Anda di halaman 1dari 3

Growth Mindset, Merubah Pola Berpikir ke Arah Positif

(oleh Masykur, edukasi.kompas.com , 25 September 2015)

Bagi anda yang pernah mendengar nama Carol Dweck mungkin tidak
asing lagi dengan teori growth mindset dalam dunia psikologi. Carol
Dweck adalah seorang profesor yang aktif mengajar di Stanford
University, California, Amerika. Ia mengkatagorikan dua tipe orang
ditinjau dari cara berpikir : growth mindset dan fixed mindset.

Growth mindset adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah.


Mereka yang berada dalam katagori ini condong berpikir positif
tentang kemampuan mereka dan mampu memperbaiki diri dengan
melihat sisi kelemahannya dalam segala hal. Kebanyakan orang dengan
cara berpikir growth mindset percaya bahwa kemampuan seseorang itu
adalah dinamis dan bisa diperbaiki dengan usaha yang baik. Sebagai
contoh, mereka yang tergolong dalam growth mindset ketika
mengalami kegagalan akan kembali mencoba dan belajar dari
kesalahan atas kegagalannya. Motivasi mereka akan muncul karena
tingkat kepercayaan akan kemampuan mereka selalu mengarah ke sisi
positif.

Disisi lain, Fixed mindset adalah tipikal orang yang gampang


menyerah dan condong menyalahkan kelemahan dalam diri mereka.
Orang-orang seperti ini selalu melihat sisi negatif dalam diri mereka
dan menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Mereka yang
tergolong dalam fixed mindset condong berpikir negatif jika
mengalami kegagalan dalam segala hal dan mudah putus asa tanpa mau
mencoba kembali serta menyalahkan takdir. Mereka menganggap
kegagalan adalah akhir dari segalanya dan tidak bisa diperbaiki karena
bagi mereka kemampuan seseorang selalu statis dan tidak bisa dirubah.

Jika melihat lebih dalam faktor kecendrungan seseorang menjadi


bagian dari growth mindset atau fixed mindset bisa disebabkan dari
pola asuh yang salah ketika kecil. Banyak sekali orang tua yang salah
mendidik anak sehingga mereka banyak yang terjebak dalam dunia
fixed mindset. Beberapa diantaranya seperti mengharapkan anak
mendapatkan nilai bagus di sekolah tanpa melihat proses bagaimana
seorang anak mendapatkan nilai tersebut. Dalam teori growth mindset
seharusnya seorang pendidik (orang tua khusunya) harus menghargai
proses belajar seorang anak ketimbang hasil yang dicapainya. Ketika
orang tua menghargai anak akan usahanya maka ia akan termotivasi
untuk berusaha lebih keras. Tidak mengapa jika nantinya nilai yang di
dapat justru tidak sesuai harapan karena justru ia akan belajar dari
usahanya.

Tidak sedikit orang tua mengharapkan anaknya menjadi pinter tapi


tidak memberikan dukungan dalam proses anak belajar. Sudah menjadi
tradisi dalam budaya timur bahwa nilai mewakili kecerdasan seseorang
tanpa mau melihat bagaimana nilai tersebut berefek pada cara berpikir
anak. Orang tua yang bangga dengan nilai rapor yang bagus hanya akan
melahirkan anak yang tergelincir ke golongan fixed mindset, mereka
akan puas dengan nilai dan ketika mengalami kegagalan akan sulit
bangun untuk mau mencoba. Ini tidak lain karena mereka jarang
mendapat stimulasi dan appresiasi akan usahanya dalan mencapai nilai.
Anehnya anak-anak dengan nilai bagus di sekolah hanya unggul disisi
akademik tapi lemah disisi interaksi sosial, walau ada sebagian yang
bagus keduanya namun sangat sedikit.

Hal lain yang menyebabkan seseorang tergolong kedalam fixed


mindset adalah dikarenakan pola pengajaran yang salah di sekolah.
Sama seperti orang tua, guru memiliki andil besar dalam membentuk
kepribadian seorang siswa. Siswa yang selalu dinilai pandai karena
kemampuannya akan puas dengan apa yang ia dapatkan. Sedangkan
siswa dengan kemampuan dibawah rata-rata ketika mereka di bimbing
dengan baik dan guru mengapresiasi usaha mereka malah siswa seperti
ini akan selalu berani mencoba walau gagal berulang kali.

Hal-hal kecil yang mendasar seperti appresiasi dan dukungan dalam


proses akan membentuk seseorang menjadi growth mindset.
Sebaliknya, menghargai hasil tanpa melihat proses hanya akan
membentuk tipe fixed mindset. Tentu tidak mudah menjadi tipikal
growth mindset jika hidup di lingkungan yang tidak menghargai usaha
seseorang dna malah melihat sesuatu dari hasil akhir. Hal utama yang
perlu dilakukan erlebih kepada orang tua dan pendidik yaitu
mendukung sang anak untuk terus mencoba ketika ia salah tanpa
menghakiminya lebih dini. Yakinkan sang anak bahwa usahanya itu
lebih penting ketimbang hasilyang ia capai. Nantinya ia akan belajar
bahwa kemauan untuk bisa dan berani mencoba adalah kunci
kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai