Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM VIRTUAL

LABORATORIUM FISIKA 4
(Menentukan Panjang Gelombang Cahaya Berdasarkan Perhitungan Pola-Pola
Interferensi (Fringes) yang Teramati Menggunakan Media Vlabs )

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Rai Sujanem, M.Si

Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti, S.Pd.,M.Pd.

OLEH :
I Gede Yudi Pratama (1813021009)
Aisyah Luthfi Wardani (1813021010)
(V A)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAGUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
A. Judul Praktikum
“Menentukan Panjang Gelombang Cahaya Berdasarkan Perhitungan Pola-Pola
Interferensi (Fringes) yang Teramati Menggunakan Media Virtual”
B. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan panjang gelombang cahaya berdasarkan perhitungan pola-pola
interferensi yang teramati menggunakan media virtual
C. Dasar Teori
Fenomena gelombang yang terjadi bila dua atau lebih gelombang bertumpang
tindih daerah ruang yang sama dikelompokkan dalam interferensi. Bila dua gelombang
berfrekuensi sama merambat dalam arah yang sama dengan beda fasa yang tetap waktu,
maka akan terjadi keadaan dimana energi tidak disubtitusikan secara merata dalam
ruang, melainkan pada titik-titik tertentu terjadi energi maksimum dan pada titik
lainnya terjadi minimum. Peristiwa ini disebut interferensi. Interferensi adalah interaksi
antar gelombang di dalam suatu daerah.Interferensi dapat bersifat membangun dan
merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut.
Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180º, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan (Tipler, 1998).
Interferensi gelombang merupakan perpaduan antara dua gelombang atau lebih
pada suatu daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Interferensi dua gelombang yag
mempunyai frekuensi, amplitudo, dan arah getaran sama yang merambat menurut garis
lurus dengan kecepatan yang sama tetapi berlawanan arahnya, menghasilkan
gelombang stasioner atau gelombang diam. Interferensi destruktif (saling meniadakan)
terjadi bila gelombang-gelombang yang mengambil bagian dalam interferensi memiliki
fase berlawanan. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika
gelombang-gelombang yang mengambil bagian dalam interferensi memiliki fase yang
sama. Interferensi konstruktif biasa disebut juga dengan superposisi gelombang
(Bahrudin, 2006).
Gambar 1. Interferometer Michelson

(Sumber: https://artikelnesia.com/2012/09/15/albert-abraham-michelson-1852-1931/)

Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola


interferensi tersebut adalah interferometer. Alat ini dapat dipegunakan untuk mengukur
panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian sangat tinggi
berdasarkan penentuan garis-garis interferensi.Walaupun pada awal mula dibuatnya
alat ini dipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter (Halliday, 1994).
Percobaan Interferometer Michelsonpertama kali dilakukan pada akhir abad ke-
19 oleh Michelson dan Morley untuk membuktikan keberadaan eter yang saat itu
diduga sebagai medium perambatan gelombang cahaya. Dari eksperimen yang
didasarkan pada prinsip resultan kecepatan cahaya tersebut didapati bahwa keberadaan
eter ternyata tidak ada (Soedojo, 1992). Percobaan interferometer Michelson dilakukan
dengan meletakkan secara tegak lurus (sudut 90º) posisi movable mirror dan adjustable
mirror yang ditengahi oleh split. Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan
lintasan yang diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang
masuk melewati lensa. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya
beda fase dan penguatan fase atau interferensi yang selanjutnya menyebabkan
munculnya pola-pola pada frinji.Oleh karena itu maka dilakukanlah percobaan ini
utnuk memahami prinsip interferometer Michelson dan menghitung panjang
gelombang.
Gambar 2. Diagram Skematik Interferometer Michelson

(Sumber: https://www.thorlabs.com/newgrouppage9.cfm?objectgroup_id=10107)

Gambar di atas merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh


permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke M1
dan sisanya ditransmisikan ke M2. Menurut Hariharan (2007), sebuah berkas cahaya
yang berasal dari sumber cahaya monokromatik dipecah menjadi dua buah berkas oleh
cermin pemecah berkas M, yang membentuk sudut 45o terhadap arah berkas cahaya.
Satu bagian pecahan berkas ditransmisikan secara horizontal ke arah cermin M2, dan
satu bagian pecahan berkas yang lainnya dipantulkan secara tegak lurus ke arah cermin
M1.Dengan demikian, kedua berkas ini menempuh lintasan yang berbeda L1 dan L2.
Setelah masing-masing berkas ini dipantulkan dari M1 dan M2, kedua berkas ini
selanjutnya digabungkan kembali di M untuk menghasilkan sebuah pola interferensi,
yang dapat diamati oleh teleskop atau dijatuhkan pada sebuah layar.
Dengan menggerakkan cermin perlahan-lahan sejauh 𝑑𝑚 dan menghitung 𝑁,
yaitu banyaknya pola interferensi yang kembali ke kondisi awal, maka panjang
gelombang cahaya dapat dihitung dengan persamaan berikut (R, Firmansyah,
Irwansyah, Mardiana, & Ramdani, 2020):
2𝑑𝑚
𝜆=
𝑁
Dengan :
𝜆 = panjang gelombang (nm)
𝑑𝑚 = beda lintasan optik (m)
𝑁 = Jumlah Frinji
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau ditetapkan,
dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilai lainnya atau dapat juga dikatakan
bahwa nilai dari variabel ini diubah-ubah, dimana variabel ini menjadi penyebab
dalam percobaan. Adapun variabel bebas dari percobaan ini yaitu:
- Pergeseran cermin atau beda lintasan optik (𝑑)
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung variabel bebas atau
nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Mudahnya, variabel terikat adalah
variabel yang sedang kita observasi. Adapun variabel terikat dari percobaan ini
yaitu:
- Panjang Gelombang (𝜆)
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang nilainya sebagai pengontrol variabel terikat
bebas selama percobaan dilakukan. Variabel kontrol, nilainya dibuat sama untuk
semua perlakuan. Singkatnya variabel kontrol merupakan variabel pembanding
terhadap variabel yang di uji. Adapun variabel kontrol pada percobaan ini yaitu:
- Jenis Sinar Laser
- Jumlah Frinji (𝑁)

E. Alat dan Bahan


1. Simulator Interferometer Michelson

Gambar 3. Simulator Interferometer

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html
2. Sumber Sinar (Light Source)

Gambar 4. Peralatan Laser

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html

3. Beam Splitter

Gambar 5. Cermin

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html

4. Cermin 1 (Mirror Fixed)

Gambar 6. Mirror Fixed

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html
5. Cermin 2 (Mirror Movable)

Gambar 7. Mirror Movable

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html

6. Mikrometer Sekrup

Gambar 8.Mikrometer Sekrup

Sumber: http://lo-au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Wavelength_of_Laser_Beam/experiment.html

Tabel 1. Alat dan Bahan

Laptop Laptop merupakan


sebagai alat bantu untuk
melakukan praktikum.

System information :

- ASUS X411N
dan ASUS
A407MA
- DESKTOP-
BO7I9AF
- Windows 10
Home Single
Language
- 64-bit operating
system
- Processor Intel®
Celeron ® CPU
N3350
@1.1GHz
- RAM 4.00 GB
Sumber Sinar Sumber sinar yang
(Light Source) berfungsi untuk
menembakkan sinar
laser

Beam Splitter Membagi berkas


menuju mirror 1 dan
mirror 2

Cermin 1 (Mirror Menjadi tempat


Fixed) jatuhnya sinar yang
sudah dipecah oleh
beam splitter kemudian
memantulkan kembali
sinar menuju beam
splitter
Cermin 2 (Mirror Menjadi tempat
Movable) jatuhnya sinar lain yang
dipecah oleh beam
splitter kemudian
memantulkan kembali
sinar menuju beam
splitter. Cermin ini
dapat digeser dengan
memutar mikrometer
sekrup yang terdapat
pada bagian bawah
perangkat cermin.

Mikrometer Berfungsi untuk


mengatur pergeseran
posisi dari cermin 2
(mirror movaeble)

Variabel pilihan Untuk memilih jenis


jenis laser laser yang akan
digunakan.

Tombol “On” Untuk menghidupkan


alat.
Adjust Miror Untuk membuat
pinggiran tajam di layar,
dalam tampilan yang
diperbesar di sudut
kanan atas simulator.

Adjust Micrometer Untuk mengubah jarak


mikrometer

Place Glass plate Untuk menempatkan


kaca pada alat.

Thickness of glass Untuk mengatur


plate ketebalan kaca.

Angel of rotation Untuk mengatur rotasi


sudut.

Reset untuk mengatur ulang


seluruh pengaturan
eksperimental ke
konfigurasi default
(awal).

Show Results Untuk menampilkan


hasil setelah melakukan
eksperimen.
F. Tatalaksana Praktikum

Tabel 2. Tatalaksana
Keterangan Gambar
No
Membuka software vlabs (Virtual Labs) untuk
1.
melakukan percobaan pada link : http://lo-
au.vlabs.ac.in/laser-
optics/Michelsons_Interferometer_Refractive_Index_of_
Glass_Plate/experiment.html

Menggunakan kotak variabel Pilih laser,untuk memilih


2.
sumber laser yang diinginkan.

Nyalakan sumber laser menggunakan tombol Power On.


3.

Pola pinggiran yang kabur akan muncul di layar,


4.
ditunjukkan dalam tampilan yang diperbesar di sudut
kanan atas simulator. Buat pinggiran tajam menggunakan
slider Adjust Mirror.
Menggunakan slider Sesuaikan mikrometer, perlahan-
5.
lahan ubah jarak mikrometer.(Dalam simulator,
pembacaan mikrometer diimbangi dengan jumlah tetap,
sehingga tidak mungkin untuk mengatur d = 0 untuk
mendapatkan satu titik gelap besar.)
Menghitung panjang gelombang sumber laser
6.
menggunakan persamaan (2) dari halaman teori.
(Kalibrasi konstan k untuk simulator adalah tepat 1.)
Tombol Reset mengatur ulang seluruh pengaturan
7.
eksperimental ke konfigurasi default (awal).
G. Teknik Analisis Data
1. Menghitung panjang gelombang 𝝀 pada percobaan
Panjang gelombang 𝜆 pada percobaan dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sudiatmika, 2015; R, Firmansyah, Irwansyah, Mardiana, & Ramdani, 2020):
2𝑑
𝜆=
𝑁
2. Menghitung panjang gelombang rata-rata 𝝀̅

Mengacu pada buku Laboratorium 1 (Rapi, 2017) dan buku Petunjuk Praktikum
Laboratorium Fisika 4 (Sudiatmika, 2015) maka, panjang gelombang rata-rata 𝜆̅ dapat
dicari dengan menggunakan persamaan:

Σ𝜆
𝜆̅ =
𝑛
3. Menghitung deviasi standar dari panjang gelombang 𝚫𝝀
Mengacu pada buku Laboratorum 1 (Rapi, 2017) dan buku Petunjuk Praktikum
Laboratorium Fisika 4 (Sudiatmika, 2015) maka, deviasa standar panjang gelombang
dapat dicari menggunakan persamaan:
2
Σ(𝜆 − 𝜆)
Δ𝜆 = √
𝑛(𝑛 − 1)
4. Menghitung KR 𝝀 pada percobaan
Mengacu pada buku Laboratorum 1 (Rapi, 2017) maka, Kesalahan Relatif dapat
dicari dengan menggunakan persamaan:
Δ𝜆
𝐾𝑅 = | | × 100%
𝜆̅

H. Data Hasil Percobaan

Nama 𝑑
Dokumentasi N Dokumentasi Dokumentasi
Sinar (m)

He-Ne
15 0,60 × 10−6
Laser
He-Ne
15 4,07 × 10−6
Laser

He-Ne
15 5,54 × 10−6
Laser

He-Ne
15 6,5 × 10−6
Laser

He-Ne
15 7,43 × 10−6
Laser

Nama 𝑑
Dokumentasi N Dokumentasi Dokumentasi
Sinar (m)

Krypt
on 15 6,50 × 10−6
Laser

Krypt
on 15 2,50 × 10−3
Laser

Krypt
on 15 3,50 × 10−3
Laser

Krypt
on 15 4,50 × 10−3
Laser

Krypt
on 15 5,50 × 10−3
Laser
I. Analisis Data
1. Menghitung panjang gelombang 𝝀 pada percobaan
2𝑑
𝜆=
𝑁
- Untuk Laser He-Ne
▶ Percobaan 1
2(0,6 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 8,× 10−8 𝑚
15
𝜆 = 80 𝑛𝑚

▶ Percobaan 2
2(4,07 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 5,4266 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 542,66 𝑛𝑚

▶ Percobaan 3
2(5,54 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 7,3866 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 738,66 𝑛𝑚

▶ Percobaan 4
2(6,50 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 8,66 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 866 𝑛𝑚

▶ Percobaan 5
2(7,43 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 8,66 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 990,66 𝑛𝑚
- Untuk Laser Krypton
▶ Percobaan 1
2(6,5 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 8,66 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 866 𝑛𝑚

▶ Percobaan 2
2(2,5 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 3,3 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 330 𝑛𝑚

▶ Percobaan 3
2(3,5 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 4,66 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 466 𝑛𝑚

▶ Percobaan 4
2(4,5 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 6,00 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 600 𝑛𝑚

▶ Percobaan 5
2(5,5 × 10−6 )𝑚
𝜆= = 7,33 × 10−7 𝑚
15
𝜆 = 733 𝑛𝑚
2. Menghitung panjang gelombang rata-rata 𝝀̅
Σ𝜆
𝜆̅ =
𝑛
- Untuk Laser He-Ne
(80 + 542,66 + 738,66 + 866 + 990,66)nm
𝜆̅ =
5
3217,98
𝜆̅ = = 643,596 𝑛𝑚
5

- Untuk Laser Krypton


(866 + 330 + 466 + 600 + 733)nm
𝜆̅ =
5
2995
𝜆̅ = = 599,00 𝑛𝑚
5
3. Menghitung deviasi standar dari panjang gelombang 𝚫𝝀
- Untuk Laser He-Ne

2
No 𝜆 (𝜆 − 𝜆) (𝜆 − 𝜆)
1 80 −563,596 317640,451216
2 542,66 −100,936 10188,076096
3 738,66 95,064 9037,164096
4 866 222,404 49463,539216
5 990,66 347,064 120453,420096
Σ 506782,65072

2
Σ(λ − λ̅)
Δ𝜆 = √
𝑛(𝑛 − 1)

506782,65072
Δ𝜆 = √ = 159,182 𝑛𝑚
5(5 − 1)

- Untuk Laser Krypton

2
No 𝜆 (𝜆 − 𝜆) (𝜆 − 𝜆)
1 866 307 94249
2 330 −229 52441
3 466 −93 8649
4 600 41 1681
5 733 174 30276
Σ 187296
2
Σ(λ − λ̅)
Δ𝜆 = √
𝑛(𝑛 − 1)

187296
Δ𝜆 = √ = 96,772 𝑛𝑚
5(5 − 1)

4. Menghitung KR 𝝀 pada percobaan


- Untuk Laser He-Ne
𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (643,596 ± 159,182)𝑛𝑚
Δ𝜆 159,182
𝐾𝑅 = × 100% = × 100% = 24,73%
𝜆̅ 643,596
- Untuk Laser Krypton
𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (599 ± 96,772)𝑛𝑚
Δ𝜆 96,772
𝐾𝑅 = × 100% = × 100% = 16,15%
𝜆̅ 599

J. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
- Untuk Laser He-Ne
𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (643,596 ± 159,182)𝑛𝑚
KR = 24,73 %
- Untuk Laser Krypton
𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (599 ± 96,772)𝑛𝑚
KR = 16,15 %

2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang sudah dilakukan didapatkan
hasil bahwa besarnya 𝜆 untuk laser He-Ne adalah 𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) =
(643,596 ± 159,182)𝑛𝑚 dengan nilai KR = 24, 73 %. Hasil ini memiliki
harga yang tidak jauh berbeda dengan besarnya 𝜆 secara teori dimana panjang
gelombang untuk sinar laser He-Ne adalah 𝜆 = 632,80 𝑛𝑚. Sedangkan untuk
laser krypton panjang gelombang 𝜆 yang diperoleh yaitu 𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) =
(599 ± 96,772)𝑛𝑚 dengan nilai KR = 16,15 %. Hasil ini didapatkan hasil
yang tidak jauh berbeda dengan percobaan lain yang sudah dilakukan oleh
(Falah, 2006) dimana percobaan yang ia lakukan menghasilkan data yaitu yaitu
𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (648 ± 2)𝑛𝑚 untuk lser He-Ne sedangkan untuk laser
krypton yaitu 𝜆 = (𝜆̅ ± Δ𝜆) = (543 ± 6)𝑛𝑚. Hasil ini juga memiliki harga
yang tidak jauh berbeda dengan besarnya 𝜆 secara teori dimana panjang
gelombang untuk sinar laser krypton adalah 𝜆 = 520 − 530 𝑛𝑚 (Agustine &
Yenny, 2011). Namun, dalam praktikum ini masih didapatkan hasil kesalahan
relatif perhitungan >10% yang tidak bisa ditolerir. Adapaun kesalahan-
kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum yaitu,

a) Kesalahan umum. Adalah kesalahan praktikan dalam melakukan


praktikum seperti kesalahan dalam pembacaan atau penggunaan
instrumen seperti kesalahan dalam pembacaan mikrometer sekrup, atau
kesalahan dalam menafsirkan perhitungan-perhitungan pada analisis
data.

b) Kesalahan sistematis. Adalah kesalahan yang disebabkan oleh


instrumen itu sendiri seperti pemilihan nilai yang kurang bisa dipilih
secara detail. Selain itu, kesalahan ini bisa juga disebabkan oleh
lingkungan sekitar, mungkn termasuk didalamnya gangguan jaringan
atau server yang hilang.

c) Kesalahan acak. Adalah kesalahan yang tidak diketahui apa


penyebabnya tapi memiliki pengarus besar pada Hasil praktikum.

K. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum serta analisis data yang sudah dilakukan didapatkan
hasil nilai 𝜆 untuk kedua jenis sinar laser yang digunakan memiliki nilai yang tidak
jauh berbeda dengan harga 𝜆 secara teori yaitu 𝜆 = 632,80 𝑛𝑚 untuk sinar laser
He-Ne dan 𝜆 = 520 − 530 𝑛𝑚 untuk sinar laser krypton.
2. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu, apabila praktikum sejenis
dilakukan maka sang praktikan bisa melakukan variasi pada perubahan sudut lensa
dan variasi ketebalan lensa yang terletak diantara beam splitter dan mirror movable.
Kemudian, saran selanjutnya yaitu pastikan pada pengukuran mikrometer sekrup
angka yang muncul dipastikan hasilnya. Selain itu, pastikan jaringan dan server
aman serta laptop/pc/smartphone dalam keadaan baik sehingga praktikum tidak
terhambat oleh hal-hal diluar kendali yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.
Menurut (Kurniawan, Basuki, & Ariani, 2015) Pada sistus Amrita olabs terdapat
cara penggunaan virtual laboratory dan video demonstrasi namun, aplikasi tersbeut
tidak dapat di donwload sehingga menghasruskan pengguna untuk terhubung ke
internet. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya penggunaan virtual laboratory
karena untuk menggeser datau mengklik alat membutuhkan sinyal internet yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agustine, R., & Yenny, S. W. (2011). Penggunaan Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi. 96-103.

Falah, M. (2006). Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan
Panjang Gelombang Sumber Cahaya. Retrieved from Diponegoro University
Institutional Repository:
http://eprints.undip.ac.id/2487/1/Analisis_Pola_Interferensi_Pada_Interferometer_Mi
chelson_untuk_Menentukan_Panjang_Gelombang_Sumber_Cahaya.pdf

Kurniawan, W., Basuki, F. R., & Ariani, R. (2015). Virtual Laboratory Berbasis Inquiry
Terbimbing Percobaan Viskositas . Pendidikan Fisika Indonesia , 1-7.

R, A., Firmansyah, A., Irwansyah, Mardiana, & Ramdani, S. (2020). INTERFEROMETER


MICHELSON. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Rapi, N. K. (2017). Laboratorium Fisika 1 . Depok: PT RajaGrafindo.

Sudiatmika, A. R. (2015). Petunjuk Praktikum Laboratorium Fisika 4. Singaraja: Universitas


Pendidikan Ganesha .

Bahrudin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Bandung: Epsilon Group.

Halliday, Resnick.1994. Fisika jilid 2 edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

Hariharan, P. 2007. Basic Of Interferometry. Sydney: Academic Press.

Tipler, P. A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 1.Jakarta : Penerbit Erlangga.

Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai