Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, METAKOGNISI, DAN

KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI
6 SINJAI
Tarmizi Ramli1.a), Bernard2,b), dan Rosidah3,c)
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
1,2,3)

a)
tarmiziramli96@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
motivasi belajar, metakognisi, dan kreativitas belajar terhadap pemecahan masalah matematika peserta
didik. Populasi penelitian ini adalah semua peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai tahun ajaran
2020/2021 yang berjumlah 131 peserta didik. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 peserta
didik yang diperoleh dengan menggunakan rumus slovin. Pengumpulan data menggunakan instrumen
berupa lembar angket motivasi belajar, persepsi metakognisi, kreativitas belajar dan lembar soal
pemecahan masalah matematika. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) motivasi belajar, metakognisi, kreativitas belajar, dan pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai berada pada kategori sedang, (2) motivasi
belajar, metakognisi, kreativitas belajar berpengaruh secara langsung terhadap pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai, (3) motivasi belajar dan metakognisi
berpengaruh secara langsung terhadap kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6
Sinjai, (4) motivasi belajar dan metakognisi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pemecahan
masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai, (5)
Pengaruh motivasi belajar secara langsung terhadap pemecahan masalah matematika lebih besar
daripada pengaruh motivasi belajar secara tidak langsung terhadap pemecahan masalah matematika
melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai, (6) Pengaruh metakognisi
secara langsung terhadap pemecahan masalah matematika lebih besar daripada pengaruh metakognisi
secara tidak langsung terhadap pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai.

Kata kunci: motivasi belajar, metakognisi, kreativitas belajar, pemecahan masalah matematika

This study is an ex-post facto study which aims to determine the effect of learning motivation,
metacognition, and learning creativity on students' mathematical problem solving. The population of
this study were all class VIII students of SMP Negeri 6 Sinjai for the 2020/2021 academic year,
totaling 131 students. The number of samples in this study were 99 students who were obtained using
the Slovin formula. Collecting data using instruments in the form of questionnaires on learning
motivation, perception of metacognition, learning creativity and mathematical problem solving
problem sheets. The data obtained were then analyzed using descriptive statistics and inferential
statistics, namely path analysis. The results showed that (1) learning motivation, metacognition,
learning creativity, and mathematical problem solving of eighth grade students of SMP Negeri 6
Sinjai were in the moderate category, (2) learning motivation, metacognition, learning creativity had a
direct effect on students' mathematical problem solving. class VIII students of SMP Negeri 6 Sinjai,
(3) learning motivation and metacognition directly affect the learning creativity of class VIII students
of SMP Negeri 6 Sinjai, (4) learning motivation and metacognition indirectly affect mathematical
problem solving through students' learning creativity class VIII SMP Negeri 6 Sinjai, (5) The direct
influence of learning motivation on mathematical problem solving is greater than the influence of
indirect learning motivation on mathematical problem solving through the learning creativity of
students of class VIII SMP Negeri 6 Sinjai, (6) The effect of metacognition in an indirect manner
immediately limited ap mathematical problem solving is greater than the indirect effect of
metacognition on mathematical problem solving through the learning creativity of eighth grade
students of SMP Negeri 6 Sinjai.
Keywords: learning motivation, metacognition, learning creativity, mathematical problem solving
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk
menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis dan kritis. Demikian pula
matematika telah menunjukkan kekuatannya dengan adanya penerapan matematika pada
bidang-bidang lain dan pada kehidupan sehari-hari.
Suherman dkk (2001) menyatakan bahwa matematika sebagai salah satu ilmu
dasar yang terus berkembang baik materi maupun kegunaannya. Sehingga dalam
pembelajarannya di sekolah harus memperhatikan perkembangan-perkembangan, baik di
masa lalu, masa sekarang maupun masa depan. Jadi, alasan perlunya matematika
diajarkan di sekolah adalah karena matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang
mempunyai arti penting dalam kehidupan.
Lebih lanjut dijelaskan Wardhani (2008) bahwa tujuan mata pelajaran
matematika di sekolah menengah pertama adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5)
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh peserta didik dalam
matematika ditegaskan juga oleh Firdaus (2009) bahwa (1) Kemampuan menyelesaikan
masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika; (2) Penyelesaian masalah yang
meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum
matematika; dan (3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematika memang menjadi sangat penting
dimiliki setiap peserta didik. Mairing (2018) dalam bukunya menyatakan “siswa yang
memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika akan lebih mampu dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari”. Bukan hanya karena sebagian besar
kehidupan manusia akan berhadapan dengan masalah-masalah yang perlu dicari
penyelesaiannya, tetapi pemecahan masalah juga dapat meningkatkan daya analitis dan
dapat membantu untuk menyelesaian permasalahan-permasalahan pada berbagai situasi
yang lain. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Hudojo (2001) bahwa dengan
mengajarkan peserta didik untuk menyelesaikan masalah akan memungkinkan peserta
didik tersebut menjadi lebih analitis mengambil keputusan dalam kehidupan.
Faktanya kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik masih
rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari hasil keikutsertaan
Indonesia dalam Treads in International Matematics and Science Study (TIMSS). Salah
satu indikator yang dinilai dalam TIMSS adalah kemampuan dalam memecahkan
masalah non rutin. Peserta didik indonesia memperoleh nilai rata-rata pada tahun 2015
yaitu 397, masih berada di bawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh TIMSS yaitu
500. Hal ini juga didukung oleh hasil tes Programme for Internasional Student
Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) pada tahun 2015, rata-rata nilai peserta didik Indonesia adalah
386 sedangkan nilai rata-rata pada tahun 2018 hanya 379. Skor PISA peserta didik
Indonesia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematika peserta didik masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas disadari bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika sangat penting dimiliki khususnya oleh peserta didik. Dengan fakta bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik masih rendah, penting bagi
kita untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah matematika
peserta didik. Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah matematika yaitu faktor external dan internal peserta didik itu
sendiri. Diantara faktor internal yang mempegaruhi kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik yaitu faktor motivasi metakognisi, dan kreativitas belajar
peserta didik.
Motivasi belajar merupakan unsur terpenting dalam pengajaran yang efektif,
peserta didik yang ingin belajar dan memiliki motivasi dapat belajar tentang apapun.
Menurut Sardiman ada beberapa ciri peserta didik yang memiliki motivasi belajar yaitu :
tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara
mandiri, menaruh minat terhadap proses pembelajaran, mempertahankan pendapat, dan
memikirkan pemecahan masalah (Wahyudi, 2012). Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Ihsan (2016) mengemukakan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika secara langsung.
Metakognisi juga merupakan salah satu aspek yang membangun kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi (2016) yang mengemukakan bahwa metakognisi mampu
memberikan konstribusi positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik dan berkesimpulan bahwa metakognisi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Sedangkan
menurut sebuah penelitian yang dikemukakan oleh Mohiddin (2018) menunjukkan bahwa
metakognisi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Peserta
didik juga akan memeroleh keuntungan terutama rasa percaya diri (confidence) dan
menjadi lebih independen sebagai pembelajar, bahkan peserta didik yang berkemampuan
rendah akan tetapi aktif belajar dengan proses metakognitif ternyata menjadi lebih
mampu memecahkan permasalahan standard dibanding peserta didik yang sama yang
tidak belajar dengan pengajaran metakognitif.
Selain motivasi belajar dan metakognisi, kreativitas juga diperlukan dalam
memecahkan masalah matematika. Salah satu yang dibutuhkan selain pengetahuan,
kesiapan, dan pengaplikasian dalam memecahkan suatu masalah matematika adalah
kreativitas. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ihsan (2016) mengemukakan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan kreativitas belajar terhadap kemampuan
matematika peserta didik.
Menarik untuk dicermati bahwa motivasi belajar akan dapat mempengaruhi
kreativitas belajar peserta didik. Menurut hasil penelitian Kuntjojo & Andik Matulessy
(2012) mengungkapkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
motivasi berprestasi dengan kreativitas. Berpikir kreatif memuat aspek ketrampilan
kognitif dan metakognitif antara lain mengidentifikasi masalah, menyusun pertanyaan,
mengidentifikasi data yang relevan dan tidak relevan, produktif, mengahasilkan banyak
ide-ide yang berbeda dan produk atau ide yang baru dan memuat disposisi yaitu bersikap
terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa
sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks, memanfaatkan cara berpikir
orang lain yang kritis, dan sikap sensitif terhadap perasaan orang lain (Lamoma, 2011).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika
tidaklah ditentukan oleh faktor tunggal, namun ada sejumlah variabel yang dianggap
saling mempengaruhi baik berpengaruh langsung ataupun berpengaruh tidak langsung.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui secara pasti dan jelas
hubungan-hubungan faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik melalui prosedural ilmiah

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian expost
facto yang bersifat kausalitas. Penelitian expost facto merupakan penelitian peninjauan
kembali tentang fakta-fakta yang ada di lapangan sehingga tidak perlu melakukan
perlakuan penelitian. Penelitian ini menerangkan mengenai hubungan sebab akibat antara
metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar dan pemecahan masalah matematika
peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 6 Sinjai tahun ajaran 2020/2021. Berdasarkan data, jumlah kelas regular pada
kelas VIII sebanyak 5 kelas dengan jumlah 131 peserta didik. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 99 peserta didik yang diperoleh dengan menggunakan rumus
slovin. Untuk mengambil sampel dari populasi digunakan teknik simple random
sampling dengan cara menggunakan teknik tersebut pada tiap kelas yaitu mengambil
secara acak masing-masing 20 sampel pada kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D dan 19
sampel pada kelas VIII E. Instrumen yag digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
angket yang digunakan untuk memperoleh motivasi belajar, metakognisi, dan kreativitas
belajar peserta didik serta tes pemecahan masalah matematika. Data hasil penelitian
dianalisis dengan statistika deskriptif dan statistika inferensial yaitu analisis jalur (path
analysis).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data hasil penelitian yang diperoleh melalui pengisian angket dan tes. Variabel
dideskripsikan yaitu motivasi belajar (X1), metakognisi (X2), kreativitas belajar (X3),
kemampuan pemecahan masalah matematika (Y).
1. Deskripsi Motivasi Belajar Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan analisis statistik deskriptif yang dilakukan, diperoleh skor terendah
dan tertinggi motivasi belajar peserta didik sebesar 48 dan 86. Rata-rata skor motivasi
belajar peserta didik sebesar 66,28 dari skor ideal yang dapat diperoleh sebesar 100, yang
berada dalam interval 50 ≤ MB < 75 pada kategori sedang. Standar deviasi menunjukkan
keheterogenan yang terjadi dalam data yang sedang diteliti. Semakin besar nilai standar
deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitung,
dalam hal ini standar deviasi data motivasi belajar sebesar 8,155. Adapun tingkat
motivasi belajar peserta didik lebih dominan berada pada kategori sedang yaitu sebesar
85% dibandingkan dengan kategori lainnya yaitu berkategori tinggi sebesar 13% dan
berkategori rendah sebesar 2%. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta
didik berada pada kategori sedang.
2. Deskripsi Metakognisi Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan analisis statistik deskriptif yang dilakukan, diperoleh skor terendah
dan tertinggi metakognisi peserta didik sebesar 51 dan 84. Rata-rata skor metakognisi
peserta didik sebesar 66,20 dari skor ideal yang dapat diperoleh sebesar 100, yang berada
dalam interval 50 ≤ M < 75 pada kategori sedang. Standar deviasi menunjukkan
keheterogenan yang terjadi dalam data yang sedang diteliti. Semakin besar nilai standar
deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitung,
dalam hal ini standar deviasi data metakognisi sebesar 7,891. Adapun tingkat metakognisi
peserta didik lebih dominan berada pada kategori sedang yaitu sebesar 86%
dibandingkan dengan kategori lainnya yaitu berkategori tinggi sebesar 14% dan
berkategori rendah sebesar 0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa metakognisi peserta didik
berada pada kategori sedang.

3. Deskripsi Kreativitas belajar Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan analisis statistik deskriptif yang dilakukan, diperoleh skor terendah
dan tertinggi kreativitas belajar peserta didik sebesar 49 dan 84. Rata-rata skor kreativitas
belajar peserta didik sebesar 66,49 dari skor ideal yang dapat diperoleh sebesar 100, yang
berada dalam interval 50 ≤ KB < 75 pada kategori sedang. Standar deviasi menunjukkan
keheterogenan yang terjadi dalam data yang sedang diteliti. Semakin besar nilai standar
deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitung,
dalam hal ini standar deviasi data kreativitas belajar sebesar 8,228. Adapun tingkat
kreativitas belajar peserta didik lebih dominan berada pada kategori sedang yaitu sebesar
81% dibandingkan dengan kategori lainnya yaitu berkategori tinggi sebesar 17% dan
berkategori rendah sebesar 2%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar peserta
didik berada pada kategori sedang.
4. Deskripsi Pemecahan Masalah Matematika Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6
Sinjai
Berdasarkan analisis statistik deskriptif yang dilakukan, skor terendah dan
tertinggi pemecahan masalah matematika peserta didik sebesar 35 dan 95. Rata-rata skor
pemecahan masalah matematika peserta didik sebesar 63,53 dari skor ideal yang dapat
diperoleh sebesar 100, yang berada dalam interval 50 ≤ KB < 75 pada kategori sedang.
Standar deviasi menunjukkan keheterogenan yang terjadi dalam data yang sedang diteliti.
Semakin besar nilai standar deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unit data
terhadap rata-rata hitung, dalam hal ini standar deviasi data Standar deviasi sebesar
15,093. Adapun tingkat pemecahan masalah matematika peserta didik pada kategori
tinggi sebesar 46%, kategori sedang sebesar 24%, dan kategori rendah sebesar 30%. Jadi
dapat disimpulkan pemecahan masalah matematika peserta didik berada pada kategori
sedang.
5. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Pemecahan Masalah Matematika Peserta didik
Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur motivasi belajar terhadap
pemecahan masalah matematika sebesar 0,272 dan nilai signifikan 0,005. Hal ini berarti
sig < α yaitu 0,005 < 0,05. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0
ditolak atau terdapat pengaruh motivasi belajar secara langsung terhadap pemecahan
masalah matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Hasil analisis ini sejalan dengan Ihsan (2016) yang menyatakan bahwa dalam
pemecahan masalah matematika, motivasi belajar merupakan unsur penting yang harus
dimiliki oleh peserta didik, peserta didik yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
akan tekun dalam mengerjakan tugas, ulet dan pantang menyerah dalam memecahkan
berbagai masalah dan hambatan, menaruh minat terhadap proses pembelajaran,
memikirkan pemecahan masalah khususnya yang berkaitan dengan masalah matematika.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Muzaki (2010) yang memperoleh hasil
bahwa motivasi belajar peserta didik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah.Senada dengan hasil tersebut,
penelitian Ihsan (2016) menyimpulkan bahwa motivasi belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemamapuan pemecahan masalah matematika secara langsung.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh
langsung terhadap pemecahan masalah matematika peserta didik.
6. Pengaruh Metakognisi terhadap Pemecahan Masalah Matematika Peserta didik Kelas
VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur metakognisi terhadap
pemecahan masalah matematika sebesar 0,222 dan nilai signifikan 0,019. Hal ini berarti
sig < α yaitu 0,019 < 0,05. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0
ditolak atau terdapat pengaruh metakognisi secara langsung terhadap pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Hasil analisis ini sejalan dengan Tohari (2010) yang mengatakan bahwa
metakognisi sangat penting pada pembelajaran matematika yang akan membantu peserta
didik untuk belajar bagaimana belajar matematika dengan baik. Peserta didik akan tahu
bentuk umum cara menyelesaikan permasalahan matematik, dan itu akan dijadikannya
stereotype bagaimana seharusnya menyelesaikan matematika dengan baik dan benar serta
cepat. Akben (2018) juga mengatakan bahwa metakognitif memainkan peran penting
dalam merencanakan proses pembelajaran, penggunaan keterampilan yang tepat, dan
strategi untuk pemecahan masalah.
Perbedaan individu dalam pemecahan masalah terkait dengan metakognisinya
dan kesadaran metakognitif dapat mempengaruhi secara signifikan kemampuan
pemecahan masalah (Hargrove, 2013). Bukan hanya itu, hasil penelitian Ilhamsyah
(2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metakognisi
dengan prestasi belajar matematika dengan sumbangan efektif metakognisi secara
langsung terhadap prestasi belajar matematika yaitu 60,2%. Lebih spesifik Wahyuddin
(2016) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa metakognisi berpengaruh signifikan
positif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metakognisi memiliki pengaruh langsung
terhadap pemecahan masalah matematika peserta didik.
7. Pengaruh Kreativitas Belajar terhadap Pemecahan Masalah Matematika Peserta didik
Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur kreativitas belajar
terhadap pemecahan masalah matematika sebesar 0,294 dan nilai signifikan 0,003. Hal
ini berarti sig < α yaitu 0,003 < 0,05. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis
adalah H0 ditolak atau terdapat pengaruh kreativitas belajar secara langsung terhadap
pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai.
Hasil analisis ini sejalan dengan Oktavia (2015) yang mengemukakan bahwa
apabila peserta didik memiliki kreativitas yang baik, maka peserta didik akan mencoba
berbagai upaya dalam menyelesaikan masalah dengan cara atau teknik yang berbeda
dengan yang lain, tidak hanya menggunakan acuan yang diberikan oleh guru. Hal
tersebut berarti, peserta didik yang memiliki kreativitas belajar yang tinggi mempunyai
alternatif solusi yang lebih untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Selain itu, hasil penelitian Supardi (2015) menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif berpikir kreatif terhadap prestasi belajar matematika. Lebih spesifik,
hasil penelitian Muzaki (2010) menunjukkan adanya pengaruh yang cukup besar antara
kreativitas belajar terhadap kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah
matematika.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kreativitas belajar memiliki pengaruh
langsung terhadap pemecahan masalah matematika peserta didik.
8. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Kreativitas Belajar Peserta didik Kelas VIII SMP
Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur motivasi belajar terhadap
kreativitas belajar sebesar 0,370 dan nilai signifikan 0,000. Hal ini berarti sig < α yaitu
0,000 < 0,05. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0 ditolak atau
terdapat pengaruh motivasi belajar secara langsung terhadap kreativitas belajar peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai.
Hasil analisis ini sejalan dengan Rogers yang menyatakan bahwa faktor yang
dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu, salah satunya adalah dorongan dari
dalam diri peserta didik (motivasi instrinsik). Setiap individu memiliki kecendrungan atau
dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan
dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya (Ermistri, 2017).
Bukan hanya itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2010) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar matematika dengan
kemampuan berpikir kreatif matematik. Lai & Hwang (2014) juga mengatakan bahwa
motivasi berpengaruh positif terhadap kreativitas. Hasil penelitian yang lain yang
dilakukan oleh Kuntjojo (2012) juga mengungkapkan bahwa ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Penelitian Sari (2017)
juga menunjukkan hasil bahwa motivasi belajar peserta didik secara nyata turut
menentukan dan memberikan kontribusi terhadap kreativitas belajarnya.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh
langsung terhadap kreativitas belajar peserta didik.
9. Pengaruh Metakognisi terhadap Kreativitas Belajar Peserta didik Kelas VIII SMP
Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur metakognisi terhadap
kreativitas belajar sebesar 0,328 dan nilai signifikan 0,001. Hal ini berarti sig < α yaitu
0,001 < 0,05. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0 ditolak atau
terdapat pengaruh metakognisi secara langsung terhadap kreativitas belajar peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai.
Hasil analisis ini didukung oleh Puccio dan Mudock yang mengungkapkan
bahwa dalam berpikir kreatif memuat aspek keterampilan kognitif dan metakognitif
antara lain mengidentifikasi masalah, menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data yang
relevan dan tidak relevan, produktif, mengahasilkan banyak ide-ide yang berbeda dan
produk atau ide yang baru dan memuat disposisi yaitu bersikap terbuka, berani
mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah
bagian dari keseluruhan yang kompleks, memanfaatkan cara berpikir orang lain yang
kritis, dan sikap sensitif terhadap perasaan orang lain (Munandar, 2009)
Metakognisi ini sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika. Menurut
Rahmawati (2016), dalam mengembangkan metakognisi diperlukan adanya kesadaran
berpikir. Kesadaran berpikir tersebut merupakan bagian dari metakognisi, sehingga
kemampuan berpikir kreatif peserta didik dipengaruhi oleh kesadaran metakognisinya.
Hasil analisis diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuntjojo (2012),
dimana metakognisi berkorelasi positif secara kuat dengan kreativitas. Lebih spesifik
hasil penelitian Erbas & Bas (2015) mengatakan bahwa peserta didik dengan tingkat
pengetahuan metakognitif yang tinggi menunjukkan tingkat kreativitasnya yang tinggi
pula.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu
yang relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metakognisi memiliki pengaruh
langsung yang terhadap kreativitas belajar peserta didik.
10. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Pemecahan Masalah Matematika melaui
Kreativitas Belajar Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur motivasi belajar
terhadap pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar sebesar 𝜌𝑥3𝑥1 x 𝜌y𝑥3
= 0,370 x 0,294 = 0,109. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0
ditolak atau terdapat pengaruh motivasi belajar secara tidak langsung terhadap
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 6 Sinjai
Hal ini didukung oleh Rogers yang menyatakan bahwa faktor yang dapat
mendorong terwujudnya kreativitas individu, salah satunya adalah dorongan dari dalam
diri peserta didik (motivasi instrinsik). Setiap peserta didik memiliki dorongan dari dalam
dirinya untuk berkreativitas, tidak terkecuali dalam belajar matematika (Ermistri, 2017).
Pada perkembangan selanjutnya, pemilikan kreativitas belajar yang tinggi pada
individu, akan membentuk individu yang memliki kemampuan yang lebih dalam
menemukan alternatif-alternatif solusi pemecahan masalah matematika. Hal itu sejalan
dengan hasil penelitian Khoirunisa & Hartati (2017) menyimpulkan bahwa peserta didik
yang memiliki kreativitas yang tinggi, maka kemampuan dalam pemecahan masalah
matematika juga akan tinggi. Lebih spesifik, hasil peneltian Ihsan (2016) menunjukkan
bahwa motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar secara tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu
yang relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh
terhadap pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik secara
tidak langsung.
11. Pengaruh Metakognisi terhadap Pemecahan Masalah Matematika melaui Kreativitas
Belajar Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien jalur metakognisi terhadap
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar sebesar 𝜌𝑥3𝑥2 x 𝜌y𝑥3 = 0,328
X 0,294 = 0,096. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil analisis adalah H0 ditolak
atau terdapat pengaruh metakognisi secara tidak langsung terhadap pemecahan masalah
matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
Hasil analisis ini sejalan dengan Rahmawati (2016) yang mengungkapkan bahwa
dalam mengembangkan metakognisi diperlukan adanya kesadaran berpikir. Kesadaran
berpikir tersebut merupakan bagian dari metakognisi, sehingga kemampuan berpikir
kreatif peserta didik dipengaruhi oleh kesadaran metakognisinya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Kuntjojo (2012), dimana metakognisi berkorelasi positif secara
kuat dengan kreativitas.
Pada perkembangan selanjutnya, apabila peserta didik memiliki kreativitas yang
baik, maka peserta didik akan mencoba berbagai upaya dalam menyelesaikan masalah
dengan cara atau teknik yang berbeda dengan yang lain, tidak hanya menggunakan acuan
yang diberikan oleh guru. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Khoirunisa & Hartati
(2017) menyimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki kreativitas yang tinggi, maka
kemampuan dalam pemecahan masalah matematika juga akan tinggi. Selain itu, hasil
penelitian Muzaki (2010) menunjukkan adanya pengaruh yang cukup besar antara
kreativitas belajar terhadap kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah
matematika. Lebih spesifik, hasil peneltian Ihsan (2016) menunjukkan bahwa
metakognisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika melalui kreativitas belajar secara tidak langsung.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial, teori dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metakognisi memiliki pengaruh terhadap
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik secara tidak
langsung.
KESIMPULAN
1. Motivasi belajar, metakognisi, kreativitas belajar, dan pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai berada pada kategori
sedang.
2. Motivasi belajar berpengaruh secara langsung terhadap pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai dengan koefisien jalur
sebesar 0,272.
3. Metakognisi berpengaruh secara langsung terhadap pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai dengan koefisien jalur
sebesar 0,222.
4. Kreativitas belajar berpengaruh secara langsung terhadap pemecahan masalah
matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai dengan koefisien jalur
sebesar 0,294.
5. Motivasi belajar berpengaruh secara langsung terhadap kreativitas belajar peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai dengan koefisien jalur sebesar 0,370.
6. Metakognisi berpengaruh secara langsung terhadap kreativitas belajar peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai dengan koefisien jalur sebesar 0,328.
7. Motivasi belajar berpengaruh secara tidak langsung terhadap pemecahan masalah
matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
dengan koefisien jalur sebesar 0,109.
8. Metakognisi berpengaruh secara tidak langsung terhadap pemecahan masalah
matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Sinjai
dengan koefisien jalur sebesar 0,096.
9. Pengaruh motivasi belajar secara langsung terhadap pemecahan masalah matematika
lebih besar daripada pengaruh motivasi belajar secara tidak langsung terhadap
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 6 Sinjai.
10. Pengaruh metakognisi secara langsung terhadap pemecahan masalah matematika
lebih besar daripada pengaruh metakognisi secara tidak langsung terhadap
pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 6 Sinjai.

SARAN
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi peserta didik tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemecahan masalah metematika, sehingga peserta didik
dapat mengembangkan faktor-faktor yang ada untuk memaksimalkan belajarnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Guru agar dalam
pembelajarn matematika bukan hanya kemampuan kognitif peserta didik yang dilihat
tetapi juga faktor-faktor psikologi peserta didik serta faktor-faktor internal yang
dapat mempengaruhi pemecahan masalah matematika peserta didik.
3. Penelitian ini dapat menjadi masukan kepada orang tua/ wali untuk memperhatikan
kemampuan kognitif peserta didik dan faktor-faktor psikologi yang dapat
mempengaruhi pemecahan masalah matematika peserta didik.
4. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian yang serupa, agar selain
meneliti faktor-faktor yang ada dalam penelitian ini, juga meneliti tentang faktor-
faktor lain yang juga memprediksi pemecahan masalah matematika peserta didik

DAFTAR PUSTAKA
Akben, N. (2018). Effects of the Problem-Posing Approach on Students’ Problem
Solving Skills and Metacognitive Awareness in Science Education. Research in
Science Education. 50, 1143–1165. https://doi.org/10.1007/s11165-018-9726-7
Erbas, A. K. & Bas, S. (2015). The Contribution of Personality Traits, Motivation,
Academic Risk-Taking and Metacognition to the Creative Ability in
Mathematics, Creativity Research Journal, 27:4, 299-307,
http://dx.doi.org/10.1080/10400419.2015.1087235
Ermistri, A. I. (2017). Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Berpikir Kreatif
Matematika pada Siswa di Kelas VII SMP [PhD Thesis]. Tanjungpura University.
Firdaus, A. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (online),(http://
madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuanpemecahanmasalahmatemati
ka/
Hargrove, R. A. (2013). Assessing the long-term impact of a metacognitive approach to
creative skill development. International Journal of Technology and Design
Education, 23:489–517. https://doi.org/10.1007/s10798-011-9200-6
Hayati, “Hubungan Antara Motivasi Dan Kemandirian Belajar Dengan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik Yang Pembelajarannya Menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah,” Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 2010.
Hudojo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (Malang).
Universitas NegeriMalang.//library.matematika.fmipa.uny.ac.id/
index.php?p=show_detail&id=892
Ihsan, M. (2016). Pengaruh Metakognisi dan Motivasi terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Melalui Kreativitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri di
Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4(2), 129–140.
Ilhamsyah. “Pengaruh Efikasi Diri, Metakognisi Dan Regulasi Diri Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas X Sms Negeri Di Kabupaten Wajo.” UNM
Makassar, 2012.
Khamim Tohari. (2010). Peningkatan Kemampuan Problem Solving Melalui Peningkatan
Kemampuan Metakognisi.
Khoirunisa, L., & Hartati, L. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Ditinjau dari Kreativitas dan Kecerdasan Emosional. Jurnal Analisa, 3(2), 106–
114.
Kuntjojo and Andik Matulessy. (2012). Hubungan Antara Metakognisi Dan Motivasi
Berprestasi Dengan Kreativitas. Jurnal Psikologi Persona1, no. 1
Lamoma. (2011). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika. Seminar Nasional. UNPATI
Lai, C & Hwang, G. (2014). Effects of mobile learning time on students' conception of
collaboration, communication, complex problem–solving, meta–cognitive
awareness and creativity.  International Journal of Mobile Learning and
Organisation, 8, 3-4. https://doi.org/10.1504/IJMLO.2014.067029
Mairing, J. P. (2018). Pemecahan Masalah Matematika. Alfabeta.
Mohiddin, D. P. (2018). Pengaruh Pendekatan Metakognisi Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa Mesin Dan Peralatan Pertanian
Politeknik Gorontalo. Jurnal Teknologi Informasi Indonesia (JTII), 3(1), 12.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka
cipta.
Muzaki, F. I. (2010). Pengaruh Kreativitas Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika Di Dalam Model
Pembelajaran Problem Solving Materi Ajar Perbandingan Di Smp
Muhammadiyah I Kota Tegal Kelas Vii Tahun Ajaran 2009/2010 [PhD Thesis].
Universitas Negeri Semarang.
Oktavia, I. (2015). Pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kreativitas belajar siswa
terhadap pemahaman konsep matematika. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan
Matematika), 1(1), 16–30.
Rahmawati, N. T. (2016). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa pada
Pembelajaran SSCS dengan Tinjauan Metakognisi. PRISMA, Prosiding Seminar
Nasional Matematika, 150–160.
Sari, Y. S. (2017). Pengaruh keterampilan proses IPA dan motivasi belajar siswa terhadap
kreativitas belajar. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2(2), 83–91.
.
Suherman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika UPI-JICA.
Supardi, U. S. (2015). Peran berpikir kreatif dalam proses pembelajaran matematika.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(3).
Wahyudi, I. 2012 Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood,Understanding,
Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman
Konsep IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII
SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia (online)
Wahyuddin, M. (2016). Pengaruh Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Kreativitas Belajar
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Sabbangparu Kabupaten Wajo. Daya Matematika: Jurnal Inovasi Pendidikan
Matematika, 4(1), 72–82.
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk
Optimalisasi Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional

Anda mungkin juga menyukai