oleh
Dista Aulia Wati
NIM 857928917
A. Latar Belakang
Pelajaran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang berkembang cukup
pesat, hal ini dapat dibuktikan dengan makin banyaknya kegunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu anak didik sejak dini, yang akhirnya
melihat pentingnya pembelajaran matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
maka seorang dituntut secara profesional dapat menanamkan konsep dasar
matematika pada semua anak didiknya. Namun kenyataan, secara umum nilai
matematika masih di bawah mata pelajaran IPA dan bahasa Indonesia, di mana
ketiga mata pelajaran tersebut di-UM-kan. Demikian juga yang terjadi pada siswa
MI Hayatul Islamiyah Cinangka rata-rata nilai matematika berada di bawah mata
pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia.
Tabel 1.1
Hasil Nilai Raport SD IT Kelas 4 Tahun 2019/2020
Dari data di atas, bahwa nilai mata pelajaran matematika paling rendah
dibandingkan dengan pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. Secara umum nilai
yang rendah menunjukkan adanya gejala kesulitan belajar pada siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa kelas IV MI Hayatul Islamiyah
Cinangka, sebagian besar menegaskan bahwa pelajaran yang paling sulit adalah
matematika. Matematika dianggap hantu yang cukup menakutkan bagi sebagian
besar siswa kelas VI yang akan menghadapi Ujian Akhir Madrasah.
1
2
Agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik maka perlu
dikembangkan suatu cara atau teknik pengajaran matematika, yang membantu
siswa dalam memahami konsep dan bermakna dalam menyelesaikan soal. Salah
satu modal pembelajaran yang memungkinkan agar siswa dapat memahami
konsep dan hasil belajar matematika dengan baik yaitu metode pembelajaran
Inquiry. Pembelajaran Inquiry yaitu suatu pendekatan yang mengembangkan cara
berfikir ilmiah dan menekankan siswa untuk belajar menyelidiki permasalahan
yang menggunakan beberapa langkah sehingga dengan menggunakan modal
pembelajaran ini, pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dari kemampuan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dengan begitu siswa akan lebih
memahami konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah Cinangka pada materi KPK dan FPB melalui
metode pembelajaran Inquiry”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam proses mengajar, seorang guru selalu menghadapi masalah terutama
masalah pada siswa dalam belajar. Contoh-contoh masalah yang dihadapi guru
dalam proses pembelajaran adalah.
1. Siswa kurang memahami materi pembelajaran
2. Siswa malas menulis contoh yang diberikan guru
3. Siswa kurang memperhatikan apabila guru sedang menjelaskan pelajaran
4. Hasil belajar siswa rendah
5. Siswa kurang aktif dalam belajar
C. Pembatasan Masalah
Dalam identifikasi masalah tersebut, masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada peningkatan hasil belajar matematika pada materi pokok KPK dan FPB
melalui metode inquiry.
3
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah
adalah Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi KPK
dan FPB melalui metode Inquiry pada kelas IV MI Hayatul Islamiyah Cinangka.
E. Tujuan Penelitian
Dengan mengakar pada latar belakang di atas, kemampuan pemahaman siswa
sangat penting untuk ditingkatkan agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Oleh sebab itu metode pembelajaran Inquiry perlu dicoba sebagai alternatif,
strategis pembelajaran matematika guna meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.
Tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui penggunaan metode Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar
siswa MI
2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa MI pada materi KPK dan FPB
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep dengan cara
penggunaan metode pembelajaran Inquiry.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk :
1. Bagi guru, akan lebih mengenal metode pembelajaran sehingga siswa tidak
merasa jenuh hanya dengan satu metode pembelajaran yang digunakan dalam
proses belajar mengajar. Metode pembelajaran Inquiry menjadi masukan dan
menambah pembendaharaan wawasan sehingga dapat digunakan pada proses
peningkatan profesional guru.
2. Bagi sekolah, hasil penelitian itu dapat menjadi masukan dan menambah
pedalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas sekolah itu
sendiri.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
mengadakan perbaikan kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran
matematika dan menjadi lahan acuan bagi peneliti untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran Inquiry
dengan pokok bahasan yang berbeda.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
a) Hakikat Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani“methein” atau “Manthanein” yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata
sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensi.
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran.
Menurut Esti, matematika adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif.1
Berdasarkan beberapa pendapat di atas matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir yang
ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak
melupakan cara bernalar induktif serta dibentuk dan ditemukan oleh anak secara
aktif.
b) Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar bukan hanya menghafal dan
bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil suatu proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
1
Esti Yuliwidyawati, dkk, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: IAIN Press, 2009), h. 2
5
6
2
M. Sobry Sutikno,Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), h.2
3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.3
4
Purwanto,EvaluasiHasilBelajar, (Yogyakarta: PustakaPelajar,2011), h.38
5
Ibid., h.46
7
6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta : Rineka Cipta,
2006), h. 5
8
Syaiful Bahri Djamarah,op. cit., h.176-202
a. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha di
dalamnya.
Seperti seorang siswa yang tinggal di daerah pedalaman biasanya memiliki
karakteristik berbeda dengan siswa yang tinggal di daerah perkotaan. Dari sisi
8
tingkahlaku misalnya, siswa yang berada di perkampungan lebih sopan
dibandingkan dengan siswa yang berada di perkotaan
2) Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang
mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Pembangunan pabrik yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan
4) Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak
diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka
tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Guru bukan hanya sebagai seorang pengajar, namun lebih jauh dari itu guru
juga harus mampu berperan sebagai seorang pendidik
c. Fisiologis
1) Kondisi fisiologis
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa belajar pada bidang
yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya kemungkinan
itu.
10
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar.
5) Kemampuan kognitif
Terdapat tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
13
Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, Ayo Belajar Matematika, (Bandung: Buana Raya,
2009), h. 56
11
81=34
Faktor yang sama 3, dengan pangkat terkecil
2. Jadi FPB dari 36 dan 81 adalah 3² = 9
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan FPB (Faktor Persekutuan
Terbesar) dari dua bilangan atau lebih diperoleh dari hasil faktor-faktor prima
yang sama dengan pangkat terendah.
Contoh lain
Tentukan perbandingan luas tanah milik pak Sukri dan ibu Wati jika luas tanah
pak Sukri 110 m² dan luas tanah ibu Wati 150 m²
Jawaban
Luas tanah pak Sukri: 110=2x5x11
Luas tanah ibu Wati: 150=2x3x5²
Jadi FPB nya = 2x5= 10
Perbandingan luas tanah pak Sukri dengan ibu Wati adalah 110 = 110 : 10 = 11
150 150 : 10 15
atau 11:15
2) KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Untuk KPKdiperlukan dua bilangan atau lebih. Selanjutnya di antara
kelipatan tersebut terdapat kelipatan terkecil yang disebut kelipatan persekutuan
terkecil (KPK).14
Contoh
Tentukan KPK dari 6 dan 8
Jawaban
14
Burhan Mustaqim, Ibid., h. 54
12
sekali, dan Toyib tiap 6 hari sekali. Saat pertama kali pak RW memanggil dan
memberi tugas mereka meronda bersama-sama pada tanggal 17 Oktober 2004.
Pada tanggal berapa mereka bertugas secara bersama-sama lagi untuk kedua
kalinya
Jawaban
Dalam menjawab soal cerita ini, kita dapat menerapkan prinsip KPK dari 3, 4, dan
6.
Ronda pak Supardi: 3=3
Ronda pak Momon: 4=2²
Ronda pak Toyib: 6=2x3
KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 2²x3 =12. Hal ini berarti ketiga warga tersebut akan
ronda bersama-sama selama 12 hari. Jadi, mereka akan meronda bersama-sama
lagi pada tanggal 17 Oktober + 12 hari = 29 Oktober 2004
3. Metode Inquiry
1) Hakikat Pendekatan
Sudrajat mengemukakan bahwa, pendekatan dalam pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran.
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni berpendapat bahwa, “pendekatan
pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Pendekatan menurut Samsudi
adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendekatan yaitu model pembelajaran
yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum.
14
a. Observasi (observation)
b. Bertanya (questioning)
c. Mengajukan dugaan (hyphotesis)
d. Pengumpulan data (data gathering)
e. Penyimpulan (conclussion)
5) Langkah-Langkah Pendekatan Inquiry
Langkah-langkah penerapan pendekatan Inquiry
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiensi yanglain.
6) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry
Keunggulan metode inquiry:
a. Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam setiap pemecahan masalah
yang dihadapi
b. Membantu dalam menggunakan ingatan, dan transfer pengetahuan pada
situasi proses pengajaran.
c. Mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan intuitif dan bekerja atas dasar
inisiatif sendiri
d. Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka
e. Situasi proses belajar mengajar menjadi lebih hidup
Kekurangan metode inquiry
a. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, bagi guru yang terbiasa
dengan cara tradisional, merupakan beban yang memberatkan.
b. Dapat memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan
masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah
c. Proses jalannya inquiry akan menjadi terlambat, apabila siswa telah terbiasa
cara belajar pasif dan tanpa kritik yang diberikan oleh gurunya.
17
C. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang
menghimpun sejumlah nilai yang merupakan substansi sebagai medium antara
guru dan siswa dalam rangkai mencapai tujuan. Dalam proses edukatif guru harus
berusaha agar siswa aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus terlena
dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar ini sudah tidak
sesaui dengan konsep pendidikan modern. Pendidikan modern menuntut siswa
lebih aktif dalam kegiatan interkatif edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator
dan pembimbing sedangkan siswa aktif dalam belajar. Banyak kegiatan yang
harus dilakukan guru dalam proses belajar mengajar seperti memahami prinsip-
18
prinsip belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode yang
tepat, menyiapkan alat bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan
evaluasi, salah satunya dengan cara membuat KPK dan FPB sedangkan siswa aktif
dalam belajar. Karena semua pembelajaran seharusnya dimulai dengan penggunaan
masalah kontektual dalam bentuk soal.
Sehubungan dengan diberlakukannya dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan mengasyikkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik merasa
betah di sekolah. Atas dasar kenyataan tersebut maka pembelajaran di sekolah dasar
bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktifitas dan kreatifitas anak,
efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Dengan spirit
itulah kurikulum ini dapat menjadi pedoman yang dinamis bagi penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dengan pendekatan metode inquiry bertujuan untuk meningkatkan siswa dalam
pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa serta hasil yang diperoleh siswa
berupa perubahan kemampuan matematika siswa sebagai akibat dari proses interaksi
siswa dengan lingkungannya ini disebut hasil belajar metematika siswa.
Semakin baik pelaksanaan proses pembejaran dengan menggunakan metode
inquiry akan semakin meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka hipotesis tindakannya adalah
dengan penerapan metode pembelajaran inquiry dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal KPK dan FPB.