Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil pengukuran berat badan hewan uji

50
45
40
35
Berat Badan (gram)

30
25 KELOMPOK A
20 KELOMPOK B
KELOMPOK C
15 KELOMPOK D
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
ggu ggu ggu ggu ggu ggu ggu ggu
in in in in in in in in
M M M M M M M M

Gambar 4.1. Grafik perubahan berat badan hewan uji setiap minggu

Pengukuran berat badan pada hewan uji dilakukan setiap hari. Pengukuran berat
badan bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan terhadap interval berat badan mencit.
Dari gambar 4.1. diatas pada kelompok A (kategori normal) menunjukan pola berat
badan yang mengalami peningkatan pada minggu ke-3-4 dan penurunan berat badan
pada minggu ke- 5 seterusnya mengalami peningkatan kembali pada minggu ke 6-7-
dan-8. Pada kelompok B ( Kategori +Dadih) menunjukkan peningkatan berat badan
pada minggu ke-3 dan dicenderung stabil sampai minggu ke -8. Pada kelompok C
(kategori +DSS) menunjukkan peningkatan berat badan pada minggu ke-2 dan tidak
terjadi peningkatan berat sampai minggu ke-5. Pada minggu ke -8 terlihat terjadi
peningkatan berat badan. Pada kelompok D (kategori Uji) menunjukkan kondisi berat
badan yang stabil dari minggu ke-1 sampai dengan ke-6 dan peningkatan berat badan
pada minggu ke -7 dan -8.
4.2 Hasil Analisis Penyebaran Data

TNF alpha IP
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
4.228 2.64 12.85 1.24
A
8.518 6.295 15.02 4.97
B
8.365 7 13.81 2.83
C
14.07 11.51 41.39 2.15
D
Berdasarkan tabel diatas pada persebran data untuk kelompok D meiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok A, B dan C. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
Kelompok D pada TNF alpha IP lebih baik dari pada kelompok A, B dan C.
IL-10 IP
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
36.23 33.315 51.74 24.33
A
19.057 17.485 25.56 13.85
B
18.885 18.52 33.06 9.82
C
28.493 16.055 87.82 10.88
D
Berdasarkan tabel diatas pada persebran data untuk kelompok A meiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok B, C dan D. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa Kelompok A pada IL-10 IP lebih baik dari pada kelompok B, C dan D.
SOCS 1 IP
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
27.198 17.225 56.71 11.13
A
52.387 45.195 83.27 28.04
B
35.435 19.855 93.55 5.93
C
104.08 28.625 469.36 5.56
D
Berdasarkan tabel diatas pada persebran data untuk kelompok B memiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok A, C dan D. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa Kelompok B pada TNF alpha IP lebih baik dari pada kelompok A, C dan D.
TNF alpha feses post
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
80.572 67.2 152.39 20.98
A
66.973 52.125 120.39 35.27
B
51.91 50.64 88.63 26.03
C
36.49 34.485 51.94 26.58
D
TNF alpfha feses pre
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
49.865 43.68 80.33 32.33
A
40.128 36.115 70.24 23.77
B
41.418 40.725 72.67 19.6
C
45.238 43.14 74.05 25.49
D

IL-10 feses post


Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
A 40.61 25.065 135.65 9.86
B 20.423 19.805 31.95 11.44
C 18.593 19.02 25.93 12.01
D 16.148 13.135 22.75 12.99
IL-10 fese pre
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
19.015 16.56 27.38 12.96
A
15.231 13.465 25.51 7.1
B
20.88 11.305 75.19 4.69
C
16.068 13.51 35.73 7.44
D
SOCS-1 feses post
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
31.781 23.485 68.89 10.9
A
196.565 93.925 623.32 6.87
B
19.835 9.405 70.3 3.9
C
9.52 6.42 23.38 5.36
D
SOCS-1 feses pre
Kelompok Rerata Nilai tengah Maksinmum Minimum
119.215 9 643.3 4.6
A
31.811 17.965 92.73 5.65
B
15.991 9.06 54.77 4.34
C
32.553 15.985 122.36 6.09
D
4.2 Analisis data deskriptif SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 pada cairan
intraperitoneal
Pada gambar dibawah ini disajikan boxplot hasil analisis data deskriptif SOCS-
1, TNF-α, dan IL-10 pada cairan intraperitoneal.

Gambar 4.2. Interpretasi boxplot data deskriptif SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 pada
cairan intraperitoneal
Berdasarkan gambar 4.2. di atas menunjukkan data deskriptif kadar indikator
SOCS-1, TNF-α dan IL-10a pada cairan intraperitoneal antar kelompok tidak
mengalami keseragaman (homogen) hal ini ditandai dari panjang kaki atas dan bawah
yang tidak sama dan letak nilai median yang berbeda pada setiap kelompok. Selain itu
data yang ditampilkan pada boxplot dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak
normal. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya nilai media tidak berapada ditengah-
tengah kotak, terdapatnya nilai ekstrem atau outlier dan nilai whisker yang terbagi
secara tidak simestris keatas dan kebawah.
4.3 Analisis data deskriptif SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 pada feses sebelum dan
setelah perlakuan

Pada gambar dibawah ini disajikan boxplot hasil analisis data deskriptif SOCS-
1.TNF-α, dan IL-10 pada feses sebelum dan setelah perlakuan.

Gambar
Berdasarkan gambar 4.3. di atas menunjukkan data 4.3.
deskriptif Interpretasi boxplot
kadar
data deskriptif SOCS-1, TNF-α, dan
IL-10 pada feses sebelum dan setelah
perlakuan

Indikator SOCS-1. TNF-α dan IL-10 pada feses sebelum dan setelah perlakuan
pada antar kelompok tidak mengalami keseragaman (homogen) hal ini ditandai dari
panjang kaki atas dan bawah yang tidak sama dan letak nilai median yang berbeda pada
setiap kelompok. Selain itu data yang ditampilkan pada boxplot dapat disimpulkan
bahwa distribusi data tidak normal. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya nilai media
tidak berapada ditengah-tengah kotak, terdapatnya nilai ekstrem atau outlier dan nilai
whisker yang terbagi secara tidak simestris keatas dan kebawah.

Analisis data SOCS-1 post dan SOCS-1 pada cairan Intraperitonial

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa antara SOCS-1 post dan SOCS-1 pada
kelompok Kontrol dimana titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat
disimpulkan bahwa SOCS-1 post dan SOCS-1 pada kelompok Kontrol memilki
hubungan yang negatif. Pada kelompok Dadih untuk SOCS-1 post dan SOCS-1 dapat
dilihat dimana titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan
bahwa SOCS-1 post dan SOCS-1 pada kelompok Dadih memiliki hubungan linear
yang negatif dalam artian bahwa penggunaan Dadih pada protein SOCS-1 post dan
protein SOCS-1 memilki penurunan. Pada kelompok DSS untuk SOCS-1 post dan
SOCS-1 dapat dilihat dimana titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat
disimpulkan bahwa SOCS-1 post dan SOCS-1 pada kelompok Dadih memiliki
hubungan linear yang negatif dalam artian bahwa penggunaan DSS pada protein
SOCS-1 post dan protein SOCS-1 memilki penurunan. Sedangkan pada kelompok
Dadih+DSS untuk SOCS-1 post dan SOCS-1 dapat dilihat dimana titik persebarannya
membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa SOCS-1 post dan SOCS-1 pada
kelompok Dadih+DSS memiliki hubungan linear yang negatif dalam artian bahwa
penggunaan Dadih+DSS pada protein SOCS-1 post dan protein SOCS-1 memilki
penurunan.
Analiss data TNF alpha post dan TNF alpha pada cairan Intraperitonial

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa antara TNF-α post dan TNF-α pada
kelompok Kontrol dimana titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat
disimpulkan bahwa TNF-α post dan TNF-α pada kelompok Kontrol memilki hubungan
yang negatif. Pada kelompok Dadih untuk TNF-α post dan TNF-α dapat dilihat dimana
titik persebarannya tidak membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa TNF-α
post dan TNF-α pada kelompok Dadih memiliki hubungan linear yang positif dalam
artian bahwa penggunaan Dadih pada TNF-α post dan TNF-α memilki peningkatan.
Pada kelompok DSS untuk TNF-α post dan TNF-α dapat dilihat dimana titik
persebarannya tidak membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa TNF-α
post dan TNF-α pada kelompok Dadih memiliki hubungan linear yang positif dalam
artian bahwa penggunaan DSS pada TNF-α post dan TNF-α memilki peningkatan.
Sedangkan pada kelompok Dadih+DSS untuk TNF-α post dan TNF-α dapat dilihat
dimana titik persebarannya tidak membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan
bahwa TNF-α post dan TNF-α pada kelompok Dadih+DSS memiliki hubungan linear
yang positif dalam artian bahwa penggunaan Dadih+DSS pada TNF-α post dan TNF-α
memilki peningkatan.
Analiss data IL-10 post dan IL-10 pada cairan Intraperitonial

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa antara IL-10 dan IL-10 post pada
kelompok Kontrol dimana titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat
disimpulkan bahwa IL-10 dan IL-10 post pada kelompok Kontrol memilki hubungan
yang negatif. Pada kelompok Dadih untuk IL-10 dan IL-10 post dapat dilihat dimana
titik persebarannya membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa IL-10 dan
IL-10 post pada kelompok Dadih memiliki hubungan linear yang negatif dalam artian
bahwa penggunaan Dadih pada IL-10 dan IL-10 post memilki penurunan. Pada
kelompok DSS untuk IL-10 dan IL-10 post dapat dilihat dimana titik persebarannya
membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa IL-10 dan IL-10 post pada
kelompok Dadih memiliki hubungan linear yang negatif dalam artian bahwa
penggunaan DSS pada IL-10 dan IL-10 post memilki penurunan. Sedangkan pada
kelompok Dadih+DSS untuk IL-10 dan IL-10 post dapat dilihat dimana titik
persebarannya membentuk garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa IL-10 dan IL-10
post pada kelompok Dadih+DSS memiliki hubungan linear yang negatif dalam artian
bahwa penggunaan Dadih+DSS pada IL-10 dan IL-10 post memilki penuruna.
4.4. Hasil analisis korelasi SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara Cairan
intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan

4.4.1 Korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara Cairan Intraperitoneal
dan Feses sebelum perlakuan pada Kelompok Kontrol

Correlationsa

IL-10 SOCS-1 TNF a SOCS-1

TNF alpha Intraperitonea Intraperitonea lpha Feses IL-10 Feses Feses pre

Intraperitoneal l (pg/mg l (pg/mg pre (pg/mg pre (pg/mg (pg/mg

(pg/mg protein) protein) protein) protein) protein) protein)


TNF alpha Pearson
1 .437 .661 -.160 -.313 .035
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .386 .153 .761 .545 .948
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Pearson
.437 1 .903* -.375 -.255 .025
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .386 .014 .464 .626 .963
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Pearson
.661 .903* 1 -.491 -.502 -.280
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .153 .014 .322 .311 .591
N 6 6 6 6 6 6
TNF alpha Feses Pearson
-.160 -.375 -.491 1 .495 .461
pre (pg/mg Correlation
protein) Sig. (2-tailed) .761 .464 .322 .318 .358
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Feses pre Pearson
-.313 -.255 -.502 .495 1 .645
(pg/mg protein) Correlation
Sig. (2-tailed) .545 .626 .311 .318 .167
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Feses Pearson
.035 .025 -.280 .461 .645 1
pre (pg/mg Correlation
protein) Sig. (2-tailed) .948 .963 .591 .358 .167
N 6 6 6 6 6 6

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


a. Kelompok = Kontrol
Tabel 4.2. korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara
Cairan intraperitonealdan feses sebelum perlakuan pada kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa TNF-α Intraperitoneal dan IL-10


pada cairan intraperitoneal tidak memilki hubungan yang signifikan. Sedangkan untuk
nilai korelasinya bersifat positif sehingga menunjukkan arah korelasi yang searah
artinya semakin tinggi penggunaan TNF-α Intraperitoneal maka semakin tinggi
penggunaan IL-10 Intraperitoneal. Sebaliknya semakin rendah penggunaan TNF-α
Intraperitoneal maka semakin rendah penggunaan IL-10 Intraperitoneal. TNF-α
Intraperitoneal dan SOCS-1 Intraperitoneal memiliki hubungan yang signifikan.
Sedangankan untuk nilai korelasinya bersifat positif sehingga menunjukkan korelasi
yang searah artinya bahwa semakin tinggi penggunaan TNF-α Intraperitoneal maka
semakin tinggi penggunaan SOCS-1 Intraperitoneal. TNF-α Intraperitoneal pada cairan
intraperitoneal dan feses sebelum perlakukan tidak terdapat hubungan yang signifikan.
untuk nilai korelasinya bernilai negatif maka arah korelasinya saling berlawanan
artinya hubungan kedua variable berbanding terbalik. Semakin tinggi penggunaan TNF-
α Intraperitoneal maka semakin rendah feses sebelum di berikan perlakukan. TNF-α
cairan intraperitoneal dan IL-10 Intraperitoneal pada feses sebelum perlakuan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan untuk nilai
korelasinya bersifat negatif hal ini menunjukkan bahwa arah hubungan yang saling
berlawanan artinya hubungan kedua variable berbanding terbalik. TNF-α Intraperitoneal
dan SOCS-1 pada feses sebelum perlakuan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan. untuk nilai korelasinya bersifat positif sehingga menunjukkan adanya
hubungan yang searah. IL-10 Intraperitoneal dan SOCS-1 cairan intraperitoneal
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk nilai korelasinya bersifat
positif maka hal ini menunjukkan hubungan yang searah. IL-10 Intraperitoneal cairan
intraperitoneal dan TNF-α pada feses sebelum perlakuan menunjukkan tidaka ada
hubungan yang signifikan antara kedua variable. Sedangakan nilai korelasinya bersifat
negatif sehingga arah hubungan saling berlawanan artinya hubungan kedua variable
berbanding terbalik. IL-10 Intraperitoneal pada cairan intraperitoneal dan SOCS-1 pada
feses sebelum perlakukan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Untuk nilai
korelasinya bersifat positif jadi hubungan kedua variabel searah. SOCS-1 pada cairan
intraperitonal dan TNF-α feses sebelum perlakukan tidak memiliki hubungan yang
signifikan. sedangkan nilai korelasinya bersifat negatif, jadi hubungan kedua variabel
saling berlawanan atau berbanding terbalik. SOCS-1 pada cairan intraperitoneal dan IL-
10 pada feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan. sedangkan
nilai korelasinya bersifat negatif jadi hubungan kedua variable saling berlawanan atau
berbanding terbalik. Untuk SOCS-1 cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan
tidak memiliki hubungan yang signifikan dan korelasinya bersifat negative artinya
hubungan kedua variable saling berlawanan atau berbanding terbalik.
4.4.2 Korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara
Cairan Intraperitonealdan Feses sebelum perlakuan pada Kelompok
+Dadih

Correlationsa
SOCS-1
IL-10 SOCS-1 TNF alpha Feses
TNF alpha Intraperitoneal Intraperitoneal Feses pre IL-10 Feses pre
Intraperitoneal (pg/mg (pg/mg (pg/mg pre (pg/mg (pg/mg
(pg/mg protein) protein) protein) protein) protein) protein)
TNF alpha Pearson
1 -.768 -.036 .731 .069 .637
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .074 .946 .099 .897 .174
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Pearson
-.768 1 .383 -.205 -.209 -.509
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .074 .453 .697 .692 .302
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Pearson
-.036 .383 1 .582 .503 .439
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .946 .453 .225 .309 .383
N 6 6 6 6 6 6
TNF alpha Feses Pearson
.731 -.205 .582 1 .206 .689
pre (pg/mg protein) Correlation
Sig. (2-tailed) .099 .697 .225 .695 .130
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Feses pre Pearson
.069 -.209 .503 .206 1 .784
(pg/mg protein) Correlation
Sig. (2-tailed) .897 .692 .309 .695 .065
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Feses pre Pearson
.637 -.509 .439 .689 .784 1
(pg/mg protein) Correlation
Sig. (2-tailed) .174 .302 .383 .130 .065
N 6 6 6 6 6 6
a. Kelompok = Dadih

Tabel 4.2. korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara


Cairan intraperitonealdan feses sebelum perlakuan pada kelompok Dadih

Pada tabel diatas menunjukkan korelasi TNF-α, IL-10, dan SOCS-1 antara
Cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan pada kelompok +Dadih. Dari hasil
di atas diperoleh bahwa antar TNF-α dan IL-10 pada cairan intraperitoneal serta TNF-α
dan SOCS-1 tidak memiliki hubungan yang signifikan dan korelasinya bersifat
negative artinya kedua variable saling belawanan atau berbanding terbalik. Untuk TNF-
α cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan, TNF-α cairan intraperitoneal dan
IL-10 pada feses sebelum perlakuan serta TNF-α cairan intraperitoneal, SOCS-1 feses
sebelum perlakuan serta IL-10 dan SOCS-1 tidak memiliki hubungan yang signifikan
dan nilai korelasinya besifat positif sehungga menunjukan arah korelasi yang searah.
Kemudian IL-10 cairan intraperitoneal dan TNF-α feses sebelum perlakuan, IL-10
cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan serta IL-10 cairan intraperitonel dan
SOCS-1 feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana
korelasinya bersifat negative dan menunujukan aran korelasi yang berlawanan atau
timbal balik. Kemudian SOCS-1 pada cairan intraperitoneal dan TNF-α feses sebelum
perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan aran korelasi
yang searah. Untuk SOCS-1 cairan intraperitoneal dan SOCS-1 feses sebelum
perlakukan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan aran korelasi
yang searah.

4.4.3 Korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara


Cairan Intraperitonealdan Feses sebelum perlakuan pada Kelompok +DSS

Tabel 4.3. korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara Cairan
intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan pada kelompok +DSS
Correlationsa
SOCS-1
TNF alpha IL-10 SOCS-1 TNF alpha IL-10 Feses
Intraperitone Intraperitonea Intraperitonea Feses pre Feses pre pre
al (pg/mg l (pg/mg l (pg/mg (pg/mg (pg/mg (pg/mg
protein) protein) protein) protein) protein) protein)
TNF alpha Pearson Correlation 1 .794 .117 .330 .539 .683
Intraperitoneal Sig. (2-tailed) .059 .825 .523 .270 .135
(pg/mg protein) N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Pearson Correlation .794 1 .611 .559 .825* .897*
Intraperitoneal Sig. (2-tailed) .059 .198 .249 .043 .015
(pg/mg protein) N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Pearson Correlation .117 .611 1 .556 .503 .443
Intraperitoneal Sig. (2-tailed) .825 .198 .252 .309 .379
(pg/mg protein) N 6 6 6 6 6 6
TNF alpha Feses Pearson Correlation .330 .559 .556 1 .825* .711
pre (pg/mg Sig. (2-tailed) .523 .249 .252 .043 .113
protein) N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Feses pre Pearson Correlation .539 .825* .503 .825* 1 .972**
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .270 .043 .309 .043 .001
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Feses Pearson Correlation .683 .897* .443 .711 .972** 1
pre (pg/mg Sig. (2-tailed) .135 .015 .379 .113 .001
protein) N 6 6 6 6 6 6
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Kelompok = DSS

Pada hasil korelasi diatas menunjukan bahwa TNF-α dan IL-10 tidak memiliki
hubungan yang signifikan dimana korelasinya bersifat positif maka hal ini
menunujukan aran korelasi yang searah artinya bahwa semakin tinggi penggunaan
TNF-α maka semakin tinggi penggunaan IL-10. Hal yang sama pada TNF-α dan SOCS-
1 pada cairan intraperitoneal tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana
korelasinya bersifat positif sehingga menunujukan aran korelasi yang searah. Korelasi
pada TNF-α cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dan bersifat positif sehingga menunujukan aran korelasi yang
searah. Selanjutnya korelasi antara TNF-α cairan intraperitoneal dan IL-10 feses
sebelum perlakuan tidak tidak memiliki hubungan yang signifikan dan bersifat positif
sehingga menunujukan aran korelasi yang searah. Korelasi TNF-α cairan
intraperitoneal dan SOCS-1 feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dan bersifat positif maka hal ini menunujukan aran korelasi yang searah.
Kemudian hasil yang ditunjukkan pada korelasi IL-10 dan SOCS-1 cairan
intraperitoneal tidak memiliki hubungan yang signifikan dan berisfat positif maka hal
ini menunujukan aran korelasi yang searah. Korelasi IL-10 pada cairan intraperitoneal
dan TNF-α feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan
bersifat positif sehingga menunujukan aran korelasi yang searah. Untuk IL-10 cairan
intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan menunjukkan tidak memiliki hubungan
yang signifikan dan menunujukan aran korelasi yang searah. Hal yang sama yang
ditunjukkan pada IL-10 cairan intraperitoneal dan SOCS-1 feses sebelum perlakuan
tidak memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan aran korelasi yang searah.
Selanjutnya korelasi SOCS-1 cairan intraperitoneal dan TNF-α feses sebelum perlakuan
tidak memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan aran korelasi yang searah.
Untuk SOCS-1 cairan intraperitoneal dan IL-10 feses sebelum perlakuan memiliki
hubungan yang signifikan dan bersifat positif hal ini menunujukan aran korelasi yang
searah. Kemudian korelasi SOCS-1 cairan intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan
tidak memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan aran korelasi yang searah.

4.4.4 Korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara


Cairan Intraperitonealdan Feses sebelum perlakuan pada Kelompok Uji
( Dadih +DSS)
Correlationsa
TNF alpha SOCS-1 TNF alpha SOCS-1
Intraperitoneal IL-10 Intraperiton Feses pre Feses pre
(pg/mg Intraperitoneal eal (pg/mg (pg/mg IL-10 Feses pre (pg/mg
protein) (pg/mg protein) protein) protein) (pg/mg protein) protein)
TNF alpha Pearson
1 .953** .954** .633 -.327 -.327
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .003 .003 .177 .527 .526
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Pearson
.953** 1 .995** .831* -.236 -.097
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .003 .000 .040 .653 .854
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Pearson
.954** .995** 1 .834* -.167 -.167
Intraperitoneal Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .003 .000 .039 .752 .752
N 6 6 6 6 6 6
TNF alpha Pearson
.633 .831* .834* 1 .132 .219
Feses pre Correlation
(pg/mg protein) Sig. (2-tailed) .177 .040 .039 .803 .677
N 6 6 6 6 6 6
IL-10 Feses pre Pearson
-.327 -.236 -.167 .132 1 -.265
(pg/mg protein) Correlation
Sig. (2-tailed) .527 .653 .752 .803 .611
N 6 6 6 6 6 6
SOCS-1 Feses Pearson
-.327 -.097 -.167 .219 -.265 1
pre (pg/mg Correlation
protein) Sig. (2-tailed) .526 .854 .752 .677 .611
N 6 6 6 6 6 6
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Kelompok = Dadih + DSS

Tabel 4.4. korelasi antara SOCS-1, TNF-α, dan IL-10 antara Cairan
intraperitoneal dan feses sebelum perlakuan pada kelompok Uji

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi TNF-α dan IL-10 cairan
intraperitoneal memiliki hubungan yang signifikan dan menunujukan arah korelasi yang
searah artinya bahwa semakin tinggi penggunaan TNF-α maka semakin tinggi pula
penggunaan IL-10 cairan intraperitoneal . Sama halnya dengan korelasi TNF-α dan
SOCS-1 cairan intraperitoneal juga memiliki hubungan yang signifikan dan
menunujukan arah korelasi yang searah. Korelasi pada TNF-α cairan intraperitoneal
dan feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan bersifat
positif sehingga menunujukan aran korelasi yang searah. Selanjutnya korelasi antara
TNF-α cairan intraperitoneal dan IL-10 feses sebelum perlakuan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dan bersifat negatif sehingga menunujukan aran korelasi yang
berlawanan atau berbanding terbalik. Korelasi TNF-α cairan intraperitoneal dan SOCS-
1 feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan bersifat negatif
maka hal ini menunujukan aran korelasi yang berlawanan atau berbanding terbalik.
Selanjutnya korelasi IL-10 dan SOCS-1 cairan intraperitoneal memiliki hubungan yang
signifikan dan korelasinya bersifat positif artinya kedua variable searah. Korelasi IL-10
pada cairan intraperitoneal dan TNF-α feses sebelum perlakuan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dan bersifat positif sehingga menunujukan aran korelasi yang
searah. Untuk korelasi IL-10 cairan intraperitoneal dan IL-10 feses sebelum perlakuan
tidak memiliki hubungan yang signifikan dan korelasinya bersifat negative artinya
kedua variable saling belawanan atau berbanding terbalik. Kemudian korelasi IL-10
cairan intraperitoneal dan SOCS-1 feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan
yang signifikan dan korelasinya bersifat negative artinya kedua variable saling
belawanan atau berbanding terbalik. Korelasi SOCS-1 pada cairan intraperitoneal dan
TNF-α feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan
korelasinya bersifat positif artinya kedua variable searah. Pada SOCS-1 cairan
intraperitoneal dan IL-10 feses sebelum perlakuan berkorelasi tidak memiliki hubungan
yang signifikan dan korelasinya bersifat negative artinya kedua variable saling
belawanan. Hasil yang sama juga menunjukkan korelasi SOCS-1 cairan intraperitoneal
dan feses sebelum perlakuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dan korelasinya
bersifat negative artinya kedua variable saling belawanan atau berbanding terbalik.

Anda mungkin juga menyukai