NIM : 172030100034
PERSEPSI
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam
menciptakan dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang
bayak misalnya. Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu
Usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang
berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu. Dalam
hal ini faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, yaitu informasi, dan
pengalaman.
2
APERSEPSI
3
Pentingnya Apersepsi
1. Alfa Zone
Setelah bertatap mukadengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang
menyenangkan. Kesiapan paling untukmemasukkan fakta dan informasi.
Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis.
Jika divisualkan, gerakannya akan bersama-sama saat mengambil info.
Berbeda dengan kondisiteta, di mana anak tampak melamun membayangkan
sesuatu, dan bahkan bisa masuk ke kondisidelta, tertidur lelap saat guru
menerangkan, kondisi alfa mudah dikenali. Jika sudah tampaksenyum
mengembang di bibir siswa, dan mata berbinar, saat itulah kondisi alfa sudah
on.
Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-
tebakan, musik, braingym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang tak harus
ada hubungannya dengan materi yangakan diajarkan. Tak perlu semua ada.
Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfayang diibaratkan
seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa
bisatertarik.
4
2. Warmer
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang
pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan
konstruktivisme,yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa. Contoh gurume-recall dengan pertanyaan terbuka.
“Bagaimana pendapatmu tentang pohon bambu dan pohon kelapa, yang
keduanya adalah tanaman yang banyak ditemui di Indonesia.
3. Pre Teach
Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Tidak heran kalau kondisikelas kusut
masai dan siswa tak terkondisi.Pre teach ini memberi informasi secara manual,
bagaimana aturan diberlakukan. Terlebih pada mata pelajaran sains atau
percobaan yangmenggunakan alat,pre teach mutlak dilakukan, agar tak terjadi
cedera atau kesalahan prosedur.
4. Scene Setting
Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula disebut sebagai
hook atau pengait menuju mata pelajaran inti. Contoh: meminta
siswamembandingkan benda pilihan dari tas nya, dan berjajar sesuai berat
benda, adalahscene setting menuju pelajaran matematika berat ringan.
Seberapa penting pembentukan apersepsi ini? Menurut Munif Chotib, jika tak
dilakukan, proses belajar jelas tak maksimal, dan akan terjadi down shifting pada
otak anak, karena tak di refresh.
5
DISTORSI APERSEPSI
Appersepsi yang obyektif adalah interprestasi terhadap hasil persepsi yang sesuai
dengan realita, rasional, dan dapat diterima oleh kriteria umum. persepsi yang
obyektif disebut juga persepsi kognitif murni.
Appersepsi Subyektif yaitu interprestasi terhadap hasil persepsi yang tidak rasional,
tidak sesuai dengan stimulus/banyak dipengaruhi oleh unsur – unsur subyektif.
apersepsi subyektif disebut juga apersepsi distorsi.
1. Inverted Projection
Inverted Projection, merupakan proses dari proyeksi yang merupakan
apperceptive distortion bertaraf paling tinggi, secara hipotesis memiliki arti
yang bertolak belakang dengan persepsi yang sebenarmya. Proyeksi ini dapat
menunjukkan indikasi gangguan psikosis, neurotic defense dan beberapa
proses maturational.
Misalnya pada sebuah kasus seorang homoseksual (gay) yang mencintai
sesama jenis. Perasaan cinta ini tidak dibenarkan dalam lingkungan sosialnya
karena melanggar nilai sosial bahwa seharusnya laki-laki mencintai
perempuan, dan sebaliknya. Dengan kata lain, impuls ini merupakan sesuatu
yang membahayakan. Perasaan ‘cinta’ ini kemudian berubah menjadi ‘benci’
sebagai bentuk reaksi formasi. Terlihat pada kasus inverted projection ini, yang
pertama muncul adalah reaksi formasi, kemudian disusul oleh simple
projection dalam bentuk apperception distortion yang merupakan proyeksi
kepada dunia luar.
6
2. Simple Projection
Simple Projection, merupakan proses yang tidak mempunyai indikasi klinis,
dan merupakan kejadian yang umum di dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya ketika ingin pergi ke sebuah pesta, Lulu menyadari bahwa dia tidak
terlalu memiliki pilihan gaun untuk pergi ke pesta, maka Lulu bermaksud untuk
meminjam gaun kepada Lala (saudara kembarnya), saat mau meminjamnya ke
Lala, tiba-tiba Lulu terpikir, “kalau nanti Lala tidak mau meminjamkannya
karena dulu Lulu pernah meminjam gaunnya juga dan mengembalikannya
dalam keadaan yang rusak (luntur misalnya)”, Lulu harus bagaimana? Lalu
Lulu terpikir lagi, dia bilang saja “kalau sewaktu dulu Lulu meminjamnya,
gaun itu memang dalam keadaan rusak (luntur warnanya)”
Kemudian datanglah Lulu ke kamar Lala, terlihat Lala sedang berkaca di
depan cerminnya, Lulu pun berbasa basi dengan memuji-muji Lala, kalau Lala
cantik, manis, baik dan sebagainya. Lalu Lala berkata “ada apa Lu? tumben
muji-muji, ada maunya ni biasanya. Lalu dengan cepat Lulu berkata “ah, bilang
saja kalau kamu tidak mau meminjamkan gaunmu”.
3. Sensitization
Di dalam kasus mahasiswa yang terlambat mengumpulkan tugas, dapat
dilihat sebagai suatu fenomena baru, dimana ada beberapa subjek yang sama
sekali acuh dan tidak memberikan reaksi apa-apa, tetapi ada pula subjek-subjek
yang sangat memperhatikan dan menunjukkan reaksinya terhadap kemarahan
tersebut. Subjek-subjek yang sangat memperhatikan dan merasakan kemarahan
dosen walaupun pada saat itu, secara objektif, stimulus kemarahan kepada
mahasiswa tidak ada . Proses ini secara klinis disebut : sensitivity of neurotics
(kesensitifan yang neurotis). Jika kita lihat dari segi ketiadaan persepsi yang
objektif, maka proses tersebut dapat kita katakan sebagai a more sentitive
perception of existing stimuli (suatu persepsi yang memiliki kesensitifan
melebihi keadaan stimulusnya).
7
Hipotesis sensitization adalah bahwa suatu objek yang sesuai dengan pola-pola
tingkah laku yang pernah dilakukan akan lebih mudah diterima daripada objek-
objek yang tidak sesuai dengan pola-pola tingkah laku yang pernah
dilakukannya. Misalnya di dalam masalah persepsi membaca, kata-kata yang
pernah dipelajari akan lebih mudah diterima pola-polanya daripada ejaan-
ejaannya.
4. Externalization
Inverted projection, simple projection dan sensitization adalah merupakan
proses-proses yang terjadinya tidak disadari individu yang bersangkutan, dan
sukar untuk dapat menyadarkan individu terhadap proses yang terjadi pada
dirinya itu. Tetapi sebaliknya, ada proses-proses tertentu yang sering dijumpai
oleh ahli-ahli klinis, yang berbeda dengan proses-proses yang disebutkan di
atas. Proses-proses ini sering dijumpai pada subjek-subjek yang menceritakan
suatu gambar pada kartu TAT, misalnya :
Ini adalah gambar seorang ibu yang sedang melihat ke dalam kamar
untuk memastikan apakah anaknya sudah selesai mengerjakan
pekerjaan rumahnya. Dan kemudian ia nampak sedang menegur
anaknya karena belum selesai mengerjakan pekerjaan rumah itu.
Ketika proses inquiry (penjajagan), subjek tersebut secara spontan
mengatakan; Saya merasa bahwa kejadian di dalam gambar ini persis
seperti apa yang pernah saya alami, yaitu antara saya dan ibu saya,
walaupun saya tidak merealisir hal itu di dalam cerita yang saya
kemukakan tadi.
Di dalam ulasan psikoanalitik, dikatakan bahwa proses mengemukakan cerita
tersebut berasal dari daerah pra-sadar (preconscious), dimana subjek tidak
menyadari apa yang diceritakan (pada mulanya), tetapi hal itu mudah untuk
disadarkan atau dibawa ke alam sadar (melalui inquiry). Fenomena semacam
itu, disebut eksternalisasi (externalization), yaitu bahwa represi terhadap pola
image yang membentuk suatu efek yang terorganisir akan mudah untuk
dimunculkan kembali.