Anda di halaman 1dari 2

2.

Pengertian Apersepsi

Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu
pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi
dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi
kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.

Apersepsi adalah getaran-getaran tanda yang diterima oleh seorang individu atas suatu obyek
tertentu. Obyek tersebut bisa berupa suatu benda, gejala alam atau sosial, dan tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh seseorang. Apersepsi atau getaran-getaran tersebut diterima melalui panca
indra yang kita miliki. Proses penerimaan apersepsi inilah yang kita sebut sebagai persepsi.

Apersepsi berarti penghayatan tentang segala sesuatu yang menjadi dasar untuk menerima ide-
ide baru. Secara umum fungsi apersepsi dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa
dunia mereka ke dunia kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan
apa yang akan dipelajari.

Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru,
sebagai batu loncatan sejauh mana anak didik mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah
menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru
sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang
berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa
terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

Apersepsi bisa berupa cerita, lagu, video ataupun gambar dll, kali ini saya akan

memakai gambar sebagai apersepsi.

2. Pentingnya Apersepsi

Apersepsi ini sangat penting. Mengapa?


a. Kita mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan
b. Kita mencoba menyatukan dua dunia yang berbeda
c. Pentingnya menciptakan atmosfir, karena mereka berangkat dari latar belakang  yang berbeda-
beda.

d. Perluya membangun motivasi

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan
pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru
hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah
dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau
dari pengalaman. Inilah yang dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah
suatu gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan
berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga
menjadi kesan yang lebih luas. Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan
pelajaran  yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.

3. Pembentukan Apersepsi

Apersepsi dapat dibentuk melalui 4 pilar. Pertama adalah alfa zone. Setelah bertatap muka
dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk
memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis.

Jika divisualkan, gerakannya akan bersama-sama saat mengambil info. Berbeda dengan kondisi
teta, di mana anak tampak melamun membayangkan sesuatu, dan bahkan bisa masuk ke kondisi
delta, tertidur lelap saat guru menerangkan, kondisi alfa mudah dikenali. Jika sudah tampak
senyum mengembang di bibir siswa, dan mata berbinar, saat itulah kondisi alfa sudah on.

Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain
gym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang tak harus ada hubungannya dengan materi yang
akan diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa
yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa bisa
tertarik.

Pilar ke-dua adalah warmer. Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu
bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme,
yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Contoh guru
me-recall dengan pertanyaan terbuka. “Bagaimana pendapatmu tentang pohon bambu dan pohon
kelapa, yang keduanya adalah tanaman yang banyak ditemui di Indonesia. Apa saja
kegunaannya?”

Pilar ke-tiga adalah pre teach. Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Tidak heran kalau kondisi
kelas kusut masai dan siswa tak terkondisi. Pre teach ini memberi informasi secara manual,
bagaimana aturan diberlakukan. Terlebih pada mata pelajaran sains atau percobaan yang
menggunakan alat, pre teach mutlak dilakukan, agar tak terjadi cedera atau kesalahan prosedur.

Pilar ke-empat adalah scene setting. Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering
pula disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti. Contoh: meminta siswa
membandingkan benda pilihan dari tas nya, dan berjajar sesuai berat benda, adalah scene setting
menuju pelajaran matematika ‘berat ringan’.

Seberapa penting pembentukan apersepsi ini? Menurut Munif Chotib, jika tak dilakukan, proses
belajar jelas tak maksimal, dan akan terjadi down shifting pada otak anak, karena tak di refresh.

Anda mungkin juga menyukai