Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SIMULASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MELALUI


PENGEMBANGAN MODEL COPERATIVE LEARNING
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Menyimak yang
Diampu oleh Dosen Bapak Selamet Triyadi

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Fahira Fianti (2310631080116)
Irma Dwi Nur Rizqi (2310631080020)
Laili Fitria (2310631080021)
Nur Sultonah (2310631080032)
Tata Nurlaeily (2310631080138)
Zahra Aprilia Riswandi (2310631080140)

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Simulasi Peningkatan Kemampuan Menyimak Siswa Melalui
Pengembangan Model Coperative Learning”.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada, sehingga dalam
menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan baik terkait isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga
bagi para pembaca.

Karawang, 13 Desember 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

JUDUL..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................2

1.3 TUJUAN MAKALAH.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1 Tata Cara penerapan Cooperative Learning pada Siswa..............................5

2.2 Langkah-langkah dan Metode Coorperative Learning.................................5

2.3 Evektivitas Coopperative Learning..................................................................7

2.4 Teori Copperative Learning.............................................................................8

2.5 Simulasi Copperative Learning........................................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12

Daftar Pustaka...........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk individu yang berbeda satu sama lain
karena individualitasnya . Seseorang membutuhkan orang lain. Konsekuensi
logisnya adalah manusia harus menjadi makhluk sosial yang berinteraksi .
Selain itu, masyarakat mempunyai kemungkinan, latar belakang , dan lebih
banyak harapan untuk masa depan. Karena adanya perbedaan membuat
manusia dapat silih asah (menjadikan satu sama lain lebih pintar) dan saling
membutuhkan , maka harus ada interaksi yang menghasilkan rasa saling
menyayangi ( saling sayang atau cinta satu sama lain). Perbedaan antar
manusia dapat menimbulkan kekesalan dan kesalahpahaman antar
manusia jika tidak ditangani dengan baik. Masyarakat perlu diperlakukan
dengan hati-hati agar tidak terhina atau disalahpahami ( saling toleransi ) .
Dalam dunia pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak
terdapat perbedaan mulai dari gender , suku , hingga agama .Heterogenitas
ini menimbulkan pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh
siswa untuk belajar dan saling mendukung pembelajaran. Bagaimana guru
dapat menyusun aktivitas kelas yang memungkinkan siswa berdiskusi ,
berdebat, dan mengeksplorasi ide, konsep, dan keterampilan sehingga siswa
benar -benar memahaminya ? Bagaimana guru dapat memanfaatkan energi
sosial siswa dari berbagai usia di kelas mereka ke dalam kegiatan
pembelajaran yang produktif ? Bagaimana guru dapat menyusun pelajaran
agar anak-anak belajar menghormati satu sama lain ?

Model pembelajaran kooperatif nampaknya merupakan jawaban atas


pertanyaan tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok yang
terkelola dan terorganisasikan sedemikian sehingga peserta didik bekerja
sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan-tujuan akademik, effektif
dan sosial (Johnson dan Johnson,1989). Dalam model pembelajaran
kooperatif terdapat lima prinsip yang harus tercermin didalamnya.. lima
prinsip tersebut adalah : 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab
perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5)evaluasi
proses kelompok (Lie, 2000). Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik
yang satu membutuhkak
peserta didik yang lain, karena mereka bekerja dalam satu team.
Masing-masing peserta didik memiliki tanggung jawab untuk memberikan
kontribusi pada kelompoknya. Peserta didik yang paham terhadap salah satu
tugas harus membantu peserta didik lain yang belum memahami tugas
tersebut. Demikian pula peserta didik yang belum paham harus meminta
penjelasan kepada yang telah paham. Mereka juga harus berinteraksi satu
sama lainnya melalui tatap muka dan komunikasi. Evaluasi dilakukan baik
secara individual maupun kelompok. Prinsip-prinsip pembelajaran demikian
akan mengeliminasi kompetisi yang menimbulkan krisis kepribadian seperti
frustasi, kecemasan yang berlebihan, dan rasa rendah diri yang berujubg pada
motivasi belajar yang rendah. Dari uraian diatas, nampak bahwa model
pembelajaran koopertif dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi
dampak krisis kepribadian sebagaiman yang dikemukakan oleh Erikson.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana cara menerapkan Cooperative Learning untuk Siswa?


b. Bagaimana langkah-langkah dan metode dalam Cooperative Learning?
c. Bagaimana efektivitas Cooperative Learning dalam meningkatkan
pemahaman Siswa?
d. Teori apa saja yang mendukung model Cooperative Learning?

1.3 TUJUAN MAKALAH

a. Mengetahui tata cara penerapan Cooperative Learning pada Siswa


b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam Cooperative Learning
c. Mengetahui efektivitas Cooperative Learning dalam meningkatkan
pemahaman Siswa
d. Untuk mengetahui teori yang mendukung model Cooperative Learning
BAB II

PEMBAHASAN

Cooperative learning tipe STAD (Student Team Achivement Division)


atau pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-
kawannya dari Universitas John Hopkins (Nurhadi, 2003). Slavin (Zaifbio,
2012) menyatakan bahwa: “Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD
akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk
menguasai materi yang disampaikan oleh guru.” Pembelajaran kooperatif tipe
STAD mengacu pada belajar kelompok (Match & Soekamto, n.d.).

Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok


dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah
heterogen. Setiap anggota kelompok saling membantu untuk menguasai bahan
ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara
individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh
guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan yang telah
dipelajari. Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi
atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang
beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu
kriteria atau standar tertentu.
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin mengemukakan, In
cooperative learning methods, student work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher”.(Match & Soekamto, n.d.).
Dari uraian tersebut menguraikan metode pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja pada kelompok
kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam bekerja.
Pembelajaran kooperatif dengan Jigsaw Strategy yang dikembang- kan
oleh psikolog Elliot Aronson di tahun 1970-an atau dengan program-program
terkini yang lebih lengkap untuk mengembangkan keterampilan sosial seperti
program milik Jeanne Gibb Tribe. Pembelajaran kooperatif sebe- tulnya
adalah suatu istilah yang memayungi sejumlah pen- dekatan diskusi kelompok
kecil. Kapan pun siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari
dua, tiga, atau lebih orang, mereka sedang terlibat dalam pembela- jaran
kooperatif.
Cooperative learning di definisikan sederhana sebagai sekelompok
kecil pembelajaran yang bekerja sama menyelesaikan masalah,
merampungkan tugas atau menyelesaikan tugas bersama. Dengan catatan
mengharuskan siswa bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar
satu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
reward.
Gagasan ini upaya yang dirancang untuk menyampaikan materi
sedemikian rupa sehingga siswa bener bener bisa bekerja sama untuk
mencapai sasaran-sasaran pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran dalam
ruang lingkup lebih luas yaitu kontribusi perkembangan terhadap pendidikan
di Indonesia searah dengan cita cita luhur pendiri bangsa ini.
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif yaitu
model pembelajaran yang menggunakan sistem belajar secara berkelompok
yang bertujuan siswa bisa mencapai tujuan pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
a. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif dikembangkan untuk
mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas hasil belajar akademis. Di samping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Tujuan lainnya ialah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai terhadap
perbedaan individu satu sama lain.
c. Perkembangan keterampilan sosial.
Tujuan penting ketiga dalam pembelajaran kooperatif yaitu mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Bekerja sama
dengan teman satu kelompok dalam menyelasaikan tugas dan masalah
terkait pembelajaran. Agar peserta didik dapat melatih ketrampilan
sosialnya, ketrampilan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan
sesamanya. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa
sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam pengembangan
keterampilan social (Siswa, 2021).

2.1 Tata Cara penerapan Cooperative Learning pada Siswa


- Menentukan tujuan pembelajaran: Guru menentukan tujuan dari
pembelajaran cooperative yang akan dilakukan agar proses
pembelajaran dapat memenuhi hasil belajar yang telah ditentukan
- Guru membagi peserta didik dengan beberapa kelompok: Kelompok
kecil tersebut terdiri dari beberapa peserta didik yang kemampuan
berbeda
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa: Guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
- Penyajian informasi: Guru menyajikan informasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas bersama, seringkali dengan bahan bacaan
daripada secara verbal
- Bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama: Guru bimbing
siswa dalam proses pembelajaran cooperatif untuk memastikan
bahwa mereka mengadaptasi dengan baik dan mencapai tujuan yang
ditetapkan
- Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa: Guru
membuat suatu rancangan penilaian proses dan hasil belajar siswa
yang berkaitan dengan topik yang diberikan serta model cooperative
learning.

2.2 Langkah-langkah dan Metode Coorperative Learning


Pada prinsipnya, langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri
atas empat tahap yaitu sebagai berikut :

a.Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-
pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok
Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap
pokok materi pelajaran.

b. Belajar dalam kelompok


Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok
materi pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada
kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara
individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan
memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan di bagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai
sama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama
setiap anggota kelompok.

d. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang
dianggap paling menonjol atau kelompok mana yang paling
berprestasi, yang layak diberikan hadiah atau reward. Pengakuan
dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat
memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivasi kelompok lain untuk lebih mampu
meningkatkan prestasi mereka.
Metode Coopprative Learning ( Jigsaw )

2.3 Evektivitas Coopperative Learning


Menurut Sudjana (2008: 59), “Keefektifan berkenaan dengan
jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai
tujuan secara tepat dan cepat”.

Keefektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang


digunakan untuk mencapai tujuan, tingkat keberhasilan suatu
kegiatan dengan strategi yang tepat, biaya dan tenaga yang hemat,
serta waktu yang singkat dalam suatu usaha tertentu untuk
mencapai tujuannya.
a. Untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan
tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai
aspek proses pengajaran. Triyanto (2010: 20).
b. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi
persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu:
 Presentasi waktu belajar yang tinggi dicurahkan
terhadap KBM
 Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi
diantara siswa
 Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan
kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar)
diutamakan.
c. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,
mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir 2, tanpa
mengabaikan butir 3 (Soemosasmito dalam Triyanto (2010:
20).

2.4 Teori Copperative Learning


Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi
kognitif dan teori pembelajaran sosial (Arends, 1997). Fokus pembelajaran
kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi
juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung.
Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru
kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk
berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan
dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. (Ii, n.d.)

Dari uraian di atas nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat


pembelajaran, sumber utama pembelajaran, serta pentransfer pengetahuan
sebagaimana terjadi pada pembelajaran konvensional. Pusat pembelajaran
telah bergeser dari guru ke peserta didik.

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator,


penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam
belajar 4 kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan
masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan
kooperatif.
Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:
 Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan Vygotsky)
 Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin).

1. Teori Psikologi Kognitif -Konstruktivistik


Jean Piaget dan Lev Vygotsky merupakan dua ahli psikologi kognitif
yang besar sumbangannya dalam mendukung pengembangan
pembelajaran kooperatif. Teori Vygotsky menyoroti pentingnya
pembelajaran kooperatif dengan pengelompokkan peserta didik secara
heterogen berdasarkan kemampuan akademik. Fokus pada scaffolding
dan tanggung jawab peserta didik dalam tugas belajar. Vygotsky
menekankan peran lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam
perkembangan manusia. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
menunjukkan jarak antara perkembangan aktual dan potensial anak.

2. Teori Psikologi Sosial Sosial melibatkan pandangan Dewey tentang


kelas sebagai cermin masyarakat dan laboratorium kehidupan nyata.
Thelan melihat kelas sebagai laboratorium demokrasi untuk
memecahkan masalah sosial. Allport mengusulkan tiga kondisi untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan antar
kelompok, termasuk kontak langsung, kerjasama, dan persetujuan
formal.

Teori Kurt Lewin, diakui sebagai Bapak Psikologi Sosial, berfokus


pada dinamika pergerakan dalam kelompok dan penyelesaian konflik sosial.
Lewin mengidentifikasi dua kemungkinan dalam kelompok: mendorong
penerimaan sosial atau meningkatkan ketegangan sosial.

Pandangan Lewin ini dikembangkan oleh generasi berikutnya, seperti


D. Johnson, E. Aronson, R. Schmuck, dan L. Sherman, yang menyumbangkan
pemikiran untuk memfasilitasi integrasi, memajukan hubungan manusia,
mendorong demokrasi, dan mengurangi konflik. Penerus Lewin
mengembangkan berbagai strategi pembelajaran kooperatif yang
menggabungkan psikologi sosial Lewin dan psikologi kognitif. Prinsip
"ketergantungan" oleh Deutsch, "creative conflict" oleh Johnson & Johnson,
dan "group contingencies" oleh Slavin merupakan hasil pengembangan dari
pandangan Lewin.

Hasil penelitian Lewin menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam


kelompok untuk mempelajari ketrampilan, mengembangkan sikap baru, dan
memperoleh pengetahuan, serta produktivitas kelompok melalui interaksi dan
refleksi pengalaman anggota kelompok.

2.5 Simulasi Copperative Learning


1. Pembelajaran Abad 21
Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Mereka hidup dalam
lingkungan yang jauh berbeda dengan ketika kita hidup.
 Tujuan
- Peserta memiliki wawasan terkait lesson learned dan
best practice tentang penerapan kooperatif learning dari
riset-riset yang ada.
- Peserta dapat memperoleh ide-ide perbaikan
pembelajaran yang terkait dengan outcome
pembelajaran era digital.

Teknik : Numbered Heads Together


Waktu : 45 menit

 Prosedur
- Tahap pertama. Memahami materi berikut melalui
aktivitas diskusi kelompok.Terkait dengan
pembelajaran abad 21, Partnership for zist century
learning atau P21 sebuah organisasi di Amerika merilis
konsep 4 keterampilan penting untuk dapat survive,
yaitu berfikir kritis (Critical thinking), kreativitas
(Creativity), Komunikasi (Communication), dan
Bekerjasama (Collaboration). Cara pandang melihat
bahwa 4C adalah penting dalam berbagai konteks
kehidupan. Kajian ini mendorong pada bagaimana
menyiapkan generasi di Amerika untuk menghadapi
perkembangan lingkungan saat ini yang demikian cepat
berubah. Hasil dari kajian ini mengarahkan pada
bagaimana 4C dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
terutama pada peserta didik hingga sekolah menengah.
Berbagai jenis aplikasi berbasis internet (baik komputer
maupun smartphone) berkembang untuk memfasilitasi
pembelajaran dengan mengintegrasikan 4C. Hal ini
dilakukan karena saat ini pembelajaran terjadi tidak
hanya dalam bentuk tatap muka di kelas, namun juga
mencakup aktivitas lain seperti pembelajaran lapangan,
simulasi komputer, dan juga interaksi yang dapat
dilakukan secara online.Keempat keterampilan ini
menjadi penting ketika saat ini berbagai permasalahan
dalam kehidupan telah berkembang sangat kompleks
dan cakupan yang sangat luas. Teknologi sebagai alat
bantu dalam kehidupan manusia menjadi berarti ketika
keempat keterampilan tersebut dimiliki dengan baik
oleh seseorang.
- Tahap Kedua Kelas dibagi dalam kelompok kecil yang
terdiri empat orang. Setiap anggota kelompok memilih
angka 1, 2, 3, atau 4 Cara pemilihan bisa diacak atau
disepakati. Bebas.

- Tahap Ketiga Masing-masing kelompok mendiskusikan


bacaan yang tersedia di tahap pertama. Beberapa hal
yang perlu diberi penekanan dalam diskusi adalah.
Kompetensi apa yang penting pada abad zı? Apa
definisi masing-masing kompetensi itu?
Bagaimanastrategi untuk mencapai kompetensi itu pada
peserta didik? Bagaimana peran teknologi informasi
dan komunikasi dalam meraih kompetensi tersebut?
Untuk dapat mendukung proses diskusi, peserta
didorong menggunakan sumber informasi dari internet
(mobile phone, smartphone, dll).

- Tahap Keempat Berbagi antar kelompok. Pemandu


ataufasilitator belajar memanggil peserta berdasar
nomor (1, 2, 3, atau 4) dan menyampaikan pertanyaan
terkait isu pembelajaran abad 21. Secara bergantian,
peserta yang disebut nomornya menyampaikan
pendapatnya sebagai jawaban pertanyaan fasilitator.
Tahapan ini dapat dilakukan beberapa kali untuk isu
lain dengan nomor peserta yang berbeda. Tidak ada
benar atau salah atas pendapat yang disampaikan oleh
peserta.
BAB III

PENUTUP
.

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
penerapan metode Cooperative Learning:
 Model Pembelajaran Kooperatif STAD: Model STAD
melibatkan siswa dalam kelompok kecil heterogen, di mana
mereka saling membantu untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Evaluasi dilakukan secara individu dan
tim dengan memberikan penghargaan kepada prestasi tinggi.
 Pembelajaran Kooperatif Umum: Pembelajaran kooperatif
melibatkan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil, dengan
metode seperti Jigsaw Strategy atau program-program terkini.
Tujuannya adalah menciptakan suasana pembelajaran yang
kolaboratif dan merangsang siswa untuk lebih bergairah.
 Tata Cara Penerapan Cooperative Learning:
- Menetapkan tujuan pembelajaran.
- Membagi peserta didik menjadi kelompok heterogen.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa.
- Penyajian informasi dan bimbingan guru selama siswa
bekerja bersama.
- Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar
siswa.
 Langkah-langkah Metode Cooperative Learning:
1) Penjelasan materi
2) Belajar dalam kelompok
3) Penilaian (tes individual dan kelompok).
4) Pengakuan kelompok untuk memotivasi prestasi.
 Efektivitas Pembelajaran:
a. Efektivitas diukur dengan berbagai aspek, termasuk
presentasi waktu belajar, perilaku siswa, dan
kandungan materi yang sesuai dengan kemampuan
siswa.
b. Suasana belajar yang akrab dan positif juga
diperhatikan.
 Teori Pendukung Cooperative Learning:
- Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan
Vygotsky).
- Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan
Lewin).
 Simulasi Cooperative Learning:
1) Teknik "Numbered Heads Together" digunakan untuk
pembelajaran abad 21.
2) Fokus pada 4 keterampilan penting: berfikir kritis,
kreativitas, komunikasi, dan bekerjasama.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif, seperti metode STAD (Student
Team Achivement Division) , memberikan pendekatan yang efektif dengan
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran kelompok.
Daftar Pustaka

Ii, B. A. B. (n.d.). Muhammad Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 286 15. 15–38.
Match, M., & Soekamto, A. (n.d.). KONSEP MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING. 1710111210028.
Siswa, K. B. (2021). IRSYADUNA: Jurnal Studi Kemahasiswaan Vol. 1, No. 1, April
2021 P-ISSN : - ; E-ISSN : -
https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/irsyaduna. 1(1), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai