Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN PEMBELAJARAN INOVATIF

Menurut kamus bahasa Indonesia (2003) kata inovasi mengangdung arti pengenalan
hal-hal yang baru atau pembaharuan. Inovasi juga berarti penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode,
atau alat). Jadi pembelajaran inovatif dapat diartikan sebuah pembelajaran yang
menggunakan strategi/metode baru yang dihasilkan dari penemuannya sendiri atau
menerapkan metode baru yang ditemukan oleh para pakar dan didesain sedemikian
rupa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif.
Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru
atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang
baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan
hasil belajar. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran
inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap
karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang.
Syah dan Kariadinata (2009: 16) Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi
otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu
terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut.
Sehingga, terjadi proses renovasi mental di antaranya membangun rasa pecaya diri
siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft powerpoint
merupakan salah satu alternatif. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu
membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam
memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang
jernih dalam proses memahami sesuatu dan mudah dalam mengambil pilihan serta
membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara
system atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat
kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah
kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan
dikerangkakan dan dianalisis sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang

diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran


dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan lisan dan tulisan. Siswa dengan
karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif
dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi
dalam mencapai tujuan bersama.

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN INOVATIF


Berangkat dari konsep inovatif, sejumlah usaha perubahan harus dilakukan oleh
seorang Guru. Demikian cepatnya perubahan di sekitar kita, tidak mungkin lagi
mengandalkan cara-cara lama dalam pembelajaran, bahkan masih terdapat sejumlah
guru masih mengajar dengan cara-cara yang dilakukan oleh gurunya ketika dia belajar
dahulu. Untuk keperluan perubahan ini, pada tahap awal para guru memiliki motivasi
dan sikap ingin berubah (Huberman dan Miles, 1984:43), tidak pernah merasa puas,
berusaha bekerja profesional dan sebagainya, sehingga ia mendapatkan sesuatu yang
baru, karena inti dari pengertian inovasi itu sendiri adalah adanya perubahan untuk
menemukan yang baru (Ibrahim, 1998:46). Atau seperti yang dikemukakan oleh
Callahan dan Clark (1977: 6) bahwa guru harus memiliki sikap kreatif. Kreatif dalam
artian merespon berbagai perubahan yang ada, karena setiap adanya perubahan akan
selalu diiringi oleh berbagai cara untuk melaksanakannnya (Ruddock, 1991).
Perpindahan paradigma dari orientasi guru kepada orientasi kebutuhan anak didik
diartikan bahwa aktivitas belajar didominasi oleh siswa, guru hanya sebagai
pembimbing atau fasilitator. Menanggapi perubahan yang terjadi tersebut, maka harus
diikuti oleh berbagai perubahan pada kegiatan pembelajaran sehari-hari. Jika ditelusuri
lebih jauh ternyata perubahan itu diantaranya disebabkan oleh adanya kesadaran
seseorang terhadap kekurangan cara yang dimilikinya (Soejono Soekanto, 1990:355).
Cara yang dimaksudkan di sini berkaitan langsung dengan tugas guru seperti dalam
kegiatan belajar mengajar, mulai dari penetapan tujuan pembelajaran, pemilihan materi
ajar, pemilihan pendekatan, media, metode, dan sistem penilaian. Seperti yang
dikemukakan oleh (Ibrahim, 1988) bahwa inovasi yang dilakukan oleh seorang guru
lebih ditekankan pada kegiatan mengajar, karena ia diserahi tugas dan wewenang
mengelola kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam konteks ini kegiatan guru lebih dari pekerjaan seorang profesional umumnya,

karena ia dituntut bukan hanya ahli pada bidangnya tetapi juga harus mampu
mengelola pembelajaran dalam lingkungan manusia yang serba berubah (Klasen dan
Collier, 1972:12).
Dalam hal ini, para guru berusaha mencari model-model yang relevan, sehinga setiap
komponen pembelajaran berjalan secara efektif, dan akan tercapai tujuan yang telah
ditetapkan. Model-model tersebut dapat diperoleh dari model lain atau menemukan
sendiri model yang diyakini lebih efektif. Namun yang harus dipahami oleh guru dalam
setiap pemakaian model pembelajaran tidak serta merta menjadi efektif karena ia akan
berkorelasi dengan suasana lain, seperti yang dikemukakan oleh Saltman (dalam
Ibrahim, 1998:48), batas suatu inovasi akan dipengaruhi oleh:
a. Tingkat pembiayaan, semakin susah tingkat pembiayaan semakin mudah diterima.
b. Seimbang antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
c. Efisiensi, artinya dapat menghemat waktu dan tidak banyak memiliki hambatan.
d.Tidak memiliki resiko, terutama dengan masalah politik dan keamanan.
e. Mudah dikomunikasikan.
f. Sesuai dengan sosial ekonomi setempat.
g. Dapat dibuktikan secara ilmiah.
h Terasa langsung manfaatnya.
i. Tingkat keterlibatan penerimaan inovasi.
j. Hubungan interpersonal.
k. Berdasarkan kepentingan.
l. Peranan agen (penyuluh) inovasi.

Karena siswa sebagai manusia yang memiliki sejumlah karakteristik di bidang ekonomi,
budaya, kemampuan, dan status sosial, maka pendapat Saltman yang dikemukakan di
atas sebaiknya menjadi pijakan utama dalam pemilihan atau pembuatan suatu inovasi.
Pemberian salah satu ide atau aktivitas tersebut disusun dalam suatu kerangka yang
jelas disebut dengan model. Dengan kata lain model adalah suatu kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
pembelajaran, model dapat diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk melukiskan
prosedur dan langkah-langkah yang sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Di bidang pembelajaran terdapat sejumlah model, pada dasarnya dapat dikategorikan
atas pendekatan pembelajaran pemprosesan informasi, pendekatan pembelajaran
individu, pendekatan belajar sosial, dan pendekatan pembelajaran sistem prilaku (Agus
Irianto, 2007: 2). Pada sisi lain, berbagai model yang telah dibuat ahli tersebut dapat
dijadikan sebagai sumber inspirasi sendiri untuk menemukan ide-ide baru dalam
pembuatan model. Pada gilirannya guru menemukan suatu model yang paling praktis
untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah, siswa, kebijakan
pimpinan, dan kemampuan sendiri.

STRATEGI MENGIMPELEMENTASIKAN PEMBELAJRAN INOVATIF


Salah satu faktor yang cukup berperan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
peningkatan kualitas pembelajaran. Langkah yang dapat dilakukan yakni perbaikan
cara mengajar guru dengan menggunakan metode baru yang inovatif. Adapun strategi
mengimplementasi pembelajaran inovatif sebagai berikut:
1.

Kuasai teori pembelajaran

Guru sebagai tenaga pendidik profesional dituntut memiliki kemampuan dalam


menguasai teori pembelajaran. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut hendaknya guru
mempelajari beberapa teori pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli
sebelumnya. Penguasaan terhadap beberapa teori belajar sangat berguna bagi guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran. Selanjutnya perencanaan akan
direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak lepas
dari konsep teori belajar yang ada didalamnya. Konsep belajar inovatif didasarkan pada

teori belajar yang membentuknya dan tentunya sesuai dengan kontek pembelajaran itu
sendiri. Dengan kata lain pembelajaran inovatif dapat dibentuk melalui formulasi dari
beberapa teori belajar.
1.

Perkaya pemahaman pada metode pembelajaran

Penguasaan metode pembelajaran bukan hanya sebatas saran tetapi hal ini
merupakan tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik.
Kemampuan tersebut masuk dalam ranah kompetensi profesional yang harus dimiliki
oleh guru. Keberhasilan kegiatan pembelajaran disekolah salah satunya ditentukan oleh
metode pembelajaran atau lebih tepatnya metode penyampaian materi yang digunakan.
Metode penyampaian materi merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus
materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari
pengajaran yang dilakukan dapat tercapai. Untuk itu guna mengimplementasikan
pembelajaran inovatif, seorang guru harus selalu memperkaya pemahaman pada
berbagai metode pembelajaran.
1.

Pelajari kembali materi yang akan diajarkan

Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik professional, guru harus memiliki
kemampuan dalam mengusasi materi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta
didiknya. Kemampuan seamacam ini berkaitan dengan kompetensi professional yang
harus dimiliki oleh guru. Penguasaan materi pelajaran merupakan modal berharga yang
harus dimiliki oleh guru karena guru disini berperan sebagai sumber belajar. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa materi merupakan sebuah ilmu yang akan ditransfer kepada
peserta didik. Untuk dapat mentransfer ilmu dengan baik, materi yang akan diajarkan
harus jelas dan mudah dipahami. Ketidakjelasan atas materi yang akan diajarkan
tentunya akan membuat peserta didik bingung dan sulit untuk memahami materi
tersebut. Pada akhirnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak
akan tercapai. Untuk itulah pemahaman atas materi yang akan diajarkan menjadi poin
yang harus dipahami dengan baik oleh setiap guru demi terciptanya pembelajaran
inovatif.
1.

Kenali kondisi kelas dan peserta didiknya

Sebelum mengimpelementasikan pembelajaran inovatif, guru harus mengenal kondisi


kelas dan peserta didiknya. Hal ini menjadi penting karena setiap peserta didik memiliki
keunikan serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Untuk
mengetahui kondisi kelas secara umum, seorang guru harus mengidentifikasi dan

mengorganisasikan kelas baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Identifikasi


dapat dilakukan dengan membuat daftar hadir kelas, daftar peserta didik, daftar nilai,
dan lain sebagainya. Dari daftar hadir peserta didik, guru dapat mengetahui kehadiran
atau tingkat keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya dari
daftar peserta didik, guru dapat mengetahui jumlah peserta didik dilihat dari jenis
kelamin. Sementara dalam daftar nilai, guru dapat mengetahui tingkat kecerdasan awal
yang dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan identifikasi tersebut selanjutnya dianalisa dan
diinterpretasikan secara kualitatif dalam catatan pribadi guru. Singkatnya ketiga contoh
identifikasi di atas dapat dijadikan acuan dalam rangka mengimplementasikan
pembelajaran inovatif.
1.

Lakukan observasi pada pembelajaran sebelumnya

Dalam konteks ini, kegiatan pengamatan dapat dilakukan dengan mengamati situasi
dan kondisi pengajaran sehingga akan diperoleh deskripsi tentang kejadian yang
muncul selama pembelajaran berlangsung. Guna mengimplementasikan pembelajaran
inovatif, guru harus melakukan kegiatan observasi harian tentang kondisi pembelajaran.
Langkah yang dapat dilakukan yakni membuat lembar / buku observasi kelas berisikan
tentang situasi selama kegiatan berlangsung dan membuat laporan perkembangan
kegiatan pembelajaran. Data lembar lembar / buku observasi kelas mencakup
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, kebisingan kelas dan perilaku siswa
selama pembelajaran. Sementara dalam laporan perkembangan kegiatan pembelajaran
meliputi perkembangan hasil belajar peserta didik yang didukung dengan hasil ulangan
harian secara secara periodik. Dengan kata lain laporan perkembangan kegiatan
pembelajaran memuat target pencapaian / penguasaan peserta didik pada materi yang
diajarkan oleh guru.
1.

Evaluasi pada pembelajaran sebelumnya

Guna mendapatkan pembelajaran yang benar benar inovatif, selanjutnya guru harus
mengadakan evaluasi secara komprehensif. Kegiatan evaluasi membahas tentang
kelebihan dan kekurangan pembelajaran sebelumnya. Kedua aspek tersebut meliputi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Apabila ditemukan kelebihan maka guru
harus mempertahankannya dan apabila mendapatkan kekurangan maka guru harus
merencanakan perbaikan pada pembelajaran selanjunya. Kedua aspek penilaian di
atas secara adminitratif ditransformasikan dalam bentuk catatan pribadi guru.
1.

Mengadakan perbaikan pada pembelajaran sebelumnya

Setelah mengetahui kelebihan dan kekuarangan pada pembelajaran sebelumnya,


seorang guru diharapkan dapat memperbaikinya guna mendapatkan pembelajaran
yang inovatif. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan mendopsi pembelajaran
sebelumnya dan memunculkan ideide baru yang dianggap dapat memperbaiki
pembelajran sebelumnya.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJAN INOVATIF


Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
pembelajaran inovatif.

Kelebihan pembelajaran inovatif sebagai berikut:


Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

Pembelajaran inovatif melatih siswa untuk berpikir kreatif sehingga siswa mampu
memunculkan ide-ide baru yang positif. Di dalam pembelajaran ini siswa dapat
mengembangkan kreatifitasnya, sehingga bisa menemukan hal-hal baru di era
globalisasi ini.

Menuntut kreatifitas guru dalam mengajar.

Dalam hal ini guru dituntut untuk tidak monoton, maksudnya guru harus memunculkan
inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Kreatifitas guru sangat diperlukan
agar proses pembelajaran tidak membosankan.

Hubungan antara siswa dan guru menjadi hubungan yang saling belajar dan
saling membangun.
Guru dan siswa bersama-sama membangun suasana pembelajaran yang
menyenangkan dalam kelas sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran bias
terwujud.

Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan


masalah yang dihadapi dengan tepat.

Pembelajaran inovatif akan membuat siswa berfikir kritis dalam menghadapi masalah.

Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,


khususnya dunia kerja.
Dunia pendidikan akan lebih berwarna, tidak monoton dan akan terus berkembang
menjadi semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi dunia kerja yang nantinya akan
dijalani setiap orang.

Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar


belajar
Siswa harus bisa menempatkan diri dengan baik, siswa tidak boleh hanya diam tapi
harus merusaha memotivasi dirinya sendiri agar berkembang. Pembelajaran inovatif
akan membangkitkan semangat siswa untuk menjadi yang terbaik.

Kelemahan pembelajaran inovatif sebagai berikut :

- Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal
Siswa yang kurang mempunyai semangat dalam belajar dan memiliki kemampuan
lemah maka akan sulit mengikuti pelajaran. Mereka akan pasif dalam menerima
pelajaran disbanding siswa yang aktif.

Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode


pembelajaran yang lain
Pembelajaran inovatif harus dilakukan secara intensif, dengan menerapkan banyak hal,
penyesuaian konsep dan pasti akan memakan banyak waktu.
Kurangnya kreatifitas guru
Masih banyaknya rasio guru yang mengajar dengan cara lama atau monoton sehingga
menimbulkan suasana kelas yang membosankan. Hal ini akan membuat siswa jenuh
dan tidak tertarik dengan materi yang disampaikan. Padahal dalam proses
pembelajaran kreatifitas guru sangat dibutuhkan. Hal ini akan mendorong siswa untuk
lebih giat lagi dalam belajar.

PENUTUP
Pembelajaran inovatif mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau
instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru
agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil
belajar. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dalam sekolah-sekolah. Model pembelajaran inovatif ini berciri antisipasi dan
partisipasi, menyeimbangkan antara kegiatan penyadaran dengan kegiatan
pemberdayaan pada setiap siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Imamalhikmah. 2010. Pembelajaran Inovatif Membangkitkan Motivasi Mengajar Dan
Belajar. Diunduh 13 Desember, 2013 pukul 10.22.
Darihttp://ahmadqiran.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-inovatifmembangkitkan.
Wiranata, Adinda. 2012. Pembelajaran Inovatif. Diunduh 12 November, 2013 pukul 15.
06. Dari http://pendidikan-1993.blogspot.com/2012/01/pembelajaraninovatif.html
Fauzi, Nur. 2012. Konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan
Menyenangkan (Paikem). Diunduh 11 November, 2013 pukul 16. 00.
Darihttp://kantingembira.blogspot.com/2012/10/konsep-pembelajaran-aktifinovatif.html
Tombak, Anggar. 2011. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inovatif. Diunduh 15
November, 2013 pukul 20.05.
Darihttp://www.kawandnews.com/2011/10/kelebihan-dan-kekuranganpembelajaran.html

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/konsep-dasar-metodepembelajaran-inovatif/

Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan guru
adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan
perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik,
mengajar, membimbing, melatih. Oleh karenanya, tanggung jawab keberhasilan
pendidikan berada di pundak guru. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu
pendidikan meningkat, dibutuhkan guru yang memiliki wawasan pengetahuan dan
keterampilan sehingga mampu menjadikan proses pembelajaran aktif dan
menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk
menjadi guru yang profesional diperlukan pendidikan dan pelatihan serta pendidikan
khusus.
Sesuai dengan perubahan paradigma pendidikan sehinggga terjadi perubahan peran
guru yang tadinya hanya sebagai penyampai atau pengalih pengetahuan dan
keterampilan (transfer of knowledge), dan merupakan satu-satunya sumber belajar,
telah berubah menjadi menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru lebih bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab
dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra
dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah
direncanakan.
Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, mencari
cara alternatif yang paling tepat seperti bahan belajar apa yang paling sesuai, metode
penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkahlangkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem
evaluasi apa yang paling tepat, dan sebagainya. Guru diberikan keleluasaan untuk
mengelola pembelajaran, dan harus dapat menentukan pilihannya dengan
mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainya tujuan.
Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan, oleh karena itu mental
harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesionalnya. Yang dimaksud dengan
profesionalisme di sini adalah kemampuan dan keterampilan profesional guru mulai dari
tahap perencanaan, proses, serta evaluasi hasil belajar siswa.

Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam
dunia pendidikan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik,
yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang berasumsi bahwa siswa mempelajari
segala sesuatu dapat dipermudah dengan menggunakan berbagai macam media,
seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., yang semua itu
mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar,
dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar
mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa
Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is
facilitated. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari
pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana
merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

PEMBAHASAN
1.

A. Pengertian pembelajaran inovatif

Kata inovatif berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata ini berakar dari kata
kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru). Oleh karena
itu, pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh
guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk
menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang
dimiliki siswa.
Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat
berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu
disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau
program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi
kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan
terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan.

Rogers dan Shoemaker (1971) dalamhttp://media154.wordpress.com/artikelinternet-desain-dan-web/hasil-wawancara-guru-matematika-tentangpembelajaran-inovatif mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek
baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu
atau peserta didik. Pengertian baru disini mengandung makna bukan sekadar baru
diketahui oleh pikiran (cognitife), melainkan juga baru karena belum dapat diterima
secara luas oleh seluruh peserta didik dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam
pengertian belum diterima dan diterapkan oleh peserta didik.Pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya
yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah
belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.
Secara garis besar, pembelajaran inovatif dapat digambarkan sebagai berikut:
1.

2.

3.
4.
5.

1.

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan


pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Konsep Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas


dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk
melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.
Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat
berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu
disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau

program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran sebelumnya
yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena mencoba untuk
memecahkan masalah yang belum terpecahkan.Secara garis besar bahwa program
pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada
gilirannya program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan terhadap usaha
peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan.

C. Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif


a. Teori Kognitif
Perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang
tampak. Hal itulah yang mendasari teori kognitif. Perilaku yang tidak tampak merupakan
proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat
bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang
menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna
bukanlah respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan
secara jelas dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda,
lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam
struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan.
Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar
daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal. Yang diorientasikan
secara mendalam adalah belajar bermakna. Tiap proses pembelajaran haruslah
bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun
dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang
bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah
diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar.
Menurut Piaget, dalam Rizky, 2012 mengatakan manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna
yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai

berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbedabeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur
pengetahuan) dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak
manusia melalui dua acara, yaitu asimilasi dan akomodasi.

b. Teori Humanistik atau Teori Sosial


Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar
berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi
personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua
arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator
maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif,
dan mendalam. Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial,
yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam
belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian, retensi,
reproduksi, dan motivasi. Manusia akan belajar apa saja sepanjang dia membutuhkan.
Dia tidak peduli dengan kognitif yang aktual atau pengalaman yang telah dialaminya.
Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja
yang dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi
konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat
individual. Oleh karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan
kebutuhan individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam
pembelajaran, kita perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh
memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara
bebas dan aman. Guru sebagai fasilitator harus memberikan konteks pengiring untuk
belajar dan tidak memberikan misi pribadi guru untuk dijejalkan ke siswa berdasarkan
pengalaman guru sebelumnya.

c. Teori Gestalt

Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak
terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena
itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Gestalt berarti bentuk yang terdiri
atas unsur-unsurnya. Beberapa unsur yang distruktur dapat menghasilkan efek sinergis
yang merupakan Gestalt.
Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar diperoleh
karena lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal
yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Lingkungan tidak secara langsung mengubah
tingkah laku. Perpustakaan sekolah tidak akan berfungsi jika guru tidak
memfungsikannya. Selain itu, motivasi merupakan faktor penting dalam pembelajaran.
Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku.
Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. Di samping itu, motivasi juga bisa
muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
1.

D.

Ciri Ciri Pembelajaran Inovatif

Menurut para ahli, dalam Titin, 2013 menyebutkan bahwa suatu model mengajar
dianggap baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) memiliki prosedur yang sistematik, untuk memodifikasi perilaku siswa yang
didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu;
(2) hasil belajar ditetapkan secara khusus, yaitu perubahan perilaku positif siswa secara
khusus;
(3) penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif; (4)ukuran keberhasilan,
yaitu bisa menetapkan kriteria keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran; dan
(5) interaksi dengan lingkungan, yaitu model pembelajaran tersebut harus mendorong
siswa reaktif, aktif dan partisipatif terhadap apa yang terjadi dalam lingkungannya.

E. Fungsi dan sumber model mengajar (pembelajaran).

Menurut Chauhan dalam Titin (2012 ) ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara
lain:
(1) Pedoman, yaitu sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses mengajar
secara komprehensif untuk mencapai tujuan pembelajaran;
(2) Pengembangan kurikulum, yaitu dapat membantu dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP);
(3) Menetapkan bahan-bahan pengajaran, yaitu menetapkan bahan ajar secara
khusus yang akan disampaikan siswa untuk membantu perubahan positif pengetahuan
dan kepribadian siswa;
(4) Membantu perbaikan dalam mengajar, yaitu mampu mendorong atau membantu
proses belajar-mengajar secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan; dan
(5) Mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik
secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing.
F. Makna model pembelajaran inovatif
. Apabila mengkaji beberapa sumber ilmiah tentang pembelajaran, maka beberapa
konsep yang dapat dipahami dari makna pembelajaran inovatif , antara lain.
(1)
Model pembelajaran inovatif dan partisipatif dapat menumbuhkembangkan
pilar-pilar pembelajaran pada siswa, antara lain: learning to know (belajar
mengetahui), learning to do (belajar berbuat), learning to gether (belajar hidup
bersama), dan learning to be(belajar menjadi seseorang) (Djohar, 1999);
(2)
Model pembelajaran inovatif dan partisipatif tersebut mampu mendorong siswa
untuk mengembangkan semua potensi dirinya secara maksimal, dengan ditandai oleh
keterlibatan siswa secara aktif, kreatif dan inovatif selama proses pembelajaran di
sekolah;
(3)
Model pembelajaran inovatif dan partisipatif tersebut mampu mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran atau tujuan pendidikan; dan

(4)
Model pembelajaran inovatif dan partisipatif tersebut mampu mendorong siswa
untuk melakukan perubahan perilaku secara positif dalam berbagai aspek kehidupan
(baik secara pribadi atau kelompok). Jadi, pembelajaran inovatif dan partisipatif adalah
pembelajaran yang berorientasi pada strategi, metode atau upaya meningkatkan semua
kemampuan positif siswa agar dapat meningkatkan kualitas intelektual (penguasaan
Iptek), kualitas emosional (kepribadian) dan kualitas spiritual sehingga siap
menyongsong masa depan yang penuh kompetisi. Dalam proses pengembangan
potensi atau kemampuan siswa tersebut, pembelajaran inovatif dan partisipatif
menempatkan posisi dan peran-peran siswa sebagai sebagai pihak yang paling aktif
(paling sentral), guru hanya sekedar sebagai pembimbing, motivator dan evaluator
kegiatan pembelajaran siswa.

G. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inovatif


Adapun keunggulan pembelajaran inovatif sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.


Berpikir dan bertindak kreatif.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7.
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.

Kelemahan pembelajaran inovatif sebagai berikut:


1.

Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk diterapkan pada


pembelajaran ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.

2.

Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan


metode pembelajaran yang lain.

PENUTUP
Program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya
mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran
tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang sejenis sedang
dijalankan akan tetapi perlu perbaikan. Program pembelajaran inovatif adalah program
pembelajaran yang langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh
kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan
memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan.
Model pembelajaran inovatif dan partisipatif dapat menumbuhkembangkan pilar pilar
pembelajaran pada siswa, mampu mendorong siswa untuk mengembangkan semua
potensi dirinya secara maksimal, dengan ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif,
kreatif dan inovatif selama proses pembelajaran di sekolah. Mampu mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran atau tujuan pendidikan; dan mampu mendorong
siswa untuk melakukan perubahan perilaku secara positif dalam berbagai aspek
kehidupan (baik secara pribadi atau kelompok).
Jadi, pembelajaran inovatif dan partisipatif adalah pembelajaran yang berorientasi pada
strategi, metode atau upaya meningkatkan semua kemampuan positif siswa agar dapat
meningkatkan kualitas intelektual (penguasaan Iptek), kualitas emosional (kepribadian)
dan kualitas spiritual sehingga siap menyongsong masa depan yang penuh kompetisi.
Dalam proses pengembangan potensi atau kemampuan siswa tersebut, pembelajaran
inovatif dan partisipatif menempatkan posisi dan peran-peran siswa sebagai sebagai
pihak yang paling aktif (paling sentral), guru hanya sekedar sebagai pembimbing,
motivator dan evaluator kegiatan pembelajaran siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
.
diunduh darihttp://media154.wordpress.com/artikelinternet-desain-dan-web/hasil-wawancara-guru-matematika-tentangpembelajaran-inovatif/ pada tanggal 12 desember 2013

Happyanto, Rixky. 2012. Pembelajaran inovatif diunduh


darihttp://pembelajaraninovatif.wordpress.com/page/2/ pada tanggal 12
desember 2013
Sartono, wahyuari.___ .Metode Pembelajaran Inovatif diunduh dari
(http://bagooor.wordpress.com/metode-pembelajaran-efektif/) pada tanggal 14
november 2013
Sudrajat, Ahmad. 2008. Model Pembelajaran Inovatif diunduh dari
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaraninovatif/) pada tanggal 14 november 2013

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/02/05/konsep-dasar-pembelajaraninovatif/

1. Pengertian Pembelajaran Inovatif


Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan guru
adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan
dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing,
melatih. Oleh karenanya, tanggung jawab keberhasilan pendidikan berada di pundak guru.
Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru
yang memahami dan menghayati profesinya. Untuk itu, dibutuhkan guru yang memiliki
wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif
yang mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Untuk menjadi guru yang profesional diperlukan pendidikan dan pelatihan serta pendidikan
khusus.
Sesuai dengan perubahan paradigma pendidikan sehinggga terjadi perubahan peran guru
yang
tadinya
hanya
sebagai
penyampai
atau
pengalih
pengetahuan
dan
keterampilan(transfer of knowledge), dan merupakan satu-satunya sumber belajar, telah
berubah menjadi menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru lebih bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh
tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan
mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, mencari cara
alternatif yang paling tepat seperti bahan belajar apa yang paling sesuai, metode penyajian
bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang
paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling
tepat, dan sebagainya. Guru diberikan keleluasaan untuk mengelola pembelajaran, dan
harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan
atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil
keputusan, oleh karena itu mental harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesionalnya. Yang
dimaksud dengan profesionalisme di sini adalah kemampuan dan keterampilan profesional
guru mulai dari tahap perencanaan, proses, serta evaluasi hasil belajar siswa.
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di dalam
dunia pendidikan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang

menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang berasumsi bahwa siswa mempelajari segala sesuatu
dapat dipermudah dengan menggunakan berbagai macam media, seperti bahan-bahan
cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., yang semua itu mendorong terjadinya
perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber
belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang
diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa Instruction is a set of event that
effect learners in such a way that learning is facilitated. Oleh karena itu menurut Gagne,
mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih
ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia
untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Kata inovatif berasal dari kata sifat bahasa Inggris inovative. Kata ini berakar dari kata
kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu yang baru). Oleh karena itu,
pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang
sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi
siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam
konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti
program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan,
karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran
yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya
program pembelajaran tersebut akan memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan
mutu sekolah secara keseluruhan.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas
berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu
menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam
mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman
interkoneksi di antara sistem atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya.
Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat
mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan
dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif akan tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang
komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan
efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat
menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk
memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
2. Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a. Teori Kognitif
Perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang
tampak. Hal itulah yang mendasari teori kognitif. Perilaku yang tidak tampak merupakan
proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat
bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang

menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah
respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas
dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda, lambang, konsep,
atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam struktur kognitif individual
yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan.
Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar
daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal. Yang diorientasikan secara
mendalam adalah belajar bermakna. Tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang
mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila
pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan
tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara
potensial akan bermakna bagi pembelajar.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak
yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama
bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan
disimpan dalam kotak yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia. Struktur pengetahuan
dikembangkan dalam otak manusia melalui dua acara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
b. Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi
dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri
pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang
masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi.
Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam. Oleh karena itu,
teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan oleh Bandura.
Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat
empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Manusia akan belajar apa
saja sepanjang dia membutuhkan. Dia tidak peduli dengan kognitif yang aktual atau
pengalaman yang telah dialaminya.
Menurut Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang
dia butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep
pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh
karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan
individual dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, kita perlu
memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan
mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman. Guru sebagai
fasilitator harus memberikan konteks pengiring untuk belajar dan tidak memberikan misi
pribadi guru untuk dijejalkan ke siswa berdasarkan pengalaman guru sebelumnya.
c. Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak
terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu
teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Gestalt berarti bentuk yang terdiri atas

unsur-unsurnya. Beberapa unsur yang distruktur dapat menghasilkan efek sinergis yang
merupakan Gestalt.
Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar diperoleh karena
lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat
dalam diri pelaku belajar. Lingkungan tidak secara langsung mengubah tingkah laku.
Perpustakaan sekolah tidak akan berfungsi jika guru tidak memfungsikannya. Selain itu,
motivasi merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Motivasi adalah faktor yang dapat
mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik
tertentu. Di samping itu, motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang
menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
3. Perlunya Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran
Pandangan yang beranggapan bahwa mengajar hanya sebatas menyampaikan ilmu
pengetahuan sudah harus ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
perkembangan zaman. Setidaknya ada tiga alasan penting yang mendasari perlunya ada
perubahan dalam paradigma pembelajaran. Ketiga hal tersebut sebagai berikut.
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme
yang sedang berkembang. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya,
dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh
dan berkembang secara optimal. Oleh karena itulah, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan setiap
siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi, tugas, dan tanggung jawab
guru bukan semakin sempit, namun justru semakin kompleks. Guru bukan saja dituntut
untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan tetapi ia juga harus mampu
menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang
dianggap perlu dan penting untuk kehidupan siswa. Guru harus menjaga siswa agar tidak
terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat menyesatkan dan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Karena itu, kemajuan teknologi menuntut
perubahan peran guru dalam pembelajaran. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai
sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai
pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak
mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Bahwa belajar tidak hanya sekadar
menghafalkan informasi, menghafalkan rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan
informassi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan
pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini anggapan
manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan
seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik, telah banyak ditinggalkan orang.
Pandangan terbaru dalam bidang psikologi mengatakan bahwa manusia adalah organisme
yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran kognitif holistik. Potensi itulah
yang menentukan perilaku manusia. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan lagi
memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini,
siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari
dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu
tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa itu sendiri.

Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam pembelajaran. Pembelajaran jangan
diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.

4. Paradigma Konstruktivistik
Menurut paradigma konstruktivistik, ilmu pengetahuan bersifat sementara terkait dengan
perkembangan yang dimediasi baik secara sosial maupun kultural, sehingga cenderung
bersifat subyektif. Belajar menurut pandangan ini lebih sebagai proses regulasi diri dalam
menyelesikan konflik kognitif yang sering muncul melalui pengalaman konkrit, wacana
kolaboratif, dan interpretasi. Belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun
pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab atas peistiwa belajar dan hasil
belajarnya. Siswa sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi
pengalaman serta mengintegrasikannya dengan apa yang telah diketahui. Belajar
merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal.
Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian,
pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditujukan untuk
memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga menjadi semakin sempurna.
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian
masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal
prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih
dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan
modelmodel yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip
dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang
relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep
utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap
kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual.
Hal yang lebih penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi siswa,
investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer (bukan hanya buku teks),
menghargai pikiran siswa, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran.
Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian menirukansuatu proses
yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam
laporan atau quis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih
diutamakan untuk membantu siswa dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru. Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan
pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat
merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki
ciri-ciri sebagai
berikut.
Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.

Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir
kritis.

Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan


mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi
pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

Menggali
pemahaman
siswa
tentang
konsep-konsep
sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.

Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa
yang lain.

Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir
kritis dan berdiskusi antar temannya.

yang

akan

dibelajarkan

Mengelaborasi respon awal siswa.

Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi


terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.

Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan tugastugas.

Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.

http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/03/konsep-pembelajaran-inovatif.html

KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)


Abstrak
Kunci penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah terciptanya situasi pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang sering dikenal dengan PAIKEM. Model pembelajaran PAIKEM
ini dimaksudkan sebagai alat atau metode pembelajaran agar tercapai hasil belajar secara maksimal, efektif dan
efisien. Model pembelajaran PAIKEM mulai popular dikenal pada akhir tahun 2007 terkait dengan pelaksanaan
Pendidikan dan Latihan Profesi (PLPG) bagi para guru yang belum lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.
A.PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka membangun pengetahuannya.
Belajar bukanlah proses pasif yang hanya menerima pengetahuan dari guru atau sumber-sumber lain. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena
ia merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran berhubungan dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta
didik dapat belajar dengan mudah dan munculnya motivasi para peserta didik untuk mempelajari pelajaran sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran, bagi para praktisi pendidikan dituntut mengembangkan
berbagai metode dan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat tercapai secara efektif, efisien
dan menyenangkan.
Dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal maka diperlukan suatu konsep pembelajaran yang memadai
dan relevan. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dapat dijadikan metode
alternatif dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, efisien, menyenangkan
dan jauh dari pembelajaran yang membosankan peserta didik. Secara garis besar model pembelajaran PAIKEM
dipraktekkan dengan berprinsip pada lima hal yaitu: pertama, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Kedua
guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa. Ketiga, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ruang khusus membaca. Keempat, guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok dan kelima, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
Kelima hal tersebut harus dikuasai oleh guru dalam mempraktekkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM). Tulisan ini akan mengulas tentang konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAIKEM) yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan dan pembahasan menarik dalam
pembelajaran.
B. SEJARAH KONSEP PAIKEM
Jauh ebelum munculnya model pembelajaran PAIKEM telah dikenal beberapa pendekatan, strategi pembelajaran
atau model pembelajaran seperti SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL
(Contextual Teaching and Learning), Life Skill Education, dan kemudian muncul konsep PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Istilah PAIKEM sesungguhnya dapat diketahui melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Turunan dari UU Guru dan Dosen tersebut adalah Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Guru dalam Jabatan. Dalam permendiknas tersebut telah diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian
portofolio dengan sepuluh komponen yang bertujuan untuk mengukur empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Sementara, bagi para guru yang belum lulus diwajibkan mengikuti
program kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau dikenal dengan singkatan PLPG. Dalam buku ramburambu penyelenggaraan PLPG yang dirterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dijelaskan
bahwa salah satu materi pokok yang harus diberikan dalam PLPG adalah materi PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Oleh karenannya, sejak akhir tahun 2007 istilah PAIKEM mulai dikenal luas di
Indonesia, dan menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa indikator dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM adalah sebagai berikut.
Indikator dan Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM
No.
Indikator Proses Penjelasan Metode
1.
Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berpikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri Guru
membimbing peserta didik dan memajang hasil karyanya agar dapat saling belajar.
2. Kegiatan Peserta Didik
(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri) Bila peserta didik mengalami
atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti tentang apa saja. Guru dan peserta didik interaktif dan hasil
pekerjaan peserta didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
3. Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alt peraga sederhana buatan guru dan peserta didik) Banyak yang
dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan
diletakkan strategis. Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk dipajang, di mana,
dan bagaimana memajangnya.
4. Penataan Meja dan Kursi
(Meja dan kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel) Guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan berbagai cara/metode/teknik, misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas peserta
didik secara individual. Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri, pendekatan individual guru kepada murid yang
prestasinya kurang baik, dan lain sebagainya.
5. Suasana bebas
(Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau mengungkapkan pendapat). Peserta
didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.
Guru dan sesama peserta didik mendengarkan dan menghargai pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja
individual.
6. Umpan Balik Guru
(guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar peserta didik segera
memperbaiki kesalahan). Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi; dan guru
memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal penyelesaian masalah. Penugasan individual atau
kelompok; bimbingan langsung; dan penyelesaian masalah.
7. Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didikSawah, lapangan, pohon, sungai,
kantor Pos, Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran. Observasi kelas,

diskusi, dan pendekatan terhadap orangtua.


8. Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran) Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos,
Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran. Observasi lapangan,
eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, dan lain-lain.

C. KONSEP PAIKEM
1) Konsep Pembelajaran Aktif
Maksud pembelajaran Aktif adalah dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa dapat berperan aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan atau ide dalam
suasana belajar-mengajar. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan
keterlibatan aktif. Pembelajaran aktif atau sering dikenal dengan active learning adalah proses belajar dimana
peserta didik mendapat kesempatan unbtuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif
dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima
pelajaran yang diberikan. Meyer & Jones (1993) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran aktif terjadi aktivitas
berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi
pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran
aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa karakteristik yaitu; a) Refleksi yang dilakukan dengan cara
mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru berpotensi membuka ruang dialog di dalam kelas sehingga
memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru (Fink, 2003), b) Pengamatan terhadap beberapa model
atau contoh yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui, c) Pemecahan masalah yang
disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-order thinking (Bonwell & Eison, 1991), d) Vicarious
learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik tertentu, dan e) Self explanation
adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik kepada temannya maupun guru yang
memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
2) Model Pembelajaran Inovatif
Setidaknya terdapat tiga model pembelajaran inovatif yaitu pertama, Model Reasoning and Problem Solving yaitu
kemampuan reasoning and problem solving yang merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika
mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata. Siswa dituntut untuk
menggunakan dan mengedepankan rasio dalam melaksanakan tujuan pendidikan dan mencari solusi yang terbaik
dalam menghadapi permasalahan seputar pendidikan. Reasoning adalah bagian berpikir yang berada di atas level
memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Sedangkan problem solving
adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut
(Krulik & Rudnick, 1996).
Kedua, Model Problem-Based Instruction. Model ini merupakan pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et
al., 2001). Keterlibatan aktif para siswa dalam mendapatkan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik sangat diperlukan. Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Para siswa
diinstruksikan untuk lebih inovatif dalam memecahkan masalah dan tidak tergantung pada aturan yang baku dan
kaku.
Ketiga, Model Group Investigatio. Model ini sebenarnya berasal dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.
Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis
sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,
bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang
kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996), adalah: (1) siswa
hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah
berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)

pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama
lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Model pembelajaran ini sangat menekankan pada kerjasama antar berbagai individu yang tergabung dalam
kelompok untuk mendapatkan inti-inti permasalahan yang ingin dipelajari.
3) Model Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan
hal-hal yang kreatif lainnya. Metode ini dirancang untuk mesimulasikan imajinasi agar tercipta kreatifitas. Di sini
kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan
keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Pelaksanaan model pembelajaran kratif dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar
dengan melakukan (learning by doing), menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja
kelompok. Para siswa menyelesaikan permasalahan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, memformulasikan
pertanyaan-pertanyaan menurut mereka sendiri, mendiskusikan, menerangkan, melakukan debat, curah pendapat
selama pelajaran di kelas, dan pembelajaran kerjasama, yaitu para siswa bekerja dalam tim untuk mengatasi
permasalahan dan kerja proyek yang telah dikondisikan dan diyakini agar terjadi ketergantungan yang positif dan
tanggung jawab individu yang mendalam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan metode ini adalah pertama, yang menjadi pusat perhatian
adalah siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri. Kedua, upaya guru hanyalah mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran. Ketiga, potensi yang dikembangkan bukan pengetahuan tetapi kekuatan spiritual
keagamaan, penguasaan diri, kepribadian baru kemudian keterampilan. Keempat, berorientasi pada pengembangan
potensi diri bukan hafalan dan keterampilan menjawab tes. Implikasi dari keempat hal tersebut adalah yang
diperlukan oleh guru bukan luas dan dalamnya bahan pelajaran, melainkan kompetensinya. Dalam pelajaran
bahasa, diantara konpetensi yang dipakai adalah kemampuan berkomunikasi, dan lebih penting lagi adalah
kepercayaan diri untuk berkomunikasi, mengendalikan diri ketika berbicara dengan pihak lain, kompetensi berpikir
sistimatik dan logis dalam berkomunikasi, dan lain-lain.
Model pembelajaran kreatif sering juga disebut dengan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student
Centered Learning) yang mempunyai tujuh unsur yaitu; Pertama, guru berperan sebagai fasilitator yang mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran. Kedua, siswa aktif mengembangkan potensinya. Ketiga, prosesnya
adalah keterlibatan dalam proses yang spontan sesuai alur kejadian. Keempat, bahan pelajaran diambil dari
lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan proses. Kelima, waktu, tidak terbatas oleh jadwal jam pelajaran. Keenam,
tempat tidak terikat oleh ruang kelas, bisa bebas memilih tempat yang nyaman. Ketujuh, penilaian oleh peserta didik
sendiri, dalam diskusi dengan tujuan untuk perbaikan, bukan memilih dan menjastifikasi siswa bodoh dan pintar.
4) Model Pembelajaran Efektif
Setidaknya terdapat tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran efektif, yaitu; pertama; strategi
pengorganisasian pembelajaran yang menekankan pada bagaimana semua komponen pembelajaran
diperdayagunakan secara efektif, kedua, strategi penyampaian pembelajaran yang menekankan pada media apa
yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktu

http://kantingembira.blogspot.com/2012/10/konsep-pembelajaran-aktif-inovatif.html

A. Kemengapaan Inovasi Pembelajaran


Dalam diri individu perkembangan mempunyai sifat yang unik. Sesuai dengan konsep anak
sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh
(holistik). Perkembangan merupakan proses menyeluruh, tidakhanya melibatkan satu
aspek, tetapi melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin, yaitu proses biologis,
kognitif dan psikososial.

Proses-proses biologis mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti


pertumbuhan otak, otot, sistem saraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi, dan
sejenisnya. Proses kognitif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola
berfikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari
lingkungannya. Proses-proses psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek
perasaan, emosi, dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan untuk berhubungan
dengan orang lain.
Pengelompokan aspek perkembangan anak sebagai individu di atas memberikan suatu
gambaran bahwa proses biologis, proses kognitif, serta proses psikososial saling
berpengaruh serta secara terpadu dan menyeluruh membentuk suatu karakteristik
individu unik yang membedakan dengan individu yang lainnya.
B. Pengertian Inovasi Pembelajaran
Inovasi pembelajaran berkaitan dengan istilah discovery, invention,dan innovation. Discovery,
invention, dan innovation diartikan dalam bahasa Indonesia penemuan, maksudnya ketiga kata
tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru. Mungkin hal yang baru itu diadakan
dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri dan
invensi.
1. Invention
Invensi (Invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru., artinya hasil kreasi
manusia. Hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan
dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori penididikan, teknik
pembuatan barang dari plastik dan sebagainya. Yang akan memunculkan ide atau
kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada.
Invention dalam pembelajaran tentunya berkaitan dengan adanya penemuan baru tentang
pembelajatran yang sebelumnya belum pernah ada.
2. Innovation
Manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak puas dengan apa yang sudah ada
akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yangbaru dari biasanya. Begitu
pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses
pembelajaran melibatkan manusia (siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu
keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebaggai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri.
3. Kebaruan pembelajaran

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk dalam bidang pendidikan merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa
sekarang dan masa yang akan dating dengan jalan memperkenalkan pembaharuan yang
cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas.
Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang berputar sesuai dengan kurun waktu yang
telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan
kesempatan belajar telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan dengan
mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan
zaman, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik. Kebaruan pembelajaran dapat
diartikan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran sangat diperlukan untuk kemajuan
proses pembelajaran dikarenakan pembelajaran saat ini akan terus mengikuti
perkembangan zaman maka perlu adanya penemuan baru tentang metode pembelajaran
selain yang sudah ada. Inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru
dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana
dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
C. Konsep Belajar dan Pembelajaran
1. Konsep Belajar
Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952
menyebutkan bahwa Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap,
kebiasaan, kecakapan atau pemahaman.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang
berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi
adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan
dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional,
sikap,dan yang lainnya.
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan
yang mengganggu kegiatan yang diinginkan.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara
berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti
motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah
tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam, belajar adalah individu sebagai peserta
belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

2. Konsep pembelajaran
Pembelajaran (Instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan
konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni
kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu
sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta
didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media
yang harus dipersiapkan..
Dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi
informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan bahwa
semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan
(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (Practice), penampilan hasil
(performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar.
Tanpa ini, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Tujuan
penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak
mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang
sendiri.
b. b. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan
peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif
dan menarik. Tahap penyampaian dilakukan dengan kegiatan presentasi di kelas.
Tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi
belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan
penca indra dan cocok untu semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji
coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata,
pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar,presentasi interaktif, melalui aneka
cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar.
c. Latihan (Practice)
Dalam tahap pembelajaran yang sebenarnya berlangsung, peranan pendidik hanyalah
memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung kelancaran
pelatihan. Dengan kata lain tugas pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta
belajar yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Tujuan tahap
pelatihan adalah membantu peserta mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan
keterampilan baru dengan berbagai cara.
d. Penampilan Hasil (Performance)

Proses belajar seringkali mengabaikan tahap ini, padahal sangat penting bahwa tahap
ini merupakan satu kesatuan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah
untuk memastikan pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan, membantu
peserta menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru sehingga
hasil belajar dan penampilan hasil akan terus meningkat.
Tags:

Laporkan

Tanggapi

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana


http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/19/konsep-inovasi-pembelajaran295252.html

Anda mungkin juga menyukai