Anda di halaman 1dari 20

JSI: Jurnal Studi Islam, Vol.

Nomor : Juni 2024

ANALISIS PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM


MENERAPKAN KURIKULUM MERDEKA PADA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS X SMA NEGERI 13 AMBON

Rosmini Rafani1, Muh. Faqih Seknun2, Ridwan Latuapo3


Program Pascasarjana Program Studi PAI IAIN Ambon 2024
Email: @gmail.com

Abstrak: Permasalahan dalam penelitian adalah Berdasarkan konteks penelitian, fokus penelitian dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerapan kurikulum merdeka pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas X SMA Negeri 13 Ambon dan bagaimana problematika guru pendidikan Agama Islam di
kelas X SMA Negeri 13 Ambon dalam penerapan kurikulum merdeka dan solusinya. Tipe penelitian ini
adalah penelitian lapangan (field research) dengan analisis deskriptif kualitatif. Adapun lokasi penelitian
berada di SMA Negeri 13 Ambon. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 01 Nopember sampai dengan 01
Desember 2023. Analisis data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi, kemudian data
dianalisis menggunakan tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa; 1. Penerapan kurikulum merdeka dilaksanakan berdasarkan bentuk struktur
kurikulum merdeka yang terdiri atas kegiatan intrakulikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila dan
ekstrakulikuler. Penerapan projek penguatan profil pelajar pancasila dilaksanakan tiga kali dalam satu
tahun dengan mengangkat tiga tema yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tema satu dilaksanakan setelah
Penilaian Akhir Semesetr (PAS) ganjil, kemudian projek dua dilaksanakan setelah Penilaian Tengah
Semester (PTS) semester genap, dan projek tiga dilaksanakan setelah Penilaian Akhir Semester (PAS)
semester genap. Dan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan seminggu sekali diakhir pekan. Sedangkan
penerapan intrakulikuler diterapkan dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang
dilakukan secara tatap muka yang mulai dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2022/2023, pelaksanaan
dilakukan dengan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 2. Problematika guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 13 Ambon yaitu kurangnya pemahaman guru pendidikan Agama
Islam terhadap konsep kurikulum merdeka, kesulitan dalam menyusun modul ajar yang diberikan
pemerintah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta pada saat menganalisis capaian
pembelajaran serta menyusun alur tujuan pembelajaran. Adapun solusi yang dilakukan guru Pendidikan
Agama Islam untuk mengatasi problematika di kelas X SMA Negeri 13 Ambon yaitu dengan mengikuti
sosialisasi dan pelatihan yang diadakan oleh pihak sekolah maupun dinas pendidikan, Mengikuti
pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan kegitan sosialisasi lainnya untuk menunjang
terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan penerapan kurikulum merdeka.
Kata Kunci: Problematika, Guru PAI, Kurikulum Merdeka, Pendidikan Agama Islam.

Abstract: The problem in the research is Based on the research context, the research focus in this study is
how to apply the independent curriculum in Islamic Religious Education Learning in class. This type of
research is field research with qualitative descriptive analysis. The research location is at SMA Negeri 13
Ambon. The research time was carried out from Nopember 1 to Desember 1 2023. Data analysis was
obtained through interviews and documentation, then the data was analyzed using the data reduction stage,
data presentation and conclusion drawing. The research results show that; 1. The implementation of the
independent curriculum is carried out based on the structure of the independent curriculum which consists
of intracurricular activities, projects to strengthen the Pancasila profile and extracurriculars. The
implementation of the project to strengthen the Pancasila profile is carried out three times a year with three
themes set by the government, theme one is carried out after the odd Semester Final Assessment, then
project two is carried out after the even semester Mid-Semester Assessment, and project three carried out
after the even Semester Final Assessment. And extracurricular activities are held once a week at the
weekend. Meanwhile, intracurricular implementation is implemented by implementing face-to-face
Islamic religious education learning which will begin to be implemented in the 2022/2023 academic year,
1
Peneliti, 2Pembimbing &3Pembimbing
2
3

1
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

implementation is carried out with preliminary activities, core activities and closing activities. 2. Problems
with Islamic religious education teachers at SMA Negeri 13 Ambon, namely the lack of understanding of
Islamic religious education teachers regarding the concept of an independent curriculum, difficulties in
compiling teaching modules provided by the government that are modified according to the characteristics
of students, as well as when analyzing learning outcomes and developing a flow of learning objectives. .
The solution used by Islamic Religious Education teachers to overcome problems at SMA Negeri 13
Ambon is by participating in socialization and training held by the school and the education department,
attending Subject Teacher Deliberation, meetings and other socialization activities to support the
implementation of effective learning by implementing the independent curriculum.

Keywords: Problems, Islamic Education Teachers, Independent Curriculum, Islamic Religious Education.

1. PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Kurikulum
merupakan bagian dari suatu sistem pengelolaan yang menyangkut perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dijadikann pedoman atau panduan bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, atau dengan kata lain kurikulum merupakan suatu
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam proses pembelajaraan bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.4
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler
yang beragam di mana materi yang dibuat lebih optimal agar peserta didik memiliki
waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hakikat yang ada di
dalamnya yaitu terdapat kebebasan antara guru dan peserta didik dalam menciptakan
proses pembelajaran yang bermakna.5 Kurikulum merdeka juga bertujuan untuk
membentuk generasi yang mampu memahami materi dengan cepat, serta memberikan
ruang kepada peserta didik untuk dapat mengungkapkan kreasinya dalam bidang yang
disukai. Penerapan kurikulum merdeka didukung berdasarkan surat keputusan menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56 tahun
2022 tentang pedoman penerapan kurikulum merdeka. Landasan hukum ini menjadi
acuan dalam menerapkan kurikulum merdeka bagi setiap lembaga pendidikan.6
Kurikulum merdeka belajar suatu kebijakan yang dirancang oleh pemerintah
untuk membuat sebuah lompatan besar dalam aspek kualitas pendidikan agar
4
Fauzan, Kurikulum Pembelajaran /Tangerang: Gp Press, 2017, hlm. 62
5
Ika Farhana, Merdekakan Pikiran Dengan Kurikulum Merdeka Memahami Konsep Hingga
Penulisan Praktik Baik Pembelajaran Di Kelas/ Bogor : Lindan Bestari, 2022, hlm. 2
6
Keputusan Menteri No 262/M/2022 Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam
Rangka Pemulihan Pembelajaran.

2
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

menghasilkan peserta didik dan lulusan yang unggul dalam menghadapi tantangan masa
depan yang kompleks. Inti dari Merdeka Belajar ialah kemerdekaan berpikir bagi
pendidik dan peserta didik. Merdeka belajar mendorong terbentuknya karakter jiwa
merdeka di mana pendidik dan peserta didik dapat secara leluasa dan menyenangkan
mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari lingkungan. 7 Dalam
kurikulum merdeka belajar membebaskan guru agar dapat menciptakan pembelajaran
yang mendidik dan menyenangkan. Kompetensi pedagogis saat ini juga menuntut guru
untuk mampu memodelkan dan melaksanakan proses pembelajaran.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak
diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat
pada konten mata pelajaran.8 Olehnya itu, guru sebagai aktor utama dalam dunia
pendidikan yang harus selalu siap dengan segala perubahan kebijakan yang terjadi
didalam ranah pendidikan. Dengan adannya perubahan kurikulum para pendidik juga
telah dihadapkan dengan berbagai tantangan di mana pendidik di tuntut tidak hanya
menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode belajar, tetapi juga keterampilan yang tinggi
dan pemahaman yang luas tentang dunia pendidikan. Pendidik merupakan salah satu
faktor penting bahkan bisa di sebut sebagai tokoh perubahan yang harus dapat
mewujudkan konsep dari kurikulum merdeka. Dalam menerapkan kurikulum merdeka
sangat di tentukan oleh pendidik sehingga pendidik harus keluar dari zona nyaman dan
mengubah paradigma dari pembelajaran monoton menjadi pembelajaran yang lebih aktif
karena tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk membentuk karakter peserta didik.
SMA Negeri 13 Ambon merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
kurikulum merdeka sejak Tahun Pelajaran 2022 / 2023, akan tetapi tidak untuk semua
jenjang hanya saja di terapkan di kelas X, hal ini di karenakan kelas XI dan XII masih
melanjutkan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2013, namun Tahun Pelajaran

7
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar. Jurnal
Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090. https://doi.org/ 10.31949/ educatio. v7i3.1279. Diakses 30
September 2023.
8
Kemendikbudristek. (2022). Buku Saku: Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Kemendikbudristek,
9–46. ult.kemdikbud.go.id. Diakses 30 September 2023.

3
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

2023/2024 implementasi kurikulum merdeka telah dilaksanakan pada jenjang kelas X


dan XI.
Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian
dengan maksud untuk mendeskripsikan problematika apa saja yang dialami guru PAI
dalam menerapkan kurikulum merdeka pada pembelajaran PAI di SMA Negeri 13
Ambon, maka dengan ini peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Analisis
Problematika Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 13 Ambon”
Berdasarkan konteks penelitian, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan kurikulum merdeka pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas X SMA Negeri 13 Ambon?
2. Bagaimana problematika guru pendidikan Agama Islam di kelas X dan XI SMA
Negeri 13 Ambon dalam penerapan kurikulum merdeka dan solunya ?

2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual, akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 9
Dengan pendekatan ini diharapkan akan diperoleh sebuah gambaran yang obyektif
mengenai analisis problematika guru pendidikan agama islam dalam menerapkan
kurikulum merdeka pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 13
Ambon.
a. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi SMAN 13 Ambon beralamat di Jl. Jend. Sudirman, Pandan
Kasturi, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Provinsi Maluku dengan Kode Pos 97128.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 1 (satu) bulan dimulai dari tanggal 15 Oktober
sampai dengan tanggal 15 November 2023.

9
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati,f dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 15.

4
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Sumber data merupakan hal yang berhubungan dengan dari mana data tersebut
diperoleh. Sumber data penelitian dapat berupa orang, benda, dokumen atau proses suatu
kegiatan, dan lain-lain.10 Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
wakasek kurikulum dan guru PAI kelas X SMA Negeri 13 Ambon.
2. Sumber data sekunder yakni data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. 11 Dari
tersebut diperoleh dari literatur-literatur penunjang seperti buku-buku, artikel, jurnal,
tulisan blog internet, dokumen-dokumen penting, laporan hasil penelitian, pendapat
para ahli, makalah dan sebagainya dan sumber-sumber terpecaya lainnya.
Prosedur yang digunakan untuk memperoleh data dilapangan dalam penelitian
yaitu:
1. Observasi atau pengamatan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. 12 Yaitu
peneliti akan mengobservasikan yang berkaitan dengan analisis problematika guru
pendidikan agama islam dalam menerapkan kurikulum merdeka pada pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMA Negeri 13 Ambon.
2. Wawancara, metode ini digunakan agar mengetahui dan mendapatkan informasi
secara langsung dari para subjek yang dijadikan informan saat penelitian berlangsung
di lokasi penelitian dalam hal ini guru PAI kelas X SMA Negeri 13 Ambon.
3. Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan jalan mencatat secara
langsung dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian berupa; data (fakta yang
tertulis), peta, foto, persuratan, maupun data-data yang dianggap penting dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif analisis data tidak dinantikan sampai semua data
terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur selesai mendapatkan sekumpulan data dari
wawancara, observasi dan dokumen.13 Berdasarkan langkah-langkah penelitian di atas,
maka dapat diuraikan sebagai berikut:

10
Ibid., h. 45.
11
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jurumetri dan Sosial, (Ghalia
Indonesia: Jakarta, 2012), h. 52-53.
12
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 220.
13
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati,f dan R & D, hal.
243.

5
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

1. Tahap reduksi data (data reducation)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi
data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
2. Penyajian data (data display)
Dengan mendisplaykan data maka, akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencpeserta didikan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks
yang negatif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (internet). Untuk itu maka
peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan
yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.
3. Kesimpulan data (verification)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian
Adapun uraian dari pokok dalam rumusan masalah yang dibahas dalam
penelitian diantaranya:
1). Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI di Kelas X SMA
Negeri 13 Ambon

Penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon salah satunya yaitu


kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pada pembahasan ini peneliti memaparkan kondisi yang sebenarnya tentang pihak
sekolah dalam menerapkan kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon. Adapun data
yang diperoleh peneliti disajikan sebagai berikut:

6
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

a. Awal Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah SMA Negeri 13 Ambon


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Adanya kebutuhan untuk
mengembalikan hak dan kebebasan belajar pada siswa, sehingga mereka dapat tumbuh
menjadi individu yang lebih kreatif dan inovatif. Adapun untuk mengetahui penerapan
kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon dari pertanyaan tersebut, maka berikut
diungkapkan oleh para informan yaitu kepala sekolah, para wakil kepala sekolah dan
guru PAI kelas X menuturkan bahwa:
Menurut Kepala Sekolah Drs. Didi Karsidi; Penerapan kurikulum merdeka
sebenarnya masih terhitung baru dimulai dari tahun 2022-2023 menyesuaikan
dengan kurikulum yang sudah diatur oleh pemerintah melalui menteri pendidikan
agar mengalami paradigma dalam proses pembelajaran, baik dalam penilaian
maupun dalam hal-hal lainnya.14 Menurut Ratna Tutupoho: SMA Negeri 13
Ambon menerapkan kurikulum Merdeka sejak tahun pelajaran 2022/2023. 15
Menurut Magdalena Y. Tentua: Sejak tahun 2022/2023.16 Menurut Wing Ch.
Izaac: Tahun 2022-2023.17 Menurut Jolanda Koda: tahun 2022 – 2023.18 Menurut
Fatma Patty: Sejak tahun 2022-2023.19 Menurut Wa Muhisa: 2022-202320
Menurut Wahyudin: 2022-2023.21 Sedangkan menurut Saludin menuturkan
bahwa: 2022-202322

b. Pandangan Tentang Kurikulum Merdeka


Kurikulum mencakup rencana pembelajaran, materi pelajaran, metode
pengajaran, dan penilaian hasil belajar. Singkatnya pada lingkup sekolah, kamu akan
mengetahui kemana arah pembelajaran yang akan kamu terima di sekolah tersebut.
Untuk mengetahui pandangan tentang kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon
sebagaimana diungkapkan oleh para informan dari pertanyaan tersebut yakni kepala
sekolah bapak Didi Karsidi, menuturkan bahwa:

14
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
15
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
16
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
17
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
18
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
19
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
20
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
21
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
22
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon,‘wawancara” 9 November 2023.

7
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Kurikulum merdeka lebih berbasis kepada siswa, pembelajaran lebih


menyenangkan. Selanjutnya menurut Ratna Tutupoho: Terkait kurikulum
23

merdeka saat ini sudah semakin memahami tujuan dari kurikulum merdeka ini.
Meskipun diawal masih banyak yang belum memahami tetapi semakin kesini
semakin banyak yang paham apa tujuan kurikulum merdeka ini. 24 Menurut
Magdalena Y. Tentua: terwujudnya peserta didik yang cerdas, unggul inovatif,
berkarakter Indonesia, berdaya saing dan memiliki semangat belajar
nasionalisme, sehingga peserta didik dapat berkembang secara mandiri 25 Menurut
Wing Ch. Izaac: Menurut saya, sebagai guru dengan menggunakan kurikulum
merdeka yang menggantikan kurikulum 2013 mungkin dengan tujuan merevisi
dan mengganti kurikulum 2013 karena sudah tidak relevansi dengan
perkembangan zaman.26 Menurut Jolanda Koda: kurikulum merdeka merupakan
kurikulum yang memberikan kemerdekaan atau kebebasan anak untuk memilih
gaya belajarnya sendiri sesuai potensinya.27 Menurut Fatma Patty: Kurikulum
merdeka memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk mengekspresikan
kompetensi kepada peserta didik tanpa merasa tertekan dengan cara-cara belajar
klasik namun realitanya tidak akan terwujud tanpa ada pendamping dari guru.
Demikian halnya terhadap guru dan masih tetap ada trik-trik yang mampu
dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan pada kurikulum
merdeka belajar28. Menurut Wa Muhisa: Pada kurikulum merdeka, guru lebih
inovatif dalam mengembangkan KBM nya, dan tentunya tetap mengacu pada
materi esensial dan pengembangan karakter, kompetisi peserta didik 29 Menurut
Wahyudin: kurikulum merdeka sangat baik diterapkan sesuai kebutuhan
perkembangan zaman yang memanfaatkan teknologi informasi 30 Dan menurut
Saludin menuturkan bahwa: kurikulum merdeka lebih berbasis kepada siswa,
pembelajaran lebih menyenangkan31

c. Pengalaman Tentang Kurikulum Merdeka


Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, siswa diberikan kebebasan untuk mengatur
pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka merasa lebih bertanggung jawab atas
pembelajaran mereka. Dengan cara ini, siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang materi yang
diajarkan. Sebagaimana diungkapkan oleh para informan yakni kepala sekolah bapak
Didi Karsidi, menuturkan bahwa:

23
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
24
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
25
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
26
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
27
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
28
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
29
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8November 2023.
30
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
31
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.

8
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Banyak persiapan. Sekolah ini (SMA Negeri 13 Ambon) merupakan Sekolah


Penggerak Angkatan ke 2 dan hanya ada 2 Sekolah Negeri di kota Ambon yang
telah ditetapkan sebagai sekolah penggerak. Untuk itu tentu banyak pengalaman-
pengalaman baru yang diperoleh melalui berbagai kegiatan pelatihan sekolah
penggerak yang diikuti oleh saya sendiri sebagai kepala sekolah dan sudah
terbentuk Dewan Komite Penggerak (DKP) Kemudian hal-hal teknis telah kita
persiapkan yang dimulai dari analisis kebutuhan belajar siswa, pemetaan guru,
rombel, dan berbagai persiapan administrasinya32 Menurut Ratna Tutupoho: Di
SMA Negeri 13 Ambon sudah banyak guru yang mencoba menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi. Dimana pembelajaran ini merupakan bentuk
implementasi kurikulum merdeka, yaitu memahami perbedaan antar siswa 33.
Menurut Magdalena Y. Tentua: Guru dapat memulihkan pembelajaran demi
mewujudkan pendidikan di Indonesia yang lebih baik, dimana guru dapat
mengenali potensi peserta didik sehingga pembelajaran dapat menyenangkan. 34
Menurut Wing Ch. Izaac: Kami para guru dengan mengimplementasikan
kurikulum merdeka kami berupaya untuk memulihkan pembelajaran di kelas
demi mewujudkan transformasi pendidikan ke arah yang lebih baik. 35 Menurut
Jolanda Koda: saya senang karena pembelajaran lebih bersemangat dan
menyenangkan.36 Menurut Fatma Patty: masih banyak siswa yang perlu
diberikan stimulus dan cara-cara yang lebih merangkul guru terwujudnya
kurikulum merdeka melalui berbagai pendekatan. 37 Menurut Wa Muhisa: Baik
guru maupun siswa lebih rileks, pleksibel, tidak harus mengacu pada KBM untuk
mencapai KD seperti pada K-13.38 Menurut Wahyudin: sangat menyenangkan
dan tidak membosankan.39 Sedangkan menurut Saludin menuturkan bahwa: saya
merasa lebih berpihak kepada peserta didik karena sebelum merancang materi
pembelajaran harus mengidentifikasi karakter peserta didik dan kebutuhan
belajarnya40

d. Perbedaan dalam Pengimplementasian Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka fokus pada pengembangan karakter dan moral siswa,
sedangkan K13 fokus pada kemampuan akademik siswa secara umum. Pelaksanaan:
Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan memberikan kebebasan kepada guru untuk
mengembangkan pembelajaran, sedangkan K13 lebih terstruktur dan memiliki pedoman
yang jelas. Sebagaimana diungkapkan oleh para informan yakni kepala sekolah bapak

32
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
33
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
34
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
35
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
36
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
37
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
38
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
39
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
40
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.

9
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Didi Karsidi, menuturkan bahwa:


Implementasi kurikulum merdeka dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum.
Sejauh ini berjalan lancar, dan banyak perubahan termasuk paradigma berpikir
guru sudah lebih maju. Guru telah dibekali dengan pengetahuan serta pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi mengajarnya41. Menurut Ratna Tutupoho:
Perbedaannya kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya, yaitu dalam
kurikulum merdeka menambahkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5) dan pembelajaran yang dilakukan telah dapat memfasilitasi perbedaan
individu.42 Menurut Magdalena Y. Tentua: Pada kurikulum merdeka berfokus
pada pengembangan karakter peserta didik dan memberikan kebebasan pada
guru untuk mengembangkan pembelajaran. Sedangkan pada kurikulum K.13,
terstruktur dan memiliki pedoman dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
kemampuan siswa dalam berbagai bidang pelajaran. 43 Menurut Wing Ch. Izaac:
Perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya kalau dilihat dari
kurikulum merdeka itu berfokus pada pengembangan karakter dan moral siswa,
sedangkan 2013 itu berfokus pada kemampuan akademik siswa. 44 Menurut
Jolanda Koda: kurikulum merdeka lebih pleksibel sedangkan kurikulum K-13
monoton gaya belajar berfokus pada pencapaian kognitif. 45 Menurut Fatma Patty:
Kurikulum merdeka memberikan ruang berekspresi yang lebih luas kepada siswa
sehingga guru lebih efektif dalam hal memenej waktunya jika dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya.46 Menurut Wa Muhisa: kurikulum merdeka
berfokus pada pengembangan karakter dan moral siswa, sedangkan K-13
berfokus pada kemampuan akademik siswa47. Menurut Wahyudin: Kurikulum
merdeka lebih pleksibel sesuai karakter anak sedangkan kurikulum 2013 lebih
terkesan monoton dalam melakukan pembelajaran.48 Dan menurut Saludin
menuturkan bahwa: kurikulum merdeka lebih pleksibel, menyenagkan,
Sedangkan kurikulum K-13 lebih kaku karena tidak melakukan diagnostik untuk
mengenal peserta didik.49

e. Sosialisasi Ataupun Pelatihan Kurikulum Merdeka


Proses pembelajaran di Kurikulum Merdeka ditujukan untuk mewujudkan
pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual. Sehingga pembelajaran semakin
bermanfaat dan bermakna bagi siswa, bukan hanya sekedar hafal materi saja. Untuk
mengetahui sosialisasi ataupun pelatihan kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon

41
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
42
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
43
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
44
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
45
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
46
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
47
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8November 2023.
48
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
49
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.

10
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

sebagaimana diungkapkan oleh para informan yakni menurut Ratna Tutupoho:


Ya, ada pelatihan dari pihak sekolah dan pemerintah memberikan sosialisasi
ataupun pelatihan kepada para guru di sekolah. 50 Menurut Magdalena Y. Tentua:
ya. Dimana pelatihan yang diperoleh dari guru yang terlibat dalam Dewan
Komite Penggerak (DKP) kemudian melaksanakan pelatihan di sekolah muali
dari IHT, Workshop untuk mengenal kurikulum merdeka bahkan pembuatan
modul ajar.51 Menurut Wing Ch. Izaac: ya, kami telah memperoleh sosialisasi
dan pelatihan mengenai kurikulum merdeka dan ada juga teman-teman guru yang
mengikuti program guru penggerak, dan dewan komite penggerak. 52 Menurut
Jolanda Koda: sosialisasi untuk guru di sekolah kami dalam pelaksanaan atau
implementasi kurikulum merdeka sudah dilakukan yaitu dengan melakukan
pelatihan dan lainnya.53 Menurut Fatma Patty: ya sudah dalam hal ini dari pihak
sekolah dan pemerintah memberikan sosialisasi ataupun pelatihan.54 Menurut
Wa Muhisa: iya, sekolah selalu memberikan sosialisasi kepada guru. 55 Menurut
Wahyudin: untuk pelaksanaan kurikulum merdeka ini memang sebelumnya
sudah dilakukan sosialisasi baik dari dinas maupun dari kurikulum (sekolah)
agar tidak ada kebingunan dalam pengimpelemntasian kurikulum ini karena
kurikulum merdeka ini kan bersifat baru jadi sudah ada sosialisasi sebelumnya. 56
Dan menurut Saludin menuturkan bahwa: sosialisasi tentu sudah ada tinggal
masing-masing guru dan utamanya saya selaku guru PAI harus memahami tata
cara pelaksanaanya saja dan sebenarnya hampir mirip aja dengan kurikulum
sebelumnya meski ada beda-beda sedikit.57

2). Problematika Guru P A I di Kelas X SMA Negeri 13 Ambon Dalam Penerapan


Kurikulum Merdeka dan Solusinya

Hasil terkait dengan problematika yang dihadapi ketika menerapkan kurikulum


merdeka dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika dalam menerapkan
kurikulum merdeka. Adapun data yang diperoleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Problematika yang Dihadapi Ketika Menerapkan Kurikulum Merdeka
Umumnya dalam membuat perencanan kendala utama yang sering dihadapi
dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah antara lain kurangnya pemahaman
tentang kurikulum tersebut, dan kesulitan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran
yang kreatif dan inovatif. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi ketika
50
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
51
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
52
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
53
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
54
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
55
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
56
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
57
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.

11
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

menerapkan kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon sebagaimana diungkapkan


oleh para informan yakni kepala sekolah bapak Didi Karsidi, menuturkan bahwa:
Terdapat beberapa problem dalam penerapan kurikulum merdeka diantaranya; 1.
Guru senior yang memasuki pensiun tidak begitu mahir menggunakan berbagai
aplikasi dan penggunakan media pembelajaran berbasis IT, 2. Ada juga guru
yang kesulitan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran yang kreatif dan
inovatif, 3. Guru yang kurang termotivasi mengembangkan dirinya padahal itu
merupakan tuntutan kebutuhan mengajarnya.58 Menurut Ratna Tutupoho:
problematika yang dihadapi terkait kurikulum merdeka adalah implementasi
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di sekolah. 59 Menurut Magdalena Y.
Tentua: terdapat beberapa problem diantaranya: 1. Guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam membuat atau merancang pembelajaran agar lebih menyenangkan
yang berbasis projek, 2. Dalam perencanaan, pelaksanaan serta penilaian
pembelajaran menganalisis CP merumuskan dan menyusun ATP, Modul Ajar,
Menentukan Metode dan strategi pembelajaran dengan menggunakan Teknologi
Informatika (IT) karena banyak guru yang belum mahir dalam menggunakan IT.
Dan 3. Keterbatasan sumber literasi dan skill yang dimiliki guru. 60 Menurut Wing
Ch. Izaac: problem yang dihadapi guru ketika menerapkan kurikulum merdeka
itu biasanya guru kesulitan menganalisis Capaian Pembelajaran, merumuskan
Tujuan Pembelajaran dalam Modul Ajar.61 Menurut Jolanda Koda: beberapa
problem diantaranya: 1. Guru -guru senior yang diatas 55 tahun kurang
termotivasi mengembangkan diri sesuai tuntutan kurikulum merdeka, 2. Guru
masih terpengaruh dengan penilaian K-13, dan 3. Masih ada guru yang belum
mampu menyusun modul ajar.62 Menurut Fatma Patty: beberapa masalah dalam
penerapan kurikulum merdeka diantaranya; 1. Perlu pendampingan yang lebih
intens pada materi-materi praktik seperti ; mengaji, khotbah, dan lain-lain. Dan 2.
Dominasi siswa pada materi-materi penerapan dibandingkan materi penguatan. 63
Menurut Wa Muhisa: terdapat beberapa problem yakni: 1. Baik siswa maupun
guru, masih terpengaruh dengan K-13 yang lebih terfokus pada nilai kognitif
sehingga KBM masih didominasi pada tujuan pencapaian nilai kognitif tersebut,
dan 2. Materi dasar PAI didominasi oleh aspek kognitif (materi yang
membutuhkan pemahaman) sehingga waktu habis hanya untuk pencapaian
materi tersebut.64 Menurut Wahyudin: kesulitan dalam mengaplikasikan metode
pembelajaran yang beragam,65 Dan menurut Saludin menuturkan bahwa: menurut
saya ada beberapa masalah dalam penerapan kurikulum merdeka diantaranya: 1.
Fasilitas jaringan wifi belum sampai ke semua kelas sehingga untuk
mengarahkan peserta didik menggunakan aplikasi selalu terkendala, 2.
Kurangnya dukungan dari orangtua untuk siswa yang kuarng termotivasi belajar,
58
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
59
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
60
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
61
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
62
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
63
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
64
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
65
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.

12
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

3. keterbatasan infokus sehingga materi PPT yang sudah disiapkan yang harus
ditampilkan pada akhirnya tidak dapat ditampilkan, dan 4. banyak tugas
tambahan yang diberikan sehingga perlu waktu untuk mendesain pembelajaran
yang lebih kreatif dan inovatif.66

b. Solusi Untuk Mengatasi Problematika Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka


Untuk mengetahui solusi Untuk mengatasi problematika dalam menerapkan
kurikulum merdeka di SMA Negeri 13 Ambon sebagaimana diungkapkan oleh para
informan yakni kepala sekolah bapak Didi Karsidi, menuturkan bahwa:
Beberapa solusi untuk mengatasi problem dalam penerapan kurikulum merdeka
diantaranya; 1. Tentu sebagai kepala sekolah saya harus bijak menyikapi
permasalahan yang dihadapi guru-guru senior memasuki pensiun. Mereka tidak
dilibatkan dalam Pembelajaran kelas X dan XI tetapi mereka tetap mengajar di
kelas XII menggunakan kurikulum K-13. 2. Memfasilitasi guru yang kesulitan
mengoperasikan pengguaan IT dalam merancang Modul Ajar dibantu oleh
Pengelola Lab computer, dan 3. Mengadakan berbagai pelatihan yang dapat
meningkatkan kompetensi mengajar guru misalnya lewat forum MGMP, IHT,
Workshop, dan Lokakarya.67 Menurut Ratna Tutupoho: Sekolah memberikan
pelatihan untuk guru terkait kurikulum merdeka dan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila.68 Menurut Magdalena Y. Tentua: kalau saya ada beberapa
solusi diantaranya: 1. Dengan melakukan pendekatan yang inovatif dimana harus
mengedepankan kemandirian siswa dalam belajar, 2. Guru harus banyak belajar,
dimana harus melakukan asesmen diagnostik, 3. Menyesuaikan pembelajaran
dengan tahap capai karakteristik peserta didik, sehingga sesuai dengan CP dan
ATP di Modul Ajar dan 4. Humoris serta tidak kaku dalam proses
pembelajaran.69 Menurut Wing Ch. Izaac: Menurut saya solusinya adalah cepat
beradaptasi dengan kurikulum yang baru atau kurikulum merdeka belajar. 70
Menurut Jolanda Koda: ada beberapa solusi diantaranya; 1. Memberikan
pelatihan dan pendampingan secara langsung bagi guru-guru senior tersebut, 2.
Memberikan sosialisasi secara terus-menerus dan 3. Membantu dan menuntun
guru menyusun modul ajar lewat pelatihan.71 Menurut Fatma Patty: terdapat
beberapa solusi dalam penerapan kurikulum merdeka diantaranya; 1. Dengan
mengidentifikasi kompetensi siswa pada saat materi praktik, 2. Memberikan
kesempatan mengulang bagi peserta didik yang memiliki motivasi untuk
berkembang, 3. Melakukan tutor sebaya dan 4. Merepleksikan realitas sejarah
dan ekspektasi masa depan.72 Menurut Wa Muhisa: mengevaluasi lagi metode,
model pembelajaran yang diterapkan di kelas. 73 Menurut Wahyudin: solusinya
66
Saladin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 9 November 2023.
67
Didi Karsidi, Kepala SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6 November 2023.
68
Ratna Tutupoho, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
6 November 2023.
69
Magdalena Y. Tentua, Sekretaris Bidang Kesiswaan SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 6
November 2023.
70
Wing Ch. Izaac, Wakasek Bidang Sarana SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara”
7 November 2023.
71
Jolanda Koda, Wakasek Humas SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 7 November 2023.
72
Fatma Patty, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon, “wawancara” 8 November 2023.
73
Wa Muhisa, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon “wawancara” 8 November 2023.

13
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

yakni mengikuti sosialisasi dan lain-lain, 74 Sedangkan menurut Saludin


menuturkan bahwa: menurut saya untuk mendapatkan solusi dari problematika
dalam penerapan kurikulum merdeka ya harus mengikuti sosialisasi dan kegiatan
lainnya agar pengetahuan kita menjadi meningkat untuk mempermudah dalam
pengaplikasikan kegiatan pembelajaran PAI di kelas.75

Dapat disimpulkan bahawa setiap tenaga pendidik harusnya di fasilitasi dengan


pelatihan sosialisasi pergantian kurikulum agar setidaknya dari sisi tenaga pendidik
dapat mengimplementasikan tanpa harus merasa kesulitan. Kesiapan tenaga pendidik
dalam pengimplementasian sistem kurikulum yang baru sangat penting dalam
menerapkan sistem pengajaran yang sesuai dan dibutuhkan dengan karakteristik peserta
didik.

b. Pembahasan

Adapun temuan yang peneliti peroleh selama meneliti tentang Problematika guru
Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan kurikulum merdeka di SMA Negeri 13
Ambon adalah sebagai berikut:

1). Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI di Kelas X SMA


Negeri 13 Ambon

Penerapan kurikulum merdeka pada pembelajaran pendidikan Agama Islam di


SMA Negeri 13 Ambon diterapkan berdasarkan struktur kurikulum merdeka yang
terdiri atas kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), kegiatan
intakulikuler, dimana alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum merdeka dituliskan
secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan alokasi jam pelajaran dalam
kurikulum merdeka jenjang SMA adalah terdiri dari tiga kegiatan utama, yakni kegiatan
intrakulikuler, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan kegiatan ekstrakulikuler,
dan jam pelajaran disusun secara total dalam satu tahun, disamping itu perlu dilengkapi
pula sarana alokasi jam pelajaran jika ingin dibuat dalam bentuk regular dan per pekan.
Pada kegiatan intakurikuler diterapkan dengan pelaksanaan pembelajaran yang
merupakan implementasi dari modul ajar. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama
Islam guru melakukan proses pembelajaran dengan menyesuaikan materi yang akan
dipelajari sehingga pelaksanaannya tidak sepenuhnya di dalam kelas dimulai dengan
kegiatan pendahuluan yang diawali dengan mengucapkan salam, menyiapkan sarana
74
Wahyudin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon “wawancara” 9 November 2023.
75
Saludin, Guru PAI SMA Negeri 13 Ambon “wawancara” 9 November 2023.

14
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

dan prasarana, kemudian berdo’a sebelum belajar, mengecek kehadiran peserta didik,
memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan
dengan materi sebelumnya, serta memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik.76
Selanjutnya pada kegiatan penutup guru menunjuk beberapa peserta didik untuk
menyampaikan kesimpulan dan mereview materi yang telah dipelajari. Hal tersebut
selaras dengan teorinya M. Sobry kegiatan penutup kegiatan akhir guru melakukan
evaluasi, pengukuran, penilaian, atau hasil dari proses pembelajaran. Dalam kurikulum
merdeka ini peserta didik diberikan kebebasan dalam pembelajaran sehingga mereka
bebas dalam bentuk penilainnya, bentuk penugasan dalam kurikulum merdeka seperti
protofolio, penugasan, praktik, projek dan tes tertulis. Tugas disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan peserta didik sehingga hasil penilaian terhadap masing-
masing peserta didik tidak harus sama tetapi tetap dalam ligkup materi.77
Di akhir pembahasan penerapan kurikulum merdeka pada pembelajaran
pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 13 Ambon, peneliti tekankan kembali
berdasarkan kombinasi dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta
beberapa teori dari beberapa tokoh, berhasil untuk menjawab fokus penelitian ini bahwa
penerapan kurikulum merdeka berdasarkan struktur kurikulum merdeka yaitu
intrakurikuler, penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Lebih detailnya
penerapan intrakurikuler meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup, sedangkan
penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan 3 tema dalam setahun.
Projek satu dilakukan setelah Penilaian Akhir Semester (PAS) semester ganjil, kemudian
projek 2 dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu setelah Penilaian Tengah
Semester (PTS), dan projek 3 dilakukan setelah Penilaian Akhir Semester (PAS)
semester genap.

2). Problematika Guru P A I di Kelas X SMA Negeri 13 Ambon Dalam Penerapan


Kurikulum Merdeka Dan Solusinya

76
Annisa Melani, “Impelemntasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
SMP Negeri 16 Padang,”Jurnal Of Education And Humanities, No. 2 /July 2023, hlm. 27
77
Annisa Melani,Erizal Gani, “Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di SMP Negeri 16 Padang,”Jurnal Education And Humanities, No.1 /Juli 2023, hlm. 28

15
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Adapun beberapa problematika guru pendidikan Agama Islam di SMA Negeri


13 Ambon akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Kurangnya pemahaman Guru PAI terhadap konsep Kurikulum Merdeka
Berdasarkan data hasil temuan peneliti dilapangan terdapat problematika yang
dialami oleh sebagian besar guru di SMA Negeri 13 Ambon. Hal ini karena adanya
perubahan dari kurikulum sebelumnya sehingga dalam penerapannya juga berbeda
dari kurikulum sebelumnya, hal ini selaras dengan teorinya Shinta Sri Pillawaty
menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi guru PAI diantaranya adalah masalah
terkait pemahaman guru PAI tentang kurikulum merdeka, karena secara teoritis
kurikulum ini mengalami beberapa perubahan dari kurikulum sebelumnya, terutama
dalam proses dan standar pembelajaran.78 Kurangnya pemahaman guru PAI terhadap
konsep Kurikulum Merdeka juga disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan
yang hanya dilakukan dua kali dalam setahun, hal ini berdampak pada penerapannya di
kelas yang menyebabkan guru menerapkan pembelajaran dengan cara campuran antara
kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka sehingga berdampak pada hasil pembelajaran
menjadi kurang maksimal. Selaras dengan teorinya.79
Diakhir penjelasan mengenai problematika kurangnya guru PAI dalam
memahami konsep Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 13 Ambon, peneliti tekankan
kembali berdasarkan kombinasi dan hasil penelitian yang meliputi wawancara,
observasi dan dokumentasi serta beberapa teori berhasil menjawab fokus bahwa
problematika kurangnya guru dalam memahami konsep Kurikulum Merdeka
disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah sehingga menyebabkan penerapan Kurikulum Merdeka menjadi kurang
maksimal dan berdampak pada proses pembelajaran.
b. Kesulitan membuat modul ajar atau perencanaan
Berdasarkan data hasil temuan peneliti di lapangan terdapat problematika lain
yang dialami oleh guru pendidikan Agama Islam Kelas X di SMA Negeri 13 Ambon
salah satunya terkait dengan kesulitan dalam membuat modul ajar, modul yang

78
Shinta Sri Pillawaty, Nurul Firdaus, “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,”Jurnal Prosiding Ilmu Kependidikan Uinida Gontor, No. 1
/2023,hlm. 386
79
Hendra Susanti, Fahriati, “Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka Di SMP Negeri 5
Padang Panjang,”Jurnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, No. 1 /Januari 2023, hlm. 60

16
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

dimaksud disini bukan modul sebagai bahan atau perangkat belajar melainkan sebagai
perencanaan pembelajaran Kurikulum Merdeka.
Diakhir penjelasan mengenai problematika yang dihadapi oleh guru pendidikan
Agama Islam Kelas X di SMA Negeri 13 Ambon, peneliti tekankan kembali
berdasarkan kombinasi dari hasil penelitian yang meliputi wawancara, observasi dan
dokumentasi, serta beberapa persilangan teori dari beberapa tokoh, berhasil untuk
menjawab fokus penelitian bahwa problematika guru pendidikan Agama Islam Kelas X
di SMA Negeri 13 Ambon kurangnya guru dalam memahami konsep kurikulum
merdeka disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah sehingga menyebabkan penerapan kurikulum merdeka menjadi kurang
maksimal dan berdampak pada proses pembelajaran, sedangkan permasalahan guru
dalam membuat Modul Ajar serta mengalisa Capaian Pembelajaran disebabkan dalam
menyusun Capaian Pembelajaran harus benar-benar teliti karena di buat per fase.
Adapun solusi yang dilakukan guru PAI untuk mengatasi problematika dalam
kurikulum merdeka diantaranya adalah:
a. Guru PAI Mengikuti sosialisasi dan Pelatihan
Berdasarkan data temuan peneliti di lapangan solusi yang dilakukan guru
pendidikan Agama Islam SMA Negeri 13 Ambon terkait dengan permasalahan
kurangnya pemahaman guru PAI terhadap konsep kurikulum merdeka dan guru
kesulitan dalam membuat Modul Ajar atau perencanaan, maka baik guru PAI maupun
guru lainya harus mengikuti sosialisasi dan In House Training (IHT) yang diadakan oleh
pihak sekolah. Sosialisasi dan IHT ini dilakukan di ruang guru SMA Negeri 13 Ambon
dan membahas tentang perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5),
penelaah Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), perencanaan pembelajaran
Kurikulum Merdeka serta orientasi pemahaman Kurikulum Merdeka.80
b. Guru PAI Mengikuti MGMP dan Kegiatan Lainnya
Berdasarkan data temuan peneliti dilapangan solusi yang dilakukan guru
pendidikan Agama Islam terkait dengan permasalahan membuat Modul Ajar atau
perencanaan pembelajaran salah satunya dengan mengikuti Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Kegiatan MGMP menjadi solusi untuk mengatasi kesulitan dalam

80
Asep Irvan, Hilda Ainissyifa, “In House Training Impelemntasi Kurikulum Merdeka Di Komite
Pembelajaran Sebagai Komunitas Praktisi Sekolah Pengerak,”Jurnal Pengabdian Masyarakat, No. 1
/2022, hlm. 162

17
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

menyusun perencanaan pembelajaran. Hal ini selaras dengan teori Mulyasa bahwa
terkait dengan mengatasi permasalahan yang muncul guru mengikuti kegiatan MGMP
yang bisa bertemu satu minggu sekali guna menyusun strategi pembelajaran dan
memahami materi yang dianggap sulit atau memecahkan masalah yang muncul di
kelas.81
Kegiatan MGMP yang diadakan setiap satu bulan sekali, dalam pertemuan
MGMP biasanya guru mendiskusikan permasalahan dan memecahkan masalah terkait
dengan pembelajaran, tidak hanya itu juga terkait dengan perencanaan pembelajaran
yaitu pada saat menganalisis CP menjadi Alur Tujuan Pembelajaran dan penyususnan
Alur Tujuan Pembelajaran yang harus disesuaikan oleh kemampuan peserta didik,
selaras dengan teori Idris bahwa pelatihan yang dilakukan di dalam KKG dan MGMP
telah ditetapkan sebagai opsi untuk mengkoordinasikan persiapan dalam pembelajaran
dan membantu dalam memecahkan masalah terkait dengan pembelajaran.82 Selain itu,
permasalahan mengenai perencanaan juga dipecahkan melalui pelatihan yang telah
diadakan di SMA Negeri 13 Ambon seperti pada sosialisasi dan In House Training,
dimana pada saat sosialisasi berlangsung membahas tentang penyususnan Alur Tujuan
Pembelajaran dan melatih penyusunan Modul Ajar.

4. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyajian data tentang Problematika Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di Kelas X SMA Negeri 13 Ambon, maka disimpulkan sebagai berikut:
1) Penerapan Kurikulum Merdeka dilaksanakan berdasarkan bentuk struktur
Kurikulum Merdeka yang terdiri atas kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler berupa
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Ekstrakurikuler. Penerapan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun
dengan mengangkat tiga tema yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tema satu
“kearifan lokal” dilaksanakan setelah Penilaian Akhir Semester (PAS) semester
ganjil, kemudian tema dua “gaya hidup berkelanjutan” dilaksanakan dipertengahan
semester genap yakni setelah Penilaian Tengah Semester (PTS) semester genap, dan

81
Mulyasa, Menjadi Guru Pengerak Merdeka Belajar/Jakarta:Bumi Aksara, 2022, hlm.56
82
Idris, “Kajian Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Dosen Di Indonesia,”Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran, No. 2 /November 2020, hlm. 44

18
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

tema tiga “Kewirausahaan” dilaksanakan setelah Penilaian Akhir Semester (PAS)


semester genap. Sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan setiap minggu
diakhir pekan yang telah dijadwalkan oleh bidang kurikulum.
2) Problematika Guru Pendidikan Agama Islam di Kelas X SMA Negeri 13 Ambon
yaitu kurangnya pemahaman guru pendidikan Agama Islam terhadap konsep
Kurikulum Merdeka, kesulitan dalam menyusun Modul Ajar yang diberikan
pemerintah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta pada saat
menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) serta menyusun Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP). Adapun solusi yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X di
SMA Negeri 13 Ambon untuk mengatasi problematika yaitu dengan mengikuti
sosialisasi dan pelatihan yang diadakan oleh pihak Sekolah maupun Dinas
Pendidikan dan Kementrian Agama, Mengikuti pertemuan MGMP dan kegitan
sosialisasi lainnya untuk menunjang terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan
penerapan Kurikulum Merdeka.

b. Saran
Berdsarkan uraian dari kesimpulan pada hasil penelitian di atas, maka berikut
peneliti memberikan beberapa saran agar kedepannya implementasi pendidikan di
sekolah berdasarkan kurikulum merdeka belajar berjalan secara efektif, maka saran
dalam penelitian ini yakni:
1) Bagi Kepala SMA Negeri 13 Ambon, sebaiknya sering mengadakan pelatihan,
sosialisasi tentang konsep Kurikulum Merdeka dengan melibatkan semua guru
terutama untuk penyusunan Modul Ajar dan Pembelajaran Berdiferensiasi karena
kegiatan itu bertujuan untuk membantu guru yang masih kesulitan dalam
melaksanakan Kurikulum Merdeka.
2) Bagi guru PAI SMA Negeri 13 Ambon diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan
dan kemampuannya dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka. Banyak menambah
wawasan dengan mengikuti dan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang
mendukung seperti kegiatan pelatihan atau In Hause Training (IHT), Sosialisasi,
Workshop, MGMP, terutama bagi guru yang masih kesulitan dalam menyelesaikan
problem yang dihadapi perlu ada pendampingan untuk meningkatkan kompetensi
Mengajarnya.
5. DAFTAR PUSTAKA

19
JSI: Jurnal Studi Islam, Vol. Nomor : Juni 2024

Annisa Melani, “Impelemntasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia Di SMP Negeri 16 Padang,”Jurnal Of Education And Humanities, No.
2 /July 2023.
Asep Irvan, Hilda Ainissyifa, “In House Training Impelemntasi Kurikulum Merdeka Di
Komite Pembelajaran Sebagai Komunitas Praktisi Sekolah Pengerak,”Jurnal
Pengabdian Masyarakat, No. 1 /2022.
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090. https://doi.org/ 10.31949/
educatio. v7i3.1279. Diakses 30 September 2023.
Fauzan, Kurikulum Pembelajaran /Tangerang: Gp Press, 2017.
Hendra Susanti, Fahriati, “Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka Di SMP
Negeri 5 Padang Panjang,”Jurnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, No. 1
/Januari 2023.
Idris, “Kajian Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Guru Dan Dosen Di
Indonesia,”Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, No. 2 /November 2020.
Ika Farhana, Merdekakan Pikiran Dengan Kurikulum Merdeka Memahami Konsep
Hingga Penulisan Praktik Baik Pembelajaran Di Kelas/ Bogor : Lindan Bestari,
2022.
Ika Novianti, Degi Alrinda, “Development Of Teaching Modules On Independent
Curriculum Impelemntation,”Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, No. 1/2023.
Kemendikbudristek. (2022). Buku Saku: Tanya Jawab Kurikulum Merdeka.
Kemendikbudristek, 9–46. ult.kemdikbud.go.id. Diakses 30 September 2023.
Keputusan Menteri No 262/M/2022 Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
Mulyasa, Menjadi Guru Pengerak Merdeka Belajar/Jakarta:Bumi Aksara, 2022.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jurumetri dan Sosial, (Ghalia
Indonesia: Jakarta, 2012.
Shinta Sri Pillawaty, Nurul Firdaus, “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,”Jurnal Prosiding Ilmu
Kependidikan Uinida Gontor, No. 1 /2023.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitati,f dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai