Anda di halaman 1dari 19

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS IV SD IT GENERASI PENERUS PADA


MATERI KPK DAN FPB MELALUI METODE INQUIRY

oleh
Dista Aulia Wati
NIM 857928917

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ UT YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI S1 PGSD-BI
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelajaran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang berkembang cukup
pesat, hal ini dapat dibuktikan dengan makin banyaknya kegunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu anak didik sejak dini, yang akhirnya
melihat pentingnya pembelajaran matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
maka seorang dituntut secara profesional dapat menanamkan konsep dasar
matematika pada semua anak didiknya. Namun kenyataan, secara umum nilai
matematika masih di bawah mata pelajaran IPA dan bahasa Indonesia, di mana
ketiga mata pelajaran tersebut di-UM-kan. Demikian juga yang terjadi pada siswa
MI Hayatul Islamiyah Cinangka rata-rata nilai matematika berada di bawah mata
pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia.

Tabel 1.1
Hasil Nilai Raport SD IT Kelas 4 Tahun 2019/2020

Nilai Mata Pelajaran

Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata Nilai Rata-Rata IPA


B. Indonesia Matematika
7,15 5,75 7,05

Dari data di atas, bahwa nilai mata pelajaran matematika paling rendah
dibandingkan dengan pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. Secara umum nilai
yang rendah menunjukkan adanya gejala kesulitan belajar pada siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa kelas IV MI Hayatul Islamiyah
Cinangka, sebagian besar menegaskan bahwa pelajaran yang paling sulit adalah
matematika. Matematika dianggap hantu yang cukup menakutkan bagi sebagian
besar siswa kelas VI yang akan menghadapi Ujian Akhir Madrasah.

1
2

Agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik maka perlu
dikembangkan suatu cara atau teknik pengajaran matematika, yang membantu
siswa dalam memahami konsep dan bermakna dalam menyelesaikan soal. Salah
satu modal pembelajaran yang memungkinkan agar siswa dapat memahami
konsep dan hasil belajar matematika dengan baik yaitu metode pembelajaran
Inquiry. Pembelajaran Inquiry yaitu suatu pendekatan yang mengembangkan cara
berfikir ilmiah dan menekankan siswa untuk belajar menyelidiki permasalahan
yang menggunakan beberapa langkah sehingga dengan menggunakan modal
pembelajaran ini, pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dari kemampuan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dengan begitu siswa akan lebih
memahami konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah Cinangka pada materi KPK dan FPB melalui
metode pembelajaran Inquiry”.

B. Identifikasi Masalah
Dalam proses mengajar, seorang guru selalu menghadapi masalah terutama
masalah pada siswa dalam belajar. Contoh-contoh masalah yang dihadapi guru
dalam proses pembelajaran adalah.
1. Siswa kurang memahami materi pembelajaran
2. Siswa malas menulis contoh yang diberikan guru
3. Siswa kurang memperhatikan apabila guru sedang menjelaskan pelajaran
4. Hasil belajar siswa rendah
5. Siswa kurang aktif dalam belajar

C. Pembatasan Masalah
Dalam identifikasi masalah tersebut, masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada peningkatan hasil belajar matematika pada materi pokok KPK dan FPB
melalui metode inquiry.
3

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah
adalah Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi KPK
dan FPB melalui metode Inquiry pada kelas IV MI Hayatul Islamiyah Cinangka.

E. Tujuan Penelitian
Dengan mengakar pada latar belakang di atas, kemampuan pemahaman siswa
sangat penting untuk ditingkatkan agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Oleh sebab itu metode pembelajaran Inquiry perlu dicoba sebagai alternatif,
strategis pembelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui penggunaan metode Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
siswa MI
2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa MI pada materi KPK dan FPB
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep dengan cara
penggunaan metode pembelajaran Inquiry.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk :
1. Bagi guru, akan lebih mengenal metode pembelajaran sehingga siswa tidak
merasa jenuh hanya dengan satu metode pembelajaran yang digunakan dalam
proses belajar mengajar. Metode pembelajaran Inquiry menjadi masukan dan
menambah pembendaharaan wawasan sehingga dapat digunakan pada proses
peningkatan profesional guru.
2. Bagi sekolah, hasil penelitian itu dapat menjadi masukan dan menambah
pedalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas sekolah itu
sendiri.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
mengadakan perbaikan kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran
matematika dan menjadi lahan acuan bagi peneliti untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran Inquiry
dengan pokok bahasan yang berbeda.
BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
a) Hakikat Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani“methein” atau “Manthanein” yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata
sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensi.
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran.
Menurut Esti, matematika adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif.1
Berdasarkan beberapa pendapat di atas matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir yang
ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak
melupakan cara bernalar induktif serta dibentuk dan ditemukan oleh anak secara
aktif.
b) Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar bukan hanya menghafal dan
bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil suatu proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

1
Esti Yuliwidyawati, dkk, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: IAIN Press, 2009), h. 2

5
6

Sedangkan menurut Modjiono belajar merupakan proses internal yang


kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental
yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Sutikno, belajar adalah suatu proses usahan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya2.
Sedangkan menurut Djamarah mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor3.
Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Purwanto belajar adalah proses
dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilaku4. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses internal yang kompleks untuk menguasai, menambah dan
mengumpulkan suatu pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil suatu
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, daya penerimanya.
Sementara pembelajaran yaitu proses transfer ilmu dua arah, antara guru
sebagai pemberi ilmu/informasi dan siswa sebagai penerima ilmu/informasi.
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan tergantung pada saat
proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. Jadi, pemahaman guru
terhadap pengertian pembelajaran sangat berpengaruh dengan cara mengajar guru.
c) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Purwanto hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik


akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan
atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut
lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam
aspekkognitif, afektif dan psikomotorik5.

2
M. Sobry Sutikno,Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), h.2
3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.3
4
Purwanto,EvaluasiHasilBelajar, (Yogyakarta: PustakaPelajar,2011), h.38
5
Ibid., h.46
7

Menurut Hamalik, hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku


pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang
akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.
Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slamet, meliputi:

Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar


bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya
berkembang, dan lain-lain.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan
proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil
belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika
perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain.
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang
hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui
belajar.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial6.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah8 membagi faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar antara lain:

6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta : Rineka Cipta,
2006), h. 5
8
Syaiful Bahri Djamarah,op. cit., h.176-202
a. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha di
dalamnya.
Seperti seorang siswa yang tinggal di daerah pedalaman biasanya memiliki
karakteristik berbeda dengan siswa yang tinggal di daerah perkotaan. Dari sisi
8
tingkahlaku misalnya, siswa yang berada di perkampungan lebih sopan
dibandingkan dengan siswa yang berada di perkotaan
2) Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang
mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Pembangunan pabrik yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan

kegaduhan suasana kelas.


Seorang harus memliki program dalam menyampaikan materi pembelajaran
yangIklim belajar yang
akan dismpaikan padakondusif
peserta sangat menentukan
didik atau siswa dalam kenyamanan dan
motivasi
3) Saranabelajar siswa, misalnya sekolah yang berada pada lingkungan yang ramai
dan Fasilitas
akanSarana
mempengaruhi daya serap
dan fasilitas belajar siswa.
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b. Instrumental
Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkanseorang guru akan
Kurikulum
berhasil dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan apabila didukung oleh
Kurikulum
sarana adalah
dan fasilitas a plan
yang for learning
memadai yangsekolah
bila suatu merupakan
dapatunsur substansional
memenuhi segala
dalam pendidikan.
kebutuhan Muatan
belajar anak didik. kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan
frekuensi belajar anak didik.
Kurikulum merupakan acuan dalam penyampaian materi pada proses
interaksi edukatif guru dan siswa, guru tidak boleh keluar dari acuan yang ada.
Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun


untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah
tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang.
9

4) Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak
diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka
tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Guru bukan hanya sebagai seorang pengajar, namun lebih jauh dari itu guru
juga harus mampu berperan sebagai seorang pendidik
c. Fisiologis
1) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan


belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.
2) Kondisi pancaindra

Yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi pancaindra, terutama mata


sebagai alat untuk melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar.
d. Psikologis
Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang
yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya kemungkinan
itu.
10

4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar.
5) Kemampuan kognitif
Terdapat tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.

2. Pembelajaran FPB dan KPK


1) FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
Jika bilangan bulat positif r merupakan bilangn bulat positif p dan q, maka r
tersebut faktor persekutuan p dan q. Selanjutnya di antara faktor persekutuan dua
bilangan bulat tersebut terdapat bilangan yang terbesar, disebut faktor
persekutuan terbesar (FPB).13
Contoh:
Tentukan 28 dan 42
Jawaban:
Faktor dari 28 adalah: 1, 2, 4, 7, 14, 28
Faktor dari 42 adalah: 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, 42
Jadi FPB dari 28 dan 42 adalah 14
Bilangan 14 adalah bilangan terbesar yang habis membagi 28 dan
42 Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:
FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih adalah bilangan
yang merupakan faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut.
Teknik lain untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih adalah
dengan faktorisasi prima. Faktorisasi prima yang dimaksud di sini adalah
perkalian antar bilangan prima.
Petunjuk untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

13
Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, Ayo Belajar Matematika, (Bandung: Buana Raya,
2009), h. 56
11

a. Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari FPBnya dalam faktor prima


b. Pilih faktor yang sama
c. Jika faktor yang sama mempunyai pangkat yang berbeda-beda, pilih faktor
dengan pangkat terkecil.
Contoh:
Tentukan FPB dari 36 dan 81
Jawaban
36=2² x 3²

81=34
Faktor yang sama 3, dengan pangkat terkecil
2. Jadi FPB dari 36 dan 81 adalah 3² = 9
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan FPB (Faktor Persekutuan
Terbesar) dari dua bilangan atau lebih diperoleh dari hasil faktor-faktor prima
yang sama dengan pangkat terendah.
Contoh lain
Tentukan perbandingan luas tanah milik pak Sukri dan ibu Wati jika luas tanah
pak Sukri 110 m² dan luas tanah ibu Wati 150 m²
Jawaban
Luas tanah pak Sukri: 110=2x5x11
Luas tanah ibu Wati: 150=2x3x5²
Jadi FPB nya = 2x5= 10
Perbandingan luas tanah pak Sukri dengan ibu Wati adalah 110 = 110 : 10 = 11
150 150 : 10 15
atau 11:15
2) KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Untuk KPKdiperlukan dua bilangan atau lebih. Selanjutnya di antara
kelipatan tersebut terdapat kelipatan terkecil yang disebut kelipatan persekutuan
terkecil (KPK).14
Contoh
Tentukan KPK dari 6 dan 8
Jawaban

14
Burhan Mustaqim, Ibid., h. 54
12

Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24,...


Kelipatan 8 adalah 8, 16, 24,...
Jadi KPK dari 6 dan 8 adalah 24
Bilangan 24 adalah bilangan terkecil yang habis dibagi oleh bilangan 6 dan 8.
Berdasarkan contoh di atas kita dapat mencari KPK dari dua bilangan atau
lebih dengan cara sebagai berikut:
a. Tentukan kelipatan dari masing-masing bilangan yang akan kita cari
KPKnya
b. Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan itu
c. Tentukan bilangan terkecil dari kelipatan persekutuantadi. Bilangan ini
merupakan KPK dari bilangan-bilangan tersebut.
KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih adalah
bilangan terkecil yang habis dibagi oleh bilangan-bilangan tersebut
Teknik lain untuk menentukan KPK dari dua bilangan atau lebih adalah
dangan faktorisasi prima. Faktorisasi prima yang dimaksud adalah pekalian antar
bilangan prima.
Untuk menentukan KPK dari dan bilangan atau lebih dilakuakan dengan cara
sebagai berikut:
a. Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari KPKnya dalam faktor prima
b. Ambilsenua faktor yang ada
c. Jika ada faktor yang sama dan faktor tersebut mempunyai pangkat yang
berbeda-beda ambil faktor yang mempunyai pangkat terbesar
Contoh
Tentukan KPK 42 dan 18
Jawaban
42= 2x3x7
18=2x3²
KPK dari 42 dan 18 adalah 2x3²x7= 126
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan KPK (Kelipatan Persekutuan
Terkecil) dari dua bilangan atau lebih adalah hasil kali semua faktor-faktor prima
pada kedua bilangan, jika ada faktor yang sama pilih faktor dengan pangkat
tertinggi.
Contoh lain
Tiga orang warga desa Mustika Jaya bernama Supardi, Momon, dan Toyib diberi
tugas ronda oleh ketua RW. Supardi bertugas tiap 3 hari sekali, Momon tiap 4 hari
13

sekali, dan Toyib tiap 6 hari sekali. Saat pertama kali pak RW memanggil dan
memberi tugas mereka meronda bersama-sama pada tanggal 17 Oktober 2004.
Pada tanggal berapa mereka bertugas secara bersama-sama lagi untuk kedua
kalinya
Jawaban
Dalam menjawab soal cerita ini, kita dapat menerapkan prinsip KPK dari 3, 4, dan
6.
Ronda pak Supardi: 3=3
Ronda pak Momon: 4=2²
Ronda pak Toyib: 6=2x3
KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 2²x3 =12. Hal ini berarti ketiga warga tersebut akan
ronda bersama-sama selama 12 hari. Jadi, mereka akan meronda bersama-sama
lagi pada tanggal 17 Oktober + 12 hari = 29 Oktober 2004

3. Metode Inquiry
1) Hakikat Pendekatan
Sudrajat mengemukakan bahwa, pendekatan dalam pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran.
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni berpendapat bahwa, “pendekatan
pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Pendekatan menurut Samsudi
adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendekatan yaitu model pembelajaran
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum.
14

2) Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry


Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered aproach).
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini peserta didik memegang peran yang
sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
dari bahasa Yunani, heuriskin yang berarti saya menemukan.
Pendapat Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993) menyatakan
bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry yang merupakan perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry berarti pertanyaan,
pemeriksaan atau penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002)
menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
3) Karakteristik Pembelajaran Inquiry
Karakteristik pendekatan Inquiry meliputi:
a. Strategi pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik
secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi ini
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan hal ini dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Dengan demikian strategi ini menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
15

c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah


mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual yang merupakan bagian dari
proses mental. Dengan demikian, dalam strategi ini peserta didik tak hanya
dituntut agara menguasai mata pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan keterampilan yang dimilikinya.
4) Hakikat Pendekatan Inquiry
Inquiry yaitu salah satu metode pengajaran dengan cara guru menyuguhkan
suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki dan motivasi siswa
untuk mencapai pemecahan masalah.
Metode ini ditelusuri dari fakta menuju teori. Dengan harapan agar
mahasiswa terangsang untuk mencari dan meneliti, serta memecahkan masalah
dengan kemampuan sendiri.
Dalam pelaksanaannya metode inquiry dapatdilakukan dengan cara guru
membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
diselesaikan. Kemudian tugas itu mereka pelajari, mereka teliti, serta dibahas
bersama-sama dalam kelompoknya. Setelah dibahas, dan didiskusikan, kemudian
masing-masing kelompok itu membuat laporan hasil kerja, dengan cara sistematis
dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Inquiry juga dapat berjalan dengan cara sebagai berikut guru menunjukan
suatu benda taau barang, atau buku yang masih asing bagi siswa di depan kelas.
Kemudian semua siswa diperintahkan untuk mengamati, meraba, melihatdan
membaca dengan seluruh alat indra secara cermat. Lalu guru memberikan masalah
atau pertanyaan kepadaseluruh siswa, yangsudah siap dengan jawaban atau
pendapat. Metode ini setingkat lebih maju dari problem solving, karena
permasalahannya bersifat penelitian(research).
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat fakta-fakta, tapi hasil dari menemukan sendiri.
Siklus inqury terdiri dari:
16

a. Observasi (observation)
b. Bertanya (questioning)
c. Mengajukan dugaan (hyphotesis)
d. Pengumpulan data (data gathering)
e. Penyimpulan (conclussion)
5) Langkah-Langkah Pendekatan Inquiry
Langkah-langkah penerapan pendekatan Inquiry
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiensi yanglain.
6) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry
Keunggulan metode inquiry:
a. Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam setiap pemecahan masalah
yang dihadapi
b. Membantu dalam menggunakan ingatan, dan transfer pengetahuan pada
situasi proses pengajaran.
c. Mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan intuitif dan bekerja atas dasar
inisiatif sendiri
d. Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka
e. Situasi proses belajar mengajar menjadi lebih hidup
Kekurangan metode inquiry
a. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, bagi guru yang terbiasa
dengan cara tradisional, merupakan beban yang memberatkan.
b. Dapat memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan
masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah
c. Proses jalannya inquiry akan menjadi terlambat, apabila siswa telah terbiasa
cara belajar pasif dan tanpa kritik yang diberikan oleh gurunya.
17

d. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. Akan tetapi justru


memerlukan pengulangan dan penanaman nilai.

B. Penelitian Yang Relevan


Dalam tinjauan pustaka, dikaji dari hasil penelitian terdahulu yang relevan
dengan masalah dan tindakan yang diteliti.
Anwar dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Contextual Teaching
And Learning (CTL). Hasil penelitian data tentang prestasi belajar siswa dari hasil
nilai siswa yang diperoleh dari tugas mandiri siswa. Pada penelitian tindakan
kelas ini prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap putaran. Dari
hasil penelitian pada tindakan kelas putaran I nilai rata-rata kelas yaitu 6,5. Pada
tindakan kelas putaran II rata-rata kelasnya 7,6. Pada tindakan putaran III nilai
rata-rata kelasnya adalah 7,55.
Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto menyimpulkan bahwa model
pembelajaran contextual teaching and learning dalam pembelajaran matematika
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu sama-sama
membahas tentang penggunaan pendekatan CTL pada pembelajaran matematika
sehingga menjadi acuan dalam penelitian ini.

C. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang
menghimpun sejumlah nilai yang merupakan substansi sebagai medium antara
guru dan siswa dalam rangkai mencapai tujuan. Dalam proses edukatif guru harus
berusaha agar siswa aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus terlena
dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar ini sudah tidak
sesaui dengan konsep pendidikan modern. Pendidikan modern menuntut siswa
lebih aktif dalam kegiatan interkatif edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator
dan pembimbing sedangkan siswa aktif dalam belajar. Banyak kegiatan yang
harus dilakukan guru dalam proses belajar mengajar seperti memahami prinsip-
18

prinsip belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode yang
tepat, menyiapkan alat bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan
evaluasi, salah satunya dengan cara membuat KPK dan FPB sedangkan siswa aktif
dalam belajar. Karena semua pembelajaran seharusnya dimulai dengan penggunaan
masalah kontektual dalam bentuk soal.
Sehubungan dengan diberlakukannya dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan mengasyikkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik merasa
betah di sekolah. Atas dasar kenyataan tersebut maka pembelajaran di sekolah dasar
bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktifitas dan kreatifitas anak,
efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Dengan spirit
itulah kurikulum ini dapat menjadi pedoman yang dinamis bagi penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dengan pendekatan metode inquiry bertujuan untuk meningkatkan siswa dalam
pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa serta hasil yang diperoleh siswa
berupa perubahan kemampuan matematika siswa sebagai akibat dari proses interaksi
siswa dengan lingkungannya ini disebut hasil belajar metematika siswa.
Semakin baik pelaksanaan proses pembejaran dengan menggunakan metode
inquiry akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka hipotesis tindakannya adalah
dengan penerapan metode pembelajaran inquiry dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal KPK dan FPB.

Anda mungkin juga menyukai