anak dalam belajar bertanggung jawab. Untuk itu penting sekali guru
melibatkan anak dalam berbagai hal yang sesuai dengan kehidupannya dan
memberikan kesempatan anak untuk melakukannya sendiri bahkan mengambil
keputusan.
7. Selalu mendorong terjadinya kerja kelompok yang kooperatif sebisa mungkin.
8. Perlunya memberi ruang pada rasa humor, musik, dll yang dapat mengurangi dan
menghilangkan suasana tegang di dalam kelas.
http://educationnorthwest.org/sites/default/files/SchoolwideandClassroomDiscipline.pdf [08/08/2016.
Pukul 13. 30]
9. Penataan kelas yang nyaman, menarik, ramah, dan terbuka bagis semua anak, guru
dan orang tua.
10. Dalam menghadapi anak dan menciptakan kelas yang kondusif serti mendukung
proses belajar anak, guru memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Misalnya, guru
perlu bantuan dari psikolog untuk mengembangkan kemampuan guru dalam
memahami perkembangan psikologi anak.
4
Sebagai referensi lihat Centre for Justice and Crime Prevention and the Department of Basic Education,
Course Reader. Op. Cit Hal 25. Dan lihat juga: Jim Walters and Shelly Frei. 2007. Managing Classroom
Behavior and Discipline
http://www.peoriapublicschools.org/cms/lib2/IL01001530/Centricity/Domain/4528/Sample%203.pdf
[08/08/2016. Pukul 14.00]
Langkah-langkah penerapan disiplin positif dalam kelas:5
Catatan:Untuk kelas awal mungkin harus perlu bimbingan yang intens untuk dialog ini.”
Langkah 2: Jika sudah ada aturan/kesepakatan, tanyakan (jika tidak mungkin deskripsikan
dan utarakan) bentuk dan alasan (rasionalisasi) menengenai perilaku yang diharapkan
“Sesuai dengan kesepakatan kita, jika ada teman apa yang harus kita lakukan? Mengapa? Karena jika
semua berbicara pada waktu yang bersamaan, siapa yang akan didengarkan? Dan kita harus
menghargai pendapat teman, bukan?” Pada tahap ini, guru juga dapat merujuk pada peraturan yang
telah disusun bersama sebagai alasan perilaku tersebut.
Langkah 3: Tanya anak untuk mengetahui apakah mereka memahami perilaku yang
diharapkan
“Mengapa kita harus mendengarkan teman yang sedang berbicara?”
Langkah 5: Jika anak berperilaku yang tidak tepat, kenali dan pahami alasan dan motivasi
dibalik misbehave mereka
5
Dikembangkan berdasarkan Centre for Justice and Crime Prevention and the Department of Basic
Education-Course Reader. Op. Cit. Hal 26 dan UNESCO. Op. Cit.