Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN METODE GEORGE BETTS DENGAN ALAT PERAGA

KOTAK PINTAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


KELAS VII A MTs MA’ARIF NU GANDUSARI PADA MATERI GARIS
DAN SUDUT TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Safitri Nurantika, Kistiani, M.Pd, Riki Suliana R.S, M.Pd


Program Studi Pendidikan Matematika
Email: nurantika62@gmail.com
STKIP PGRI BLITAR

Abstrak: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Seorang guru harus dapat
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya untuk
merangsang aktivitas belajar secara optimal. Strategi pembelajaran yang sesuai dan
dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika salah
satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran George Betts.
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tindakan kelas. Objek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs Ma’arif Nu Gandusari tahun pelajaran
2017/2018 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan. Teknik pengumpulan data dalam tindakan kelas ini terdiri atas tes dan
lembar observasi. Tes dilaksanakan pada akhir siklus yang digunakan untuk
mengetahui penerapan pembelajaran George Betts. Observasi dilaksanakan setiap
pertemuan dan selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa pada penerapan pembelajaran
George Betts pada tes akhir siklus, siswa yang memenuhi KKM berjumlah 18 siswa
dan 3 siswa dibawah KKM. Presentase ketuntasan klasikal siswa mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu 85,71% yang sebelumnya sebesar 28,57%
dan hasil tes individu (tes akhir siklus) pada pertemuan ke-3 sebesar 85,71% yang
termasuk dalam kategori baik. Jika dilihat dari hasil pengamatan kegiatan
pembelajaran siswa adalah 91,3%. Sesuai dengan taraf keberhasilan tindakan yang
telah diuraikan dalam lampiran observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa termasuk kedalam kategori sangat baik. Sedangkan hasil observasi terhadap
kegiatan guru selama proses pembelajaran juga dalam kategori baik yang mencapai
86,76%. Dari beberapa uraian tersebut telah membuktikan bahwa penerapan model
George Betts dapat meningkatkan hasil belajar pada materi garis dan sudut siswa
kelas VII A MTs Ma’arif Nu Gandusari tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: George Betts, Garis dan Sudut, Alat Peraga Kotak Pintar
Abstract: Education is a conscious and well-planned effort to create an atmosphere
of learning and learning process so that learners actively develop their potential to
have the spiritual power of religion, self-control, personality, intelligence, noble
character, as well as the skills needed by him, society, nation and state. A teacher
must be able to choose a learning strategy that is appropriate to the ability of his
students to stimulate optimal learning activities. An appropriate learning strategy and
can help students in solving problems in mathematics one of them is by applying the
model of learning George Betts
Type of research that researchers do is a classroom action research. Objects in this
study are students of class VII A MTs Ma'arif Nu Gandusari academic year
2017/2018 which amounted to 21 students consisting of 10 male students and 11
female students. Data collection techniques in this classroom action consist of tests
and observation sheets. The test is carried out at the end of the cycle used to
determine the application of learning of George Betts. Observations are held at each
meeting and during the lesson.
Based on data analysis it can be seen that on applying of study of George Betts on
final test of cycle, students who meet KKM amounted to 18 students and 3 students
under KKM. The percentage of students' classical completeness had a significant
increase that was 85.71% which previously was 28.57% and the result of the
individual test (final test of the cycle) at the 3rd meeting was 85.71% which was
included in the good category. When viewed from the observation of student learning
activities is 91.3%. In accordance with the level of success of actions that have been
described in the annex observation of learning activities undertaken by students
including into the category very well. While the results of observations on teacher
activities during the learning process is also in good category which reached 86.76%.
From some of these descriptions have proven that the application of George Betts
model can improve learning outcomes on the material line and angle of students of
class VII A MTs Ma'arif Nu Gandusari academic year 2017/2018.

Keyword: George Betts, Line and Angle, Smart Box Props

PENDAHULUAN mulia, serta keterampilan yang

Pendidikan merupakan usaha diperlukan dirinya, masyarakat,

sadar dan terencana untuk bangsa, dan negara. Hal ini sesuai

mewujudkan suasana belajar dan dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun

proses pembelajaran agar peserta didik 2003 (dalam Amri, 2013: 241), jadi

secara aktif mengembangkan potensi pendidik memegang peran yang sangat

dirinya untuk memiliki kekuatan penting dalam kehidupan, yaitu

sepiritual keagamaan, pengendalian sebagai wahana untuk meningkatkan

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak kualitas sumber daya manusia agar


mampu bersaing di era global dan oleh guru saat mengajar matematika

mampu memecahkan masalah dalam yaitu kurangnya penguasaan dan

kehidupan. Oleh karena itu pendidik pemahaman materi yang mendalam

tidak hanya berorientasi pada masa serta sulit untuk menentukan hasil

lalu dan masa kini, tetapi juga melihat akhir dari jawaban soal yang

jauh kedepan dan memikirkan apa diberikan.

yang dihadapi siswa dimasa yang akan Hasil wawancara di atas

datang. dikarenakan proses pembelajaran

Perkembangan dan perubahan matematika masih menggunakan

secara terus-menerus ini menuntut metode ceramah dan kurang

perlu adanya perbaikan sistem memberikan pendalaman materi.

pendidikan nasional termasuk Pembelajaran dengan menggunakan

penyempurnaan kurikulum untuk metode ceramah kurang berhasil

mewujudkan masyarakat yang mampu karena ceramah merupakan metode

bersaing dan menyesuaikan diri yang membosankan bagi siswa dan

dengan perubahan zaman tersebut. membuat siswa menjadi jenuh.

Berdasarkan wawancara kami Pengajar juga dihadapkan pada

pada tanggal 10 Februari 2018 dengan permasalahan alokasi waktu yang

Ibu Dhewi Ratna Ebtanti, S.Pd yang ditentukan dan terbatas, sehingga

merupakan salah satu guru pengajar dengan alokasi waktu yang terbatas itu

mata pelajaran matematika kelas VII pengajar berusaha mengejar target

di MTS Ma’arif NU Gandusari menuntaskan materi garis dan sudut

Kabupaten Blitar, diperoleh informasi yang harus disampaikan kepada siswa.

bahwa banyak kendala yang dialami Idealnya, jika siswa belum mencapai
ketuntasan pada suatu materi maka belajar siswa. Salah satu model

tidak boleh melanjutkan materi pembelajaran yang dapat untuk

berikutnya sebelum materi tersebut meningkatkan pemahaman siswa

dikuasai secara tuntas. Namun pada adalah model George Betts. Huda

kenyataannya, walaupun siswa belum (2013: 144).

mencapai ketuntasan belajar, guru Menurut Betts dan Knapp,

tetap akan melanjutkan materi 1981 dalam Huda (2013:144) Model

berikutnya. George Betts didasarkan pada konsep

Dari permasalahan di atas “pembelajaran mandiri” (autonomous

hendaknya seorang guru memperbaiki learning). Pembelajaran mandiri

proses pembelajaran di kelas agar adalah mereka yang mampu

tercapainya tujuan pembelajaran. menyelesaikan masalah atau

Mungkin dengan menerapkan model mengembangkan gagasan-gagasan

pembelajaran yang bervariatif akan baru dengan mengombinasikan cara

menambah tingkat keaktivan serta berfikir divergen dan konvergen tanpa

kemampuan belajar siswa. Sesuai terlalu banyak dibantu orang luar

dengan garis dan sudut, seharusnya untuk memilih bidang-bidang tindakan

guru menerapkan model pembelajaran yang dikehendakinya.

dimana model pembelajaran tersebut Tujuan dari penelitian ini

dapat meningkatkan kemampuan adalah untuk mendeskripsikan

siswa dalam memahami materi, Penerapan Model Pembelajaran

keaktifan siswa dalam mengerjakan George Betts Dengan Alat Peraga

soal, serta minat belajar siswa yang Kotak Pintar Untuk Meningkatkan

nantinya akan mempengaruhi hasil Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTS
Ma’arif NU Gandusari Pada Materi sebagai instrumen kunci, artinya

Garis Dan Sudut Tahun Pelajaran peneliti merencanakan, melaksanakan,

2017/2018. mengumpulkan data, menganalisa

METODE data,menarik kesimpulan dan

Jenis penelitian yang membuat laporan. Berdasarkan ciri-

digunakan dalam penelitian ini adalah ciri tersebut pendekatan penelitian ini

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). adalah merupakan pendekatan

Menurut Arikunto (2008: 58) kualitatif. Penelitian ini dilakukan

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan bekerjasama Antara peneliti

adalah penelitian tindakan (action dan guru matematika kelas VII A MTs

research) yang dilakukan dengan Ma’arif NU Gandusari.

tujuan memperbaiki mutu praktik Selanjutnya untuk melakukan

pembelajaran di kelasnya”. subjek dalam penelitian ini adalah

Dalam penelitian ini, peneliti seluruh siswa kelas VII A MTs

terlibat langsung dalam proses Ma’arif Nu Gandusari yang berjumlah

penelitian. Peneliti ingin memperoleh 21 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki

gambaran selama proses pembelajaran dan 11 siswa perempuan.

yang berlangsung. Data yang Teknik pengumpulan data

diperoleh dalam penelitian ini dalam penelitian ini dengan cara

meliputi, data observasi terhadap pengumpulan data dengan tes,

proses pembelajaran, dan hasil tes pengumpulan data dengan observasi

yang lebih mengutamakan proses dan dan teknik analisis data. Teknik

dipaparkan sesuai dengan yang terjadi anaisis data dalam hal ini berupa tes

dalam penelitian. Peneliti bertindak dan observasi. Didalam tes terdapat


dua jenis ketuntasan yaitu ketuntasan berlangsung dalam beberapa siklus.

individu dan ketuntasan klasikal. Dimana dalam setiap siklus terdiri dari

Prosedur penelitian yang digunakan empat kegiatan pokok, yaitu:

adalah berdasarkan penjelasan oleh perencanaan, pelaksanaan, observasi,

Kemmis dan Taggart dalam dan refleksi. Adapun hal-hal yang

Wiriatmadja (2008: 66-67): meracang perlu diperhatikan sebelum peneliti

strategi pembelajaran yang akan melakukan penelitian dengan tujuan

diberikan kepada peserta didik semua agar penelitian dapat berjalan dengan

itu dirancang pada tahap perencanaan baik adalah refleksi awal sebagai

(plan). Pada kotak (act) melakukan langkah awal sebelum peneliti

tindakan yang direncanakan untuk melaksanakan penelitian, peneliti

mendorong atau membantu peserta melakukan kegiatan observasi yang

didik untuk mengeluarkan ide atau dilaksanakan di MTs MA’ARIF NU

pendapat yang mereka minati atau GANDUSARI Kabupaten Blitar.

yang mereka pahami. Pada kotak Observasi pertama dilaksanakan

pengamatan (observe) pengumpulan dengan subjek observasi yaitu guru

data perilaku yang terjadi di dalam matematika kelas VII A MTs

kelas dicatat atau direkam untuk MA’ARIF NU GANDUSARI

melihat apa yang sedang terjadi. Kabupaten Blitar. Hal ini bertujuan

Dalam kotak refleksi (reflect) melihat untuk mengetahui metode apa saja

berbagai kekurangan dan kelebihan yang pernah guru tersebut gunakan

selama penelitian. dalam proses pembelajaran

Penelitian yang akan matematika. Selanjutnya dengan

dilakukan merupakan penelitian yang subjek observasi kedua yaitu murid-


murid kelas MTs MA’ARIF NU pada tahap refleksi awal sebelum

GANDUSARI Kabupaten Blitar. Hal pelaksanaan penelitian, peneliti

ini juga bertujuan untuk mengetahui melakukan observasi. Observasi ini

pendapat mereka tentang dilaksanakan sebanyak 1 kali dengan

pembelajaran matematika. Ibu Dhewi Ratna Ebtanti, S.Pd selaku

HASIL DAN PEMBAHASAN guru matematika kelas VII A MTs

Kegiatan penelitian telah MA’ARIF NU GANDUSARI dan

dilaksanakan peneliti terhadap siswa bapak Bey Rozaki, S.S selaku kepala

kelas VII semester 2 di MTs sekolah MTs MA’ARIF NU

MA’ARIF NU GANDUSARI Tahun GANDUSARI. Observasi ini

Pelajaran 2017/2018 yang berjudul dilakukan untuk mengetahui beberapa

“Penerapan Model Pembelajaran permasalahan dalam pembelajaran

George Betts Dengan Alat Peraga matematika di kelas.

Kotak Pintar Untuk Meningkatkan Berdasarkan hasil observasi

Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTs dan wawancara dengan guru mata

MA’ARIF NU GANDUSARI Pada pelajaran matematika kelas VII A

Materi Garis Dan Sudut Tahun MTs MA’ARIF NU GANDUSARI,

Pelajaran 2017/2018”. Hasil-hasil terdapat beberapa permasalahan

penelitian disajikan secara lengkap mengenai pembelajaran matematika

dan terperinci dengan sumber data diantaranya adalah proses

pendukung yang diperoleh di pembelajaran matematika pada kelas

lapangan (MTs MA’ARIF NU VII A MTs MA’ARIF NU

GANDUSARI). Deskripsi data GANDUSARI, Kab. Blitar sudah

penelitian secara keseluruhan yaitu menggunakan metode kooperatif,


tetapi siswa masih belum berani penelitian adalah melihat bagaimana

mengeluarkan ide-ide dan respon siswa terhadap pelajaran

pendapatnya. Karena metode yang matematika. Dengan hasil prosentase

digunakan kurang bervariatif dan respon siswa terhadap mata pelajaran

cenderung monoton, penguasaan matematika yaitu anak yang senang

materi dan pemahaman matematika dengan pelajaran matematika sebesar

oleh siswa di kelas tersebut masih 14,3%, anak yang merasa jenuh

tergolong cukup rendah, rendahnya dengan mata pelajaran matematika

tingkat pemahaman konsep siswa sebesar 33,3% serta anak yang merasa

terhadap pembelajaran matematika. mata pelajara matematika itu sulit

Hal ini terlihat pada siswa yang di sebesar 52,4%. Dengan melihat

tanya tentang materi garis dan sudut prosentase tersebut kita dapat

dan ketika siswa dibuat pusing untuk menyimpulkan bahwa mayoritas siswa

menentukan besar suatu sudut, masih menganggap pelajaran

membedakan jenis-jenis sudut dan matematika itu sulit dan menjenuhkan.

lain-lain. Fakta ini membuat peneliti tertantang

Berdasarkan masalah di atas untuk mencari sebuah model

kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran yang membuat siswa

kebanyakan siswa masih menganggap merasa nyaman dan mudah belajar

pelajaran matematika itu sulit dan matematika, khususnya materi garis

menjenuhkan sehingga mereka kurang dan sudut.

mampu menguasai konsep yang Deskripsi Pelaksanaan

disampaikan oleh guru. Faktor lain Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan

yang diamati sebelum mengadakan penelitian dilaksanakan pada tanggal


28 Maret 2018 s.d 28 April 2018. secara heterogen oleh peneliti. Peneliti

Penelitian ini dilaksanakan terdiri atas melaksanakan penelitian dengan 2

1 siklus yang dilaksanakan dalam 3 (dua) observer yakni 1 (satu) teman

kali pertemuan. Pada saat penelitian, sejawat dan 1 (satu) guru mata

guru dan peneliti sepakat untuk pelajaran matematika.

menggunakan jam pelajaran sesuai Secara umum keterlaksanaan

jadwal yang ada agar pembelajaran penelitian mengenai pembelajaran

dapat berjalan efektif dan siswa dapat matematika dengan model

menerima pelajaran dengan baik. pembelajaran matematika George

Penelitian ini dilaksanakan di kelas Betts pada siklus I sudah sesuai

VII A MTs MA’ARIF NU dengan tahapan pada pedoman

GANDUSARI yang berjumlah 21 observasi pembelajaran dan Rencana

siswa yang terdiri dari 10 orang siswa Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

laki-laki dan 10 siswa perempuan. sudah disusun peneliti sebelumnya.

Sebelum pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga

tindakan, peneliti memberikan kali pertemuan, yaitu pada pertemuan

penjelasan kepada siswa bahwa proses pertama pada hari enin tanggal 2 April

pembelajaran yang akan dilakukan 2018, pertemuan kedua pada hari

menggunakan model pembelajaran Senin tanggal 9 April 2018, dan untuk

matematika George Betts, ada 5 tahap pertemuan ketiga pada hari Seninu

dalam model ini yaitu Orientasi, tanggal 16 April 2018. Berdasarkan

pengembangan individual, kekayaan, hasil penelitian yang dilaksanakan

seminar, dan studi mendalam. pada siklus I deskripsi implementasi

Pembagian kelompok dilakukan strategi pembelajaran model


pembelajaran matematika George membangkitkan minat belajar siswa

Betts pada materi garis dan sudut. terhadap materi yang akan dipelajari.

Pada penelitian ini strategi Selain itu pelaksanaan orientasi ini

yang digunakan ialah strategi model sama dengan pemberian stimulus agar

pembelajaran matematika George siswa dapat mengekspresikan

Betts pada materi garis dan sudut. pengetahuan mereka tentang garis dan

Kelebihan model pembelajaran sudut; (b)Pengembangan Individual

matematika George Betts ini terlihat Pada tahap ini guru menyampaikan

pada saat menyelesaikan LKS dan tujuan pembelajaran yang akan

persentasi, dimana untuk dapat dicapai. Penyampaian tujuan

menyelesaikan LKS siswa harus pembelajaran/topik akan dapat

berdiskusi dengan kelompok masing- menumbuhkan rasa keingintahuan

masing yaitu dengan saling bertukar siswa dan minat siswa terhadap

informasi, pengetahuan, dan pendapat. pelajaran yang akan diberikan.

Adapun 5 tahapan dalam strategi ini Selanjutnya guru menyampaikan

meliputi (a)Orientasi Pada tahap ini materi pelajaran sesuai dengan

guru menjelaskan dan menanyakan persiapan yang telah dilakukan. Hal

materi tentang garis dan sudut yang ini sangat penting dilakukan karena

pernah di pelajari sebelumnya, siswa jika guru tidak menyajikan atau

memperhatikan penjelasan guru. Guru menjelaskan langsung kepada siswa

dan siswa saling bertanya dan maka tujuan pembelajaran tidak akan

menjawab tentang materi. Kegiatan tercapai seperti apa yang akan

tanya jawab tersebut penting untuk diharapkan. Siswa akan kebingungan

dilakukan karena untuk dan menyebabkan terjadi kesalahan


konsep yang dipahaminya jika tidak LKS kepada siswa untuk dikerjakan

ada arahan langsung dari guru. dengan berkelompok. LKS merupakan

( c) Kekayaan yang dimaksud pada salah satu sarana untuk membantu dan

tahap ini yaitu dimana guru mempermudah dalam kegiatan belajar

memberikan pendalaman materi agar mengajar agar sustu pembelajaran

siswa lebih banyak dalam penguasaan dapat terlaksana dengan baik. Hal ini

materi yang diajarkan. Pada tahap ini sesuai dengan pendapat yang

guru meminta siswa untuk membentuk dikemukakan oleh Trianto (2011: 42)

kelompok sesuai dengan yang telah “Agar terlaksana dengan baik, siswa

ditentukan oleh guru. Pembentukan diberi lembar kegiatan yang berisi

kelompok secara heterogen dan setiap pertanyaan atau tugas yang

kelompok beranggotakan 3-5 siswa direncanakan untuk diajarkan”. Selain

(Kurniasih dkk, 2015: 29). Guru itu pemberian LKS ini bertujuan agar

membentuk kelompok belajar tersebut terbentuk interaksi yang efektif antara

agar siswa dapat berdiskusi dan siswa dengan guru, sehingga dapat

bertukar pendapat untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam

menyelesaikan soal. Hal ini peningkatan prestasi belajar.

sependapat dengan Roestiyah (2008: Pada tahap seminar siswa

15) penggunaan teknik kerja mempresentasikan hasil pekerjaan

kelompok untuk mengajar mempunyai mereka didepan kelas. Sependapat

tujuan agar siswa mampu bekerja dengan Bruner (dalam Suprijono,

sama dengan teman yang lain dalam 2009: 24) “perkembangan kognitif

mencapai tujuan bersama. Setelah individu dapat ditingkatkan melalui

kelompok terbentuk guru membagikan penyusunan materi pelajaran dan


mempresentasikannya sesuai dengan untuk mengetahui tercapai atau

tahap perkembangan individu tidaknya tujuan dan proses

tersebut”. Selanjutnya siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan.

kelompok lain menanggapi hasil Hal tersebut sesuai dengan pendapat

diskusi yang dipresentasikan jika ada Purwanto (2002) “evaluasi adalah

jawaban yang berbeda. Menurut pemberian nilai terhadap kualitas

Sanjaya (2009: 153), “Para siswa sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga

dalam setiap kelompok dapat bertukar dapat dipandang sebagai proses

pengalaman untuk menentukan merencanakan, memperoleh, dan

keputusan tertentu secara bersama- menyediakan informasi yang sangat

sama”. Dengan menanggapi hasil diperlukan untuk membuat alternatif-

diskusi kelompok yang sedang alternatif keputusan. Dengan

presentasi, membuat siswa berani dan demikian, Evaluasi merupakan suatu

percaya diri untuk mengemukakan proses yang sistematis untuk

pendapatnya. Sehingga secara menentukan atau membuat keputusan

bersama-sama dapat menemukan sampai sejauh mana tujuan-tujuan

jawaban yang paling benar. Tahap pengajaran telah dicapai oleh siswa”.

Studi Mendalam guru memberikan Dalam kegiatan ini tercapai atau

beberapa soal latihan mandiri kepada tidaknya tujuan dan proses

setiap kelompok dan guru meminta pembelajaran yang telah dilakukan

untuk mengerjakan secara individu diperoleh dari hasil soal-soal latihan

untuk mengetahui penguasaan materi mandiri yang diberikan guru. Selain

siswa. Penilaian hasil belajar adalah itu, Dari beberapa siswa yang

kegiatan atau cara yang ditujukan mempresentasikan hasil kerjanya


didepan kelas, hampir seluruhnya atau pada tabel 4.7 yaitu sebesar 91,3%

85,71% sudah menguasai materi . dengan kriteria sangat baik.Dan pada

Berdasarkan data siklus I, hasil akhir pelaksanaan tindakan kegiatan

observasi kegiatan guru yang pembelajaran diadakan evaluasi siklus

dilakukan oleh pengamat di peroleh I. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh

jumlah skor dapat dilihat bahwa peneliti pada kegiatan pembelajaran

prosentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus I menunjukkan bahwa siswa

pada pertemuan I adalah 86,03% sudah mampu merespon soal-soal tes

dengan kriteria baik, pada pertemuan akhir siklus sesuai dengan yang

II adalah 87,5%dengan baik. Dan pada diharapan peneliti. Skor rata-rata hasil

tabel 4.7 menunjukkan aktivitas guru tes kegiatan pembelajaran siklus I

dengan prosentase 86,75% dengan adalah 85,71% dengan masih ada

kriteria baik. siswa dari keseluruhan jumlah siswa

Berdasarkan data siklus I, yang memperoleh skor ≤ 75%

hasil observasi kegiatan siswa yang sebanyak 3 siswa dari 21 siswa.

dilakukan oleh pengamat di peroleh Sebagian besar siswa sudah bisa

jumlah skor berdasarkan tabel 4.7 memahami materi dengan baik. Hanya

dapat dilihat bahwa prosentase nilai sebagian kecil siswa saja yang belum

rata-rata aktivitas siswa pada paham. Kriteria keberhasilan yang

pertemuan I adalah 83% dengan telah ditetapkan pada kegiatan

kriteria baik, sedangkan pada pembelajaran sudah tercapai. Maka

pertemuan II adalah 86,7% dengan pembelajaran berakhir dan tidak perlu

kriteria sangat baik. Prosentase rata- dilanjutkan pada siklus berikutnya.

rata aktivitas siswa yang ditunjukkan


Berdasarkan hasil evaluasi VII A MTs Ma’arif Nu Gandusari

hasil tes dan hasil observasi, maka tahun pelajaran 2017/2018 pada materi

dapat disimpulkan bahwa proses garis dan sudut setelah diberikan

pembelajaran yang dilaksanakan model pembelajaran George Betts

sudah sesuai dengan yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan

direncanakan atau dapat dikatakan prosentase ketuntasan klasikal sebesar

berhasil. 85,71% dari hasil tes sebelumnya

KESIMPULAN DAN SARAN sebesar 28,57% dan hasil tes akhir

Berdasarkan hasil penelitian siklus pada pertemuan ke 3 sebesar

dan pembahasan yang diulas pada bab 84,4%. Siswa yang memenuhi nilai

sebelumnya, penelitian yang minimal berjumlah 18 siswa dan 3

dilaksanakan pada siswa kelas VII A siswa yang belum memenuhi nilai

Mts Ma’arif Nu Gandusari tahun minimal. Sementara itu, hasil

pelajaran 2017/2018 pada materi garis observasi kegiatan guru selalu

dan sudut dengan menerapkan model meningkat pada setiap pertemuannya

pembelajaran George Betts, dapat terbukti pada pertemuan ke 1 hasil

ditarik kesimpulan bahwa deskripsi prosentasenya 86,03% kategori sangat

penerapan model pembelajaran baik dan pada pertemuan ke 2 hasil

George Betts pada materi garis dan prosentasenya meningkat mencapai

sudut adalah dapat meningkatkan hasil 87,5% dengan kategori sangat baik.

belajar siswa kelas VII A MTs Ma’arif Hal tersebut serupa dengan hasil

Nu Gandusari tahun pelajaran observasi kegiatan siswa yang

2017/2018 pada materi garis dan dengaap pertemuan hasil prosentase

sudut. Peningkatan hasil belajar kelas selalu meningkat pada pada setiap
pertemuan dari pertemuan ke 1 untuk belajar membaca materi dan

mendapat prosentase 86,03% kategori meningkatkan konsentrasi dalam

sangat baik dan pada pertemuan ke 2 mengerjakan soal supaya siswa dapat

meningkat menjadi 87,5% dengan lebih teliti dalam mengerjakan soal.

kategori sangat baik. Dari beberapa Guru harus bisa membuat suasana

uraian tersebut telah membuktikan kelas menjadi lebih kondusif pada saat

bahwa penerapan model pembelajaran proses diskusi kelompok, hal ini dapat

George Betts dapat meningkatkan menyebabkan hilangnya konsentrasi

hasil belajar pada materi garis dan kelompok lain dalam berdiskusi,

sudut siwa kelas VII A MTs Ma’arif sebaiknya dalam kesepakatan

Nu Gandusari tahun pelajaran ditambahkan poin yang melarang

2017/2018. siswa gaduh dalam proses diskusi.

Berdasarkan penelitian yang Guru memberi pengawasan kepada

telah dilakukan, ada beberapa saran siswa yang kurang memperhatikan

dari peneliti, sebaiknya guru meminta guru saat menjelaskan materi dan

kepada siswa yang aktif untuk memberikan pertanyaan kepada siswa

bertanya atau menyampaikan tersebut agar lebih memperhatikan

pendapatnya saat presentasi dan guru penjelasan dari guru.

memberikan lebih banyak pernyataan DAFTAR PUSTAKA

agar dapat memancing siswa untuk Arikunto, Suharsimi. (2008).


Penelitian Tindakan
lebih berani menyanggah hasil Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
pekerjaan kelompok penyaji. Guru
Huda, Miftahul. (2014). Model-
harus bisa membuat bahan ajar yang model Pengajaran dan
Pembelajaran.
lebih menarik agar siswa lebih giat Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. (2011). Model-Model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012).


Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Offset.

Sanjaya, Wina. (2009). Metode


Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Offset.

Anda mungkin juga menyukai