Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN

“Memahami Strategi Pembelajaran Kooperatif”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran

DISUSUN OLEH :

 MAWADDATUL HASANAH ( 900.19.243 )


 JULIATI SIREGAR ( 900.19.190 )
 LAILA SARI ( 900.19.208 )

DOSEN PENGAMPU : Agus Salim.S.Pd.I,M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER IV-B REG.PAGI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pembelajaran kooperatif........................................................................2


B. Karakteristik pembelajaran kooperatif.....................................................................3
C. Model pembelajaran kooperatif...............................................................................4
D. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif..............................................................6
E. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif.............................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan
bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk
membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada
kurikulum yang saat itu digunakan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang
berbagai model pembelajaran.Secara harfian model pembelajaran merupakan strategi yang
digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu
berpir kirtis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih
optmal.Karena itulah, perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus
mengalami perubahan.Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan
berganti dengan model yang lebih modern.(1)
Gurusebagai pendidik dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam menggunakan suatu
model pembelajaran demi terciptanya suasana kelas yang efektif, sehingga peserta didik
dengan mudah dapat memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu
mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada
kurikulum yang ada sekarang ini Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

BAB II
1 Drs. H. Isjoni, M.Si., Ph.d, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010), hlm. 8

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang berdasarkan pada faham
konstruktivis. Menurut Slavin (1985), pembelajaran koopertif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekrja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 dengan struktur kelompok heterogen.[2]
Kooperatif Learning merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada
tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan, melakukan
berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya
belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama
mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil
memahami dan melengkapinya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.[3]
Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima
apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan
sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
Dengan interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri,
mampu menggunaka strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan
intrapersonal. Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa
dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar. Pada saat
siswa belajar dalam kelompokakan berkembangan suasana belajar yang terbuka dalam
dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam
hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam
kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan
belajar secara bekerja sama (kooperatif).

2 Ibid, hlm. 14-15.
3 Rima Buana Prahastiwi, Model Pembelajaran Cooperative
Learning, http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/ 
(Diakses Tanggal, 5 Mei 2021)

2
Dalam strategi pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-
satunya narasumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer
pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan domokratis
akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang
lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan ketrampilan
sosialnya sebagai bekal dalam kehidupan dimasyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar
siswa akan semakin meningkat.[4]
B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Dari konsep strategi pembelajaran koperatif yang dikemukakan, dapat dipahami
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah karakteristik.  Disini akan dikemukan
pendapat Lie, Stahl, Johnson dan Johson serta  Hilke.
Lie (2003:30) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran Kooperatif sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk mengusai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku,
budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. Ciri
khusus pembeajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, meliputi;
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komikasi
antara anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).
Stahl (1994) mengemukakan ciri-ciri lain dari pembelajaran kooperatif menurutnya ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah :
1) Belajar bersama dengan teman
2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
3) Saling mendengarkan pedapat diantara anggota kelompok
4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5) Belajar dalam kelompok kecil\
6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7) Keputusan tergantung pada siswa sendiri
8) Siswa aktif

4 Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, Guru & Anak Didik Dalam Iteraksi Edukatif (Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 357-358.
3
Sedangakan menurut Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif adalah :
1) Terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok,
2) Dapat dipertanggung jawabkan secara individu,
3) Heterogen,
4) Berbagi kepemimpinan,
5) Bebagi tanggung jawab,
6) Menekankan pada tugas dan tanggung jawab,
7) Membentuk ketrampilan social,
8) Peran guru/dosen mengamati proses belajar siswa
9) Efektifitas belajar tergantung pada kelompok.[5]

C. Model Pembelajaran Kooperatif
        

Pada dasarnya, proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa dari latar belakang
yang berbeda-beda, mulai dari warna kulit, agama bahkan dari tingkat kemampuan berpikir
dan gaya belajar mereka. Untuk itu seorang guru harus pandai melihat perbedaan-perbedaan
karakterisitik di setiap melakukan proses belajar mengajar. Johson, (Miftahul Huda 2011:13)
mengemukakan bahwa “Pengalaman pembelajaran kooperatif ternyata lebih diminati oleh
siswa-siswa yang heterogen, siswa-siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda,
baik yang cacat maupun noncacat”. Sedangkan Iskandar (2009:126) mengemukakan bahwa
“pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh
antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan”.
Model pembelajaran kooperatif sangat membantu tugas dari seorang guru
dalam menyampaikan materi yang akan dibawakan karena pembelajaran kooperatif
mengharuskan melakukan interaksi antar teman sejawatnya untuk melakukan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Secara historis pembelajaran kooperatif
bermula dari paham konstruktivisme dimana siswa saling membantu dari awal untuk
menemukan hingga memahami setiap materi-materi yang diberikan oleh guru.

Slavin (Iskandar 2009:126) mengemukakan bahwa :

5 Ibid, hlm. 358-359.
4
Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran menerapkan model pembelajaran
kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep–konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep - konsep
tersebut.[6]
Berdasarkan pengertian diatas, Roger dan David Johnson mengatakan bahwa  tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
optimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur
tersebut adalah:
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positiv)\
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e. Group processing (pemrosesan kelompok)
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini
menunjukkan ada bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan
tersebut. Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Beberapa
cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah:
a. Kelompok belajar jangan terlalu besar
b. Melakukan assesmen terhadap siswa
c. Memberi tugas kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan
kelas
d. Mengamati setiap kelompokdan mencatat frekuensi individu dalam membantu
kelompok
e. Menugasi seorang peserta didik sebagai pemeriksa di kelompoknya
f. Menugasi peserta didik mengajar temannya.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif.Unsur ini penting karena
dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.Unsur keempat pembelajaran kooperatif
adalah keterampilan sosial. Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok yang mengandung
arti menilai. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar

6 Faisal Ichal, Model Pembelajaran


Kooperatif, http://ichaledutech.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-
kooperatif.html (diakses tanggal, 5 Mei 2021).

5
berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan
social.[7]
D. Langkah-langakah Pembelajaran kooperatif
Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-langkah atau
prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan
menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok kecil. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara
individu maupun kelompok.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempersentasekan hasil kerjanya.[8]
Prosedur atau langkah-langkah kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu
sebagai berikut :
1) Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelaum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini
adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2) Belajar Kelompok, tapan ini dilakakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes
atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan
memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan
memberikan penilaian kepada kamampuan kolompoknya, seperti dijelaskan
Sanjaya (2006:247). “hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduannya
dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya.
Hal ini disebabkan nilai kolompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya
yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.”
7 Tiara Anggresiya, Cooperative Learning, http://tiaraanggresiya.wordpress.com/cooperative-
learning/(diakses Tanggal, 25 Mei 2014).
8 Muhammad Risal, Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif, http://www.artikelbagus.com/2011/06/langkah-langkah-pembelajaran-
kooperatif.html#ixzz33AxWpRei( diakses tanggal 5 Mei 2021).

6
4) Pengakuan tim, adalah penatapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.[9]
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
    

Seperti diketahui bahwa tidak ada suatu strategi pembelajaran pun yang paling baik
diantara strategi pembelajaran yang lain. Demikian halnya dengan strategi pembelajaran
kooperatif. Ada sejumlah keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya.
a. Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif adalah :
1) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam
suasana yang menyenangkan.
2) Optimalisasi partisapasi siswa.
3) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
4) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
5) Meningkatkan penerimaan
6) Meningkatkan hubungan positif
7) Motivasi instrinsik makin besar
8) Percaya diri yang tinggi
9) Prilaku dalam tugas lebih
10) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah
11) Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya
12) Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada “apa yang dikatakan
siswa” untuk peer mereka
13) Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka mengorganisasi
pikirannya untuk dijelaskan ide pada teman-teman sekelasnya.

b. Kelemahan strategi Pembelajaran Kooperatif adalah

9 Dr. Rusman, M.Pd., MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (Mengembangkan Profesionalisme


Guru), (Jakarta : RajaGrasindo Persada. 2012), hlm. 212-213.

7
1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa
memiliki pemahaman yang memadai.
3) Pengelompokan siswa memerlukan pangaturan tempat duduk yang berbeda-
beda serta membutuhkan waktu khusus.[10]
Lain halnya dengan pendapat Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72), yang mengemukakan
keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif, antara lain:
a) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis.
b) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa.
c) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
d) siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 5. siswa
dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga
tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi
kesuksesan kelompoknya.
e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang
dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:


a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam
belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk
belajar menjadi sia-sia.
b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok Debat sepele ini sering terjadi di dalam
kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu
percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya,
10 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag , Ibid, hlm. 366-367.

8
25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya.
Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk
berdebat hal-hal sepele.
c) Bisa terjadi kesalahan kelompok Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu
konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah,
maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota
kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan
anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk
pendalaman.
d) Apabila para anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama dalam kelompok.
Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok
beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena
dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya
harus terbuka pada kawan”.[11]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11 Irhami Aja,   Kelebihan dan kekurangan Model


Kooperatif, http://nizamfitri1779.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kekurangan-model.html (d
iakases tanggal 5 Mei 2021).

9
Model pembelajaran kooperatif marupakan suatu straregi pembelajaran yang tergolong
dalam teori belajar konstruktivisme.  Pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai
tingkat kemampuan.
 Dari konsep strategi pembelajaran koperatif yang dikemukakan, dapat dipahami
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah karakteristik.  Sebagai mana yang telah
dikemukakan oleh Lie, Stahl, Johnson dan Johson serta  Hilke.
Disamping itu, Model pembelajaran kooperatif sangat membantu tugas dari seorang guru
dalam menyampaikan materi yang akan dibawakan karena pembelajaran kooperatif
mengharuskan melakukan interaksi antar teman sejawatnya untuk melakukan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.
Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-langkah atau
prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa.
Seperti diketahui bahwa tidak ada suatu strategi pembelajaran pun yang paling baik
diantara strategi pembelajaran yang lain. Demikian halnya dengan strategi pembelajaran
kooperatif. Ada sejumlah keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya.

B. Saran
        

Penulis menyadari bahwa makalah ini sesungguhnya masi banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu, kritik dan masukan yang sifatnya membangan sangat penulis
butuhkah dari berbagai pihak, terutama Dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran disertai
teman-teman sekelas dengan tujuan untuk melingkapi penyusunan malalah ini lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik Dalam Iteraksi Edukatif (Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis). Jakarta : Rineka Cipta
Isjoni H. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rusman. 2012.  MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (Mengembangkan Profesionalisme
Guru). Jakarta : RajaGrasindo Persada
Anggresiya Tiara, Cooperative Learning, http://tiaraanggresiya.wordpress.com/cooperative-
learning/  (diakses Tanggal, 25 Mei 2014)
Aja Irhami,   Kelebihan dan kekurangan Model
Kooperatif,  http://nizamfitri1779.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kekurangan-
model.html (diakases tanggal 28 Mei 2014)
Ichal Faisal, Model Pembelajaran Kooperatif, 
http://ichaledutech.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran
kooperatif.html (diakses tanggal, 5 Mei 2021).
Prahastiwi Rima Buana, Model Pembelajaran Cooperative
Learning, http://buanatiwi.wordpress.com/2013/04/09/model-pembelajaran-
cooperative-learning/ (diakses Tanggal, 5 Mei 2021)
Risal Muhammad, Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif,  http://www.artikelbagus.com/2011/06/langkah-langkah-pembelajaran-
kooperatif.html#ixzz33AxWpRei ( diakses tanggal 5 Mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai